Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

download Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

of 39

description

oleh Dwidjono Hadi DarwantoJurusan Sosial Ekonomi/AgribisnisFakultas Pertanian UGM 2011

Transcript of Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    1/39

    Dwidjono Hadi Darwanto

    Jurusan Sosial Ekonomi / Agribisnis

    Fakultas PertanianUniversitas Gadjah Mada

    Yogyakarta

    2011

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    2/39

    Perencanaanadalah rangkaian tindakan sistematis yang didasarkanpada kerangka pemikiran tertentu denganmempertimbangkan perkembangan kondisi hingga

    saat ini untuk mencapai tujuan atau penyelesaianpersoalan-persoalan di masa datang

    Menurut Friedman:

    "Perencanaanadalah suatu cara berpikir mengenai persoalan-persoalan

    sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa

    mendatang, sangat berhubungan antara tujuan dan

    keputusan-keputusan kolektif, dan mengusahakan

    kebijakan dan program yang menyeluruh.

    1. Pengertian tentang Perencanaan?

    I. PENDAHULUAN

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    3/39

    Tahapan dalam Perencanaan:

    - perumusan tujuan-tujuan umum dan khusus

    - identifikasi masalah & kendala- proyeksi mengenai keadaan di masa mendatang

    - pencarian dan penilaian berbagai kemungkinan kegiatan alternatif

    - penyusunan suatu rencana yang sesuai

    - perumusan kebijaksanaan atau strategi

    - penyusunan program dan pelaksanaannya

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    4/39

    2. Mengapa Perlu Perencanaan ?

    - Pertambahan penduduk yang pesat dan distribusi yang tidak merataantar daerah

    - Kemajuan teknologi yang semakin cepat- Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata sehingga terjadiketimpangan pendapatan per kapita antar daerah

    - Pertumbuhan antar sektor ekonomi yang tidak seimbang

    Perlunya perencanaan wilayah

    a. Perencanaan nasional yang menyeluruh mencakup pengalokasiansumberdaya antar wilayah yang disusun berdasarkan informasiwilayah kemudian dirumuskan dalam program dan kebijakannasional

    b. Perencanaan wilayah meliputi perihal yang bersifat fungsional- pertumbuhan kota yang tidak terkendali dan kemacetan lalu-lintas- perkembangan industri dan hilangnya fungsi-fungsi pertanian- masalah ekonomi pedesaan yang mengalami kemunduran- pertumbuhan ekonomi yang tidak merata- pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat

    - pengembangan sektor yang tidak seimbang

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    5/39

    3. Tipe Perencanaan

    A. Perencanaan Fisik dan Ekonomi

    1. Perencanaan Fisik(physical planning) adalah perencanaan struktur

    fisik suatu daerah (area) yang meliputi: tataguna tanah, utilitas,

    komunikasi, dan sebagainya, serta berasal dari penataan dan/atau

    pengendalian pengembangan wilayah

    2. Perencanaan Ekonomi(economic planning) lebih berkenaan dengan

    struktur ekonomi suatu daerah dan tingkat kemakmurannya

    secara keseluruhan. Perencanaan ekonomi lebih bertumpu pada

    mekanis-me pasar kebijakan pengendalian yang bersifat langsung

    Perencanaan wilayah biasanya mencakup perencanaan fisik danekonomi:

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    6/39

    B. Perencanaan alokatif dan inovatif

    1. Perencanaan Alokatif (Allocative Planning) berkenaan dengan

    koordinasi, penyelarasan hal-hal yang bertentangan agar sistem

    yang bersangkutan dapat berjalan secara efisien sepanjang waktusesuai dengan kebijaksanaan yang ditempuh. Sering juga

    dinamakan perencanaan yang bersifat mengatur (regulatory

    planning).

    2. Perencanaan Inovatif (Innovative Planning) berkenaan denganperbaikan/pengembangan system yang bersangkutan sebagai

    keseluruhan dengan menunjukkan sasaran-sasaran baru dan

    berusaha menimbulkan perubahan-perubahan besar. Sering

    disebut juga perencanaan pembangunan (development planning).

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    7/39

    C. Perencanaan Bertujuan Tunggal & Jamak

    1. Perencanaan wilayah selalu bertujuan jamak tetapi metode imple-

    mentasinya dapat berbeda

    2. Perencanaan dapat mempunyai tujuan dan sasaran tunggal tetapi

    tujuan tunggal tersebut dapat memberikan dampak ganda

    (multiplier effects)

    D. Perencanaan Indikatif dan Imperatif

    1. Perencanaan indikatifhanya mengemukakan petunjuk / pedoman

    umum dan bersifat sebagai sumber informasi pelaksanaan.

