100716788-Lp-Tumor-Paru

download 100716788-Lp-Tumor-Paru

of 16

Transcript of 100716788-Lp-Tumor-Paru

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    1/16

    BAB I

    KONSEP MEDIS

    A. DEFENISITumor paru adalah neoplasma atau pertumbuhan jaringan baru yang

    abnormal di organ paru-paru. Tumor ini diakibatkan oleh sel yang membelah

    dan tumbuh tak terkendali pada organ paru. Tumor paru jika dibiarkan dapat

    berkembang menjadi kanker paru. biasanya tumor ini berkembang di saluran

    napas atau bagian alveolus. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan

    tumor ini menyebar ke seluruh tubuh jika sudah menjadi kanker paru stadium

    akut.

    Berdasarkan data epidemiologi, lebih dari 90% tumor paru-paru

    merupakan tumor ganas, dan sekitar 95% tumor ganas ini termasuk karsinoma

    bronkogenik. Sedangkan 10% lebihnya adalah tumor jinak yang terdiri dari

    Hamartoma, fibroma, kondroma, lipoma, hemangioma, tumor neurogenik,

    papiloma, leiomiofibroma.

    Adapun derajat keganasan pada tumor ganas paru berdasarkan TNM

    (Tumor primer, kelenjar getah bening regional, dan Metastase) sebagaiberikut:

    Stadium TNM

    Occult carcinoma

    0

    IA

    IB

    IIA

    IIB

    IIIA

    IIIB

    IV

    Tx N0 M0

    Tis N0 M0

    T1 N0 M0

    T2 N0 M0

    T1 N1 M0

    T2 N1 M0, T3 N0 M0

    T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2 M0

    Seberang T N3 M0, T4 seberang N M0

    Seberang T seberang N M1

    Kategori TNM untuk Kanker Paru :

    T : Tumor Primer

    To : Tidak ada bukti ada tumor primer

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    2/16

    Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan

    sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak

    secara radiologis atau bronkoskopis.

    Tis : Karsinoma in situ

    T1 : Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi

    oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi

    tidak lebih proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus

    utama). Tumor sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas

    pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama.

    T2 : Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :

    Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm

    Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina,

    dapat mengenai pleura visceral

    Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang

    meluas ke daerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.

    T3 : Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding

    dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum

    atau tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2 cm

    sebelah distal karina atau tumor yang berhubungan dengan atelektasis

    atau pneumonitis obstruktif seluruh paru.

    T4 : Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,

    pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang

    disertai dengan efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral

    pada lobus yang sama dengan tumor primer.

    N : Kelenjar getah bening regional (KGB)Nx : Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai

    No : Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening

    N1 : Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus

    ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara langsung

    N2 : Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral dan/atau

    KGB subkarina

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    3/16

    N3 : Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB

    skalenus/supraklavikula ipsilateral/kontralateral

    M : Metastasis (anak sebar) jauh

    Mx : Metastasis tak dapat dinilai

    Mo : Tak ditemukan metastasis jauh

    M1 : Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor

    primer dianggap sebagai M1

    B. ETIOLOGIEtiologi yang pasti dari tumor paru masih belum diketahui, namun

    diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan bahan karsinogenik

    merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan

    predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status

    imunologis. Adapun faktor resiko terjadinya tumor paru adalah:

    1. Pajanan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifatkarsinogenik, seperti: rokok, asbestos, radiasi ion, radon, aren,

    kromium, nikel, dan lain-lain.

    2. Polusi udara3. Genetic, terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan

    dalam kanker paru yakni proto oncogen, tumor suppressor gen, dan

    gene encoding enzyme.

    4. Nutrisi, Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yangdihasilkan oleh jamur pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus

    timbulnya tumor

    C. PATOFISIOLOGIPermulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat

    initiation yang merangsang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan

    perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya

    penyakit tumor. Initiati agent biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau

    biologis yang berkemampuan beraksi langsung dan merubah struktur dasar

    dari komponen genetic (DNA). Keadaan selanjutnya akibat keterpaparan yang

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    4/16

    lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya

    formasi tumor. Hal ini dapat berlangsung lama, minggu bahkan sampai

    tahunan.

