PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

120
PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN ;_ .,-·· PENGEMBANGAN WILAYAH September 1979 DIREKTORAT TATA KOTA DAN TATA DAERAH DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEK. ERJAAN UMUM

Transcript of PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Page 1: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN ;_.,-·· PENGEMBANGAN WILAYAH

September 1979

DIREKTORAT TATA KOTA DAN TATA DAERAH

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DEPARTEMEN PEK.ERJAAN UMUM

Page 2: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

September 1979

~ DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PUSLITBANG __ P E R P U S T A I< A A N

, -------------~-----Oit::;ima tgl : .'_. · ? C1 /f3/ H/T/L

. N. I. : 6 IT I J v ' N.K.: ~ /) 1 · i, ;· /'. 2./ ;;;_;>j;

~ DIREKTORAT TATA KOTA DAN TATA DAERAH

I DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Page 3: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

DAFTAR ISI

PENGANTAR

BAGIAN I INTRODUKSI

1.l. Dasar-dasar Pendekatan

1. 2. Keterpaduan

1.3. Pendekatan Pengembangan Wi1ayah

1.4. Hubungan antar berbagai tingkatan rencana dan program

BAGIAN II PROSEDUR PERENCAN~~ ~~~RO

2 .1. Introduksi

2.1.1. Mendukung fungsi program pengembangan wi1ayah di da1am program

pembangunan

2.1.2. Menjabarkan Perspektif Program da1am jangka panjang

2.1.3. Petunjuk pengarahan Usaha-usaha Institusi/1embaga-1embaga

yang ter1ebit.

2.1.4. Pengukuran efektivitas Pe1aksanaan rencana

2.1.5. Gambaran UmQ~

2.2. Kumpulan Proses I Penetapan Kriteria Kebutuhan

2.3. Kumpu1an Proses II Sumber Daya Alam

2.4. Kumpulan Proses III: Kependudukan tuhan Aakan Modal

2.5. Kumpulan Proses,,Iv Penetapan Struktur Wilayah yang

2.6. Kumpulan Proses v Penetapan Struktur Wi1ayah yang

Diinginkan

Diinginkan

2.7. Kumpulan Proses VI Rencana 'l'eknis Kerangka dengan penjaringan

Tahap Pertama.

Page 4: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

BAGIAN I

I N T R 0 D U K S I

1.1. Dasar - Dasar Pendekatan.

Usaha pembangunan yang dikaitkan dengan pengembangan wilayah pa­

da prinsipnya tidak terlepas dari tujuan nasional pada urnurnnya ,

dan khususnya dari usaha besar, yang diarahkan pada terwujudnya

keseimbangan dalam hal tingkat pertumbuhan antar daerah.

Penambahan jumlah penduduk pada dasarnya akan menginginkan ting­

kat produksi dan konsumsi, yang berakibat meningkatnya kepadatan

jasa-distribusi dan membawa pengaruh peninggian "tingkat keters~

diaan" kebutuhan berupa barang-barang dan jasa dengan demikian

juga "kesempatan pertumbuhan" dan "daya tarik". Namun demikian .. ,

kejadian positip ini tidak akan selalu terjadi ataupun tidak be­

gitu terasa pengaruhnya apabila prinsip-prinsip pengembangan wi­

layah diabaikan. Terlebih-lebih hubungannya dengan tujuan kese~

bangan antar daerah tidak akan rnengena, selama perencanaan pengern­

bangan wilayah tidak rnenghiraukan adanya rnekanisrne pengernbangan

yang rnenjelrnakan diri dari wujudnya SWP-SWP Satuan Wilayah Pengern­

bangan. Perencanaan Pengernbangan Wilayah perlu dikaitkan dengan

perencanaan pengernbangan SWP-SWP, yang diarahkan rnenuju terwujudnya

keseirnbangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhannya.

1.2L K e t e r p ad u an.

I Pendekatan "terpadu" merupakan konsekwensi logis dari pengakuan

atas kenyataan, bahwa proses-proses dalam kehidupan rnerupakan

.kumpulan proses yang saling tautan. Dengan dernikian diperlukan

pengamatan yang lengkap terhadap faktor-faktor penentu jalannya

proses, yang sangat diperlukan pula untuk rnencapai efektivitas

yang setinggi-tingginya bagi cara-cara pengendalian atas jalan-

- 1 -

Page 5: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

-2-

nya proses yang bersangkutan.

Keterpaduan usaha dengan demikian selalu dj_amati dalam kaitannya

u~nyan tingkat keserasian perwujudan sasaran-sasaran dalam menca

pai tujuan. Dalam hal pembangunan nasional, sejalan dengan tuju­

an nasional yang hendak dicapai, dituntut pengamatan keterpaduan

tingkat nasional. Keterpaduan tersebut selanjutnya dijabarkan ke

dalam ruang lingkup kehidupan pada setiap tingkat yang hendak di

tinjau, seperti daerah, kota, dan satuan-satuan pemukiman, sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan-tujuan ini bersifat pa£

tiil dan jelas tidak akan terlepas dari tujuan totalnya yaitu tu­

juan nasional. Pembangunan nasional mengenal sederetan tujuan-t~

juan (per.iksa GBHN 1978), yang pada hakekatnya tercakup dalam "u

saha besar" mewujudkan keseimbangan antar daerah dalam hal ting­

kat perkembangannya. Tujuan ini merupakan pra kondisi bagi terca

painya "tujuan ideal" bangsa yang selalu dan tiada henti-hentinya

dikejar, yaitu "ke{}idupan masyarakat yang adil dan makmur" yang

disertai dengan "ketahanan nasional" yang tinggi.

Program pengembangan wilayah adalah salah satu aspek dari keselu

ruhan pembangunan nasional, dengan demikian pada dasarnya saling

bertautan dengan aspek-aspek lain dari pembangunan .

Sejalan dengan pengertian pencapaian tujuan nasional, yang menj~

di ukuran adalah terwujudnya sasaran-sasaran nasional.

Namun demikian, program pengembangan wilayah memang mempunyai

tekanan pada sasarannya sendiri yaitu "kehidupan masyarakat"

yang dalam hal ini sifatnya partiil dan tak terlepas dari ikatan

tujuan totalnya yaitu tujuan nasional.

Dengan demikian, perencanaan yang dikenakan pada Program fengem­

bangan wilayah, didasarkan pada "kehidupan masyarakat" dengan

pengertian bahwa elemen-elemen atau sasaran partiil dari kehidU£

'an masyarakat itu tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling

bertautan dengan yang lain, misalnya peningkatan produksi pangan

keseimbangan perkembangan antar daerah, dan lain-lain tujuan-tuj~

an nasional.

Page 6: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Sejalan dengan itu, di dalam perencanaan Peugtnillangan Wilayah

diperlukan pula masukan-masukan untuk menuiu pencapaian tujuan

keseimbangan perkembangan antar daerah.

.. ~-

Di antara masukan-masukan itu adalah Struktur Pengembangan Wi­

layah Tingkat Nasional (SWPTN) yang memberitahukan kedudukan ti­

ap Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dalam pencapaian tujuan,

berikut rencana-rencana jangka panjangnya yang dituangkan seba­

gai kumpulan rencana-rencana individual tiap Wilayah Pengembang­

an Partiil (WPP) .

1.3 .. Pendekatan Pengembangan Wilayah.

Pengembangan wilayah, sebagai salah satu pendekatan, merupakan

suatu usaha pengembangan dengan memasukan disiplin tata ruang

kedalamnya. Disiplin tata ruang dapat diartikan sebagai suatu u

saha optimasi dalam pemanfaatan Wilayah *) . Sebagai produk awal

usaha ini ialah Rencana Pengembangan Wilayah yang diikuti sela~

jutnya dengan rencana penataan kota dan penataan daerah *) •

Rencana ini sifatnya menyeluruh meliputi berbagai segi kehidup­

an manusia dan terpadu dalam arti penataan berbagai segi kehidU£

an menurut fungsinya secara jelas. Dengan demikian setiap usaha

pembangunan pada prinsipnya berlandaskan dan berpegang pada ren

cana tersebut.

Setiap usaha optimasi selalu dibekali dengan tujuan disatu pihak

dan unsur pembatas dilain pihak. Unsur pembatas ialah unsur yang

membatasi pelaksanaan pencapaian tujuan, seperti misalnya dana ,

ketegangan sosial-politik, dan lain-lain. Dalam pada itu terda­

pat sederetan tujuan pembangunan yang wajib ditampung. Sesuai d~

ngan sifat tujuan yang wajib ditampung, dibedakan adanya tahap

makro dan mikro dalam perencanaan pengembangan wilayah. Masing -

masing tahap memerlukan sifat pengamatan atas wilayah disamping

adanya perbedaan dalam tingkat detail perencanaan.

Page 7: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Pada tahap mak.ro, pengamatan ditujukan pada wilayah sebagai "keselu-

ruhan wujudnya". Bagian-bagian wilayah yang nampak. ha'1yalah sejauh lin_<I

kungan kehidupan perkotaan (urban) dan lingkungan kehiJupdn peuesaan

(rural) berikut prasarana yang mengikatnya. Wilayah yang bersdngkutan

dikenal dengan wilayah perkotaan (urban) *) dan wilayah pedesaan (rural)

*) , yang masing-masing mempunyai fungsi dan merupakan bagian-bagian yang

tak. terpisahkan dalam suatu sistim pengembangan wilayah. Pada tahap ini

wilayah tampil sebagai suatu "satuan" dan dinamakan Satuan Wilayah (SWP).

Untuk suatu SWP, kehidupan perkotaan dan kehidupan pedesaan terikat da­

lam suatu "satuan" mekanisme "perkembangan wilayah" **).

Satuan produk SWP adalah apa yang nampak dan diwujudkan oleh proses "per­

kembangan wilayah". Predikat "satuan" dalam mekanisme pengembangan menya­

tak.an berlak.unya satu hirarki dalam fungsi-fungsi pengembangan. Hirarki

dalam fungsi-fungsi p~ngembangan menggambarkan struktur, yang selanjut­

nya disebut Struktur Pengembangan Wilayah. Struktur ini bertumpu pada

suatu struktur dasar yang terbentuk berdasarkan kaidah-kaidah yang ber­

lak.u dalam kegiatan usaha ekonorni ***} .

Pada tahap mikro, pengamatan ditujukan sejauh pada unsur-unsur mikro wi­

layah beserta hubungan interdependensinya, seperti unsur alam, penduduk,

kegiatan usaha dan prasarana. Pada tahap ini sebagai ukuran bagi luasnya

wilayah yang dia~bil didasarkan pada batas kemampuan m~~ajerr~u dalruu pe-

rencanaan. Produk yang dihasilkan pada tahap ini berupa Rencana Mikro Pe­

ngembangan Wilayah, yang dapat diidentikkan dengan rencana Fisik Pengem­

bangan Kawasan (Physical Area Development Plan) .

Catatan :

*}. "Wilayah perkotaan" mengandung pengertian batas kehidupan perkotaan dalam kaitan fungsinya dalam sistim pengembangan wilayah, sedangkan kota mengandung pengertian batasan administrasi daerah kota.

I **) .Berkembangnya wilayah mengandung arti segala apa yang terjadi pada

wilayah dalam berkembang yang diamati seperti apa adanya. Hal ~n~ digunakan untuk membedak.an dengan istilah "pengembangan wilayah" Yang mengandung arti sebagai suatu tindakan pengembangan wilayah.

***) .Periksa lebih lanjut publikasi "Satuan Wilayah Ekonomi" oleh PoernomosidiHadjisarosa. 1974.

-4-

Page 8: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

-:)-

Hal-hal yang rnenonjol yang terkait pada perencanaan-perencanaan

tersebut ialah :

a) . Setiap wilayah merupakan bagian dari satu, atau lebih dari

satu, Satuan Wilayah Pengembangan.

b). Perkembangan setiap wilayah dikendalikan oleh suatu "Satu­

an Mekanisme Pengernbangan" yang berlaku pada Satuan Wila~

yah Pengembangan yang rnenguasainya.

c). Setiap wilayah memiliki tingkatan, dalarn hal besarnya ke­

kesernpatan untuk berkembang ~ sesuai dengan kedudukah hire-.E_

ki di dalam Satuan Wilayah Pengembangan yang menguasainya.

SWP, ikut menentukan besarnya kesempatan bagi sesuatu daerah u~

tuk berkembang. Makin kuat SWP yang menguasainya, rnakin besar

kesempatan bagi daerah yang bersangkutan untuk berkembang.

Dalam hubungan ini SWP dapat dipakai sebagai variabel dalarn rne­

nilai tingkat perkembangan suatu daerah serta kemungkinan peng~

bangannya di masa mendatang. Jumlah dan tingkat perkembangan rna

sing-masing SWP, beserta penyebarannya pada wilayah nasional me:

nggambarkan Struktur Pengembangan Wilayah Tingkat Nasional (SP-

WTN).

1.4 .. Hubungan antar berbagai tingkatan rencana dan program.

R20 dan R~

Kaitan pengembangan wilayah bersama sektor /daerah yang berkai!

an dengan tujuan pembangunan nasional yang dapat dilihat pada

gambar 1, beruang lingkup luas dan berjangka panjang ditarnpung

dalam RENCANA JANGKA PANJANG 20 TAHUN, yang disingkat R20~

R20 bertolak pada masukan (input) yang rnemberikan gambaran ten

tang rencana pengembangan Satuan-satuan Wilayah Pengembangan

{SWP-SWP), yang ditujukan di antaranya untuk rnewujudkan kese~

bangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhannya. Peng~:

ngan SWP - SWP yang dimaksudkan itu meliputi berbagai segi kehL

Page 9: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

-6-

dupan, ter.masuk pengembangan penduduk, prasarana dan pemukiman

penduduk di perkotaan maupun pedesaan, sarupai tahun ke-20.

Dalam hubungannya dengan pengembangan R20 menyajikan kerangka

dasar (outline) rencana pengembangan Wilayah-wilayah Pengemba­

ngan Partiil (WPP-WPP). Rencana pengembangan WPP, sebagai suatu

rencana pengembangan yang bulat,dinamakan RENCANA INDIVIDUIL

dan disingkat Pi. Dengan demikian R20 dapat ditinjau pula seba­

gai kumpulan dari P.

P. memberikan indikasi kedudukan Satuan-satuan Kawasan Pengen-· 1

bangan (SKP - SKP) serta kota yang mengikatnya (dengan kemungki

nan proyeksi kot~ baru),dengan disertai informasi mengenai be­

sarnya daya pengembangan. Dengan memperhitungkan kebutuhan pra­

sarana serta sarana-sarana, untuk tiap P. dapat diperoleh gam-1

baran kasar mengenai besarnya kebutuhan biaya investasi.

Dalam rangka mewujudkan isi Rencana Jangka Panjang diperlukan

Program Jar.gka Panjang. Namun demikian, menurut kenyataan jangka

waktu "committment" yang effektip, terutama yang menyangkut pe-_

nyediaan dana, ialah lima tahun. Dengan demikian, program yang

diperlukan untuk mewujudkan isi R20 ialah PROGRAM LIMA TAHUN a­

tau tepatnya serangkaian Program Lima Tahun, yang disingkat P5 "Committment" penyediaan dana mencer.minkan pula upaya kearah

terwujudnya sinkronisasi dalam hal ketatalaksanaan antar berba­

gai sektor dijalankan transmigrasi, sebagai suatu sektor yang - -...,

pada Saat ini sedang dijalankan. I

Penysunan P5 kurang lebih bertolak pada proses penyaringan di

antara kumpulan P. tersebut yang bersifat optimasi. Pi yang ter. 1

saring merupakan rencana-rencana yang tergolong "committed"un-

tuk diwujudkan (walaupun selama jangka waktu itu masih dapat

berlangsung langkah penyesuaian). Dalam pada itu Pi baru ber~

Page 10: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

-7-

status kerangka dasar sehingga mendahului pelaksanaan fisik ,

dalam Program Lima Tahun tercakup pula progrru~ penyiapan Ren­

cana Detail. Dan mengingat bahwa jangka waktu pelaksanaan R. ~

berkisar antara 3 dan 7 tahun, maka dalam P5 dapat tercakup

sasaran "separo selesai", untuk suatu WPP.

Rencana Detail P1 dan Implementarisi

P1 diturunkan terlebih dahulu ke dalam tahap PRA-RENCANA. Pra

Rencana berlaku untuk tiap SKP. Bertolak pada Pra-Rencana b~

rulah dibuat RENCANA DETAIL, untuk tiap-tiap Satuan Pemuki ~

man (SP), jalan pemuktman, jalan poros dan jalan penghubung.

Catatan

Untuk menurunkan Pra-Rencana dari R. diperlukan di antaranya l.

Peta Topografi berskala 1 : 20.000, sedangkan untuk membuat

Rencana Detail diperlukan Peta berskala 1 : 5.000, serta

1 : 2.000 untuk bagian-bagian kampung yang topografinya su­

lit dan jalan penghubung I jalan poro"s. Pembuatan peta ber-;

skala 1 : 5.000 sefatnya selektip sekali yaitu hanya diper­

untukkan pembuatan Rencana Detail bagi bagian "kampung" dari

SP saja. Prog~am pembuatan peta berskala 1 : 5.000 baru da­

pat disusun setelah Pra-Rencana diselesaikan.

Rencana Detail merupakan pedoman untuk pelaksanaan fisik. De

ngan dilengkapi persyaratan-persyaratan lain akan diperoleh

diperoleh dokumen tender, dalam hal pelaksanaan fisik dikon­

trakkan, dan diperoleh dokumen proyek, dalam hal pelaksanaan

fisik dilakukan secara swa-kelola (in eigen beheer) .

P. l.

"Committment" nyata dari tahun ke tahun ditampung dalam PRO­

GRAM TAHUNAN, yang disingkat Pi. Dalam Pi tertampung "coiiDD.it!_

ment" pelaksanaan fisik, penyiapan rencana detail serta kegi­

atan penunjang lainnya dan dokumen-dokumen untuk implementasi.

Page 11: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

BAGIAN II

PROSEDUR PERENCANAAN MAKRO

2.1. I n t r o d u k s i

Tahapan makro dalam pelaksanaan perencanaan pengembangan wila­

yah dimaksud untuk meninjau permasalahan dalam keseluruh wuju~

nya, terutama dalam kaitannya dengan program Pembangunan Nasi­

anal yang lebih luas dan menyeluruh, sehingga dengan demikian

dapat diperoleh pula batasan -batasan perspektif program itu

sendiri, termasuk garis besar rencana dan ukuran-ukuran pelak­

sanaan yang diperlukan.

Hasil pokok dari proses perencanaan makro adalah Rencana Umum

20 tahun(R20> pengembangan wilayah, yang terpadu dengan Renca­

na Umum Pengembangan Jangka Panjang Nasional.

Peranan tahapan perencanaan makro tersebut diperinci lebih lan

jut dibawah ini

2.1.1 Mendukung fungsi program pengembangan wilayah di dalam Program

Pembangunan Nasional.

- Meningkatkan taraf hidup, merupakan fungsi pokok program pe­

ngembangan wilayah dalam rangka Pembgnunan Nasional.

Hal itu dicapai melalui perencanaan yang terpadu yang memasuk

kai:l:kemungkinah.,..kemungkinan· tarap_hidup. masya·rakat··s~bagal:-~

gian · dari · keseduruhan proses· peningkatarr'.tarap hidup-I

- Mengembangkan Wilayah, dalam hal ini bertumpu pada pengembang-

an sumber daya alam seluruh wilayah yang berupa lahan potensiil

bagi pertanian.

-8-

Page 12: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Sa

Perpaduan antara sumber daya alam yang serasi dengan keahlian

bertani yang sudah dirniliki, ditambah dengan lain-lain unsur

pengembangan, ditujukan kepada pemanfaatan Wilayah Nasional

seoptimal mungkin.

- Perataan penyebaran penduduk, adalah fungsi penting pula dari

program semacam Transmigrasi, dalam rangka mencapai tujuan ting

kat pertumbuhan an tar daerah yang semakin seimbang, sebagai pr~

kondisi dalam pencapaian tujuan ideal Pembangunan Nasional.

- Lain-lain fungsi, yang merupakan penyebaran langsung dari keti­

ga fungsi pokok di atas.

2.1.2 Menjabarkan perspektif program dalam jangka panjang.

- Lokasi wilayah penerima allokasi resources, ditentukan teruta­

ma berdasarkan kejelasan fungsi-fungsi program pengembangan wi

!ayah dalam Pembangunan Nasion a! seperti di uraikan di a tas.

Dalam hal ini diperlukan masukan-masukan utama dalam bentuk

1. satuan wilayah yang dipakai sebagai variabel dalam perenca­

naan, dan

2. kriteria untuk mengukur tingkat perkernbangan.

- Besaran-besaran (dimensi-dimensi) program, menyangkut jumlah,

penyebaran daya tampung transrnigrasi, berdasarkan pertimbang­

an - pertimbangan kebutuhan pernindahan, serta proyeksi perke!!!_

bangan penduduk setempat, dalam jangka panjang.

2.1.3 Petunjuk Pengarahan Usaha-usaha Insitusi/Lembaga-lembaga yang

terlibat.

Baik dalam proses pelaksanaan perencanaan makro, maupun dalam

struktur R20 yang dihasilkan, peranan-peranan kelernbagaan yang

terlibat langsung maupun tak langsung, dapat diperinci lebih

jauh, sehingga benar-benar diperoleh keterpaduan dalam rencana

dan sinkronisasi dalam pelaksanaan, sekurang-kurangnya secara

pokok.

Page 13: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 9 -

Fungsi-fungsi Lembaga yang bertanggung jawab atas Penelitian

sumber daya alarn, pengembangan pertanian, pembinac;m tenaga ker­

ja, penyediaan prasarana dan sarana pisik, pernerintahan dalarn

negeri, dan kesejahteraan rakyat, dalarn rangka program pengembang­

an wilayah dengan dernikian dapat didudukkan.

2.1.4. Pengukuran efektivitas pelaksanaan rencana.

Dengan dijalankannya suatu proses perencanaan rnakro yang rnenerus

dan sernakin rnembaik dalarn hal tingkat kelengkapan dan ting-

kat detail data/inforrnasi yang dipergunakan, secara sekaligus

pengukuran-pengukuran dan perbaikan-perbaikan dalarn pelaksanaan

pewujudan sasaran-sasaran rencana dan penentuan sasaran itu

sendiri, akan lebih dapat dijarnin.