    2. Perencanaan imperatifadalah semacam perintah yang

    mengandung pengarahan yang bersifat konkrit

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    8/39

    4. Tingkatan perencanaan

    Perencanaan wilayah merupakan proses perumusan dan penegasan

    tujuan-tujuan sosial dalam penataan kegiatan-kegiatan dalam ruang di

    atas tingkat perkotaan (Supra Urban)- Perencanaan tingkat wilayah merupakan penghubung tingkat

    nasional dan tingkat lokal.

    - Kurang efektifnya perencanaan di tingkat atas akan menimbulkan

    implikasi-implikasi pada tingkat perencanaan yang lebih rendah- Perencanaan tingkat pemerintah nasional umumnya bersifat

    ekonomi, yakni:

    a. alokatif jangka pendek yang berkenaan dengan stabilisasi fluktu-asi perekonomian

    b. bentuk inovatif jangka panjang yang terutama berkenaan denganpencapaian tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang tertentu.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    9/39

    II. KONSEP PERENCANAAN WILAYAH

    2.1. Konsep tentang Wilayah

    Dalam ekonomi wilayah terdapat 3 konsep wilayah yang diguna-

    kan, yakni: (a) functional region; (b)homogeneous region; dan (c)

    administrative region

    a. Konsep wilayah atas dasar fungsi(functional regions)- Seberapa besar wilayah itu terintegrasi

    - Seberapa jauh masing-masing komponen berinteraksi

    Jika interaksi antar komponen dalam suatu wilayah itu sangat

    signifikan dibandingkan dengan tempat lain (misalnya

    kegiatan bisnis), maka dasar bagi terbentuknyafunctional

    regionmenjadi kuat.

    Contoh Wilayah Fungsional: Nodal RegionsdanMetropolitan

    Statistical Area(MSA)

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    10/39

    Nodal Regions(Wilayah Nodal)

    - Terbentuknya didasarkan pada sistem hirarkis hubungan bisnis

    /perdagangan.

    - Pusat-pusat bisnis yang kecil tergantung pada pusat bisnis yang

    besar, sementara kedua pusat bisnis tersebut mungkin tergantung

    pada pusat bisnis yang lebih besar lagi.

    - Wilayah yang dilayani oleh pusat bisnis dikenal dengan istilah

    hinterland.- Kecenderungan: semakin besar hinterland - semakin besar pusat

    bisnis yang melayaninya.

    - Konsep wilayah nodal ini mensiratkan adanya "wilayah dalam

    wilayah", artinya: suatu kota kecil mungkin memiliki hinterland-nya

    sendiri sementara mereka merupakan bagian dari hinterland yanglain.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    11/39

    Metropolitan Statistical Areas(MSA)

    - Wilayah metropolitan itu memperlihatkan adanya pola hirarkis yangmenjadi ciri dari nodal regions. Contoh: kegiatan tenaga kerja dan

    perdagangan cenderung terkonsentrasi di CBS (Central BusinessDistrict)

    - Nodal (pusat konsentrasi) dari kegiatan ekonomi terlihat kontrasdengan wilayah pemukiman dimana kegiatan bisnisnya sangat kecil.

    - Terdapat saling ketergantungan antara pusat bisnis dengan wilayah

    pemukiman mengingat satu sama lain saling membutuhkan.

    Implikasi: seringkali kebijakan wilayah bisa diterapkan secara baik

    pada wilayah metropolis ini sebagai akibat adanya saling

    ketergantungan dalam wilayah tersebut.

    Struktur MSA:- Pusat kota sebagai jantung dan nodal.

    - Setiap MSA harus memiliki satu kota dengan penduduk lebih

    kurang 50.000.

    - Total penduduk seluruh MSA minimal 100.000.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    12/39

    - MSA dibagi kedalam countiesyang masing-masing memiliki pusat

    kota.

    - MSA memiliki daerah Sub-urban atau komunitas urban yang dekat

    pusat kota.- Wilayah Sub-urban termasuk Komunitas yang dicirikan oleh

    kegiatan ekonomi lokal yang aktif (termasuk kota satelit).

