1. Karakteristik Wilayah Perencanaan 1.1. Orientasi ... · Wilayah Kota Genteng dilintasi ... Di...
Transcript of 1. Karakteristik Wilayah Perencanaan 1.1. Orientasi ... · Wilayah Kota Genteng dilintasi ... Di...
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
1
1. Karakteristik Wilayah Perencanaan
1.1. Orientasi Wilayah Perencanaan
Wilayah Perkotaan Genteng secara geografis berada di wilayah administrasi
Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Wilayah Administrasi Kecamatan
Genteng meliputi (lima) Desa, yaitu Desa Kaligondo, Desa Setail, Desa Genteng
Kulon, Desa Genteng Wetan dan Desa Kembiritan. Kecamatan Genteng berada di
wilayah Kabupaten Banyuwangi. Orientasi wilayah perencanaan berada di
sebelah barat – selatan dari Kota Banyuwangi.
Secara geografis wilayah perencanaan memiliki luasan 5.124 Ha, rincian luas
administrasi per desa di wilayah Kecamatan Genteng adalah :
1.2. Kondisi Fisik Dasar
1) Topografi
Salah satu faktor yang menentukan kesesuaian lahan adalah kondisi kemiringan
lahan (lereng). Wilayah perencanaan mempunyai topografi yang yang hampir
homogen datar, Wilayah perencanaan terletak pada ketinggian 140-188 mdpl.
2) Hidrologi
Keadaan hidrologi di Kecamatan Genteng sangat dipengaruhi oleh sungai-sungai
yang melintas diwilayahnya, antara lain yaitu Sungai Porolinggo, Sungai Njalen,
Sungai Setail, Sungai Kanal, Sungai Pandan dan Sungai Rimpis. Selain itu juga
didukung dengan keberadaan sumber mata air di Desa Setail dan Desa
Kaligondo.
3) Rawan Bencana
Wilayah Kota Genteng dilintasi oleh Kali Setail yang hulunya di wilayah
pegunungan , wilayah aliran kali Setail memiliki potensi adanya banjir
1.3. Karakteristik Pemanfaatan Ruang
Pola penggunaan lahan pada suatu kawasan merupakan gambaran suatu ruang
sebagai hasil gabungan antara aktivitas manusia sesuai dengan tingkat teknologi,
jenis kegiatan, kondisi fisik dan jumlah manusia yang ada pada kawasan tersebut.
Karakteristik pemanfaatan ruang merupakan perwujudan dari penggunaan tanah
yang dimanfaatkan atau difungsikan sebagai wadah kegiatan penduduk, adapun
penggunaan tanah yang ada di wilayah Kecamatan Genteng secara garis besar dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu pemanfaatan tanah yang sudah terbangun dan
pemanfaatan tanah yang belum terbangun.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
2
Pemanfaatan ruang yang terbangun dipergunakan untuk perumahan, perdagangan
(toko, warung dan jasa), fasilitas sosial (kantor pemerintah, pendidikan, kesehatan,
peribadatan), Disamping itu terdapat juga fasilitas umum, perdagangan dan jasa yang
skala pelayanan lokal maupun kecamatan.
Pemanfaatan ruang yang belum terbangun berupa lahan persawahan, lahan terbuka
lainnya. Lahan belum terbangun ini lokasinya tersebar di wilayah perencanaan
1.4. Kependudukan
1) Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah keseluruhan penduduk di wilayah perencanaan pada tahun 2013
sebanyak 86.570 jiwa. Desa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Desa
Genteng Kulon dengan jumlah penduduk 20.615 jiwa atau 24 % dari jumlah penduduk
keseluruhan dan desa dengan jumlah penduduk terkecil adalah Desa Kaligondo
sebanyak 12.520 jiwa, atau 15% dari jumlah penduduk keseluruhan.
Tabel 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
No. Desa Jumlah
Penduduk Luas Kepadatan
1 Kaligondo 12520 1462 9
2 Setail 15094 1148 13
3 Genteng Kulon 20615 414 50
4 Genteng Wetan 19326 584 33
5 Kembiritan 19014 1516 13
Jumlah 86570 5124 17
Sumber : Kecamatan Genteng dalam Angka
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan
luas wilayah perencanaan. Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk keseluruhan
dan luas wilayah perencanaan, maka kepadatan penduduk di wilayah perencanaan
adalah 16.61 atau 17 Jiwa/Ha. Namun persebaran penduduk yang terjadi tidak
merata, menyebabkan kepadatan yang ada disetiap desa menjadi tidak seimbang.
1.5. Karakteristik Bangunan
1) Pola Perkembangan Kawasan
Perkembangan wilayah perencanaan, secara eksisting terlihat pada
perkembangan kawasan permukiman yang diikuti dengan berkembangnya
kegiatan pendukung yaitu perdagangan dan jasa komersial. Pola perkembangan
terbagi atas dua bagian, untuk kawasan timur cenderung berkembang kawasan
permukiman real estate baru dan untuk bagian barat berkembang permukiman
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
3
kampung dan untuk perkembangan perdagangan dan jasa yang cenderung
berkembang secara linier mengikuti perkembangan koridor jalan.
2) Karakteristik Bangunan dan Kondisi Lingkungan
a) Kondisi bangunan
Secara umum, kondisi bangunan pada setiap desa di Kecamatan Genteng
berbeda-beda. Rata-rata kondisi bangunan di Kecamatan Genteng tergolong
sedang. Sebagian bangunan terutama di sepanjang jaringan jalan utama memiliki
kondisi bangunan yang baik namun kualitas lingkungan sekitar terutama pada
kawasan-kawasan padat huni yang perlu diperhatikan.
b) Bentuk dan Arsitektur Bangunan
Bentuk bangunan di wilayah ini terarah pada unsur modern karena sudah
dipengaruhi pengaruh perkotaaan. Bentuk aristektural bangunan yang ada masih
menunjukkan elemen tradisional terutama bangunan-bangunan fasilitas umum
pemerintah yang menunjukkan tipikal bangunan tropis.
c) Kondisi Intensitas Bangunan
Intensitas bangunan dilihat berdasarkan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Tinggi Lantai Bangunan (TLB). Rata-rata
intensitas bangunan dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2. Intensitas Bangunan Kecamatan Genteng
Jenis Peruntukan KDB (%) KLB TLB (m) Jumlah Lantai
Permukiman 50-90 0,6-1,8 5-10 1-2 Peribadatan 50-80 0,5-1,6 5-15 1-2 Perkantoran 60-80 0,6-1,6 5-10 1-2 Perdagangan & Jasa
60-100 0,6-2,0 5-10 1-2
Pendidikan 60-70 0,6-1,4 5-10 1-2 Industri 50-80 0,5-0,8 5-10 1
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2013
d) Garis Sempadan Bangunan
Pada beberapa titik lokasi kawasan terdapat beberapa bangunan yang tidak
memliki ruang GSB yang cukup sehingga menimbulkan permasalahan lalu lintas
pada koridor jalan tersebut..
Melihat Undang Undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, maka kemunduran
bangunan berkaitan dengan daerah pengawasan jalan, sesuai dengan fungsi
jalan, maka ketetapan kemunduran bangunan tidak sama. Kemunduran bangunan
ini lebih dikenal dengan istilan garis sempadan bangunan (GSB) yaitu jarak antara
bahu jalan dengan bangunan terluar.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
4
3) Kerapatan Bangunan
Kerapatan bangunan teridentifikasi dari perbandingan antara luas lantai dasar
bangunan dibandingkan dengan luas kaveling atau yang lebih dikenal dengan
istilah koefisien lantai dasar bangunan (KDB) atau bulding coverage ratio (BCR).
4) Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan di Kelurahan Genteng Kulon didominasi oleh bangunan
permanen, baik bangunan perdagangan-jasa, pemerintahan, pendidikan,
perumahan, dan tempat ibadah. Secara garis besar fasilitas Pemerintahan,
perdagangan dan perumahan sifatnya permanen, sedangkan kondisi bangunan
rumah di pedesaan masih ada yang semi permanen dan non permanen.
5) Ketinggian Bangunan
Jumlah lantai bangunan di wilayah perencanaan umumnya 1 sampai 3 lantai,
sedangkan untuk bangunan dengan jumlah lantai lebih dari 2 lantai terdapat di
Sekitar jalan Pasar, Mesjid (lebih tinggi dari 8 meter), pertokoan (Ruko) di jalan
Genteng Kulon memiliki tinggi bangunan antara 1 – 3 lantai. Di perdagangan
antara 1 – 4 lantai. Untuk perumahan pada umumnya 1 lantai, fasilitas umum
(pemerintahan) 1 - 3 lantai.
1.6. Persebaran Fasilitas
1) Perumahan
Permukiman yang berada pada Kecamatan Genteng adalah permukiman yang linear
mengikuti jalan dan berkelompok. Selain itu, masih terdapat lahan kosong pada kawasan
permukiman berupa sawah. Intensitas bangunan permukiman yang terdapat pada
Kecamatan Genteng adalah memiliki bangunan lebih dari satu lapis dari pinggir jalan dan
jarak bangunan yang rapat (0-3 meter). Jalan permukiman berpola grid dengan banyak
gang kecil dengan lebar jalan tidak lebih dari 3 meter.
2) Perkantoran
Keberadaan fasilitas perkantoran di wilayah perencanaan berkembang di kawasan pusat
kota yaitu di sepanjang koridor jalan utama.
3) Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan yaitu TK, SD, SLTP, SLTA,. Keberadaan
fasilitas pendidikan, sudah tersebar di seluruh wilayah perencanaan.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
5
4) Fasilitas Kesehatan
Di Wilayah Perencanaan terdapat beberapa fasilitas kesehatan yaitu RSUD,
Puskesmas, Rumah Bersalin, Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu,
Klinik/Poliklinik, Tempat Praktek Dokter dan Tempat Praktek Bidan.
5) Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan sudah tersebar di seluruh wilayah perencanaan. Fasilitas
peribadatan yang ada yaitu Masjid, Musholla/Langgar, Gereja dan Pura.
6) Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Fasilitas perdagangan dan jasa komersial tersebar di wilayah perencanaan.
Secara eksisting, penduduk sudah dapat memperoleh kebutuhan yang terkait
dengan keberadaan fasilitas perdagangan dan jasa. Persebaran fasilitas ini
cenderung berada pada jalan utama di wilayah perencanaan.
7) Fasilitas Bangunan Pemerintahan dan Bangunan Umum
Fasilitas bangunan pemerintahan dan bangunan umum yang ada di wilayah
perencanaan meliputi Kantor Kecamatan. Kantor Polisi dan kantor kelurahan,
sedangkan bangunan umum terdiri dari Balai RW.
1.7. Jaringan Prasarana
1) Jaringan Listrik
Penyediaan listrik untuk melayani kebutuhan penerangan penduduk di wilayah
perencanaan ini dipenuhi oleh PLN yang pelayanannya sudah mampu
menjangkau sebagian besar penduduk di seluruh Kecamatan Genteng, karena di
wilayah perencanaan ini di lewati jaringan listrik tegangan tinggi, menengah dan
rendah. Seluruh wilayah perencanaan telah memanfaatkan fasilitas PLN sebagai
sumber energi listrik.
2) Jaringan Air Minum
Penyediaan jaringan air bersih yang ada di wilayah Kecamatan Genteng
merupakan suatu hal yang penting bagi masyarakat Kecamatan Genteng, baik
sebagai air minum, memasak maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Sumber air
bersih yang selama ini digunakan oleh masyarakat Kecamatan Genteng sebagian
besar berasal dari aliran PDAM, namun ada juga yang berasal dari sumber mata
air seperti mata air yang berada di Desa Kaligondo yang digunakan untuk
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
6
mencukupi kebutuhan air bersih warga Dusun Selorejo. Selain itu terdapat pula
sebagian warga yang mendapat aliran air bersih dari sumber mata air yang
dikelola oleh HIPAM Kaligondo, yaitu Tirtawangi yang berada di Bumiarjo.
3) Jaringan Telepon
Penyediaan telepon di wilayah Kecamatan Genteng sebagai sarana untuk
menunjang komunikasi, baik bagi masyarakat maupun instansi/swasta. Dengan
melihat kondisi jaringan yang ada hampir diseluruh wilayah perkotaan telah
dilewati oleh jaringan telepon.
4) Jaringan Drainase/Limbah
Jaringan drainase yang ada di wilayah perencanaan telah tersebar di seluruh
wilayah yang memiliki kondisi berbeda-beda di setiap lingkungan. Jenis drainase
yang ada di wilayah perencanaan yaitu drainase primer, sekunder dan tersier.
Drainase primer yaitu sungai yang mengaliri Kecamatan Genteng. Untuk saluran
sekunder rata-rata memiliki lebar saluran ± 3 – 4 meter, saluran tertier di pinggir
jalan utama dengan lebar ± 1 – 2 meter dan tersier diperumahan ± 0,5 – 1,5
meter.
Sistem pematusan di wilayah perencanaan saat ini dipengaruhi oleh sistem irigasi
yang masih belum dikonversikan menjadi saluran pematusan. Dalam melihat
sistem pematusan di wilayah perencanaan tidak saja terbatas pada wilayah yang
distudi, tetapi dilihat dari sistem drainase secara keseluruhan, adanya Kali Setail
potensial bagi aliran akhir drainase di wilayah perencanaan, selain juga irigasi di
wilayah perencanaan dapat dijadikan sebagai bagian dari sistem drainase
5) Sistem Persampahan
Penanganan sampah yang dilakukan di Kecamatan Genteng dilakukan secara
komunal, yaitu dengan penyediaan bak sampah pada setiap rumah yang setiap
hari diangkut oleh petugas kebersihan baik oleh petugas kebersihan dari instansi
terkait maupun dari petugas kebersihan dari kelurahan. Sistem persampahan
seperti ini dilakukan dalam lingkungan permukiman baik lingkungan dengan
penduduk padat maupun penduduk sedang. Selain itu, terdapat beberapa warga
yang melakukan pengelolaan sampah sendiri, misalkan penimbunan,
pembakaran, komposting.