Pengembangan Wilayah jelas perlu dikaitkan pada dua jenis dimen

si, yaitu tingkat Kemarnpuan Wilayah dan Tingkat Perkembangan

dan Jasa Distribusi. Dimana pada Tingkat Kemampuan Wilayah per

lu diperhatikan aspek-aspek

- Aspirasi masyarakat

- Pendidikan

- Ekonomi

- Partisifasi/Peranan masyarakat

Karena dengan mengetahui dondisi dari aspek-aspek ini dapat di­

tentukan Tingkat Kemampuan Wilayah. Sedangkan untuk dapat me -

nentukan Tingkat Perkembangan dan Jasa Distribusi.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah :

- Jalan

- Perdagangan

- Transportasi

Dengan cara pendekatan seperti diutarakan diatas maka Tingkat

Perkernbangan Wilayah dan Tingkat Perkembangan dan Jasa Distri­

busi untuk setiap Wilayah (SWP) dapat ditentukan. Sehingga a­

pabila kedua dimensi ini digambarkan (gambar 2) pada dua sumbu,

Page 14: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

0 TINGKAT

PO SIS I

X

Arah Pengembangan

Kondisi

Yang Dltuju

PERKEMBANGAN DAN JASA DISTRIBUSI

GAMBAR. 2

WILAYAH WILAYAH

Page 15: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 10 -

akan dapat diperoleh gambaran mengenai kedudukan suatu Wilayah

(SWP) bila ditinjau dari kedua dimensi tersebut. Keadaan SWP

yang tak seimbang dapat dilihat yang daperkirakan akan memben­

tuk kelompok-kelompok

- maju

- rata-rata

- kurang maju

Dengan mudah dapat pula dipahamkan bahwa suatu Wilayah yang i­

deal akan berada jauh dari titik 0 dan terletak pada garis OX.

Gambaran ini dapat digunakan sebagai petunjuk pada pencapaian

tujuan pemerataan pengembangan wilayah, karena kelompok-kelom

pok wilayah yang letaknya jauh dari keadaan yang dituju perlu

segera dikembangkan. Sehingga keadaan perkembangan yang se ·~

timbang akan tercapai apabila semua wilayah-wilayah tersebut

berada pada keadaan yang dituju.

2.1.5.GAMBARAN UMUM PROSEDUR

Proses perencanaan Makro terdiri dari 6 (enam) kumpulan proses

berikut :

- Kumpulan Proses I

- Kumpulan Proses II

- Kumpulan Proses III

- Kumpulan Proses IV

- Kumpulan Proses v

- Kumpulan Proses VI

Penetapan Kriteria Kebutuhan.

Sumber Daya Alam.

Kriteria Kebutuhan akan modal.

Kependudukan.

Penetapan Struktur Wilayah Yang diingin­

kan.

Rencana Teknis Kerangka dengan Penyaring­

an Tahap Pertama.

Masing-masing kumpulan proses saling berkaitan satu sama lain, rne­

lalui hubungan masukan/keluaran antar berbagai proses - bagian.

Terlihat pula, berbagai keluaran dan proses-bagian yang satu, da­

pat secara langsung menjadi masukan bagi proses-bagian berikutnya,

Page 16: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 11 -

dan secara tidak 1angsung menjadi masukan bagi proses bagian yang 1e-

bih kebe1akang 1etaknya.

Hal ini mernberikan petunjuk pentingnya suatu sistim penyimpanan dan

pemungutan (storage and retrieval) data/informasi perencanaan yang te­

pat dan cepat.

Secara umum, proses perencanaan makro bertolak pada dua proses masukan

kebijaksanaan *) yaitu :

l. P.enetapan kriteria kebutuhan rnasyarakat, suatu kebijaksanaan tentang

kriteria-kriteria yang dijadikan landasan bagi perencanaan pemenuhan

kebutuhan masayarakat atas lahan usaha, lahan perkampungan, perumahan,

subsidi, input kegiatan usaha, dan lain-lain kebutuhan hidup maupun

kebutuhan untuk melakukan kegiatan usaha.

2. P.enetapan struktur pengembangan wilayah yang diinginkan, suatu kebijak­

sanaan tentang struktur pengembangan wilayah tingkat nasional (SWPTN)

-yang hendak dicapai.

Masukan-masukan kebijaksanaan dari kedua kumpulan proses diatas, dalam

bentuknya sebagai masukan manajemen berupa baik standar, prosedur mau­

pun manual.

* Catatan :

Dinamakan masukan kebijaksanaan untuk menunjukkan bahwa dalam ~umpul­an-kumpulan proses ini penetapan-penetapan oleh instansi pengambil keputusan merupakan proses-bagian yang dominan; sudah barang tentu untuk itu diperlukan juga informasi-informasi yang terolah matang terlebih dahulu , yang berdasarkan pada data dan fakta determinan.

Page 17: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 12 -

2.2. Kumpulan Proses I : Penetapan Kriteria Kebutuhan

2.2.L•Produk yang dihasilkan : I

Kumpulan proses ini, adalah Kriteria tentang kebutuhan individu/

Keluarga/Masyarakat, yang dapat dikelompokan menjadi :

1. Kelompok Kebutuhan untuk hidup

2. Kelompok Kebutuhan kegiatan usaha

Kebutuhan untuk hidup, adalah kebutuhan minimal yang harus di­

penuhi agar individu/keluarga/masyarakat dapat hidup sekedar

hidup.

Kebutuhan kegiat3n usaha : adalah kebutuhan yang perlu dipenuhi

agar individu/keluarga/masyarakat dapat hidup secara layak, dan

menutupi kebutuhan hidup.

Sektor-sektor yang dihasilkan dari kumpulan proses ini berupa

kriteria dan standar sebagai berikut :

2.2 .l.·l.1Kelompok Kebutuhan hidup

1. Pangan

Padi-padian, ubi-ubian dan hasil-hasilnya

Daging dan hasil-hasilnya

Ikan segar

Ikan diawetkan

Telur, susu dan hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

Kacang-kacangan

Buah-buahan

Bumbu-bumbuan

Lemak dan Minyak

Minuman yang tidak beralkohol

Makanan Jadi & Makanan lainnya

Air sehari-hari

Page 18: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 13 -

2 . Pemukiman .

- Tempat tinggal

Ba~an bakar, penerangan dan air

- Perlengkapan Rumah Tangga

- Penyelenggaraan Rumah Tangga.

3. Sandang

- Sandang Dewasa

- Sandang anak-anak

- Barang pribadi & sandang lainnya

4. Aneka Barang-barang & Jasa

- Kesehatan

- Perawatan jasmani dan kosmetik

- Pendidikan

- Rekreasi & Olah raga

- Transport

- Tembakau dan minuman beralkohol

- Tempat beribadah

5. Ling kung an Hid up

- Oxigen

- Sanitasi

- Pembuangan air limbah

- Pembuangan sampah

2. 2 .1. 2 .:Kelompok Kebutuhan Kegiatan Us aha.

Kelo~pok Kebutuhan kegiatan usaha dapat menghasilkan pendapatan I yang memadai untuk kebutuhan-kebutuhan tiap golongan masyarakat.

Ini berarti pengembangan wilayah perlu memperhatikan penyediaan .xk.-1-)r ("'' r-v,

kesempa tan kerj a dimana terdapa t pada sekto sekt-G-r.

Page 19: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 14 -

1. pertanian

2. Perkebunan

3. Kehutanan

4. Perikanan

5. Peternakan

6. Pengolahan mineral

7. Pengolahan min yak

8. Pengolahan produk Pertanian

9. Pengolahan produk non pertanian

10. Light Industri

11. Heavy Industri

12. .Konstruksi

13. Perdagangan

14. Jasa So sial

15. Jasa Transport

2.2.1. 3. Prioritas Dari Kebutuhan.

Sasaran dari kebutuhan ini untuk mendapatkan diagram I timbangan

pola konsumsi Rumah Tangga pada wilayah yang bersangkutan yang

nantinya digunakan sebagai dasar dalam perhitungan biaya : nidpp

masing-masing wilayah.

Perlu diketahui bahwa peningkatan tarap hidup, merupakan fungsi

pokok program pengembangan wilayah dalam rangka Pembangunan Na­

sional.

Hal itu dapat dicapai melalui perencanaan yang terpadu yang me­

masukan kemungkinan-kemungkinan peningkatan tarap hidup maayara~

kat . .- sebagai bag ian dari keseluruhan proses pengembangan Wilayah.

Page 20: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 15 -

2.2.2. Jalannya Proses.

Proses terdiri dari

1. Penempatan/penyusunan jenis inventasi Kebutuhan.

2. Cost model

3. Penetapan kriteria kebutuhan

Proses .1.

Merupakan proses determinan, dalam arti kegiatan-kegiatan pengurnpul­

an dan kompilasi data, analisa, serta menarik kesimpulan dari fakta-

fakta kebutuhan ~ndividujkeluarga/masyarakat diperkotaan (urban) dan

dipedesaan (rural) yang berlaku pada saat ini.

Proses 2

Merupakan proses penetapan pengeluaran tingkat kehidupan individu, k~

luarga dan masyarakat yang dapat dikaitkan kepada perkembangan penda­

patan dan taraf hidup diwilayah - wilayah baru maupun yang sudah her-

kembang.

Proses .3.

Merupakan Proses Akhir dari kumpulan Proses I (Penetapan Kriteria Ke­

butuhan Pengembangan Wilayah) dengan Proses 1 Sebagai masukan-masu­

kannya.

Keluaran dari Proses 3 1 · :i~i adalah Penetapan Kriteria Kebutuhan Pe­l

ngembangan Wilayah.

Page 21: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

., ., ., -.- • . ....,.

- 16 -

Model

Penetapan kebutuhan : tingkat kehidupan individu, keluarga

dan masyarakat yang ril bergantung pada perkembangan pend~

patan/taraf hidup.

Dari keterangan tersebut diatas bahwa kebutuhan dapat dike

lompokkan kedalam dua bagian.

Kelompok pertama mencakup kebutuhan hidup tanpa dikaitkan

pada sektor-sekt9r yaitu meliputi Makan ( Km). r s

Perumahan ( K ) , Sandang ( K ) , Aneka ba~ang dan jasa

( Kbj ) • -

Biaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut diseluruh

Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut

=

Dimana .·

h K ..

1] +

hb K. . ) •

1)

*)

Bh r Biaya untuk kebutuhan-kebutuhan di Indonesia

_h L :-. Biaya untuk memenuhi jenis kebutuhan perkapita u."'ltu.~ n

kelompok kebutu.~an hidup n : ( n =1,2,3 .••••.••• 30 '

kebutuhan hidup ) •

K h··' Khb ::::: jumlah penduduk baru dan lokal yang membutuhkan 1] ij

kebutuhan hidup tersebu t pad a WPP : dan SWP ,.:L J

Jenis-jenis kebutuhan perlu ditujukan agar dapat menetapkan

Kriteria biaya yang dapat diterangkan kedalam bentuk Standar

yang diukur dengan besar-besaran kebutuhan, dan dengan menggu­

nakan besaran ini sebagai patokan , dapat dikaji kebutuhan to­

tal pada jangka waktu tertentu, demikian pula bagaimana cara

dan tindakan apa yang harus dilakukan dalam usaha memenuhi ke'­

butuhan yang menyertai pengembangan suatu wilayah.

Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan kegia·tan usaha yang ber­

sifat umum atau menambanlpada penikmatan taraf hidup yang le­

bih tinggi, tanpa dikaitkan pada sektor-sektor.

Yait~ kebutuhan pendapatan ( K? ) , untuk kesempatan kerja (Kk)

*} . _ ·-.Nc;>tas1 Matematik ~ :=I~ I n' i j •

~I .. , n1)

merupakan penyederhanaan dari notasi

Page 22: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 17 -

Biaya pernenlli,an kebutuhan - kebutuhan kegiatan usaha Tbtal

tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

= nij

dim ana

B k u = Biaya untuk kebutuhan-kebutuhan kegiatan usaha di In­

donesia.

c ku = Biaya untuk memenuhi jenis Kebutuhan-Kebutuhan per n

kapita untuk Kelompok Kebutuhan Kegiatan Usaha.n,

( n = 1, 2 •••••••••••••••• )

ku; kub K i, K = jumlah penduduk baru dan lokal yang membutuh-

ij ij

kan kebutuhan-kebutuhan umum tersebut pada WPP. dan SWP. J ~

Hasil Perhitungan di atas akan berguna untuk menetapkan bia­

ya allokasi batasan-batasan dan Perencanaan Pengembangan Wila­

yah pada tahap makro maupun yang lebih mikro I mendetail.

2.2.4. Masukan - masukan yang dibutuhkan

Untuk Kumpulan Proses I Secara Keseluruhan, dibutuhkan masukan

masukan yang dapat dikelompokan kedalam masukan-masukan de~emi

nan dan masukan-masukan kebijaksanaan.

Masukan Determinan

- Tingkat KONSUMSI individu/keluarga/masyarakat didalam rangka

pemenuhan Kebutuhan hidup 1 diukur dalam bentuk barang dan

uang atau satuan 1 lainnya menurut jenis 1 :frekwensi. dan orde

kepentingannya di masyarakat.

Page 23: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- l:'i -

- Tingkat PRODu-~TIVITAS individu I Keluarga I masyarakat

yang dihasilkan , di ukur dalam ton dan rupiah atau

satuan lainnya per tenaga kerja, dengan mempertimbang­

kan kwalitas lahan, jenis lapangan pekerjaan, tingkat

teknologi, kwalitas dan kwantitas sarana yang tersedia,

dan input yang ada sekarang.

- Masalah - masalah lingkungan sosial budaya, ekonomi

penduduk di wilayah pengembangan, misalnya mengenai

mekanisme yang membantu dan menghambat penyediaan ke­

butuhan - kebutuhan hidup dan kegiatan usaha.

Masukan Kebijaksanaan

- Pengarahan I tingkat pengembangan kehidupan individu I keluarga I masyarakat, dalam bentuk besar - besaran dan

kwalitas yang hendak di capai, beserta kebijaksanaan -

kebijaksanaan pencapaiannya.

- Pengarahan pertumbuhan tingkat ilmu pengetahuan dan tek­

nologi , pendidikan, jenis lapangan kerj a, dan kemampuan

penyediaan dana / permodalan dan pendapatan.

Masukan - masukan determinan diperoleh dari pro~es -

proses penelitian dan studi - studi masukan - masukan

kebijaksanan dari proses penyusunan kesepakatan bersama

( form ) antar instansi.

Page 24: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

I.

I

I

TABEL _2_.~~ VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES I

PENETAPAN KRITERIA KEBUTUHAN --- ··-·--~___:··.:___ - --·-·

VARIABEL M A S U K A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER

KEBU'IUHAN HIDUP.

A. Pang an BPS

1. Padi padian K1 Kg/jiwa i

··:2~·~ Umbb·umbian · K2 Kg/jiwa ! -----·

K3 3. Ikan segar Kg/jiwa

' 4. Ikan diawetkan K4 Kg/jiwa i 5. Daging K5 Kg/jiwa

6. Te1ur I K6 Kg/jiwa ' I K7 Kg/jiwa 7. Susu

8. Sayur ,sayuran. ~ K8 Kg/jiwa

9 • Kacang kacangan Kg Kg/jiwa

10. Buah. '·' buahan K10 Kg/jiwa ..

Kll 11. Bumbu bumbuan Kg/jiwa

1 2. Lemak & minyak 12

Kg/Li ter/jiwa K

1 3. Minuman yang tidak beralkoho1 Kl3 boto1/jiwa

14.J. MaJ<iiian jadi K14 ·-Kg/jiwa

- K15 PU( PU (TKTD) 15 ·•· Makanan 1ainnya Kg/jiwa

16. Air minum K16 150 Liter/orang/ dan OPMB

·--• hari.

----P E N G 0 L A H A N

Page 25: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

'!'ABEL VARIABEL - VAEcrABEL DALAM KUMPULAN PROSES

----VARIABEL M A S U K A N P E N G 0 L A H A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER

B . Pemukiman

17. Lahan tempat tingga1 minimum K17 2 M /K.K. 18. Jum1ah anggota ke1uarga/kepa1a K18 Jiwa/KK

ke1uarga ' 1 19. Jarak terjauh antara 1ahan usaha K19

I dan tempat tingga1 (pemukiman) Km.

i2 0. Jarak terjauh antara perurnahan K20

dan fasi1itas perdagangan toke Km. I

, 21. Jarak terjauh anJara perumahan K21 i

dan fasi1itas perdagang pasar Km.

Bahan bakar

22. Minyak tanah K22 liter/KK 23. Arang K23 Kg/KK 24. Listerik K24 Watt/KK 25. Air bersih K25 Liter/orang

c. ;g;an.dang

26. Sandang dewasa - 26 'K meter/orang

2 7. Sandang anak -~27 meter/orawJ ~--------

Page 26: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

i DISKRIPSI

1 VARIABLE

D. Aneka barang dan jasa

Kesehatan

I

~-

I 28. Lahan untuk fasilitas kesehatan

I • I

29. Bala~ pengobatan/Pos kesehatan I _ _j

30. BKIA I

··--··- i I 31. Syarat syarat air bersih/air I

------ minum,

3 2. Jarak terj auh an tara lokasi

' ' d I ah ,al.r m1.num an perum an

--------''3;3.~ Biaya mendapatkan air bersih

Perawatan Jasmani

3 4. Vaksinasi/immunis asi - DPT I + BCG - DPT II + Cacar

35. Berat badan bayi

perumahan

36. Diet rata orang umur kerja

SIMBOL

28· K

K29

MASUKJ\N I

ST1\NDAR1978

--~ --

--' Ba~~ pengobatan BKIA/jj.wa K31

K32

K33

K34

K35

K36

Coll/liter

M ( Km )

Rp/cm/

max umur 2 tahun

kg

Kalori/orang/ tahun.

P E N G 0 L' A II 1\ N

SUMBER

DEP. KES, UNICEF

Page 27: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

VARIABLE M ~ S U K J\ N P E N G 0 L' 1\ II l\ N

DISKRIPSI

I SIMBOL S'r/\NDAR 1978 SUMBE:R

~ -----3 7. Diet rata-rata orang non umur kerj a I K37 Kalori/orang/

tahun.

38. Penetapan diet rata rata orang urnur K38 Kolori/orang/ kerja - - tahlm.

3 9. Penetapan diet rata rata orang non urnur K39 Kolori /orang/

kerja tahun. I K40 40. Diet yang berasal dari cerealia Kalori/orangL

tahun.

41. Diet yang berasal dari Legurninosa I K41 Kalori/orang/ I tahun.

42. Diet yang berasal dari sayur sayuran I 1<42 Kalori/orang/ tahun.

4 3. Diet yang berasal dari buah buahan I K43 I Kalori/orang/ tahun,

44. Diet yang berasal dari rernpah-rernpah K44 Kalori/orang/tahun 45. Diet yang berasal dari urnbian-urnbian K45 kalori/orang/tahun

46. Diet yang berasal dari daging K46 Kalori/orang/tahun .. J'

K47 47. Diet yang berasal dari susu Kalori/orang/tahun

4a. Diet yang berasal dari telur - K48 Kalori/ o.rang/tahun

4g. Diet yang berasal dari ikan K49 Kalori/orang/tahun

so. Kosrnetik Kso Satuan/orang/bulan

Page 28: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

VARIABLE . MASUKJ\N

I P E N G 0 1.· 1\ II 1\ N

DISKIUPSI SIMBOL S'r1\ND1\R,l978 SUMBI!:R

....--

Pendidikan

: 51. Jumlah murid per. kelas K51 jiwa;~~~as"'~

52. Jumlah penduduk/SD K52 jiwa/ I SD

53. Jarak terjauh antara.lokasi so dan pe- K53 Km.

I rumal1an

:54. Lahan untuk SD/murid K54 orang-orang murid

:55. Jumlah guru/murid K55 Guru/murid ! Rekreasi dan olah raga

56. Lahan untuk fasili tas · r.ekeas·i .. K56 m2;jumlah penduduk

olah :z:~c;a.

57. Jarak terjauh antara fas:hlitas·'dan K57 m(Km)

rekerasi, olah raga dan perumahan

- -· ..

Page 29: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

VARIABLE MASUKAN PENGOI.I\Jil\N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER

Transportasi

8. Jarak terjauh antara perurnahan dan fasi- K58 m

li tas angkutan

9. Jarak terjauh antara rurnah dan jaringan- K59 m

0. Tembakau jcilan. K60 ons.;jiwa

6 1. Minurnan beralkohol K61 botol I

T _ empat ibadat I

62. Lahan untuk fasilitas ibadat K62 m2/jurnlah pen-

du6uk

63. Jarak terjauh antara fasilitas ibadat K63 m ( km )

dan perumahan

E. Lin~kun~an hidu2

64. Oxigen K64 Kg/liter I

K65 3 65. Pembuangan air l.imbah m

66. Pembuangan sampah K66 ,.3 - m

Page 30: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 19 -

2.3. KUMPULAN PROSES II : SUMBER DAYA ALAM.

2.3.1. Produk Yang Dihasilkan

2.3.1.1. Penyusnnan Kelompok Sumber Daya Alam

Kumpulan proses ini pada dasarnya diharapkan nntuk menghasilkan

besaran prospek sumber daya alam untuk pengembangan wilayah ter­

bagi menurut lokasi, satuan-satuan Pengembangan Wilayah maupun

daerah administratip berdasarkan potensi total yang ada pada

wilayahnya.

Sumber daya alam yang dimaksudkan disini mencakup bagiannya yang

terdiri dari Morphologi, Geologi, Udara, Air, dan Haya ti A1am · , lahan

dimana di dalamnya terkandung Energi dan bahan baku, nntuk. in­

dustri, pertanian, pemukiman dan kegiatan usaha lainnya. Salah

satu produk yang dihasilkan adalah gambaran mengenai biaya dan

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dibutuhkan untuk mengelola dan

mengembangkan. Agar dapat menghasilkan produk-produk tersebut,

penyusunan suatu sumber daya alam adalah sebagai berikut :

.1. Morphologi dan geologi

·2. I k 1 i m

3. A i r

4. Hayati A lam ( Fauna dan Flora )

\5. La han

1 Morphologi Dan Geologi

Dalam hal ini akan dibahas mengenai bentangan alam yang berupa

a. Morpholog:il

a.l. Dataran pantai ( ~"i ) a.2. Dataran rendah {~ , plain

a.3. Dataran tinggi {~ plateau

a.4. Kubah - kubah d ~1 , dome

a.S. Pegunungan patahan ( ~1 , block mountain )

Page 31: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

a.6. lipatan e

Pegunungan (~1 I

a.7. Pegunugan Vulkanis ( r\1

a. B. Pegunungan kar~t

b. Geologi

b.l. Sebagai data dasar ( D )

1. Soil Ds )

2. Batuan Db

3. Tektonik Dt

b.2. Sebagai sumber daya mineral

1. Mineral energi Be

2. Mineral log am Bl

3. Mineral non log am Bn

4. Mineral lainnya Bi

b.3. Sebagai proses alam ( P )

1. Erosi ( Pe

2. Gerakan tanah pgt )

3. Banjir ( pb

folded mountain)

{~

'D LJ

4. Pendangkalan sungai I danau Ps

5. Kegunungapian ( Pga )

6. Kegempaan I Seismositas ( Pgs )

2. Iklim

- 20 -

Sebenarnya aktivitas manusia mempengaruhi proses-proses dan keadaan

lingkungan, seperti cuaca dan iklim. Cuaca adalah keadaan fisis dari

atmosfera pada suatu waktu dan tempat. Cuaca pada suatu tempat•berubah

sesuai dengan waktu, tetapi akan mengikuti pola tertentu. Pola cuaca

ini disebut iklim, yang meliputi banyak unsur antara lain

a. Temperatur It

b. kelembaban Udara Iu

c. Curah hujan Ih

d. Arah & Kecepatan angin ( I a )_

Page 32: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 21 -

Iklim merupakan sumber daya alarn yang menentukan kemungkinan pemanfaat­

an suatu daerah, baik untuk tujuan pertanian ( pP ) , pemukiman (Pr), in­

dustri ( Pi ) atau tujuan-tujuan lain (Pxj • Bagian-bagian dari daerah

di Indonesia ternyata mempunyai iklim yang berbeda-beda, ada yang ter­

masuk daerah beriklim dingiil,.. sejuk sampai panas~ Hal tersebut dise­

babkan antara lain oleh adanya perbedaan elevasi (ketinggian dari per­

mukaan air laut), yang seringkali juga berpengaruh pada curah hujan

setempat. Semakin tinggi tempat itu rata-rata semakin banyak curah

hujannya, terlebih-lebih apabila daerah ~rsebut merupakan daerah hujan

(bukan daerah bayang-bayang hujan).