    - Dalam wilayah MSA terdapat juga kegiatan pertanian yang

    umumnya dilakukan di pinggiran kota

    b. Konsep Wilayah Homogen (Homogeneous Regions)

    - Ditentukan atas dasar persamaan internal

    - Dicirikan oleh kesamaan pada kegiatan umum, budayadan

    iklim. Contoh: Wilayah kepulauan dengan kegiatan umum yanghomogen

    - Bisa juga homogenitas tersebut atas dasar Etnis. Contoh: Pecinan

    (China town), Kampung Arab, Kota apel, dan lain sebagainya.

    - Pembagian Wilayah atas homogenitas ini penting juga untuk

    analisis Statistik.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    13/39

    c. KonsepWilayah Administratif (Administrative Regions)

    - Penting artinya untuk tujuan manajemen ataupun organisasi

    baik bagi organisasi swasta maupun pemerintah.

    - Pada umumnya lebih kelihatan wujudnya dibanding dengandua bentuk wilayah yang lain.

    - Karena pembagiannya berdasarkan administrasi, maka

    berbagai ragam kegiatan akan dijumpai di dalamnya

    - Bisa terjadi wilayah administratif memiliki kesamaan atas dasarfungsi, sehingga peran dari wilayah itu bisa sekaligus sebagai

    wilayah fungsional.

    d. Konsep Wilayah Perencanaan

    - Daerah perencanaan (planning region) atau "programmingregion": daerah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan

    keputusan-keputusan ekonomi.

    - Daerah perencanaan adalah daerah geografik yang cocok untuk

    perancangan dan pelaksanaan rencana-rencana pembangunan

    wilayah.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    14/39

    2.2. Pewilayahan dan Penentuan Batas-batas Daerah

    a) Penentuan Batas-batas daerah Formal

    - Pengelompokan unit-unit lokal yang berciri serupa menurut

    kriteria tertentu tetapi berbeda secara nyata dari unit-unit di

    luar daerah berdasarkan kriteria yang telah dipilih tersebut

    - Sifat: tidak homogen secara sempurna tetapi homogen dalam

    batas-batas tertentu

    - Kriteria yang digunakan: tingkat pengangguran, kegiatan, danarah perkembangan migrasi, yang sifatnya dinamis

    a.1. Metode Bilangan Indeks Tertimbang

    - Daerah dibagi menjadi lokalitas yang berbeda-beda, misalkan

    menurut tingkat pengangguran dan pendapatan per kapita- Berdasarkan pertimbangan kebijakan & daerah persoalan

    utama, maka daerah yang bersifat khusus perlu disendirikan

    - Digunakan bobot kriteria untuk menentukan indeks

    tertimbang untuk masing-masing daerah

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    15/39

    a.2. Metode Analisis Faktor

    - Metode ini lebih kompleks dan prinsip dasarnya adalah ilustrasi

    pewilayahan kondisi ekonomi oleh Smith.

    - Smith mengidentifikasikan 14 kriteria industri atas dasar daerahpertukaran kesempatan kerja lokal dan 14 kriteria sosio-ekonomi

    atas dasar pemerintahan lokal.

    - Metode analisis faktor dapat digunakan untuk mengisolasikanfaktor-faktor dasar ini, dan mengelompokkan daerah-daerahberdasarkanfactor loading.

    - Smith mengidentifikasikan perubahan industri dan strukturindustri sebagai faktor sosio-ekonomi pokok.

    - Berdasarkan faktor-faktor ini dapat ditentukan batas-batas daerahberdasarkan kondisi ekonomi.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    16/39

    b) Penentuan Batas-batas Daerah Fungsional

    - Merupakan pengelompokan unit-unit lokal yang menunjukkantingkat interdependensi yang cukup besar.

    - Lebih ditekankan pada arus yang terkait dengan suatu titik sentraldan bukan pada keseragaman daerah sebagai suatu kesatuan

    - Menentukan batas-batas daerah fungsional berdasarkan arah danintensitas arus antara pusat yang dominan dan satelit-satelit yang

    mengitarinya.

    - Intensitas arus akan semakin berkurang dengan semakin jauhnyajarak dari pusat dan sebaliknya.

    - Green & Carruthors telah mencoba menentukan batas-batas ling-kungan berdasarkan pengaruh dari suatu pusat (daerah fungsional)

    dengan menggunakan arus angkutan bis sebagai indikator bagikaitan-kaitan ekonomi. Asumsi yang digunakan adalah bahwa ang-kutan bis adalah kegiatan ekonomi, dan akan memilih route yangpaling ekonomis, yaitu daerah-daerah dengan permintaan palingbesar dan mencerminkan kaitan-kaitan fungsionai dengan pusat

    yang dominan.

    b.1. Analisis Arus (Flow Analysis)

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    17/39

    Asumsi yang digunakan adalah bahwa angkutan bis adalah kegiatan

    ekonomi, dan akan memilih route yang paling ekonomis, yaitu

    daerah-daerah dengan permintaan paling besar dan mencerminkan

    kaitan-kaitan fungsionai dengan pusat yang dominan.