6) Gas
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
7
Gas merupakan salah satu bahan bakar alternatif, selain minyak tanah dan listrik
untuk kegiatan rumah tangga atau untuk kegiatan lainnya. Pelayanan gas dengan
sistem perpipaan di wilayah perencanaan tidak ada, untuk kebutuhan gas dapat
dilayani dengan sistem tabung yang berupa Elpiji.
1.8. Transportasi
1) Fungsi Jalan
Jaringan jalan di wilayah perencanaan jika dilihat dari fungsinya terdiri dari jalan
arteri sekunder, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, sedangkan jalan-
jalan lainnya merupakan jalan lokal sekunder dan lingkungan
2) Kondisi Jaringan Jalan
Jaringan jalan umum di wilayah Kecamatan Genteng, sebagian besar sudah
dilapisi aspal. Kondisi jalan, cukup baik, sedang sampai rusak.. Lebar
perkerasan di jalan-jalan umum di wilayah Kecamatan Genteng, antara 4 – 5
meter, Sedangkan di jalan Raya Genteng antara 8 – 10.5 meter.
3) Pola Pergerakan
Pola pergerakan di Kecamatan Genteng menghubungkan kawasan perumahan
sebagai kawasan asal pergerakan ke fasilitas umum, sebagai penarik pergerakan,
seperti ke lokasi fasilitas pendidikan, kesehatan, sosial, perdagangan, ke pusat
ekonomi, dan pusat pemerintahan.
4) Fasilitas Transportasi
a) Terminal
Terminal tipe B telah terdapat di wilayah ini, namun pada saat ini banyak
angkutan umum yang masih memanfaatkan persimpangan jalan sebagai
tempat menunggu penumpang, seperti di lokasi bekas terminal lama dan dekat
pasar Kota Genteng, kegiatan tersebut dapat mengakibatkan kemacetan lalu
lintas pada jam-jam sibuk.
b) Parkir
Pengunjung toko/warung sebagai konsumen memarkir kendaraan didepan
lokasi. seperti di jalan dekat pasar yang banyak mempengaruhi kegiatan lalu
lintas. Untuk fasilitas umum seperti untuk fasilitas pendidikan, pemerintahan,
sifatnya telah off street parking.
c) Median jalan
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
8
Di wilayah perencanaan median belum ada, bahu jalan masih ada yang berupa
tanah. Pada beberapa tempat kondisi bahu jalan dengan badan jalan, ada
beda ketinggian yang cukup mengganggu bagi lalu lintas.
2. Penentuan Wilayah Perkotaan Genteng
Wilayah “Kota Genteng” yang terdifinisi terdiri atas wilayah Kecamatan Genteng
dengan luas wilyah mencapai 5.124 Ha, terdiri atas lima wilayah desa yaitu Desa
Kaligondo, Desa Setail, Desa Genteng Kulon, Desa Genteng Wetan, dan Desa
Kembiritan dan Desa Gambiran di Kecamatan Gambiran. Dalam Kebijaksanaan
RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 dinyatakan bahwa Kota Genteng
termasuk Kota Kecil dengan jumlah penduduk antar 100.000 – 150.000 jiwa. Dalam
hasil penelitian dan pengembangan Direktorat Tata Ruang dinyatakan bahwa untuk
Kota kecil kepadatan penduduknya ≤ 60 jiwa/ Ha. Dalam sistem Kewilayahan Kota
Genteng, Bagian Wilayah Perkotaan Genteng terbagii dalam empat Sub Bagian
Wilayah Perkotaan (SBWP), yaitu SBWP Kembiritan, SBWP Genteng, SBWP Setail
dan SBWP Kaligondo, masing-masing SBWP ini terbagi dalam Blok-blok. Kemudian
dengan mempertimbangkan arah perkembangan kota Genteng, yaitu bahwa pusat
perkembangan berada di wilayah Desa Genteng, kemudian menjalar ke arah timur
mengarah ke Kota Banyuwangi, ke selatan ke wilayah Gambiran dan kemudian baru
ke arah barat, maka kebijaksanaan kepadatan penduduk arahnya sebagai berikut,
Kepadatan penduduk tinggi antara 51 – 60 jiwa/Ha
Kepadatan penduduk sedang antara 41 – 50 jiwa/ Ha
Kepadatan penduduk rendah antara 30 – 40 jiwa/ha.
Berdasarkan kebijaksanaan kepadatan penduduk tersebut, dan dengan
mempertimbangkan kepadatan penduduk dan perkembangan pertambahan penduduk
yang ada sekarang (Tahun 2013), maka untuk SBWP Genteng diarahkan kepada
kepadatan penduduk tinggi (60 jiwa/Ha), kemudian SBWP Kembiritan diarahkan
kepada kepadatan penduduk sedang (50 jiwa/Ha) dan SBWP Setail dan SBWP
Kaligondo diarahkan kepada kepadatan penduduk rendah (30 jiwa/Ha). Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka perkiraan jumlah penduduk berdasarkan daya
tampungnya
Hasil perhitungan perkiraan jumlah penduduk berdasarkan kapasitas daya tampung
penduduk di wilayah Kecamatan Genteng sampai tahun perencanaan (Tahun 2034),
terhitung berjumlah 215.832 jiwa, sementara kebijaksanaan untuk Kota kecil (RTRW
Banyuwangi) antara 50.000 – 150.000 jiwa, berdasarkan hasil perhitungan jumlah
penduduk berdasarkan trend perkembangan ± 143.000 jiwa.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
9
Mempertimbangkan perkiraan jumlah penduduk dan kapasitas tampung penduduk,
disimpulkan bahwa sampai dengan tahun perencanaan (tahun 2034) jumlah penduduk
di “Perkotaan Genteng” dapat tertampung di wilayah Kecamatan Genteng tanpa
menyertakan Blok 3.3, Blok 4.1, Blok 4.2 dan Blok 4.3. Karena dengan mengurangi
wilayah blok-blok tersebut diperkirakan masih mampu menampung jumlah penduduk
sebesar 161. 923 jiwa dan blok-blok yang tidak disertakan tersebut dapat dimasukan
sebagai kawasan cadangan pengembangan apabila terjadi kesalahan dalam
forcasting.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
10
Tabel 3. Perkiraan Jumlah Penduduk Berdasarkan Daya Tampung Tiap Blok Di Kecamatan Genteng
NO SBWP BLOK LUAS Perkiraan Jumlah Penduduk (Jiwa)
(Ha) 2015 2016 2017 2018 2019 2024 2029 2034
1
SBWP 1
1412,48 34854 36968 39083 37926 49476 49476 60050 70624
Blok 1.1 526,81 13000 13788 14577 14145 18453 18453 22397 26341
Blok 1.2 198,88 4907 5205 5503 5340 6966 6966 8455 9944
Blok 1.3 222,74 5496 5830 6163 5981 7802 7802 9470 11137
Blok 1.4 464,05 11451 12146 12840 12460 16255 16255 19729 23203
2
SBWP 2
1128,75 33423 35451 37479 36369 47445 47445 57585 67725
Blok 2.1 289,04 8550 9068 9587 9303 12136 12136 14730 17324
Bok 2.2 111,37 3298 3498 3698 3588 4681 4681 5682 6682
Blok 2.3 244,84 7250 7690 8129 7889 10291 10291 12491 14690
Blok 2.4 483,5 14317 15185 16054 15579 20323 20323 24667 29010
3
SBWP 3
1292,27 19132 20293 21454 20819 27159 27159 32964 38768
Blok 3.1 364,17 5392 5719 6046 5867 7654 7654 9289 10925
Blok 3.2 421,62 6242 6621 7000 6793 8861 8861 10755 12649
Blok 3.3 506,48 7498 7953 8408 8159 10644 10644 12919 15194
4
SBWP 4
1290,5 19106 20265 21425 20790 27122 27122 32918 38715
Blok 4.1 221,86 3285 3484 3683 3574 4663 4663 5659 6656
Blok 4.2 793,75 11752 12465 13178 12788 16682 16682 20248 23813
Blok 4.3 274,89 4070 4317 4564 4429 5777 5777 7012 8247
5124,00 106515 112978 119441 125904 132367 151202 183517 215832
Sumber : Hasil Analisa
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
11
Tabel 4. Perkiraan Jumlah Penduduk Berdasarkan Daya Tampung Tiap Blok Di Perkotaan Genteng
NO SBWP BLOK LUAS Perkiraan Jumlah Penduduk (Jiwa)
(Ha) 2015 2016 2017 2018 2019 2024 2029 2034
1 SBWP 1 1412,48 63651 64018 64385 64752 65119 66954 68789 70624
Blok 1.1 526,81 23738 23875 24012 24149 24286 24971 25656 26341
Blok 1.2 198,88 8956 9008 9060 9112 9164 9424 9684 9944
Blok 1.3 222,74 10035 10093 10151 10209 10267 10557 10847 11137
Blok 1.4 464,05 20904 21025 21146 21267 21388 21993 22598 23203
2 SBWP 2 1128,75 54216 54927 55638 56349 57060 60615 64170 67725
Blok 2.1 289,04 13866 14048 14230 14412 14594 15504 16414 17324
Bok 2.2 111,37 5352 5422 5492 5562 5632 5982 6332 6682
Blok 2.3 244,84 11764 11918 12072 12226 12380 13150 13920 14690
Blok 2.4 483,5 23215 23520 23825 24130 24435 25960 27485 29010
3 SBWP 3 785,79 6265 7176 8087 8998 9909 14464 19019 23574
Blok 3.1 364,17 2907 3329 3751 4173 4595 6705 8815 10925
Blok 3.2 421,62 3358 3847 4336 4825 5314 7759 10204 12649
Jumlah 3327,02 124132 126121 128110 130099 132088 142033 151978 161923
Sumber : Hasil Perhitungan
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
12
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
13
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
14
3. Karakteristik Permasalahan Wilayah Kota Genteng
a) Terdapat ketidak merataan persebaran dan jumlah penduduk sebagai “human capital”
untuk modal pembangunan, terutama antara pusat kegiatan perkotaan dengan wilayah
transisi dan pinggiran perkotaan.
b) Konsentrasi perkembangan kawasan perkotaan di pusat Bagian Wilayah Perkotaan, telah
menimbulkan ketidak merataan antar Sub Bagian Wilayah Perkotaan, serta inefisiensi
pelayanan prasarana dan sarana.
c) Terkonsentrasinya kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat, seperti kegiatan
perdagangan, jasa, sarana sosial di kawasan pusat Bagian Wilayah Perkotaan,
menjadikan pusat kegiatan tersebut menjadi tujuan utama pergerakan. Hal ini
menyebabkan terjadinya permasalahan lalu lintas.
d) Kualitas pembangunan prasarana transportasi menunjukkan bahwa terdapat
permasalahan yaitu kurangnya meratanya penyediaan pelayanan infrastruktur
transportasi, serta kurang maksimalnya integrasi pembangunan antar kawasan
perkotaan.
e) Terdapatnya percampuran lalu lintas regional dengan lalu lintas lokal, menimbulkan
konflik lalu lintas, ketidan nyamanan, ketidak amanan, terjadi kelambataan pergerakan
f) Adanya fasilitas transportasi (terminal) yang berlum berfungsi sebagaimana mestinya,
menimbulkan permasalah dalam pengaturan lalu lintas.
g) Potensi-potensi bencana alam yang memrlukan perhatian, seiring dengan meningkatnya
kerusakan lingkungan.
h) Pembangunan spasial cenderung terjadi dengan pola linier-konsentris. Pertumbuhan
transportasi jalan raya menjadi faktor penarik pertumbuhan pembangunan spasial. Isu
konektivitas menjadi hal utama dalam pencapaian aksesibilitas kawasan perkotaan agar
tetap berkembang secara seimbang.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
15
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
16
4. Isu strategis wilayah:
Dengan memperhatikan fakta diatas, dapat dirumuskan Issues Strategis bagi
pengembangan Kota Genteng, Kabupaten Banyuwangi, yaitu :
Isu Strategis pertama :
Keseimbangan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi antar wilayah, antar
Pusat Kegiatan Lokal dengan Pusat Pengembangan Kawasan dan dengan Pusat
Pengembangan Lingkungan, agar tumbuh pemerataan pembangunan wilayah,
Isu Strategis kedua :
Pengembangan pusat-pusat pelayanan lingkungan agar terbentuk struktur wilayah yang
mampu melayani kebutuhan masyarakat secara efisien.
