Perencanaan wilayah

46
Evaluasi IV Mata Kuliah Perencanaan Wilayah Oleh : Ridho Rasyanda (08131004) Oktavia Tri Wulandari (08131007) Nurul Hasanah (08131009) Ika Anggraini (08131010) Dosen Pengampu : Ajeng Nurgahaning Dewanti, S.T., M.T.,M.Sc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN 2016

description

Perencanaan wilayah

Transcript of Perencanaan wilayah

Page 1: Perencanaan wilayah

Evaluasi IV Mata Kuliah Perencanaan Wilayah

Oleh :

Ridho Rasyanda (08131004)

Oktavia Tri Wulandari (08131007)

Nurul Hasanah (08131009)

Ika Anggraini (08131010)

Dosen Pengampu :

Ajeng Nurgahaning Dewanti, S.T., M.T.,M.Sc

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

2016

Page 2: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

Evaluasi III Mata Kuliah Perencanaan Wilayah Page i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

makalah yang berjudul “Penanganan Persoalan Pengembangan Wilayah Berbasis Iklim

(Studi Kasus: Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Makassar) “ ini dapat terselesaikan

dengan tepat waktu.

Ucapan terima kasih yang sangat besar penulis haturkan kepada dosen pembimbing

yaitu Ibu Ajeng Nurgahaning Dewanti, S.T., M.T.,M.Sc yang telah meluangkan waktunya

dan memberikan arahan kepada penulis dalam pembuatan makalah Perencanaan Wilayah

ini serta beberapa referensi lainnya yang menjadi acuan makalah ini

Kesempurnaan hanya-lah milik Allah SWT, oleh karena itu kritik dan saran sangat

penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah ini agar lebih baik dan bermanfaat

kedepannya serta dapat dijadikan suatu referensi dalam memberikan gambaran mengenai

peran suatu peraturan perundangan dalam penyusunan suatu produk perencanaan.

Balikpapan, Mei 2016

Penulis

Page 3: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

Evaluasi III Mata Kuliah Perencanaan Wilayah Page ii

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 2

1.3 Manfaat ................................................................................................................................... 2

1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................. 4

2.1 Review Literatur ...................................................................................................................... 4

2.1.1 Teori Pengembangan Wilayah ........................................................................................ 4

2.1.2 Teori Pengembangan Wilayah Berbasis Iklim ................................................................ 6

2.1.3 Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Iklim ............................................................ 8

2.1.4 Metode dan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Iklim ...................................... 12

BAB III GAMBARAN UMUM ................................................................................................................. 15

3.1 Gambaran Umum Wilayah .................................................................................................... 15

3.1.1 Geografis ....................................................................................................................... 15

3.1.2 Kependudukan dan Ekonomi ........................................................................................ 17

3.2 Identifikasi Permasalahan ..................................................................................................... 19

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 25

4.1 Analisis Pengembangan Wilayah.......................................................................................... 25

4.2 Konsep Penanganan Persoalan Pengembangan Wilayah ............................................... 33

BAB V PENUTUP ................................................................................................................................. 41

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 41

5.2 Lesson Learneds ................................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 43

Page 4: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan wilayah merupakan upaya pembangunan dalam suatu wilayah

administratif atau kawasan tertentu agar tercapai kesejahteraan (people property) melalui

pemanfaatan peluang-peluang dan pemanfaatan sumber daya secara optimal, efisien,

sinergi dan berkelanjutan dengan cara menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi,

penciptaaan iklim kondusif, perlindungan lingkungan dan penyediaan prasarana dan sarana.

Kebijakan pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial,

ekonomi, dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antar suatu wilayah dengan wilayah

lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan

dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan. Pengembangan

wilayah sangat berorientasi pada isu dan permasalahan pokok wilayah yang saling

berkaitan.

Isu pengembangan wilayah yang menjadi perhatian saat ini adalah pengembangan

wilayah yang berbasis iklim. Perubahan iklim merupakan tantangan untuk wilayah perkotaan

dan populasi yang diam di dalamnya. Perubahan iklim dapat mempengaruhi kondisi

ketersediaan air, infrastruktur fisik, transportasi, permintaan dan penawaran barang dan

jasa, penyediaan energi dan produksi industri. Kejadian ekstrim akibat perubahan iklim yang

mempengaruhi pengembangan wilayah meliputi Meningkatnya intensitas curah hujan pada

musim basah, meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir secara ekstrim, berkurangnya

curah hujan dan debit sungai pada musim kemarau serta bertambah panjangnya periode

musim kering, menurunnya kualitas air pada musim kemarau, meningkatnya intensitas dan

Page 5: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

2

frekuensi badai tropis, meningkatnya tinggi gelombang dan abrasi pantai, dan meningkatnya

intrusi air laut.

Kota Makassar merupakan salah satu kota pesisir di Sulawesi Selatan yang sensitif

terhadap sejumlah ancaman perubahan iklim. Berdasarkan model perubahan iklim yang

disiapkan oleh Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO)

pada tahun 2012 yang berbasis di Australia, tingkat curah hujan di Makassar akan tetap

konstan namun hujan akan terkonsentrasi dalam periode waktu yang lebih pendek. Musim

kemarau akan lebih panjang, namun rata-rata pola curah hujan diprediksikan akan tetap dan

tidak berubah. Peningkatan dan kenaikan konstan temperatur akan secara simultan

memberi dampak terhadap tingkat penguapan dan kenaikan permukaan air laut. Selain itu,

banjir juga menjadi masalah di Kota Makassar yang terkait dengan perubahan iklim.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka diperlukan pembahasan studi

kasus mengenai perubahan iklim, salah satunya dengan mengidentifikasi fenomena

perubahan iklim di Kota Makassar yang diharapkan dapat menghasilkan konsep

penanganan persoalan pengembangan wilayah berbasis iklim.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi masalah dan

merumuskan strategi konsep pengembangan wilayah berbasis iklim di Kota Makassar.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah pengembangan wilayah berbasis iklim dengan studi

kasus di Kota Makassar ini, yaitu:

1. Mengetahui fenomena perubahan iklim yang ada di Kota Makassar.

Page 6: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

3

2. Mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap perkembangan wilayah Kota

Makassar.

3. Mengetahui upaya-upaya dalam menghadapi permasalahan pengembangan wilayah

berbasis iklim di Kota Makassar.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjelaskan mengenai pokok pikiran yang ada pada setiap

bab dalam laporan ini, yang terdiri dari lima bab antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang makalah, tujuan makalah, dan manfaat makalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi Teori, konsep, dan strategi terkait pengembangan wilayah

berbasis iklim.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini berisi tentang gambaran umum wilayah dan identifikasi persoalan di

Kota Makassar yang terkait dengan perubahan iklim.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis persoalan dan konsep pengembangan wilayah

di Kota Makassar yang terkait dengan perubahan iklim.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan makalah mengenai konsep

pengembangan wilayah yang terkait dengan perubahan iklim di Kota

Makassar.

Page 7: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Literatur

2.1.1 Teori Pengembangan Wilayah

Pentingnya sebuah negara dalam mengembangkan potensi kewilayahannya dalam

berbagai aspek menjadikan sebuah tantangan dan peluang untuk menghadapi perubahan

penataan ruang. Rustiadi et all, 2011 mengatakan bahwa pengembangan wilayah adalah

pembangunan dalam suatu wilayah administratif atau kawasan tertentu agar tercapai

kesejahteraan (people property) melalui pemanfaatan peluang-peluang dan pemanfaatan

sumberdaya secara optimal, efisien, sinergi dan berkelanjutan dengan cara menggerakkan

kegiatan-kegiatan ekonomi, penciptaan iklim kondusif, perlindungan lingkungan dan

penyediaan sarana dan prasarana. Pengembangan wilayah dipengaruhi oleh arus

globalisasi yang ditandai dengan adanya revolusi teknologi informasi, transportasi, dan

manajemen. Revolusi tersebut telah menyebabkan batas antara kawasan perkotaan dan

perdesaan menjadi tidak jelas, terjadinya polarisasi pembangunan daerah, terbentuknya

wilayah pembangunan antarnegara (transborder regions), serta terbentuknya koridor

pengembangan wilayah baik skala lokal, nasional, regional, dan internasional.