    - Suatu Variasi yang menarik dari analisis arus sederhana tersebut di

    atas adalah Graph Theory.

    - Banyaknya penggunaan telepon adalah kriteria yang lazim

    digunakan dan merupakan suatu indeks yang sangat bermanfaat

    mengenai pelbagai macam hubungan ekonomi dan sosial.- Arus tersebut digambarkan dalam bentuk matrik, dan dari matrik ini

    arus Primer diidentifikasikan.

    - Hirarkhi pusat yang dihasilkannya dapat digambarkan sebagai suatu

    jaringan (network) sederhana, dan memberikan gambaran mengenai

    bentuk dan luasnya hubungan-hubungan fungsional di dalam suatudaerah

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    18/39

    Matrik Arus Hubungan Telepon (hanya arus primer & sekunder)

    HUBUNGAN TELEPON KE PUSAT (ribu per hari)

    A B C D E F G H IHUBUNGAN

    TE

    LEPON

    DARI

    PUS

    AT

    A 40 20B 10 60C 30 10D 60 40E 30 10F 20 10G 50 20H 20 30I 10 40

    Dari matrik arus hubungan telepon tersebut di atas dapat digambarkan

    grafik jalur seperti gambar di bawah ini.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    19/39

    A

    B

    C

    D

    EF

    G

    H

    I

    Gambar di bawah ini menunjukkan contoh dari teori grafik sederhana,

    sehingga dapat diketahui bahwa D adalah pusat utama, dengan B, E

    dan Gsebagai pusat-pusat sekunder

    Gambar Jaringan Hubungan Fungsional

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    20/39

    b.2. Analisis Gravitasional

    - Analisis ini berkenaan dengan kekuatan-kekuatan daya tarik yangbersifat teoritik antara pusat-pusat.

    - Asumsi: bahwa interaksi antara dua pusat mempunyai hubungan

    proporsional langsung dengan massa dari pusat-pusat yang

    bersangkutan dan mempunyai hubungan terbalik dengan jarak dari

    pusat-pusat tersebut.

    - Dalam perencanaan model, massadiwakili oleh variabel-variabelseperti penduduk, kesempatan kerja, pendapatan, pengeluaran danomset eceran.

    - Jarak dinyatakan dalam ukuran fisik (kilometer/mil), waktu, hargadan kesempatan-kesempatan antara.

    - Dalam notasi matematik ditulis sebagai berikut :

    d

    PT

    ij

    ij

    ij k 2

    .Keterangan:Tij = kekuatan gravitasional antara kota i dan kota jPi& Pj = massa dari kedua pusat yang bersangkutandij = jarak antara kedua kota (konstan)

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    21/39

    2.3. Pewilayahan dan Administrasi Daerah

    - Daerah perencanaan (planning region) mungkin saja tidak ber-

    korelasi dengan daerah administratif namun daerah administratif

    penting bagi pelaksanaan perencanaan wilayah. Pada umumnyaperencanaan berkaitan dengan program-program pelaksanaan

    dan administrasi.

    - Supaya dapat terlaksana pewilayahan secara administratif, daerah

    harus memenuhi sekurang-kurangnya lima kriteria:

    a. Harus cukup besar untuk menopang suatu tim administrator

    profesional

    b. Harus mencakup daerah belakang komuter utama

    c. Harus mencakup daerah sumber air untuk kebutuhan manusia

    d. Harus mampu menyediakan ketrampilan yang diperlukane. Harus memperhitungkan faktor-faktor topografik

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    22/39

    BAB III. NILAI EKONOMI REGIONAL

    Perhitungan Nilai Ekonomi suatu Wilayah / Region :

    1. Regional Account (IncomeExpenditure) Approach

    2. Input

    Output Approach

    3. Economic Base Approach

    Perhitungan nilai ekonomi wilayah / region dengan pendekatan ini

    didasarkan pada pengertian bahwa kegiatan ekonomi di suatu wilayah dinilai

    dari pemanfaatan faktor produksi atau input, baik yang tersedia di wilayah

    tersebut maupun yang berasal dari wilayah lain, untuk menghasilkan output

    tertentu

    Perhitungan nilai ekonomi wilayah / region dengan pendekatan ini

    didasarkan pada perhitungan produk dari semua kegiatan ekonomi pada

    setiap sektor di wilayah tertentu.

    Pendekatan ini lebih didasarkan pada perhitungan nilai produksi dan

    pertumbuhan setiap sektor ekonomi dengan mengelompokkan struktur

    perekonomian daerah menjadi sektor unggulan dan bukan unggulan.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    23/39

    3.1. RegionalAccount

    McCrone: pengembangan akuntansi tingkat nasional adalah prasyarat

    esensial sebelum perencanaan regional dapat dilaksanakan

    Fungsi Akuntansi Regional- Memberikan gambaran terinci mengenai saling-hubungan antara sektor-

    sektor penting dari perekonomian regional

    - Dapat menjadi landasan bagi penentuan kebijaksanaan dan pengambilan

    keputusan regional

    - Tersedia informasi mengenai hal-hal yang sangat penting seperti penda-

    patan, output, investasi dan produktivitas regional

    - Taksiran produk regional menurut industri akan memudahkan pemisah-

    an kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dalam perekonomian

    regional

    - Data mengenai investasi dapat memberi petunjuk tentang industri apa

    dan di daerah mana yang akan memberikan hasil terbaik bagi penerap-

    an investasi tertentu.

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    24/39

    Upah

    Rumahtangga Industri

    Pemerintah

    Ekspor

    Impor

    Subsidi

    TaxTax

    Gx

    C

    Tax

    I

    Tk

    Regional Account (IncomeExpenditure) Approach :

    Y = C + I + G + X - M Pendapatan regional merupakan penjumlahan dari

    pendapatan/pengeluaran beberapa sektor utama,

    yaitu sektor rumahtangga, industri, pemerintah,luar negeri (ekspor-impor)

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    25/39

    Y = C + I + G + X - M

    Konsumsi: C = C0 + c Yd

    Impor: M = M0+ m Yd

    Pendptn yg dibelanjakan: Yd= Y - t Y = (1 t) Y

    Investasi: I = I0

    Belanja Pemerintah: G = G0

    1 (1 t) (c m)

    1k =

    Ekspor: X = X0

    maka : Y = k(C + I0 + G0 + X0 - M)

    dengan: sebagai angka pengganda

    Catatan Penting:- Akuntansi regional memerlukan data yang bersifat makro

    - Secara konseptual, daerah bukanlah negara sehingga diperlukan bentuk

    akuntansi yang berbeda dengan akuntansi nasional.

    - Untuk tujuan perbandingan antar-daerah diperlukan akuntansi standar

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    26/39

    3.2. Tabel Input-Output Regional

    - Merupakan suatu kelompok akuntansi, biasanya dalam bentuk

    moneter, mengenai suatu perekonomian

    - Perhatian eksplisit adalah saling hubungan antar berbagai sektor

    perekonomian, memusat terutama pada hubungan-hubungan antar

    industri.

    -Tabel input-output biasanya merupakan matrik "n x n" dimensi yangdibagi menjadi beberapa bagian dan tiap bagian mendiskripsikan

    suatu hubungan tertentu.

    - Keseluruhan sistem adalah suatu seri yang mengkorelasikan baris

    (output) dan kolom (input).

    - Biasanya sektor terbesar & menggambarkan hubungan-hubunganantar industri karena penjualan dari suatu industri merupakan input

    bagi proses produksi dalam industri-industri lain yang bersangkutan

    3.2.1. Konsep Tabel Input-output

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    27/39

    Uraian

    Input untuk : Permintaan AkhirTotal

    OutputPertanian Industri Jasa Rumahtangga

    Peme-rintah

    EksporInves-

    tasiNominal Persen Nominal Persen Nominal Persen

    Output dari:

    - Pertanian 20 0,200 40 0,200 0 0,000 20 0 20 0 100

    - Industri 20 0,200 20 0,100 10 0,100 75 10 55 10 200

    - Jasa 0 0,000 40 0,200 10 0,100 25 20 5 0 100

    Pembayaran untuk:

    - Jasa Rumahtangga 40 0,400 45 0,225 70 0,700 5 0 0 0 160

    - Jasa Pemerintah 10 0,100 15 0,075 5 0,050 0 0 0 0 30

    - Impor barang 10 0,100 40 0,200 5 0,050 0 0 0 5 60

    Total Input 100 1,000 200 1,000 100 1,000 125 30 80 15 650

    Tabel 1. Arus Input-Output pada satu daerah (Milyar Rp)

    Perhitungan Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto):Konsumsi Rumahtangga = 125Belanja Pemerintah = 30Ekspor daerah = 80Investasi daerah = 15Pembayaran jasa Pemerintah (pajak,dll) = - 30Impor barang = - 60

    PDB daerah = 160

    3.2.2. Input Output Approach

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    28/39

    Apabila terjadi kenaikan permintaan akhir untuk hasil Pertanian senilai Rp 10 M, maka

    sektor pertanian memerlukan (lihat kolom-1 pada tabel-1):

    0,2 x Rp 10 M = 2 M tambahan output Pertanian

    0,2 x Rp 10 M = 2 M tambahan ouput Industri0,0 x Rp 10 M = 0 M tambahan Jasa0,1 x Rp 10 M = 1 M tambahan jasa pemerintah0,1 x Rp 10 M = 1 M tambahan impor barang

    Permintaan naik 10 M

    Pertanian0,2 x 10 = 2

    Industri0,2 x 10 = 2

    Jasa0,0 x 10 = 0

    Pertanian

    0,2 x 2= 0,4

    Pertanian

    0,2 x 2 = 0,4

    Industri0,2 x 2= 0,4

    Jasa0,0 x 2= 0

    Industri0,1 x 2= 0,2 Jasa0,2 x 2= 0,4

    Tahap-0Pertanian = 10

    Tahap-1 :Pertanian = 2Industri = 2

    Tahap-2 :Pertanian = 0,8Industri = 0,6

    Jasa = 0,4

    P

    0,08

    I

    0,08

    J

    0,00

    P

    0,08

    I

    0,04

    J

    0,08

    P

    0,08

    I

    0,08

    J

    0,00

    P

    0,04

    I

    0,02

    J

    0,04

    P

    0,00

    I

    0,04

    J

    0,04

    Tahap-3 :Pertanian = 0,28Industri = 0,26

    Jasa = 0,16

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    29/39

    Angka kumulatif pertambahan tersebut: 1. Pertanian = 10 + 2 + 0,8 + 0,28 + ......... = 13,26 M2. Industri = 2 + 0,6 + 0,26 + ......... = 3,02 M3. Jasa = 0,4 + 0,16 + ......... = 0,67 M

    Tabel 2. Efek setelah kenaikan permintaan pertanian sebesar Rp 10 M (Milyar Rp)

    UraianInput untuk Permintaan Akhir Total

    OutputPertanian Industri Jasa RT Pem. Ekspor Investasi

    Output dari:

    - Pertanian 2,6520 0,6040 0,0000 0 0 10 0 13,26

    - Industri 2,6520 0,3020 0,0670 0 0 0 0 3,02

    - Jasa 0,0000 0,6040 0,0670 0 0 0 0 0,67

    Pembayaran untuk:

    - Jasa Rumahtangga 5,3040 0,6795 0,4690 0 0 0 0 6,45

    - Jasa Pemerintah 1.3260 0,2265 0,0335 0 0 0 0 1,59

    - Impor barang 1.3260 0,6040 0,0335 0 0 0 0 1,96

    Total Input 13,2600 3.0200 0,6700 0 0 0 0 26,95

    Jadi setiap kenaikan Rp 1 M permintaan hasil Pertanian akan meningkatkan total output sebesar Rp 1,645 M dari:Pertanian = 1,326 MIndustri = 0,302 M

    Jasa = 0,067 M

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    30/39

    Tabel 3. Input-Output inter-regional untuk dua daerah A dan B (Milyar Rupiah)

    UraianI n p u t u n t u k Permintaan

    Akhir TotalOutputDaerah A Daerah BPertanian Industri Jasa Pertanian Industri Jasa A B

    Output dari A:

    - Pertanian - - 10 - 50 10 30 100

    - Industri - - - -

    - Jasa 20 - - - 30 50

    Output dari B:

    - Pertanian - - - -

    - Industri 20 - 20 - 60 20 80 200

    - Jasa 20 - - - 50 30 100

    Pembayaran untuk:

    - Rumahtangga A 40 - 20 - 20 80

    - Rumahtangga B - - - - 80 110

    Total Input 100 - 50 - 200 100 80 110 640

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    31/39

    Tabel 4. Koefisien Input-Output inter-regional untuk dua daerah A dan B (Milyar Rupiah)