Pengamatan dan penelitian cuaca ini, di Indonesia dilakukan oleh Pusat

Meteorologi dan Geofisikan Departemen Perhubungan, disamping itu beberapa

Departemen mempunyai juga stasiun-stasiun penelitian (curah hujan, arah

angin dan lain-lain) untuk keperluan masing-masing. Departemen tersebut

antara lain : Departemen Pertanian, Departemen Pertambangan dan perusa'­

haan perusahaan tertentu.

3. Air

Air adalah salah satu dari sumber daya alam yang paling berharga.

Ini sering merupakan sumber tenaga yang murah dan penting untuk

irigasi, untuk air minum, untuk navigasi dan untuk banyak maksud

lain.

Karena sumber daya alam ini paling banyak berasal dari air hujan,

maka jelaslah bahwa disini juga penggunaan informasi-informasi

meteorologi adalah faktor yang penting.

Air sebagai sumber daya alam, dapat berupa.

a. Air Tanah AT

b. Rawa AR

c. Sungai As

-d. Danau / waduk I reservoir - reservoir atau lautan AL

Page 33: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 22 -

a. Air Tanah ( AT )

Air tanah merupakan sumber utama penyediaan air yang berasal dari

rembesan air hujan. Oleh karena itu suatu kebijaksanaan atau pera­

turan yang bermaksud memperbolehkan untuk menyadap air tanah secara

bebas tidaklah dilakukan, agar kelestarian sumber air tanah akan te­

tap terjamin sepanjang masa. Pemerintah seyogyanya dapat mengawasi

dan membatasi pemanfaatan air tanah, sehingga tidak dipakai berle­

bih-lebihan.

Perlu diketahui bahwa jumlah persediaan air tanah disuatu daerah

sangat erat hubungannya dengan keadaan geologihya. Berdasarkan ke--

nyataan ini, sebagai contoh telah ditelaah oleh Dit.Jen - Pengairan,

untuk keadaan air tanah di Pulau Jawa dan Madura ada empat macam

daerah air tanah, yaitu

1. Daerah potensi baik, terdapat disekitar gunung berapi yang ada

2. Daerah potensi sedang, terdapat di daerah endapan aluvial sungai

endapan batu pasir dan gunung Api yang berumur Pleistosen.

3. Daerah potensi beraneka ragam, terdapat didaerah batu gamping.

4. Daerah potensi air tanah kritis, terdapat didaerah lipatan yang ba-

tuannya berumur Tersier yang terdiri dari lampung, Napal dan batuan

gunung berapi yang keras.

b. R a w a ( AR )

Rawa-rawa biasanya meng-okupir daerah-daerah muara sungai teru­

tama sungai-sungai yang cukup besar seperti sungai Musi9Batang­

hari, Kapuas, sungai Digul, Barito, Kampai, Mahakam, dan lain­

lain. Daerah rawa terdiri dari daerah yang terus menerus ter­

genang air, atau daerah yang tergenang airnya menurut musim sa-'

ja. Didaerah rawa kadang - kadang juga dihuni manusia; Manusia

mengoukupir daerah ini karena potensi-potensi (seperti pe-rikanan

pertanian) dapat menjamin kehidupan mereka. Daerah pemukiman

mereka memperlihatkan suatu pola yang sesuai dengan proses evolusi

daerah rawa mula-mula merupakan daerah muara sungai yang ber­

pindah-pindah. Pola hidup mereka (social environment yang dicip-

takan) juga sangat dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya.

Page 34: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

-23-

C. Sungai- Sungai ( As )

Salah satu potensi sumber-sumber air adalah bagian dari aliran sungai

dan komponen air tanahnya yang secara tehnis dan ekonomis dapat dipe~

tanggungkan untuk pengembangan sumber-sumber air yang serba guna. Po

tensi ini atau batas maximum dari kemungkinan pengembangan sumber-sum­

ber air bervariasi untuk tiap-tiap wilayah sungai tergantung dari kar~

teristik fisik1 pola aliran dan cara pengelolaan wilayah sungai terse­

but. Sejalan dengan itu sumber-sumber air harus dijaga agar tetap da­

pat memberikan manfaat yang diharapkan dari padanya. Salah satu faktor

yang sangat penting 1 dan bahkan menentukan dalam hubungannya dengan ha.!_

hal tersebut diatas adalah usaha-usaha menjaga kelestarian tanah dan

sumber-sumber ai~ terutama dibagaian hulu sungai yang bersangkutan 1

Karena itu diusahakan usaha-usaha penjinakan sampai (river training) 1

dengan membangun waduk-waduk 1 dam-dam ataupun susukan-susukan embangan

wilayah tersebut. Secara alami sebenarnya aliran sungai biasanya mampu

mememuat bahan=bahan dari yang paling hal us ( lumpur-lumpur} 1 maupun ba­

han-bahan yang paling kasar 1 sampah 1 bahkan kapal -kapal besar. Kare­

na itu usaha kelestarian aliran menurut sikuls hendak selalu dipekirkan

manusia. Sungai-sungai yang meletakka~ endapat~~ disuatu tempat1 bias~

nya sudah mengalami stadium tua. Pada stadium ini kecuali endapa'l dil~

takan 1 dikarena kan tidak ada lagi perbedaan elfasi1 maka aliran cende­

rung bertambah volumenya 1 sehingga terjadi usaha untuk mendesak daerah

kiri kanan sungai yang mengakibatkan daerah genangan air menjadi bert~

bah luas 1 bertambah luas genangan air ini disertai pula adanya proses

erosi 1 kesamping 1 yang pada

Page 35: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 24 -

dasarnya tidak sehebat proses erosi ke dasar sungai seperti yang

dilakukan oleh aliran air pada waktu sungai masih dalam stadium

meture (dewasa). Keadaan ini dapat diketahui dari udara pada

Im.lara-muara sungai yang dapat membentuk delta-delta yang berma­

cam-macam jenisnya (delta kipas, delta kaki burung dan lain se­

bagainya. Juga kenampakan-kenampakan seperti teras-teras di te­

bing-tebing sungai, meandering, daerah rawa dan lain sebagainya

adalah merupakan tanda stadia ini.

Slmgai yang selalu berwarna keruh airnya, seperti Mahakan, Mu­

si, Kampar menandakan bahwa air sungai menandakan bahwa air

sungai membawa cukup banyak muatan yang dibawa. Slmgai-sungai

ini perlu segera mendapat penyelidikan, dan penguasahaan keles­

tariannya, dengan jalan usaha-usaha pencegahan erosi dan lain­

lain.

d. D a n a u ( A 0 )

Danau alam, biasanya terdapat di tengah-tengan pulau, hal ter­

sebut dapat terjadi karena

1. Adanya proses pelebaran dan penenggelaman kreter gunung api

(caldera) yang tidak cukup lagi

2. Pada daerah-daerah cekung lainnya, yang dapat menampung vo­

lume air hujan yang mengalir ke daerah tersebut.

Danau-danau seperti ini umurnnya spektakulair (luas, dalam dan

dapat menampung berjuta meter kubik air). Danau-danau buatan

manusia, umumnya 80% diduklmg oleh kondisi alam, rna.I\Usia hanya

mencoba dengan ideanya untuk mengusahakan stabilitas persediaan

air pengendalian banjir dan lain sebagainya. Sepanjang tidak

riterubah cyclus yang dapat membahayakan kehidupan man usia !i.. tu

sendiri. Jatiluhur, Karangkates, Selorejo, Sempor semuanya di

Jawa, beberapa di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi adalah con­

toh-contoh usaha tersebut. Karakteristik lingkungan yang ada

hubungan dengan pengembangan da 2 dv

( A km } , volume ( A em dk dan kimian (A ••.••.. } .

secara timbal balik adalah luas dkm

} dan kedalaman rata-rata (D }

Page 36: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

L Laut(A)

-25-

Indonesia ternyata terdiri dari berbagai pulau, yang disikitarnya

dilingkungi lautuan, atau air laut yang menghubungankan laut dengan

lainnya (seperti : selat, ~luk, dan lain sebagainya.

Dengan demikian pengaruh lautan (mari tim) , sangat besar kepada neg~

ra kita ini. Pengaruh tersebut sangat terasa pada : perbedaan-perb~

daan jmnlah curah hujan, suhu udara rata-rata per tahun, dan lain -

lain. Laut, mempunyai juga daya-daya merusak (erosi laut yang dis~

but Abrasi, yang ditimbulkan sebagai akibat dari arus lautan terse-

but ) .

Karena ada erosi maka beberapa pantai ada pula usaha pengendapan h~

sil erosi tersebut. Padang adalah contoh korban erosi laut, bahkan

sebagaian dan hampir seluruh bagian selatan pulau Jawa, Bali,Lombok,

NTB dan NTT merupakan sasaran-sasaran erosi laut ini, sedangkan Ma­

nado adalah salah satu tempat yang menampung endapan tersebut.

4 . Hay a ti Alam

Sebagai salah satu unsur laban, hanyati alam terdiri dari Flora dan

Fauna.

- Flora

- Fauna

F1) dapat berwujud

F ) terdiri dari

Hutan, tanaman, savana, steppe.

Binatang pemakan daging (carnivora).

binatang menyusui

(Mammalia), binatang pemakan tumbuh­

tumbuhan (comnivor).

Dalam pembahasan tentang hayati alam ini~tercakup urian mengenai fl£

ra dan _fauna yang tidak termasuk sebagai hewan Perternakan, Perikanan

maupun tanaman perkebebunan atau pertanian.

Jadi yang dimaksud dengan fauna dalam hayati alam adalah hewan (Satwa)

liar yang dilindungi.

Istilah yang lebih populer. Yaitu suaka margasatwa, dimana satwa liar

Page 37: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 25 a -

yang sudab sangat langka dilindungi areal pemukimannya. Sedangkan

flora dalam bayati alam adalah segala jenis tanaman yang terdapat

dibutan.

Penata gunaan butan Berdasarkan undang-undang Pokok Kebutanan No.5

th 1967, dalam rencana pemilikan dan peruntukannya ada sebagai beri­

kut : *)

a) Hutan Negara adalah kawasan butan dan butan yang tumbuh di­

atas tanah yang tidak dibebani bak milik.

2.b) Hutan milik

bak milik.

adalah butan yang tumbuh diatas tanah yang di bebani

c) Hutan lindung adalah kawasan butan yang karena keadaan sifat alam-

nya diperuntukan Guna mengatur tata air, pencegah banjir dan erosi

serta pemeliriharaan kesuburan tanah.

Hutan lindung di bedakan atas hutan lindung mutlak dan hutan lindung

mutlak adalah hutan lindung yang benar-benar banya berfungsi untuk

mempertahankan keadaan tata air.

Hutan lindung terbatas, disamping sebagai butan lindung, juga masih

dimanfaatkan untuk memperoduksi basil butan dengan Pengaturan Secara

Khusus.

d) Hutan Produksi adalah kawasan butan yang diperuntukan guna prod~

si basil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumanya dan

kbususnya un·tuk bangunan, industeri dim ekspor.t:-..

5. L a b a n

Untuk maskud pemanfaatan secara riil, laban perlu ditinjau' selain d~

ri segi kemampuan juga sekaligus dari segi jangkauan dalam kegunaan­

nya. Atau dengan kata lain, besarnya kontribusi lahan ditentukan

oleb kemampuan-guna dan jangkauan- gunanya. Batas jangkauan guna la

han ditentukan diantaranya oleb besaran dalam pengembangan wilayah,

yang disebut tingkat-aksesbilitas.

Page 38: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 26 -

a. I.ahan Untuk Pemukiman

Inventarisasi mengenai sumber alarn yang ada di lokasi-lokasi

tertentu, akan bergma dalarn penetapan lahan mtuk pemukiman

baik di kota maupm di desa (termasuk transmigrasi).

Standard lahan yang disediakan untuk rumah dan pekarangan m­

tuk kebutuhan lahan pemukiman di desa didasarkan pada kebutuh­

an untuk hidup di desa. Lahan minimum untuk kebutuhan hidup

di desa I transmigrasi adalah 1,20 Ha/KK. Sedangkan mtuk

pemukiman ~i kota tergantung kepada daya tarnpmg dari kota

tersebut ( luas lahan yang disediakan/jumlah pemukim yang ada)

dalarn •••.•.••. Ha/KK.

b .. Lahan Untuk Kegiatan Usaha.

Dalarn menetapkan lahan mtuk usaha perlu ditinjau berbagai je­

nis usaha di Indonesia, antara lain :

l. Pertanian < ul

2. Pertambangan ( u2

3. Perindustrian (

4. Perhubungan u 4

5 . Perdagangan u5

u3

Parameter-parameter yang menen tukan kebutuhan lahan mtuk ke­

giatan usaha seperti tersebut diatas diantaranya :

- Slope ( S

- Kemampuan lahan ( K )

- Tingkat aksesebilitas A.

- Iklim ( I. ) l.

- Geologi ( G. l.

- Land Use ( L, ) • l.

l.

Page 39: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 27 -

c • Lahan Un tuk Rekreasi ( R - index ) •

Untuk menjaga kelestarian lingkungan baik secara sektoral

maupnn regional, diperluk.an lahan nntuk rekreasi atau peng­

hijauan. Di kota-kota besar dengan adanya danau buatan, ta­

man, jalur hijau akan bermanfaat sekali terhadap lingknngan

hidup di kota. Selain itu lahan nntuk rekreasi ini dapat pula

ditinjau dari sektor pariwisata, antara lain adanya hutan

suaka alam dengan sa twa yang dilindnngi, daerah potensi yang

mempunyai keindahan alam, dan lain-lain. Kesemuanya ini per-

lu mendapat perhatian terutama nntuk menjaga stabilitas po­

tensi sumber daya alam di suatu wilayah.

2.3.1.2. Prospek Sumber Alam Yang Ada.

Sumber Alam disini dimaksudkan untuk mencakup bagiannya yang

terdiri dari Morphologi, Geologi, Udara, Air, Lahan dan ha­

yati alam dimana didalamnya terkandung energi dan bahan baku

untuk industri, pertanian, pemukiman dan kegiatan usaha_ lain­

nya dalam rangka pengembangan wilayah. Melihat adanya sumber

sumber alam yang terkandung di bumi dan a lam seki tarnya male a

kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kita.

Dilakukan dengan melalui penyelidikan-penyelidikan ke wilayah

terlebih dahulu pada skala studi ( peta skala 1 : 250.000)

antara lain pembuatan analisa tentang topografi, geologi ling­

knngan, penggunaan tanah, jaringan perhubungan, kapasitas ta­

nah, iklim dan sumber-sumber air. Hal ini sangat dimnngkinkan

baik oleh karena tersedianya peta-peta tematis yang ada mau­

pnn dengan teknik survai terpadu memakai metode remote sen-I

sing ( foto - foto udara dan sateli t ) • Pada tingkat selan-

jutnya dilakukan penyelidikan berdasarkan peta-peta dengan

skala lebih besar, misalnya skala 1 : 100.000 atau I maupnn

skala 1 : 50.000 hila diperlukan klas-klas topografi, faktor­

faktor geologi lingknngan, jenis-jenis dan penggunaan tanah,

struktur jaringan perkembangan dan arah perkembangannya, ka­

pasitas tanah bagi bermacam-macam maksud pertanian, iklim dan

Page 40: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 28 -

lokasi serta kapasitas sumber-sumber air, semuanya dapat di­

daftar dengan lebih teliti. Akan hal ini sernua maka potensi

dari pada isi bumi dan lingkungannya dapat di rnanfaatkan se­

cara terarah dan mernpunyai prospek yang baik un tuk dikernbang­

kan secara menyeluruh untuk rnernberikan input terhadap pengern­

bangan wilayah sekitarnya.

2.3.1.3 Penetapan Sumber Daya Alarn Menurut Jenisnya

oalarn rnenguraikan penetapan sumber daya alarn rnenurut jenisnya,

herrlaknya dapat dilihat dari rnasukan-rnasukan yang terdiri

dari :

a. Masukan deterrninasi, yaitu rnasukan yang berupa variabel­

variabel rnenurut jurnlah, rnacarn, pe­

rnanfaatan dan lokasi dari sumber-surn­

ber daya alarn yang terdapat di suatu

wilayah.

b. Masukan kebijaksanaan, yaitu meliputi hal-hal :

i. Kebijaksanaan pengernbangan sumber daya alarn di

wilayah Indonesia.

ii. Kebijaksanaan struktur kebutuhan untuk hidup

dan kebutuhan nasional.

Selain rnasukan-masukan tersebut diatas, faktor kemajuan tek­

nologi dan cara-cara untuk pengembangan sumber daya alarn,

sangat diperlukan untuk memanfaatkan potensi sumber daya a­

lam yang tersedia yang disesuaikan dengan kebutuhan kita.

Tentunya.pemanfaatan ini tidak terlepas dari unsur kelesta­

rian alarn, agar keseirnbangan ekologis dan biologis dapat di­

capai baik untuk kurun wkatu jangka pendek mapun jangka pan­

jang.

Page 41: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 29 -

2.3.2. JALANNYA PROSES

2.3.2.l •. Pengenalan Potensi Wilayah Nasional.

~dalah kompilasi segenap potensi wilayah nasional yang berupa

sumber daya alam sedemikian rupa sehingga dalam jangka waktu

tersedia, diperoleh detail-detail yang berarti, namun masih

memungkinkan gambaran yang menyeluruh.

Kal ini dilakukan dengan penyelidikan-penyelidikan kewilayahan

pada skala studi I peta 1 : 250.000 antara lain pembuatan ana­

li~a tentang topografi, geologi lingkungan,penggunaan ta~ah,

jaringan perhubungan ,kapasitas tanah, iklim, dan sumber-sumber

air. Hal ini sangat dimungkinkan baik oleh karen a tersedianya

peta-peta ·t:ematis yang ada, ·maupun dengan tekn-ik survey ter­

padu mamakai metode remote sensing (foto-foto udara dan satelit).

2. 3.2.2. Inventarisasi Sumber Alam.

Yang dimaksudkan dengan inventarisasi sumber alam antara lain

Adalah melakukan analisa lebih mendetail tentang sumber daya

alam yang ada pada tiap-tiap wilayah bagian yang ditunjukkan

oleh II.a. Pada tingkat ini dibuat penyelidikan berdasarkan

peta-peta dengan skala lebih besar, misalnya 1 : 100.000 atau

bahkan 1 : 50.000 bila diperlukan kelas-kelas topografi,faktor­

faktor geologi lingkungan,jenis dan penggunaan tanah.

Struktur jaringan perhubungan dan arah perkembangarmya, kapa­

sitas tanah bagi bermacam-macam maksud pertanian, ±klim dan

lokasi serta kapasitas sumber-sumber air, semuanya dapat didaf­

tar dengan lebih teliti.

2.3.2.3. Hubungan antara Lingkungan dengan Sumber Daya Alam.

Didalam memanfaatkan sumber dayaalam· tersebut, tidaklah dapat

dipisahkan dal:i pembahasan lingkungan (environment) yang meng­

ikat seluruh macam bentuk fisik maupun hayati kedalam suatu

kesatuan, dalam usaha pen9embangan suatu wilayah ataupun daerah

tertentu.

Lingkungan ( L~. , environment ) dapat dibagi secara diagramatis ~]

kedalam bagian-bagian yang dapat dilihat pada gambar berikut :

Page 42: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

LINGKUNGAN SOSIAL

- penduduk - kebutuhan - adat - hukum - sosial struktur - kebudayaan - lingkungan hidup - pendidikan - kesehatan - commerce

LINGKUNGAN

SOSIAL

LINGKUNGAN BIOTIS

LINGKUNGAN

ALAM A BIOTIS

s L .. LINGKUNGAN FISIK

f L .. ~J ~J

- ekonomi sistim - bangunan-bangunan - energi produksi - produksi I industri - produksi I rekreasi

- 30 -

LINGKUNGAN ALAM n

L .. ~J

- geologi

- udara

- air

- Fauna

- Flora

Page 43: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

-

- Lingkungan Alam

- Lingkungan Fisik (

- Lingkungan Sosial (

- 31 -

n Bio kompleks ) L,.

l.J

f Physillal built L .. environment l.J

s L .. , Social environment).

l.J

Per.jelasan dari bagian-bagian tersebut yaitu

1). Lingkungan Alam (Natural Environment) : adalah lingkungan

alam yang belum ada campur tangan manusia.

2). Lingkungan Fisik (Physical Environment) : adalah lingkungan

sebagai akibat daripada product interaksi antara sosial en­

vironment dan natural environment.

3) • Lingkungan Sosial (Social Environment) adalah lingkungan

sebagai pewujudan dari sifat-sifat individu manusia, maupun

pola-pola hubungan smsial dalam masyarakat.

2.3.2.4. Hubungan antara Pengembangan Ekonomi dengan Sumber Daya Alam.

Analisa hubungan antara Pengembangan Ekonomi dengan Sumber Daya

Alam dalam Pengembangan Wilayah, yai tu Demand dan Supplay.

Proses pengembangan ( P , Development ) , mencakup input-input

antara lain Smnber DAya Alam ( R ) , Teknologi ( T ) , Modal ( M ) ,

Tenaga Kerja ( Tk ) dan Struktur Demand masyarakat yang dihasil­

kan dari suatu sosial kompleks.

Proses tersebut ditujukan agar suatu kumpulan kebutuhan individu

dan masyarakat terpenuhi menurut standard, dan kri teria masya­

rakat wilayah atau pemukiman (settlement) setempat.

Adapun kriteria-kriteria yang seringkali digunakan dalam mengu­

kur pemenuhan kebutuhan ini ialah

1. Pendapatan per Kapita k p. . ) •

l.J

k 2. Pertumbuhan (rate) per Kapita ( P .. ). l.J

3. Gross national/regional product

4. Gross output per input ( P7. ) . , , -J

P?. latau gross output, serta l.J

Page 44: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 32 -

Pertumbuhan ( P.growth), adalah pertambahan dari sesuatu yang

sarna. Misalnya Grc .rth di bidang ekonomi adalah terjadinya per­

tambahan pada jumlah o-utput dari yang semula berdasarkan demand

yang meningkat. Selanjutnya telah kita sama-sama diketahui bah­

wa kemampuan stnnber daya alam dapat mengundang perkembangan sua­

tu ·.vilayah (Regional Development) .