Isu Strategis ketiga :
Pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan dengan prinsip-
prinsip keseimbangan lingkungan dan konservasi untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Isu Strategis keempat :
Optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
rangka mengembangkan dan memanfaatkan ruang sesuai dengan potensinya
Isu Strategis kelima :
Tersedianya pemenuhan kebutuhan penduduk akan fasilitas, prasarana dan sarana yang
memadai, sesuai dengan kebutuhan
Isu Strategis keenam :
Tersedianya infrastruktur jaringan jalan serta jaringan prasarana lainnya secara merata,
sesuai dengan kebutuhan dan persebaran penduduknya
Hal-hal yang ingin dicapai:
a) Terwujudnya fungsi dan peran wilayah perencanaan;
b) Kondisi fisik spasial lingkungan yang tertata terutama dengan adanya keseim-
bangan pemanfaatan ruang budi daya secara optimal, keseimbangan antara ruang-
ruang hijau dan/atau ruang terbuka serta kawasan terbangun; keseimbangan spasial
tata guna lahan dan transportasi.
c) Terciptanya pusat-pusat kegiatan secara berjenjang yang dapat menjadi orientasi
kefiatan masyarakat dalam kawasan perkotaan dan wilayah.
d) Keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar Sub Bagian Wilayah Perkotaan di
Kawasan Kota Genteng .
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
17
e) Terwujudnya fungsi dan peran wilayah perencanaan;
f) Perkembangan Kota yang memiliki potensi investasi;
g) Terwujudnya kondisi sosial dan lingkungan yang nyaman di wilayah perencanaan;
h) Tumbuhnya peran masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan; dan
i) Adanya prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran tujuan tersebut.
Prinsip penataan ruang wilayah perencanaan adalah:
a) tersedianya aksesibilitas internal dan eksternal yang baik;
b) tersedianya fasilitas dan jaringan prasarana yang memadai untuk terwujudnya
kawasan/kegiatan perdagangan dan jasa berskala wilayah Kabupaten, Propinsi sampai
ke tingkat nasional;
c) tersedianya fungsi-fungsi ekologis yang cukup dan ruang terbuka hijau yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d) tersedianya Peraturan Zonasi yang operasional dan dapat sesuai dengan karakteristik
dari perkotaan Genteng,
5. Tujuan Dan Sasaran Penataan Bagian Wilayah Perkotaan Genteng
Tujuan dari penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah : “Mewujudkan ruang
kabupaten berbasis pertanian bersinergi dengan pengembangan perikanan,
pariwisata, industri perdagangan dan jasa yang berdaya saing dan berkelanjutan”.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran pembangunan Kota Genteng 20 Tahun
kedepan adalah:
1) Mewujudkan Kemudahan Memperoleh Akses Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup,
dicapai dengan cara mengurangi kesenjangan sosial, kemiskinan, dan pengangguran
melalui kemudahan memperoleh akses terhadap berbagai bentuk pelayanan sosial dasar
masyarakat yang berkualitas.
2) Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Buatan dicapai dengan cara
menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup melalui penataan ruang yang berkelanjutan.
3) Mengembangankan Infrastruktur, dicapai dengan cara pembangunan sarana dan
prasarana wilayah untuk mendorong pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan
serta mengurangi ketimpangan antar wilayah.
Dari tujuan tata ruang tersebut, sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor penggerak
pembangunan yang dikemas dalam bentuk agribisnis dan agroindustri.
Pembangunan ruang Kota Genteng juga diarahkan guna mendukung dan mewujudkan
sektor perdagangan dan jasa komersial dan mewujudkan system regionalisasi sesuai yang
ingin dibentuk, sehingga mampu membawa berbagai sektor yang ada di Kota Genteng
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
18
menjadi lebih mampu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, pertumbuhan
wilayah tetap tidak boleh mengabaikan aspek-aspek pembangunan berkelanjutan, yang
secara langsung maupun tidak langsung akan tetap menjadi daya dukung utama terhadap
seluruh kegiatan.
Dalam mewujudkan tujuan penataan ruang di Kota Genteng, disusunlah sasaran-sasaran
penataan ruang.
Sasaran pertama
Pengembangan Kota Genteng sebagai pusat pertumbuhan wilayah dalam upaya
pemerataan pelayanan kebutuhan masyarakat , mengembangkan pusat kegiatan di wilayah
Kota Genteng yang direncanakan untuk pengembangan perencanaan ekonomi, sosial, dan
fisik yang didukung oleh sarana prasarana yang memadai
Sasaran kedua :
Penyediaan sarana dan prasarana secara berjenjang (berhirarki), adalah upaya untuk
mendorong pembangunan ruang, melalui pengembangan sarana dan prasarana sesuai
dengan kebutuhan dan potensi yang akan dikembangkan dengan sistem pelayanan yang
berjenjang dan terstruktur sesuai dengan tingkatan-tingkatan dan ukuran-ukuran tertentu
yang saling berkait, sehingga memberikan hasil dan nilai yang lebih besar dalam rangka
memacu pertumbuhan dan memberi efek mengganda (multiplier effect).
Sasaran ketiga :
Pemantapan kelestarian sumber daya alam dan buatan adalah mengedepankan prinsip-
prinsip keseimbangan lingkungan dan konservasi sebagai modal pembangunan yang
berkelanjutan.
Sasaran keempat :
Optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat adalah
upaya mengembangkan dan memanfaatkan ruang sesuai dengan potensinya serta
mempertimbangkan prospek ekonomi sehingga dapat menunjang kemampuan dan
kemandirian masyarakat
Sasaran kelima :
Keterpaduan program pembangunan perdagangan dan jasa komersial yang didukung
seluruh pemangku kepentingan adalah upaya bersama seluruh komponen untuk fokus
dalam mewujudkan pembangunan berbasis agribisnis, agroindustri dan jasa komersial
sehingga tercipta keterpaduan antar pelaku pembangunan.
Sasaran keenam :
Kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan kerja sama adalah
upaya untuk meningkatkan pelayanan, sarana prasarana penunjang berikut regulasi yang
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
19
memudahkan terlaksananya investasi dan kerja sama regional di wilayah Kabupaten
Banyuwangi pada umumnya dan Kota Genteng pada khususnya
6. Kebijaksanaan Dan Strategi Pengembangan Kawasan Perkotaan Genteng
Berdasarkan tujuan penataan ruang Kawasan Kota Genteng, maka kebijakan dan strategi
pengembangan kawasan Kota Genteng didefinisikan sebagai berikut:
Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah, terdiri atas:
pengembangan sistem pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana wilayah.
Kebijakan 1
Mendorong perkembangan Sistem Perkotaan yang Efisien, Efektif, Rasional serta
terintegrasi untuk meningkatkan kegiatan Sosial-Ekonomi masyarakat dan pelayanan publik;
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan wilayah dan pemerataan
pelayanan baik di perkotaan maupun di perdesaan, agar terjadi efisiensi fungsi dengan cara:
a. Pembentukan sistem perkotaan.
b. Pembentukan sistem dan fungsi perwilayahan.
Strategi 1
a) sistem perkotaan yang berhierarki dengan membentuk PKL, PPK, dan PPL.
b) Revitalisasi dan percepatan pembangunan kawasan Kota Genteng sebagai pusat
kegiatan lokal (PKL) yang didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan kawasan (PPK) dan
pusat-pusat pertumbuhan lingkungan (PPL).
Strategi 2
a) Pembentukan SBWP Genteng berdasarkan potensi dan permasalahan.
b) Pembentukan struktur pusat pelayanan dan sistem pusat kegiatan pada setiap SBWP.
c) Pengembangan SBWP sesuai dengan fungsi dan perannya.
Kebijaksanaan Dan Strategi Penetapan Pola Ruang Kawasan Perkotaan Genteng
Kebijakan pola ruang di`kawasan perkotaan Genteng mencakup kawasan lindung, dan budi
daya, Kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak boleh dialih
fungsikan untuk kegiatan budi daya, dan kawasan budi daya akan dikembangkan dan
dimanfaatkan secara optimum. Pola pemanfaatan ruang wilayah di Kota Genteng diarahkan
untuk menciptakan keseimbangan antara fungsi kawasan sebagai kawasan lindung dan
kawasan budi daya.
Kebijakan 1
Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan
lingkungan sumber daya alam dan ekosistemnya, pada Kawasan perlindungan setempat
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
20
Strategi 1:
Memantapkan rencana pola ruang atau zonasi perlindungan kawasan lindung setempat
yang meliputi sempadan sungai dan sekitar mata air, dan kawasan rawan bencana, melalui:
a) Penetapan dan/atau penegasan batas kawasan perlindungan setempat.
b) Pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi
c) Pengendalian kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan.
Strategi 2:
Mengelola kawasan rawan bencana alam yang terdiri dari kawasan rawan banjir melalui:
a) Penetapan kawasan rawan bencana banir.
b) Pengidentifikasian tingkat resiko rawan bencana alam.
c) Pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam.
Kebijakan 2
Pengembangan kawasan budi daya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki,
dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, yang
meliputi:
a) Kawasan peruntukan permukiman
b) Peruntukan kawasan budi daya lainnya
Strategi 1 :
a) Pengembangan kawasan permukiman perkotaan terutama pengembangan permukiman
yang efisien dan terintegrasi dengan sistem transportasi.
b) Pengembangan kawasan permukiman yang mendukung industri rumah tangga.
c) Pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang.
d) Pola hunian yang berimbang adalah sebuah upaya membentuk permukiman/ kawasan
hunian yang dilengkapi dengan kebutuhan dan sarana dan prasarana secara
proporsionaldan berkelanjutan
Strategi 2
a) Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa pada lokasi yang dinilai strategis dan
memiliki aksesibilitas yang tinggi dari seluruh wilayah sub bagian wilayah perkotaan
Genteng dan wilayah regional
b) Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa yang memperhatikan kelancaran lalu
lintas
c) Penanganan permasalahan kegiatan perdagangan informal secara bijaksana
Strategi 3
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
21
a) Efisiensi pemanfaatan fasilitas sosial yang sudah ada
b) Pengembangan fasilitas sosial secara berdaya guna dan berhasil guna sampai dengan
tahun perencanaan
c) Penyediaan fasilitas sosial sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan
penduduknya sampai dengan tahun perencanaan
d) Persebaran fasilitas sosial sesuai dengan persebaran penduduknya
e) Kemudahan aksesibilitas masyarakat ke fasilitas pemenuhan kebutuhannya
Kebijaksanaan Dan Strategi Pengembangan Jaringan Prasarana
Kebijaksanaan
Pemantapan penyediaan prasarana perkotaan dengan meningkatkan kelengkapan, skala
pelayanan, pemerataan, serta sistem interkonektivitas dan keterpaduan antar jenis
prasarana wilayah yang dilayaninya secara efisien pada:
a. Sistem jaringan transportasi.
b. Sistem jaringan energi.
c. Sistem jaringan telekomunikasi dan informatika.
d. Sistem jaringan sumber daya air.
e. Sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan.
Strategi 1
Meningkatkan peranan sektor transportasi dalam mendorong percepatan dan pemerataan
kegiatan pembangunan daerah serta menyelesaikan permasalahan inefisiensi infrastruktur,
melalui:
a) Pemantapan dan pengembangan jaringan transportasi darat yang terintegrasi dengan
kebijakan pengembangan perkotaan dan pengembangan wilayah.
b) Peningkatan integrasi intermoda dan antarmoda yang didukung dengan sarana dan
prasarana.
Strategi 2
Meningkatkan peranan sektor transportasi dalam mendorong percepatan dan pemerataan
kegiatan pembangunan daerah serta menyelesaikan permasalahan inefisiensi infrastruktur,
melalui:
a) Membangun sistem jaringan prasarana dan sarana transportasi secara terpadu inter
moda (jalan, terminal regional) dengan tetap memperhatikan daya dukung wilayah ;
b) Mengembangkan dan membangun jaringan jalan untuk mendorong perkembangan
pembangunan fisik, sosial dan ekonomi ;
c) Membangun prasarana energi dan sistem jaringan distribusi untuk meningkatkan
kapasitas, jangkauan dan kualitas layanan energi listrik secara berkelanjutan;
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
22
d) Membangun sistem prasarana pengolahan air bersih dan sistem jaringan distribusi
untuk meningkatkan kapasitas sediaan, jangkauan, dan kualitas layanan air bersih
secara berkelanjutan di kawasan perkotaan; dan
e) Membangun dan meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi (terestrial
dan satelit) di kawasan perkotaan untuk meningkatkan akses informasi bagi
masyarakat;
Kebijaksanaan Dan Strategi Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang
Diprioritaskan Penanganannya
Kebijaksanaan
Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya
merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan kedalam rencana
penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan.
a) Upaya mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordina sikan
dan keterpaduan pembangunan, pada kawasan yang dinilai memiliki prioritas tinggi
dibandingkan bagian dari wilayah perencanaan lainnya;
b) Sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan rencana teknis
pembangunan yang lebih rinci lainnya; dan1
Strategi 1 :
a) Menentukan faktor kunci yang dinilai mampu mendukung perwujudan rencana pola
ruang, rencana jaringan prasarana, dan pelaksanaan peraturan zonasi di wilayah
perencanaan;
b) Untuk mendukung tercapainya agenda pembangunan;
c) Merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang memiliki nilai penting dari sudut
kepentingan ekonomi , sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai
penting lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah perencanaan;
d) Bagian dari wilayah perencanaan yang dinilai perlu didikembangkan, diperbaiki, agar
dapat mencapai standar tertentu berdasarkan pertimbangan ekonomi , sosial-budaya,
dan/atau lingkungan.