Dodi, 2002 mengemukakan bahwa pengembangan wilayah (regional development)

merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan

antarwilayah dan menjaga kelestarian hidup pada suatu wilayah (Dodi, 2002).

Pengembangan wilayah sangat dibutuhkan untuk mengkaji kondisi sosial, budaya, ekonomi,

politik dan geografis secara terpadu yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah

lainnya. Penerapan konsep pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan potensi,

permasalahan dan kondisi nyata wilayah bersangkutan.

Page 8: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

5

Tujuan pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan

pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang ada

dapat optimal mendukung peningkatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan

sasaran program pembangunan yang diharapkan. Optimalisasi berarti tercapainya tingkat

kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan lingkungan yang

berkelanjutan.

Secara khusus perencanaan tata ruang mempunyai tiga tujuan. Dimana yang

pertama adalah meningkatkan efisisensi penggunaan ruang sesuai daya dukungnya. BPPT,

1999 menjelaskan bahwa dalam memberikan kesempatan kepada masing-masing sektor

untuk berpastisipasi dan berkembang secara maksimal tanpa adanya konflik. Ketiga,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata. Pentingnya sebuah perencanaan

pembangunan yang mensyaratkan kajian aspek kewilayahan secara terpadu agar dihasilkan

suatu rumusan kebijakan dan optimalisasi penataan daerah berdasarkan kebutuhan, potensi

sumber daya dan tantangan ke depan. Berikut diuraikan beberapa alasan mengapa

perencanaan pembangunan yang akan dibuat harus mempertimbangkan aspek

pengembangan wilayah:

a. Pembangunan nasional sepanjang dekade 60-an lebih diwarnai oleh pendekatan

sektoral yang bersifat parsial. Pendekatan sektoral lebih memberikan dampak yang

kurang menguntungkan karena terjadi ketimpangan antardaerah dan

terkonsentrasinya pertumbuhan sosial ekonomi diperkotaan, sementara di perdesaan

masih kekurangan.

b. Disadari banyak ahli perencana bahwa pembangunan yang mengutamakan konsep

pertumbuhan (growth pole) kurang memberikan perhatian pada pemerataan dan

rasa keadilan bagi daerah atau desa-desa tertinggal. Dalam jangka panjang akan

Page 9: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

6

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan menghambat pertumbuhan

itu sendiri.

c. Terjadinya perbedaan persepsi dan pemahaman dari para perencana dalam

memandang kota dan desa (rural vs urban) yang tidak perlu. Dalam prakteknya

perencanaan kota dan desa kerap dibedakan.

d. Konsep pengembangan wilayah memungkinkan perencanaan disusun berdasarkan

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) mencakup

perlindungan terhadap manusia dan lingkungan.

Adapun tujuan pengembangan wilayah antara lain yaitu menyerasikan berbagai

kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya

yang ada dapat optimal mendukung peningkatan kehidupan masyarakat sesuai dengan

tujuan dan sasaran program pembangunan yang diharapkan. Optimalisasi berarti

tercapainya tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan

lingkungan yang berkelanjutan.

2.1.2 Teori Pengembangan Wilayah Berbasis Iklim

Potensi perubahan iklim terhadap pengembangan wilayah akan berdampak pada

bidang-bidang terkait pembangunan nasional seperti:

a. Ekonomi

b. Tatanan Kehidupan

c. Ekosistem

d. Serta Wilayah Khusus

Perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan

penggunaan minyak bumi berlebihan, hutan, pembukaan lahan. Perubahan komposisi alami

Page 10: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

7

atmosfer pun terjadi hingga mengakibatkan peningkatan kuantitas gas rumah kaca. Upaya-

upaya pembangunan yang dapat dilakukan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Strategi Mitigasi (mengurangi peran kota sebagai perubahan iklim)

b. Strategi Adaptasi (meningkatkan ketahanan kota terhadap perubahan iklim)

Bentuk respon Indonesia terhadap climate change berupa mitigasi (mengurangi

dampak dari perubahan iklim) dan adaptasi (penyiapan diri dan penyesuaian terhadap

perubahan iklim. Strategi mitigasi dan adaptasi upaya mewujudkan kota berkelanjutan dan

inklusif (kota bagi semua lapisan masyarakat) dan penerapan lima upaya, yaitu:

a. Memadukan perencanaan fisik, lingkungan, sosial dan ekonomi

b. Mewujudkan kota yang pro-poor

c. Meningkatkan insentif fiskal dan moneter untuk mengurangi emisi karbon

d. Mempromosikan gaya hidup rendah karbon

e. Memadukan mitigasi dan adaptasi dalam perencanaan dan pengelolaan kota

Salah satu upaya dalam mengurangi perubahan iklim perkotaan:

a. Ketahanan Iklim Kota

Ketahanan didefinisikan sebagai kemampuan sistem untuk merayap guncangan atau

ancaman untuk menghindari dan mengatasi suatu kondisi yang tidak dapat diubah dan tidak

memunculkan alternatif dan untuk melakukan regenerasi setelah gangguan.

Kondisi dimana suatu sistem dapat mengembalikan kondisi perubahan iklim dengan

strategi dan alternatif kegiatan. Ketahanan kota dapat terbentuk ketika kota memiliki daya

dukung untuk membangun fungsi perkotaan, dan perencanaan masa depan (Prased et al,

2009).

b. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekonomi

Page 11: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

8

Pengaruh perubahan dan anomali iklim terhadap produksi pertanian, akan

mempengaruhi ketahanan pangan di suatu negara. Salah satunya adalah, ketahanan

pangan di Indonesia. Kerusakan lingkungan dan pemanasan global telah menimbulkan

banyak masalah. Bahwa, dalam penelitian Boer dan Subbiah (2005) telah ditemukan

kejadian El-Nino dan La-Nina sebanyak 38-47 kali yang dapat berefek panjang pada

kekeringan dan produksi padi secara Nasioanal. Dan terdapat biaya yang dikeluarkan ketika

sebuah negara melakukan bentuk adaptasi terhadap sektor pertanian, dan biaya tersebut

adalah $5 miliar per tahun pada tahun 2020 (World Bank, 2011).

Gambar 1 Dampak Perubahan Iklim

Sumber: Dampak Perubahan Iklim dan Adaptasi Masyarakat Lokal.