Untuk itu, perlu diketahui sampai di mana sumber-sumber daya

alam tersebut dapat dimanfaatkan beserta biaya dan impact pada

lingkungan alam.

2.3.2.5. Hubungan antara Energi dengan Sumber Daya Alam.

Un tuk memenuhi kebutuhan akar: energi, berbagai rna. cam sumber day a

energi yang a'.da di alaJII sekitar lingkungan kehidupan manusia

dimanfaatkan, seperti

- Angin

- Air

Perbedaan pasang surut air laut

- Perbedaan panas suhu Samndera

- GAs Alam

- Minyak Bumi

- Batu Bara

- Panas Bumi

Matahari

- Uranium dan Thorium

- Thermonuklir dan

- Kayu hakar dan Arang.

Dari sekian banraknya sumber daya energi tersebut di atas, yang

sudah dimanfaatfan di Indonesia, baik yang masih bersifat ex­

perimentil maupun yang sudah diusahakan adalah

- Tenaga Air

-'Tenaga Angin

- Gas Alam

- Minyak Bumi

- Batu Bara

- Panas Matahari

- Kayu bakar dan Arang

- Bio Gas

Tetapi yang paling banyak dimanfaatkan dewasa ini adalah minyak

bumi, sekitar 98 % kebutuhan energi di Indonesia diisi oleh minyak

bumi yang mencerminkan struktur penggunaan energi di Indonesia

dan flow dari energi lainnya untuk konsumsi di Luar negeri.

Page 45: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 33

~.3.2.6. POTENSI ENERGI

Di samping minyak bumi, sumber - sumber daya energi lainnya yang

potensiil perlu dimanfaatkan seperti :

-1. Pemanfaatan Gas Bumi ( Eing) ditingkatkan baiKuntuk diguna-

kan di dalam negeri maupun untuk export.

2. Tenaga Air dimanfaaLkan sepenuhnya untuk pembangkit tenaga lis

trik

3. Batu bara untuk pembangkit tenaga listrik, tenaga uap dan ke -

reta api ( Ec ) •

4. Panas Bumi ( Eth ).

5. Tenaga Matahari ( Es ).

6. Tenaga Angin ( Lw ).

7. Kayu bakar dan Arang ( Ek ) •

8. Gas Bio ( Egb ) •

Produksi potensi.total untuk d6rnestik dan· export

-E

i :a:;. i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 ) .

Dimana E. l.

= produksi potensi Energi oleh tiap surnber daya

energi i i 1.2, 8 ) .

Page 46: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 34 -

2.3.2. 7. ENERGI YANG DIPERLUKAN UNTUK KEBUTUHAN.

I N D U S T R Y US A G E

0 h w Ing c th s k gb

1. Agro Industri Eo 1

h El

w El

Eing 1

Ec 1

Eth 1

ws 1

Ek 1

Egb 1

2. Service Industri Eo 2

h E2 X Eing

2 Ec

2 Eth

2 X X X

3. General Industri Eo Eh X Eing Ec Eth 3 3 3 3 X X X 3

4. Building Industri 0

E4 Eh

4 X Eing

4 Ec

4 Eth

4 X X X

5. Perumahan 0 Eh w Eing Ec Eth Es Ek

E5 5 E5 5 5 5 5 5 Egb 5

Sub Total Energi Eo Eh Ew Eing Ec Eth Es Ek Egb

5

i

Sub Total Cost

5

i

Page 47: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Total Energi, untuk Industrial Consumption.

= k

E. l.

( 11 ) .

Dan Total Cost untuk Energi

Di mana

= E c. l.

= _Total konsumsi energi dalam Rp./Th.

cE =\Total Cos A ene rgi da1am Rp. I Th.

( 12 ) •

Total Produksi Enersi

=

Di mana

~/ton

~/ton

~ . . • • . • • • • • • . . . . • . . • • . • • • . . • . . . • . ( 13 ) • l.

E. = ada1ah produksi energi o1eh 1tiap sumber daya l.

energi i i 1, 2, 3, 5, ) .

Energi production efficiency.

Kebutuhan akan energi di masa mendatang berdasarkan pertambahan

penduduk dan kenaikan Produk Domestik Kotor ada1ah sebagai berikut

Da1am Jutaan: standarized. Coal Ton Energi

Ekwivalen 1975 1980 1990 1995 2000

17.88 52,61 82.45 129,49 202,91

Jika dijaba~kan dalam minyak maka kebutuhan energi tahun 1985 akan

ekwiva1en dengan 315,82 juta bare! minyak.

Page 48: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 36 -

Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia memerlukan energi, baik yang

bahan cair, gas maupun sinar.

Pola sumber energi umumnya seperti ini adalah

- 24\ dari minyak tanah.

- 28,4\ dari tenaga matahari.

- 10,4\ daii premium dan super.

5,3\ dari diesel.

8,5\dari minyak bakar.

2, 9% dari avtur dan avigas.

1,6\,dari elpiji.

- 1,33% dari tenaga air.

- 0,05% dari panas bumi.

- 10,74% dari gas bumi.

Page 49: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 37 -

2.3.3. MODEL

untuk menghitung prospek lahan sumber daya alam dalarn rangka penge~

bang an wilayah WPP . , · maka tiap lahan potensil dibutuhkan un tuk pro-J

ses seleksi pengembangail. lahan sumber daya alarn dari segi pertanian

industri dan perumahan penduduk.

Hasil perhitungan tersebut akan dituangkan pada proses Model Pene -

tapan alokasi resources.

Penetapan prospek sumber daya alarn secara matematik, adalah

dimana,

=:E ij Rd ..

l.J

Lp = produksi jenis resources di WPP. di SWP .• l. J

Cd = biaya produksi jenis resources per unit (Rp.)

Rd .. l.J

=

=

lahan resources jenis d di WPP j pada. SWP i dalarn Ha,kernudian

dikonfersi kedalam satuan rupiah.

nilai konversi resources dalarn Ha,ke/rnenjadi bahan produksi

dalarn ton.

Sehingga didapat jenis sumber produksi dalarn satuan rupiah.

Sebagai masukan untuk persamaan Lp tersebut dia~il sernuanya dengan

variable yang dapat dilihat dalarn table - table masukan berikut ini.

Page 50: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES II

PENETAPAN SUMBER DAYA ALAM

---V A R I A B E L M A S U K A N

PENGOLAHAN

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMAER

-- - --MORPOLOGI DAN GEOLOGI

;

A. MORPOLOGI I i

1. Dataran Pantai Mdp Km2 I Van Bemmelen

I 2. Da tar an Rendah Mdr 2 I Km

I Verstappen

Mdt 2 3. Dataran Tinggi Km I I Panoekoek.

I 4. Kubah Md 2 I I I Km I

i ~atahan Km2 5. Pegun ungan # I

Me Km2 6. Pegunungan Lipatan

7. Pegl,IDungan Volkanis Mv Km2

8. Pegunungan Karst r-t Km2 -----------------------

B J GEOLOGI --

i b.l DATA DASAR

Di t. Geol. Ta ta OS 2 Lingk, I'IB-Geo-

1. soil ( si'fat fisik · Km

keteknikan) I logi. --

-------- - Pusat Pengembanq

an & Pene li tian

Geologi (P3G)

Page 51: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

b

b

T.ABEL VARI.ABEL - VARI.ABEL DALAM KUMPULAN PROSES II

PENETAPAN SUMBER DAYA ALAM

VARIABEL MASUKAN

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 ruMBER

----·-----------------· -- ------- -- - Db Km2 2. Batuan (maca~ batuan) --------·-··- ···- -- --..

-batuan beku rfl Km2

-batuan sedimen b2 Km2

D

-batuan metamorfik 0b3 Km2 ---__ .... ____ ·----- -------· ---·

3. Tektonik Dt Km2 P3G, LGPN

-Tektonik (struktur regia- 0tl Km2 nal)

-Patahan (sesar) 0t2 Km2

' 2 - Lipa tan (fold)·

t3·'" ---Km -- -

D -··· ---

--- --- -

.2. Sumber daya mineral Be . Barrel Dept. Pertambang· an

.2.1 Mineral energi ----- -

- Minyak bumi Bel Barrel Dept. Pertambang-an

- Gas bumi Be2 Cuft Dept. Pertambang-an

----P E N G 0 L A H A N

-----:"

I

Page 52: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES :t:t

PENETAPAN SOMBER DAYA ALAM

----VARIABEL M A S U K A N P E N G 0 L A H A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMRER

---. - -·- --- - .... -- - -- -----·· --· -- -. - Batubara 8 e3 .Ton Dept. Pertambang-

an

- Uranium 8 e4 Kg BATAN

b.2.2.Minera1 Logam B1

- Emas B 11

·---------- - 1 14 - Timah hitam dan seng B

- Bismut B 115

- Antimon B 116

1 - Titan B 17

!-. --~- -· --------- -----------

b.2.3 Mineral non logam Bn Ton 1 Di t. Jen. Pertam-

------ -- l 1 bangan unum ----

- Asbes

--~--------

8 Ton

- Aspal 8 n2

- Barit B n3

Ton

Ton_

- Batuapung B n4

Ton

Page 53: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES 'I.'I.

PENETAPAN SUMBER DAYA ALAM

---VARIABEL M A S U K A N P E N G 0 L A H A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER

- Batu kapur B ns

Ton

- Batu ketimahan B n6 Ton

- Batu pualam B n7

Ton

- Batu tulis B ':la Ton

n - Belerang B 9 Ton

n - Diatomea B 10 Ton

- Dolomit nll

B Ton

- ;Feldspar nl2 B Ton

- Garam batu nl3

B Ton

- Gips nl4

B Ton

- Grafit nlS

B Ton - Intan

nl6 Dit.Jen. Pertam-B Ton bangan umum

Page 54: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES

-----VARIABEL M A S U K A N P E N G 0 L A H A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER

-----b.2.4 Mineral lainnya (Indust:d) Bi

Ton

- Batu bahan bangunan il PPTM B Ton

- Pasir kerikil B i2

b.3 Proses alam p 2 Km

1. Erosi Pe Di t. Geo. Tata 2 Lingkungan

Km

2. Gerakan Tanah pgt 2 Km

3. Banjir pb Cm/th DPMA

4. Pendangkalan sw1gaijdanau Ps Km

2 DPMA

5 • Kegunung apian Pga 2 Dit. Volkanologi Km

6. Kegempaan seismositas Pgs PMG, LGPN, ITB

Page 55: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - VAJcrABEL DALAM KUMPULAN PROSES

VARIABEL M A S U K A N - PENGOLAHA N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1.978 SUMAF.R

C~ IKLIM

1. CUrah hujan I 1 I mrn3/th I

2. Distribusi bulan hujan I 2 bl/th - Lembaga Meteoro

logi,

I 3. Temperatur rata-rata I 3 0 J

c Dept. Perhubungan 4. Arah angin I 4 - Dept. Pertanian 5. Kecepatan angin I I 5 I Km/jam

I I 6. Kelembapan Udara I 6

I -

I I do PERAIRAN

Sungai :

I Direktorat Peneli tian Masalah Air

1. Panjang sungai A 1 KM/li.:.. (Dit. Jen. Penga-

ter;6etik iran).

2. Debit air sungai A 2 Liter/de tik

-

----"-- -------- --- ---- ------- -----------

Page 56: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - VAJcrABEL DALAM KUMPULAN PROSES

V A R I A B E L M A S U K A N P E N G 0 L A H A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER

3. Kecepatan Arus A 3

4. Kedungan bahan : A 4

Danau

5. Luas Danau A 5 Krn2

6. Volume Air Danau A 5 3 m

Waduk

7. Luas waduk A 7 Krn2

8. Volume Air W~duk A 8 .3 m

Raw a

. 9. Luas rawa A 9 Krn2

d. 2. KEADAAN PANTAI

l.Panjang garis pantai p 1 Km Peta Laut (Sea Chart) (Bag. Hy drografi a.l)

2. Kedalaman laut p 2 m --------

-

·-- .... --- ---·-----

Page 57: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - V~ABEL DALAM KUMPULAN PROSES

- --·--VARIABEL M A S U K A N

P E N G 0 L A H A N DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER

-----d .4. AIR TANAH ____ ...,_ ____

- ·---·--------------·· --l.Kedalaman Water Table AT 1 m -sub. Dit. Hidro-.

geologi, . ' AT 2 1/detik 2 • Debit air tanah

Dept. Pertambang- I 3. 'provinsi air tanah an, Ban dung dan ..

energi

- Lembaga Peneli-tian Tanah Bo-gor.

e . HAYA'ri ALAM.

I. Flora: ---·-

~---

1. 1 Pertanian Tanaman Pangan ~tp Ha/th - Dept. Pertanian 'Ibn/Ha 1..1

1.2 Tanaman Perkebunan tp

Ha/th Fl.2 Ton/Ha

1. 3 Kehu tan an : 1.3.1 Hutan hl tl.nd.tuig Fl.3 Ha/th

Page 58: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - VAEcrABEL DALAM KUMPULAN PROSES

----VARIABEL M A S U K A N

PENGOLAHAN

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1.978 SUMAER

1.3.2 Hutan Prosuksi hp Fl.4

Ha/th Ton/Ha

1. 3. 3 Hutan Cadangan Fhc 1.5 Ha/th

2 .1 Fauna :

, 2'.1 Peternakan ~-1 ekor/Ha - Dept. Pertanian I

I Fs1 2.2 Satwa Liar yang di1indungi - Direktorat PPA I

2.2 I

Dept. Pertanian

f .1 SLOPE

I. 0 - 8 .: % s 1 Km 2 Peta Topografi

2. 8 - 15 % s 2 2 Km

3. 15- 30 % s 3 Krn 2

4. 30 % s 4 2 Km

~ ' ~

Page 59: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TJ\BEL VARIJ\BEL - V~ABEL DALAM KUMPULAN PROSES

--------VARIABEL M A S U K A N

P E N G 0 L A H A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMRER

---- ~----- I I ---------

£.3 KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN

(LAND CAPABILITY)

I I ---

1. Berkemampuan tinggi K 1 Km2 Lembaga Peneliti Lihat

Km2 an tanah Bogar ~Land Capability

2. Berkemampuan menengah I K 2 I i Appaisal System I !

I 1 for Agricultural 2 3. Berkemampuan terbatas I K 3 I Km Uses in Indonesia'

2 (Soil Research 4. Berkemampuan bersyarat K 4 Km Institute ) •

5. Tidak berkemampuan K 5 Km2

I I I

£.4 LIPU'l.'AN LAHAN (Land Cover) • I I I I vegetation Map, 1. Hutan L 1 Km2 Di t. Jen. Kehutan-an.

2. Padang Rumput L 2 Km2 I Remote Sensing

3. Semak-belukar L 3 2 Km

Page 60: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - V~ABEL DALAM KUMPULAN PROSES

--·-VARIABEL M A S U K A N

P E N G 0 L A H A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMRER

4. Padang alang-alang L 4 Km2

, 5. Tanah kosong/terbuka (rawa, pa: ;· . ' Km2 Dit. Jen. Energi

L 5 (Dept. Pertambang

dang pasir, tanah rusak, bukit an dan Energi) •

kapur, dan seterusnya )

6. Tanah yang diusahakan (cultivated

land) I .

terrnasuk pemuk1man.

g. ENERGI

l . Minyak bumi Eo

2. Gas bumi Eing

3. Batu Bara Ec

4. Panas Bumi Eth

-

I I

Page 61: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES

----VARIABEL M A S U K A N

P E N G 0 L A H A N

DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMAER

-

5. Tenaga Matahari Es

6. Tenaga Angin Ew

7. Kayu bakar dan arang Ek

J3. Gas bio Egb

9. Sekam dan serbuk gergaji Es

Page 62: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 38 -

1 1_~ ~ ~- KUMPULAN PROSES III KRITERIA KEBUTUHAN AKAN MODAL.

~· -~:__~· PRODUK YANG DIHASILKAN

Kumpulan proses IV akan menghasilkan empat kelompok produk yang

ada kaitan dan mencerminkan bahan untuk hidup maupun usaha, yaitu:

1. Modal yang dihasilkan oleh kegiatan usaha.

2. Modal dalam bentuk lingkungan fisik.

3. Modal sebagai faktor produksi dalam bentuk uang, barang dan

jasa.

4. Modal dalam bentuk tenaga kerja.

Sebagaimana diketahui sasaran pokok kegiatan usaha secara nasio­

nal, regional ataupun lokal diusahakan agar tersedianya barang

dan jasa bagi kepentingan masyarakat yang membutuhkannya.

Untuk memproduksi barang dan jasa tersebut dibutuhkan faktor­

faktor produksi yang merupakan inputs atau masukan-masukan.

Salah satu faktor produksi disamping keahlian, buruh dan tanah

adalah modal yang mempunyai peranan penting di dalam kegiatan

proses produksi pada laju pembangunan. Yang justru di Negara se-

dang berke!!'bang mengalami kekuranga.i1 akan modal tersebut, bila

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah.

Modal sebagai salah satu faktor produksi yang diikut sertakan

dalam proses produksi atau kegiatan usaha akan dapat menambah ha­

sil produksi lebih lanjut.

Agar supaya terwujudnya suatu pertumbuhan modal yang diharapkan

perlu sekali ketersediaan modal dengan -ditunjang oleh lingkungan

fisik (Physical Environment) yang memadai. Lingkungan fisik da­

pat diartikan sebagai akibat dari pada produksi interaksi anta­

ra lingkungan sosial (Social Environment) dan lingkungan alam

(Natural Environment) .

Tujuan pembahasan dari kriteria kebutuhan Akan Modal adalah di­

antaranya untuk mewujudkan peren~enaan pengembangan wilayah de­

ngan hasil yang lebih optimal.

Kumpulan proses ini pada dasarnya diharapkan akan dapat mengha­

silkan besaran akan kebutuhan pembentukan pertumbuhan modal se­

hingga kriteria kebutuhan akan modal sebagai indikator dalam

pembangunan akan terpenuhi.

Proses kriteria kebutuhan akan modal antara lain terdiri dari

Page 63: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 39 -

2.4.1.1. !Kemampuan Kegiatan Usaha.

Yang dimaksud c'len<Jan kegiatan Usaha adalah kegiatan yang meliputi

- Pertanlan tana~an pangan.

- Perkebunan.

- Kehutanan.

- Perikanan dan peternakan.

- Pengolahan hasil pertanian.

- Pengolahan hasil mineral.

- Industri berat.

Industri ringan.

- Pemukiman pedesaan.

- Pemukiman pekotaan.

Proses kegiatan usaha atau dapat pula disebut dengan aktivitas

Rumah Tangga Produsen ini diharapkan akan menghasilkan besaran­

besaran yang menyangkut

- Pendapatan dunia usaha yang layak pada suatu tingkat kehidu­

p~n ekonomi yang diharapkan.

- Adanya kesejahteraan rumah tangga konsumen yang relatif lebih

baik dari segi aksebilitas dan pemasaran dari jenis barang dan

jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat/konsumen.

- Tingkat perkembangan kegiatan usaha yang merupakan bagian dari

aktivitas ekonomi nasional yang sedang berjalan.

2. 4.1.2. \ Lingkungan Fisik (Sarana).

Lingkungan fisik dalam hal ini diartikan sebagai penyediaan sa­

rana yang diharapkan dapat menghasilkan

- Peningkatan nilai produktivitas dari pada modal itu sendiri

yang akan menuju kepada pertumbuhan modal dengan tersedianya

sarana sebagai faktor penunjang.

- Sarana untuk memperlancar arus barang sehingga dengan demiki­

an dapat terjadi pembentukan modal kembali untuk kelanjutan

kegiatan dunia. usaha.

- Peningkatan yang lebih produktif dari seluruh faktor produk­

si sehingga kebutuhan pembangunan dan harapan struktur pem­

bangunan yang diinginkan akan lebih cepat terwujud.

Page 64: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

2.4.1.3 Modal (Uang, Barang dan Jasa).

Proses pembentukan modal dalam me~ar.uhi kebutuhan akan modal

terbagi atas tiga jenis modal yang biasa dikenal dengan :

Modal dalam bentuk uang, barang dan jasa. Menurut sumber asal

modal terbagi atas dua, yaitu :

1. Modal yang berasal dari dalam Negeri.

2. Modal yang berasal dari luar Negeri.

Modal yang berasal dari luar Negeri atau modal asing hanyalah

merupakan pelengkap bagi kebutuhan akan modal didalam laju­

pembangunan bagi suatu negara yang sedang berkembang.

Modal yang merupakan masalah pokok bagi pertumbuhan modal di­

masa yang akan datang. Dengan modal yang diikuti sertakan di­

dalam proses kegjatan usaha maka harapan keuntungan akan dapat

diperoleh sehingga kelangsungan kehidupan yang lebih baik da­

pat tercapai seperti yang diharapkan.

Setelah diperoleh keuntungan ukuran identifikasi potensi akan

kebutuhan akan modal dengan masukan-masukan yang berupa fakta

dan kebijaksanaan serta kebutuhan, akan dihasilkan petunjuk­

petunjuk kemungkinan struktur pengembangan wilayah yang di­

inginkan.

2.4.1.4.' Modal Dalam Bentuk Tenaga Kerja.

Gambaran peningkatan tenaga kerja diperlukan untuk memenuhi k~

butuhan-kebutuhan atas tenaga kerja untuk pengembangan wilayah

Produksi tersebut jelas perlu dikaitkan pada kebutuhan-kebutu­

han penyediaan barang dan jasa yang ditetapkan oleh segala ma­

cam usaha maupun kehidupan masyarakat.

2.4.1.5 Perkembangan Modal.

Proses perwujudannya dapat terdermin adanya investasi disegala

bidang. Motivasi dari investasi dapat merupakan harapan keun­

tungan atau motivasinya untuk bidang sosial dengan maksud un­

tuk meningkatkan produktifitas dalam segala bidang terutama te

naga kerja. Karena sebagai sumber dari tenaga kerja merupakan

tujuan dari sasaran pengembangan wilayah dan sekaligus merupa­

kan pelaku didalam perencanaan pengembangan wilayah.

Page 65: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 41 -

2 • JAIANNYA PROSES •

• 4.2.1. Gambaran Umum

Kumpulan proses IV : Kriteria kebutw an akan modal terbagi da­

lam proses-proses bagian

a. Gambaran mengenai pertumbuhan modal yang dapat diharapkan

dari keadaan padasaat ini sebelum pengembangan selanjutnya.

b. Gambaran mengenai implikasi struktur wilayah yang diingin­

kan.

c. Gambaran mengenai kebutuhan yang dihasilkan oleh perkemba­

ngan tenaga kerja.

d. Kebutuhan pengembangan wilayah.

e. Penetapan besarnya kebutuhan akan modal.

f. Penetapan lokasi penggunaan modal disesuaikan dengan kebu­

tuhan kegiatan usaha.

g. P£netapan lokasi operasi berdasarkan sumbPr asal dari pada

modal.