Kebijaksanaan Dan Strategi Arahan Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang merupakan upaya mewujudkan rencana dalam bentuk program
penataan ruang/pengembangan dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai
akhir tahun masa perencanaan bersifat optional dalam penyusunannya
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
23
Kebijaksanaan
Rumusan program guna mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan
prasarana, serta mendukung perwujudan bagian dari wilayah perencanaan yang
diprioritaskan penanganannya,
Strategi 1 :
a) Menyusun program yang sifatnya realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu perencanaan;
b) Program yang konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik
dalam jangka waktu tahunan maupun antarlima tahunan; dan
Strategi 2 :
a) Program pemanfaatan ruang yang dinilai memiliki nilai strategis untuk mewujudkan
rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di wilayah perencanaan sesuai
tujuan penataan ruang wilayah perencanaan.
b) Program pemanfaatan ruang yang memuat kelompok program sebagai berikut:
1) perwujudan rencana pola ruang di wilayah perencanaan, meliputi:
i. perwujudan zona lindung pada wilayah perencanaan; dan
ii. perwujudan zona budi daya pada wilayah perencanaan, dapat meliputi:
(a) perwujudan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di wilayah
perencanaan;
(b) perwujudan ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap jenis pola ruang (zona)
(c) perwujudan intensitas pemanfaatan ruang blok; dan
(d) perwujudan tata massa bangunan.
2) program perwujudan rencana jaringan prasarana di wilayah perencanaan, meliputi:
i. perwujudan pusat pelayanan kegiatan di wilayah perencanaan;dan
ii. perwujudan sistem jaringan prasarana untuk wilayah perencanaan, yang mencakup
pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional di dalam wilayah perencanaan,
dapat meliputi:
(a) perwujudan sistem jaringan pergerakan di wilayah perencanaan;
(b) perwujudan sistem jaringan energi;
(c) perwujudan sistem jaringan kelistrikan;
(d) perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
(e) perwujudan sistem air minum;
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
24
(f) perwujudan sistem drainase;
(g) perwujudan sistem air limbah; dan
(h) perwujudan sistem jaringan lainnya sesuai kebutuhan
3) perwujudan penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya, dapat meliputi:
a. perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan
b. pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
c. pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan;dan
d. pelestarian/pelindungan blok/kawasan
4) Sumber Pendanaan,yang dapat berasal dari APBD kabupaten/kota,APBD provinsi,
APBN, swasta, dan/atau masyarakat.
5) Instansi Pelaksana, yang merupakan pihak-pihak pelaksana program utama yang
meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan),
swasta, serta masyarakat.
7. Rencana Detail Tata Ruang Kota Genteng
7.1. Rencana Struktur Wilayah Kota Genteng
Tinjauan RTRW Terhadap Wilayah Perencanaan
Tujuan dari penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah : “Mewujudkan ruang
kabupaten berbasis pertanian bersinergi dengan pengembangan perikanan,
pariwisata, industri, perdagangan dan jasa yang berdaya saing dan berkelanjutan”.
Dengan demikian, maka tujuan dari penataan ruang dalam RDTR Kecamatan Genteng tidak
akan terlepas dari tujuan yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Banyuwangi.
Visi pengembangan Kecamatan Genteng adalah mengembangkan Kawasan Perkotaan
yang terintegrasi dengan Kabupaten Banyuwangi, serta mempertahankan lahan produksi
pertanian yang di dukung dengan adanya pusat perdagangan (pasar) sebagai distribusi dan
industri rumah tangga.
Pengembangan kedepan tidak hanya di dukung oleh adanya pasar sebagai pusat distribusi,
namun akan mengoptimalkan fungsi terminal sebagai upaya untuk mendukung kegiatan
masyarakat untuk berinteraksi dengan wilayah sekitar dan memicu pertumbuhan wilayah
sebagai pusat distribusi baru hasil produksi di kawasan industri.
Struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah yang tersusun
atas konstelasi pusat - pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dihubungkan oleh
sistem jaringan prasarana wilayah terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah
merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
25
Berdasarkan kebijaksanaan dalam RTRW Banyuwangi, Kota Genteng ditetapkan
sebagai pusat pengembangan untuk Cluster Banyuwangi Tengah Barat. Adapun fungsi
utama dari Kota Genteng adalah :
a) Pusat pemerintahan skala kecamatan
b) Pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan
c) Pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan
Sedangkan wilayah belakangnya (dalam sistem clusternya) meliputi Kecamatan Kalibaru,
Glenmore, Tegalsari, Sempu dan Gambiran yang berfungsi sebagai :
a) Kawasan pertanian
b) Kawasan peternakan
c) Kawasan perkebunan
d) Kawasan pariwisata
e) Kawasan industri kecil
f) Kawasan lindung
Gambar 1. Sistem Cluster Perkotaan Genteng
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
26
Dalam kebijaksanaan system pusat pelayanan, maka kota genteng adalah :
1) Sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)/ Pusat pelayanan utama berada di Desa Genteng
Kulon, sekitar area pasar Desa dan jalan utama Desa Genteng Kulon.
2) Sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)/pusat kedua di Desa Genteng Wetan, area
Pasar Desa Genteng Wetan di sekitar jalan utama desa.
3) Sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)/Sub-sub pusat pelayanan berada di setiap
desa, tepatnya di dekat kantor desa. D
4) Di masing-masing SBWP dan Blok memiliki pusat orientasi kegiatan masyarakat.
Guna mewujudkan pola struktur perwilayahan, maka perlu terpenuhinya kriteria untuk pusat
pelayanan, yaitu :
1) Aksesibilitas lokasi yang tinggi, dari pusat ke wilayah hinterlandnya
2) Tersedianya kebutuhan sarana dan prasarana skala regional,
3) Mampu menjadi pusat orientasi kegiatan bagi masyarakat dari wilayah hinterlandnya.
Selain berfungsi sebagai pusat pelayanan lingkungan,Kota Genteng juga mengemban
fungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal dan Pusat Pelayanan wilayan. Untuk itu, rencana jenis
kegiatan utama yang akan dialokasikan adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan Perdagangan dan Jasa skala regional dan lokal
b) Kegiatan Pemerintahan (skala Kecamatan dan Desa)
c) Fasilitas Umum (Skala regional, dan lokal)
d) Terminal (terminal Tipe B dan Tipe C)
e) Perumahan (Kepadatan tinggi dan sedang)
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
27
Gambar 2 Pusat Pusat SBWP Perkotaan Genteng
7.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Perkotaan Genteng
Beberapa pertimbangan penting dalam rencana pola ruang kegiatan kawasan
perencanaan dimasa mendatang adalah
(1) Perkembangan pemukiman dan fasilitas sosial
(2) Perkembangan karena perubahan fungsi kegiatan dari fungsi kurang produktif ke
kegiatan produktif
(3) Perbaikan lingkungan wilayah perumahan
(4) Berdasarkan fungsi yang akan dikembangkan
(5) Jenis kegiatan yang akan dikembangkan
(6) Kebijaksanaan perencanaan pengembangan yang ada,
7.2.1. Kawasan Lindung
1) Kawasan Lindung Setempat
Kawasan lindung setempat di wilayah Perkotaan Genteng (selanjutnya disebut wilayah
perencanaan), terdiri dari: kawasan Sempadan sungai dan mata air.
Pengamanan dan pengelolaan kedua kawasan lindung tersebut adalah sebagai berikut
Merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 63 Tahun 1993, tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai,
maka untuk sungai setail sempadan sungai direncanakan sebagai berikut :
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
28
1) Sempadan sungai ditetapkan 25 - 50 meter.
2) Upaya pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat
mengganggu/merusak badan air, kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta
alirannya;
3) Kegiatan sosial - ekonomi penduduk sehari - hari yang berorientasi ke sungai
diupayakan agar tidak mengganggu kelestarian fungsi lindung kawasan sempadan
sungai;
4) Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian
banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan
pencemaran, peningkatan kualitas air baku).
5) Melakukan pengamanan di sepanjang daerah aliran sungai,.
Untuk saluran iigasi ang melintas kota, maka direncanakan penanganannya sebagai berikut
1) Penetapan sempadan sungai ditetapkan sempadan sungainya berkisar 5 - 10 meter;
2) Upaya penanganan / pengelolaan kawasan sempadan sungai dilakukan dengan :
a) Pengaturan erositas dan pengaturan tanah pertanian.
b) Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi sebagai upaya menjamin terjaganya
daya dukung pangan.
c) Pengembangan drainase
d) Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian
banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan,
pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku).
e) Pengembangan perikanan / tambak / perikanan darat, serta
f) Pengembangan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek ekologis.
Gambar 3. Ilustrasi Sempadan Sungai Tidak Bertanggul
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
29
a. Kawasan Perlindungan Setempat Sekitar Mata Air
Arahan kegiatan pengelolaan penggunaan lahan antara lain:
Penetapan perlindungan pada sekitar mata air Sumber mata air di Desa Setail dan Desa
Kaligondo adalah 100 meter, dengan demikian di sekitar kawasan sumber air dapat
ditanami dengan jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar
sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan.
b. Kawasan Rawan Gempa
Kecamatan Genteng sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Banyuwangi merupakan
salah satu wilayah di Jawa yang sering dilanda gempa, tepatnya di pantai selatan
Banyuwangi. Gempa sering terjadi di perairan selatan yang sebagian besar berskala
6,5–7 skala magnitud.
Estimasi terjadinya gempa sulit diramalkan, maka dari itu yang bisa dilakukan oleh
masyarakat adalah melakukan proses engineering terhadap setiap desain bangunanya
Strategi mitigasi bencana gempa bumi antara lain:
1) Manajemen resiko gempa bumi (earthquake risk management) melalui penataan
ruang dapat dilakukan dengan :
2) Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang aman dari gempa bumi, antara lain dengan
menganalisis tipe-tipe tanah dan struktur geologinya maupun patahan atau sesar di
suatu daerah merupakan salah satu sumber gempa bumi tektonik. Untuk itu perlu
dilakukan usaha memetakan arah patahan dengan lebih teliti, khususnya di suatu
daerah yang ada indikasi patahan. Pemetaan ini bermanfaat untuk memberi saran ke
penduduk, swasta, ataupun pemerintah jika mereka hendak membangun perumahan
atau gedung.
3) Mengalokasikan penempatan bangunan (perumahan dan fasilitas umum yang vital,
seperti : rumah sakit, sekolah, kantor polisi, pemadam kebakaran, dan sebagainya)
pada wilayah yang aman dari gempa bumi. hendaknya tidak memotong atau dibangun
di atas jalur patahan..
7.2.2. Kawasan Budidaya
a. Kawasan Pertanian
Upaya pemantapan kawasan lahan sawah yang beririgasi teknis adalah sebagai berikut :
1) Dilarang adanya perubahan penggunaan lahan sawah beririgasi teknis menjadi kegiatan
non pertanian, tetapi kegiatan non pertanian yang diperbolehkan adalah sebatas
mensuport kegiatan pertanian dengan klasifikasi skala kecil (mis. penggilingan padi).
Kegiatan ini luasannya tidak melebihi dari 0,5% dari luas kawasan pertanian di kawasan
tersebut.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
30
2) Meningkatkan kualitas dan produktifitas kawasan pertanian, terutama pada kawasan
dengan melakukan teknologi tepat disertai dengan pengembangan sarana dan
prasarana pengairan guna daya dukung pangan.
3) Peningkatan jaringan irigasi
Upaya penanganan / pengelolaan kawasan pertanian dilakukan dengan cara :
1) Mendorong pembentukan sentra sentra kawasan pertanian dengan pendekatan sosial
2) Penetapan kriteria teknis dan pola penataan lahan serta pengelolaan kawasan pada
masing masing Kawasan
a) Kawasan pertanian tanaman pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan didominasi pertanian lahan basah. Pengembangan
pertanian tanaman pangan lahan basah untuk komoditi padi ditujukan untuk
mempertahankan wilayah kabupaten Banyuwangi sebagai lumbung pangan/sentra beras
Provinsi Jawa Timur. Kawasan-kawasan pertanian yang sudah ada perlu dipertahankan,
perlu penerapan sistem disinsentif bagi perubahan fungsi lahan pertanian ke non pertanian.
Lahan pertanian irigasi teknis perlu dipertahankan, perubahan lahan pertanian kering ke non
pertanian dilakukan secara terbatas. peningkatan produksi dapat dilakukan melalui
intensifikasi sistem pertanian.
b) Kawasan hortikultura
Selain padi, sebagai komoditi pertanian yang potensial dikembangkan, adalah : jagung,
kedelai, kacang-kacangan, buah-buahan dan komoditi lainnya. Pengembangan produksi
pertanian diarahkan untuk menjaga ketahanan pangan, menciptakan nilai tambah dan
sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. dari produk-produk pertanian.
c) Kawasan perkebunan
Jenis komoditi perkebunan yang amat diminati masyarakat di wilayah perencanaan adalah:
kopi, kelapa, dan karet. Pengembangan komoditi perkebunan tersebut saat ini masih belum
didukung oleh kegiatan industri pengolahannya. Potensi yang bisa dikembangkan dari
perkebunan ini,
Mendorong pengembangan kegiatan industri pengolahan setiap komoditi yang ditujukan
untuk meningkatkan nilai tambah, seperti pengembangan kegiatan industri pengolahan
dengan pola home industri;
Mendorong pengembangan kawasan perkebunan dan kegiatan peternakan sapi (penggemukan)
secara terpadu, melalui penyiapan area pakan ternak pada kawasan perkebunan.
b) Perdagangan Dan Jasa
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
31
Di pusat-pusat permukiman Desa umumnya tumbuh kegiatan perdagangan, mulai dari
perdagangan skala lokal desa sampai ke perdagangan skala Kecamatan/Kabupaten.