FoE Jepang

2.1.3 Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Iklim

Terdapat fenomena perubahan iklim yang menjadi permasalahan besar di dalam

pengembangan wilayah. Fenomena perubahan iklim di Indonesia terdiri dari:

Page 12: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

9

a. Meningkatnya temperatur udara

b. Meningkatnya curah hujan

c. Kenaikan muka air laut

Terdapat kejadian ekstrim akibat perubahan iklim yang mempengaruhi

pengembangan wilayah yaitu terdiri dari:

Meningkatnya intensitas curah hujan pada musim basah, meningkatnya frekuensi

dan intensitas banjir secara ekstrim, berkurangnya curah hujan dan debit sungai pada

musim kemarau serta bertambah panjangnya periode musim kering, menurunnya kualitas

air pada musim kemarau, meningkatnya intensitas dan frekuensi badai tropis, meningkatnya

tinggi gelombang dan abrasi pantai, dan meningkatnya intrusi air laut.

a. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Penataan Ruang

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi membuat terjadinya peningkatan gas

rumah kaca secara besar-besaran. Pemanasan global inilah yang menimbulkan perubahan

Page 13: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

10

iklim. Pemanasan global dan perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang

berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) serta

kegiatan lain yang berhubungan dengan hutan, pertanian, dan peternakan. Dari bagan

diatas dapat ditelaah bahwa, perubahan iklim mempengaruhi:

1. Kesehatan

Dari sisi kesehatan menimbulkan peningkatan penyebaran penyakit menular. Dan

dampaknya terhadap penataan ruang adalah kualitas sanitasi di kawasan perkotaan.

2. Pertanian

Dari sisi pertanian menimbulkan penurunan luas lahan dan produktivitas. Dan

dampaknya terhadap penataan ruang adalah ketahanan pangan.

3. Kehutanan

Dari sisi kehutanan menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Dan dampaknya

terhadap penataan ruang adalah alih fungsi lahan kawasan lindung akibat

deforestasi.

4. Sumber Daya Air

Dari sisi sumber daya air menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas

air baku. Dampaknya terhadap penataan ruang adalah terdapat kerusakan kawasan

di sekitar daerah aliran sungai.

5. Kawasan Pesisir

Dari sisi kawasan pesisir, perubahan iklim memacu terjadinya penenggelaman

kawasan pesisir, hal ini berimplikasi pada ancaman terhadap pulau-pulau kecil

terluar.

6. Habitat Alami

Page 14: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

11

Dari sisi habitat alami, perubahan iklim memicu terjadinya kepunahan spesies alami,

dan dampaknya terhadap penataan ruang adalah keberlangsungan kawasan

konservasi.

Terdapat upaya pembangunan yang berkaitan dengan perubahan iklim yaitu:

a. Upaya Mitigasi

Upaya mitigasi bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyerapan karbon dan

pengurangan emisi gas-gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer yang berpotensi

menipiskan lapisan ozon.

b. Upaya Adaptasi

Upaya adaptasi merupakan tindakan penyesuaian sistem alam dan sosial untuk

menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim. Namun upaya tersebut akan sulit

memberikan manfaat secara efektif apabila laju perubahan iklim melebihi

kemampuan beradaptasi. Upaya adaptasi dilakukan untuk mengurangi resiko

Upaya Antisipasi

Upaya Adaptasi

Upaya Mitigasi

Gambar 2 Upaya Pembangunan Perubahan Iklim

Sumber : google.com

Page 15: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

12

bencana atau kerentanan ssosial ekonomi dan lingkungan yang diakibatkan dari

perubahan iklim, meningkatkan daya tahan (resilience masyarakat dan ekosistem),

meningkatkan keberlanjutan pembangunan nasional dan daerah. Adapun peran

integrasi adaptasi perubahan iklim ke dalam perencanaan tata ruang antara lain:

1. Untuk memastikan perencanaan tata ruang telah mempertimbangkan potensi

risiko perubahan iklim untuk menghindari dampak yang diakibatkan oleh

perubahan iklim.

2. Untuk memastikan bahwa perencanaan tata ruang tidak mengakibatkan

kerentanan wilayah terhadap berbagai jenis bahaya akibat dampak perubahan

iklim sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi risiko wilayah terhadap dampak

perubahan iklim.

3. Untuk memastikan bahwa penyelenggaraan penataan ruang berkontribusi

terhadap tujuan pembangunan dan upaya adaptasi perubahan iklim di masa

datang. Pedoman Integrasi Adaptasi Perubahan Iklim ke dalam proses

perencanaan Tata Ruang (Permen PU 15/2012 dan pedoman-pedoman teknis

Analisis Penyusunan RTR (Permen PU 22/2007).

c. Upaya Antisipasi

Upaya antisipasi adalah menyiapkan arah dan strategi, menyiapkan program dan

kebijakan)

2.1.4 Metode dan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Iklim

Telah diketahui bahwa kesepakatan penanganan perubahan iklim meninjau pada

integrasi UN Habitat 2011, Millenium Development Goals (MDGs), Sustainable Development

Goals (SDGs), IPCC 2012, dan Lima Call for Climate Action 2014. Strategi pengembangan

Page 16: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

13

wilayah berbasis iklim turut melihat karakteristik sebuah kota dimana menurut Lavell (1996)

dalam IPCC (2012) dijelaskan bahwa kondisi kota yang dapat meningkatkan resiko bencana

dan kerentanan perubahan iklim antara lain:

a. Sinergitas dan ketergantungan bagian-bagian kota

b. Kurangnya redundansi dalam fungsi transportasi, energi, dan sistem drainase

c. Konsesntrasi fungsi wilayah kunci dan kepadatan bangunan serta populasi

d. Penempatan lokasi yang tidak tepat

e. Segregasi sosial-spasial

f. Degradasi lingkungan

g. Kurangnya koordinasi kelembagaan

h. Kontradiksi fungsi kota sebagai suatu sistem yang berfungsi terpadu dan batas

administrasi yang menghambat koordinasi

Untuk metode pengembangan wilayah berbasis iklim tidak jauh berbeda dengan

konsep penanganan pengembangan wilayah berbasis iklim. Intinya terdapat tiga hal utama

yaitu antisipasi, mitigasi, dan adaptasi.

Adapun strategi dalam menghadapi perubahan iklim terdiri dari:

a. Identifikasi wilayah/kabupaten/kota yang mengalami dampak perubahan iklim

b. Pengarusutamaan konsep kota dan peran masyarakat yang memiliki daya tahan

terhadap dampak perubahan iklim

c. Pengembangan kapasitas kelembagaan dan jaringan mitigasi dan adaptasi

perubahan iklim

d. Penyediaan akses dan pengolahan terhadap data dan informasi terkait perubahan

iklim terhadap data dan informasi terkait perubahan iklim terhadap tata ruang

Page 17: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

14

e. Peningkatan penyelenggaraan penataan ruang nasional dan daerah yang aman,

nyaman, dan berkelanjutan di masa sekarang dan yang akan datang dalam rangka

mengurangi risiko wilayah terhadap dampak perubahan iklim

f. Penyiapan ruang bagi pemenuhan kebutuhan aktivitas masyarakat di masa datang

dengan mempertimbangkan daya dukung wilayah serta upaya pengurangan risiko

perubahan iklim

g. Peningkatan kualitas penyediaan prasarana dan sarana wilayah yang berkelanjutan

dengan mempertimbangkan tingkat risiko perubahan iklim dalam rangka menjamin

kualitas hidup masyarakat

h. Pemberdayaan proyek pembangunan perkotaan yang berkelanjutan

Hal-hal diataslah yang melatarbelakangi pembahasan studi kasus pengembangan

wilayah berbasis iklim yaitu “Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Makassar”, yang

selanjutnya akan lebih banyak dibahas di bab selanjutnya.

Page 18: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

15

BAB III GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Wilayah

3.1.1 Geografis

Peta 1 Kota Makassar

Sumber : Google.com

Kota Makassar terletak antara 1190 24’17’38” bujur Timur dan 508’6’19” Lintang

Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten

Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah selat Makassar. Luas

wilayah kota makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan. Dan

memiliki batas-batas wilayah administratif dari letak Kota Makassar, antara lain :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep

Page 19: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

16

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Secara geografis, letak Kota Makassar berada di tengah diantara pulau-pulau besar

lain dari wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan Kota Makassar dengan sebutan

“angin mammiri” ini menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian Timur

maupun Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan Kota Makassar

memiliki daya tarik kuat bagi para imigran dari daerah Sulawesi Selatan itu sendiri maupun

daerah lain seperti provinsi yang ada di kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari

tempat tinggal dan lapangan pekerjaan.