Kriteria kebutuhan akan modal mempunyai kaitan yang erat de.

ngan kebutuhan pembangunan dan struktur pembangunan wilayah

yang diinginkan, yang di tujukan un tuk pt ningkatan nilai kon

tribu~.i wilayah yang optimal •

2.4.2.2. Gambaran hubungan keadaan ketenaga-kerja dengan pengembangan e­

konami dan kebutuhan modal.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor utama dari faktor-fak­

tor produksi.

Faktor-faktor produksi yang uta.m.a tersebut adalah sumber _ daya·

manusia dalam arti kata tenaga kerja yang sudah efektip mengh~

silkan daya guna bagi sesuatu jenis produksi dan fak tor-fakoor

prosuksi lain : modal, teknologi dan sebagainya.

Sebagaimana kita jumpai dari hasil sensus 1971 pendu~uk Indone

sia ber jumlah 118,4 juta jiwa, dengan luas wilayah hampir 2j~

ta kilometer persegi.

Page 66: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 42 -

Dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 1930 sebesar 60, 7 ju­

ta, maka da1am kurun waktu 41 tahun, penduduk Indonesia menjadi

dua ka1i 1ipat. Menurut beberapa cara proyeksi penduduk maka da-

1am waktu kurang dari 30 tahun, jumlah tersebut akan mencapai 2

ka1i 1ipat, bahkan ka1au usaha untuk menekan 1aju pertumbuhan

penduduk ini tidak pendek 1agi. Jum1ah dan pertambahan penduduk

di Jawa dan 1uar Jawa se1ama 41 tahun akan ter1ihat da1am tabe1

1. dibawah ini.

Jum1ah Pertambahan Penduduk Antar Sensus di Jawa dan Luar Jawa.

riaerah

Jaw a

Luar Jawa

Indonesia

1930

41,7

9,0

60,7

Sumber : B.P.S.

Penduduk

1961

63,0

34,0

97,0

jutaan Y.

1971

76,1

43,1

119,2

Rata2 Pertumbuhan

% %

1,3

1,8

1,5

1,9

2,3

2,1

Tabe1 I menggambarkan adanya kenaikan 1aju pertumbuhan penduduk

baik di Jawa maupun di 1uar Jawa se1ama tiga ka1i sensus.

Pada saat ini penduduk Indonesia termasuk da1am ke1ompok pen­

duduk muda karena 52 juta (sensus 1971) berumur di bawah 15 tahun.

Keadaan ini tidak menguntungkan bagi pembangunan karena go1ong­

an umur tersebut merupakan tenaga-tenaga yang be1um produktip.

Di samping itu ke1ompok umur inipun memberikan gambaran mening­

kathya 1aju pertumbuhan angkatan kerja di:~asa datang.

Jadi gambaran struktur penduduk Indonesia tahun 1971 ada1ah se­

bagai berikut

1. Umur sebe1um bekerja <. 15 tahun) berjum1ah 52 juta ji-

wa (44% dari jum1ah se1uruh penduduk.

2. Umur da1am usia kerja (15 tahun - 65 tahun) berjum1ah 63,4

juta jiwa (53,3% dari jum1ah penduduk).

3. Umur di atas 65 tahun berjumlah 3,0 juta jiwa (2,7 %) .

Se1ain jum1ah dan tingkat pertumbuhan yang pesat, maka keadaan

penduduk Indonesia penyebarannya sangat tidak merata untuk ber­

bagai pu1au di Indonesia seperti dapat ter1ihat da1am tabe1 2.

Page 67: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 43 -

Tabel .2. : Penyebaran penduduk rnenurut pulau.

No

Urut.

1.

2.

3.

4.

5.

D a e r a h

Jawa dan Madura

Surnatera

Kalimantan

Sulawesi

Pulau-pulau lain

Jumlah

Smnber : B.P.S.

Jumlah Penduduk ( 1.000

1961 % 1971 %

62.993

15,739

4,101

7.079

7.106

97.018

64,9

16,2

4,2

7,3

7,3

99,99

76.099

20.819

5.107

8.534

8.620

63,9

17,4

4,3

7,2

7,2

119,179 100

Dari tabel 2 di atas ternyata bahwa selama 10 t~un hampir ti­

dak terjadi perubahan dalam penyebaran penduduk di Indonesia

di mana hampir 65% berada di pulau Jawa dan Madura dengan luas

6,9% dari seluruh wilayah Indonesia.

Akibatnya di Jawa dan Madura ratio antara tanah dan manusia ku­

rang dari standar normal (0,3) sebaliknya tanah di luar Jawa

rnasih banyak yanb belum digarap oleh rnanusia.

2.4.2.3. Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja.

Dalam rnenangani rnasalah kesernpatan kerja tercakup 3 unsur :

1. Gologan umur penduduk yang akan rnenuntut penggarapan di ta­

hun-tahun sekarang dan di tahun yang akan datang.

2. Laju peningkatan golongan umur tertentu dalam supply angkatan

angkatan tinggi di masa yang akan datang.

3. Mempengaruhi arah perkembangan ekonomi hingga lebih banyak

dapat rnenyerap angkatan kerja yang rnemerlukan kesempatan ker­

ja.

Golongan umur yang perlu diperhatikan pada situasi mendesak di

masa-rnasa yang akan datang adalah golongan umur an tara 15 - 24

tahun yang akan terjun ke pasaran tenaga kerja.

Masuk tidaknya mereka ke pasaran tenaga kerja tergantung pada

tingkat partisipasi angkatan kerja yang antara lain dipengaruhi

oleh pendidikan. Menurut sensus 1961 dan 1971 jumlah kesempatan

kerja dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Page 68: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 44 -

Tabel .3. Jumlah Pekerja menurut lapangan usaha 1961 s/d

1971.

Lapangan Usaha

. ( p Pertan1.an L

Pertambangan ( L 0 )

Industri Umum ( LG )

Listrik, Gas Air . ( E M1.num L

K Bangunan { L )

Jumlah

23.516

87

1.856

51

582

Pengangkutan dan Komuni-

kasi ( LT ) 691

Services ( L5 5.925

J u m 1- .. a h 32.708

1961

(dalam ribuan)

1971

% Jumlah %

71,90 25.233 66,90

0,27 81 0,21

5,67 2.605 6,91

0,16 35 0,09

1,78 646 1,71

2,11

18,11

100,0

910 2,41

1,805 21,76

37,705 99,99

Sumber B.P.S. sensus 1961 dan 1971.

Dari tabel 3 di atas dapat dilihat laju pertambahan kesem­

patan kerja yang tertinggi masih ditampung di sektor per­

tanian, kemudian menyusul sektor-sektor lain. Keadaan yang

demikian tidak berobah banyak selama 5 tahun terakhir (1971-

1976) .

Page 69: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 4::; -

Keadaan ini bisa dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Tabel .4. : Jumlah Pekerja menurut lapangan usaha sensus 1971

(September) dan Sakernas 1976 (September) •

( dalam ribuan)

1971 1976 La.pangan Usaha

Jumlah % Jum1ah

Per:..anian 25.490 63,18 27.136 58,77

Pertambangan 93 0,23 102 0,22

Industri pengo laban 3 .0"18 7,48 4.-34 7 9,42

Listrik, Gas, Air Minum 36 0,09 37 0,08

Bangunan 758 1,88 1.187 2,57

Angkutan dan Komunikasi 944 2,34 1.227 2,66

Lain - 1c>in 10.006 24,80 12.134 26,28

Jum 1 a h 40.345 100,00 46.180 100,00

2.4.2.4. 1Daya Tampung Optimumal Tenaga Kerja

;ntuk melihat lebih jelas adanya perubahan struktur ketenaga

kerjaan selama 15 taLun terakhir, perlu penyederhanaan 1apangan

us~a di sektor ekonomi sebagai berikut :

Tabe1 5.

La.pangan Usaha

1. Pertanian (LP)

2. Services (hotel, restoran, kon-S sultan dsb) (L )

3. Industri Umum- (L1 )

4. Bangunan (LB)

5. Transport (L T)

6. Enersi dan pertam-"C"

bang an ( L~

Jum1ah

Jumlah orang yang. (bekerja (1. ooo)

1961 1971

25.490 27.136

10.006 12.134

3.018 4.347

758 1.187

944 11.227

129 139

% orang yang bekerja

1961 1971

63,18 58,77

24,80 26,28

7,48 9,42

1,88 2,57

2,34 2,66

0,32 0,30

40.345 40.180 100,00 100,00

Page 70: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 46 -

Dari tabel 5 ternyata memang ada perubahan struktur yang di­

sebabkan oleh karena perubahan teknologi atau perubahan-peru­

bahan yang sifatnya non ekonomi. Agar supaya perubahan tersebut

menuju ke satu perkembangan yang diinginkan sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai yaitu : menyediakan lapangan kerja bagi te­

naga-tenaga (manpower) dengan jumlah dan struktur yang memenu­

hi kriteria-kriteria optimal. Hal ini bisa kita laksanakan ka­

lau hasil (output) yang akan kita peroleh di masa datang akan

lebih besar daripada pengorbanan (pengeluaran-pengeluaran)

yang dilakukan pada saat sekarang. Jadi kalau pengorbanan ki ta

tersebut sebagai C dan out put sebagai 0, maka tabel di atas ki­

ta sederhanakan sebagai berikut

Tabel 6

Lapangan Us aha Cost of input Out Put

1. Pertanian cl 0 1

2. Services 2 2

c 0

3. Industri urn urn c3 03

4. Bangunan c4 04

5. Transport cs OS

6. Enersi dan pertambangan c6 06

J u m 1 a h c i 0 i

Misalnya efficiency ketenaga kerjaan dan industri dapat di-

misalkan sebagai e' dan e maka pengembangan ketenaga kerja-

an akan terjadi kalau e1 ) .e

di mana : e'dan e =efficiency sistim ketenaga kerjaan dan

struktur teknologi.

Page 71: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

2.4.3

- 47 -

M 0 DEL

Proses IV bertujuan untuk penggunaan dan pengalokasian dana

atau modal yang tersedia agar tercapainya optimasi dari pe­

rencanaan pengemb~__gan wilayah, hal ini akan membutu.'lk~~

adanya peningkatan kebutuhan pembangunan, keinginan akan

struktur pembangunan dan peningkatan yang lebih produktif da­

ri tenaga kerja. Untuk mencapai optimasi tersebut dibutuhkan

masukan-masukan data dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

terdiri dari tujuan - tujuan atau sasaran - sasaran yang

ingin di optimasi dan batasan - batasan variabel - variabel

masukan dapat di lihat pada tabel 7.

Sasaran - sasaran adalah masukan - masukan seperti

1. Priori tas sektor yang akan di ban gun

2. Peningkatan keseimbangan lokasisektor

Batasan adalah masukan - masukan seperti

Total modal yang tersedia untuk pembangunan daerah atau wila­

yah akan proyek .

Kebijaksanaan - kebijaksanaan adalah masukan - masukan seperti

l. Membangun sektor, I sarana untuk menambah kesempatan kerja

dan peningkatan produktifitas tenaga kerja.

2. Mewujudkan jalur pemerataan yang seimbang dan menyeluruh.

Prosedur optimasi tersebut dapat ~igambarkan sebagai suatu mo­

del matematik, untuk memenuhi permintaan dan pemenuhan kebutuh­

an yang diinginkan oleh masyarakat dalam pembangunan.

Agar lebih jelas model matematik tersabut dapat di rumuskan

sebagai berikut :

B = ::!!: C .. P .. X .. Sij S~J ~] S~J

Page 72: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 48 -

Dimana

B = Bdn + B a

B = Dana I modal yang tersedia

B = Penanaman modal asing a

Bdn = Penanaman modal dalam negeri

c = Biaya--pengembangan sektor s di WPP. dan SWP: sij J ~

p = Koeffisien prioritas pengembangan sektor s di WPP. sij

dan SWP. ~

X = Sektor s di WPP. dan SWP. sij J ~

Dengan model tersebut diharapkan akan terwujudnya optimasi dalam

menentukan kriteria kebutuhan akan modal, sehingga penentuan pri

oritas pembangunan sektor lebih selektif dan diharapkan akan le­

bih merat.

2. 4. 4. MASUKAN - MASUKAN YANG DIPERLUKAN

Bagi kumpulan proses IV : Kriteria Kebutuhan Akan Modal, teruta­

ma yang tergolong masukan kebijaksanaan, diantaranya yang ter -

penting

Distribusi pembangunan sektor yang merata terutama yang dapat

menunjang hasil produksi dari sektor pertanian.

- Satu atau beberapa alternatif angka jumlah sektor-sektor atau

sarana yang hendak dibangun untuk jangka waktu tertentu.

- Kebijaksanaan pembangunan sektor/sarana yang dapat banyak

menciptakan kesempatan kerja.

- Perlu adanya pengarahan penanaman modal yang lebih selektif ,-

baik mengenai jenis produk yang dihasilkan maupun lokasi di­

mana sektor itu didirikan.

J

Page 73: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 49 -

2. 5. KUMl'uiAN PROSES IV KEPENDUDUKAN.

2.5.1. jProduk yang dihasi1kan

Produk yang dihasi1kan berupa

1. Jumlah penduduk per SWP, WPP, Kota dan desa.

2. Jumlah penduduk per struktur penduduk.

3. Jum1ah kebutuhan penduduk.

4. Nilai biaya hidup yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan.

2.5.1.1. Jumlah penduduk per SWP, WPP, Kota dan desa,juml~h penduduk ini

merupakan jumlah total penduduk per SWP, WPP, Kota dan Desa.

Jumlah.penduduk total ini merupakan data dasar.

Perubahan jumlah penduduk dapat dipengaruhi antara lain oleh:

- Faktor tingkat kenaikan yang rendah.

- Faktor tingkat kelahiran yang tinggi.

- Faktor kesehatan yang rendah.

- Faktor pendapatan daerah yang rendah

- Faktor pendidikan dan kesempatan kerja.

2.5.1.2. Jumlah penduduk per struktur penduduk.

Jumlah penduduk per struktur yang dihasilkan adalah

- Penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.

- Penduduk berdasarkan mata pencaharian.

- Penduduk berdasarkan agama. Misalnya Bali sebagai pusat agama

Hindu, Salatiga sebagai pusat agama Kristen dan lain-lain. I

- Penduduk berdasarkan pendidikan. Banyak contoh kota-kota pe-

lajar, misalnya Yogyakarta, Bandung.

- Penduduk berdasarkan kepadatan dan penyebaran penduduk.

Penduduk berdasarkan perkembangan penduduk, ini banyak menyan~

kut :

Page 74: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 50 -

- fertilitas

mortalitas

- migrasi, dsb.

Didalam perencanaan, data komposisi penduduk terutama komposisi

berdasar golongan umur dan jenis kelamin sangat penting, karena

dari data tersebut bisa ditentukan tingkat kelahiran, kematian,

migrasi dan indikator-indikator kependudukan yang lain, sebab

komposisi penduduk adalah distribusi frekwensi yang berhubw>gah

dengan bermacam-macam unsur yang ·mencirikan keadaan pendu-

duk. Data kumposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini

juga menjadi data dasar untuk pembuatan proyeksi penduduk.

Kepadatan penduduk secara rata-rata untuk seluruh negara Indon~ -

sia dapat memberikan kesan yang kurang tepat tentang permasalah

an penduduk di Indonesia. Densitas penduduk per km2 di Indonesia

terhitung rendah namun venyebaranpenduduk ganjil menimbulkan

permasalahan penduduk.

Hampir dua;pertiga dar1 jumlah penduduk Indonesia berdiam di Pu

lau Jawa/Madura yang luas daerahnya seperlima belas dari selu­

ruh luas Indonesia. Penyebaran penduduk yang tidak seimbang dan

tidak merata ini akan memberi tekanan atas sumber-sumber yang

tersedia dan mempertinggi kepadatan pada daerah-daerah tertentu.

Sesuatu daerah dinyatakan tingkat kepadatannya tinggi/tidak,bu­

kan tergantung dari banyak/sedikitnya penduduk yang berada di

tiap·· km2,. tetapi hendaknya dihubungkan dengar kemampuan daerah

dimana faktor kemempuan daerah itu tergantung pada potensi eko

_nominya di dalam batas-batas kemampuan teknologi yang ada.

Untuk lebih jelasnya bagaimana perbandingan total penduduk dan I

luas daerah serta kepadatan penduduk 1975 di Indonesia bisa di

lihat tabel di bawah.

Page 75: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 51 -

D a e r a h % dari selu- % dari selu- Kepadatan rub penduduk rub luas d::ao per km2

rah.

Jaw a 63 7 605

Sumatera 18 25 49

Kalimantan 5 28 11

Sulawesi 7 10 49

Irian Jaya 1 22 2

Pulau-pulau lain 6 8 56

Indonesia 100 100 67

Sumber : BPS, StaListical pocket book of Indonesia 1977 hal 4,

26, 27.

Kepadatan penduduk di Indonesia tidak merata tergantung dari

jumlah penduduk dibagi luas daerah yang bersangkutan.

Apabila wanita yang berumur subur ( 15 - 44 ) prosentasenya

tinggi, dapat dibuat suatu perkiraan tingkat kelahirannyaakan

tinggi pula.

Prosentase wanita yang lebih tinggi aari lahir-lahir biasanya

daerah tersebut merupakan daerah dengan masyarakat nelayan.

Apabila data komposisi penduduk/proyeksi penduduk tersebut ter.

sedia kita dengan mudah bisa menentukan total tenaga_kerja (15-

64 tah\m) .. maupun total non tenaga kerja 1(0-l4; 65+) i Untuk mendapatkan dependency ratio perlu membandingkan ke dua

faktor tersebut.

Apabila dependency rationya tinggi hal ini akan menghambat pem I

bangunan karena produk yang dihasilkan oleh golongan penduduk

umur tenaga kerja akan habis dikonsumir oleh golongan peuuu­

aux umur non tenaga kerja.

Page 76: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 52 -

2,5.1.3. Jumlah kebutuhan penduduk.

Jumlah kebutuhan penduduk per SWP, WPP, Kota dan Desa yang di-

perhitungkan adalah jumlah keLutuhan hidup dan jumlah kebutuh-

an kegiatan usaha.

Maksud kebutuhan disini, adalah kebutuhan yang dipakai oleh m~

nusia untuk hidup sehari-hari. Adapun kebutuhan tersebut dapat

dibagi keda1am :

- Kebutuhan hidup

- Kebutuhan Kegiatan usaha.

Kebutuhan hidup yang per1u dipenuhi agar individu/:keluarga;

masyarakat dapat sekedar hidup di antara lain :

Pang an

- Pemukiman

- Sandang

Aneka Barang-barang & Jasa.

- Lingkungan hidup.

Sedangkan kebutuhan kegiatan usaha yang perlu dipenuhi agar

individu/ke1uarga/masyarakat dapat hidup secara layak dan

menutupi kebutuhan hidup antara lain

- Income

- Kesempatan Kerja

- Jasa-jasa/services

2.5.1.4. Nilai Hidup yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan. Ni1ai

biaya hidup yang diperhitungkan per SWP, WPP, Kota dan desa

ini bergantung kepada hasi1 yang dipero1eh dari 6.1.3 diatas.

2.5.2 'Ja1annya Proses.

Proses terdiri dari

1. Penduduk dan proses pengembangan wi1ayah.

2. Pertumbuhan penduduk dan proses pemgembangan wi1ayah

Page 77: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 53 -

3. Kegiatan usaha yang ada.

4. Proses implikasi kriteria kebutuhan.

5. Kebutuhan modal dan proses pengembangan wilayah.

6. Perhitungan jumlah pertumbuhan penduduk berdasarkan kebu

tuhan.

2.5 .2 .1. p r o s e s 1

Untuk pencapaian kebutuhan pengembangan wilayah secara keselu

ruhan ( Ne~t Development Needs}, maka dalam prosesnya perlu

di tinjau setiap aspek pada penduduk itu, yang mempunyai arti

pada pengembangan wilayah.

2.5.2.2. P r o s e s 2 :

Pertumbuhan penduduk dan proses pengembangan wilayah.

Dalam prosesnya harus dikaitkan pada aspek-aspek pertumbuhan

penduduk, seperti migrasi, CBR dan CDR, Keluarga Berencana dan

lain-lain.

2.5.2.3. P r o s e s 3 :

Kegiatan usaha.

Perkembangan Penduduk mengikuti pola struktur umur yang ada dan

hal ini menggambarkan struktur angkatan kerjanya, yang memerlu­

kan kesempatan kerja (sektor-sektor pada kegiatan usaha) dimana

produknya ·. merupakan penunj ang pengembangan wilayah.

2.5.2.4. P r o s e s 4 :

Implikasi kriteria kebutuhan.

Kriteria kebutuhan yang ada dapat menunjang strategi pengemban~

an wilayah. Misalnya, kriteria kebutuhan yang paling dominan im­

plikasinya pada pengembangan wilayah perlu mendapat prioritas.

2.5.2.5. P r o s e s 5 :

Kebutuhan modal dan proses pengembangan wilayah •

Dalam peninjauan kebutuhan modal untuk proses pengembangan wila­

yah, perlu diperhatikan dua hal yaitu segi kepentingan akan kebu

tuhan modal itu sendiri dan segi keterbatasan-keterbatasan.

Page 78: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 54 -

2.5.2.6. P r o s e s 6 : Perhitungan j'!.lli'~ah kebutuhan pengembangan ber­

dasarkan jumlah pertumbu.~an penduduk.

KebtttuhaTl penge:rnbanga..rt ':lila~z"a..~ merupa..'lctu'l fungsi variabel-varia-

bel antara lain jumlah penduduk dan kebutuhan penduduk itu sen­

diri.

2.5.3. Model

Pertumbuhan penduduk berdasarkan golongan umur/natural growth,

pengaruh teknologi, migrasi, tingkat kesehatan, pendidikan, ling­

kungan a tau kebijaksanaan-kebijaksanaan lainnya, per SWP, WPP,

KOTA, dan DESA.

dimana = f (x ) p

t P. . = pertumbuhan penduduk pada lokasi j (WPP, Kota dan De sa)

l.J

dan SWP. pada tahun t. l.

X = pengaruh faktor-faktor p masyarakat dan ~ingkungannya p

menurut lokasi.

Untuk menghitung jumlah penduduk pada suatu SWP

t P.,

l.\ = :a: ij

t P ..

l.J

dan untuk secara nasional

= i

t P.

l.

pntuk dapat menghitung ongkos yang dibutuhkan untwk kebutuhan -

kebutuhan pengembangan masyarakat dan lingkungan pada suatu lo­

kasi dapat dilihat sebagai berikut :

t c .. = ~ ck P .. K. 'k N

l.J ijk l.J l.J ij

dimana m = jumlah WPP dalam SWP

n = jumlah SWP seluruh Indonesia.

Page 79: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 55 -

t c.. = nilai jumlah kebutuhan pengembangan wilayah pada lokasi j l.J

(WPP, Kota, Des a) dan SWP. pada tahun t l.

Cik = biaya untuk kebutuhan per kapita untuk kelompok kebutuhan

hidup k.