    Uraian

    I n p u t u n t u kPermintaan Akhir

    Daerah A Daerah B

    Pertanian Industri Jasa Pertanian Industri Jasa A BOutput dari A:

    - Pertanian - - 0,20 - 0,25 0,10 0,375 -

    - Industri - - - - - - - -

    - Jasa 0,20 - - - - - 0,375 -

    Output dari B:

    - Pertanian - - - - - - - -

    - Industri 0,20 - 0,40 - - 0,60 0,250 0,73

    - Jasa 0,20 - - - 0,25 - - 0,27

    Pembayaran untuk:

    - Rumahtangga A 0,40 - 0,40 - 0,10 - - -

    - Rumahtangga B - - - - 0,40 - - -

    Total Input 1,00 - 1,00 - 1,00 1,00 1,00 1,00

    Misalkan: Permintaan akhir daerah B untuk output Industri dan Jasa menjadi dua kali lipat (100%) berarti

    bertambah dengan 80 M untuk Industri dan 30 M untuk Jasa maka dengan menggunakan koefisien I-O

    tersebut dapat dihitung dengan kira-kira tujuh tahap perhitungan (dengan komputer) akan diperoleh

    hasil akhir nilai output : - di daerah B meningkat dari Rp 300 M menjadi Rp 500 M ( 67%)- di daerah A meningkat dari Rp 150 M menjadi Rp 200 M ( 33%)

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    32/39

    3. Economic Base Approach

    Teori basis ekonomi lebih didasarkan pada perkembangan peran sektor

    ekonomi, baik di dalam wilayah maupun ke luar daerah, terhadap

    pertumbuhan perekonomian wilayah / daerah tersebut. Untuk itu basis

    ekonomi pada struktur perekonomian suatu wilayah / daerah dikelompokkan

    menjadi dua sektor, yaitu:

    1. Sektor Unggulan, yaitu sektor ekonomi yang mampu memenuhi permintaanbarang dan jasa di pasar domestik maupun luar wilayah/daerah

    2. Sektor Bukan Unggulan, yaitu sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi

    permintaan barang dan jasa di pasar domestik atau di wilayah/daerah

    Untuk penentuan sektor unggulan dan bukan unggulan tersebut digunakan

    analisis Location Quotient(LQ) dengan formulasi:

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    33/39

    LQr =PDRBir/ TPDRBr

    PDRBin/ TPDRBn

    LQr = Location Quotient daerah r

    PDRBir = PDRB sektor idi daerah r

    PDRBr = PDRB total daerah r

    PDRBin = PDRB sektor idi tingkat Nasional nPDRBn = PDRB total Nasional n

    dengan : i = sektor ; r = regional ; n = nasional

    Jika LQr > 1 , sektor i pada daerah r merupakan sektor unggulan dengan tingkat

    spesialisasi sektor tersebut di daerah rlebih besar dari nasional n

    Jika LQr= 1, sektor ipada daerah rmerupakan sektor bukan unggulan dengan tingkatspesialisasi sektor tersebut di daerah rsama dengan dari nasional n

    Jika LQr< 1, sektor ipada daerah rmerupakan sektor bukan unggulan dengan tingkat

    spesialisasi sektor tersebut di daerah rlebih kecil dari nasional n

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    34/39

    No.Sektor

    Ekonomi

    Location Quotient Rata-rata

    Ket.1983 1992 1993 2002

    1. Pertanian 0,881 0,919 0,964 0,980 0,957 N-Basis

    2. Pertambangan 0,095 0,150 0,153 0,122 0,136 N-Basis

    3. Industri 0,613 0,571 0,565 0,494 0,529 N-Basis

    4. Listrik 0,565 0,681 0,598 0,430 0,581 N-Basis

    5. Bangunan 2,079 1,620 1,524 1,435 1,688 Basis

    6. Perdagangan 0,842 0,916 0,916 0,992 0,916 N-Basis

    7. Pengangkutan 1,482 1,660 1,633 1,673 1,584 Basis

    8. Keuangan 1,557 1,201 1,204 1,605 1,408 Basis

    9. Jasa 1,821 1,977 2,033 2,186 2,054 Basis

    Tabel 5. Location Quotient Provinsi DIY, periode 1983 - 2002

    Sumber: Hakim, 2004

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    35/39

    Selanjutnya dapat pula dilakukan analisis yang digunakan untuk mengetahui

    pola dan struktur pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi dengan

    Klassen Typologi. Hasil analisis ini dapat melengkapi analisis LQ karena

    sektor-sektor ekonomi tersebut dengan matriks klasifikasi Klassen dapatdikelompokkan menjadi empat karakteristik, yaitu:

    KriteriaKontribusi terhadap PDRB

    Yi> Y Yi < Y

    LajuPertumbuhan

    ri> rSektor maju dan

    tumbuh cepat

    Sektor berkembang

    cepat

    ri< rSektor maju tapi

    tertekan

    Sektor relatif

    tertinggal

    dengan : ri = laju pertumbuhan PDRB sektor i

    r = laju pertumbuhan PDRB total

    yi = kontribusi PDRB sektor iterhadap total PDRB

    yi = kontribusi PDRB rata-rata sektor terhadap total PDRB

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    36/39

    Klasifikasi yi > y yi > y

    ri > r

    Sektor majudan tumbuhcepat:

    - Pengangkutan

    - Jasa

    Sektor berkembang cepat:

    - Pertanian

    - Pertambangan

    - Perdagangan

    ri < r

    Sektor majutapi tertekan:

    - Bangunan

    - Keuangan

    Sektor relatif tertinggal:

    - Industri

    - Listrik

    Tabel 5. Klasifikasi Sektor Ekonomi Provinsi DIY dengan Klassen Typologi, 1983 - 2002

    Sumber: Hakim, 2004

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    37/39

    Tabel 1. Klasifikasi Sektor Unggulan berdasarkan Location Quotient(LQ) di Jawa Tengah

    No

    Lapangan UsahaLocation Quotient (LQ) Rata-

    rataKrite-

    ria2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

    1. Pertanian, Peternakan,Kehutanan & Perikanan 1.46 1.37 1.41 1.44 1.45 1.45 1.46 1.43 Basis

    a. Tanaman Bahan Makanan 2.07 1.99 2.06 2.09 2.09 2.06 2.05 2.06 Basis

    b. Tanaman Perkebunan 0.84 0.79 0.83 0.84 0.85 0.87 0.88 0.83 -

    c. Peternakan 1.35 1.22 1.19 1.25 1.32 1.45 1.53 1.26 Basis

    d. Kehutanan 0.41 0.24 0.33 0.49 0.43 0.44 0.42 0.38 -

    e. Perikanan 0.65 0.58 0.58 0.53 0.56 0.53 0.53 0.58 -2. Pertambangan & Penggalian 0.09 0.09 0.10 0.11 0.12 0.13 0.13 0.10 -

    3. Industri Pengolahan 1.14 1.14 1.14 1.15 1.15 1.17 1.18 1.15 Basis

    4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.21 1.15 1.19 1.25 1.26 1.22 1.16 1.21 Basis

    5. Konstruksi 0.89 0.94 0.94 0.94 0.92 0.92 0.92 0.93 -

    6. Perdagangan, Hotel &

    Restoran

    1.32 1.32 1.28 1.25 1.25 1.23 1.22 1.28 Basis

    7. Pengangkutan danKomunikasi

    0.94 0.90 0.82 0.78 0.73 0.70 0.65 0.83 -

    8. Keuangan, Real Estate & JasaPerusahaan

    0.42 0.41 0.39 0.38 0.39 0.39 0.39 0.40 -

    9. Jasa-jasa 0.98 1.10 1.09 1.09 1.11 1.12 1.14 1.07 Basis

    Sumber: BPS (Pusat dan Jawa Tengah)

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    38/39

    Kriteria

    Kontribusi terhadap PDRB

    Sektor Maju(Yi> )

    Sektor Tertinggal(Yi )

    Laju

    Pertum

    buhan

    Tumbuh Cepat

    (ri> )

    Sektor Maju & Tumbuh Cepat Sektor Tertinggal tapi Tumbuh Cepat

    - Industri Pengolahan - Kehutanan

    - Jasa-jasa - Pertambangan & Penggalian

    - Listrik, Gas & Air Bersih

    - Konstruksi

    - Pengangkutan & Komunikasi

    Tumbuh Lambat

    (ri )

    Sektor Maju tapi Tumbuh Lambat Sektor Tertinggal & Tumbuh Lambat

    - Pertanian Secara Umum - Perkebunan

    - Pertanian Bahan Makanan - Peternakan

    - Perdagangan, Hotel & Restoran - Perikanan

    - Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan

    Tabel 2. Klasifikasi Sektor Ekonomi Jawa Tengah dengan Klassen Typologi, 2002-2008

  • 5/27/2018 Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penilaian Ekonomi Wilayah)

    39/39