Perdagangan dan jasa di Kota Genteng berkembang dikoridor jalan Hasannudin – Gajah
Mada – Wachid Hasyim berkembang kegiatan perdagangan dari mulai toko emas,
elektronik, sampai barang kelontong, di jalan Gajah Mada terdapat pasar harian. jenis
warung makanan, oleh-oleh dan jasa travel biro. juga kegiatan jasa, ada perbankan, jasa
advokasi, Bentuk perdagangannya pada umumnya bangunan deret, berlantai satu sampai
lantai tiga, ada beberapa pedagang yang sifatnya informal ( PKL).
Rencana pengembangan perdagangan dan jasa dilakukan sebagai berikut:
1) Kegiatan perdagangan dan jasa yang berskala Kecamatan/Kabupaten dikembangkan
disekitar jalan Gajah Mada - Wachid Hasyim, berbentuk deret dan blok (Block System
Building), sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu lintas, karena Perdagangan
berfungsi sebagai jalan kolektori primer. Dalam pengembangannya, ketentuan
mengenai intensitas bangunan (seperti Garis sempadan bangunan, koeffisien dasar
bangunan dan ketinggian bangunan) perlu diperhatikan.
2) Pengembangan Pasr Genteng I dan Pasar Genteng II sebagai pasar berskala
pelayanan regional
3) Penataan pasar, khususnya Pasar Genteng yang mencakup:
a) Perbaikan kondisi bangunan pasar, sehingga dapat menampung pedagang di
sekitar.
b) Menyediakan tempat parkir yang teratur dan sesuai kebutuhan untuk parkir
kendaraan dan untuk bongkar muat.
c) Menyediakan TPS untuk menampung sampah pasar, beserta pengangkutan sampah
ke TPS tersebut.
4) Kegiatan perdagangan dan jasa yang berskala lokal /lingkungan dikembangkan di
PPK/PPL
5) Kegiatan perdagangan berskala lingkungan permukiman, direncanakan dikembangkan
dipusat- pusat desa di unit lingkungan permukiman perdesaan.
6) Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa secara linier pada jalan-jalan utama
kawasan, tetapi dengan menentukan jenis perdagangan/jasanya sesuai dengan hirarkhi
pelayanan dan tarikan yang ditimbulkan. Misalnya: pada jalan-jalan utama kawasan
yang mempunyai fungsi sebagai akses regional, jenis perdagangan dan jasa yang
dikembangkan adalah yang mempunyai tarikan dan bangkitan yang rendah agar tidak
mengganggu arus lalu lintas yang ada. Selain itu, untuk menghindari gangguan
terhadap arus lalu lintas yang berasal dari aktivitas yang ditimbulkan, maka pada
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
32
kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan-jalan utama kawasan sebaiknya
mempunyai lahan parkir di dalam kapling.
7) Pengembangan sentra-sentra PKL untuk menampung PKL yang terdapat di sekitar
pusat kegiatan (perdagangan dan jasa, pendidikan) . Keberadaan PKL dapat dijadikan
potensi kegiatan perdagangan serta menghidupkan kegiatan kawasan terutama pada
malam hari. Adapun pengembangan sentra-sentra PKL ini dapat dilakukan pada lokasi
sendiri atau memanfaatkan lahan pada kawasan perdagangan dan jasa yang tidak buka
di malam hari.
b. Kawasan Perkantoran
Fasilitas pelayanan pemerintahan berupa kantor kecamatan dan kantor desa dapat di
temukan tersebar pada masing-masing wilayah desa di jalan-jalan lingkungan kawasan,
mengingat fasilitas kantor desa ini merupakan salah satu fasilitas yang harus mudah
dijangkau oleh penduduk, sedangkan kantor pelayanan umum dapat ditemukan tersebar di
sepanjang jalan utama kawasan dan beberapa pada jalan lokal kawasan. Masing-masing
fasilitas perkantoran baik skala kawasan (kantor desa) berada pada lokasi yang mudah di
jangkau dan terdapat akses angkutan umum, begitu juga dengan yang berskala kawasan
sampai kota.
Berdasarkan kondisi eksisting yang ada maka dapat dirumuskan arahan pengembangan
bagi fasilitas perkantoran di Kecamatan Genteng adalah sebagai berikut:
1) Mempertahankan kondisi eksisting fasilitas perkantoran yang telah ada,
2) Untuk pengembangan kawasan perkantoran baru skala pelayanan kota diarahkan
kebagian barat kawasan perencanaan (Desa Kaligondo dan Desa Setail) dengan
pemilihan lokasi mempertimbangkan aksesibilitas (jalan dan angkutan umum) dan
ketersediaan lahan.
3) Pengembangan kawasan perkantoran dapat dilakukan dengan menggabungkan fungsi
lain seperti perdagangan dan tempat tinggal didalamnya, yaitu misal berbentuk Rukan
(kantor jasa)
4) Pada kawasan perkantoran hendaknya menyediakan area parkir kendaraan disesuai
dengan luas peruntukan
Fasilitas umum untuk pelayanan umum, seperti kantor polisi, kantor pos, telepon, telegram,
pemadam kebakaran, PLN, PDAM dan lainnya. Jenis fasilitas pemerintahan dan pelayanan
umum yang biasanya terdapat di lingkungan permukiman adalah pos hansip, parkir umum,
balai Rukun Warga, kantor desa, pos polisi, kantor pemadam kebakaran, kantor polisi,
kantor kecamatan, kantor pos cabang.
c. Perumahan
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
33
Perumahan berkembang di kawasan-kawasan permukiman yang umumnya menjadi pusat
wilayah desa. Di Genteng Wetan dan Desa Genteng Kulon membentuk cluster, kemudian
di Desa Setail, Desa Kembiritan dan Desa Kaligondo perkembangannya linier di jalan
utama. Di Desa Genteng Wetan dan desa Genteg Kulon merupakan konsentrasi
permukiman terbesar di wilayah perencanaan. Kemudian Di Desa Kembiritan, Desa Setail
dan desa Kaligondo merupakan kawasan permukiman yang sedang tumbuh, hal ini
diperlihatkan dari adanya pembangunan rumah baru oleh penduduk.
Permukiman Real Estate yang berkembang di wilayah perencanaan yaitu antara lain
Perumahra Sari Mulia Sejati. Keberadaan perumahan tersebut memberikan gambaran
bahwa Kecamatan Genteng telah berkembang dan cenderung menuju strata menengah
keatas. Kawasan permukiman yang demikian terlihat di Desa Genteng Kulon, Genteng
Wetan dan Kembiritan yaitu pola permukiman dengan karakter peralihan. Sedangkan untuk
kawasan permukiman lainnya selain yang telah disebut diatas merupakan kawasan
permukiman dengan karakter pedesaan. Kawasan permukiman dengan karakter pedesaan
tersebut dikelilingi oleh kawasan pertanian baik sawah maupun tegalan.
Pengembangan perumahan kepadatannya disesuaikan dengan kebijaksanaan kepadatan
penduduk
d. Sarana Pelayanan Umum
1) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada, selain fasilitas pendidikan yang dikelola dibawah kementrian
pendidikan, juga terdapat fasilitas pendidikan di bawah kementrian agama. Gambaran
persebaran jenis dan jumlah fasilitas pendidikan dibawah kementrian pendidikan dapat
diogambarkan sebagai berikut :
Sarana pelayanan umum yang ada di kawasan kota Genteng terdapat fasilitas pendidikan,
seperti Taman Kanak-kanak (48 unit), Sekolah Dasar (44 unit), sekolah lanjutan pertama (14
unit) dan sekolah lanjutan atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (710unit). Kemudian MI ada 7
uniit, MTs ada 3 unit, MA ada 1 unit
Fasilitas pendidikan yang ada sebahagian besar berlokasi dii Desa Genteng Wetan, Desa
Genteng Kulon dan Desa Setail.
Fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan cenderung berada di jalan utama desa, karena
mengikuti ketersediaan lahan yaitu antara lain TK, SD, SMP, SMA, berada di dekat kawasan
permukiman.
Berdasarkan kondisi eksisting dan permasalahan yang ada maka arahan pengembangan
kawasan pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
34
a) Pengembangan kawasan pendidikan diarahkan pada kawasan belum berkembang,
dengan tujuan untuk mengembangkan kawasan tersebut, yakni di Desa Kaligondo dan
Desa Setail. Kawasan pendidikan tersebut berupa fasilitas pendidikan skala lokal yakni
mulai dari TK – SMU.
b) Pengembangan fasilitas pendidikan skala kota (SMP, SMU) lebih diarahkan pada
pusat-pusat pelayanan kawasan
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
35
c) Pengembangan kawasan pendidikan skala lingkungan (SD, TK) lebih diarahkan pada
pusat-pusat lingkungan
d) Pendistribusian fasilitas pendidikan pada sub pusat BWK dan unit-unit lingkungan di
sesuaikan dengan skala pelayanan dan tingkat kebutuhannya
e) Arahan peningkatan kualitas pelayanan (daya tampung, tenaga pengajar, dan
prasarana penunjang aktivitas pendidikan).
2) Sarana Kesehatan
Di Wilayah Perencanaan terdapat beberapa fasilitas kesehatan yaitu RSUD, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu, Klinik/Poliklinik, Tempat Praktek Dokter dan
Tempat Praktek Bidan. Keberadaan fasilitas tersebut tersebar di lima desa Kecamatan
Genteng.
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Genteng terbagi menjadi fasilitas kesehatan
skala regional, Kecamatan sampai skala lingkungan. Dilihat dari kondisi eksisting,
persebaran fasilitas kesehatan yang mempunyai skala pelayanan regional/ Kecamatan
cenderung berada pada jalan-jalan utama kawasan, sedangkan untuk fasilitas kesehatan
yang mempunyai skala lokal (kelurahan/desa) tersebar dekat lingkungan perumahan.
Melihat kondisi eksisting yang ada, maka dapat dirumuskan arahan pengembangan bagi
fasilitas kesehatan di Kecamatan Genteng adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang sudah ada terutama fasilitas
dengan skala pelayanan regional yaitu dari segi:
(1) Daya tampung,
(2) Penambahan tenaga medis,
(3) Penambahan sarana–prasarana, terutama peningkatan fasilitas sehingga dapat
menampung pasien rawat inap, dengan dampak peningkatan jam operasional
puskesmas,
(4) Peningkatan jam operasional puskesmas, sarana-prasarana serta tenaga
operasional dan medis dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayananan
kesehatan pada masyarakat.
b) Pengembangan fasilitas kesehatan didistribusikan ke tiap-tiap pusat Sub BWK dengan
bentuk antara lain Praktek dokter bersama plus laboratorium dan apotik.
Pengembangan fasilitas kesehatan dengan arahan berupa lokasi praktek dokter
bersama yang terintegrasi dengan apotik ini ditujukan untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan secara terpadu.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
36
3) Sarana Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang ada terdiri dari Musholla/Langgar, Masjid. Gereja, Pura dan
Vihara, Fasilitas peribadatan lokasinya tersebar di lima desa di Kecamatan Genteng.
4) Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Jenis Ruang Terbuka Hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah perencanaan berupa
RTH publik dalam bentuk jalur dan area, yang berbentuk jalur berupa RTH koridor jalan,
RTH median jalan, RTH pedestrian jalan dan pulau jalan. Untuk yang berbentuk area
berbentuk taman alun-alun atau taman bermain dan lapangan. Selain itu juga
dikembangkan RTH tertentu yaitu RTH sempadan sungai, sempadan jaringan listrik
tegangan tinggi, dan makam.
5) Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)
Ruang terbuka non hijau adalah ruang terbuka yang tidak termasuk dalam kategori RTH,
berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air. Secara hierarki, RTNH dapat
dibedakan menjadi RTNH pada lingkungan RT, RTNH pada lingkungan RW, RTNH pada
kawasan desa, RTNH pada kawasan Kecamatan. Secara fungsional, RTNH dapat
dibedakan menjadi RTNH pada bangunan-bangunan fungsional di setiap skala
pelayanannya, seperti: bangunan hunian, bangunan kornersial, bangunan standa budaya,
bangunan pendidikan, bangunan olahraga, bangunan kesehatan, bangunan transportasi
dan bangunan tandard.
Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTNH di Kawasan Perkotaan,
standard penyediaan RTNH berdasar hierarkinya adalah sebagai berikut:
a) RTNH Skala Rukun Tetangga (Lapangan RT)
RTNH Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk
dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya untulk melayani kegiatan sosial di lingkungan RT
tersebut. Luas taman ini adalah minimal 1 M2 per penduduk RT, dengan luas minimal
250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 300 m dari rumah-rumah
penduduk yang dilayani
b) RTNH Skala Rukun Warga (Lapangan RW)
RTNH Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam bentulk taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga
masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas taman ini
minimal O,5 m2
per penduduk RW, dengan luas minimal 1.250 m2. Lokasi taman berada pada
radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayaninya.
c) RTNH Skala Kelurahan (Taman)
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
37
RTNH kelurahan dapat disediakan dalarn bentuk taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal 0,30 m2 per penduduk kefurahan, dengan luas
minimal taman 9.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kelurahan yang bersangkutan.
d) RTNH Skala Kecamatan
RTNH kecamatan dapat disediakan dalam bentulk taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk satu kecamatan. Luas taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan
luas taman minimal 24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan yang
bersangkutan.
7.3. Rencana Jaringan Prasarana
7.3.1. Rencana Pengembangan Transportasi
Masalah Lalu Lintas Dalam kawasan perencanaan.