Kota Makassar cukup unik dengan bentuk menyudut di bagian Utara, sehingga

mencapai dua sisi pantai yang saling tegak lurus di bagian Utara dan Barat. Di sebelah

Utara kawasan pelabuhan hingga Tallo telah berkembang kawasan campuran termasuk di

dalamnya armada angkutan laut, perdagangan, pelabuhan rakyat dan samudera, Sebagai

rawa-rawa, tambak, dan empang dengan perumahan kumuh hingga sedang. Kawasan

pesisir dari arah Tengah ke bagian Selatan berkembang menjadi pusat kota (Centre Busines

District – CBD) dengan fasilitas perdagangan, pendidikan, pemukiman, fasilitas rekreasi dan

resort yang menempati pesisir pantai membelakangi laut yang menggunakan lahan hasil

reklamasi pantai.

Kenyataan di atas menjadikan beban kawasan pesisir Kota Makassar saat ini dan

dimasa mendatang akan semakin berat terutama dalam hal daya dukung dan aspek fisik

lahan termasuk luasnya yang terbatas. Ditambah lagi pertumbuhan dan perkembangan

Page 20: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

17

penduduk sekitarnya yang terus berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya di

dalamnya.

Makasar memiliki iklim hangat dan tropis dengan perbedaan musim hujan

(November-Mei) dan musim kemarau (Juni-Oktober) dan ditandai dengan kelembaban tinggi

dan suhu rata-rata sekitar 27,8 C.

3.1.2 Kependudukan dan Ekonomi

Penduduk kota Makasar berjumlah 1,193,434 pada tahun 2005 dan meningkat

menjadi 1,350,192 pada tahun 2012, dengan peningkatan kenaikan rata-rata pertahun

1,87% (ukuran rumah tangga rata-rata adalah 5.3 orang per keluarga). Angka ini

mengindikasikan bahwa jumlah penduduk akan berlipat ganda pada tahun 2058, namun

mengingat data statistik resmi mengenai jumlah pendatang sering di bawah hitungan dan

tingkat migrasi dapat meningkat, pertumbuhan penduduk bisa saja lebih cepat dari itu. Dari

tahun 2009 ke 2010, tingkat pertumbuhan meningkat menjadi 5.27. Para migran datang dari

berbagai daerah di pulau Sulawesi, tertarik dengan berbagai peluang pekerjaan pada sektor

ekonomi vital kota, dan juga berasal dari pulau-pulau lain di Indonesia bagian timur.

Penduduk kota Makasar sebagian besar adalah generasi muda, 40% penduduk berusia di

bawah 20 tahun. Penduduk muda usia ini berkisar antara usia 13-15 tahun, 87% adalah

perempuan dan 84% bersekolah, sementara mereka yang berusia antara 16-18 tahun

adalah laki-laki dan 59% dari anak perempuan menempuh pendidikan menengah atas.

Kepadatan perumahan di kota ini adalah 76,8 orang per hektar.

Page 21: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

18

Gambar 3 PDRB Kota Makasar Tahun 2012

Sumber : Survey Sekunder

Kota Makasar sebagai pintu gerbang lalu lintas laut dan udara menuju dari wilayah

timur, telah mengalami peningkatan perekomian berupa kenaikan permintaan komoditi untuk

Indonesia Timur. Hal ini telah membantu mendukung pertumbuhan berbagai macam sektor

terutama sektor hotel dan restaurant dan juga mendorong ketertarikan pada proyek

perumahan dan komersial. Perkembangan kota yang terus menerus memungkinkan

perekonomian juga akan terus berkembang, meningkatkan lebih banyak aktivitas industri

dan komersial.

Bagi permukiman dan masyarakat pesisir pantai yang tersebar di salah satu pulau,

menangkap ikan adalah kegiatan ekonomi utama mereka. Beberapa diantara mereka ada

yang melaut untuk mencari timun laut yang mendapat keuntungan dari pasar Hongkong dan

Singapura, dimana timun ini digunakan untuk kosmetik dan obat-obatan khusus. Namun,

lebih dari 3,000 nelayan yang datang dari Makassar, menangkap ikan menjadi sebuah

Page 22: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

19

matapencarian yang makin sulit untuk dilakukan, dikarenakan penurunan pasokan dan

harus berlayar makin jauh dari tepi pantai untuk mendapatkan ikan.

Namun meskipun produksi ikan menurun, nilai produk ikan mengalami peningkatan.

Salah satu alasannya adalah karena proses perikanan memberi nilai tambah, yang

memberikan kompensasi bagi penurunan produksi. Sebagai tambahan, Makasar saat ini

adalah tempat pasar ikan yang utama di wilayah ini, nelayan dari Kalimantan, Bali dan

Sulawesi Timur bertemu di pasar kota ini. Oleh karena itu disarankan Makasar untuk

melanjutkan perannya sebagai pasar perikanan yang berkembang pesat, namun jumlah

nelayan yang mendapat keuntungan dari perekonomian ini akan menurun. Tampaknya ada

banyak pekerja dari masyarakat pesisir akan mencari pekerjaan lain di sektor perkotaan.

3.2 Identifikasi Permasalahan

a) Munculnya permukiman baru di wilayah tangkapan air

Masalah air bersih lebih jauh lagi terkait dengan pertumbuhan wilayah pinggiran kota

dan sepanjang sungai. Selain terjadi perubahan tanah subur yang mengurangi wilayah

tangkapan air Sungai Jeneberang dan Sungai Maros, serta menambah deras aliran air yang

dapat menimbulkan bahaya banjir. Ketika wilayah pinggiran kota dan kecamatan di

sekitarnya berkembangnya menjadi kota, makin sedikit air yang terserap kedalam

persediaan air tanah dan alliran air menuju sungai akan lebih deras. Hal ini meningkatkan

kemungkinan terjadinya banjir di wilayah-wilayah yang mudah terkena (sebagian besar di

kawasan pinggir kota) dan permukiman di sepanjang sungai dan kanal.

b) Adanya permasalahan pengolahan dan distribusi air bersih

Page 23: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

20

Gambar 4 Air bersih merupakan sistem yang paling rentan terhadap perubahan iklim

Sumber : Jurnal Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Makassar

Meningkatnya pertumbuhan penduduk di kota dan adanya perubahan gaya hidup

mengakibatkan kebutuhan air bersih juga akan meningkat. Tanpa adanya peningkatan

pasokan, maka akan terjadi kekurangan air bersih bagi penduduk kota. Erosi tanah di

daerah aliran sungai dari kedua sungai utama di kota Makasar makin menyebabkan insiden

dan ancaman banjir. Perluasan kota menyebabkan berkurangnya kapasitas daerah aliran air

untuk menyerap air dan perubahan dari lahan pertanian menjadi perumahan seringkali

membuat kapasitas untuk mengalirkan air makin terbatas. Kondisi ini ditambah dengan

musim hujan yang singkat namun lebih intens akan mengakibatkan banjir. Perkiraan musim

kemarau yang lebih panjang dan terlambatnya musim hujan akan memperburuk kelangkaan

air bersih yang saat ini terjadi di kota. Akses air bersih yang terbatas dapat memicu

timbulnya wabah penyakit dan secara khusus berpengaruh pada penduduk miskin yang

tidak mempunyai banyak pilihan. Banjir dan genangan air dalam periode waktu yang

panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan umum secara serius apabila air kotor atau

Page 24: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

21

air yang tercemar meresap ke dalam persediaan air tanah. Masalah ini masih ditambah

dengan potensi penyakit yang dibawa oleh serangga/hewan seperti demam berdarah.

c) Kosentrasi barang-barang, jasa dan pelayanan, infrastruktur dan aktivitas ekonomi di

dalam sebuah kawasan perkotaan yang relatif padat menyebabkan kota semakin

sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh ancaman iklim

Gambar 5 Padatnya Infrastruktur berpengaruh pada perubahan iklim di kota Makassar

Sumber : google.com

d) Tumbuhnya pembangunan baru di kawasan pantai

Page 25: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

22

Gambar 6 . Hotel, convention centers dan pusat-pusat perbelanjaan bermunculan di area reklamasi

baru sebagai tanda pembangunan baru di sepanjang pantai Makasar

Sumber : Jurnal Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Makassar

Kenaikan muka air laut dan meningkatnya hujan badai dapat menimbulkan dampak

yang paling merugikan bagi pembangunan baru yang berlokasi di kawasan pantai makasar.