K. "k l.J

N .. l.J

= kebutuhan hidup k per kapita penduduk di lokasi j pada SWP. l.

= kebutuhan pertumbuhan lokasi j pada SWP .. l.

2.5.4. Masukan - masukan yang dibutuhkan.

Bagi kumpulan proses V diperlukan masukan - masukan :

2.5.4.1 Semua data-data I inventarisasi yang determinan yaitu

-dana

- jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya

- kebutuhan penduduk

- potensi tenaga kerja.

2.5.4.2 Masukan - masukan kebijaksanaan yang menonjol adalah

- program Keluarga Berencana

- program Transmigrasi

- keadaan dan potensi daerah.

Page 80: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 56 -

2 .6. KUMPULAN PROSES V : PENETAPAN STRUKTUR WILAYAH YANG DIINGINKAN

2 .6.1. Penentuan Struktur SWP yang diinginkan

2.6.1.1. Produk yang dihasilkan

Pada dasarnya diharapkan untuk menghasilkan Structur Pengembangan

Wilayah Tingkat Nasional ( S.P.W.T.N.} yang diinginkan.

S.P.W.T.N. tersebut merupakan masukan utama bagi perencanaan jang­

ka panjang karena memberikan petunjuk-petunjuk tentang :

- Kreteria pengembangan untuk Penetapan Struktur Wilayah yang di­

inginkan.

- Jumlah Satuan Wilayah Pengembangan (SWP} yang hendak ditangani

dalam kurun waktu jangka panjang tertentu.

- Distribusi sejumlah SWP tersebut pada keseluruhan wilayah Na­

sional.

- Gambaran distribusi simpul pertumbuhan masing-masing SWP dan

jangkauan pelayanannya.

- lndikasi jenis Kegiatan Usaha yang direncanakan dapat bertindak

sebagai kutub pertumbuhan (growth pole) bagi tiap ."WPP,. selaku

cara yang tercepat untuk meningkatkan kepadatan jasa distribusi

pada tiap SWP.

Untuk menjelaskan produk-produk yang dihasilkan diatas perlu di~

tinjau hubungan Struktur Wilayah dalam segala faktor yang mempe -

ngaruhinya, yang mana dijelaskan seperti dibawah ini.

Fungsi suatu Wilayah dapat d~ uraikan kedalam bidang-bidang ekono­

mi, sosial, politik dan lain-lain

Struktur Regional yang dilihat pada bidang.politik (khususnya} ad­

ministrasi maka wilayah negara kita ini sekarang dibagi ke dalam

daerah administrasi seperti : propinsi, kabupaten, kecamatan, kelu

rahan dan lain-lain.

Ciri kekuatan sosial politik yang nampak menonjol ialah

Faktor dinamika masyarakat.

Sedangkan pada kekuatan ekonomi, cirinya dalam proses pertumbuhan

ialah "Effisiensi".

Page 81: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

c -· - ..JJ -

Jika kita tinjau Structur Pengembangan Wilayah menurut konsiderasi

ekonomi, menunjukkan adanya "Satuan-satuan Wilayah Ekonomi".

Setiap kota mempunyai jangkauan kemampuan pelayanan yang tertentu

jaraknya, artinya setiap kota mempunyai wilayah pengaruh yang ter­

tentu luasnya.

Jika suatu kota tidak berada d~lam sub-ordinasi kota lainnya, ko -

ta tersebut dapat diartikan mempunyai kedudukan "Orde Kesatu".

Kota lain yang berada dalam wil-'tyah pengaruhnya, atau yang dinyata

kan berada dalam Sub-Ordinastnya, mempunyai orde yang lebih rendah

misalnya orde kedua, ketiga dan seterusnya.

Wilayah yang berada dalam jangkauan pelayanan suatu kota orde ke­

satu, atau dengan kata lain ysng tercakup dalam wilayah pengaruh

kota orde kesatu dianggap sebagai suatu "Satuan Wilayah" yang ber

diri sendiri dan dinamakan "Satuan Wilayah Ekonomi" (S.W.E.).

Kehidupan ekonomi memberikan hasil Netto surplus dalam hal modal,

untuk bisa membiayAi seluruh kebutuhan pengembangan wilayah ter­

sebut. Kegiatan usaha yang effektif dan langsung memberikan sur­

plus modal, pada umumnya digolongkan kedalam kegiatan usaha eko­

nomi .. Sebagai suatu proses, pengembangan berlangsung dengan ber-·

tumpu pada kegiatan usaha ekonomi.

Kegiatan usaha ekonomi bermula pada sumber alam dan berakhir pa­

da konsumen akhir. Sumber alam letaknya tersebar-sebar, demikian

pula halnya pada konsumen akhir.

Kegiatan usaha ekonomi berperan menghubungkan keduanya, sehingga

derajat penyebaran yang dihadapi terasa lebih besar. Derajat pe­

nyebaran akan terasa lebih besar lagi, dengan makin meluasnya -

jangkauan pemasaran yang hendak dicapai, yang sejalan dengan ma~.

kin membesarnya kesempatan bagi perkembangan.

Sebagai kegiatan usaha terkelompokan dan sebagian lainnya terse­

bar. Gejala penyebaran disebabJ~an pertama-tama oleh keterikatan­

nya pada sumber alam berupa tanah yang dihargai selain pada kesu

buran juga luasnya.

Page 82: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 58 -

Sejalan dengan itu, sebagian jumlah manusia hidup terkelompokan

dan sebagian lainnya hidup tersebar.

Kehidupan manusia yang mengelompok memberi kesan kehidupan kota

sedang yang menyebar memberi kesan kehidupan pedesaan.

Mengikuti.uraian terdahulu, kota-kota terbentuk sebagai akibat­

berkelompoknya berbagai usaha dan merupakan. unsur yang_memiliki.

fungsi .serta terikat menurut structur tertentu dalam proses pe-

ngembangan.

Berbicara mengenai sistim perwilayahan sudah barang tentu men­

cakup unsur pedesaan maupun kota s~kaligus.

Sedangkan ruang lingkupnya, ditinjau dari sudut jangkauan strU£

tur pengembangan yang terbentuk berlandaskan kaidah-kaidah yang

berlaku dalam kegiatan usaha ekonomi.

Berbagai kalangan mempergunakan kriterium "Pendapatan Daerah"­

untuk mengukur tingkat pertumbuhan daerah. Sebagian dari kala­

ngan ini mempergunakan "Pendapatan Daerah Perkapita 11 sebagai­

kriterium..

Pemakaian " Pendapatan daerah 11 sebagai kriterium untuk mengukur

tingkat pertumbuhan daerah bukannya salah, melainkan sangat sukar

untuk mencar~ kaitannya dengan mekanisme penyeimbangan.

Selain dari itu, " Pendapatan 11 belum. memberi gambaran yang me­

madai tentang kebutuhan sebenarnya dari masyarakat. Pendapatan

tinggi belum. bera~ti suatu kemudahan bagi masyarakat dalam mempe­

roleh kebutuhannya.

Adapun kriterium. yang dipilih untuk menyatakan 11 Tingkat Pertumbuh-. .

an 11 sesuatu wilayah adalah justru tidak langsung memberit~hukan

pertumbuhannya sendiri melainkan memberitahukan faktor " Tingkat

Kemudahan 11 bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan, baik meru­

pakan kebutuhan hidup maupun berupa kebutuhan - kebutuhan untuk

melakukan kegiatan usaha.

Page 83: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Kriterium " Tingkat Kemudahan " memberikan pula ukuran bagi " Ke­

sempatan untuk tumbuh " serta ukuran bagi " Daya Tarik "

Dengan kesempatan untuk tumbuh yang seirr~ang, pada dasarnya dapat

dicapai tingkat pertumbuhan yang seimbang pula.

- 59 -

Mengenai satuan produk yang dipilih sebagai variable dalam perenca­

naan, sudah tentu adalah satuan produk yang benar -benar menampung

makna dari kriterium tersebut.

Dalam hubungan ini, predikat " Satuan " berlaku mencukupi dimensi

wilayah. Wujudnya sendiri ak.an merupakan " Satuan Wilayah " selain

dari itu, predikat " Satuan " juga mencakupi pengertian " Satuan "

dalam mekanisme pengembangan sehingga satuan produk yang dimaksud­

itu dapat diberi sebutan Satuan Wilayah Pengembangan, atau dising­

kat S.W.P.

Structur yang ada sekarang.

Dalam suatu SWP tidak. dijumpai adanya kesimbangan perataan, dika­

renakan perbedaan. hirarki. Sedangkan antara SWP pada prinsipnya­

dapat dicapai keseimbangan. ~engan demikian, apabila pada wila­

yah nasional dikehendaki adanya keseimbangan dengan tingkat pera­

taan yang tinggi, diperlukan hadirnya sejumlah SWP yang dalam ke­

adaan seimbang yang sebesar mungkin.

Pada wilayah nasional dijumpai lebih dari 70 SWP, yang tersebar

dari Sabang sampai Marauke. Sekian banyak. SWP itu menunjukan uku­

ran yang tidak sama besarnya. "Tingkat Kemudahan" yang tidak sa­

ma tinggi berarti pula bahwa kesempatan untuk tumbuhpun tidak sama.

Hadirnya sejumlah SWP seperti itu, merupakan suatu prakondisi bagi

berkembangnya pertumbuhan nasional yang semakin tidak seimbang, s~

lama terhadapnya tidak dilakukan suatu perombakan atau pengendali­

an yang memenuhi tujuan nasional maupun pada tiap SWP.

Arah perombakan dan pengendalian yang perlu dilak.ukan adalah jelas,

yaitu membawa sejumlah SWP tersebut kedalam keadaan keseimbangan.

Sasaran yang ingin dicapai ialah keseimbangan dengan tingkat kesem

patan pengembangan secara merata dan tinggi.

Page 84: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 60 -

~.6.1.2~ J~~YA PROSES.

Penetapan structur Pengembangan Wilayah yang diinginkan, terbagi

dalam prospek-prospek bagian :

PROSES A

Inventarisasi Structur Pengembangan Wilayah yang berlaku :

lebih bersifat proses determinan, dalam arti merupakan k~

giatan-kegiatan kompilasi data, menganalisa, dan menarik

kesimpulan dan fakta-fakta structur pengembangan wilayah

yang berlaku pada keseluruhan wilayah nasional.

Sepanjang analisa yang dilakukan sampai paaa tahap ini d!

peroleh petunjuk, bahwa unsur pembentuk structur pada"wi­

layah ialah jasa distrubusi.

Kegiatan usaha ekonomi bermula pada sumber alam dan ber -

akhir pada konsumen akhir.

Catatan

Bertolak pada sumber alam diperoleh produk primer, melalui

kegiatan usaha primer (produksi). Kegiatan usaha primer,

berlokasi pada tempat diketemukan sumber alam.

Konsumen akhir ialah pihak yang menampung barang - barang

konsumsi, sehingga industri termasuk konsumen akhir.

Jasa distribusi pada hakekatnya berperan memasarkan pro­

duk primer menuju konsumen akhir. Selama perjalanan, pr~

duk primer dapat mengalami perubahan melalui proses pemu~

nian, pengolahan, pengerjaan dan sebagainya dalam rangka

memenuhi tuntutan kebutuhan konsumen akhir. Proses~proses

seperti ini merupakan fungsi kegiatan usaha sakunder (pr~

duksi) yang bersifat melengkapi kegiatan usaha distribusi

(tertier), dalam rangka pemasaran produk primer.

Page 85: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 61 -

Sumber alam, letaknya tersebar-sebar .

Konsumen akhirpun berada tersebar-sebar. Kegiatan usaha distribusi

berperan menghubungkan kedua-duanya, sehingga menghadapi nerajat p~

nyebaran yang lebih besar lagi. Dalam rangka mengatasi kenyataan

demikian, terjadilah bentuk-bentuk yang mencerminkan penerapan pri~

sip-prinsip effisiensi pada proses distribusi, yaitu berupa simpul­

simpul jasa distribusi.

Berdasarkan suatu pengertian tentang m~kanisme berkembangnya Wilayah

yang bertumpu pada kegiatan usaha Ekonomi, mula sekali dapat diamati

adanya sejumlah "Satuan Wilayah Ekonomi" ( SWE ) pada wilayah Nasio­

nal SWE-SWE ini masing-masing bertumpu pada suatu Kota orde kei yang

berfungsi selaku simpul jasa distribusi, tingkat ke~uatannya ditentu.

kan oleh tingkat kepadatan jasa distribusi masing-masing.

Dari pada itu, kota orde ke I sendiri didefinisikan sebagai simpul j~

sa distribusi yang memungkinkan pencapaian tingkat harga pasar terti~g

gi bagi produk-produk wilayah. Dengan konstelasi kepulauan yang dimi

liki Indonesia, kota orde I itu antara lain haruslah memiliki pelabu£

an laut, sedangkan tingkat harga pasar tertinggi diidentifikasikan

sebagai "Tingkat Harga Pasar Internasional".

Jumlah dan distribusi SWE yang saat ini terdapat diseluruh wilayah Na­

sional ditambah dengan tingkat ketergantungannya antar SWE, memberikan

petunjuk tentang Structur Pengembangan Wilayah yang berlaku.

Jalannya analisa secara memintas (memotong kompas, menempu~ jarak se -

penqek mungkin), dapat diketengahkan sebagai berikut.

Menurut wujudnya, kebutuhan masyarakat dapat dikelompokkan kedalam "Ja

sa dan Barang" .

Berbicara mengenai kebutuhan berupa pendapatan, tidak lain adalah pen­

dapatan yang ekwivalen nilainya dengan jasa atau barang yang dihasilka~

nya. Jasa, barang ataupun pendapatan merupakan produk dari proses

kegiatan usaha. Berbicara mengenai kebutuhan berupa lapangan kerja, ti

dak lain adalah kegiatan usaha itu sendiri.

Page 86: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 62 -

Penambahan lapangan kerja berarti pengembangan proses kegiatan usa­

ha.

Yang tergolong kebutuhan barang ialah : prasarana, sarana, barang -

barang modal, bahan baku I penolong dan baranq konsumsi.

Yang tergolong kebutuhan berupa jasa (langsung dikonsumsi) ialah mi

salnya jasa pendidikan, jasa pelayanan kesehatan, jasa pelayanan pe£

ibadahan, jasa pemerintahan, jasa perlindungan hukum, jasa kearnanan,

jasa angkutan dan lain sebagainya.

Mengenai kebutuhan berupa jasa, pertama-tarna dibedakan menurut "tin~

kat keseimbangan " kebutuhannya sangat dirasakan oleh masyarakat.

Untuk menjangkaunya menyangkut mobilitas, yang berarti pula biaya, s~

hingga penyediaaunya berada dalam jangkauan lokal. Penyediaan jasa

sifatnya langsung, sehingga kegiatan usaha yang menghasilkannya juga

berada dalam jangkauan lokal.

Atau sebaliknya dapat disebutkan, bahwa kegiatan usaha penghasil jasa

dikenal berorientasi kedalam arti, bahwa jasa yang dihasilkannya itu

ditujukan kepada masyarakat yang berada dalarn wilayah yang sama (ber­

jangkauan lokal )

Berbeda dengan jasa, penyediaan barang sifatnya tidak langsung.

Barang disediakan melalui jasa distribusi (terdiri dari jasa perdagan~

an dan jasa angkutan, sebagai bagian-bagian yang tak terpisahkan) .

Penghasil barangnya sendiri dapat berada dalarn jangkauan lokal maupun

jangkauan tidak lokal, seperti diwilayah lain, dipulau lain ataupun di

negara lain.

Dalam rangka ini, kegiatan usaha penghasil jasa distribusi ]uga masih

dikenal sebagai " Berorientasi kedalam " Walaupun barangnya berasal

dari luar wilayah.

Disamping memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berada dalam wi­

layah sama berupa barang, juga berfungsi melayani pemasaran basil pro­

duksi masyarakat dalam wilayah itu kepasaran luar, seperti kewilayah

lain, kepulau lain atupun ke negara lain.

Page 87: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 63 -

Dala~ hubungan ini, kegiatan usaha penghasil jasa distribusi .dikenal

" Berorientasi keluar "

Dengan d~~ikian, dal&u m~nh~rikan pelayanan, kegiatan usaha penghasil

jasa- distribusi menunjukkan ciri-ciri :

a. Selain berjangkauan lokal, juga tidak lokal, dan

b. Disamping berorientasi kedalam, juga berorientasi keluar.

Jangkauan tidak lokal, terutama dikaitkan dengan pelayanannya yang ber­

orientasi keluar, dan pada prinsipnya diusahakan untuk menjangkau jarak

sejauh mungkin, yaitu sejalan dengan usaha pencapaian pasaran yang selu·

as-luasnya.

P.ROSES B

Pengumpulan fakta dan Penetapan Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah.

Terjadi simpul jasa distribusi menimbulkan pusat kegiatan usaha di~

tribusi, yaitu yang mencakup perdagangan dan angkutan. Disitu ter­

jibat sejumlah manusia • yang memerlukan juga pelayanan untuk meme­

nuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Kegiatan usaha yang berfungsi melayani itu melibatkan pula sejumlah

manusia.

Begiatu seterusnya, sehingga terjadilah konsentrasi kegiatan usaha

dengan disertai pemukiman manusia-manusianya, Yang membentuk kehi

dupan kota .i Dalam kaitan inilah, simpul jasa distribusi dinyatakan sebagai ti­

··tik tumpu bagi tumbuh dan berkembangnya kota,.menurut konsiderasi

ekonomi. Atau dengan kata lain,kota mernpunyai fungsi ekonomi dalam I

rangka peranannya sebagai simpul jasa distribusi.

Sebagai pusat perdagangan, maka harga barang yang berlaku pada sim

pul (kota) merupakan ukuran harga pasar bagi barang-barang yang di

hasilkan oleh kegiatan-kegiatan usaha produksi yang berada diseki­

tarnya.

Page 88: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 64 -

Sebaliknya, kegiatan usaha produk berusaha untuk dapat mencapai

tingkat harga pasar yang berlaku pada simpul (kota) .

Simpul mempunyai kelebihan dari sekedar harga pasar, suatu ·ba­

rang yang dapat mencapai tingkat harga pasar yang berlaku pada

suatu simpul, akan terjamin pemasarannya sampai pada konsumen

akhir.

Dalam usahanya untuk mencapai tingkat harga-pasar yang berlaku

pada simpul, kegiatan-usaha produksi memperhitungkan besarnya

biaya angkutan yang perlu ditutupnya, periksa Gambar l untuk j~

nis barang berlaku harga-produksi minimum, sehingga untuk suatu

tingkat harga pasar pada simpul berlaku pula suatu batas wilayah

yang menggambarkan dan disebut Wilayah Pengaruh Simpul. Dalam w~

layah pengaruh itu, kegiatan-usaha produks~ dapat mencapai harga

pasar aan berarti dapat terjangkau oleh pelayanan pemasaran.

Diluar wilayah, berarti tidak terjangkau lagi oleh pelayanan pe­

masaran sesuatu simpul.

Dengan menurunnya biaya-angkutan Wilayah Pengaruh Simpul menjadi

lebih luas. Makin merendah biaya angkutan, akan makin luas wila­

yah pengaruhnya.

Menuru1~ya biaya-angkutan disebabkan diantaranya oleh meningkat­

nya teknologi angkutannya. Sedangkan teknologi meningkat sejalan

dengan membesarnya volume arus-barang (gejala perkembangan) .

Teknologi angkutan yang meningkat sebaliknya menurut syarat, be

rupa "pengumpulan barang" sebelum diangkut. Pengumpulan barang,

tidak lain adalah suatu bentuk simpul jasa-distribusi juga.

Sejalan dengan berlangsungnya perkembangan, bermunculanlah ·sim:­

pul-simpul jasa distribusi baru, yang nampak sebagai kota-kota

(keC:ilX baru.

Simpul yang timbul kemudian itu, sifatnya melengkapi simpul yang

telah ada sebelumnya. Simpul yang timbul kemudian itu berada da

lam sub-ordinasi simpul yang telah ada sebelumnya.

Page 89: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 65 -

Teknologi angkutan, yang menghubungkan simpul yang telah ada sebelumnya

itu dengan simpul lain, dapat pula meningkat sejalan denga~ makin mema­

datnya arus barang. Peningkatan teknologi angkutan berpengar~~ memper­

baiki tingkat harga pasar. Perbaikan tingkat harga-pasar membawa peng~

ruh pula pada perbaikan tingkat harga pasar pada simpul yang berada da­

lam sub-ordinasi, periksa Gambar 2.

{ HP ) ke{ HP ) 0 2 l 2 berpengaruh pada perobahan { HP 0 ) 1 ke { HP 1 ) 1 .

Tingkah-laku jasa-distribusi, sebagaimana diungkapkan pada Gambar 1,

berlaku w"'ltuk satu jenis barang. Jasa-distribusi tidak merr.bedakan Je

nis barang *) dan menampung sekaligus berbagai jenis barang. Gambaran

mengenai tingkah laku jasa distribusi dalam menampung sekaligus berba -

gai jenis barang, didapatkan melalui cara 11penumpangan11 {super imposed},

periksa Gambar 3. Lebih dekat pada simpul, lebih banyak pula jenis ba -

rang yang terjangkau oleh pelayanan pemasaran, yang· berarti. lebih luas

kesempatan yang tersedia untuk perkembangan kegiatan usaha.

Simpul yang terjadi kemudian itu dapat pula menimbulkan simpul baru,

yang sifatnya melengkapi padanya . Begitu seterusnya, sehingga terbentuk

sederetan simpul-simpul yang terikat satu dengan lainnya ·dalam hubungan

fungsionil pemasaran. Hubungan seperti i tu menampakkan adanya susunan h.!_

rarki, yang arahnya ditentukan oleh arah dari orientasi geographis pemasa.

rannya, periksa Gambar 4.

Ciri-ciri hubungan fungsionil antar simpul, tidak lain menggambarkan ciri

cirL hubungan fungsionil antar kota.

Orientasi Geographis Pemasaran yang d·ijumpai pada wilayah-wilayah ke pu­

lauan _Indonesia, mengarah pada 11perairan dalam11 • Apakah arah ini keliru?

Tidak, justru tepat sekali, mengingat bahwa arahnya sesuai dengan orienta­

si perdagangan antar daerah. Makin intensif berlangsnngnya 9erdagangan­

antar daerah, akan makin tinggi tingkat ketergantungan ekonomis antar dae­

rah, yang berarti makinkok6h Kesatuan Ekonomi Nasional. Selain dari itu,

perdagangan antar daerah yang intensif membuka peluang bagi berlangsungnya

11 spesialisasi daerah 11 yang berarti memperluas kesempatan untuk perkem -

bangan.

Page 90: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 66 -

*) Kecuali beberapa jenis barang yang tergolong khusus, sepert~ rninyak,

kayu glondongan dan ternak, yang rnernpergunakan fasilitas distribusi

yang khusus pula.

Proses yang bersifat carnpuran antara pengarnatan unsur-unsur diterrni -

nan yang rnenghasilkan rekornendasi pengernbangan wilayah, dengan unsur -

tinsur kebijaksanaan-kebijaksanaan yang rnenetapkan jalur upaya yang hen

dak diternpuh dalarn pengernbangan wilayah.