1) Di daerah sekitar jalan utama kota berlokasi aktivitas yang menyebabkan daerah ini
menjadi lokasi "penarik lalu lintas". Dari pengamatan menunjukkan bahwa ditandai oleh
masalah bercampurnya pergerakkan macam-macam jenis kendaraan, kendaraan
eksternal-eksternal, eksternl – internal dan internal-internal pada jalan-jalan sehingga
kinerja jalan rendah sampai macet dan faktor keamaan pemakai jalan kurang.
2) Jaringan jalan yang ada sekarang menyebabkan sirkulasi pergerakan kendaraan dari
kawasan perumahan menambah tekanan pada jalan utama. Struktur wilayah (dalam
skala yang lebih luas dari kawasan perencanaan) yang ada sekarang tidak/belum
memungkinkan hubungan yang serasi antara pola penggunaan tanah dan sirkulasi
pergerakan atau jaringan jalan.
3) Kondisi jaringan jalan dari sisi geometrik jalan, pada umumnya kapasitasnya rendah.
Jalan-jalan memiliki dua jalur, kurang dari dua lajur, lebar badan jalan antara 5 – 8
meter. Dikiri – kanan jalan digunakan untuk parkir di jalan (parking on street) meskipun
posisi sejajar., ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas jalan.
Konsepsi Pola Jaringan Jalan.
1) Pada dasarnya alternatif konsep pola perkembangan kawasan perencanaan yang dapat
diusulkan adalah mengusahakan agar perkembangan diarahkan untuk mengurangi
beban yang akan dipikul oleh daerah pusat kegiatan lingkungan, sebagai lokasi pusat
aktivitas "penarik bangkitan lalu lintas".
2) Pola penggunaan tanah dan pola jalan berada dalam keadaan yang serasi pada setiap
alternatif pola perkembangan, dimana sebenarnya perbedaan utama adalah pada
penempatan daerah perumahan beserta pusat-pusatnya. Keserasian di atas harus
tercermin pada pelokasian yang tepat dari setiap penggunaan tanah dan terdapatnya
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
38
kelancaran sirkulasi lalu lintas dalam kota, baik lalu lintas eksternal ataupun lalu lintas
internal.
3) Alternatif pola jaringan jalan pada rencana perkembangan kawasan perencanaan
ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
(a) Pergerakan lalu lintas eksternal.
(b) Pergerakan lalu lintas internal.
(c) Hubungan antara "kawasan perencanaan" dengan daerah hinterland.
(d) Pergerakan lalu lintas antar daerah perumahan dengan daerah "penarik bangkitan
lalu lintas" seperti pada daerah perdagangan, jasa, pemerintahan, fasilitas
pendidikan dan lain-lain.
A. Rencana Jaringan Jalan
1) Rencana Jalan Arteri sekunder ruas jalan Rogojampi – Benculuk – Jajag – Genteng
Jalan ini sudah ada, Kondisi jalan ini memiliki dua jalur dua lajur, lebar perkerasannya
6.5 meter (Rumaja), dengan shoulder 2-3 meter dimasing-masing sisinya. Volume lalu
lintasnya cukup tinggi. Kemunduran bangunan (yaitu jarak antara pagar dengan dinding
terluar bangunan) antara 0 (di perkotaan/perdagangan) – 8 meteran (perumahan)
Jalan ini merupakan bagian dari jalan Banyuwangi - Jember yang berfungsi sebagai
jalan kolektor primer, status jalan Propinsi. Mempunyai peran yang strategis dalam
mendorong perkembangan pembangunan Wilayah Kabupaten Banyuwangi umumnya,
khususnya di kawasan Perkotaan Genteng. Mempertimbangkan hal tersebut, maka
perlu pengembangan kapasitas jalan tersebut.
Kebijaksanaan pengembangan jalan tersebut direncanakan sebagai berikut :
a) Mengintegrasikan pembangunan jalan kolektor primer ke jalan arteri sekunder;
b) Membatasi interkoneksi jalan lokal primer dengan arteri sekunder;
c) Peningkatan kondisi jalan dan melakukan pemeliharaan secara berkala, yang dikelola oleh
pemerintah propinsi;
d) Peningkatan kapasitas jalan dengan cara pelebaran jalan
Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder lebih ditujukan pada pelebaran
jaringan jalan yang sudah ada atau membangun jalan baru, hingga memenuhi
2) Rencana Jalan Lintas Selatan
Rencana Pembangunan Jalan Lintas Selatan di Kabupaten Banyuwangi meliputi Jalan
arteri yang menghubungkan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember rencana
jaringan jalan pada ruas jalan :
Ketapang - Banyuwangi - Rogojampi - Genteng - Glenmore - Kendeng Lembu -
Malangsari – Tangki Nol (Perbatasan Wilayah Kabupaten Jember)
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
39
Rencana pengembangan jalan tersebut direncanakan sebagai berikut :
a) Mengintegrasikan pembangunan jalan kolektor primer ke jalan arteri sekunder;
b) Membatasi interkoneksi jalan lokal primer dengan arteri sekunder;
c) Peningkatan kondisi jalan dan melakukan pemeliharaan secara berkala, yang dikelola
oleh pemerintah propinsi;
d) Peningkatan kapasitas jalan dengan cara pelebaran jalan
Untuk sampai dengan dimensi perencanaan (20 tahun) hal ini perlu disesuaikan
dengan keadaan fisik pada saat sekarang.
3) Jalan Kolektor Primer (K1)
Rencana jalan Kolektor Primer pada ruas jalan Batas Kab. Jember-Genteng Kulon-
Jajag-Benculuk-Rogojampi-Batas Kota Banyuwangi
Jalan ini sudah ada, Kondisi jalan ini memiliki dua jalur dua lajur, lebar perkerasan
antara 6 – 7 meter, dengan shoulder 2 – 4 meter dimasing-masing sisinya. Sudah
beraspal, Kemunduran bangunan antara 0 – 30 meter.
Mempunyai peran yang strategis dalam mendorong perkembangan pembangunan
Wilayah Kabupaten Banyuwangi Wilayah tengah barat, khususnya dalam rangka
mendukung perotaan Genteng sebagai pusat kegiatan lokal (PKL). Mempertimbangkan
hal tersebut, maka perlu pengembangan kapasitas jalan tersebut.
Kebijaksanaan pengembangan jalan tersebut direncanakan sebagai berikut :
a) Penetapan fungsi jalan sebagai jalan Kolektor primer 2 (KP2)
b) Peningkatan kondisi jalan dan melakukan pemeliharaan secara berkala.
c) Mengintegrasikan pembangunan jalan kolektor primer ke jalan arteri sekunder,
kolektor sekunder, lokal sekunder/primer;
d) Peningkatan kapasitas jalan dengan cara melebarkan jalan
4) Jalan Lingkar
Rencana pengembangan jalan lingkar merupakan salah satu pemecahan menangani
tingkat kepadatan lalu lintas antar wilayah yang melintas wilayah perkotaan. Kondisi
tersebut tidak bisa dihindari karena perkembangan wilayah perkotaan cenderung ke
pusat kota. Dengan kondisi seperti tersebut maka fungsi jalan arteri yang melintas kota
sangat tidak efisien lagi. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan jalan
lingkar merupakan salah satu pemecahan jangka pendek untuk mengatasi tingkat
kepadatan di arteri/kolektor primer yang melintas wilayah perkotaan.
Jalan Lingkar Genteng - Terminal Wiroguno
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
40
5) Rencana Jaringan Jalan Lokal Primer dan Lokal Sekunder
Jalan Lokal Primer, adalah jalan-jalan yang menghubungkan pusat kegiatan dengan
jalan kolektor. Rencana pengembangan jaringan jalan lokal primer pada ruas jalan :
Pusat Kegiatan Lokal Genteng (PKL Genteng) – Pusat Pengembangan Kawasan
Kalibaru ( PPK Kalibaru)
Pusat Kegiatan Lokal Genteng (PKL Genteng) – Pusat Pengembangan Kawasan
Glenmore ( PPK Glenmore)
Pusat Kegiatan Lokal Genteng (PKL Genteng) – Pusat Pengembangan Kawasan
Tegalsari (PPK Tegalsari)
Pusat Kegiatan Lokal Genteng (PKL Genteng) – Pusat Pengembangan Kawasan
Sempu (PPK Sempu)
Pusat Kegiatan Lokal Genteng (PKL Genteng) – Pusat Pengembangan Kawasan
Gambiran (PPK Gambiran).-
b) Tetapi untuk rencana sampai dengan dimensi perencanaan (20 tahun) hal ini perlu
disesuaikan dengan keadaan fisik pada saat sekarang. Rencana pengembangan
jaringan jalan sampai akhir tahun perencanaan seperti direncanaan
Jalan Lokal Sekunder, adalah jalan-jalan yang menghubungkan pusat kegiatan
Perkotaan dengan kawasan hunian (perumahan). Rencana pengembangan jaringan jalan
lokal sekunder pada ruas jalan :
Pusat Kegiatan Bagian Wilayah Perkotaan (Pusat BWP) – Pusat Pengembangan
Kawasan (Pusat SBWP)
Pusat Pengembangan Kawasan – Pusat Pengembangan Lingkungan (Pusat PPL)
a) Jalan tersebut dikembangkan dengan cara perbaikan/ pelebaran dan pemba-ngunan
jalan baru.
b) Tetapi untuk rencana sampai dengan dimensi perencanaan (20 tahun) hal ini perlu
disesuaikan dengan keadaan fisik pada saat sekarang. Rencana pengembangan
jaringan jalan sampai akhir tahun perencanaan seperti direncanaan
6) Rencana Jaringan Jalan Lingkungan Primer dan Lingkungan Sekunder
Jalan Lingkungan, adalah jalan-jalan yang menghubungkan pusat pengembngan kawasan
(PPK) dengan Pusat pengembangan lingkungan dan antara pusat pengembangan
lingkungan dengan kawasan perumahan
Rencana pengembangan jaringan jalan lokal sekunder pada ruas jalan :
Pusat Pengebanga Kawasan – Pusat Pengembangan Lingkungan
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
41
Pusat Pengembangan Lingkungan – Kawasan Perumahan
Tetapi untuk rencana sampai dengan dimensi perencanaan (20 tahun) hal ini perlu
disesuaikan dengan keadaan fisik pada saat sekarang. Rencana pengembangan jaringan
jalan sampai akhir tahun perencanaan seperti direncanaan
B. Angkutan Umum
Jika dilihat dari belum adanya lintasan trayek angkutan umum dalam kawasan perencanaan,
dapat disimpulkan bahwa tingkat aksesibilitas kawasan perencanaan (Kawasan Perkotaan
Genteng) antar pusat Sub Bagian Wilayah Perkotaan (SBWP) masih rendah. Perlu adanya
pengembangan lintasan angkutan umum yang melalui pusat-pusat (SBWP), lintasan
angkutan umum yang sudah ada antar Pusat Kegiatan Wilayah (PKW Banyuwangi) – Pusat
Kegiatan Lokal (PKL Genteng) – Pusat Pengembangan Kawasan ( PPK Kalibaru, PPK
Glenmore, PPK Tegalsari, PPK Sempu dan PPK Gambiran). Untuk itu perlu adanya
peningkatan aksesibilitas antar pusat desa, melalui angkutan pedesaan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa pembukaan lintasan angkutan umum ini akan memberikan
dampak terhadap pergeseran penggunaan lahan pada sekitar jalan-jalan tersebut. Halte-
halte angkutan umum, setidak-tidaknya dikembangkan di pusat pelayanan kawasan..
Lokasi halte (bus stop) direncanakan dengan mempertimbangkan rute dan trayek angkutan
umum serta potensi pergerakan. Penempatan halte diatur sedemikian rupa pada tempat-
tempat yang strategis, merupakan titik bangkitan pergerakan yang cukup tinggi, dengan
tingkat keamanan dan kenyaman yang memadai.
C. Jaringan Pedestrian
Jaringan Pedestrian atau trotoar berfungsi sebagai sarana untuk pejalan kaki dalam
melakukan pergerakan dengan aman dan juga sebagai pemisah antara pejalan kaki dengan
pemakai jalan dengan kendaraan. Belum adanya trotoar sebagai sarana penunjang
transportasi, akan menyebabkan terjadinya percampuran antara pemakai jalan yang
memakai kendaraan dengan pejalan kaki. Trotoar sebagai sarana penunjang transportasi
sangat diperlukan terutama untuk jalan-jalan utama di kawasan perencanaan.
Untuk itu perlu adanya pengembangan trotoar pada beberapa jalan tersebut terutama
mengingat koridor tersebut merupakan koridor aktivitas perdagangan dan jasa serta fasilitas
umum. Selain sebagai koridor perdagangan jasa dan fasilitas umum, perlunya
pengembangan trotoar adalah untuk memfasilitasi pejalan kaki guna menjangkau kawasan
permukiman.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
42
Fungsi trotoar yaitu jalan yang disediakan bagi orang-orang pejalan kaki sehingga dia
merasa aman. Lebar dari trotoar untuk setiap fungsi/kelas jalan berbeda-beda, pada
umumnya :
Untuk jalan utama kota, minimum 2,5 meter pada tiap tepi jalan
Untuk jalan-jalan didaerah perdagangan 2,5 - 4 meter pada tepi jalan
Untuk jalan-jalan penting yang lain, lebar minimum 1,5 meter
C. Sarana Penunjang Transportasi
1) Terminal
Di wilayah Perkotaan Genteng telah terdapat terminal terminal Tipe B (terminal Wiroguno)
yang berfungsi melayani angkutan antar kota dan antar propinsi, namun kondisiny belum
berfungsi sebagaimana mestnya, masih banyak kendaraan dan penumpang melakukan
kegiatan menaik turunkan penumpang diluar terminal yang ada tersebut. Oleh karena itu
yang diperlukan adalah memberdayakan terminal yang sudah ada tersebut. Misalnya
dengan meningkatkan prasarana lalu lintas (jalan menuju ke lokasi terminal yang masih
kurang mendukung), menyusun regulasi lalu lintas angkutan umum antar kota, melakukan
perbaikn sarana penunjang kegiatan terminl tipe B.
2) Drainase
Pembenahan saluran drainase dikiri-kanan jalan di kawasan perencanaan harus ditunjang
dengan pembenahan saluran primer dan sekunder dalam satu DAS. Selain pembenahan
sistem drainase juga perlu dijaga agar saluran drainase harus dijaga kebersihannya
3) Median Jalan
Fungsi dari median jalan pada umumnya, hanya berfungsi sebagai pemisah arus kendaraan
yang berlawanan. Mengingat kondisi kawasan perencanaan, maka sebaiknya menggunakan
median yang ditanami pepohonan, fungsinya selain sebagai pemisah jalur jalan, juga
sebagai peneduh dan mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan
yang melalui jalan tersebut
4) Parkir
Pemanfaatan badan jalan sebagai tempat parkir akan mengurangi kapasitas jalan,
disamping itu akan menimbulkan kemacetan lalu lintas, seperti di jalan pasar genteng,
selain banyak kendaraan yang berhenti dipinggir jalan, juga masih banyak mobil angkutan
umum yang berhenti mencari penumpang, sehingga menambah kesemrawutan lalu lintas.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
43
Berdasarkan pada letaknya terhadap badan jalan, dikenal parkir di jalan (on street parking)
dan diluar jalan (off street parking).
(a) Sistem Parkir Di Jalan (On Street Parking Sistem)
Parkir di Badan Jalan (on-street parking) menggunakan sebagian badan jalan pada
salah satu sisi atau kedua sisi untuk parkir. Sasaran dari sistem ini adalah
menghindarkan gangguan bagi lalu lintas secara umum yang diakibatkan dari
penggunaan on-street parking. Pada jalan dengan lebar kurang dari 5 m, tak mungkin
kendaraan diparkir tanpa menimbulkan banyak hambatan lalu-lintas, bahkan mungkin
lalu-lintas menjadi macet sama sekali. Selain pada jalan selebar kurang dari 7,5 m,
kendaraan hanya mungkin diparkir dengan sudut 0o (sejajar sisi jalan).
Luas kebutuhan parkir bergantung pada jumlah kendaraan yang diharapkan parkir dan
sudut parkir. Umumnya parkir jenis ini menggunakan sudut parkir yang sejajar dengan
badan jalan (bila jalannya kecil) atau membentuk sudut apabila jalannya cukup lebar.
Sudut parkir yang umum digunakan adalah 30°, 45°, 60°, 90°. Tidak semua badan jalan
dapat digunakan sebagai media parkir. Sistem on-street parking direncanakan pada
jaringan jalan kolektor. Hal ini dengan pertimbangan apabila direncanakan di jaringan
jalan arteri , dikhawatirkan dapat mengganggu aktivitas pergerakan regional.
(b) Sistem Parkir Di Luar Jalan (Off Steet Parking Sistem)
Parkir di luar jalan merupakan parkir yang tidak memanfaatkan badan jalan. Jenis parkir ini
antara lain adalah:
a) Pelataran Parkir (open space parking).
b) Bangunan Parkir (park building).
c) Parkir di Lantai Dasar (basement parking).
Parkir jenis ini megambil tempat dipelataran parkir umum, sistemnya dapat berupa
pelataran. Namun sistim parkir ini sebenarnya tidak ekonomis karena faktor nilai tanah yang
sudah mahal dan kapasitas tampungnya terbatas
Sistem off-street parking direncanakan pada pusat-pusat kegiatan, seperti perkantoran dan
komersial, dan pusat pelayanan publik lainnya. Kawasan parkir direncanakan terbuka (open
air parking lots) dan alur keluar masuknya diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
pergerakan di jaringan jalan setempat.
Lokasi lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan dapat didesain baik dengan cara dikelo
5) Lampu Jalan
Lampu jalan dalam hal ini berfungsi sebagai penerangan pada malam hari bagi pemakai
jalan dalam menentukan orientasi serta bermanfaat juga dari segi keamanan bagi pemakai
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
44
jalan tersebut. Pada jalan-jalan utama lampu jalan disediakan oleh Pemerintah Daerah,
sedangkan pada jalan lingkungan umumnya disediakan oleh masyarakat sendiri. Seperti di
jalan Kolektor Primer 1 (KP1) Genteng Kulon-Jajag-Benculuk-Rogojampi-Batas Kota
Banyuwangi perlu adanya penerangan jalan.
6) Lampu Pengatur Lalu Lintas
Lampu pengatur lalu lintas mempunyai fungsi sebagai pengatur kelancaran lalu lintas pada
persimpangan jalan, di kawasan perencanaan saat ini belum terdapat lampu lalu lintas.
Pada masa mendatang jika jalan arteri dan jalan kolektor telah berfungsi sebagaimana
mestinya, perlu lampu pengatur lalu lintas pada persimpangan jalan-jalan tersebut dengan
jalan utama lainnya.
9) Rambu-Rambu Lalu Lintas Dan Marka Jalan
Berupa rambu-rambu lalu lintas guna menjaga kelancaran lalu lintas, rambu-rambu yang
standart perlu ditetapkan guna menjaga kelancaran lalu lintas.
Untuk marka jalan, seperti pada lintasan penyeberangan, pembagi jalan, perlu ditetapkan
agar keteraturan lalu lintas dapat terwujud khususnya jalan di Kawasan Perkotaan Gentng
7.3.2. Rencana Pengembangan Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik penduduk Kabupaten Banyuwangi saat ini sebagian besar dipasok
oleh PLN Ranting Ketapang. Selanjutnya demi memenuhi kebutuhan daya listrik yang ada,
yang tertuang dalam RUPTL (Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik di Kabupaten
Banyuwangi) maka kebijaksanaannya adalah :
1) Penambahan Gardu Induk di Kota Genteng
2) Pembangunan Saluran Udara Tegangan Menengah 150 KV yang melintasi kawasan
Perkotaan Genteng
Besaran watt yang terpasang untuk masing-masing keluarga/rumah bervariasi, untuk
rumah tinggal umumnya 900 watt - 2200 watt, sedangkan untuk non perumahan umumnya
lebih dari 3600 watt. Penerangan lingkungan (swadaya murni masyarakat) belum merata,
khususnya untuk penerangan jalan,. Listrik disamping digunakan untuk penerangan jalan
juga untuk keamanan lingkungan.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
45
7.3.3. Rencana Pengembngan Jaringan Telekomunikasi
Secara umum pengembangan sistem jaringan telekomunikasi untuk Prkotaan Genteng
adalah sebagai berikut :
1) Pengembangan sistem terestrial yang terdiri dari sistem kabel, sistem seluler dan sistem
satelit sebagai penghubung antara pusat kegiatan dan atau dengan pusat pelayanan;
2) Pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga ke perdesaan yang belum
terjangkau sarana prasarana telekomunikasi;
3) Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial dan
ekonomi wilayah seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, kawasan pesisir,
dan kawasan wisata;
Pengembangan jaringan telekomunikasi dengan sistem terestrial ditetapkan dengan
keriteria :
1) Jaringan dikembangkan secara berkesinambungan dan terhubung dengan jaringan
nasional;
2) Menghubungkan antar pusat kegiatan; dan
3) Mendukung kawasan pengembangan ekonomi.
Sedangkan pengembangan jaringan sistem satelit ditetapkan dengan kriteria :
1) Mendukung dan melengkapi pengembangan jaringan terestrial;
2) Mendukung pengembangan telekomunikasi seluler; dan
3) Pemanfaatan bersama menara untuk paling sedikit 3 (tiga) operator setiap menara.
7.3.4. Rencana Pengebangan Jaringan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih yaitu dengan pemanfaatan air tanah dan pemanfaatan
air permukaan (sungai).. Penyediaan air bersih untuk kawasan Perencanaan tentunya
membutuhkan air yang sesuai dengan kebutuhan . Sungai Setail memiliki potensi sebagai
sumber bahan baku air melalui penjernihan air.
7.3.5. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Jadi secara praktis saluran drainase direncanakan juga untuk mengalirkan limbah domestik
secara efisien terlebih lagi jika tidak tersedia aliran air untuk menggelontor.
Pada dasarnya penyusunan sistem drainase di kawasan perencanaan didasarkan pada
arahan penggunaan lahan yang tertuang dalam rencana pola ruang, sehingga usulan
normalisasi dimensi saluran harus sesuai dengan peruntukan lahan. Selain itu juga harus
dipertimbangkan terhadap rencana pelaksanaan pengembangan sistem drainase pada tiap-
tiap sub-sistem.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
46
Syarat-syarat teknis pembuatan saluran drainase secara garis besar antara lain sebagai
berikut :
a. Pembuatan saluran drainase harus lebih rendah dari badan jalan, agar air dapat mengalir
dengan lancar dari arah samping kiri dan kanan jalan.
b. Saluran drainase mempunyai kriteria kemiringan dan dimensi saluran yang disesuaikan
dengan debit yang mengalir dan kondisi konstruksi dari saluran tersebut.
c. Saluran drainase harus dijaga jangan sampai tersumbat oleh sampah, yaitu dengan cara
membersihkan secara rutin dan adanya kesadaran dari masyarakat untuk tidak
membuang sampah di saluran.
7.3.6. Persampahan
Sampah merupakan benda buangan yang berasal dari lingkungan hidup yaitu dari
kawasan permukiman. kawasan perdagangan (toko, pasar), jalan raya, industri serta pada
kawasan perkantoran.
Sejalan dengan perkembangan kota maka volume sampah juga akan bertambah. Agar
tidak mengganggu lingkungan serta tercapai kehidupan yang bersih dan sehat, maka
pengelolaan sampah perlu ditingkatkan. Sebagai gambaran bahwa setiap penduduk jiwa
diperkirakan akan memproduksi sampah sebesar 3 l/hari.
Penetapan titik lokasi TPA perlu adanya lanjutan studi khusus, dimana diperkirakan
dapat memenuhi kebutuhan pengelolaan sampah hingga tahun 2041, dengan upaya
peningkatan system pengeloaan dari open dumping menjadi kontrollandfill (urung
terkendali). Intensifikasi pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan memanfaatkan
sampah organik menjadi pupuk kompos.
Berdasarkan keadaan permasalahan yang ada, untuk mengatasi perma-salahan
yang ada saat sekarang dan perkiraan mendatang, hal yang perlu dilakukan
- Memberikan rangsangan kepada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya
dengan memberikan program insentive, misalnya dengan memberikan tong-tong sampah
rumah tangga.
- Meningkatkan pelayanan persampahan dengan menambah jumlah fasilitas sampah,
seperti menambah jumlah pengangkutan armada sampah dari tempat pembuangan
samapah sementara ke tempat pembuangan samapah akhir.
- Memperbesar daya tampung Tempat Pembuangan Sampah Sementara, dengan
menambah jumlah container atau memperbesar bak-bak penampungan sampah yang
ada, sejauh tempatnya memungkinkan.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
47
Tabel 5. Rencana dan Program NO KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM UTAMA
A. PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG
1. Pengembangan pusat BWP Genteng
Pemantapan fungsi BWP Sebagai pusat perdagangan skala
regional , seperti adanya pasar hewan, PPI, Pusat Perbelanjaan, dalam hal ini adalah penyediaan
sarana kegiatan perdagangan dalam rangka mendukung peran Perkotaan Genteng sebagai pusat koleksi
distribusi barang bagi wilayah hinterlandnya.
Sebagai pusat jasa ekonomi skala
kecamatan, seperti perbankan, jasa koperasi, pegadaian, bengkel, dalam
hal ini adalah untuk mendukung peran Perkotaan Genteng sebagai pusat jasa bagi wilayah
hinterlandnya. Penyediaan fasilitas Pendidikan,
Kesehatan, Peribadatan, Perkantoran, Olah Raga dan sarana lainnya skala wilayah guna
mendukung Perkotaan Genteng sebagai pusat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana bagi wilayah
hinterlandnya Pengembangan jaringan prasarana
dan sarana untuk peningkatan aksesibilitas antar kawasan yang dalam hal ini prasarana jaringan
jalan.
Pengembangan sub pusat di masing-masing BWP
Penetapan SBWP 1 yakni pada desa
Kembiritan, dengan fungsi Kawasan pengembangan perdagangan, pendidikan dan kesehatan. Kemudian
memiliki peran sebagai Sub Pusat Pelayanan
Penetapan SBWP 2 yakni pada Desa
Genteng Kulon, Genteng Wetan dan sebagian Desa Gambiran, dengan
fungsi Kawasan pendidikan, pemerintahan, Perdagangan dan Jasa Komersial. Kemudian memiliki
peran sebagai Pusat Kegiatan Lokal (Pelayanan utama)
Penetapan SBWP 3 yakni pada desa
Setail, sebagian Desa Gambiran dan Desa Tegalsari, dengan fungsi
kawasan permukiman, pengembangan sektor pertanian dan industri. Kemudian memiliki peran
Sub Pusat Pelayanan
B. PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG
1. Penetapan Zona Penetapan dan garis sempadan sungai tidak
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
48
NO KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM UTAMA
Lindung BWP Genteng
pengembangan Zona Perlindungan Setempat
bertanggul ditetapkan dengan batas lebar sekurang-kurangnya 25-50 meter di sebelah luar sepanjang bibir sungai
terluar garis sempadan sungai tidak
bertanggul ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh Pejabat yang
berwenang
Ruang Terbuka Hijau Pengembangan RTH sehingga mencapai 30% (tiga puluh persen) dari
luas perkotaan, dengan mengembangkan RTH pekarangan, RTH taman, RTH jalur hijau jalan dan
RTH fungsi tertentu; dan Perawatan dan pemeliharaan RTH
yang ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya
Pengembangan RTH terdiri dari RTH-
2 (taman kota) pada blok pada blok 2-1 di Desa Genteng Wetan, blok 2-2
dan blok 2-3 di Desa Genteng Kulon, blok 3-1 di Desa Setail dan RTH-3 (makam) pada 2-1 di Desa Genteng
Wetan.
Rawan Bencana Aliran Lahar
Penanganan subzona rawan aliran lahar diarahkan pada blok 2-2, 2-3, 2-
4, blok 3-1 dan 3-2
2. Penetapan Zona Budidaya BWP
Genteng
Pengembangan zona perumahan
Pengembangan perumahan baru yang
dikembangkan baik oleh pengembang maupun masyarakat;
menyediakan lahan untuk
pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi;
mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat;
dan merefleksikan pola-pola pengembangan
yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.
Prioritas pengembangan perumahan direncanakan di masing-masing Pusat
Pelayanan Lingkungan. Terutama di kawasan sebelah utara jalan raya Genteng (jalan Gajah Mada) sebagai
penunjang kegiatan pusat kegiatan di wilayah Perkotaan Genteng.
Klasifikasi jenis rumah yang akan dikembangkan adalah rumah menengah dan rumah sederhana.
Pengembangan rumah dengan kepadatan sedang (R3) berada di
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
49
NO KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM UTAMA
SBWP 2 Blok 2-2, 2-3 dan 2-4. Pengembangan rumah dengan
kepadatan rendah (R4) berada di SBWP 1 Blok 1-1, 1-2, 1-3, dan 1-4; dan di SBWP 2 Blok 2-1.
Pengembangan rumah dengan kepadatan sangat rendah (R5) berada
di SBWP 3 Blok 3-1 dan 3-2.
Pengembangan zona perdagangan dan jasa
Mall/ pasar wilayah, pasar hewan, SPBU, bank/koperasi, department
store, hotel, Jasa Notariat, rumah makan, perbengkelan dan sebagainya) diarahkan di Pusat perkotaan Genteng,
yaitu di jalan raya Timur Genteng- jalan Gajah Mada – jalan (Genteng – Jember, Sedangkan di masing-masing
pusat Sub Bagian Wilayah Perkotaan (SBWP) dikembangkan kawasan perdagangan skala SBWP.
Perdagangan skala regional (peran Perkotaan Genteng sebagai PKL) dan
juga perdagangan skala Perkotaan Genteng, diarahkan disekitar jalan raya Timur Genteng, jalan Gajah
Mada, jalan (genteng-Jember) (atau di Blok 2-1, blok 2-2 dan blok 2-3),
Perdagangan dan jasa skala
Perkotaan Genteng (Pusat Pelayanan Kawasan/PPK) direncanakan
dikembangkan di Blok 2-3 (sebagai civic centre).
Perdagangan skala lingkungan (PPL)
direncanakan dikembangan di Blok 1-2, Blok 1-3, Blok 2-3 (Taman) dan
blok 3-2
Pengembangan perkantoran
Mempertahankan kondisi eksisting fasilitas perkantoran yang telah ada,
Untuk pengembangan kawasan perkantoran baru skala pelayanan
kota diarahkan kebagian barat kawasan perencanaan (Desa Setail) dengan pemilihan lokasi
mempertimbangkan aksesibilitas (jalan dan angkutan umum) dan
ketersediaan lahan. Pengembangan kawasan
perkantoran dapat dilakukan dengan
menggabungkan fungsi lain seperti perdagangan dan tempat tinggal
didalamnya, yaitu misal berbentuk Rukan (kantor jasa)
Pada kawasan perkantoran
hendaknya menyadiakan area parkir kendaraan disesuai dengan luas
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
50
NO KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM UTAMA
peruntukan
Pengembangan industri Pengembangan kegiatan industri perlu didukung oleh sarana dan prasarana
industri Pengembangan kegiatan industri
berbasis sumberdaya lokal yang berkelanjutan
Industri yang dikembangkan memiliki
keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir
serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan
lingkungan dan biaya aktifitas sosial; Pengembangan industri diarahkan pada
Desa Kali Setail (Blok 3-2) dan di Blok 2-3.
Pengembangan kawasan pergudangan
di wilayah Perkotaan Genteng diarahkan di wilayah Kembiritan
(mengakses ke jaringan jalan kolektor primer) ataui di Blok 1-1, Blok 1-2.
Pengembangan zona sarana pelayanan umum
Penyediaan ruang untuk
pengembangan kegiatan kegiatan Pendidikan, transportasi, kesehatan, peribadatn dengan fasilitasnya dalam
upaya memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan jumlah pendududk yang dilayani dan sekala
pelayanan fasilitas yang akan dikembangkan;
Pengembangan sarana pelayanan
umum pendidikan (SPU 1)diarahkan pada Blok 1-1, 1-3, 1-4
Pengembangan sarana pelayanan umum transportasi (SPU 2) diarahkan
pada blok 3.1 Pengembangan sarana pelayanan
umum kesehatan (SPU 3) diarahkan pada 2-1, 2-2.
Pengembangan sarana pelayanan
umum peribadatan (SPU 6) diarahkan pada blok 1-1, dan 1-2.
Penetapan dan
pengembangan Zona Peruntukan lainnya
Pengembangan zona peruntukan
lainnya untuk mengoptimalkan fungsi BWP Genteng adalah sub zona
pertanian berupa pengembangan pertanian lahan basah diarahkan pada Blok 1-1, Blok 1-2, Blok 1-3, Blok 2-1,
Blok 3-1 dan Blok 3-2.
C. PERWUJUDAN RENCANA JARINGAN PRASARANA
1. Pengembangan Jaringan Prasarana
Pengembangan jaringan jalan
Menentukan ruas-ruas jalan pada
wilayah ini yang mempunyai akses penting yang akan berfungsi sebagai
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
51
NO KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM UTAMA
jalan arteri, jalan kolektor, lokal dan lingkungan.
Mengurangi jumlah volume lalu lintas
yang melintas di jalan utama kota dengan cara membangun jalan
alternatif Merubah route pergerakan pada jalan
yang memiliki kepadatan lalu lintas yang tinggi
Manmbah kapasitas jalan dengan cara
menentukan lebar dan jumlah jalur yang sesuai dengan kebutuhan bagi
arus lalu lintas dan peningkatan konstruksi perkerasan yang ada sesuai dengan fungsi jalan.
Pengaturan persimpangan dengan jalan-jalan utama.
Rencana Jalan Lintas Selatan (JLS) Rencana Pembangunan Jalan Lintas Selatan di Kabupaten Banyuwangi
meliputi Jalan arteri yang menghubungkan Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupaten Jember rencana jaringan jalan pada ruas jalan Ketapang - Banyuwangi - Rogojampi -
Genteng - Glenmore - Kendeng Lembu - Malangsari – Tangki Nol (Perbatasan Wilayah Kabupaten Jember)
Rencana Jalan Kolektor Primer Rencana jalan Kolektor Primer pada
ruas jalan Batas Kab. Jember-Genteng Kulon – Jajag – Benculuk – Rogojampi - Batas Kota Banyuwangi
Rencana Jaringan Pedestrian Jaringan pedestrian diarahkan pada
kawasan/koridor antara pusat fasilitas pendidikan seperti universitas dengan permukiman disekitarnya,
kawasan/koridor antara pusat-pusat perdagangan dan jasa, kawasan/koridor yang memiliki
kegiatan pariwisata dan jalan-jalan lokal atau lingkungan yang memiliki sistem keterkaitan antara kegiatan
perumahan dengan kegiatan komersial atau rekreatif lainnya;
Rencana jaringan jalan lokal:
1. Pusat Kegiatan Bagian Wilayah Perkotaan (Pusat BWP) – Pusat
Pengembangan Kawasan (Pusat SBWP)
2. Pusat Pengembangan Kawasan –
Pusat Pengembangan Lingkungan (Pusat PPL)
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
52
NO KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM UTAMA
Rencana jaringan lingkungan : 1. Pusat Pengembangan Kawasan –
Pusat Pengembangan Lingkungan 2. Pusat Pengembangan Lingkungan
– Kawasan Perumahan
Sistem angkutan umum 1. pengembangan lintasan angkutan
umum yang melalui pusat-pusat (SBWP)
2. pengembangan lintasan angkutan
umum yang sudah ada antar Pusat Kegiatan Wilayah (PKW Banyuwangi) – Pusat Kegiatan
Lokal (PKL Genteng) – Pusat Pengembangan Kawasan ( PPK Kalibaru, PPK Glenmore, PPK
Tegalsari, PPK Sempu dan PPK Gambiran).
sarana penunjang transportasi
bertujuan agar jalan dapat berfungsi secara maksimal sebagaimana
mestinya, terutama di kawasan pusat-pusat wilayah pelayanan;
bsarana pelengkap transportasi
meliputi terminal, drainase dikiri-kanan jalan, median, tempat parkir, lampu
jalan dan lampu pengatur lalu lintas.
Penetapan dan pengembangan jaringan
energi/kelistrikan
Penambahan Gardu Induk di Kota Genteng;
Pembangunan Saluran Udara Tegangan Menengah 150 KV yang melintasi
kawasan Perkotaan Genteng; dan pengembangan dan peningkatan
pelayanan jaringan listrik yang ada.
Pengembangan jaringan telekomunikasi
pengembangan sistem terestrial yang terdiri dari sistem kabel, sistem seluler
dan sistem satelit sebagai penghubung antara pusat kegiatan dan atau dengan
pusat pelayanan; pengembangan prasarana
telekomunikasi dilakukan hingga ke
perdesaan yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi;
pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial dan ekonomi wilayah seperti
kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, kawasan pesisir, dan kawasan
wisata;
Pengembangan jaringan air bersih
Kebutuhan air bersih pada Kawasan Perencanaan meliputi kebutuhan air
bersih untuk kegiatan air minum, memasak, MCL, perawatan tanaman, proses pengolahan limbah dan
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
53
NO KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM UTAMA
menanggulangi bahaya kebakaran. Kebutuhan air bersih untuk Kawasan
Perencanaan adalah 3991,078104 m3/hari yang harus dikelola terlebih dahulu pada instalasi pengolahan air
bersih agar memenuhi standart mutu air bersih bagi Kawasan Perencanaan
cKualitas air bersih pada Kawasan
Perencanaan harus memenuhi standart kriteria dari Departemen Kesehatan RI,
No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Pola pengaliran jaringan air bersih
direncanakan dengan menggunakan sistem kombinasi pemompaan dan gravitasi
Pada masing-masing zona kegiatan perlu disediakan jaringan distribusi air
bersih yang terpisah untuk kelancaran distribusi
pengembangan jaringan drainase
Memperlebar gorong-gorong saluran
yang melalui bawah jalan raya agar antrian air yang akan melewati gorong-gorong tidak terlalu lama pada di jalan
Gajah Mada Membangun saluran drainase atau
mempersiapkannya pada kawasan yang secara sistem (catchment area) memang perlu adanya
Sistem pembuangan
limbah
sistim sanitasi rumah merupakan hal
yang umum bahwa hanya buangan kakus yang dialirkan ke tangki septik
sementara air limbah dari kamar mandi, tempat cuci dan dapur dibuang langsung ke saluran pematusan
terdekat; sarana pembuangan yakni air buangan
dari kamar mandi, tempat cuci dan dapur dikumpulkan oleh saluran air buangan dan dialirkan ke saluran
drainase di jalan melalui selokan terbuka;
sistem pipa yakni bentuk pipa
direncanakan berbentuk bulat telor dan untuk pipa cabang berbentuk bulat
dengan koefisien kekasaran manning 0,015 (standar); dan
saluran air bekas perkotaan
direncanakan menggunakan saluran tertutup, dengan bentuk bulat atau
bulat telur diletakan dipingir jalan atau dibawah trotoar.
Pengembangan sistem
persampahan
Pemilahan dalam bentuk
pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
54
NO KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM UTAMA
dan/atau sifat sampah; Pengumpulan dalam bentuk
pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu; Pengangkutan dalam bentuk membawa
sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah semnetara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
Pengolahan dalam bentuk mengubah
karateristik, komposisi, dan jumlah sampah;
Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman; dan
Seusai dengan standar persampahan
(Departemen PU), kuantitas sampah yang dihasilkan oleh setiap orang
adalah sekitar 2,5 – 3 liter/orang/hari. Dengan demikian sampah pada tahun 2034, sampah yang dihasilkan oleh
penduduk di Kawasan Perkotaan Genteng ini adalah sebesar 223 m3/hari.
Sistem Pemadam
Kebakaran
pengembangan satu pos pemadam
kebakaran beserta fasilitasnya, seperti mobil pemadam kebakaran, kantor dan
pengelolanya dan diarahkan pada Blok 2-3 sebelah utara dekat dengan Kali Setail.
(Executive summary ) Raperda Dan Peraturan Zonasi RDTR Perkotaan Genteng
55