Hujan badai dapat mengakibatkan kerusakan infrastruktur hingga ke pantai losari, center

point of Indonesia, pembangunan sungai tallo dan kawasan pelabuhan dan industri baru.

Dampak tambahan dari naiknya permukaan air laut yaitu terjadi intrusi air laut ke persediaan

air di kawasan pantai yang memperburuk masalah air bersih kota.

e) Pesatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan maraknya perubahan lahan di

pinggiran kota.

Page 26: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

23

Lebih dari sepuluh tahun terakhir, wilayah perbatasan kota Makasar, termasuk

wilayah perbatasan dengan kota Maros, Gowa dan Takalar, berkembang lebih cepat dari

penduduk di pusat kota. Selama periode ini, lima kecamatan terluar tumbuh sebesar 3.01%

sementara sembilan kecamatan di tengah kota mempunyai pertumbuhan negatif yaitu -

0.2%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya wilayah-wilayah di pinggiran kota makin

berkembang dibanding wilayah tengah, namun juga wilayah-wilayah tengah mengalami

pengurangan dalam jumlah populasi. Pendatang-pendatang baru datang ke kota untuk

mencari pekerjaan dan mengharapkan keuntungan dari kehidupan perkotaan karena tidak

mampu tinggal di wilayah tengah yang lebih mahal, mereka akhirnya tinggal di wilayah-

wilayah perbatasan. Harga lahan lebih murah, dan yang lebih penting, lahan tersedia.

Seringkali para pendatang baru di wilayah-wilayah ini tinggal tanpa memperoleh banyak

layanan, karena penyedia layanan masyarakat dan pemerintah kota kesulitan untuk

memenuhi kebutuhan air bersih, sanitasi dan bahkan listrik. Para pengembang diminta untuk

menyediakan akses terhadap layanan-layanan ini namun layanan masing-masing rumah

seringkali juga mengalami kekurangan. Layanan sosial (fasilitas pendidikan dan kesehatan)

seringkali tidak mencukupi. Perubahan penggunaan lahan di pinggir kota juga membatasi

kapasitas masyarakat untuk memproduksi makanan karena bekas lahan pertanian

digunakan untuk ruang perkotaan baru.

f) Reklamasi yang dilakukan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem meliputi

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di sekitar wilayah reklamasi.

g) Terjadinya kenaikan daratan dan pesisir pantai setiap tahunnySa mengakibatkan

banjir

Page 27: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

24

Banjir merupakan keprihatinan lainnya bagi pemerintah kota terkait dengan dampak

perubahan iklim. Setiap tahun, selama Januari dan Februari, terjadi kenaikan daratan dan

pesisir pantai yang dilaporkan terkena banjir, menurut Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD). Banjir jarang menetap hingga 48 jam. Namun kenaikan jumlah penduduk

yang terkena dampak banjir secara tetap telah melebihi kapasitas BPBD untuk melakukan

respon.

h) Perubahan iklim yang tak menentu menyebabkan keterpaparan terhadap sistem dan

penduduk perkotaan

Sistem perkotaan yang terpapar merupakan sistem drainase, distribusi air bersih,

penahan pantai, jalan raya, infrastruktur utama (seperti jalan tol dan pelabuhan udara tidak

dapat berfungsi saat terjadi banjir) sedangkan penduduk Perkotaan yang terpapar yakni

masyarakat miskin perkotaan yang tinggal di sepanjang pesisir pantai, masyarakat yang

tinggal di wilayah permukiman baru, kegiatan bisnis dan industri yang memanfaatkan

kawasan pantai, kegiatan bisnis yang bergantung pada infrastruktur yang terpapar.

Page 28: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

25

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Analisis Pengembangan Wilayah

Untuk menentukan strategi yang akan dilakukan dalam pengembangan dan

perencanaan Kota Makassar untuk menghadapi terjadinya perubahan iklim, akan dilakukan

analisis dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan

strategis uang digunakan utnuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness),

peluang (opportunity), dan ancaman (threat) yang dalam hal ini akan dilakukan terhadap

kondisi umum yang terjadi Kota Makassar Adapun strategi yang nantinya didapatkan

merupakan hasil komparasi antara IFAS dan EFAS. Proses analisis SWOT yang dilakukan

adalah sebagai berikut.

A. Strength (Kekuatan)

Sistem ekologis yang kaya dan berbeda-beda yang terkonsentrasi di wilayah yang

relatif kecil sehingga cocok untuk permukiman perkotaan.

Topografi wilayah yang relatif datar menciptakan wilayah tangkapan air alami yang

kemudian dimanfaatkan untuk lahan pertanian demi memperkuat ketahanan pangan.

Anggaran pemerintah kota telah dialokasikan pada peningkatan sumber daya untuk

pengelolaan lingkungan dan peningkatan pasokan air bersih.

Instansi-instansi di dalam pemerintah Kota Makasaar cenderung sangat peka

terhadap pentingnya pelayanan ekosistem yang berdampak terhadap adaptasi isu

perubahan iklim.

B. Weakness (Kelemahan)

Munculnya permukiman baru di wilayah tangkapan air.

Page 29: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

26

Adanya permasalahan pengolahan dan distribusi air bersih.

Konsentrasi barang-barang, jasa dan pelayanan, orang, infrastruktur dan aktivitas

ekonomi di dalam sebuah kawasan perkotaan yang relatif padat menyebabkan kota

semakin sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh ancaman iklim.

Sistem kanal drainase, pengairan, dan waduk di Kota Makassar cenderung rentan

terhadap perubahan iklim.

Kebutuhan perekonomian sandang, pangan, papan di perkotaan jauh lebih mahal

dan membuat masyarakat berpindah ke daerah perbatasan.

C. Opportunity (Peluang)

Rencana perluasan wilayah yang memberikan peluang untuk pengembangan

ekonomi.

Perencanaan sistem perkotaan didukung oleh keberadaan investor.

Masyarakat mulai paham untuk melakukan adaptasi individu terhadap perubahan

iklim seperti membangun dinding selasar beton untuk mencegah ancaman banjir.

Mulai diberlakukannya kajian kerentanan di Provinsi Sulawesi Selatan.

D. Threat (Ancaman)

Tumbuhnya pembangunan baru di kawasan pantai.

Pesatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan maraknya perubahan lahan di

pinggiran kota.

Reklamasi yang dilakukan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem meliputi

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di sekitar wilayah reklamasi.

Terjadinya kenaikan daratan dan pesisir pantai setiap tahunnya mengakibatkan

banjir.

Page 30: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

27

Perubahan iklim yang tak menentu menyebabkan keterpaparan terhadap sistem dan

penduduk perkotaan.

Tabel 1 Analisis IFAS

IFAS Bobot Rating Bobot x Rating STD. BxR

S1 0,1 3 0,3 0,091

S2 0,05 2 0,1 0,03

S3 0,1 3 0,3 0,091

S4 0,2 4 0,8 0,242

W1 0,1 3 0,3 0,091

W2 0,1 3 0,3 0,091

W3 0,15 4 0,6 0,182

W4 0,1 3 0,3 0,091

W5 0,1 3 0,3 0,091

Total 1 3,3 1,00

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Tabel 2 Analisis EFAS

IFAS Bobot Rating Bobot x Rating STD. BxR

O1 0,1 3 0,3 0,086

O2 0,05 2 0,1 0,029

O3 0,15 4 0,6 0,171

O4 0,15 4 0,6 0,171

T1 0,1 3 0,3 0,086

T2 0,15 4 0,6 0,171

T3 0,2 4 0,8 0,228

T4 0,05 2 0,1 0,029

T5 0,05 2 0,1 0,029

Total 1 3,5 1,00

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Page 31: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

28

Tabel 3 Komparasi IFAS dan EFAS

IFAS S1 S2 S3 S4 W1 W2 W3 W4 W5 Total

EFA

S

0,09

1

0,03 0,091 0,242 0,09

1

0,09

1

0,182 0,09

1

0,091

O1 0,086 0,00

8

0,00

3

0,008 0,021 0,00

8

0,00

8

0,016 0,00

8

0,008 0,09

O2 0,029 0,00

3

0,00

1

0,003 0,007 0,00

3

0,00

3

0,005 0,00

3

0,003 0,03

O3 0,171 0,01

6

0,00

5

0,016 0,041 0,01

6

0,01

6

0,031 0,01

6

0,016 0,17

O4 0,171 0,01

6

0,00

5

0,016 0,041 0,01

6

0,01

6

0,031 0,01

6

0,016 0,17

T1 0,086 0,00

8

0,00

3

0,008 0,021 0,00

8

0,00

8

0,016 0,00

8

0,008 0,09

T2 0,171 0,01

6

0,00

5

0,016 0,041 0,01

6

0,01

6

0,031 0,01

6

0,016 0,17

T3 0,228 0,02

1

0,00

7

0,021 0,055 0,02

1

0,02

1

0,041 0,02

1

0,021 0,22

T4 0,029 0,00

3

0,00

1

0,003 0,007 0,00

3

0,00

3

0,005 0,00

3

0,003 0,03

T5 0,029 0,00

3

0,00

1

0,003 0,007 0,00

3

0,00

3

0,005 0,00

3

0,003 0,03

Total 1,00 0,09 0,03 0,09 0,24 0,09 0,09 0,19 0,09 0,09 1,00

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Tabel 4 Hasil Komparasi IFAS dan EFAS

Komponen Urutan Kinerja Persentase Kinerja Simpulan

T3S4 0,055 18 Reklamasi mengganggu

keseimbangan

ekosistem+instansi-instansi

peka terhadap isu

perubahan iklim

T2S4 0,041 13 Maraknya perubahan

Page 32: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

29

lahan+instansi-instansi

peka terhadap isu

perubahan iklim

O4S4 0,041 13 Pemberlakuan kajian

kerentanan+instansi-

instansi peka terhadap isu

perubahan iklim

O4S3 0,041 13 Pemberlakuan kajian

kerentanan+anggaran

pemerintah dialokasikan

pada sumberdaya air bersih

T3W3 0,041 13 Reklamasi mengganggu

keseimbangan

ekosistem+konsentrasi

kegiatan di kawasan

perkotaan menyebabkan

kota semakin sensitif

O3W3 0,031 10 Masyarakat mulai

melakukan adaptasi

individu+ konsentrasi

kegiatan di kawasan

perkotaan menyebabkan

kota semakin sensitif

O4W3 0,031 10 Pemberlakuan kajian

kerentanan+ konsentrasi

kegiatan di kawasan

perkotaan menyebabkan

kota semakin sensitif

T2W3 0,031 10 Maraknya perubahan

lahan+ konsentrasi

kegiatan di kawasan

perkotaan menyebabkan

kota semakin sensitif

0,312 100

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Page 33: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

30

PENENTUAN RANGE

0,000-0,015 : Sangat Tidak Penting

0,016-0,030 : Tidak Penting

0,031-0,045 : Penting

0,046-0,060 : Sangat Penting

INTERPRETASI

Setelah dilakukan analisis SWOT, strategi yang akan dilakukan dalam

pengembangan dan perencanaan Kota Makassar untuk menghadapi terjadinya perubahan

iklim yang diurutkan dengan mengacu pada skala prioritas adalah sebagai berikut.

- Strategi 1

Meningkatkan kepekaan instansi-instansi di dalam pemerintah Kota Makasaar

terhadap pentingnya pelayanan ekosistem yang berdampak terhadap adaptasi isu

perubahan iklim dengan mencegah terjadinya reklamasi yang berpengaruh terhadap

keseimbangan ekosistem meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di

sekitar wilayah reklamasi.

- Strategi 2

Meningkatkan kepekaan instansi-instansi di dalam pemerintah Kota Makasaar

terhadap pentingnya pelayanan ekosistem yang berdampak terhadap adaptasi isu

perubahan iklim dengan mengarahkan pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan

Page 34: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

31

maraknya perubahan lahan di pinggiran kota ke area-area khusus yang diatur dalam

regulasi tertentu

- Strategi 3

Mengoptimalkan kepekaan instansi-instansi di dalam pemerintah Kota Makasaar

terhadap pentingnya pelayanan ekosistem yang berdampak terhadap adaptasi isu

perubahan iklim ke dalam bentuk program-program berbasis perubahan iklim dengan

memanfaatkan kajian kerentanan di Provinsi Sulawesi Selatan yang mulai diberlakukan.

- Strategi 4

Mengoptimalkan anggaran pemerintah kota yang telah dialokasikan pada

peningkatan sumber daya untuk pengelolaan lingkungan dan peningkatan pasokan air

bersih dengan berpedoman terhadap kajian kerentanan di Provinsi Sulawesi Selatan yang

mulai diberlakukan.

- Strategi 5

Mengurangi arus konsentrasi barang-barang, jasa dan pelayanan, orang,

infrastruktur dan aktivitas ekonomi di dalam sebuah kawasan perkotaan yang relatif padat

yang menyebabkan kota semakin sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh

ancaman iklim sehingga rencana reklamasi yang berpengaruh terhadap keseimbangan

ekosistem meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di sekitar

wilayah reklamasi tidak akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

- Strategi 6

Page 35: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

32

Mengurangi arus konsentrasi barang-barang, jasa dan pelayanan, orang,

infrastruktur dan aktivitas ekonomi di dalam sebuah kawasan perkotaan yang relatif padat

yang menyebabkan kota semakin sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh

ancaman iklim untuk mendukung adaptasi individu yang dilakukan oleh masyarakat

terhadap perubahan iklim seperti membangun dinding selasar beton untuk mencegah

ancaman banjir.

- Strategi 7

Mengatur arus konsentrasi barang-barang, jasa dan pelayanan, orang, infrastruktur

dan aktivitas ekonomi di dalam sebuah kawasan perkotaan yang relatif padat yang

menyebabkan kota semakin sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh ancaman

iklim dengan berpedoman terhadap kajian kerentanan di Provinsi Sulawesi Selatan yang

mulai diberlakukan.

- Strategi 8

Meminimalisir arus konsentrasi barang-barang, jasa dan pelayanan, orang,

infrastruktur dan aktivitas ekonomi di dalam sebuah kawasan perkotaan yang relatif padat

yang menyebabkan kota semakin sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh

ancaman iklim untuk mencegah pesatnya pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan

maraknya perubahan lahan di pinggiran kota.

Dari strategi yang telah dirumuskan seperti di atas, akan ditentukan strategi prioritas

terkait pengembangan dan perencanaan Kota Makassar untuk menghadapi terjadinya

perubahan iklim yang mengacu kepada penentuan range. Penentuan range ini dimaksudkan

Page 36: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

33

untuk mengetahui skala prioritas berdasarkan kepentingan dari strategi-strategi yang akan

diajukan nantinya. Adapun penentuan prioritasnya adalah sebagai berikut.

Tabel 5 Pembagian Strategi berdasarkan Kepentingan

Strategi Urutan Kinerja Tingkat Kepentingan

Strategi 1 0,055 Kepentingan Sangat Tinggi

Strategi 2 0,041 Kepentingan Tinggi

Strategi 3 0,041 Kepentingan Tinggi

Strategi 4 0,041 Kepentingan Tinggi

Strategi 5 0,041 Kepentingan Tinggi

Strategi 6 0,031 Kepentingan Tinggi

Strategi 7 0,031 Kepentingan Tinggi

Strategi 8 0,031 Kepentingan Tinggi

Sumber : Hasil Analisis, 2016

4.2 Konsep Penanganan Persoalan Pengembangan Wilayah

Berdasarkan kondisi eksisting/ terkini Kota Makassar serta strategi penanganan

permasalahan perubahan iklim yang telah didapatkan, adapun konsep penanganan yang

digagas atau direkomendasikan adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan Kota dengan Konsep Kota Berketahanan (Resilience)

Kota Berketahanan atau Resilient City adalah konsep perencanaan kota dimana kota

diharapkan bisa tetap memberfungsikan berbagai sistemnya ketika ada gangguan serta

bertahan dan pulih setelah terjadi krisis khususnya isu-isu perubahan iklim, dimana kota

memiliki visi menjadi kota yang layak huni, berkeadilan dan berinovasi, serta memiliki

pemerintah yang kompeten dalam mengembangkan kapasitas untuk mengelola dan

mengatur suatu kota secara mandiri selama dan setelah peristiwa bahaya.

Page 37: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

34

Menurut Folke (2009), kota berketahanan memiliki 3 fitur yaitu keteguhan

(persistence), kemampuan adaptasi, dan kemampuan transformasi yang masing-masing

berinteraksi dari skala lokal sampai global. Resiliensi terlihat pada bagaimana masyarakat

mampu teguh dan adaptif untuk menghindari balikan (tipping) ambang kritis menuju situasi

yang diharapkan, di satu sisi; sebaliknya ketika terjadi pergeseran menuju rezim yang tidak

diinginkan dan tidak dapat diubah, resiliensi terlihat pada bagaimana sistem sosial-ekologi

mentransformasi menyesuaikan dengan kondisi baru tersebut. Sedangkan secara umum

fitur dasar dari kota yang berketahanan adalah adanya inovasi (innovation); mitigasi

(mitigation) yaitu , dan adaptasi (adaptation) yang menjadi konstelasi dari aspek-aspek

ketangguhan suatu kota.

Gambar 7 Konstelasi Fitur Dasar dalam Konsep Kota Berketahanan

Sumber : https://zejimandala.wordpress.com/2013/07/31/resilient-infrastructure-konsep-dan-strategi-

perencanaan-pembangunan-transportasi-berkelanjutan-studi-kasus-kota-curitiba-brazil/

Dalam menciptakan suatu kota yang berketahanan, dibutuhkan beberapa indikator

yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan suatu kota dalam menghadapi

ancaman perubahan iklim, yaitu :

Page 38: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

35

Tabel 6 Indikator Konsep Kota Berketahanan

Indikator Penjelasan

Redundansi dan Keberagaman

Kota memiliki sumber-sumber alternatif, sub-sistem,

entitas, peran, atau strategi yang mampu back-up/

mendukung satu sama lain dan meningkatkan

kapasitas seluruh sistem.

Fleksibilitas

Kemampuan untuk mengubah dan mengadopsi

strategi alternatif dalam menghadapi tekanan. Kota

memiliki beberapa alternatif yang bisa diambil jika

terjadi masalah.

Kegagalan yang Tidak Berisiko

Sistem dirancang untuk menghindari kegagalan dan

mengurangi risikonya.

Interaktif dan Multi level

Pemerintahan yang interaktif dengan melibatkan

hubungan yang saling mempengaruhi antara dua /

lebih aktor dengan berbagai kepentingan (ekonomi,

lingkungan, sosial), dimensi struktural dan tingkat

(lokal, nasional, internasional).

Sumber Daya dan Jaringan

Jaringan stakeholder di skala yang diharapkan

memainkan peran dalam koordinasi yang lebih baik

dan memobilisasi aset (misalnya orang, informasi,

keuangan, teknologi). Kapasitas untuk bertindak dan

memvisualisasikan masalah, prioritas dan solusi.

Responsif Kemampuan untuk mengatur kembali dan

Page 39: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

36

membangun ulang sistem ketika kegagalan terjadi.

Kapasitas dan Pengetahuan Pluralisme

Belajar

Belajar dipandang sebagai suatu proses sosial dan

hasil yang dicapai melalui berbagi kolaboratif dan

saling pengetahuan dan pengalaman. Pengakuan

dari nilai dalam menggambar pengetahuan dari

beberapa aktor: ilmuwan formal terlatih, pembuat

kebijakan, manajer dan akar rumput.

Lebih lanjut, di dalam buku How To Make Cities More Resilient : A Handbook For

Local Government Leaders, A contribution to the global campaign 2010-2015 dijelaskan

bahwa setidaknya terdapat 10 (sepuluh) elemen penting untuk membuat kota yang

berketahanan. 10 (sepuluh) elemen penting itu antara lain:

1. Memastikan dan mengkoordinasikan semua pihak agar mengerti perannya dan ikut

serta dalam mengurangi risiko bencana dan kesiapsiagaan, berdasarkan partisipasi

kelompok masyarakat.

2. Menetapkan anggaran untuk pengurangan risiko bencana dan adptasi perubahan

iklim dan memberikan insentif bagi pemilik rumah, keluarga berpenghasilan rendah,

komunitas, bisnis dan sektor publik untuk berinvestasi dalam mengurangi risiko yang

mereka hadapi.

3. Menjaga ketersediaan dan update data tentang bahaya dan kerentanan.

Mempersiapkan penilaian risiko dan gunakan sebagai dasar untuk rencana dan

mengambil keputusan pembangunan perkotaan. Pastikan bahwa informasi dan

Page 40: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

37

rencana untuk ketahanan kota sudah tersedia untuk umum dan telah dibicarakan

secara partisipatif.

4. Berinvestasi dan memelihara infrastruktur penting yang dapat mengurangi risiko

bencana dan perubahan iklim seperti drainase dan bendungan serta fasilitas lainnya

5. Menilai keamanan semua dan fasilitas kesehatan sekolah dan upgrade fasilitas

tersebut bila diperlukan.

6. Menerapkan dan menegakkan peraturan dan prinsip perencanaan tata guna lahan

yang realistis. Identifikasi lahan yang aman untuk warga berpenghasilan rendah dan

meng-upgrade permukiman informal.

7. Memastikan program pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana

diajarkan di sekolah dan pada masyarakat setempat

8. Melindungi ekosistem dan penyangga alami untuk mengurangi banjir, badai dan

bahaya lain untuk kota yang rentan. Beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan

membangun pengurangan risiko yang baik .