Dalam suatu SWP tidak dijurnpai adanya keseirnbangan/perataan, dikarena­

kan perbedaan hirarki. Sedangkan antar SWP pada prinsipnya dapat die~

pai keseirnbangan. Dengan dernikian, rnaka, apabila pada wilayah Nasional

dikehendaki adanya keseirnbangan dengan tingkat perataan yang tinggi, di

perlukan hadirnya sejurnlah besar SWP yang dalarn keadaan seirnbang.(Peri~

sa GBHN 1979)

Pada Wialayah Nasional diju-pai lebih dari 70 SWP, yang tersebar rnulai

dari Sabang sarnpai Merauke.

Sekian banyak SWP itu rnenunjukkan ukuran yang tidak sarna besarnya.

11 Tingkat kernudahan 11 yang berlaku tidak sarna.tingginya, yal).g berarti

ba.hwa kesernpatan untuk turnbuhpun tidak sarna. Hadirnya sejurnlah SWP se­

perti itu, rnerupakan suatu pr-kondisi bagi berlangsungnya perturnbuhan

nasional yang rnakin tidak seirnbang, selarna terhadapnya tidak dilakukan

_s~~u~perornbakan.

Tahapan.rnakro dalam pelaksanaan perencaan pengernbangan wilayah dirnaksud­

kan untuk rneninjau perrnasalahan dalarn keseluruhan wujudnya, terutarna da­

lam kaitannya dengan program pernbangunan Nasional yang lebih luas dan rne­

nyeluruh sehingga dengan dernikian dapat diperoleh batasan-batasan pers_ ·­

pektif program itu sendiri.

Hal mana rnenyangkut garis besar rencana dan ukuran-ukuran pelaksanaan

yang diperlukan.

Page 91: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 67 -

Kebijaksanaan sebagai masukan yang diperlukan.

Menempatkan fungsi program pengembangan wilayah didalam program pembangunan

Nasional

Hal yang perlu diperhatikan didalam program pengembangan wilayah sehing­

ga sesuai dengan program pembangunan nasionaladalah sebagai berikut

'- Meningkatkan taraf hidup, merupakan fungsi pokok program pengembangan

wilayah dalam pembangunan nasional.

Hal ini dicapai melalui perencanaan yang terpadu yang memasukkan ke -

mungkinan - kemungkinan·p~hingkatan taraf hidup masyarakat sebagai ba

gian dari keseluruhan_ proses peningkatan taraf hidup.

- Mengembangankan wilayah, dalam hal ini bertumpu pada pengembangan sum.~

ber daya alam. Perpaduan yang serasi antara sumber daya alam dengan

keahlian tenaga kerja, ditambah dengan lain-lain unsur pengembangan di

tujukan "kepada pemanfaatan Wilayah Nasional seoptimal mungkin.

- Perataan Panyebaran penduduk, dalam rangaka mencapai tujuan tingkat pe£

tumbuhan antar daerah yang semakin seimbang, sebagai prakondisi dalam

pencapaian tujuan ideal pembangunan nasional.

- Lain-lain fungsi, yang merupakan penjabaran langsung dari ketiga fungsi

pokok diatas.

Ad~pun Kebijaksanaan-Kebijaksanaan Sektoral yang harus diperhatikan ialah:

Pertanian •

- Meningkatkan kemampuan serta memlihara kelangsungan peningkatan produk . I -

si bahan makanan, bahan baku industri dan bahan perdagangan.

- Peningkatan pendapatan masyarakat, terutama untuk daerah pedesaan.

Peningkatan penghasilan petani pada tanah garapan yang terbatas luas­

nya, dengan cara intensifikasi dan sistim pola pertanaman campuran a­

dalah bersifat sementara. Karena batas produksi akan mencapai batas

maksimum, sedangkan kebutuhan keluarga penani semakin meningkat .

Salah satu jalan dalam mengatasi hal ini ialah dengan memperluas la -

han usaha.

Page 92: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 68 -

- Kesempatan kerja yang semakin meluas, terutama untuk daerah pedesaan.

Intensifikasi, multi usaha tani adalah usaha-usaha yang dapat mening~

kan penggunaan·· tenaga kerja.

- Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan sumber alam. Hal ini bisa di

.:capai dengan pengairan yang cukup. Sis tim usaha pertanian yang tepat

serta reboisasi dan penghijau~~-

Ekonomi dan Perdagangan.

Kebijaksanaan disektor ekonomi dan perdagangan pada pokonya ialah mempe~

1 baiki ·.peri kehidupan rakyat, terutama dibidang sandang pangan

- Kepada masalah perbaikan ekonomi, rakyat harus diberllkan prioritas uta

rna diantara soal-soal nasional. Sedang cara menghadapinya perlu dida­

sarkan pada prinsip-prinsip ekonomi yang rasionil dan realistis;

- Hakekat dari landasan idiil ini adalah pembinaan sistim ekonomi terpi~

pin berdasarkan Pancasila yang menjamin berlangsungnya Demokrasi Ekon£

mi dan bertujuan menciptakan masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh

Tuhan Yang Maha Esa.

- Dalam demokrsi ekonomi yang hendak dihina, tidak ada tempat bagi adanya

sistim "Free-fright liberalism", sistim "Etatisme" dan monopoli yang me

rugikan masyarakat.

- Pembangunan ekonomi harus berdasarkan kepada kemampuan serta kesanggup­

an rakyat Indonesia sendiri tanpa menolak kemungkinan memanfaatkan po -

tensi modal, tehnologi dan ketrampilan yang tersedia diluar negeri, se­

lama bantuan itu benar-benar diabdikan kepada kepentingan ekonomi rak. -

yat tanpa mengakibatkan ketergantungan kepada luar negeri

- Program jangka pendek terdiri atas pengendalian inflasi (stabilisasi

ekonomi ) dan pemulihan produksi (rehabilitasi) .

Page 93: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 69 -

Politik dan pertahanan keamanan.

Sifat politik luar negeri adalah bebas dan aktif, anti imperialisme

dalam. segala bentuk manifestasinya, serta mengabdi kepada kepentin~

an nasional dan amanat.penderitaan rak~at.

- Memelihara stabilitas dan ketahanan nilsional.

- Konsolidasi Kekuatan Pertahanan dan Keamanan Nasional (HANKAMNAS}

serta realisasi integrasi ABRI sebagai kekuatan Hankamnas ataupun

sebagai kekuatan sosial.

Perindustrian.

- Menerapkan teknologi yang dapat menguntungkan dan menggunakan bahan

setempat serta memperkerjakan tenaga secara maximum.

- Mempercepat pertumbuhan industri kepedesaan.

- Mempercepat hubungan antara cara-cara berproduksi modern dan tradi­

onil.

Sosial dan kebudayaan.

- Meningkatkan tingkat kesejahteraan dan penghidupan penduduk

- Pemerataan pendidikan bagi segenap lapisan masyarakat.

- Memelihara dan membina budaya bangsa

- PROSEs_· C.

Pengumpulan Pola perdagangan yang berlaku ini berarti bahwa sistim pro

duksi, dan surplus dan distribusi dari hasil - hasil industri perJ1.1 di­

perhatikan.

Structur perdagangan dan arah perdagangan tersebuL-perlu diperhatikan

dalam proses penetapan structur pengembangan wilayah.

Page 94: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 70 -

Pertumbuhan, menurut diterapkannya pola-pola effisiensi pada segenap ke

giatan-usaha, baik yang tergoloug dalam bid&,g ekonomi, sosial maupun

politik; dengan demikian juga pada kegiatan-usaha N-E dan kegiatan-us~

ha E. Pelaksanaannya terlihat pada pertimbangan skala-ekonomis dan pemi-

lihan lok.a::;..i. yany pal..i.ny menyuntuugk.aJ-1 dala.tn pembe.t:ian pelayanan. Sela-

in dari itu, juga dalam bentuk kecenderungan berkelompoknya berbagai ke­

giatan-usaha untuk memnuhi kebutuhan bersama, sebagai suatu jalan yang

menguntungkan.

Bagi Kegiatan N-E, lokasi yang dinilai paling menguntungkan ialah lokasi

sentral, sesuai dengan ciri-ciri dalam pelayanannya (Gambar a). Sedangkan

untuk kegiatan-usaha E, lokasi yang dinilai paling menguntungkan ialah 1£

kasi ujung, sesuai_dengan ciri-ciri dalam pelayanannya 1Gambar b), terut~

rna dalam hal jangkauannya yang tidak-lokal dan "berorientasi keluar".

Pergeseran lokasi,

a). Lokasi Sentr.·! (LS)

----t U OGP

b). Lokasi-Ujung (LU}

GGP;: Orientasi Gao<;ra;;,his F~masaran.

dari sentral ke ujung, membawa keuntungan ekonomis

Catatan

Pada ukuran wilayah Kecamatan, pengaruh lokasi sentral pada umumnya rna­

sib terasa. Lebih dari ukuran itu, tidak lagi dijumpai peranan sentral

nya-,· periksa lokasi kota-kota besar pada umumnya.

Perbedaan, dalam hal pemilihan lokasi yang dinilai paling.menguntungkan

antara kegiatan-usaha N-E dan kegiatan-usaha E·tidak mengurangi kecend~

rungan untuk berkelompok, mengingat bahwa : (a) berkelompoknya kegiatan

usaha tetap merupakan langkah yang menguntungkan, dan (b) kegiatan-usaha

N-E mudah menyesuaikan diri, sesuai dengan ciri-ciri dalam pelayanannya

yaitu yang berjangkauan lokal dan berorientasi kedalam.

Page 95: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- I 1-

Sepanjang analisa yang dilakukan sampai pada tahapan ini diperoleh

petunjuk, bahwa unsur pembentuk struktur pada wilayah ialah jasa­

distrubusi. Jasa - jasa lain bukanlah unsur pembentuk struktur, wa

laupun dapat mempengaruhi wujud strukturnya.

Catatan

Dimanapun lokasi dari kegiatan-usaha penghasil barang, akhirnya

biaya distribusilah yang menentukan jangkauan pemasaran, dengan de

mikian juga luasnya pemasaran.

Dengan demikian, analisa lebih lanjut yang dimaksudkan untuk meng~

nal wujud strukturnya, ditujukan pada tingkah-laku jasa-distribusi.

PROSES D

Pengembangan wilayah yang diinginkan.

Dari hasil proses a) dan b) yang menjadi masukkannya.

Inti proses ini adalah suatu optimasi mengenai barbagai kombinasi

jumlah dan ukuran SWP yang ingin dikembangkan; berikut cara-cara

pengembangannya untuk mencapai tujuan tingkat keseimbangan pertum­

buhan yang semakin tinggi, dengan memperhitungkan faktor-fa~tor

pembatas seperti penurunan tingkat pertumbuhan total dan kenaikan

tingkat defisiensi.

Proses ini berbentuk suatu proses determinan yang sangat komplek,

diselingi oleh interasi berbagai formulasi kebijaksanaan.

---------"---------

Page 96: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 72 -

2.6.1:3. ,L-1 ode l

·Dengan demikian struktur Pengembangan Wilayah yang berlaku dan diingin­

kan ada k.a.itannya dan perlu menjadi suatu masukan pada suatu program

perencanaan pengembangan wilayah.

Pada wilayah nasional dijumpai lebih dari 70 SWP yang tersebar dari Sa­

bang sampai Merauke. Sekian banyak SWP itu menunjukan ukuran-ukuran

yang tidak sama besarnya, misalnya : besar penduduk (PP) , besar area p _p p p

(A ) , kepadatan penduduk (p- I A ) , pendapatan penduduk (P1 ) dan ting

kat jasa distribusi (F) , tingkat (12) tingkat ketersedian ( 11) ting­

kat aksesibilitas (I3) , tingkat pertumbuhan (PT) dan peningkatan kebu­

tuhan-kebutuhan lainnya.

Langkah pertama bertujuan untuk menetapkan Struktur Pengembangan Wil~

yah· yang diingi.nkan. Untuk ini dibutuhkan fakta-fakta damn. masUkan-m~

sukan determinan struktur pengembangan wilayah yang berlaku.' Dalam su

atu SWP tidak dijumpai adanya keseimbangan dan perataan oleh karena

adanya perbedaan hirarki. Sedangkan antar SWP pada prinsipnya dapat

di capai keseimbangan.

Keseimbangan jelas dapat dicapai dengan tingkat yang tinggi, jika sej~

lah besar SWP dalam keadaan yang seimbang.

Usaha untuk merubah struktur wilayah yang dapat menghasilkan pertumbuh­

an nasional yang semakin tidak seimbang didasarkan atas suatu kebijak­

sanaan untuk menuju dan dan mengembangkan Struktur Pengembangan Wila­

yah yang diinainkan.

Suatu proses yang menetapkan dan menyusun struktur perkembangan Wilayah

yang diinginkan jelas akan melalui suatu prosedur optimasi. Usaha ter­

sebut bertujuan untuk mengindentifikasi sejumlah SWP i (i1 = 1,2, ...•• ;

di mana n = jumlah yang optimal) yang mempunyai Struktur Pengembangan

Wilayah Nasional. SPWTN. Yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan, pemerataan

keefisiensian, ketersediaan, ketahanan, kebijaksanaan-kebijaksanaan da

lam bentuk batasan-batasan yang akan mewujudkan struktur pengembangan

wilayah-wilayah yang diinginkan.

Hasil dari allokasi kekiiiyaan "·resources" 20 tahun, negara kesatuan s~

cara optimum akan memberikan gambaran kedudukan hubungan antar penduduk,

Page 97: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 73 -

lokasi, sumber daya manusia maupun alam dan sistim transport

Sistim transport ,tersebut juga mencerminkan sistim dan struk-

tur cptim~orn kcpadatan jasa distribusi di Ii1do:nesia.

Suatu proses yang berulang-ulang dilakukan terhadap set-set SWP

(tiap set = 70 SWP) . Sampai diperoleh jumlah struktur SWP yang

optimal.

Adapun kriteria-kriteria yang perhitungkan dalam penentuan Struk­

tur Pengembangan Wilayah yang diinginkan, adalah sebagai berikut:

K1 Keseimbangan jasa distribusi antara wilayah (SWP)

K2 Peningkatan pendapatan dan Pertumbuhan wilayah.

K3 Peningkatan tingkat kemudahan

K4 Peningkatan tingkat; aksebilitas

Model matematis untuk Optimisasi ini adalah sebagai berikut

maksimasikan

dimana

n m :E

i k

bk = .faktor bobot dan tiap kriteria

( k = 1, 2, ••.••.•... )

cs = Biaya untuk memenuhi kriteria K ik

K

( k = 1,2, •.•••.. ) di SWP I pada

iterasi S.

s Kik= Kriteria-kriteria k yang menentukan di

S.W.P i pada iterasi s

Page 98: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 74 -

Optimasi tersebut diatas dibatasi oleh. hal-hal sebagai berikut

1. Kesediaan modal yang ada untuk men~~ja~g optimasi diatas

2. Kebijaksanaan dilihat dari Segi SosiaL, Politik dan Sta­

bilitas Nasional.

2.6.1.4., .Masukan-masuk.an yang diperluk.an.

Masuk.an-masuk.an bagi keseluruhan Proses diatas terutarna untuk. ber-­

asal dari Pengarnatan Wilayah Nasional dalarn keseluruhan wujudnya,

dengan di mana perlu memperinci inforrnasi-inforrnasi tentang masing

masing wilayah bagian, khususnya yang menyangkut s~er alarn,

kegiatan usaha, ~an lingkungan kehidupan.

Di sarnping itu dibutuhkan pula masuk.an-masuk.an kebijaksanaan beru­

pa penjabaran kewilayahan dari tujuan-tujuan Nasional.

Beberapa usaha terpenting di antaranya adalah inforrnasi tentang:

- Lokasi, Ukuran, dan tingkat kepadatan jasa distribusi, serta jang

kauan pelayanan, masing-masing kota di seluruh Wilayah Nasional.

- Pola da~ Qkura~-ukuran aliran barang (asal d~~ tuju~~) , melalui

transport darat maupun laut.

- Analisa potensi Wilayah, dalarn bentuk sebagai analisa kombinasi

Surnber Alarn, Manusia dan Kegiatan Usaha.

Di an tara masuk.an-masuk.an kebij aksanaan, yang menonjol ialah :

- Kebijaksanaan tentang Pemerataan Pernbangunan d~~ hasil-hasilnya

- Kebijaksanaan tentang Bidang Kegiatan Usaha yang hendak dikernbang

kan.

- K~bijaksanaan tentang impak dan batasan-batasan pada lingkungan

alarn fisik.

Kebijaksanaan tentang energi dan ketenaga kerjaan (marnpower)

Page 99: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 75 -

2. 6. 2. Penentuan Stru..~tur. ~·1PP ya.'"lg diinginka.'1

2.6.2.1. Produk yang dihasilkan :

Pada dasarnya diharapkan untuk menghasilkan Struktur Pengembangan

Wilayah Tingkat Nasional (S.P.W.T.N) ya'1g diinginkan.

S.P.W.T.N tersebut merupakan masukan utama bagi perencanaan jan_£

ka panjang karena memberikan petunjuk-petunjuk tentang :

- Kriteria-kriteria pengembangan penetapan struktur wilayah yang

diinginkan.

- Ju.'nla.~ Wilaya.~ Pengetr.banga.'1 Partial {-r;-;rpp) yang ,_ __ ..::J-1-

.uc.u.u~ ditangani

dalam kurun waktu jangka panjang tertentu.

- Distribusi sejumlah WPP tersebut pada keseluruhan wilayah Nasio

nal.

Gambaran distribusi kota-kota simpul pertumbuhan masing-masing

SWP.

- Indentifikasi hierarki Struktur WPP yang diinginkan.

- Indikasi jenis Kegiatan Usaha yang direncanakan d~pat bertindak

sebagai kutub pertumbuhan (growth pole) bagi tiap WPP, selaku

cara yang tercepat untuk meningkatkan kepadatan jasa distribusi

Adapun Kriteria-Kriteria yang digunakan untuk menghasilkan pro­

duk ini ialah :

K - Keseimbangan jasa distribusi antara Wilayah Pengembangan l

Partial (WPP)

K -"2

Peningkatan Kemudahan.

K -3

Peningkatan Ketersediaan.

K -4

Peningkatan aksesibilitas.

K -5

Peningkatan dan pertumbuhan wilayah (WPP).

K -6

Pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat didalam wilayah

tersebut seoptimal mungkin.

K - Kota-kota sebagai kutub pertumbuhan pada w""PP-WPP bisa sa-7

ling menunjang.

Sehingga menunjang pada pertumbuhan kota orde diatasnya

dan pertumbunan wilayah (SWP).

Sebagai contoh Pembagian Wilayah Pengembangan Partial

(WPP) pada Suatu Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) , Ialah

Seperti Tergambar pada gambar pembagian WPP pada Daerah

Istimewa : Aceh.

Page 100: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 76 -

2. 6. 2. 2 .. Jalan nya Proses

Penetapan Struktur WPP Yang diinginkan terbagi dalam Prospek-Prospek

bag ian

PROSES A), Inventarisasi Structur .· WPP yang berlaku:

Merupakan kompilasi data, menganalisa dan menarik kesimpulan dan fak­

tor-faktor Structur Pengembangan Wilayah yang berlaku pada keseluruhan

wilayah nasional. Kota-kota orde Ke II yang berfungsi selaku sirr~ul

jasa distribusi, tingkat kekuatannya ditentukan oleh tingkat kepadatan

jasa distribusi rnasing-masing

Jumlah dan distribusi WPP yang saat ini terdapat diseluruh Wilayah Na­

sional di tambah dengan tingkat ketergantungan nya antara WPP, memberi­

kan Petunjuk tentang Structur Pengembangan Wilayah yang berlaku.

Proses B) Pengumpulan faktor dan Penetapan Kibijaksanaan Pengembangan

Wilayah.

Bersifat campuran antara pengamatan unsur determinan yang

mengahasilkan rekomendasi-reokomendasi pengembangan wilayah,

dengan unsur-unsu~ kebijaksanaan-kebijaksanaan jalur upaya

yang hendak ditempuh dalam pengembangan wilayah.

Dengan keadaan ketidak seimbangan tingkat pertumbuhan antara

daerah merupakan. lmplikasi Kebijaksanaan terhadap fakta

pengembangan wilayah yang ada, perlu diolah dan di jelaskan,

Proses C) Pengumpulan Pola perdangangan yang berlaku:

Ini berarti bahwa sistim Produksi, Surplay dan distribusi

dari hasil-hasil industri-industri perln·diperhatikan.

Sturctur perdagangan dan arah perdagangan tersebut,perlu dipe~

hatikan dalam proses penetapan strucktur pengembangan wilayah.

Proses D~ Penetapan Structur Pengembangan Wilayah yang diinginkan.

Adalah kegiatan penyelesaian dan hasil-hasil

proses A) dan proses B) 1 yang menjadi masukannya Arti proses

adalah suatu optimasi mengenai berbagai jumlah dan ukuran WPP

yang ingtn dikembangkan, berikut cara-cara pengembangannya

Page 101: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

dimana

bk = faktor bobot dari tiap kriteria k

(k 1, 2

s Cjk biaya untuk memenuhi kriteria k

(k = 1,2 ) di SWP. pada iterasi S J

s Kjk = Kriteria-kriteria k yang menentukan di WPPj

pada iterasi S

2.b.2.4 Masukan-masukan yang diperlukan.

- 77 -

Masukan-masukan bagi keseluruhan Proses diatas terutama akan ber

asal dari Pengamatan Wilayah Nasional dalam keseluruhan wujudnya,

dengan di mana perlu diperinci informasi-informasi tentang masin~

masing wilayah bagian, khususnya yang menyangkut sumber alam, ke­

giatan usaha, dan lingkungan kehidupan.

Disamping itu dibutuhkan pula masukan-masukan kebijaksanaan beru­

pa penjabaran kewilayahan dari tujuan-tujuan Nasional.

Beberapa usaha terpenting di antaranya adalah informasi tentang

- Lokasi, Ukuran, dan tingkat kepadatan jasa distribusi, serta

jangkauan pelayanan, masing-masing kota orde II di dalam SWP

yang ditinjau.

- Pola dan ukuran-ukuran aliran barang (asal dan tujuan), melalui

transport darat maupun laut.

- Analisa potensi wilayah, dalam bentuk sebagai analisa kombinasi

Sumber Alam, Manusia dan Kegiatan Usaha.

Di antara masukan-masukan kebijaksanaan, yang menonjol }alah :

- Kebijaksanaan tentang Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya.

- Kebijaksanaan tentang Bidang Kegiatan Usaha yang hendak dikem-

bangkan.

- Kebijaksanaan tentang impak dan batasan-batasan pada lingkungan

alam fisik.

- Kebijaksanaan tentang dan te.•.1aga kerjaan (manpower).