    Tumor paru yang terdapat pada bronkus dapat menyebabkan ulserasi

    bronchus yang memicu terjadinya reaksi radang pada bronkus dan

    menghasilkan produksi secret yang banyak hingga merangsang refleks batuk

    yang dapat memberi efek anoreksia dan penurunan intake. Selain itu,

    metaplasia sel skuamosa pada bronchus dapat menyebabkan obstruksi bronkus

    hingga mengakibatkan empisema dan terjadi gangguan pertukaran gas.

    - Asapa Rokok- Polusi Udara- Pemajanan Okuvasi

    Iritasi Mukosa Bronkus

    Karsinoma Paru

    Iritasi Oleh Massa Tumor

    Peradangan Kronik

    Pembelahan Sel Yang Tidak Teredali

    Nyeri

    Adanya Masalah Dalam Paru

    Peningkatan Sekresi Mukus

    Kerusakan Membran Alveoli

    Gangguan Pertukaran Gas

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    5/16

    Batuk Penurunan Ekspansi Paru

    Pola Nafas Tidak Efektif

    Sesak Napas

    Malaise

    Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

    Intoleransi Aktivitas

    Anoreksia

    Intake Menurun

    Gangguan Pemenuhan Nutrisi

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    6/16

    D. MANIFESTASI KLINISManifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu:

    1. Mulai secara tersembunyi selama beberapa puluh tahun dan seringasimtomatik sampai tahap akhir

    2. Gejala yang paling sering adalah batuk kering tak produktif, pada tahapakhir batuk menghasilkan dahak kental dan purulen. Batuk yang

    menunjukkan perubahan dalam karakter harus menimbulkan kecurigaan

    terhadap adanya kanker paru.

    3. Sesak nafas, hal ini diakibatkan pembesaran tumor dan akibat kolapsnyaparu.

    4. Mengi terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial, pengeluaran sputumyang berwarna merah darah adalah hal yang umum terjadi pada pagi hari.

    5. Demam yang terjadi berulang mungkin terjadi pada beberapa pasien.6. Nyeri adalah gejala akhir, seringkali berhubungan dengan metastasis

    tulang. Nyeri dada, kekakuan, suara sesak, disfalgia, edema pada leher

    dan kepala dan gejala-gejala infusi pleural atau pericardial terlihat jika

    tumor menyebar pada struktur yang berdekatan dan pada nodus limfe.

    7. Tempat metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak, parukolateral dan kelenjar adrenal.

    8. Kelemahan, anoreksia, penurunan BB dan anemia akan terjadi pada tahapakhir.

    E. KOMPLIKASI1.

    Hematorak

    2. Pneumotorak3. Empiema4. Endokarditis5. Abses paru6. Atetektasis

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    7/16

    F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto Thorax

    Suatu diafragma yang meninggi mungkin menunjukkan suatu tumor yang

    mengenai syaraf frenikus. Pembesaran bayangan jantung mungkin

    menunjukkan efusi pericardial yang ganas. Perhatian kebanyakan tumor

    perifer tidak dapat dilihat pada rontgen dada sampai ukurannya lebih besar

    dari 1 cm.

    2. Sitologi sputumPada pemeriksaan sitologi sputum dapat membantu menegakkan kasus

    hingga 70%. Sputum untuk sampel sitologi sebaiknya diterima oleh

    laboratorium dalam 2 jam setelah ekspectorasi/ pengeluaran. Sampel

    dinihari tidak diperlukan.

    3. BronkoskopiBronkoskopi adalah suatu usaha untuk menilai bronkus dengan alat

    bronkoskop. Alat ini sendiri terdiri dari dua macam. Yang pertama disebut

    dengan bronchoscope rigid yang digunakan untuk memudahkan aspirasi

    pada pendarahan yang masif dari saluran nafas dan menilai kelainan yang

    letaknya lebih proksimal. Yang kedua yang umum digunakan pada masa

    kini, yakni bronkoskop fiberoptik yang terdiri dari alat teleskop dan

    fiberoptik.

    Indikasi bronchoscope rigid adalah Untuk menilai karsinoma dan

    pembuluh darah, Korpus alienum, Bronkiolit, dan Stenosis trakea.