9. Memasang sistem peringatan dini dan kapasitas manajemen darurat di kota dan

lakukan latihan kesiapsiagaan masyarakat.

10. Setelah bencana, pastikan bahwa kebutuhan penduduk yang terkena bencana

ditempatkan di pusat rekonstruksi, dengan memberikan dukungan dari organisasi

masyarakat untuk merancang dan membantu meningkatkan daya pulih menjadi

sedia kala, bahkan menjadi lebih baik.

2. Penggunaan Early Warning Sytem sebagai Sistem Tanggap Bencana

Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System adalah serangkaian sistem untuk

memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda

Page 41: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

38

alam lainnya. Peringatan dini pada masyarakat atas bencana merupakan tindakan

memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat. Menurut

Rogers dan Tsirkunov (2011), keuntungan adanya early warning system adalah mampu

memberikan waktu bagi masyarakat untuk melarikan diri dari banjir, tornado, dan tsunami;

memungkinkan pihak setempat yang berwenang untuk mengevakuasi dan memberikan

perlindungan bagi masyarakat dari angin puyuh dan angin topan; menyediakan informasi

mengenai kejadian berbahaya bagi kesehatan manusia; serta memungkinkan respon yang

lebih cepat dalam menghadapi permasalahan ketersediaan makanan dan air. Oleh karena

itu, dengan iklim serta fenomena alam yang berubah-ubah dan cenderung tak menentu,

kesediaan dan kehandalan early warning system dalam mendeteksi serta memprediksi

datang bencananya dirasa sangat dibutuhkan berikut pula pengembangannya.

Berkaca pada permasalahan banjir yang kerap dihadapi Kota Makassar, pemerintah

Kota Makassar dapat mengambil pembelajaran dari Kota Jakarta berupa penggunaan alat

EWS banjir berbasis partisipasi masyarakat yang dinamakan MONIKA. MONIKA atau alat

Monitor Informasi Ketinggian Air merupakan alat EWS banjir yang menggunakan suatu alat

yang dinamakan Peil Schall yang berbentuk seperti penggaris yang dipasang di Bendungan

Katulampa yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi air lebihan bendungan

sehingga warga bisa lebih cepat mengantisipasi banjir. Pada sistem kerjanya, MONIKA

melibatkan pemasangan sensor air berwarna biru untuk mengetahui level siaga yaitu siaga

empat hingga siaga satu, kemudian informasi yang didapatkan akan masuk ke komputer

yang akan mengirimkan sinyal ke kelurahan, satinmas, dan media massa. Setelah itu, pihak

kelurahan dan media massa akan mengirimkan nomor HP/ telepon genggam warga yang

akan disimpan pada data base MONIKA yang mana warga kemudian akan mendapatkan

Page 42: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

39

informasi mengenai ketinggian air secara otomatis. Diharapkan nantinya dengan adanya

EWS yang berorientasi pada banjir, permasalahan banjir di Kota Makassar dapat teratasi

dengan efektif dan efisien.

3. Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah suatu bentuk upaya intervensi manusia

pada sistem awan untuk mengkondisikan cuaca agar berperilaku lebih mengarah sesuai

dengan yang dibutuhkan, umumnya adalah untuk meningkatkan intensitas curah hujan atau

mempercepat proses hujan di suatu tempat. TMC dilakukan dengan meniru proses alamiah

yang terjadi di dalam awan. Sejumlah partikel higroskopik yang dibawa dengan pesawat

sengaja ditambahkan langsung ke dalam awan jenis Cumulus (awan hujan) agar proses

pengumpulan tetes air di dalam awan segera dimulai. Dengan berlangsungnya pembesaran

tetes secara lebih efektif maka proses hujan menjadi lebih cepat dan menghasilkan curah

hujan yang lebih banyak. Dalam hal ini, hujan yang terjadi diharapkan akan dapat mengisi

embung-embung, pembasahan tanah dan bahkan hujan tersebut akan memadamkan

sejumlah hotspot yang ada dan menipiskan kabut asap sehingga meningkatkan visibility

(jarak pandang) yang kerap mengganggu kesehatan dan aktivitas penerbangan. Pada

prosesnya, Teknologi Modifikasi Cuaca dilakukan dengan menaburkan material semai

(seeding agent) berupa powder atau flare, atau bisa pula menggunakan garam tabur (NaCl).

Melihat kondisi Kota Makassar yang rawan akan banjir, TMC dapat digunakan untuk

mengurangi curah hujan termasuk curah hujan tinggi penyebab banjir. Adapun metode yang

digunakan yaitu :

Page 43: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

40

1. Melakukan penyemaian di awan-awan kecil (fase awal) agar tidak menjadi hujan

ketika memasuki daerah target. Metode yang digunakan adalah sistem kompetisi.

2. Melakukan penyemaian awan yang tumbuh aktif untuk mempercepat turun hujan

agar tidak sempat menjadi awan Cb. Metode yang digunakan adalah jumping

process.

Gambar 8 Teknologi Modifikasi Cuaca dengan Menggunakan Flare

Sumber : http://www1.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/12649

Gambar 9 Teknologi Modifikasi Cuaca dengan Menggunakan Garam Tabur

Sumber : https://teknologitinggi.wordpress.com/2014/02/09/proses-dan-tehnik-modifikasi-cuaca/

Page 44: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

41

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Makassar berada di tengah pulau-pulau besar di Indonesia yang menyebabkan kota

makassar menjadi pusat pergerakan dari wilayah timur ke barat maupun dari wilayah utara

ke selatan Indonesia, salah satunya menjadi pintu gerbang lalu lintas untuk menuju wilayah

Timur Indonesia. Selain itu letak pusat kota Makassar yang berada di pesisir kota Makassar

sebagai CBD yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas perdagangan, pendidikan, rekreasi

dsb sehingga menarik banyak pendatang untuk tinggal dan mencari pekerjaan di kota ini.

hal ini juga dikarenakan kota makassar sebagai pusat pasar ikan untuk pulau-pulau

sekitarnya. Peningkatan penduduk yang terus menerus dengan kondisi iklim kota Makassar

yang memiliki curah hujan yang rendah mengakibatkan beberapa dampak seperti

ketersediaan akan air bersih berkurang dan juga pesatnya pertumbuhan penduduk tidak

berada di pusat kota melainkan di pinggiran kota karena mahalnya harga lahan sehingga

menyebabkan perubahan lahan di pinggir kota sehingga membatasi kapasitas masyarakat

untuk memproduksi makanan karena bekas lahan pertanian digunakan untuk ruang

perkotaan baru. Untuk menangangi permasalahan tersebut, digunakanlah beberapa konsep

yang relevan dengan keadaan tersebut seperti Konsep Resilient city, Eearly Warning

System dan Teknologi Modifikasi Cuaca.

5.2 Lesson Learneds

Dalam isu perubahan iklim dibutuhkan integrasi antara pemerintah dan masyarakat

agar pengembangan wilayah tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga aspek

lingkungan sehingga kerentanan akan masalah perubahan iklim di kota Makassar dapat di

minimalisir dengan tiga upaya penting yaitu adaptasi, mitigasi dan antisipasi.

Page 45: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

42

Tiga upaya tersebut turut berkontribusi dalam proses pengembangan wilayah

Pentingnya sebuah negara dalam mengembangkan potensi kewilayahannya dalam

berbagai aspek menjadikan sebuah tantangan dan peluang untuk menghadapi perubahan

penataan ruang.

Page 46: Perencanaan wilayah

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

43

DAFTAR PUSTAKA