Case Vulnus Ictum Dgn Infeksi Sekunder
description
Transcript of Case Vulnus Ictum Dgn Infeksi Sekunder
PRESENTASI KASUS DOKTER INTERNSHIP
VULNUS PUNCTUM DENGAN INFEKSI SEKUNDER
Nama dr. Internship: Juliana. Sie TandaTangan:
Dokter Pembimbing : dr. Esther dan dr.Agung
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An.AY
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 14 Tahun
Suku bangsa : Flores
Status perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar SMP
Pendidikan Terakhir : SLTP
Alamat : Jln. Wirajaya
Tanggal masuk RS : 21/01/2014
II. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis, tanggal 21/01/2014 pukul: 10.15
Keluhan Utama: Terdapat Luka Tusuk pada telapak kaki kiri
1
Keluhan Tambahan:
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, OS mengeluh kakinya tertusuk sesuatu
tetapi tidak tahu penyebabnya. Luka kemudian dikorek-korek oleh tangan pasien sendiri
hingga timbul nanah, dan terasa nyeri. Pasien kemudian menderita demam dan sulit berjalan
karena kakinya nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu
OS mengaku tidak pernah mengalami sakit serupa sebelumnya, tidak ada riwayat
alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang menderita keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat Kebiasaan
OS mengaku jarang memakai alas kaki baik di dalam rumah ataupun ke luar rumah.
III. ANAMNESIS MENURUT SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan
Kulit
( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam
( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis
2
( - ) Lain-lain ( - ) Petechiae
Kepala
( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus
Mata
( - ) Nyeri ( - ) Radang
( - ) Sekret ( - ) Gangguan penglihatan
( + ) Kuning / Ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan
Telinga
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma ( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret ( - ) Pilek
( - ) Epistaksis
Mulut
( - ) Bibir kering ( - ) Lidah kotor
( - ) Gusi sariawan ( - ) Gangguan pengecap
( - ) Selaput ( - ) Stomatitis
3
Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorokan ( - ) Perubahan suara
Leher
( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher
Dada (Jantung/Paru)
( - ) Nyeri dada ( - ) Sesak nafas
( - ) Berdebar ( - ) Batuk darah
( - ) Ortopnoe ( - ) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
( + ) Rasa kembung ( - ) Wasir
(+ ) Mual ( - ) Mencret
( + ) Muntah ( - ) Tinja darah
( - ) Muntah darah ( - ) Tinja berwarna dempul
( - ) Sukar menelan ( - ) Tinja berwarna hitam
( + ) Nyeri perut ( - ) Benjolan
( - ) Perut membesar (+) Konstipasi
Saluran Kemih / Alat kelamin
( - ) Disuria ( - ) Kencing nanah
( - ) Stranguria ( - ) Kolik
( - ) Poliuria ( - ) Oliguria
4
( - ) Polakisuria ( - ) Anuria
( - ) Hematuria ( - ) Retensi urin
( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes
( - ) Ngompol (tidak disadari) ( - ) Penyakit Prostat
Saraf dan Otot
( - ) Anestesi ( - ) Sukar mengingat
( - ) Parestesi ( - ) Ataksia
( - ) Otot lemah ( - ) Hipo / hiperesthesi
( - ) Kejang ( - ) Pingsan
( - ) Afasia ( - ) Kedutan (“Tick”)
( - ) Amnesia ( - ) Pusing (vertigo)
( - ) Lain-lain ( - ) Gangguan bicara (Disartri)
Ekstremitas
( - ) Bengkak ( - ) Deformitas ( - ) Nyeri sendi ( - ) Sianosis
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 53 kg
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
5
Nadi : 76x
Suhu : 37oC
Pernafasaan : 18 kali/menit
Keadaan gizi : gizi baik
IMT : 23,5kg/m2
Kesadaran : Compos mentis
Sianosis : tidak ditemukan
Udema umum : tidak ditemukan
Habitus : atletikus
Mobilitas ( aktif / pasif ) : aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : sesuai dengan wajah
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku : wajar
Alam Perasaan : wajar
Proses Pikir : wajar
Kulit
Warna : sawo matang
Effloresensi : tidak ada
6
Jaringan Parut : tidak ada Pigmentasi : merata
Pertumbuhan rambut : merata Lembab/Kering : lembab
Suhu Raba : hangat Pembuluh darah : normal
Keringat : umum Turgor : baik
Ikterus : tidak ada Oedem : tidak ada
Lapisan Lemak : distribusi merata Lain-lain : tidak ada
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraklavikula : tidak teraba membesar
Lipat paha : tidak diperiksa
Leher : tidak teraba membesar
Ketiak : tidak diperiksa
Kepala
Ekspresi wajah : baik
Simetri muka : simetris
Rambut : hitam, merata
Pembuluh darah temporal : teraba pulsasi
Mata
Exophthalamus : tidak ada Enopthalamus : tidak ada
7
Kelopak : tidak oedem Lensa : jernih
Konjungtiva : tidak anemis Visus : tidak dinilai
Sklera : ikterik Gerakan Mata : normal
Lapangan penglihatan : normal Tekanan bola mata : normal
Nistagmus : tidak ada
Telinga
Tuli : tidak ada Selaput pendengaran : utuh
Lubang : lapang Penyumbatan : tidak ada
Serumen : tidak ada Pendarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
Mulut
Bibir : normal Tonsil : T1 –T1 tenang
Langit-langit : normal Bau pernapasan : tidak ada
Gigi geligi : normal Trismus : tidak ada
Faring : normal Selaput lendir : tidak ada
Lidah : normal
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5 - 2 cm H2O.
Kelenjar Tiroid : tidak tampak membesar.
8
Kelenjar Limfe kanan : tidak tempak membesar
Dada
Bentuk : datar, tidak cekung
Pembuluh darah : normal
Buah dada : normal, simetris
Paru – Paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris
- Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris
Kanan - Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris
- Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
Kanan - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Wheezing (-),Ronki (-)
9
Jantung
Inspeksi : Tampak pulsasi iktus cordis 1 jari medial midklavikula kiri.
Palpasi : Teraba pulsasi iktus cordis 1 jari medial midklavikula kiri.
Perkusi :
Batas kanan : sela iga V linea parasternalis kanan.
Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.
Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop tidak ada ,Murmur tidak ada.
• Perut
-Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling
umbilicus tidak ada, dilatasi vena tidak ada
-Palpasi
o Dinding perut : Supel, datar, Shifting dullness negatif ,warna kulit sawo matang,
tidak ada kelainan kulit
o Nyeri tekan epigastrium positif
o Hati : Teraba membesar dua jari di bawah arcus costae,
Murphy sign negatif
10
o Limpa : Tidak teraba
o Ginjal : Balotement -/-,nyeri tekan negatif,
nyeri lepas negatif, nyeri ketok CVA -/-
-Perkusi : timpani
-Auskultasi : bising usus + normal
Anggota Gerak
LENGAN Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Sendi Normal Normal
Gerakan Baik Baik
Kekuatan Kuat Kuat
Oedem Tidak ada Tidak ada
Petechie Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
Tungkai dan Kaki
TUNGKAI dan KAKI Kanan Kiri
Luka Tidak ada Tidak ada
Varises Tidak ada Tidak ada
11
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan Kuat Kuat
Oedem Tidak ada Tidak ada
Petechie Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
V.Hasil pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal: 17 September 2011 pukul: 18:00
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Jumlah leukosit 9,5 ribu/µl 5-10
Hemoglobin 17,3 g/dl 13-16
Jumlah hematokrit 49 % 40-48
Jumlah trombosit 395 ribu/µl 150-400
DARAH
FUNGSI HATI
Bilirubin total 8,7 mg/dl <1
Bilirubin indirek 4,1 mg/dl <0,4
12
SGOT 1152 U/I <32
SGPT 503 U/I <24
VI. RINGKASAN
Seorang pria berusia 23 tahun merasakan keluhan mual mual hebat, muntah-muntah dan nyeri perut 4
hari SMRS, 1 hari SMRS mata berubah menjadi kekuning-kuningan. Semua keluhan tersebut baru
dirasakan pertama kali. Keluhan mual, muntah dan nyeri perut dirasakan terus menerus dan
bertambah berat. Keluhan disertai penurunan nafsu makan dan seluruh badan menjadi lemas. OS
berobat ke puskesmas 1 hari SMRS dan keluhan sama sekali tidak berkurang. 1 hari SMRS keluhan
bertambah berat disertai demam. Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan kedua sklera pada mata
berwarna kekuning-kuningan dan terdapat nyeri tekan abdomen pada regio epigastrium. Pada hasil
pemeriksaan laboratorium di dapatkan bilirubin total meningkat,bilirubin indirek meningkat, SGOT
meningkat, SGPT meningkat.
VII. DAFTAR MASALAH
1. Mual, muntah
2. Nyeri perut bagian ulu hati
3. Sklera mata ikterik
4. Konstipasi
VIII. Analisis Masalah
1. Mual, muntah
Pada anamnesis didapatkan pasien laki-laki berusia 23 tahun dengan keluhan mual-mual
hebat dan muntah sejak 4 hari SMRS. Mual-mual dirasakan terutama setelah makan. Muntah
muntah dialami dengan frekuensi sekitar 3-4 kali di rumah. Muntahnya hanya sedikit, terdiri
dari cairan tanpa campuran makanan. Muntah dan mual dirasakan semakin hebat dari hari ke
13
hari. Tiga hari SMRS OS ke puskesmas tetapi keluhan tidak berkurang sama sekali setelah
minum obat dari puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dinding perut supel, hepar teraba membesar 2 jari dibawah
arcus costae.
Rencana terapi:
Acran 2x1
Panso Injeksi 1x1
Inpepsa syrup 3x1 C
Diet: Makanan Lunak, Rendah lemak
2. Nyeri perut bagian ulu hati
Pada anamnesis didapatkan pasien laki-laki berusia 23 tahun dengan keluhan nyeri perut.
Nyeri perutnya dirasakan di daerah ulu hati. Nyeri dirasakan seperti tertekan di daerah perut
sehingga menimbulkan rasa sesak. Nyeri dirasakan terus menerus, bertambah nyeri setelah
makan. Setelah minum obat dari puskesmas, nyeri hanya berkurang sedikit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium
Rencana terapi:
Acran 2x1
Panso Injeksi 1x1
Inpepsa syrup 3x1 cth
Diet: Makanan Lunak, Rendah lemak
3. Sklera mata ikterik
Pada anamnesis didapatkan pasien laki-laki berusia 23 tahun dengan keluhan sklera mata
ikterik. Pasien menyadari matanya berubah menjadi kekuning-kuningan 1 hari SMRS. Tetapi
mata tidak sakit, tidak gatal, tidak mengalami gangguan penglihatan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kedua sklera mata berwarna kekuning-kuningan
Pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan:
14
Bilirubin total: 9
Bilirubin direk: 0,9
Bilirubin indirek: 8,1
Rencana Terapi:
Urdafalk 2x1
Hepamax 3x1
Livercare 3x1
Biocurliv 1x1
4. Konstipasi
Pada anamnesis didapatkan OS mengaku tidak BAB sejak timbul gejala mual, muntah
dan nyeri perut.
Rencana terapi: Lactulac syrup 3x1 cth
IX. PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad Functionam : ad bonam
3. Ad Sanationam : ad bonam
Follow Up
Follow up
Tanggal S O A P
19
Septembe
r 2011
Mual (+)
Muntah (-)
Demam (-)
KU: Compos
Mentis
TD : 120/80
Suspek
Hepatitis A
Infus RD/8 Jam
Hepamax 3x1
Livercare 3x1
15
BAB(-) sejak 7 hari Suhu : 36,8o C
HR : 72x
RR : 16, teratur
Biocurliv 1x1
Fucoidon 1x1
Acran 2x1
Panso Injeksi 1x1
Inpepsa syrup
3x1 cth
Urdafalk 2x1
Cek Ulang
SGOT/SGPT
20
Septembe
r 2011
Mual (+)
Muntah (-)
BAB (-) sejak 7 hari
BAK (+) dengan
frekuensi sekitar 5-6
kali, volumenya
kurang lebih setengah
gelas aqua sekali
berkemih, warna
kuning keruh
KU: Compos
Mentis
TD : 120/80
Suhu : 36,8o C
HR : 72x
RR : 16, teratur
Hasil Lab tgl
20/09/2011:
Bilirubin total: 9
mg/dl
Bilirubin direk:
0,9 mg/dl
Bilirubin indirek:
8,1 mg/dl
SGPT: 835 U/l
Suspek
Hepatitis A
Infus RD/8 Jam
Hepamax 3x1
Livercare 3x1
Biocurliv 1x1
Fucoidon 1x1
Acran 2x1
Panso Injeksi 1x1
Inpepsa syrup
3x1 cth
Lactulac syrup
3x1 cth
Urdafalk 2x1
Cek IgM anti
HAV
16
21
Septembe
r 2011
Mual berkurang
Nyeri perut berkurang
BAB (+) tinja kuning
kecoklatan,
konsistensi normal,
tidak ada darah tidak
ada lendir
BAK (+) dengan
frekuensi sekitar 6-7
kali, volumenya
kurang lebih setengah
gelas aqua sekali
berkemih, warna
kuning keruh
KU: Compos
Mentis
TD : 120/80
Suhu : 36,2 o C
HR : 80x/menit
RR: 18x/menit,
teratur
Suspek
Hepatitis A
Infus RD/8 Jam
Hepamax 3x1
Livercare 3x1
Biocurliv 1x1
Fucoidon 1x1
Acran 2x1
Panso Injeksi 1x1
Inpepsa syrup
3x1 C
Lactulac syrup
3x1 cth
Cek
SGOT/SGPT,
bilirubin total,
direk, indirek
22
Septembe
r 2011
Sudah tidak merasa
mual
Nyeri perut bagian
epigastrium bila
ditekan
BAB (+) tinja kuning
kecoklatan,konsistensi
KU: Compos
Mentis
TD : 110/80
Suhu : 36 o C
HR : 80x/menit
RR: 20x/menit,
teratur
Suspek
Hepatitis A
Infus RD/8 Jam
Hepamax 3x1
Livercare 3x1
Biocurliv 1x1
Fucoidon 1x1
Inpepsa syrup
3x1 C
17
normal, tidak ada
darah tidak ada lendir
BAK (+) dengan
frekuensi sekitar 5-6
kali, volumenya
kurang lebih setengah
gelas aqua sekali
berkemih, warna
kuning keruh
Hasil Lab tgl
22/09/2011
Bilirubin total:
4,9mg/dl,
Bilirubin direk:
3,9mg/dl,
Bilirubin indirek:
1mg/dl, SGOT: 82
U/l,SGPT:346 U/l
Cek ulang
SGOT/SGPT,
bilirubin total,
direk, indirek
Tanggal 22 September 2011 pukul 12.15 pasien pulang paksa karena alasan biaya dan tidak ada
keluarga yang bisa menunggui di rumah sakit
Tanggal 23 September 2011 Didapat Hasil pemeriksaan Lab Hepatitis Marker, Anti HAV IgM:
Reaktif
DOKTER MUDA: Juliana. Sie
DOKTER PENGAWAS:
TANDA TANGAN:
PENILAIAN
18
TINJAUAN PUSTAKA
HEPATITIS A
I. ANATOMI
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh. Mempunyai tiga fungsi dasar :
1. membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam traktus intestinal.
2. berperan banyak pada metabolisme KH, lemak, dan protein.
3. menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang masuk ke dalam
darah dari lumen intestinum.
Namun juga memiliki fungi lain antara lain :
1. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk
mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
2. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
3. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
4. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
5. Dektoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainnya .
(1)
Terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diafragma. Sebagian besar berada
di regio hipokondria dextra, epigastrika.Sebagian kecil di hipokondria sinistra. Warna
permukaan : coklat kemerahan. Konsistensi :
padat, kenyal, lentur. Dibagi menjadi 2 lobus :
- lobus hepatis dextra (lebih besar)
lobus quadratus
lobus caudatus
19
- Lobus hepatis sinistra (lebih kecil)
Terdiri dari dua permukaan yaitu :
1. fasies diafragmatica(anterior dan superior)
2. fasies visceralis(posteroinferior) berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus,
gaster, duodenum, flexura coli dextra, ren dextra dan glandula suprarenalis dextra,
serta vesica fellea.
Di bagian posterior-superior ada bagian yang tidak ditutupi oleh peritoneum, disebut
‘bare area’.(1)
II. FISIOLOGI HEPAR
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fung hati
yaitu :
1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1 sama
lain.Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen,
mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati
akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa
disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa
dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt
dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan:
Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/
20
biosintesis senyawa 3 karbon (3C) yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam
siklus krebs).
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis
asam lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1. Senyawa 4 karbon – KETON BODIES
2. Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi
kholesterol .Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi, hati
juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya
organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi
urea.Urea merupakan end product metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di
dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di
dalam hati.albumin mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000
4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X.
Benda asing menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila
ada hubungan dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus
21
isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K
dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K
6. Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi,
reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat
racun, obat over dosis.
7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui
proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun
livers mechanism.
8. Fungsi hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/
menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica ± 25% dan di
dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi
oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada
waktu exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.
METABOLISME BILIRUBIN (2)
Fase prahepatik
1. Pembentukan bilirubin
22
Bilirubin di dalam tubuh manusia berasal dari 70-80% pemecahan sel darah merah
yang matang & 20-30% protein heme lainnya yang ada terutama di dalam sumsum
tulang dan hati. Sebagian dari protein heme dipecah menjadi besi dan biliverdin
dengan bantuan enzim hemeoksigenase. Biliverdin kemudian diubah menjadi
bilirubin dengan bantuan enzim biliverdin reduktase. Tahap ini terutama trjadi dalam
sek sistem retikuloendotelial.
2. Transport plasma
Karena bilirubin yang terbentuk tidak larut dalam air (bilirubin tidak terkonjugasi),
maka di dalam plasma darah, bilirubin harus diangkut dengan bantuan suatu pembawa
(albumin serum). Bilirubin dalam bentuk ikatan bilirubin-albumin (yang lemah) akan
beredar dalam sirkulasi darah ang kemudian akan masuk ke dalam sel hati. Pada
permukaan sinusoid hati, bilirubin tidak terkonjugasi akan melepaskan diri dari
ikatannya dengan albumin dan masuk melalui membran sel hati dengan cara difusi
(facilitated diffusion).
Fase intrahepatik
3. Liver uptake
Di dalam sel hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2 protein intraseluler utama dalam
sitoplasma, protein sitosilik Y (misalnya ligandin atau glutathion S-transferase B) dan
protein sitosilik z (disebut juga fatty acid-binding protein). Ikatan bilirubin dengan
protein-protein tersebut akan menurunkan kemungkinan kembalinya bilirubin ke
dalam plasma, sekaligus meningkatkan ambilan bilirubin.
4. Konjugasi
Proses konjugasi ini berlangsung di dalam retikulum endoplasma sel hati. Bilirubin
bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami konjugasi dengan asam
23
glukoronat membentuk bilirubin diglukuronida (bilirubin terkonjugasi). Reaksi ini
dikatalisis enzim mikrosomal glukoronil-transferase.
Fase pascahepatik
5. Ekskresi bilirubin
Biirubin terkonjugasi akan dikeluarkan melalui membran sel hati ke dalam kanalikuli
bilier. Bilirubin akan sampai ke kandung empedu untuk disimpan atau langsung
dikeluarkan ke dalam usus halus. Bilirubin terkonjugasi yang dikeluarkan ke dalam
usus halus akan di metabolisme oleh bakteri usus dan mengalami proses reduksi
menjadi sterkobilinogen dan urobilinogen. Sebagian urobilinogen (10-20%) akan
diserap dari rongga usus dan masuk ke dalam vena porta untuk menjalani siklus
enterohepatik. Sebagian lagi akan diserap untuk dikeluarkan melalui ginjal.
Urobilinogen (tidak berwarna) mudah mengalami oksidasi dan berubah menjadi
urobilin (coklat) yang memberi warna pada urin. Sedangkan sterkobilinogen akan
dikeluarkan usus sebagian besar ke dalam tinja yang memberi warna coklat.
Bilirubin indirect Bilirubin direct
Tidak terkonjugasi Terkonjugasi
Bersifat non-polar Bersifat polar
Tidak larut dalam air (hydrophobic) Larut dalam air (hydrophilic)
Larut dalam lemak (lipophilic) Tidak Larut dalam lemak (lipophobic)
Toxic Non toxic
Tipe: hemolitik Tipe: obstruksi dan regurgitasi
24
Siklus enterohepatik
Merupakan suatu siklus yang terjadi antara entero yang berarti ‘usus’ dan hepatic
berarti ‘hati’. Dalam siklus ini, terjadi penyerapan kembali atau reabsorpsi kandungan usus
terutama garam empedu di ileum terminalis masuk ke vena porta menuju hepar. Di hepar,
garam empedu tersebut disekresikan kembali di duodenum yang nantinya akan ke ileum
terminalis untuk masuk ke siklus enterohepatik.
Mekanisme patofisiologi ikterik
Empat mekanisme umum yang menyebabkan hiperbilirubinemia dan ikterus:
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan
2. Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati
3. Gangguan konjugasi bilirubin
4. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat factor intrahepatik
dan ekstrahepatik yang bersifat fungsional atau disebabkan oleh obstruksi mekanis. (2)
III. HEPATITIS A
A. Etiologi
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis A (HAV). Virus ini tidak beramplop,
merupakan virus RNA untai tunggal kecil dengan diameter 27nm. Tidak inaktifasi oleh
eter dan stabil pada suhu -20 celcius, serta pH yang rendah. Strukturnya mirip dengan
25
enterovirus, tapi hepatitis A virus berbeda dan sekarang diklasifikasikan dalam genus
Hepatovirus, famili picornavirus.
B. Keluhan dan Gejala
Periode inkubasi infeksi virus hepatitis A antara 10-50 hari (rata-rata 25 hari), biasanya
diikuti dengan demam, kurang nafsu makan, mual, nyeri pada kuadran kanan atas perut, dan
dalam waktu beberapa hari kemudian timbul sakit kuning. Urin penderita biasanya berwarna
kuning gelap yang terjadi 1-5 hari sebelum timbulnya penyakit kuning. Terjadi pembesaran
pada organ hati dan terasa empuk. Banyak orang yang mempunyai bukti serologi infeksi akut
hepatitis A tidak menunjukkan gejala atau hanya sedikit sakit, tanpa ikterus (anicteric
hepatitis A).
Distribusi HAV di seluruh dunia, endemisitas tinggi di Negara berkembang. HAV
ditularkan dari orang ke orang melalui mekanisme fekal-oral. HAV diekskresi dalam tinja,
dan dapat bertahan di lingkungan untuk jangka waktu lama. Orang bisa tertular apabila
mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh HAV dari tinja. Kadang-
kadang, HAV juga diperoleh melalui hubungan seksual (anal-oral) dan transfusi darah.
Viremia muncul singkat (tidak lebih dari 3 minggu), kadang-kadang sampai 90 hari pada
infeksi yang membandel atau infeksi yang kambuh.
Hepatitis akut A dapat dibagi menjadi empat fase klinis:
inkubasi atau periode preklinik, 10 sampai 50 hari, di mana pasien tetap asimtomatik
meskipun terjadi replikasi aktif virus.
fase prodromal atau preicteric, mulai dari beberapa hari sampai lebih dari seminggu,
ditandai dengan munculnya gejala seperti kehilangan nafsu makan, kelelahan, sakit
perut, mual dan muntah, demam, diare, urin gelap dan tinja yang pucat.
fase icteric, di mana penyakit kuning berkembang di tingkat bilirubin total melebihi 20 -
26
40 mg/l. Pasien sering minta bantuan medis pada tahap penyakit mereka. Fase icteric
biasanya dimulai dalam waktu 10 hari gejala awal. Demam biasanya membaik setelah
beberapa hari pertama penyakit kuning. Viremia berakhir tak lama setelah
mengembangkan hepatitis, meskipun tinja tetap menular selama 1 - 2 minggu. Tingkat
kematian rendah (0,2% dari kasus icteric) dan penyakit akhirnya sembuh sendiri.
Kadang-kadang, nekrosis hati meluas terjadi selama 6 pertama - 8 minggu pada masa
sakit. Dalam hal ini, demam tinggi, ditandai nyeri perut, muntah, penyakit kuning dan
pengembangan ensefalopati hati terkait dengan koma dan kejang, ini adalah tanda-tanda
hepatitis fulminan, menyebabkan kematian pada tahun 70 - 90% dari pasien. Dalam
kasus-kasus kematian sangat tinggi berhubungan dengan bertambahnya usia, dan
kelangsungan hidup ini jarang terjadi lebih dari 50 tahun.
masa penyembuhan, berjalan lambat, tetapi pemulihan pasien lancar dan lengkap.
Kejadian kambuh hepatitis terjadi dalam 3 - 20% dari pasien, sekitar 4-15 minggu setelah
gejala awal telah sembuh. (4)
C. Diagnosis
Diagnosis hepatitis dibuat dengan penilaian biokimia fungsi hati (evaluasi laboratorium:
bilirubin urin dan urobilinogen, bilirubin total serum dan langsung, ALT dan / atau AST,
fosfatase alkali, waktu protrombin, protein total, albumin, IgG, IgA, IgM, hitung darah
lengkap). Diagnosis spesifik hepatitis akut A dibuat dengan menemukan antibody IgM
anti-HAV dalam serum pasien. Sebuah pilihan kedua adalah deteksi virus dan / atau
antigen dalam faeces. Sewaktu timbul ikterik, anti HAV telah dapat diukur dalam serum.
Awalnya kadar antibody IgM anti HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk
mendiagnosis secara tepat adanya suatu infeksi HAV. Setelah masa akut, antibodi IgG
anti HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya sehingga keadaan ini menunjukkan
27
bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau dan memiliki imunitas.
Keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Virus dan antibodi dapat dideteksi oleh RIA tersedia secara komersial, AMDAL atau
ELISA kit. Tes ini secara komersial tersedia untuk IgM anti-HAV dan anti-HAV total
(IgM dan IgG). Untuk penilaian kekebalan terhadap HAV tidak dipengaruhi oleh
administrasi pasif IG karena dosis profilaksis berada di bawah deteksi level. Pada awal
penyakit, keberadaan IgG anti-HAV selalu disertai dengan adanya IgM anti-HAV. IgG
anti-HAV tetap seumur hidup setelah infeksi akut, deteksi IgG anti-HAV saja
menunjukkan infeksi masa lalu. (3)
Table perbedaan hepatitis A, B dan C
Viru
s
Agen Cara penularan Masa
inkubasi
Usia Keadaan
kronis
karier
HAV Virus
RNA
untai
tunggal
Fekal oral, makanan,
penularan melalui air,
parenteral (jarang),
seksual (mungkin),
penularan melalui darah
(jarang). Tak terbukti
penularan maternal-
neonatal.
15-45 hari,
rata-rata 30
hari
Anak-
anak,
dewasa
muda
Tidak
HBV Virus
DNA
Parenteral, seksual
(sering), perinatal,
50-180 hari,
rata-rata 60-
Setiap usia Ya
28
berselub
ung
ganda
penularan melalui darah 90 hari
RNA
HCV
Virus
RNA
untai
tunggal
Penularan terutama
melalui darah, juga
melalui hubungan
seksual dan perinatal.
Tak terbukti transmisi
fekal oral.
15-160 hari,
rata-rata 50
hari
Setiap usia Ya
D. Pathogenesis
Virus masuk ke darah melalui orofaring target organ(hepar) replikasi di hepatosit:
kupffer cell dikeluarkan ke empedu feses (dalam jumlah besar sebelum gejala
icterus timbul/antibody dapat dideteksi) HAV bereplikasi lambat dan tidak
menimbulkan efek sitopatik
E. Cara Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis A, terapi yang dilakukan hanya
untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan. Contohnya, pemberian parasetamol untuk penurun
panas. Terapi harus mendukung dan bertujuan untuk menjaga keseimbangan gizi yang cukup.
Tidak ada bukti yang baik bahwa pembatasan lemak memiliki efek menguntungkan pada
program penyakit. Telur, susu dan mentega benar-benar dapat membantu memberikan asupan
kalori yang baik. Minuman mengandung alkohol tidak boleh dikonsumsi selama hepatitis
akut karena efek hepatotoksik langsung dari alkohol. (6)
29
F. Cara Pencegahan (7)
Menurut WHO, ada beberapa cara untuk mencegah penularan hepatitis A, antara lain :
Hampir semua infeksi HAV menyebar dengan rute fekal-oral, maka pencegahan dapat
dilakukan dengan hygiene perorangan yang baik, standar kualitas tinggi untuk persediaan
air publik dan pembuangan limbah saniter, serta sanitasi lingkungan yang baik.
Dalam rumah tangga, kebersihan pribadi yang baik, termasuk tangan sering dan mencuci
setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan, merupakan tindakan penting
untuk mengurangi risiko penularan dari individu yang terinfeksi sebelum dan sesudah
penyakit klinis mereka menjadi apparent.
Dalam bukunya, Wilson menambahkan pencegahan untuk hepatitis A, yaitu dengan cara
pemberian vaksin atau imunisasi. Ada dua jenis vaksin, yaitu :
Imunisasi pasif
Pasif (yaitu, antibodi) profilaksis untuk hepatitis A telah tersedia selama bertahun-tahun.
Serum imun globulin (ISG), dibuat dari plasma populasi umum, memberi 80-90%
perlindungan jika diberikan sebelum atau selama periode inkubasi penyakit. Dalam beberapa
kasus, infeksi terjadi, namun tidak muncul gejala klinis dari hepatitis A.
Saat ini, ISG harus diberikan pada orang yang intensif kontak pasien hepatitis A dan
orang yang diketahui telah makan makanan mentah yang diolah atau ditangani oleh individu
yang terinfeksi. Begitu muncul gejala klinis, tuan rumah sudah memproduksi antibodi. Orang
dari daerah endemisitas rendah yang melakukan perjalanan ke daerah-daerah dengan tingkat
infeksi yang tinggi dapat menerima ISG sebelum keberangkatan dan pada interval 3-4 bulan
asalkan potensial paparan berat terus berlanjut, tetapi imunisasi aktif adalah lebih baik.
Imunisasi aktif
30
Untuk hepatitis A, vaksin dilemahkan hidup telah dievaluasi tetapi telah menunjukkan
imunogenisitas dan belum efektif bila diberikan secara oral. Penggunaan vaksin ini lebih baik
daripada pasif profilaksis bagi mereka yang berkepanjangan atau berulang terpapar hepatitis
A.
Dosis dan jadwal vaksin HAV sebelum paparan:
>19 tahun. 2 dois HAVRIX (1440 unit ELISA) dengan interval 6-12 bulan
Anak>2 tahun. 3 dosis HAVRIX (360 unit ELISA), 0,1, dan 6-12 bulan atau 2
dosis (720 unit ELISA), 0,6-12 bulan.
Dosis dan jadwal pemberian immunoglobulin pasca paparan:
Dosis 0,02 ml/kg, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin setelah paparan
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan
Indikasi: kontak erat dan kontak dalam rumah tabgga dengan infeksi HAV akut
G. Diagnosis Banding (7)
herpes simpleks, toxoplasma serum aminotransferase meningkat
Hepatitis B
Hepatitis C
alcoholic hepatitis
RVF dengan pasif hepatic congesti/ hipoperfusion syndrome
right atrial myxoma
veno occlusion disease, dll
H. Prognosis
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis A infeksi
sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosis hepatik akut fatal
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Amirudin, Rifai. Fisiologi dan Biokimi Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. Edisi IV. Sudoyo W.Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus K,
Setiati Siti. Jakarta 2006. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 415-419.
2. Wolkoff,W Allan. The Hiperbillirubinemias dalam Harrison’s Principles of Internal
Medicine. Edisi 17th. Chapter 297. Fauci,S Anthony.MD,Kasper L.Dennis.MD,Longo
L,Dan,dkk. New York. Mc Graw Hill Medical. Hal 1927-1928
3. Sulaiman Ali. Pendekatan Klinis Pada Pasien Ikterus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi IV. Sudoyo W.Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata
Marcellus K, Setiati Siti. Jakarta 2006. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 420
4. Sanityoso Andri. Hepatitis Virus Akut dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi IV. Sudoyo W.Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus K,
Setiati Siti. Jakarta 2006. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal:428
5. Dr.Pramudianto, Arlina , Dr. Evaria. MIMS Indonesia. Edisi 10. Jakarta 2010. UBM
Medica Asia Pte Ltd.
6. Mc Phee, J Stephen, Papadakis A Maxine. Liver, Biliary Tract, & Pancreas Disorders
dalam Current Medical Diagnosis and Treatment. Edisi 50th Anniversary. Lange. Mc.Graw
Hill. Chapter 16.
7. Mayo Clinic Staff. Hepatitis A. diambil dari Url:
http://www.mayoclinic.com/health/hepatitis-a/DS00397. Diakses tanggal 28 September
2011.
32