    Indikasi fiberoptik adalah Biopsi trakeobonkial, Lavase bronkopulmonal.

    4.

    Aspirasi pleura dan biopsiAspirasi merupakan tindakan yang harus dilakukan jika pasien dengan

    tumor paru mempunyai effusi pleura. Effusi tak selalu akibat dari

    penyebaran tumor ke pleura, tetapi mungkin akibat dari reaksi pneumonia

    pada tumor atau obstruksi limfatik.

    5. Biopsi jarum percutanPemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis tumor perifer yang sulit

    dibiopsi denag tehnik transbronchial.

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    8/16

    6. Biopsi dugaan metastasisKelenjar getah bening perifer dapat diaspirasi dengan menggunakan jarum

    halus dan bahannya diperiksa secara sitologis.

    7. Mediatinoscopy8. Tehnik ini digunakan untuk mengambil sampel kelenjar limfa mediatinum

    yang mengalami pembesaran, hal ini dilakukan jika tidak nampak tumor

    pulmonal

    G. PENATALAKSANAANModalitas tindakan sangat tergantung pada jenis histologis, derajat dan

    performans status penderita

    Tindakan yang dapat dilakukan adalah:

    1. Tindakan pembedahanTindakan pembedahan diindikasikan pada jenis NSCLC (Non Small Cell

    Lung Cancer) stadium I dan II serta pembedahan selektif pada jenis

    NSCLC stadium IIIa

    2. RadioterapiRadioterapi diindikasikan untuk

    a. Penderita yang memungkinkan untuk operasi tetapi toleransi operasirendah

    b. Penderita tumor jenis SCLC (Small Cell Lung Cancer)c. Penderita tumor jenis NSCLC stadium lanjutd. Terapi bedah tambahan pada pre dan paska operasi

    Radioterapi dibagi atasa. Radioterapi definitif : radiasi ditujukan kepada tumor primer, kelenjar

    getah bening hilus atau kelenjar getah bening mediatinal

    b. Radioterapi paliatif : radiasi hanya ditujukan pada daerah tumorprimer, tujuannya meningkatkan kualitas hidup pederita

    3. KemoterapiKemoterapi diindikasikan pada:

    a. Penderita yang operable tetapi toleransi operasi rendah

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    9/16

    b. Penderita tumor jenis SCLCc. Penderita tumor jenis NSCLC stadium lanjutd. Terapi bedah tambahan pada pre dan paska operasi

    Tumor pada jenis SCLC (Small Cell Lung Cancer) umumnya sangat

    sensitif terhadap kemoterapi Regimen CAP II , dimana:

    a. C adalah siklofosfamid dengan dosis 400mg/m2b. A adalah adriamisin dengan dosis 40 mg/m2c. P adalah platamine (cisplatin) dengan dosis 60 mg/m2

    Regimen diberikan sebanyak 6 kali dg interval waktu 3 minggu.

    Parameter yang diperhatikan selama pemberian CAP II adalah

    laboratorium (Hb, leukosit, ureum, kreatinin, bilirubin, SGOT, SGPT)

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    10/16

    BAB II

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN1. Riwayat2. Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen,

    penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan

    jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.

    3. Kebutuhan dasar:a. Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi

    kesulitan menelan (disfagia), penurunan berat badan.

    b. Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)c. Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.d. Aktivitas : keletihan, kelemahan

    4. Pemeriksaan fisik pada pernapasanBatuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis karena

    erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap

    akibat akumulasi sel yang nekrosis di daerah obstruksi akibat tumor,

    infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri dada karena penekanan saraf

    pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu dinding paru,

    disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan.

    5. Pemeriksaan kardiovaskuler dan sirkulasiPucat, sianosis, diaphoresis, hipotensi, bradycardi, tachycardi, arrytmia

    pada atrial maupun ventrikular, penurunan cardiac out put, shock.

    6.NutrisiKelemahan, berat badan menurun dan anoreksia.

    7. PsikososialTakut, cemas, tandatanda kehilangan.

    8. Tanda vitalPeningkatan suhu tubuh, takipnea

    9. Data Penunjanga. Foto dada, PA dan lateral

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    11/16

    b. CT scan/MRIc. Bronchoscoped. Sitologi dan biopsy kelenjar getah bening leher.

    B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret

    pada jalan nafas, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan/kelelahan

    2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, invasi massa ke pleura,dinding dada

    3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

    nutrisi yang tidak adekuat.

    5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan kompensasi paru yangmeningkat.

    6. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman/perubahan statuskesehatan, adanya ancaman kematian.

    C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret

    pada jalan nafas, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan/kelelahan

    Tujuan : Klien Menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas efektif

    Kriteria hasil: menunjukkan patensi jalan napas, cairan secret mudah

    dikeluarkan bunyi napas jelas, dan pernapasan tak bising

    Intervensi dan Rasional

    a.

    Kaji pola napas klienRasional: Perubahan pola nafas klien yang bertambah buruk, frekwensi

    yang cepat merupakan indikasi terjadinya hambatan yang di akibatkan

    oleh sekresi jalan nafas

    b. Kaji Vital Sign setiap 8 jamRasional: Vital sign merupakan gambaran keadaan umum klien dan

    dapat di jadikan sebagai indikasi unutk pemberian tindakan keperawatan

    selanjutnya

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    12/16

    c. Atur posisi baring yang dapat melonggarkan jalan nafasRasional: Posisi yang tidak menekan diafragma akan mempermudah

    ekspansi atau pengembangan paru dan posisi yang tepat yang dapat

    mempermudah mengeluarkan sekresi

    d. Ajarkan teknik batuk yang efektifRasional: Teknik batuk yang efektif dapat menghasilkan udara paru yang

    maksimal sehingga dapat mengurangi penumpukan sekresi yang

    berlebihan disaluran nafas dan dapat meningkatkan rasa nyaman.

    e. Beri minum air hangat.Rasional: Mengencerkan secret

    f. Penatalaksanaan pemberian obat bronkodilator, antitusif, vitamian,antibiotic

    Rasional: Antibiotik menghambat dan membunuh kuman, antitusif

    menurunkan rangsangan batuk, vitamian meningkatkan ketahanan tubuh,

    bronkodilator melegakan pernapasan

    2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, invasi massa ke pleura,dinding dada

    Tujuan : Nyeri hilang/berkurang, klien tidak mengeluh nyeri

    Kriteria Hasil: Pasien menyatakan nyeri berkurang hingga mencapai tingkat

    nyeri ringan , Skala nyeri menjadi 1-3, Pasien merasa nyaman setelah nyeri

    berkurang, Pasien mulai banyak bergerak dan tidak tampak hati-hati.

    Ekspresi wajah rileks.

    Intervensi dan Rasional

    a. Kaji Penyebab, lokasi dan intensitas nyeriRasional: Mengetahui penyebab, lokasi dan intensitas nyeri sehinggadapat menetapkan intervensi selanjutnya

    b. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal.Rasional: Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan

    intervensi, menentukan efektivitas terapi.

    c. Observasi tanda-tanda vitalRasional: memantau perkembangan pasien

    d. Beri Posisi yang menyenangkan

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    13/16

    Rasional: Memberikan posisi yang membuat klien lebih rileks sehingga

    e. Ajarkan teknik relaksasi yakni nafas dalamRasional: Meningkatkan suplai oksigen sehingga jaringan di sekitar otak

    dapat merelaksasikan jaringan yang terganggu dan dapat mengurangi

    nyeri

    f. Batasi pengunjung dan beri lingkungan yang nyamanRasional: Dapat mengurangi rangsangan eksternal yang bisa memicu

    adanya rangsangan nyeri

    3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurunTujuan: aktivitas kembali normal dengan

    Kriteria hasil: tidak lemah, sianosis hilang, tidak sesak

    Intervensi dan Rasional

    a. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama perawatan,dorong penggunaan manajemen stress dan pengalihan yang cepat

    Rasional: dengan tindakan ini menurunkan stress dan rangsangan

    berlebihan

    b. Perhatikan dispneu, peningkatan kelemahan, perubahan tanda vitaltakikardia selama dan setelah aktivitas

    Rasional: menetapkan kemampuan pasien dan memudahkan pilihan

    intervensi

    c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunyakeseimbangan aktivitas dan istirahat

    Rasional: menghemat energy untuk penyembuhan, pembatasan aktivitas

    berdampak positif terhadap pasien dalam perbaikan kegagalan

    pernapasand. Bantu aktivitas perawatan diri. Berikan peningkatan aktivitas selama

    fase penyembuhan

    Rasional: menimbulkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai

    serta pergerakan otot.

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    14/16

    4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intakenutrisi yang tidak adekuat

    Tujuan : Nutrisi terpenuhi ditandai adanya peningkatan nafsu makan dan

    penambahan berat badan.

    Kriteria hasil: pasien dapat menghabiskan porsi makannya dan IMT dalam

    batas normal: 21-23 kg/m2

    Intervensi dan Rasional

    a. Kaji kebiasaan makan, kesulitan makanRasional: Anoreksia sering terjadi karena dispnue atau produksi sputum

    dan efek obat batuk

    b. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapisering sesuai dietnya

    Rasional: Makan dalam porsi kecil sedikit tapi sering dapat merangsang

    nafsu makan dan memudahkan untuk diterima oleh lambung

    c. Observasi dan catat masukan makanan pasienRasional: Mengawasi masukan makanan kalori atau kualitas kekurangan

    konsumsi makanan

    d. Timbang berat badan tiap hariRasional: mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi

    nutrisi

    e. Pemberian makanan diet TKTPRasional: Makanan TKTP dapat mengganti, membuat sel-sel baru

    (regenerasi) dalam tubuh

    f. Kolaborasi pemberian obat : Vitamin B Comp.Rasional: Untuk menambah nafsu makan

    5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan kompensasi paru yangmeningkat.

    Tujuan : pola tidur klien membaik

    Kriteria Hasil: pasien mengatakan tidur nyenyak dan tidak terbangun di

    malam hari.

    Intervensi dan Rasional

    a. Kaji waktu dan lamanya klien tidur

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    15/16

    Rasional: Jumlah jam tidur yang kurang dan pola tidur yang tidak

    teratur menggambarkan adanya gangguan istirahat tidur

    b. Rapikan tempat tidur klienRasional: Tempat tidur yang rapi dan bersih memberi rasa nyaman

    untuk tidur

    c. Beri posisi yang menyenangkan yang tidak menekan jalan nafasRasional: Posisi yang menyenagkan dan tidak menekan diafragma akan

    mempermudah ekspansi paru sehingga klien dapat memulai untuk tidur

    nyenyak,

    d. Ciptakan lingkungan yang tenangRasional: Lingkungan yang tenang dapat merangsang klien untuk tidur

    6. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman/perubahan statuskesehatan, adanya ancaman kematian

    Tujuan :klien tidak merasakan kecemasan

    Kriteria Hasil: mengakui dan mendiskusikan takut/masalah, menunjukkan

    rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks

    Intervensi dan Rasional

    a. Kaji persepsi klien terhadap penyakitnyaRasional: Persepsi yang positif membantu kerja sama dalam proses

    perawatan dan dapat mengurangi kecemasan

    b. Beri support pada klien bahwa ia akan sembuhRasional: Support yang mendukung dap-at melegakan perasaan klien

    dan mengurangi kecemasan

    c. Anjurkan keluarga untuk selalu dekat dengan pasienRasional: Menghilangkan rasa keterasingan sehingga cemas berkurang

    d. Beri dorongan spiritual pada klienRasional: Meyakinkan klien, selain dengan pengobatan dan perawatan

    masih ada yang berkuasa untuk menyembuhkan penyakitnya

  • 7/29/2019 100716788-Lp-Tumor-Paru

    16/16

    DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito, (2001).Buku saku diagnosa keperawatan.Edisi 8. Jakarta : EGC.

    Doenges E Mailyn, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

    perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC: Jakarta.

    Junadi, Purnawan. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III. diakses tanggal 23

    Maret 2012

    Price & Wilson, (2006).Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki.Edisi6. Volume I. Jakarta : EGC.

    Smeltzer & Bare, (2002).Bukuajar keperawatan medical bedah. Vol 2. Edisi 8.Jakarta : EGC.

    http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21094549.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21094549.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21094549.pdf