Page 102: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 78 -

2.6.2.3 M o d e 1

Distribusi dan jumlah WPP menjadi suatu masukan pada program

perencanaan ini, Faktor masukan dari setiap WPP yang ada, mi­

salnya :

p p p besar penduduk {P ), besar area (A), kepadatan penduduk {P 1

p p A), pendapatan penduduk {P1) dan r.ingkat jasa distribusi (F),

tingkat ketersediaan (I1 ) tingkat aksesibilitas (I), tingkat T 3

pertumbuhan {P ) dan peningkatan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Methode untuk mendapatkan WPP yang Optimum dapat melalui pro­

ses pemilihan dari mata s { set dari WPP dalam satu SWP ) •

Kriteria yang perlu diperhatikan untuk menentukan struktur

WPP yang di~nginkan adalah :

Kl Peningkatan kemudahan

K2 Peningkatan ketersediaan

K3 Peningkatan aksesibilitas

K4 Peningkatan Sumber daya alam.

Keseluruhan Kriteria-kriteria tersebut diatas ditampung pada

setiap iterasi, yaitu penyalangan ke dalam WPPn, untuk menge

tahui hal-hal : penduduk dan pemukimannya, kegiatan usaha dan

sistim transportnya.

Kegiatan usahanya mencakup untuk perencanaan umum jangka pan

jang dalam ha industri-industri pertanian (IP), service {Ij

jasa), general {Ig), konstruksi {Ik), transport komunikasi

T · rumah { H) . d. 1 h {I ) dan persed~aan untuk pe an I sampa~ ~perc e

kondisi yang baik.

Dalam proses iterasi untuk tujuan ini, perlu dibuat suatu mo

del matematik sebagai berikut

nm Maximasi u (X .. ) =

~] j k

Page 103: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

:.-fARGA ?A:!AR

r

.'

/ /

/ /

t t • t t 0 • "1 . ·2· 3' 4

-----,.- "" ...... ""­-"

- 79 -

\ \ \ \ I i I

1/~ ===H ·+ T--j\~ I I

a :z Wri~yah-?en-;;:w:h 3i•~·fii.J: J . , A ' 'r'-•

b

menurut Garis. Lengkun'J ?iz.yC!-.-\nQkutan t 0

c Willlfih·P~c~..-d; ::=·-:"-"'~ 1:-~.d 8

y .... ,. •t:1 jdt.ol ~.t: .;n ot=l"laKI.Jr• 'Ia \.i;,ris Lengkung

Biaya-Ar)gkut;;n '-4

Page 104: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

HP • Hera- r'..,.

; ~D ' ,. ~. 1'2

(HP ; .. 0,;

WP .. Wlleya~ ~Al

......... _ .....

- 80 -

;

' I I

f' l I : I t

I ' --...:J,:,~---r-

1 I --...:·· ·a ;~~---

• •· :':--· wr, -----i

~oo ~:c o .... · .. -.111~..e., m lnWX : • (•)j .. .£."1 C'lta:r. ~~~

Page 105: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

!

I I I I I

:; ;f

- 81 -

------.-\BCDEFGH DSB

I I I

I I I

!

I

' ! ~ ----;-..' • ..,....--- ___ ..Jo-. ___ .....;_ __ _

; S I ' ' ..

I ' I

I . . I I I

! i ~ -------+-- -----:. : 1 ~ (1-1'---;-- ~ I --... <1...._ i

~·It i . ; ~~~~:~~ ! I I l--- --· I. I f ..:--I ---:. : I I I

/,~i I I ,--;-~.........._ ~~ I ! I I : I ............ . I

I I ! i i I I ......_,__ I l : 1:1 ~--- ! .......__. ;"\.

~::::- ~· -~--, "-, ~ : "\ / ....... , I . ""' ' ' " l : \ \ : I

/ /; I ; : "- ' '· : : ' \ I : l ~j/ : ; ~ '· ·" '- ; ; ~ \ ·~ I I I ' " . "\ . I . I ' I I I f I ~ I I i I -<\..\\~ ; ; \ i .\ I I ! / ; ' ' ; --~--·-- ---- \.\ \' I ., j I I I t • /' / ---- --........ --< ! ' I \ : \ ! I . I . . ;"' ------- . ·. • \ \I ~ \ . I

I I I. j! I ' ' • ' ' \l l I f L' v I I I ! I ; "\ ; \ '\ \; ; v \. ,,

1 ! • V ~ · \. \ · ·, \ i t \ ' 1 . 1 t t r /".~~ .-; ::- --;-;--:. \5!!"' !s ):Z ;4

--~ ----n--- t-~'~-- ...,....__.._ ----4- -+----.l..-

\ \ \ \ \ \ -~q J _/ I . ,: I /j 1 )I 11

\

\ \_

\ \ \_ '-. / : i : I \ \\,,""' ~/ ./~ //; I I j \ " ", ' //// . : · '---~=-;:./' 11 I

- ~ ~- - - - -"---=--:::-- - --- - - L L _ _ j_ GAMBAR 3 WILAYAH- PE.NGA."~L'H UFHUK :-... H~LTI-JENiS BARANG

S "" Simpul j 11l d ,

1,2,3.4,5,6,7,8.9

--o-

~~ Jumlah j~ni~ bara:-1q /?.:"1~ !T'am~erc ler. pelayar.an jm·.Ci:ctribl.!si

= Hargt-?rodu~·-i min. ··· "'

Page 106: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

,/'"'-, , ...... .,,. -- '...... /' 0 ........ ,

~,. 0 ...... ,

(~ 0 0 0 '-.....,

' 0 0 ............ )

I 0 I I 0 ° 0

0 I I o o ,I I 0 I I 0 I

L 0 o 0 I

-- I

------ 0 _;' --------I)

- 82 -

ORIE.-rrASI G~CG~Artm; I PEMASARAN

I I

I I

I

I I

--I

STRUKTUR OASAR PENGEMBANGAN WI LA YAH

Page 107: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL

DISKRIPSI

2.6. VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES VI

STRUKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH.

VARIABLE

~

SIMBOL

MASUKAN !

S'L'/\NDAR1978

P E N. C. 0 L' A 1· l\ N

SUMBEH

--------------------------·--------~----------------~~-------------4,---- ~------------------------~~----------------

1. ~atuan Pengembangan Wi1ayah

Nasional.

2. Satuan Wi1ayah Pengembangan

13. Propensi/Daerah

1 4. Kota orde 1

'5. Kota orde lll I

6. Kota 10.000

7. Penetapan Satuan Pengembangan

Wi1ayah Nasiona1.

B. ·penetapan jum1ah Satuan .Wilayah

Pengembangan

9. Penetapan Satuan ~~Wilayah.

10. Penetapan Satuan Kawasan Pemukimah

11. Penetapan Satuan Pemukiman

12. Penetapan Kota Orde 1

SPWTN

SWP.

PD

KOl

K02

J

SPWTN

SWP. J

WPP. J

SKPhij

SPbhij

K01

70

70

27

50

34

300

Tingkat Nasiona1

10 j

ij

hij

bhij

Jumlah

70

Dep. P.U.

Page 108: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

:I V A R I A B L E M ~ S U K A N

DISKRIPSI

.13. "Penetapan Kota Orde 11

14. Penetapan 1ahan industeri

15. Penetapan lahan pertanian

t16. Penetapan lahan Penduduk/Pemu-

kiman.

'17. Tingkat Ketersediaan

18. Tingkat Kemudahan I

19. Tingkat Ak~esibi1itas , 't I

'20:. Tingkat Jasa Distribusi

antara SWP,SWP. dank J

I '21. Tingkat untuk memukimkan

22. Beaya untuk mengadakan arus

an tar SWP j & Swt

I P E N G 0 L' A II 1\ N

SIMBOL I !i'['/\NDT\1~ 1978 SUMT:IJ:m

K02

Ai

A2

A3

1p 1

Ip 2

Ip 3

Fs ik

s c.' 1]

1s cj1

---------1...--.- - 1·1-----

Jum1ah

HA

HA

HA

2 Penduduk/Km

2 Penduduk/Km

2 Penduduk/Km

Ton/tahun

a. Rp. /KK

b. Peningkatan

Rp/KK

Rp/Un:it Arus

Departement Perhubungan

:dan Departement Pekerja~n

Umum.

Setiap ongkos untuk pen~mpatan trans·

migran.

di SWP akan menimbulkan manfaat da1a '

1P dan rP 2 3

Page 109: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

L_~· 7 J<IJMPULAN PROSES VI

- 8 3 -

RENCANA TEKNIS KERANGKA DENGAN PENYARINGAN

TAHAP I.

l!· 7.1 Produk Yang Dihasilkan.

Proses rencana teknis kerangka dengan penyaringan- tahap I ini 1

diharapkan merighasilkan antara lain :

a. Rencana teknis kerangka

b. Methode penyaringan

c. lnformasi-informasi untuk mempertajam proses tersebut.

Pada wilayah nasional dijumpai _lebih dari 70 SWP 1 yang tersebar

mulai dari Sabang sampai Merauke. Salah satu tujuan pembangunan

nasional adalah distribusi pendapatan yang merata. Untuk dapat

mencapai tujuan tersebut perlu adanya keseimbangan dengan tingkat

perataan yang tinggi dian tara SWP. Sedangkan sekian ban yak SWP se­

perti yang telah disebutkan diatas 1 menunjukkan ukuran yang tidak

sama besarnya 1 yang berarti bahwa kesempatan untuk tumbuhpun ti­

dak sama. H:l.dirnya sejumlah SWP seperti ini 1 merupakan suatu pra

kondisi bagi berlangsungnya pertumbuhan Nasional yang makin ti­

dak seimbang 1 selama terhadapnya tidak dilakukan suatu perombakan.

Arah perombakan yang perlu dilakukan adalah jelas 1 yai tu memba-

wa sejumlah SWP tersebut kedalam keadaan keseimbangan 1 telah di­

coba dengan pengelompokan lokasi sebanyak 70 buah SWP (lokasi)

dan pengelompokkan sektor sejumlah 10 buah 1 dengan melalui proses

optimasi alokasi sektor-sektor pada ke tujuhpuluh SWP tersebut

diperoleh benefit I 70 . Dengan penurunan jumlah lokasi (SWP) 1 di­

peroleh benefit yang lebih besar dari I 70 • Tetapi dalam batas

jumlah lokasi tertentu 1 penurunan jumlah lokasi akan mengakibat:­

kan pula penurunan benefit.

Untuk mendapatkan benefit yang maksimal 1 perlu diadakan optimasi

terhadap n set kombinasi jumlah lokasi dan jumlah sektor (renca­

na teknis kerangka) •

Page 110: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 84 -

Dalam penentuan rencana teknis kerangka diperl~~an masukan4na­

sukan sebagai berikut :

- Struktur pengembangan sosial yang diinginkan

- Kapasitas perkembangan

- Kebutuhan pengembangan

- Pertumbuhan Modal

- Kriteria kebutuhan modal

- Struktur pengembangan wilayah yang diusulkan.

Dan dengan "Iterative procedure" dapat ditentukan n set alter­

natif rencana teknis kerangka pada sistim SPWTN (Struktur Pengem­

bangan Wilayah Tingkat Nasional) .

Hasil optimasi terhadap n set alternatif tersebut 1 adalah renca­

na umum jangka panjang 20 tahun ( R20 ) 1 yang telah mencakup

kondisi keseimbangan dengan tingkat perataan tinggi 1 sebagai

syarat untuk terwujudnya keadaan SWP - SWP yang seimbang.

2. 7.2 Jalannya Proses.

Untuk menentukan n set alternatip rencana teknis kerangkal dibu­

tuhkan masukan~asukan yang merupakan hasil dari proses I sampai

proses VI. Masukan-masukan atau data-data tersebut memberikan

gambaran mengenai :

- Struktur pengembangan sosial yang diinginkan

- Kapasitas perkembangan gross

- Kebutuhan pengembangan Net ) ------

- Pe rtumbuhan modal •

- Kriteria kebutuhan Modal.

- Struktur Pengembangan Wilayah yang diusulkan.

Dengan adanya data-data tersebut diatas 1 dapat diusahakan mem­

bentuk beberapa ( n r) set kombinasi rencana teknis kerangka.

Hal ini dapat dilakukan dengan suatu cara (prosedur) yang dise­

but "Iterative procedure".

Page 111: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 85 -

Pada "Iterative procedure" dilakuka.n pemilihan 1 penentuan kornbinasi

SWP dan sektor, dengan mernperhatikan batasan-batasan yang ada, sepe£

ti batasan-batasan geografis, ekonomis dan lain-lain untuk dapat me-

mungkinkan terbentuknya bebe.t:apa k.umLiud::;i Sw"F ucU1 sektor ya.ng dia.n.9._

gap baik.

Untuk n set alternatip yang dihasiD:=.n -:>leh "Iterative procedure"

tersebut diatas, perlu dilakukan suatu proses optimasi untuk men­

dapatkan suatu kerangka teknis (kornbinasi SWP dan sektor} yang pa­

ling optimal.

Untuk proses optimasi ini data-data (masukan-masukan} yang dipe­

roleh dari proses I sampai proses VI perlu diinventarisasikan, a-I •

gar sesuai dengan mode] yang digunakan untuk optimasi. \

Data-data setelah inventarisasi terlihat pada tabel 2.7.

Adapun model yang diper~akan untuk optimasi terhadap n set alter­

natip rencana teknis kerangka tersebut adalah dengan model mathe­

matik, yang disebut "Mathematical non Linier Programming Model"

2.7.3. Model.

Proses VII penyaringan pertama bertujuan untuk menetapkan kriteria.

standar untuk mengoptimasi alokasi suatu sektor pada WPP. di SWP., J ~

derlgan dimensi waktu t (t = 1,2 .•.••••••..••••• 20 tahun}.

Optimasi tersebut mernbutuhkan masukan-masukan kebijaksanaan-kebi­

jaksanaan yang terdiri dari tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran

(objective function} yang ingin

(constraints).

dioptimasi dari batasan-batasan

Sasaran-sasaran adalah masukan-masukan semacam :

1. Peningkatan keseimbangan arus (flow} antar sektor dan antar

lokasi.

2. Merencanakan dan melaksanakan sistim sektor dalam dana yang dise­

diakan untuk setiap sektor.

Page 112: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

- 86 -

Batasan - batasan adalah masukan-masukan semacam :

1. Kebutuhan total minimum dari masing-masing se'-tor dengan dimensi

wak tu t ( t= 1 , 2 . • • . 2 0 tahun j ( liha t tabe 1 2 . 7 . 1 )

2. Kapasi tas total dari masing-masing sektor; dengan dimensi '·raktu

t ( t=l,2 ••.•• 20tahun)

3. Jumlah dana untuk Negara Kesatuan Indo~esia.

4. Alokasi minimum sektor-sektor pada masing-masing wilayah.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan adalah masukan-masukan semacam

1. Mewujudkan S.P.W.T.N yang diinginkan.

2. Mewujudkan jalur-jalur pemerataan.

Prosedur optimas.i tersebut dapat digambarkan sebagai suatu model m~

thematik yang tujuannya me~galokasi dana untuk masing-masing sektor

pada W.P.P. di S.W.P. dengan dimensi waktu t ( t=l,2 ••.• 20 tahun ). J l.

Yang memenuhi batasan-batasan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

ditetapkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran penge~

bangan wilayah.

Sebagai pendekatan, jika masalah pengembpngan wilayah dapat dikaitkan

pada ketiga aspek, yaitu : kegiatan usaha (sektor-sektor ), lokasi

dan arus yang mengalir antar wilayah, maka persoalannya dapat disim -

pulkan sebagai persoalan optimasi I, yaitu suatu sasaran yang mencer­

minkan keuntungan atau perkembangan wilayah, semacam pendapatan perc~

pita wilayah , pendapatan total wilayah, out put per input atau ukuran

perkembangan lainnya.

Adapun model mat~~matik yang digunakan untuk proses optimasi adalah se

bagai berikut : Maximasikan

. r = ~ .C~ . .X. . .Amax + ~hnmn i]S ·l..J.S l..J.S S ijklsp

t .X .. csij.pkl J..J.s.

Dengan batasan-batasan

max< max X .. l .A1 -A l.. J. . 1

Amin hn max m ~. :z X. . A <, max

ijk l.. J .m Ill; - Am

hnm :::!!!: c max .. c ... x ... A <o l.JS l..J.S l..).S S -;

X. . K. l..J.s~ J..j.s

Amax X .Amax .B 5 • k.l.s s s.p

Page 113: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Tabe1 2. 7 PENETAPAN SEKTOH - SEKTOR.

---. . .

. KEBUTUHAN KAPASI TAS NI LAI HASIL ONGKOS S· E K.T OR - S E K T 0 R ' PRODUK!3 I . MINI MUH PRODUKSI

ONG KOS 'fRAN SPORT

.f-:- D I S K R I P S I SIMBOL SIMBOL STANDAHD SIMBOL STANDARD SIMBOL S'l'ANDARD SIMBOL S '1'1\N DA HI: ) .SIHBOL I STl\ND/\k.D ----

sl min 1 1 Per tanian Tanaman Pangan _Ail)aX ~) ·:c A-;{ Rp/Nas

1 - Rp/Nas Rp/ WPP l:t. Rp/WI'P

s 2 -• r -. ~

2 Pa rkebunan min Rp/Nas

max Rp/Nas s Rp/WPP

c A2. , A2 ('"2 l':p/WPP

t Ci jRp/ton/km

t jRp/ton/km C;z

s3 min ·max ' s c 3 Kehutanan A 3' Rp/Nas A 3 . Rp/Nas Rp/WPP c3 Rp/WPP t

c3 jRp/ton/km

4 PerLkanan & Pet ernaka n s4 min Rp/Nas

ma x Rp/Nas c!. c

A 4 - A_4 4 Rp/WPP c4 Rp/WPP t

c4 jRp/ton/km

5 Pengolahan hasil Pertanian 5 ·min Rp/ Nas max

Rp/ Nas ~ c s A_'s' -; As Rp/ WPP Cs Rp/WPP

t cs jRp/ton/km

s6 mi n max ~

c 6 Pe ngolahan has il miner al A . Rp/ Nas A Rp/Nas Rp/WPP Co Rp/WPP ·6 - ·6

Industr i beraJ s7 A.inin max c; Rp/WPP c 7 Rp/Nas A_7 . Rp/Nas c7 Rp/WPP 7 .

8 l Incustri ringan sa .min max d? fP/WPP c

A_a .. Rp/Nas A 8 Rp/Na s 8 cs Rp/WPP

t C6 jRp/ton/km

t c7 t

ca jRp/ton/km

9 Perauk iman Pedesaan s g min A;9 • max

Rp/Na s cP [Rp/WPP ~ Rp/Nas ~9- 9 Rp/WPP . -

10 Pt:!m,kimari Pe:rkotaan 51 0 ·min

Rp/Nas .ma ·x

Rp/Na s p ·

~p/WPP c

Rp/WPP A A, 1 0. clo c;J.O ·r o-.

t Cg ~p/ton/km

t clO ~p/ton/km

i,

I ...

Page 114: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Dimana

cl? . l.. J. s

cP i.j.s.

cc i. j. s

x .. l..J.S.

cP sij.pkl

Bs.p

Ki.j.s

D

h

n

m

=

- 87 -

cP - cc i. j,.s • i. j . s

Nilai hasil produksi sektor s di lokasi ij (Rp.)

Ongkos produksi sektor s dilokasi ij (Rp.)

% allokasi kapasitas sektor s dilokasi ij

Kapasitas sektor s (Rp.)

Kebutuhan minimal dari sektor s (R_p.)

Ongkos pembangunan dan operasi yang dibutuhkan untuk

mengadakan arus (flow), antara sektor s dilokasi ij

dengan sektor P dilokasi kl.

Koefien input - output antara sektor s $ sektor p

= % allokasi Kapasitas minimum sektor s diloKasi ij.

j~lah dana untuk negara Kesatuan Indonesia.

jumlah SWP dalam negara kesatuan Indonesia.

jumlah WPP pada_tiap SWP

jumlah sektor

Page 115: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

2. 7. 4-

- 88 -

Ma!iukan - ln..a!iuk.:tn uagi keseluruhan kel0111polt proses Vii 1yang

hera~a.i. uarl pcn<Jamalan Wi layah !W~aional dalam keseluruhan

wujudnya, c.i~m.tna perlu Jat·mperinri ~nfo~si- info~5i t.en-

tany mdsiny-masiny wilayah L4qian, khusu5nya yany .enywnqk~t . Xeseimban«Jan arus (flow) ant.ar sektor dan lokasi, mengefis1e::n~.

kan da1~ yanq disediakan pada sektor-sektor.

BeLerapa usat..a terpentinq diantaranya ada.lah i nfo..-..asi ten-

Satu atau Leberapa a.Jternatif angk.a jualah sektor-sektor

yan«J hendalr. dik.eralklnqkan sel41W 20 tahun.

Distribu~i umu. dari p4da ~tklor-sektor itu baqi tiap

wilayah.

Pola dan ukuran-ukuran aliran baranq, melalui tran~port

dar~t maupun laut.

Diantar4 masukan- .asukan kebijaksanaan, yanq_me~jol

ialah-:

Kebij~k5anaan tentanq P~eratan Peabanqunan dan basil-

ha~ya.

- Kebi jak.sanaan pertahanan keamanan, sepanjang menyangkut

pemukiman-pemukiman di wilayah-wilayah perhatasan.

- Kebijaksanaan pengembanqan jarinqan perhubwtgan, terutama

jarinqan jalan.

Page 116: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

TABEL 2. 7 VARIABEL - VARIABEL DALAM I<UNPULAN PROSES_VI

RENCANA TEKNIS KERANGKA DENGAN PENYARINGAN TAHAP I

------VAR[l\BEL M 1\ S U K A N

- P E N G 0 L A H A N DISKRl :PSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER

1. ~ringkat ;<eseimb k

2 angan antar SWP. I. Penduduk/100 I<m ] J

2. Tin9kat keseimb angan WPPij

da1am suatu S P, k J I.,

2 l.J Penduduk /100 Km

3. Tin9kat aksesi A I<m2 i1itas antar SWP. I,

Penduduk/100 l. J

4. Tin<Jkat aksesib ilitas antar

WPP .. l.J

da1am s A atu SWP, I .. 2 J l.J Penduduk/100 Km

' 5. ,Jum1ah dana un uk Negara Kesa -

tuan Indonesia D Rp./Nas.

Page 117: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Tabel 2. 7 KOEFISIEN INPUT - OUTPUT ANTAR SEKTOR.

0 U T P U T 1 2 3 4 5 6 7 a- 9 10

No. I N P U T sl 2 3 s4 ss 6 s7 SB sg 810 s s s

1. Pertanian tanarnan

pang an (Sl)

2. Perkeb\.Ulan (S2)

3. Kehutanan (S3)

4. Perikanan, Peter-

nakan (S4)

5. Pengolahan Hasil

Pertanian css>

6. Pengolahan Hasil

Mineral (S6)

7. Industri Berat(s 7)

8. Industri Ringan(s 8)

9. Pemukiman Pedesa-

an (S9)

10. Pemukiman Perkota~

an (SlO)

Page 118: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Page 119: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Page 120: PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH