PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN ;_.,-·· PENGEMBANGAN WILAYAH
September 1979
DIREKTORAT TATA KOTA DAN TATA DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DEPARTEMEN PEK.ERJAAN UMUM
PROSEDUR STANDAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH
September 1979
~ DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
PUSLITBANG __ P E R P U S T A I< A A N
, -------------~-----Oit::;ima tgl : .'_. · ? C1 /f3/ H/T/L
. N. I. : 6 IT I J v ' N.K.: ~ /) 1 · i, ;· /'. 2./ ;;;_;>j;
~ DIREKTORAT TATA KOTA DAN TATA DAERAH
I DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DAFTAR ISI
PENGANTAR
BAGIAN I INTRODUKSI
1.l. Dasar-dasar Pendekatan
1. 2. Keterpaduan
1.3. Pendekatan Pengembangan Wi1ayah
1.4. Hubungan antar berbagai tingkatan rencana dan program
BAGIAN II PROSEDUR PERENCAN~~ ~~~RO
2 .1. Introduksi
2.1.1. Mendukung fungsi program pengembangan wi1ayah di da1am program
pembangunan
2.1.2. Menjabarkan Perspektif Program da1am jangka panjang
2.1.3. Petunjuk pengarahan Usaha-usaha Institusi/1embaga-1embaga
yang ter1ebit.
2.1.4. Pengukuran efektivitas Pe1aksanaan rencana
2.1.5. Gambaran UmQ~
2.2. Kumpulan Proses I Penetapan Kriteria Kebutuhan
2.3. Kumpu1an Proses II Sumber Daya Alam
2.4. Kumpulan Proses III: Kependudukan tuhan Aakan Modal
2.5. Kumpulan Proses,,Iv Penetapan Struktur Wilayah yang
2.6. Kumpulan Proses v Penetapan Struktur Wi1ayah yang
Diinginkan
Diinginkan
2.7. Kumpulan Proses VI Rencana 'l'eknis Kerangka dengan penjaringan
Tahap Pertama.
BAGIAN I
I N T R 0 D U K S I
1.1. Dasar - Dasar Pendekatan.
Usaha pembangunan yang dikaitkan dengan pengembangan wilayah pa
da prinsipnya tidak terlepas dari tujuan nasional pada urnurnnya ,
dan khususnya dari usaha besar, yang diarahkan pada terwujudnya
keseimbangan dalam hal tingkat pertumbuhan antar daerah.
Penambahan jumlah penduduk pada dasarnya akan menginginkan ting
kat produksi dan konsumsi, yang berakibat meningkatnya kepadatan
jasa-distribusi dan membawa pengaruh peninggian "tingkat keters~
diaan" kebutuhan berupa barang-barang dan jasa dengan demikian
juga "kesempatan pertumbuhan" dan "daya tarik". Namun demikian .. ,
kejadian positip ini tidak akan selalu terjadi ataupun tidak be
gitu terasa pengaruhnya apabila prinsip-prinsip pengembangan wi
layah diabaikan. Terlebih-lebih hubungannya dengan tujuan kese~
bangan antar daerah tidak akan rnengena, selama perencanaan pengern
bangan wilayah tidak rnenghiraukan adanya rnekanisrne pengernbangan
yang rnenjelrnakan diri dari wujudnya SWP-SWP Satuan Wilayah Pengern
bangan. Perencanaan Pengernbangan Wilayah perlu dikaitkan dengan
perencanaan pengernbangan SWP-SWP, yang diarahkan rnenuju terwujudnya
keseirnbangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhannya.
1.2L K e t e r p ad u an.
I Pendekatan "terpadu" merupakan konsekwensi logis dari pengakuan
atas kenyataan, bahwa proses-proses dalam kehidupan rnerupakan
.kumpulan proses yang saling tautan. Dengan dernikian diperlukan
pengamatan yang lengkap terhadap faktor-faktor penentu jalannya
proses, yang sangat diperlukan pula untuk rnencapai efektivitas
yang setinggi-tingginya bagi cara-cara pengendalian atas jalan-
- 1 -
-2-
nya proses yang bersangkutan.
Keterpaduan usaha dengan demikian selalu dj_amati dalam kaitannya
u~nyan tingkat keserasian perwujudan sasaran-sasaran dalam menca
pai tujuan. Dalam hal pembangunan nasional, sejalan dengan tuju
an nasional yang hendak dicapai, dituntut pengamatan keterpaduan
tingkat nasional. Keterpaduan tersebut selanjutnya dijabarkan ke
dalam ruang lingkup kehidupan pada setiap tingkat yang hendak di
tinjau, seperti daerah, kota, dan satuan-satuan pemukiman, sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan-tujuan ini bersifat pa£
tiil dan jelas tidak akan terlepas dari tujuan totalnya yaitu tu
juan nasional. Pembangunan nasional mengenal sederetan tujuan-t~
juan (per.iksa GBHN 1978), yang pada hakekatnya tercakup dalam "u
saha besar" mewujudkan keseimbangan antar daerah dalam hal ting
kat perkembangannya. Tujuan ini merupakan pra kondisi bagi terca
painya "tujuan ideal" bangsa yang selalu dan tiada henti-hentinya
dikejar, yaitu "ke{}idupan masyarakat yang adil dan makmur" yang
disertai dengan "ketahanan nasional" yang tinggi.
Program pengembangan wilayah adalah salah satu aspek dari keselu
ruhan pembangunan nasional, dengan demikian pada dasarnya saling
bertautan dengan aspek-aspek lain dari pembangunan .
Sejalan dengan pengertian pencapaian tujuan nasional, yang menj~
di ukuran adalah terwujudnya sasaran-sasaran nasional.
Namun demikian, program pengembangan wilayah memang mempunyai
tekanan pada sasarannya sendiri yaitu "kehidupan masyarakat"
yang dalam hal ini sifatnya partiil dan tak terlepas dari ikatan
tujuan totalnya yaitu tujuan nasional.
Dengan demikian, perencanaan yang dikenakan pada Program fengem
bangan wilayah, didasarkan pada "kehidupan masyarakat" dengan
pengertian bahwa elemen-elemen atau sasaran partiil dari kehidU£
'an masyarakat itu tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling
bertautan dengan yang lain, misalnya peningkatan produksi pangan
keseimbangan perkembangan antar daerah, dan lain-lain tujuan-tuj~
an nasional.
Sejalan dengan itu, di dalam perencanaan Peugtnillangan Wilayah
diperlukan pula masukan-masukan untuk menuiu pencapaian tujuan
keseimbangan perkembangan antar daerah.
.. ~-
Di antara masukan-masukan itu adalah Struktur Pengembangan Wi
layah Tingkat Nasional (SWPTN) yang memberitahukan kedudukan ti
ap Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dalam pencapaian tujuan,
berikut rencana-rencana jangka panjangnya yang dituangkan seba
gai kumpulan rencana-rencana individual tiap Wilayah Pengembang
an Partiil (WPP) .
1.3 .. Pendekatan Pengembangan Wilayah.
Pengembangan wilayah, sebagai salah satu pendekatan, merupakan
suatu usaha pengembangan dengan memasukan disiplin tata ruang
kedalamnya. Disiplin tata ruang dapat diartikan sebagai suatu u
saha optimasi dalam pemanfaatan Wilayah *) . Sebagai produk awal
usaha ini ialah Rencana Pengembangan Wilayah yang diikuti sela~
jutnya dengan rencana penataan kota dan penataan daerah *) •
Rencana ini sifatnya menyeluruh meliputi berbagai segi kehidup
an manusia dan terpadu dalam arti penataan berbagai segi kehidU£
an menurut fungsinya secara jelas. Dengan demikian setiap usaha
pembangunan pada prinsipnya berlandaskan dan berpegang pada ren
cana tersebut.
Setiap usaha optimasi selalu dibekali dengan tujuan disatu pihak
dan unsur pembatas dilain pihak. Unsur pembatas ialah unsur yang
membatasi pelaksanaan pencapaian tujuan, seperti misalnya dana ,
ketegangan sosial-politik, dan lain-lain. Dalam pada itu terda
pat sederetan tujuan pembangunan yang wajib ditampung. Sesuai d~
ngan sifat tujuan yang wajib ditampung, dibedakan adanya tahap
makro dan mikro dalam perencanaan pengembangan wilayah. Masing -
masing tahap memerlukan sifat pengamatan atas wilayah disamping
adanya perbedaan dalam tingkat detail perencanaan.
Pada tahap mak.ro, pengamatan ditujukan pada wilayah sebagai "keselu-
ruhan wujudnya". Bagian-bagian wilayah yang nampak. ha'1yalah sejauh lin_<I
kungan kehidupan perkotaan (urban) dan lingkungan kehiJupdn peuesaan
(rural) berikut prasarana yang mengikatnya. Wilayah yang bersdngkutan
dikenal dengan wilayah perkotaan (urban) *) dan wilayah pedesaan (rural)
*) , yang masing-masing mempunyai fungsi dan merupakan bagian-bagian yang
tak. terpisahkan dalam suatu sistim pengembangan wilayah. Pada tahap ini
wilayah tampil sebagai suatu "satuan" dan dinamakan Satuan Wilayah (SWP).
Untuk suatu SWP, kehidupan perkotaan dan kehidupan pedesaan terikat da
lam suatu "satuan" mekanisme "perkembangan wilayah" **).
Satuan produk SWP adalah apa yang nampak dan diwujudkan oleh proses "per
kembangan wilayah". Predikat "satuan" dalam mekanisme pengembangan menya
tak.an berlak.unya satu hirarki dalam fungsi-fungsi pengembangan. Hirarki
dalam fungsi-fungsi p~ngembangan menggambarkan struktur, yang selanjut
nya disebut Struktur Pengembangan Wilayah. Struktur ini bertumpu pada
suatu struktur dasar yang terbentuk berdasarkan kaidah-kaidah yang ber
lak.u dalam kegiatan usaha ekonorni ***} .
Pada tahap mikro, pengamatan ditujukan sejauh pada unsur-unsur mikro wi
layah beserta hubungan interdependensinya, seperti unsur alam, penduduk,
kegiatan usaha dan prasarana. Pada tahap ini sebagai ukuran bagi luasnya
wilayah yang dia~bil didasarkan pada batas kemampuan m~~ajerr~u dalruu pe-
rencanaan. Produk yang dihasilkan pada tahap ini berupa Rencana Mikro Pe
ngembangan Wilayah, yang dapat diidentikkan dengan rencana Fisik Pengem
bangan Kawasan (Physical Area Development Plan) .
Catatan :
*}. "Wilayah perkotaan" mengandung pengertian batas kehidupan perkotaan dalam kaitan fungsinya dalam sistim pengembangan wilayah, sedangkan kota mengandung pengertian batasan administrasi daerah kota.
I **) .Berkembangnya wilayah mengandung arti segala apa yang terjadi pada
wilayah dalam berkembang yang diamati seperti apa adanya. Hal ~n~ digunakan untuk membedak.an dengan istilah "pengembangan wilayah" Yang mengandung arti sebagai suatu tindakan pengembangan wilayah.
***) .Periksa lebih lanjut publikasi "Satuan Wilayah Ekonomi" oleh PoernomosidiHadjisarosa. 1974.
-4-
-:)-
Hal-hal yang rnenonjol yang terkait pada perencanaan-perencanaan
tersebut ialah :
a) . Setiap wilayah merupakan bagian dari satu, atau lebih dari
satu, Satuan Wilayah Pengembangan.
b). Perkembangan setiap wilayah dikendalikan oleh suatu "Satu
an Mekanisme Pengernbangan" yang berlaku pada Satuan Wila~
yah Pengembangan yang rnenguasainya.
c). Setiap wilayah memiliki tingkatan, dalarn hal besarnya ke
kesernpatan untuk berkembang ~ sesuai dengan kedudukah hire-.E_
ki di dalam Satuan Wilayah Pengembangan yang menguasainya.
SWP, ikut menentukan besarnya kesempatan bagi sesuatu daerah u~
tuk berkembang. Makin kuat SWP yang menguasainya, rnakin besar
kesempatan bagi daerah yang bersangkutan untuk berkembang.
Dalam hubungan ini SWP dapat dipakai sebagai variabel dalarn rne
nilai tingkat perkembangan suatu daerah serta kemungkinan peng~
bangannya di masa mendatang. Jumlah dan tingkat perkembangan rna
sing-masing SWP, beserta penyebarannya pada wilayah nasional me:
nggambarkan Struktur Pengembangan Wilayah Tingkat Nasional (SP-
WTN).
1.4 .. Hubungan antar berbagai tingkatan rencana dan program.
R20 dan R~
Kaitan pengembangan wilayah bersama sektor /daerah yang berkai!
an dengan tujuan pembangunan nasional yang dapat dilihat pada
gambar 1, beruang lingkup luas dan berjangka panjang ditarnpung
dalam RENCANA JANGKA PANJANG 20 TAHUN, yang disingkat R20~
R20 bertolak pada masukan (input) yang rnemberikan gambaran ten
tang rencana pengembangan Satuan-satuan Wilayah Pengembangan
{SWP-SWP), yang ditujukan di antaranya untuk rnewujudkan kese~
bangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhannya. Peng~:
ngan SWP - SWP yang dimaksudkan itu meliputi berbagai segi kehL
-6-
dupan, ter.masuk pengembangan penduduk, prasarana dan pemukiman
penduduk di perkotaan maupun pedesaan, sarupai tahun ke-20.
Dalam hubungannya dengan pengembangan R20 menyajikan kerangka
dasar (outline) rencana pengembangan Wilayah-wilayah Pengemba
ngan Partiil (WPP-WPP). Rencana pengembangan WPP, sebagai suatu
rencana pengembangan yang bulat,dinamakan RENCANA INDIVIDUIL
dan disingkat Pi. Dengan demikian R20 dapat ditinjau pula seba
gai kumpulan dari P.
P. memberikan indikasi kedudukan Satuan-satuan Kawasan Pengen-· 1
bangan (SKP - SKP) serta kota yang mengikatnya (dengan kemungki
nan proyeksi kot~ baru),dengan disertai informasi mengenai be
sarnya daya pengembangan. Dengan memperhitungkan kebutuhan pra
sarana serta sarana-sarana, untuk tiap P. dapat diperoleh gam-1
baran kasar mengenai besarnya kebutuhan biaya investasi.
Dalam rangka mewujudkan isi Rencana Jangka Panjang diperlukan
Program Jar.gka Panjang. Namun demikian, menurut kenyataan jangka
waktu "committment" yang effektip, terutama yang menyangkut pe-_
nyediaan dana, ialah lima tahun. Dengan demikian, program yang
diperlukan untuk mewujudkan isi R20 ialah PROGRAM LIMA TAHUN a
tau tepatnya serangkaian Program Lima Tahun, yang disingkat P5 "Committment" penyediaan dana mencer.minkan pula upaya kearah
terwujudnya sinkronisasi dalam hal ketatalaksanaan antar berba
gai sektor dijalankan transmigrasi, sebagai suatu sektor yang - -...,
pada Saat ini sedang dijalankan. I
Penysunan P5 kurang lebih bertolak pada proses penyaringan di
antara kumpulan P. tersebut yang bersifat optimasi. Pi yang ter. 1
saring merupakan rencana-rencana yang tergolong "committed"un-
tuk diwujudkan (walaupun selama jangka waktu itu masih dapat
berlangsung langkah penyesuaian). Dalam pada itu Pi baru ber~
-7-
status kerangka dasar sehingga mendahului pelaksanaan fisik ,
dalam Program Lima Tahun tercakup pula progrru~ penyiapan Ren
cana Detail. Dan mengingat bahwa jangka waktu pelaksanaan R. ~
berkisar antara 3 dan 7 tahun, maka dalam P5 dapat tercakup
sasaran "separo selesai", untuk suatu WPP.
Rencana Detail P1 dan Implementarisi
P1 diturunkan terlebih dahulu ke dalam tahap PRA-RENCANA. Pra
Rencana berlaku untuk tiap SKP. Bertolak pada Pra-Rencana b~
rulah dibuat RENCANA DETAIL, untuk tiap-tiap Satuan Pemuki ~
man (SP), jalan pemuktman, jalan poros dan jalan penghubung.
Catatan
Untuk menurunkan Pra-Rencana dari R. diperlukan di antaranya l.
Peta Topografi berskala 1 : 20.000, sedangkan untuk membuat
Rencana Detail diperlukan Peta berskala 1 : 5.000, serta
1 : 2.000 untuk bagian-bagian kampung yang topografinya su
lit dan jalan penghubung I jalan poro"s. Pembuatan peta ber-;
skala 1 : 5.000 sefatnya selektip sekali yaitu hanya diper
untukkan pembuatan Rencana Detail bagi bagian "kampung" dari
SP saja. Prog~am pembuatan peta berskala 1 : 5.000 baru da
pat disusun setelah Pra-Rencana diselesaikan.
Rencana Detail merupakan pedoman untuk pelaksanaan fisik. De
ngan dilengkapi persyaratan-persyaratan lain akan diperoleh
diperoleh dokumen tender, dalam hal pelaksanaan fisik dikon
trakkan, dan diperoleh dokumen proyek, dalam hal pelaksanaan
fisik dilakukan secara swa-kelola (in eigen beheer) .
P. l.
"Committment" nyata dari tahun ke tahun ditampung dalam PRO
GRAM TAHUNAN, yang disingkat Pi. Dalam Pi tertampung "coiiDD.it!_
ment" pelaksanaan fisik, penyiapan rencana detail serta kegi
atan penunjang lainnya dan dokumen-dokumen untuk implementasi.
BAGIAN II
PROSEDUR PERENCANAAN MAKRO
2.1. I n t r o d u k s i
Tahapan makro dalam pelaksanaan perencanaan pengembangan wila
yah dimaksud untuk meninjau permasalahan dalam keseluruh wuju~
nya, terutama dalam kaitannya dengan program Pembangunan Nasi
anal yang lebih luas dan menyeluruh, sehingga dengan demikian
dapat diperoleh pula batasan -batasan perspektif program itu
sendiri, termasuk garis besar rencana dan ukuran-ukuran pelak
sanaan yang diperlukan.
Hasil pokok dari proses perencanaan makro adalah Rencana Umum
20 tahun(R20> pengembangan wilayah, yang terpadu dengan Renca
na Umum Pengembangan Jangka Panjang Nasional.
Peranan tahapan perencanaan makro tersebut diperinci lebih lan
jut dibawah ini
2.1.1 Mendukung fungsi program pengembangan wilayah di dalam Program
Pembangunan Nasional.
- Meningkatkan taraf hidup, merupakan fungsi pokok program pe
ngembangan wilayah dalam rangka Pembgnunan Nasional.
Hal itu dicapai melalui perencanaan yang terpadu yang memasuk
kai:l:kemungkinah.,..kemungkinan· tarap_hidup. masya·rakat··s~bagal:-~
gian · dari · keseduruhan proses· peningkatarr'.tarap hidup-I
- Mengembangkan Wilayah, dalam hal ini bertumpu pada pengembang-
an sumber daya alam seluruh wilayah yang berupa lahan potensiil
bagi pertanian.
-8-
Sa
Perpaduan antara sumber daya alam yang serasi dengan keahlian
bertani yang sudah dirniliki, ditambah dengan lain-lain unsur
pengembangan, ditujukan kepada pemanfaatan Wilayah Nasional
seoptimal mungkin.
- Perataan penyebaran penduduk, adalah fungsi penting pula dari
program semacam Transmigrasi, dalam rangka mencapai tujuan ting
kat pertumbuhan an tar daerah yang semakin seimbang, sebagai pr~
kondisi dalam pencapaian tujuan ideal Pembangunan Nasional.
- Lain-lain fungsi, yang merupakan penyebaran langsung dari keti
ga fungsi pokok di atas.
2.1.2 Menjabarkan perspektif program dalam jangka panjang.
- Lokasi wilayah penerima allokasi resources, ditentukan teruta
ma berdasarkan kejelasan fungsi-fungsi program pengembangan wi
!ayah dalam Pembangunan Nasion a! seperti di uraikan di a tas.
Dalam hal ini diperlukan masukan-masukan utama dalam bentuk
1. satuan wilayah yang dipakai sebagai variabel dalam perenca
naan, dan
2. kriteria untuk mengukur tingkat perkernbangan.
- Besaran-besaran (dimensi-dimensi) program, menyangkut jumlah,
penyebaran daya tampung transrnigrasi, berdasarkan pertimbang
an - pertimbangan kebutuhan pernindahan, serta proyeksi perke!!!_
bangan penduduk setempat, dalam jangka panjang.
2.1.3 Petunjuk Pengarahan Usaha-usaha Insitusi/Lembaga-lembaga yang
terlibat.
Baik dalam proses pelaksanaan perencanaan makro, maupun dalam
struktur R20 yang dihasilkan, peranan-peranan kelernbagaan yang
terlibat langsung maupun tak langsung, dapat diperinci lebih
jauh, sehingga benar-benar diperoleh keterpaduan dalam rencana
dan sinkronisasi dalam pelaksanaan, sekurang-kurangnya secara
pokok.
- 9 -
Fungsi-fungsi Lembaga yang bertanggung jawab atas Penelitian
sumber daya alarn, pengembangan pertanian, pembinac;m tenaga ker
ja, penyediaan prasarana dan sarana pisik, pernerintahan dalarn
negeri, dan kesejahteraan rakyat, dalarn rangka program pengembang
an wilayah dengan dernikian dapat didudukkan.
2.1.4. Pengukuran efektivitas pelaksanaan rencana.
Dengan dijalankannya suatu proses perencanaan rnakro yang rnenerus
dan sernakin rnembaik dalarn hal tingkat kelengkapan dan ting-
kat detail data/inforrnasi yang dipergunakan, secara sekaligus
pengukuran-pengukuran dan perbaikan-perbaikan dalarn pelaksanaan
pewujudan sasaran-sasaran rencana dan penentuan sasaran itu
sendiri, akan lebih dapat dijarnin.
Pengembangan Wilayah jelas perlu dikaitkan pada dua jenis dimen
si, yaitu tingkat Kemarnpuan Wilayah dan Tingkat Perkembangan
dan Jasa Distribusi. Dimana pada Tingkat Kemampuan Wilayah per
lu diperhatikan aspek-aspek
- Aspirasi masyarakat
- Pendidikan
- Ekonomi
- Partisifasi/Peranan masyarakat
Karena dengan mengetahui dondisi dari aspek-aspek ini dapat di
tentukan Tingkat Kemampuan Wilayah. Sedangkan untuk dapat me -
nentukan Tingkat Perkembangan dan Jasa Distribusi.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah :
- Jalan
- Perdagangan
- Transportasi
Dengan cara pendekatan seperti diutarakan diatas maka Tingkat
Perkernbangan Wilayah dan Tingkat Perkembangan dan Jasa Distri
busi untuk setiap Wilayah (SWP) dapat ditentukan. Sehingga a
pabila kedua dimensi ini digambarkan (gambar 2) pada dua sumbu,
0 TINGKAT
PO SIS I
X
Arah Pengembangan
Kondisi
Yang Dltuju
PERKEMBANGAN DAN JASA DISTRIBUSI
GAMBAR. 2
WILAYAH WILAYAH
- 10 -
akan dapat diperoleh gambaran mengenai kedudukan suatu Wilayah
(SWP) bila ditinjau dari kedua dimensi tersebut. Keadaan SWP
yang tak seimbang dapat dilihat yang daperkirakan akan memben
tuk kelompok-kelompok
- maju
- rata-rata
- kurang maju
Dengan mudah dapat pula dipahamkan bahwa suatu Wilayah yang i
deal akan berada jauh dari titik 0 dan terletak pada garis OX.
Gambaran ini dapat digunakan sebagai petunjuk pada pencapaian
tujuan pemerataan pengembangan wilayah, karena kelompok-kelom
pok wilayah yang letaknya jauh dari keadaan yang dituju perlu
segera dikembangkan. Sehingga keadaan perkembangan yang se ·~
timbang akan tercapai apabila semua wilayah-wilayah tersebut
berada pada keadaan yang dituju.
2.1.5.GAMBARAN UMUM PROSEDUR
Proses perencanaan Makro terdiri dari 6 (enam) kumpulan proses
berikut :
- Kumpulan Proses I
- Kumpulan Proses II
- Kumpulan Proses III
- Kumpulan Proses IV
- Kumpulan Proses v
- Kumpulan Proses VI
Penetapan Kriteria Kebutuhan.
Sumber Daya Alam.
Kriteria Kebutuhan akan modal.
Kependudukan.
Penetapan Struktur Wilayah Yang diingin
kan.
Rencana Teknis Kerangka dengan Penyaring
an Tahap Pertama.
Masing-masing kumpulan proses saling berkaitan satu sama lain, rne
lalui hubungan masukan/keluaran antar berbagai proses - bagian.
Terlihat pula, berbagai keluaran dan proses-bagian yang satu, da
pat secara langsung menjadi masukan bagi proses-bagian berikutnya,
- 11 -
dan secara tidak 1angsung menjadi masukan bagi proses bagian yang 1e-
bih kebe1akang 1etaknya.
Hal ini mernberikan petunjuk pentingnya suatu sistim penyimpanan dan
pemungutan (storage and retrieval) data/informasi perencanaan yang te
pat dan cepat.
Secara umum, proses perencanaan makro bertolak pada dua proses masukan
kebijaksanaan *) yaitu :
l. P.enetapan kriteria kebutuhan rnasyarakat, suatu kebijaksanaan tentang
kriteria-kriteria yang dijadikan landasan bagi perencanaan pemenuhan
kebutuhan masayarakat atas lahan usaha, lahan perkampungan, perumahan,
subsidi, input kegiatan usaha, dan lain-lain kebutuhan hidup maupun
kebutuhan untuk melakukan kegiatan usaha.
2. P.enetapan struktur pengembangan wilayah yang diinginkan, suatu kebijak
sanaan tentang struktur pengembangan wilayah tingkat nasional (SWPTN)
-yang hendak dicapai.
Masukan-masukan kebijaksanaan dari kedua kumpulan proses diatas, dalam
bentuknya sebagai masukan manajemen berupa baik standar, prosedur mau
pun manual.
* Catatan :
Dinamakan masukan kebijaksanaan untuk menunjukkan bahwa dalam ~umpulan-kumpulan proses ini penetapan-penetapan oleh instansi pengambil keputusan merupakan proses-bagian yang dominan; sudah barang tentu untuk itu diperlukan juga informasi-informasi yang terolah matang terlebih dahulu , yang berdasarkan pada data dan fakta determinan.
- 12 -
2.2. Kumpulan Proses I : Penetapan Kriteria Kebutuhan
2.2.L•Produk yang dihasilkan : I
Kumpulan proses ini, adalah Kriteria tentang kebutuhan individu/
Keluarga/Masyarakat, yang dapat dikelompokan menjadi :
1. Kelompok Kebutuhan untuk hidup
2. Kelompok Kebutuhan kegiatan usaha
Kebutuhan untuk hidup, adalah kebutuhan minimal yang harus di
penuhi agar individu/keluarga/masyarakat dapat hidup sekedar
hidup.
Kebutuhan kegiat3n usaha : adalah kebutuhan yang perlu dipenuhi
agar individu/keluarga/masyarakat dapat hidup secara layak, dan
menutupi kebutuhan hidup.
Sektor-sektor yang dihasilkan dari kumpulan proses ini berupa
kriteria dan standar sebagai berikut :
2.2 .l.·l.1Kelompok Kebutuhan hidup
1. Pangan
Padi-padian, ubi-ubian dan hasil-hasilnya
Daging dan hasil-hasilnya
Ikan segar
Ikan diawetkan
Telur, susu dan hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Bumbu-bumbuan
Lemak dan Minyak
Minuman yang tidak beralkohol
Makanan Jadi & Makanan lainnya
Air sehari-hari
- 13 -
2 . Pemukiman .
- Tempat tinggal
Ba~an bakar, penerangan dan air
- Perlengkapan Rumah Tangga
- Penyelenggaraan Rumah Tangga.
3. Sandang
- Sandang Dewasa
- Sandang anak-anak
- Barang pribadi & sandang lainnya
4. Aneka Barang-barang & Jasa
- Kesehatan
- Perawatan jasmani dan kosmetik
- Pendidikan
- Rekreasi & Olah raga
- Transport
- Tembakau dan minuman beralkohol
- Tempat beribadah
5. Ling kung an Hid up
- Oxigen
- Sanitasi
- Pembuangan air limbah
- Pembuangan sampah
2. 2 .1. 2 .:Kelompok Kebutuhan Kegiatan Us aha.
Kelo~pok Kebutuhan kegiatan usaha dapat menghasilkan pendapatan I yang memadai untuk kebutuhan-kebutuhan tiap golongan masyarakat.
Ini berarti pengembangan wilayah perlu memperhatikan penyediaan .xk.-1-)r ("'' r-v,
kesempa tan kerj a dimana terdapa t pada sekto sekt-G-r.
- 14 -
1. pertanian
2. Perkebunan
3. Kehutanan
4. Perikanan
5. Peternakan
6. Pengolahan mineral
7. Pengolahan min yak
8. Pengolahan produk Pertanian
9. Pengolahan produk non pertanian
10. Light Industri
11. Heavy Industri
12. .Konstruksi
13. Perdagangan
14. Jasa So sial
15. Jasa Transport
2.2.1. 3. Prioritas Dari Kebutuhan.
Sasaran dari kebutuhan ini untuk mendapatkan diagram I timbangan
pola konsumsi Rumah Tangga pada wilayah yang bersangkutan yang
nantinya digunakan sebagai dasar dalam perhitungan biaya : nidpp
masing-masing wilayah.
Perlu diketahui bahwa peningkatan tarap hidup, merupakan fungsi
pokok program pengembangan wilayah dalam rangka Pembangunan Na
sional.
Hal itu dapat dicapai melalui perencanaan yang terpadu yang me
masukan kemungkinan-kemungkinan peningkatan tarap hidup maayara~
kat . .- sebagai bag ian dari keseluruhan proses pengembangan Wilayah.
- 15 -
2.2.2. Jalannya Proses.
Proses terdiri dari
1. Penempatan/penyusunan jenis inventasi Kebutuhan.
2. Cost model
3. Penetapan kriteria kebutuhan
Proses .1.
Merupakan proses determinan, dalam arti kegiatan-kegiatan pengurnpul
an dan kompilasi data, analisa, serta menarik kesimpulan dari fakta-
fakta kebutuhan ~ndividujkeluarga/masyarakat diperkotaan (urban) dan
dipedesaan (rural) yang berlaku pada saat ini.
Proses 2
Merupakan proses penetapan pengeluaran tingkat kehidupan individu, k~
luarga dan masyarakat yang dapat dikaitkan kepada perkembangan penda
patan dan taraf hidup diwilayah - wilayah baru maupun yang sudah her-
kembang.
Proses .3.
Merupakan Proses Akhir dari kumpulan Proses I (Penetapan Kriteria Ke
butuhan Pengembangan Wilayah) dengan Proses 1 Sebagai masukan-masu
kannya.
Keluaran dari Proses 3 1 · :i~i adalah Penetapan Kriteria Kebutuhan Pel
ngembangan Wilayah.
., ., ., -.- • . ....,.
- 16 -
Model
Penetapan kebutuhan : tingkat kehidupan individu, keluarga
dan masyarakat yang ril bergantung pada perkembangan pend~
patan/taraf hidup.
Dari keterangan tersebut diatas bahwa kebutuhan dapat dike
lompokkan kedalam dua bagian.
Kelompok pertama mencakup kebutuhan hidup tanpa dikaitkan
pada sektor-sekt9r yaitu meliputi Makan ( Km). r s
Perumahan ( K ) , Sandang ( K ) , Aneka ba~ang dan jasa
( Kbj ) • -
Biaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut diseluruh
Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut
=
Dimana .·
h K ..
1] +
hb K. . ) •
1)
*)
Bh r Biaya untuk kebutuhan-kebutuhan di Indonesia
_h L :-. Biaya untuk memenuhi jenis kebutuhan perkapita u."'ltu.~ n
kelompok kebutu.~an hidup n : ( n =1,2,3 .••••.••• 30 '
kebutuhan hidup ) •
K h··' Khb ::::: jumlah penduduk baru dan lokal yang membutuhkan 1] ij
kebutuhan hidup tersebu t pad a WPP : dan SWP ,.:L J
Jenis-jenis kebutuhan perlu ditujukan agar dapat menetapkan
Kriteria biaya yang dapat diterangkan kedalam bentuk Standar
yang diukur dengan besar-besaran kebutuhan, dan dengan menggu
nakan besaran ini sebagai patokan , dapat dikaji kebutuhan to
tal pada jangka waktu tertentu, demikian pula bagaimana cara
dan tindakan apa yang harus dilakukan dalam usaha memenuhi ke'
butuhan yang menyertai pengembangan suatu wilayah.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan kegia·tan usaha yang ber
sifat umum atau menambanlpada penikmatan taraf hidup yang le
bih tinggi, tanpa dikaitkan pada sektor-sektor.
Yait~ kebutuhan pendapatan ( K? ) , untuk kesempatan kerja (Kk)
*} . _ ·-.Nc;>tas1 Matematik ~ :=I~ I n' i j •
~I .. , n1)
merupakan penyederhanaan dari notasi
- 17 -
Biaya pernenlli,an kebutuhan - kebutuhan kegiatan usaha Tbtal
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
= nij
dim ana
B k u = Biaya untuk kebutuhan-kebutuhan kegiatan usaha di In
donesia.
c ku = Biaya untuk memenuhi jenis Kebutuhan-Kebutuhan per n
kapita untuk Kelompok Kebutuhan Kegiatan Usaha.n,
( n = 1, 2 •••••••••••••••• )
ku; kub K i, K = jumlah penduduk baru dan lokal yang membutuh-
ij ij
kan kebutuhan-kebutuhan umum tersebut pada WPP. dan SWP. J ~
Hasil Perhitungan di atas akan berguna untuk menetapkan bia
ya allokasi batasan-batasan dan Perencanaan Pengembangan Wila
yah pada tahap makro maupun yang lebih mikro I mendetail.
2.2.4. Masukan - masukan yang dibutuhkan
Untuk Kumpulan Proses I Secara Keseluruhan, dibutuhkan masukan
masukan yang dapat dikelompokan kedalam masukan-masukan de~emi
nan dan masukan-masukan kebijaksanaan.
Masukan Determinan
- Tingkat KONSUMSI individu/keluarga/masyarakat didalam rangka
pemenuhan Kebutuhan hidup 1 diukur dalam bentuk barang dan
uang atau satuan 1 lainnya menurut jenis 1 :frekwensi. dan orde
kepentingannya di masyarakat.
- l:'i -
- Tingkat PRODu-~TIVITAS individu I Keluarga I masyarakat
yang dihasilkan , di ukur dalam ton dan rupiah atau
satuan lainnya per tenaga kerja, dengan mempertimbang
kan kwalitas lahan, jenis lapangan pekerjaan, tingkat
teknologi, kwalitas dan kwantitas sarana yang tersedia,
dan input yang ada sekarang.
- Masalah - masalah lingkungan sosial budaya, ekonomi
penduduk di wilayah pengembangan, misalnya mengenai
mekanisme yang membantu dan menghambat penyediaan ke
butuhan - kebutuhan hidup dan kegiatan usaha.
Masukan Kebijaksanaan
- Pengarahan I tingkat pengembangan kehidupan individu I keluarga I masyarakat, dalam bentuk besar - besaran dan
kwalitas yang hendak di capai, beserta kebijaksanaan -
kebijaksanaan pencapaiannya.
- Pengarahan pertumbuhan tingkat ilmu pengetahuan dan tek
nologi , pendidikan, jenis lapangan kerj a, dan kemampuan
penyediaan dana / permodalan dan pendapatan.
Masukan - masukan determinan diperoleh dari pro~es -
proses penelitian dan studi - studi masukan - masukan
kebijaksanan dari proses penyusunan kesepakatan bersama
( form ) antar instansi.
I.
I
I
TABEL _2_.~~ VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES I
PENETAPAN KRITERIA KEBUTUHAN --- ··-·--~___:··.:___ - --·-·
VARIABEL M A S U K A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER
KEBU'IUHAN HIDUP.
A. Pang an BPS
1. Padi padian K1 Kg/jiwa i
··:2~·~ Umbb·umbian · K2 Kg/jiwa ! -----·
K3 3. Ikan segar Kg/jiwa
' 4. Ikan diawetkan K4 Kg/jiwa i 5. Daging K5 Kg/jiwa
6. Te1ur I K6 Kg/jiwa ' I K7 Kg/jiwa 7. Susu
8. Sayur ,sayuran. ~ K8 Kg/jiwa
9 • Kacang kacangan Kg Kg/jiwa
10. Buah. '·' buahan K10 Kg/jiwa ..
Kll 11. Bumbu bumbuan Kg/jiwa
1 2. Lemak & minyak 12
Kg/Li ter/jiwa K
1 3. Minuman yang tidak beralkoho1 Kl3 boto1/jiwa
14.J. MaJ<iiian jadi K14 ·-Kg/jiwa
- K15 PU( PU (TKTD) 15 ·•· Makanan 1ainnya Kg/jiwa
16. Air minum K16 150 Liter/orang/ dan OPMB
·--• hari.
----P E N G 0 L A H A N
'!'ABEL VARIABEL - VAEcrABEL DALAM KUMPULAN PROSES
----VARIABEL M A S U K A N P E N G 0 L A H A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER
B . Pemukiman
17. Lahan tempat tingga1 minimum K17 2 M /K.K. 18. Jum1ah anggota ke1uarga/kepa1a K18 Jiwa/KK
ke1uarga ' 1 19. Jarak terjauh antara 1ahan usaha K19
I dan tempat tingga1 (pemukiman) Km.
i2 0. Jarak terjauh antara perurnahan K20
dan fasi1itas perdagangan toke Km. I
, 21. Jarak terjauh anJara perumahan K21 i
dan fasi1itas perdagang pasar Km.
Bahan bakar
22. Minyak tanah K22 liter/KK 23. Arang K23 Kg/KK 24. Listerik K24 Watt/KK 25. Air bersih K25 Liter/orang
c. ;g;an.dang
26. Sandang dewasa - 26 'K meter/orang
2 7. Sandang anak -~27 meter/orawJ ~--------
i DISKRIPSI
1 VARIABLE
D. Aneka barang dan jasa
Kesehatan
I
~-
I 28. Lahan untuk fasilitas kesehatan
I • I
29. Bala~ pengobatan/Pos kesehatan I _ _j
30. BKIA I
··--··- i I 31. Syarat syarat air bersih/air I
------ minum,
3 2. Jarak terj auh an tara lokasi
' ' d I ah ,al.r m1.num an perum an
--------''3;3.~ Biaya mendapatkan air bersih
Perawatan Jasmani
3 4. Vaksinasi/immunis asi - DPT I + BCG - DPT II + Cacar
35. Berat badan bayi
perumahan
36. Diet rata orang umur kerja
SIMBOL
28· K
K29
MASUKJ\N I
ST1\NDAR1978
--~ --
--' Ba~~ pengobatan BKIA/jj.wa K31
K32
K33
K34
K35
K36
Coll/liter
M ( Km )
Rp/cm/
max umur 2 tahun
kg
Kalori/orang/ tahun.
P E N G 0 L' A II 1\ N
SUMBER
DEP. KES, UNICEF
VARIABLE M ~ S U K J\ N P E N G 0 L' 1\ II l\ N
DISKRIPSI
I SIMBOL S'r/\NDAR 1978 SUMBE:R
~ -----3 7. Diet rata-rata orang non umur kerj a I K37 Kalori/orang/
tahun.
38. Penetapan diet rata rata orang urnur K38 Kolori/orang/ kerja - - tahlm.
3 9. Penetapan diet rata rata orang non urnur K39 Kolori /orang/
kerja tahun. I K40 40. Diet yang berasal dari cerealia Kalori/orangL
tahun.
41. Diet yang berasal dari Legurninosa I K41 Kalori/orang/ I tahun.
42. Diet yang berasal dari sayur sayuran I 1<42 Kalori/orang/ tahun.
4 3. Diet yang berasal dari buah buahan I K43 I Kalori/orang/ tahun,
44. Diet yang berasal dari rernpah-rernpah K44 Kalori/orang/tahun 45. Diet yang berasal dari urnbian-urnbian K45 kalori/orang/tahun
46. Diet yang berasal dari daging K46 Kalori/orang/tahun .. J'
K47 47. Diet yang berasal dari susu Kalori/orang/tahun
4a. Diet yang berasal dari telur - K48 Kalori/ o.rang/tahun
4g. Diet yang berasal dari ikan K49 Kalori/orang/tahun
so. Kosrnetik Kso Satuan/orang/bulan
VARIABLE . MASUKJ\N
I P E N G 0 1.· 1\ II 1\ N
DISKIUPSI SIMBOL S'r1\ND1\R,l978 SUMBI!:R
....--
Pendidikan
: 51. Jumlah murid per. kelas K51 jiwa;~~~as"'~
52. Jumlah penduduk/SD K52 jiwa/ I SD
53. Jarak terjauh antara.lokasi so dan pe- K53 Km.
I rumal1an
:54. Lahan untuk SD/murid K54 orang-orang murid
:55. Jumlah guru/murid K55 Guru/murid ! Rekreasi dan olah raga
56. Lahan untuk fasili tas · r.ekeas·i .. K56 m2;jumlah penduduk
olah :z:~c;a.
57. Jarak terjauh antara fas:hlitas·'dan K57 m(Km)
rekerasi, olah raga dan perumahan
- -· ..
VARIABLE MASUKAN PENGOI.I\Jil\N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER
Transportasi
8. Jarak terjauh antara perurnahan dan fasi- K58 m
li tas angkutan
9. Jarak terjauh antara rurnah dan jaringan- K59 m
0. Tembakau jcilan. K60 ons.;jiwa
6 1. Minurnan beralkohol K61 botol I
T _ empat ibadat I
62. Lahan untuk fasilitas ibadat K62 m2/jurnlah pen-
du6uk
63. Jarak terjauh antara fasilitas ibadat K63 m ( km )
dan perumahan
E. Lin~kun~an hidu2
64. Oxigen K64 Kg/liter I
K65 3 65. Pembuangan air l.imbah m
66. Pembuangan sampah K66 ,.3 - m
- 19 -
2.3. KUMPULAN PROSES II : SUMBER DAYA ALAM.
2.3.1. Produk Yang Dihasilkan
2.3.1.1. Penyusnnan Kelompok Sumber Daya Alam
Kumpulan proses ini pada dasarnya diharapkan nntuk menghasilkan
besaran prospek sumber daya alam untuk pengembangan wilayah ter
bagi menurut lokasi, satuan-satuan Pengembangan Wilayah maupun
daerah administratip berdasarkan potensi total yang ada pada
wilayahnya.
Sumber daya alam yang dimaksudkan disini mencakup bagiannya yang
terdiri dari Morphologi, Geologi, Udara, Air, dan Haya ti A1am · , lahan
dimana di dalamnya terkandung Energi dan bahan baku, nntuk. in
dustri, pertanian, pemukiman dan kegiatan usaha lainnya. Salah
satu produk yang dihasilkan adalah gambaran mengenai biaya dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dibutuhkan untuk mengelola dan
mengembangkan. Agar dapat menghasilkan produk-produk tersebut,
penyusunan suatu sumber daya alam adalah sebagai berikut :
.1. Morphologi dan geologi
·2. I k 1 i m
3. A i r
4. Hayati A lam ( Fauna dan Flora )
\5. La han
1 Morphologi Dan Geologi
Dalam hal ini akan dibahas mengenai bentangan alam yang berupa
a. Morpholog:il
a.l. Dataran pantai ( ~"i ) a.2. Dataran rendah {~ , plain
a.3. Dataran tinggi {~ plateau
a.4. Kubah - kubah d ~1 , dome
a.S. Pegunungan patahan ( ~1 , block mountain )
a.6. lipatan e
Pegunungan (~1 I
a.7. Pegunugan Vulkanis ( r\1
a. B. Pegunungan kar~t
b. Geologi
b.l. Sebagai data dasar ( D )
1. Soil Ds )
2. Batuan Db
3. Tektonik Dt
b.2. Sebagai sumber daya mineral
1. Mineral energi Be
2. Mineral log am Bl
3. Mineral non log am Bn
4. Mineral lainnya Bi
b.3. Sebagai proses alam ( P )
1. Erosi ( Pe
2. Gerakan tanah pgt )
3. Banjir ( pb
folded mountain)
{~
'D LJ
4. Pendangkalan sungai I danau Ps
5. Kegunungapian ( Pga )
6. Kegempaan I Seismositas ( Pgs )
2. Iklim
- 20 -
Sebenarnya aktivitas manusia mempengaruhi proses-proses dan keadaan
lingkungan, seperti cuaca dan iklim. Cuaca adalah keadaan fisis dari
atmosfera pada suatu waktu dan tempat. Cuaca pada suatu tempat•berubah
sesuai dengan waktu, tetapi akan mengikuti pola tertentu. Pola cuaca
ini disebut iklim, yang meliputi banyak unsur antara lain
a. Temperatur It
b. kelembaban Udara Iu
c. Curah hujan Ih
d. Arah & Kecepatan angin ( I a )_
- 21 -
Iklim merupakan sumber daya alarn yang menentukan kemungkinan pemanfaat
an suatu daerah, baik untuk tujuan pertanian ( pP ) , pemukiman (Pr), in
dustri ( Pi ) atau tujuan-tujuan lain (Pxj • Bagian-bagian dari daerah
di Indonesia ternyata mempunyai iklim yang berbeda-beda, ada yang ter
masuk daerah beriklim dingiil,.. sejuk sampai panas~ Hal tersebut dise
babkan antara lain oleh adanya perbedaan elevasi (ketinggian dari per
mukaan air laut), yang seringkali juga berpengaruh pada curah hujan
setempat. Semakin tinggi tempat itu rata-rata semakin banyak curah
hujannya, terlebih-lebih apabila daerah ~rsebut merupakan daerah hujan
(bukan daerah bayang-bayang hujan).
Pengamatan dan penelitian cuaca ini, di Indonesia dilakukan oleh Pusat
Meteorologi dan Geofisikan Departemen Perhubungan, disamping itu beberapa
Departemen mempunyai juga stasiun-stasiun penelitian (curah hujan, arah
angin dan lain-lain) untuk keperluan masing-masing. Departemen tersebut
antara lain : Departemen Pertanian, Departemen Pertambangan dan perusa'
haan perusahaan tertentu.
3. Air
Air adalah salah satu dari sumber daya alam yang paling berharga.
Ini sering merupakan sumber tenaga yang murah dan penting untuk
irigasi, untuk air minum, untuk navigasi dan untuk banyak maksud
lain.
Karena sumber daya alam ini paling banyak berasal dari air hujan,
maka jelaslah bahwa disini juga penggunaan informasi-informasi
meteorologi adalah faktor yang penting.
Air sebagai sumber daya alam, dapat berupa.
a. Air Tanah AT
b. Rawa AR
c. Sungai As
-d. Danau / waduk I reservoir - reservoir atau lautan AL
- 22 -
a. Air Tanah ( AT )
Air tanah merupakan sumber utama penyediaan air yang berasal dari
rembesan air hujan. Oleh karena itu suatu kebijaksanaan atau pera
turan yang bermaksud memperbolehkan untuk menyadap air tanah secara
bebas tidaklah dilakukan, agar kelestarian sumber air tanah akan te
tap terjamin sepanjang masa. Pemerintah seyogyanya dapat mengawasi
dan membatasi pemanfaatan air tanah, sehingga tidak dipakai berle
bih-lebihan.
Perlu diketahui bahwa jumlah persediaan air tanah disuatu daerah
sangat erat hubungannya dengan keadaan geologihya. Berdasarkan ke--
nyataan ini, sebagai contoh telah ditelaah oleh Dit.Jen - Pengairan,
untuk keadaan air tanah di Pulau Jawa dan Madura ada empat macam
daerah air tanah, yaitu
1. Daerah potensi baik, terdapat disekitar gunung berapi yang ada
2. Daerah potensi sedang, terdapat di daerah endapan aluvial sungai
endapan batu pasir dan gunung Api yang berumur Pleistosen.
3. Daerah potensi beraneka ragam, terdapat didaerah batu gamping.
4. Daerah potensi air tanah kritis, terdapat didaerah lipatan yang ba-
tuannya berumur Tersier yang terdiri dari lampung, Napal dan batuan
gunung berapi yang keras.
b. R a w a ( AR )
Rawa-rawa biasanya meng-okupir daerah-daerah muara sungai teru
tama sungai-sungai yang cukup besar seperti sungai Musi9Batang
hari, Kapuas, sungai Digul, Barito, Kampai, Mahakam, dan lain
lain. Daerah rawa terdiri dari daerah yang terus menerus ter
genang air, atau daerah yang tergenang airnya menurut musim sa-'
ja. Didaerah rawa kadang - kadang juga dihuni manusia; Manusia
mengoukupir daerah ini karena potensi-potensi (seperti pe-rikanan
pertanian) dapat menjamin kehidupan mereka. Daerah pemukiman
mereka memperlihatkan suatu pola yang sesuai dengan proses evolusi
daerah rawa mula-mula merupakan daerah muara sungai yang ber
pindah-pindah. Pola hidup mereka (social environment yang dicip-
takan) juga sangat dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya.
-23-
C. Sungai- Sungai ( As )
Salah satu potensi sumber-sumber air adalah bagian dari aliran sungai
dan komponen air tanahnya yang secara tehnis dan ekonomis dapat dipe~
tanggungkan untuk pengembangan sumber-sumber air yang serba guna. Po
tensi ini atau batas maximum dari kemungkinan pengembangan sumber-sum
ber air bervariasi untuk tiap-tiap wilayah sungai tergantung dari kar~
teristik fisik1 pola aliran dan cara pengelolaan wilayah sungai terse
but. Sejalan dengan itu sumber-sumber air harus dijaga agar tetap da
pat memberikan manfaat yang diharapkan dari padanya. Salah satu faktor
yang sangat penting 1 dan bahkan menentukan dalam hubungannya dengan ha.!_
hal tersebut diatas adalah usaha-usaha menjaga kelestarian tanah dan
sumber-sumber ai~ terutama dibagaian hulu sungai yang bersangkutan 1
Karena itu diusahakan usaha-usaha penjinakan sampai (river training) 1
dengan membangun waduk-waduk 1 dam-dam ataupun susukan-susukan embangan
wilayah tersebut. Secara alami sebenarnya aliran sungai biasanya mampu
mememuat bahan=bahan dari yang paling hal us ( lumpur-lumpur} 1 maupun ba
han-bahan yang paling kasar 1 sampah 1 bahkan kapal -kapal besar. Kare
na itu usaha kelestarian aliran menurut sikuls hendak selalu dipekirkan
manusia. Sungai-sungai yang meletakka~ endapat~~ disuatu tempat1 bias~
nya sudah mengalami stadium tua. Pada stadium ini kecuali endapa'l dil~
takan 1 dikarena kan tidak ada lagi perbedaan elfasi1 maka aliran cende
rung bertambah volumenya 1 sehingga terjadi usaha untuk mendesak daerah
kiri kanan sungai yang mengakibatkan daerah genangan air menjadi bert~
bah luas 1 bertambah luas genangan air ini disertai pula adanya proses
erosi 1 kesamping 1 yang pada
- 24 -
dasarnya tidak sehebat proses erosi ke dasar sungai seperti yang
dilakukan oleh aliran air pada waktu sungai masih dalam stadium
meture (dewasa). Keadaan ini dapat diketahui dari udara pada
Im.lara-muara sungai yang dapat membentuk delta-delta yang berma
cam-macam jenisnya (delta kipas, delta kaki burung dan lain se
bagainya. Juga kenampakan-kenampakan seperti teras-teras di te
bing-tebing sungai, meandering, daerah rawa dan lain sebagainya
adalah merupakan tanda stadia ini.
Slmgai yang selalu berwarna keruh airnya, seperti Mahakan, Mu
si, Kampar menandakan bahwa air sungai menandakan bahwa air
sungai membawa cukup banyak muatan yang dibawa. Slmgai-sungai
ini perlu segera mendapat penyelidikan, dan penguasahaan keles
tariannya, dengan jalan usaha-usaha pencegahan erosi dan lain
lain.
d. D a n a u ( A 0 )
Danau alam, biasanya terdapat di tengah-tengan pulau, hal ter
sebut dapat terjadi karena
1. Adanya proses pelebaran dan penenggelaman kreter gunung api
(caldera) yang tidak cukup lagi
2. Pada daerah-daerah cekung lainnya, yang dapat menampung vo
lume air hujan yang mengalir ke daerah tersebut.
Danau-danau seperti ini umurnnya spektakulair (luas, dalam dan
dapat menampung berjuta meter kubik air). Danau-danau buatan
manusia, umumnya 80% diduklmg oleh kondisi alam, rna.I\Usia hanya
mencoba dengan ideanya untuk mengusahakan stabilitas persediaan
air pengendalian banjir dan lain sebagainya. Sepanjang tidak
riterubah cyclus yang dapat membahayakan kehidupan man usia !i.. tu
sendiri. Jatiluhur, Karangkates, Selorejo, Sempor semuanya di
Jawa, beberapa di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi adalah con
toh-contoh usaha tersebut. Karakteristik lingkungan yang ada
hubungan dengan pengembangan da 2 dv
( A km } , volume ( A em dk dan kimian (A ••.••.. } .
secara timbal balik adalah luas dkm
} dan kedalaman rata-rata (D }
L Laut(A)
-25-
Indonesia ternyata terdiri dari berbagai pulau, yang disikitarnya
dilingkungi lautuan, atau air laut yang menghubungankan laut dengan
lainnya (seperti : selat, ~luk, dan lain sebagainya.
Dengan demikian pengaruh lautan (mari tim) , sangat besar kepada neg~
ra kita ini. Pengaruh tersebut sangat terasa pada : perbedaan-perb~
daan jmnlah curah hujan, suhu udara rata-rata per tahun, dan lain -
lain. Laut, mempunyai juga daya-daya merusak (erosi laut yang dis~
but Abrasi, yang ditimbulkan sebagai akibat dari arus lautan terse-
but ) .
Karena ada erosi maka beberapa pantai ada pula usaha pengendapan h~
sil erosi tersebut. Padang adalah contoh korban erosi laut, bahkan
sebagaian dan hampir seluruh bagian selatan pulau Jawa, Bali,Lombok,
NTB dan NTT merupakan sasaran-sasaran erosi laut ini, sedangkan Ma
nado adalah salah satu tempat yang menampung endapan tersebut.
4 . Hay a ti Alam
Sebagai salah satu unsur laban, hanyati alam terdiri dari Flora dan
Fauna.
- Flora
- Fauna
F1) dapat berwujud
F ) terdiri dari
Hutan, tanaman, savana, steppe.
Binatang pemakan daging (carnivora).
binatang menyusui
(Mammalia), binatang pemakan tumbuh
tumbuhan (comnivor).
Dalam pembahasan tentang hayati alam ini~tercakup urian mengenai fl£
ra dan _fauna yang tidak termasuk sebagai hewan Perternakan, Perikanan
maupun tanaman perkebebunan atau pertanian.
Jadi yang dimaksud dengan fauna dalam hayati alam adalah hewan (Satwa)
liar yang dilindungi.
Istilah yang lebih populer. Yaitu suaka margasatwa, dimana satwa liar
- 25 a -
yang sudab sangat langka dilindungi areal pemukimannya. Sedangkan
flora dalam bayati alam adalah segala jenis tanaman yang terdapat
dibutan.
Penata gunaan butan Berdasarkan undang-undang Pokok Kebutanan No.5
th 1967, dalam rencana pemilikan dan peruntukannya ada sebagai beri
kut : *)
a) Hutan Negara adalah kawasan butan dan butan yang tumbuh di
atas tanah yang tidak dibebani bak milik.
2.b) Hutan milik
bak milik.
adalah butan yang tumbuh diatas tanah yang di bebani
c) Hutan lindung adalah kawasan butan yang karena keadaan sifat alam-
nya diperuntukan Guna mengatur tata air, pencegah banjir dan erosi
serta pemeliriharaan kesuburan tanah.
Hutan lindung di bedakan atas hutan lindung mutlak dan hutan lindung
mutlak adalah hutan lindung yang benar-benar banya berfungsi untuk
mempertahankan keadaan tata air.
Hutan lindung terbatas, disamping sebagai butan lindung, juga masih
dimanfaatkan untuk memperoduksi basil butan dengan Pengaturan Secara
Khusus.
d) Hutan Produksi adalah kawasan butan yang diperuntukan guna prod~
si basil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumanya dan
kbususnya un·tuk bangunan, industeri dim ekspor.t:-..
5. L a b a n
Untuk maskud pemanfaatan secara riil, laban perlu ditinjau' selain d~
ri segi kemampuan juga sekaligus dari segi jangkauan dalam kegunaan
nya. Atau dengan kata lain, besarnya kontribusi lahan ditentukan
oleb kemampuan-guna dan jangkauan- gunanya. Batas jangkauan guna la
han ditentukan diantaranya oleb besaran dalam pengembangan wilayah,
yang disebut tingkat-aksesbilitas.
- 26 -
a. I.ahan Untuk Pemukiman
Inventarisasi mengenai sumber alarn yang ada di lokasi-lokasi
tertentu, akan bergma dalarn penetapan lahan mtuk pemukiman
baik di kota maupm di desa (termasuk transmigrasi).
Standard lahan yang disediakan untuk rumah dan pekarangan m
tuk kebutuhan lahan pemukiman di desa didasarkan pada kebutuh
an untuk hidup di desa. Lahan minimum untuk kebutuhan hidup
di desa I transmigrasi adalah 1,20 Ha/KK. Sedangkan mtuk
pemukiman ~i kota tergantung kepada daya tarnpmg dari kota
tersebut ( luas lahan yang disediakan/jumlah pemukim yang ada)
dalarn •••.•.••. Ha/KK.
b .. Lahan Untuk Kegiatan Usaha.
Dalarn menetapkan lahan mtuk usaha perlu ditinjau berbagai je
nis usaha di Indonesia, antara lain :
l. Pertanian < ul
2. Pertambangan ( u2
3. Perindustrian (
4. Perhubungan u 4
5 . Perdagangan u5
u3
Parameter-parameter yang menen tukan kebutuhan lahan mtuk ke
giatan usaha seperti tersebut diatas diantaranya :
- Slope ( S
- Kemampuan lahan ( K )
- Tingkat aksesebilitas A.
- Iklim ( I. ) l.
- Geologi ( G. l.
- Land Use ( L, ) • l.
l.
- 27 -
c • Lahan Un tuk Rekreasi ( R - index ) •
Untuk menjaga kelestarian lingkungan baik secara sektoral
maupnn regional, diperluk.an lahan nntuk rekreasi atau peng
hijauan. Di kota-kota besar dengan adanya danau buatan, ta
man, jalur hijau akan bermanfaat sekali terhadap lingknngan
hidup di kota. Selain itu lahan nntuk rekreasi ini dapat pula
ditinjau dari sektor pariwisata, antara lain adanya hutan
suaka alam dengan sa twa yang dilindnngi, daerah potensi yang
mempunyai keindahan alam, dan lain-lain. Kesemuanya ini per-
lu mendapat perhatian terutama nntuk menjaga stabilitas po
tensi sumber daya alam di suatu wilayah.
2.3.1.2. Prospek Sumber Alam Yang Ada.
Sumber Alam disini dimaksudkan untuk mencakup bagiannya yang
terdiri dari Morphologi, Geologi, Udara, Air, Lahan dan ha
yati alam dimana didalamnya terkandung energi dan bahan baku
untuk industri, pertanian, pemukiman dan kegiatan usaha_ lain
nya dalam rangka pengembangan wilayah. Melihat adanya sumber
sumber alam yang terkandung di bumi dan a lam seki tarnya male a
kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kita.
Dilakukan dengan melalui penyelidikan-penyelidikan ke wilayah
terlebih dahulu pada skala studi ( peta skala 1 : 250.000)
antara lain pembuatan analisa tentang topografi, geologi ling
knngan, penggunaan tanah, jaringan perhubungan, kapasitas ta
nah, iklim dan sumber-sumber air. Hal ini sangat dimnngkinkan
baik oleh karena tersedianya peta-peta tematis yang ada mau
pnn dengan teknik survai terpadu memakai metode remote sen-I
sing ( foto - foto udara dan sateli t ) • Pada tingkat selan-
jutnya dilakukan penyelidikan berdasarkan peta-peta dengan
skala lebih besar, misalnya skala 1 : 100.000 atau I maupnn
skala 1 : 50.000 hila diperlukan klas-klas topografi, faktor
faktor geologi lingknngan, jenis-jenis dan penggunaan tanah,
struktur jaringan perkembangan dan arah perkembangannya, ka
pasitas tanah bagi bermacam-macam maksud pertanian, iklim dan
- 28 -
lokasi serta kapasitas sumber-sumber air, semuanya dapat di
daftar dengan lebih teliti. Akan hal ini sernua maka potensi
dari pada isi bumi dan lingkungannya dapat di rnanfaatkan se
cara terarah dan mernpunyai prospek yang baik un tuk dikernbang
kan secara menyeluruh untuk rnernberikan input terhadap pengern
bangan wilayah sekitarnya.
2.3.1.3 Penetapan Sumber Daya Alarn Menurut Jenisnya
oalarn rnenguraikan penetapan sumber daya alarn rnenurut jenisnya,
herrlaknya dapat dilihat dari rnasukan-rnasukan yang terdiri
dari :
a. Masukan deterrninasi, yaitu rnasukan yang berupa variabel
variabel rnenurut jurnlah, rnacarn, pe
rnanfaatan dan lokasi dari sumber-surn
ber daya alarn yang terdapat di suatu
wilayah.
b. Masukan kebijaksanaan, yaitu meliputi hal-hal :
i. Kebijaksanaan pengernbangan sumber daya alarn di
wilayah Indonesia.
ii. Kebijaksanaan struktur kebutuhan untuk hidup
dan kebutuhan nasional.
Selain rnasukan-masukan tersebut diatas, faktor kemajuan tek
nologi dan cara-cara untuk pengembangan sumber daya alarn,
sangat diperlukan untuk memanfaatkan potensi sumber daya a
lam yang tersedia yang disesuaikan dengan kebutuhan kita.
Tentunya.pemanfaatan ini tidak terlepas dari unsur kelesta
rian alarn, agar keseirnbangan ekologis dan biologis dapat di
capai baik untuk kurun wkatu jangka pendek mapun jangka pan
jang.
- 29 -
2.3.2. JALANNYA PROSES
2.3.2.l •. Pengenalan Potensi Wilayah Nasional.
~dalah kompilasi segenap potensi wilayah nasional yang berupa
sumber daya alam sedemikian rupa sehingga dalam jangka waktu
tersedia, diperoleh detail-detail yang berarti, namun masih
memungkinkan gambaran yang menyeluruh.
Kal ini dilakukan dengan penyelidikan-penyelidikan kewilayahan
pada skala studi I peta 1 : 250.000 antara lain pembuatan ana
li~a tentang topografi, geologi lingkungan,penggunaan ta~ah,
jaringan perhubungan ,kapasitas tanah, iklim, dan sumber-sumber
air. Hal ini sangat dimungkinkan baik oleh karen a tersedianya
peta-peta ·t:ematis yang ada, ·maupun dengan tekn-ik survey ter
padu mamakai metode remote sensing (foto-foto udara dan satelit).
2. 3.2.2. Inventarisasi Sumber Alam.
Yang dimaksudkan dengan inventarisasi sumber alam antara lain
Adalah melakukan analisa lebih mendetail tentang sumber daya
alam yang ada pada tiap-tiap wilayah bagian yang ditunjukkan
oleh II.a. Pada tingkat ini dibuat penyelidikan berdasarkan
peta-peta dengan skala lebih besar, misalnya 1 : 100.000 atau
bahkan 1 : 50.000 bila diperlukan kelas-kelas topografi,faktor
faktor geologi lingkungan,jenis dan penggunaan tanah.
Struktur jaringan perhubungan dan arah perkembangarmya, kapa
sitas tanah bagi bermacam-macam maksud pertanian, ±klim dan
lokasi serta kapasitas sumber-sumber air, semuanya dapat didaf
tar dengan lebih teliti.
2.3.2.3. Hubungan antara Lingkungan dengan Sumber Daya Alam.
Didalam memanfaatkan sumber dayaalam· tersebut, tidaklah dapat
dipisahkan dal:i pembahasan lingkungan (environment) yang meng
ikat seluruh macam bentuk fisik maupun hayati kedalam suatu
kesatuan, dalam usaha pen9embangan suatu wilayah ataupun daerah
tertentu.
Lingkungan ( L~. , environment ) dapat dibagi secara diagramatis ~]
kedalam bagian-bagian yang dapat dilihat pada gambar berikut :
LINGKUNGAN SOSIAL
- penduduk - kebutuhan - adat - hukum - sosial struktur - kebudayaan - lingkungan hidup - pendidikan - kesehatan - commerce
LINGKUNGAN
SOSIAL
LINGKUNGAN BIOTIS
LINGKUNGAN
ALAM A BIOTIS
s L .. LINGKUNGAN FISIK
f L .. ~J ~J
- ekonomi sistim - bangunan-bangunan - energi produksi - produksi I industri - produksi I rekreasi
- 30 -
LINGKUNGAN ALAM n
L .. ~J
- geologi
- udara
- air
- Fauna
- Flora
-
- Lingkungan Alam
- Lingkungan Fisik (
- Lingkungan Sosial (
- 31 -
n Bio kompleks ) L,.
l.J
f Physillal built L .. environment l.J
s L .. , Social environment).
l.J
Per.jelasan dari bagian-bagian tersebut yaitu
1). Lingkungan Alam (Natural Environment) : adalah lingkungan
alam yang belum ada campur tangan manusia.
2). Lingkungan Fisik (Physical Environment) : adalah lingkungan
sebagai akibat daripada product interaksi antara sosial en
vironment dan natural environment.
3) • Lingkungan Sosial (Social Environment) adalah lingkungan
sebagai pewujudan dari sifat-sifat individu manusia, maupun
pola-pola hubungan smsial dalam masyarakat.
2.3.2.4. Hubungan antara Pengembangan Ekonomi dengan Sumber Daya Alam.
Analisa hubungan antara Pengembangan Ekonomi dengan Sumber Daya
Alam dalam Pengembangan Wilayah, yai tu Demand dan Supplay.
Proses pengembangan ( P , Development ) , mencakup input-input
antara lain Smnber DAya Alam ( R ) , Teknologi ( T ) , Modal ( M ) ,
Tenaga Kerja ( Tk ) dan Struktur Demand masyarakat yang dihasil
kan dari suatu sosial kompleks.
Proses tersebut ditujukan agar suatu kumpulan kebutuhan individu
dan masyarakat terpenuhi menurut standard, dan kri teria masya
rakat wilayah atau pemukiman (settlement) setempat.
Adapun kriteria-kriteria yang seringkali digunakan dalam mengu
kur pemenuhan kebutuhan ini ialah
1. Pendapatan per Kapita k p. . ) •
l.J
k 2. Pertumbuhan (rate) per Kapita ( P .. ). l.J
3. Gross national/regional product
4. Gross output per input ( P7. ) . , , -J
P?. latau gross output, serta l.J
- 32 -
Pertumbuhan ( P.growth), adalah pertambahan dari sesuatu yang
sarna. Misalnya Grc .rth di bidang ekonomi adalah terjadinya per
tambahan pada jumlah o-utput dari yang semula berdasarkan demand
yang meningkat. Selanjutnya telah kita sama-sama diketahui bah
wa kemampuan stnnber daya alam dapat mengundang perkembangan sua
tu ·.vilayah (Regional Development) .
Untuk itu, perlu diketahui sampai di mana sumber-sumber daya
alam tersebut dapat dimanfaatkan beserta biaya dan impact pada
lingkungan alam.
2.3.2.5. Hubungan antara Energi dengan Sumber Daya Alam.
Un tuk memenuhi kebutuhan akar: energi, berbagai rna. cam sumber day a
energi yang a'.da di alaJII sekitar lingkungan kehidupan manusia
dimanfaatkan, seperti
- Angin
- Air
Perbedaan pasang surut air laut
- Perbedaan panas suhu Samndera
- GAs Alam
- Minyak Bumi
- Batu Bara
- Panas Bumi
Matahari
- Uranium dan Thorium
- Thermonuklir dan
- Kayu hakar dan Arang.
Dari sekian banraknya sumber daya energi tersebut di atas, yang
sudah dimanfaatfan di Indonesia, baik yang masih bersifat ex
perimentil maupun yang sudah diusahakan adalah
- Tenaga Air
-'Tenaga Angin
- Gas Alam
- Minyak Bumi
- Batu Bara
- Panas Matahari
- Kayu bakar dan Arang
- Bio Gas
Tetapi yang paling banyak dimanfaatkan dewasa ini adalah minyak
bumi, sekitar 98 % kebutuhan energi di Indonesia diisi oleh minyak
bumi yang mencerminkan struktur penggunaan energi di Indonesia
dan flow dari energi lainnya untuk konsumsi di Luar negeri.
- 33
~.3.2.6. POTENSI ENERGI
Di samping minyak bumi, sumber - sumber daya energi lainnya yang
potensiil perlu dimanfaatkan seperti :
-1. Pemanfaatan Gas Bumi ( Eing) ditingkatkan baiKuntuk diguna-
kan di dalam negeri maupun untuk export.
2. Tenaga Air dimanfaaLkan sepenuhnya untuk pembangkit tenaga lis
trik
3. Batu bara untuk pembangkit tenaga listrik, tenaga uap dan ke -
reta api ( Ec ) •
4. Panas Bumi ( Eth ).
5. Tenaga Matahari ( Es ).
6. Tenaga Angin ( Lw ).
7. Kayu bakar dan Arang ( Ek ) •
8. Gas Bio ( Egb ) •
Produksi potensi.total untuk d6rnestik dan· export
-E
i :a:;. i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 ) .
Dimana E. l.
= produksi potensi Energi oleh tiap surnber daya
energi i i 1.2, 8 ) .
- 34 -
2.3.2. 7. ENERGI YANG DIPERLUKAN UNTUK KEBUTUHAN.
I N D U S T R Y US A G E
0 h w Ing c th s k gb
1. Agro Industri Eo 1
h El
w El
Eing 1
Ec 1
Eth 1
ws 1
Ek 1
Egb 1
2. Service Industri Eo 2
h E2 X Eing
2 Ec
2 Eth
2 X X X
3. General Industri Eo Eh X Eing Ec Eth 3 3 3 3 X X X 3
4. Building Industri 0
E4 Eh
4 X Eing
4 Ec
4 Eth
4 X X X
5. Perumahan 0 Eh w Eing Ec Eth Es Ek
E5 5 E5 5 5 5 5 5 Egb 5
Sub Total Energi Eo Eh Ew Eing Ec Eth Es Ek Egb
5
i
Sub Total Cost
5
i
Total Energi, untuk Industrial Consumption.
= k
E. l.
( 11 ) .
Dan Total Cost untuk Energi
Di mana
= E c. l.
= _Total konsumsi energi dalam Rp./Th.
cE =\Total Cos A ene rgi da1am Rp. I Th.
( 12 ) •
Total Produksi Enersi
=
Di mana
~/ton
~/ton
~ . . • • . • • • • • • . . . . • . . • • . • • • . . • . . . • . ( 13 ) • l.
E. = ada1ah produksi energi o1eh 1tiap sumber daya l.
energi i i 1, 2, 3, 5, ) .
Energi production efficiency.
Kebutuhan akan energi di masa mendatang berdasarkan pertambahan
penduduk dan kenaikan Produk Domestik Kotor ada1ah sebagai berikut
Da1am Jutaan: standarized. Coal Ton Energi
Ekwivalen 1975 1980 1990 1995 2000
17.88 52,61 82.45 129,49 202,91
Jika dijaba~kan dalam minyak maka kebutuhan energi tahun 1985 akan
ekwiva1en dengan 315,82 juta bare! minyak.
- 36 -
Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia memerlukan energi, baik yang
bahan cair, gas maupun sinar.
Pola sumber energi umumnya seperti ini adalah
- 24\ dari minyak tanah.
- 28,4\ dari tenaga matahari.
- 10,4\ daii premium dan super.
5,3\ dari diesel.
8,5\dari minyak bakar.
2, 9% dari avtur dan avigas.
1,6\,dari elpiji.
- 1,33% dari tenaga air.
- 0,05% dari panas bumi.
- 10,74% dari gas bumi.
- 37 -
2.3.3. MODEL
untuk menghitung prospek lahan sumber daya alam dalarn rangka penge~
bang an wilayah WPP . , · maka tiap lahan potensil dibutuhkan un tuk pro-J
ses seleksi pengembangail. lahan sumber daya alarn dari segi pertanian
industri dan perumahan penduduk.
Hasil perhitungan tersebut akan dituangkan pada proses Model Pene -
tapan alokasi resources.
Penetapan prospek sumber daya alarn secara matematik, adalah
dimana,
=:E ij Rd ..
l.J
Lp = produksi jenis resources di WPP. di SWP .• l. J
Cd = biaya produksi jenis resources per unit (Rp.)
Rd .. l.J
=
=
lahan resources jenis d di WPP j pada. SWP i dalarn Ha,kernudian
dikonfersi kedalam satuan rupiah.
nilai konversi resources dalarn Ha,ke/rnenjadi bahan produksi
dalarn ton.
Sehingga didapat jenis sumber produksi dalarn satuan rupiah.
Sebagai masukan untuk persamaan Lp tersebut dia~il sernuanya dengan
variable yang dapat dilihat dalarn table - table masukan berikut ini.
TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES II
PENETAPAN SUMBER DAYA ALAM
---V A R I A B E L M A S U K A N
PENGOLAHAN
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMAER
-- - --MORPOLOGI DAN GEOLOGI
;
A. MORPOLOGI I i
1. Dataran Pantai Mdp Km2 I Van Bemmelen
I 2. Da tar an Rendah Mdr 2 I Km
I Verstappen
Mdt 2 3. Dataran Tinggi Km I I Panoekoek.
I 4. Kubah Md 2 I I I Km I
i ~atahan Km2 5. Pegun ungan # I
Me Km2 6. Pegunungan Lipatan
7. Pegl,IDungan Volkanis Mv Km2
8. Pegunungan Karst r-t Km2 -----------------------
B J GEOLOGI --
i b.l DATA DASAR
Di t. Geol. Ta ta OS 2 Lingk, I'IB-Geo-
1. soil ( si'fat fisik · Km
keteknikan) I logi. --
-------- - Pusat Pengembanq
an & Pene li tian
Geologi (P3G)
b
b
T.ABEL VARI.ABEL - VARI.ABEL DALAM KUMPULAN PROSES II
PENETAPAN SUMBER DAYA ALAM
VARIABEL MASUKAN
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 ruMBER
----·-----------------· -- ------- -- - Db Km2 2. Batuan (maca~ batuan) --------·-··- ···- -- --..
-batuan beku rfl Km2
-batuan sedimen b2 Km2
D
-batuan metamorfik 0b3 Km2 ---__ .... ____ ·----- -------· ---·
3. Tektonik Dt Km2 P3G, LGPN
-Tektonik (struktur regia- 0tl Km2 nal)
-Patahan (sesar) 0t2 Km2
' 2 - Lipa tan (fold)·
t3·'" ---Km -- -
D -··· ---
--- --- -
.2. Sumber daya mineral Be . Barrel Dept. Pertambang· an
.2.1 Mineral energi ----- -
- Minyak bumi Bel Barrel Dept. Pertambang-an
- Gas bumi Be2 Cuft Dept. Pertambang-an
----P E N G 0 L A H A N
-----:"
I
TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES :t:t
PENETAPAN SOMBER DAYA ALAM
----VARIABEL M A S U K A N P E N G 0 L A H A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMRER
---. - -·- --- - .... -- - -- -----·· --· -- -. - Batubara 8 e3 .Ton Dept. Pertambang-
an
- Uranium 8 e4 Kg BATAN
b.2.2.Minera1 Logam B1
- Emas B 11
·---------- - 1 14 - Timah hitam dan seng B
- Bismut B 115
- Antimon B 116
1 - Titan B 17
!-. --~- -· --------- -----------
b.2.3 Mineral non logam Bn Ton 1 Di t. Jen. Pertam-
------ -- l 1 bangan unum ----
- Asbes
--~--------
8 Ton
- Aspal 8 n2
- Barit B n3
Ton
Ton_
- Batuapung B n4
Ton
TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES 'I.'I.
PENETAPAN SUMBER DAYA ALAM
---VARIABEL M A S U K A N P E N G 0 L A H A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER
- Batu kapur B ns
Ton
- Batu ketimahan B n6 Ton
- Batu pualam B n7
Ton
- Batu tulis B ':la Ton
n - Belerang B 9 Ton
n - Diatomea B 10 Ton
- Dolomit nll
B Ton
- ;Feldspar nl2 B Ton
- Garam batu nl3
B Ton
- Gips nl4
B Ton
- Grafit nlS
B Ton - Intan
nl6 Dit.Jen. Pertam-B Ton bangan umum
TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES
-----VARIABEL M A S U K A N P E N G 0 L A H A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER
-----b.2.4 Mineral lainnya (Indust:d) Bi
Ton
- Batu bahan bangunan il PPTM B Ton
- Pasir kerikil B i2
b.3 Proses alam p 2 Km
1. Erosi Pe Di t. Geo. Tata 2 Lingkungan
Km
2. Gerakan Tanah pgt 2 Km
3. Banjir pb Cm/th DPMA
4. Pendangkalan sw1gaijdanau Ps Km
2 DPMA
5 • Kegunung apian Pga 2 Dit. Volkanologi Km
6. Kegempaan seismositas Pgs PMG, LGPN, ITB
TABEL VARIABEL - VAJcrABEL DALAM KUMPULAN PROSES
VARIABEL M A S U K A N - PENGOLAHA N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1.978 SUMAF.R
C~ IKLIM
1. CUrah hujan I 1 I mrn3/th I
2. Distribusi bulan hujan I 2 bl/th - Lembaga Meteoro
logi,
I 3. Temperatur rata-rata I 3 0 J
c Dept. Perhubungan 4. Arah angin I 4 - Dept. Pertanian 5. Kecepatan angin I I 5 I Km/jam
I I 6. Kelembapan Udara I 6
I -
I I do PERAIRAN
Sungai :
I Direktorat Peneli tian Masalah Air
1. Panjang sungai A 1 KM/li.:.. (Dit. Jen. Penga-
ter;6etik iran).
2. Debit air sungai A 2 Liter/de tik
-
----"-- -------- --- ---- ------- -----------
TABEL VARIABEL - VAJcrABEL DALAM KUMPULAN PROSES
V A R I A B E L M A S U K A N P E N G 0 L A H A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER
3. Kecepatan Arus A 3
4. Kedungan bahan : A 4
Danau
5. Luas Danau A 5 Krn2
6. Volume Air Danau A 5 3 m
Waduk
7. Luas waduk A 7 Krn2
8. Volume Air W~duk A 8 .3 m
Raw a
. 9. Luas rawa A 9 Krn2
d. 2. KEADAAN PANTAI
l.Panjang garis pantai p 1 Km Peta Laut (Sea Chart) (Bag. Hy drografi a.l)
2. Kedalaman laut p 2 m --------
-
·-- .... --- ---·-----
TABEL VARIABEL - V~ABEL DALAM KUMPULAN PROSES
- --·--VARIABEL M A S U K A N
P E N G 0 L A H A N DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER
-----d .4. AIR TANAH ____ ...,_ ____
- ·---·--------------·· --l.Kedalaman Water Table AT 1 m -sub. Dit. Hidro-.
geologi, . ' AT 2 1/detik 2 • Debit air tanah
Dept. Pertambang- I 3. 'provinsi air tanah an, Ban dung dan ..
energi
- Lembaga Peneli-tian Tanah Bo-gor.
e . HAYA'ri ALAM.
I. Flora: ---·-
~---
1. 1 Pertanian Tanaman Pangan ~tp Ha/th - Dept. Pertanian 'Ibn/Ha 1..1
1.2 Tanaman Perkebunan tp
Ha/th Fl.2 Ton/Ha
1. 3 Kehu tan an : 1.3.1 Hutan hl tl.nd.tuig Fl.3 Ha/th
TABEL VARIABEL - VAEcrABEL DALAM KUMPULAN PROSES
----VARIABEL M A S U K A N
PENGOLAHAN
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1.978 SUMAER
1.3.2 Hutan Prosuksi hp Fl.4
Ha/th Ton/Ha
1. 3. 3 Hutan Cadangan Fhc 1.5 Ha/th
2 .1 Fauna :
, 2'.1 Peternakan ~-1 ekor/Ha - Dept. Pertanian I
I Fs1 2.2 Satwa Liar yang di1indungi - Direktorat PPA I
2.2 I
Dept. Pertanian
f .1 SLOPE
I. 0 - 8 .: % s 1 Km 2 Peta Topografi
2. 8 - 15 % s 2 2 Km
3. 15- 30 % s 3 Krn 2
4. 30 % s 4 2 Km
~ ' ~
TJ\BEL VARIJ\BEL - V~ABEL DALAM KUMPULAN PROSES
--------VARIABEL M A S U K A N
P E N G 0 L A H A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMRER
---- ~----- I I ---------
£.3 KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN
(LAND CAPABILITY)
I I ---
1. Berkemampuan tinggi K 1 Km2 Lembaga Peneliti Lihat
Km2 an tanah Bogar ~Land Capability
2. Berkemampuan menengah I K 2 I i Appaisal System I !
I 1 for Agricultural 2 3. Berkemampuan terbatas I K 3 I Km Uses in Indonesia'
2 (Soil Research 4. Berkemampuan bersyarat K 4 Km Institute ) •
5. Tidak berkemampuan K 5 Km2
I I I
£.4 LIPU'l.'AN LAHAN (Land Cover) • I I I I vegetation Map, 1. Hutan L 1 Km2 Di t. Jen. Kehutan-an.
2. Padang Rumput L 2 Km2 I Remote Sensing
3. Semak-belukar L 3 2 Km
TABEL VARIABEL - V~ABEL DALAM KUMPULAN PROSES
--·-VARIABEL M A S U K A N
P E N G 0 L A H A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMRER
4. Padang alang-alang L 4 Km2
, 5. Tanah kosong/terbuka (rawa, pa: ;· . ' Km2 Dit. Jen. Energi
L 5 (Dept. Pertambang
dang pasir, tanah rusak, bukit an dan Energi) •
kapur, dan seterusnya )
6. Tanah yang diusahakan (cultivated
land) I .
terrnasuk pemuk1man.
g. ENERGI
l . Minyak bumi Eo
2. Gas bumi Eing
3. Batu Bara Ec
4. Panas Bumi Eth
-
I I
TABEL VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES
----VARIABEL M A S U K A N
P E N G 0 L A H A N
DISKRIPSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMAER
-
5. Tenaga Matahari Es
6. Tenaga Angin Ew
7. Kayu bakar dan arang Ek
J3. Gas bio Egb
9. Sekam dan serbuk gergaji Es
- 38 -
1 1_~ ~ ~- KUMPULAN PROSES III KRITERIA KEBUTUHAN AKAN MODAL.
~· -~:__~· PRODUK YANG DIHASILKAN
Kumpulan proses IV akan menghasilkan empat kelompok produk yang
ada kaitan dan mencerminkan bahan untuk hidup maupun usaha, yaitu:
1. Modal yang dihasilkan oleh kegiatan usaha.
2. Modal dalam bentuk lingkungan fisik.
3. Modal sebagai faktor produksi dalam bentuk uang, barang dan
jasa.
4. Modal dalam bentuk tenaga kerja.
Sebagaimana diketahui sasaran pokok kegiatan usaha secara nasio
nal, regional ataupun lokal diusahakan agar tersedianya barang
dan jasa bagi kepentingan masyarakat yang membutuhkannya.
Untuk memproduksi barang dan jasa tersebut dibutuhkan faktor
faktor produksi yang merupakan inputs atau masukan-masukan.
Salah satu faktor produksi disamping keahlian, buruh dan tanah
adalah modal yang mempunyai peranan penting di dalam kegiatan
proses produksi pada laju pembangunan. Yang justru di Negara se-
dang berke!!'bang mengalami kekuranga.i1 akan modal tersebut, bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah.
Modal sebagai salah satu faktor produksi yang diikut sertakan
dalam proses produksi atau kegiatan usaha akan dapat menambah ha
sil produksi lebih lanjut.
Agar supaya terwujudnya suatu pertumbuhan modal yang diharapkan
perlu sekali ketersediaan modal dengan -ditunjang oleh lingkungan
fisik (Physical Environment) yang memadai. Lingkungan fisik da
pat diartikan sebagai akibat dari pada produksi interaksi anta
ra lingkungan sosial (Social Environment) dan lingkungan alam
(Natural Environment) .
Tujuan pembahasan dari kriteria kebutuhan Akan Modal adalah di
antaranya untuk mewujudkan peren~enaan pengembangan wilayah de
ngan hasil yang lebih optimal.
Kumpulan proses ini pada dasarnya diharapkan akan dapat mengha
silkan besaran akan kebutuhan pembentukan pertumbuhan modal se
hingga kriteria kebutuhan akan modal sebagai indikator dalam
pembangunan akan terpenuhi.
Proses kriteria kebutuhan akan modal antara lain terdiri dari
- 39 -
2.4.1.1. !Kemampuan Kegiatan Usaha.
Yang dimaksud c'len<Jan kegiatan Usaha adalah kegiatan yang meliputi
- Pertanlan tana~an pangan.
- Perkebunan.
- Kehutanan.
- Perikanan dan peternakan.
- Pengolahan hasil pertanian.
- Pengolahan hasil mineral.
- Industri berat.
Industri ringan.
- Pemukiman pedesaan.
- Pemukiman pekotaan.
Proses kegiatan usaha atau dapat pula disebut dengan aktivitas
Rumah Tangga Produsen ini diharapkan akan menghasilkan besaran
besaran yang menyangkut
- Pendapatan dunia usaha yang layak pada suatu tingkat kehidu
p~n ekonomi yang diharapkan.
- Adanya kesejahteraan rumah tangga konsumen yang relatif lebih
baik dari segi aksebilitas dan pemasaran dari jenis barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat/konsumen.
- Tingkat perkembangan kegiatan usaha yang merupakan bagian dari
aktivitas ekonomi nasional yang sedang berjalan.
2. 4.1.2. \ Lingkungan Fisik (Sarana).
Lingkungan fisik dalam hal ini diartikan sebagai penyediaan sa
rana yang diharapkan dapat menghasilkan
- Peningkatan nilai produktivitas dari pada modal itu sendiri
yang akan menuju kepada pertumbuhan modal dengan tersedianya
sarana sebagai faktor penunjang.
- Sarana untuk memperlancar arus barang sehingga dengan demiki
an dapat terjadi pembentukan modal kembali untuk kelanjutan
kegiatan dunia. usaha.
- Peningkatan yang lebih produktif dari seluruh faktor produk
si sehingga kebutuhan pembangunan dan harapan struktur pem
bangunan yang diinginkan akan lebih cepat terwujud.
2.4.1.3 Modal (Uang, Barang dan Jasa).
Proses pembentukan modal dalam me~ar.uhi kebutuhan akan modal
terbagi atas tiga jenis modal yang biasa dikenal dengan :
Modal dalam bentuk uang, barang dan jasa. Menurut sumber asal
modal terbagi atas dua, yaitu :
1. Modal yang berasal dari dalam Negeri.
2. Modal yang berasal dari luar Negeri.
Modal yang berasal dari luar Negeri atau modal asing hanyalah
merupakan pelengkap bagi kebutuhan akan modal didalam laju
pembangunan bagi suatu negara yang sedang berkembang.
Modal yang merupakan masalah pokok bagi pertumbuhan modal di
masa yang akan datang. Dengan modal yang diikuti sertakan di
dalam proses kegjatan usaha maka harapan keuntungan akan dapat
diperoleh sehingga kelangsungan kehidupan yang lebih baik da
pat tercapai seperti yang diharapkan.
Setelah diperoleh keuntungan ukuran identifikasi potensi akan
kebutuhan akan modal dengan masukan-masukan yang berupa fakta
dan kebijaksanaan serta kebutuhan, akan dihasilkan petunjuk
petunjuk kemungkinan struktur pengembangan wilayah yang di
inginkan.
2.4.1.4.' Modal Dalam Bentuk Tenaga Kerja.
Gambaran peningkatan tenaga kerja diperlukan untuk memenuhi k~
butuhan-kebutuhan atas tenaga kerja untuk pengembangan wilayah
Produksi tersebut jelas perlu dikaitkan pada kebutuhan-kebutu
han penyediaan barang dan jasa yang ditetapkan oleh segala ma
cam usaha maupun kehidupan masyarakat.
2.4.1.5 Perkembangan Modal.
Proses perwujudannya dapat terdermin adanya investasi disegala
bidang. Motivasi dari investasi dapat merupakan harapan keun
tungan atau motivasinya untuk bidang sosial dengan maksud un
tuk meningkatkan produktifitas dalam segala bidang terutama te
naga kerja. Karena sebagai sumber dari tenaga kerja merupakan
tujuan dari sasaran pengembangan wilayah dan sekaligus merupa
kan pelaku didalam perencanaan pengembangan wilayah.
- 41 -
2 • JAIANNYA PROSES •
• 4.2.1. Gambaran Umum
Kumpulan proses IV : Kriteria kebutw an akan modal terbagi da
lam proses-proses bagian
a. Gambaran mengenai pertumbuhan modal yang dapat diharapkan
dari keadaan padasaat ini sebelum pengembangan selanjutnya.
b. Gambaran mengenai implikasi struktur wilayah yang diingin
kan.
c. Gambaran mengenai kebutuhan yang dihasilkan oleh perkemba
ngan tenaga kerja.
d. Kebutuhan pengembangan wilayah.
e. Penetapan besarnya kebutuhan akan modal.
f. Penetapan lokasi penggunaan modal disesuaikan dengan kebu
tuhan kegiatan usaha.
g. P£netapan lokasi operasi berdasarkan sumbPr asal dari pada
modal.
Kriteria kebutuhan akan modal mempunyai kaitan yang erat de.
ngan kebutuhan pembangunan dan struktur pembangunan wilayah
yang diinginkan, yang di tujukan un tuk pt ningkatan nilai kon
tribu~.i wilayah yang optimal •
2.4.2.2. Gambaran hubungan keadaan ketenaga-kerja dengan pengembangan e
konami dan kebutuhan modal.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor utama dari faktor-fak
tor produksi.
Faktor-faktor produksi yang uta.m.a tersebut adalah sumber _ daya·
manusia dalam arti kata tenaga kerja yang sudah efektip mengh~
silkan daya guna bagi sesuatu jenis produksi dan fak tor-fakoor
prosuksi lain : modal, teknologi dan sebagainya.
Sebagaimana kita jumpai dari hasil sensus 1971 pendu~uk Indone
sia ber jumlah 118,4 juta jiwa, dengan luas wilayah hampir 2j~
ta kilometer persegi.
- 42 -
Dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 1930 sebesar 60, 7 ju
ta, maka da1am kurun waktu 41 tahun, penduduk Indonesia menjadi
dua ka1i 1ipat. Menurut beberapa cara proyeksi penduduk maka da-
1am waktu kurang dari 30 tahun, jumlah tersebut akan mencapai 2
ka1i 1ipat, bahkan ka1au usaha untuk menekan 1aju pertumbuhan
penduduk ini tidak pendek 1agi. Jum1ah dan pertambahan penduduk
di Jawa dan 1uar Jawa se1ama 41 tahun akan ter1ihat da1am tabe1
1. dibawah ini.
Jum1ah Pertambahan Penduduk Antar Sensus di Jawa dan Luar Jawa.
riaerah
Jaw a
Luar Jawa
Indonesia
1930
41,7
9,0
60,7
Sumber : B.P.S.
Penduduk
1961
63,0
34,0
97,0
jutaan Y.
1971
76,1
43,1
119,2
Rata2 Pertumbuhan
% %
1,3
1,8
1,5
1,9
2,3
2,1
Tabe1 I menggambarkan adanya kenaikan 1aju pertumbuhan penduduk
baik di Jawa maupun di 1uar Jawa se1ama tiga ka1i sensus.
Pada saat ini penduduk Indonesia termasuk da1am ke1ompok pen
duduk muda karena 52 juta (sensus 1971) berumur di bawah 15 tahun.
Keadaan ini tidak menguntungkan bagi pembangunan karena go1ong
an umur tersebut merupakan tenaga-tenaga yang be1um produktip.
Di samping itu ke1ompok umur inipun memberikan gambaran mening
kathya 1aju pertumbuhan angkatan kerja di:~asa datang.
Jadi gambaran struktur penduduk Indonesia tahun 1971 ada1ah se
bagai berikut
1. Umur sebe1um bekerja <. 15 tahun) berjum1ah 52 juta ji-
wa (44% dari jum1ah se1uruh penduduk.
2. Umur da1am usia kerja (15 tahun - 65 tahun) berjum1ah 63,4
juta jiwa (53,3% dari jum1ah penduduk).
3. Umur di atas 65 tahun berjumlah 3,0 juta jiwa (2,7 %) .
Se1ain jum1ah dan tingkat pertumbuhan yang pesat, maka keadaan
penduduk Indonesia penyebarannya sangat tidak merata untuk ber
bagai pu1au di Indonesia seperti dapat ter1ihat da1am tabe1 2.
- 43 -
Tabel .2. : Penyebaran penduduk rnenurut pulau.
No
Urut.
1.
2.
3.
4.
5.
D a e r a h
Jawa dan Madura
Surnatera
Kalimantan
Sulawesi
Pulau-pulau lain
Jumlah
Smnber : B.P.S.
Jumlah Penduduk ( 1.000
1961 % 1971 %
62.993
15,739
4,101
7.079
7.106
97.018
64,9
16,2
4,2
7,3
7,3
99,99
76.099
20.819
5.107
8.534
8.620
63,9
17,4
4,3
7,2
7,2
119,179 100
Dari tabel 2 di atas ternyata bahwa selama 10 t~un hampir ti
dak terjadi perubahan dalam penyebaran penduduk di Indonesia
di mana hampir 65% berada di pulau Jawa dan Madura dengan luas
6,9% dari seluruh wilayah Indonesia.
Akibatnya di Jawa dan Madura ratio antara tanah dan manusia ku
rang dari standar normal (0,3) sebaliknya tanah di luar Jawa
rnasih banyak yanb belum digarap oleh rnanusia.
2.4.2.3. Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja.
Dalam rnenangani rnasalah kesernpatan kerja tercakup 3 unsur :
1. Gologan umur penduduk yang akan rnenuntut penggarapan di ta
hun-tahun sekarang dan di tahun yang akan datang.
2. Laju peningkatan golongan umur tertentu dalam supply angkatan
angkatan tinggi di masa yang akan datang.
3. Mempengaruhi arah perkembangan ekonomi hingga lebih banyak
dapat rnenyerap angkatan kerja yang rnemerlukan kesempatan ker
ja.
Golongan umur yang perlu diperhatikan pada situasi mendesak di
masa-rnasa yang akan datang adalah golongan umur an tara 15 - 24
tahun yang akan terjun ke pasaran tenaga kerja.
Masuk tidaknya mereka ke pasaran tenaga kerja tergantung pada
tingkat partisipasi angkatan kerja yang antara lain dipengaruhi
oleh pendidikan. Menurut sensus 1961 dan 1971 jumlah kesempatan
kerja dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini
- 44 -
Tabel .3. Jumlah Pekerja menurut lapangan usaha 1961 s/d
1971.
Lapangan Usaha
. ( p Pertan1.an L
Pertambangan ( L 0 )
Industri Umum ( LG )
Listrik, Gas Air . ( E M1.num L
K Bangunan { L )
Jumlah
23.516
87
1.856
51
582
Pengangkutan dan Komuni-
kasi ( LT ) 691
Services ( L5 5.925
J u m 1- .. a h 32.708
1961
(dalam ribuan)
1971
% Jumlah %
71,90 25.233 66,90
0,27 81 0,21
5,67 2.605 6,91
0,16 35 0,09
1,78 646 1,71
2,11
18,11
100,0
910 2,41
1,805 21,76
37,705 99,99
Sumber B.P.S. sensus 1961 dan 1971.
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat laju pertambahan kesem
patan kerja yang tertinggi masih ditampung di sektor per
tanian, kemudian menyusul sektor-sektor lain. Keadaan yang
demikian tidak berobah banyak selama 5 tahun terakhir (1971-
1976) .
- 4::; -
Keadaan ini bisa dilihat pada tabel 4 di bawah ini
Tabel .4. : Jumlah Pekerja menurut lapangan usaha sensus 1971
(September) dan Sakernas 1976 (September) •
( dalam ribuan)
1971 1976 La.pangan Usaha
Jumlah % Jum1ah
Per:..anian 25.490 63,18 27.136 58,77
Pertambangan 93 0,23 102 0,22
Industri pengo laban 3 .0"18 7,48 4.-34 7 9,42
Listrik, Gas, Air Minum 36 0,09 37 0,08
Bangunan 758 1,88 1.187 2,57
Angkutan dan Komunikasi 944 2,34 1.227 2,66
Lain - 1c>in 10.006 24,80 12.134 26,28
Jum 1 a h 40.345 100,00 46.180 100,00
2.4.2.4. 1Daya Tampung Optimumal Tenaga Kerja
;ntuk melihat lebih jelas adanya perubahan struktur ketenaga
kerjaan selama 15 taLun terakhir, perlu penyederhanaan 1apangan
us~a di sektor ekonomi sebagai berikut :
Tabe1 5.
La.pangan Usaha
1. Pertanian (LP)
2. Services (hotel, restoran, kon-S sultan dsb) (L )
3. Industri Umum- (L1 )
4. Bangunan (LB)
5. Transport (L T)
6. Enersi dan pertam-"C"
bang an ( L~
Jum1ah
Jumlah orang yang. (bekerja (1. ooo)
1961 1971
25.490 27.136
10.006 12.134
3.018 4.347
758 1.187
944 11.227
129 139
% orang yang bekerja
1961 1971
63,18 58,77
24,80 26,28
7,48 9,42
1,88 2,57
2,34 2,66
0,32 0,30
40.345 40.180 100,00 100,00
- 46 -
Dari tabel 5 ternyata memang ada perubahan struktur yang di
sebabkan oleh karena perubahan teknologi atau perubahan-peru
bahan yang sifatnya non ekonomi. Agar supaya perubahan tersebut
menuju ke satu perkembangan yang diinginkan sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai yaitu : menyediakan lapangan kerja bagi te
naga-tenaga (manpower) dengan jumlah dan struktur yang memenu
hi kriteria-kriteria optimal. Hal ini bisa kita laksanakan ka
lau hasil (output) yang akan kita peroleh di masa datang akan
lebih besar daripada pengorbanan (pengeluaran-pengeluaran)
yang dilakukan pada saat sekarang. Jadi kalau pengorbanan ki ta
tersebut sebagai C dan out put sebagai 0, maka tabel di atas ki
ta sederhanakan sebagai berikut
Tabel 6
Lapangan Us aha Cost of input Out Put
1. Pertanian cl 0 1
2. Services 2 2
c 0
3. Industri urn urn c3 03
4. Bangunan c4 04
5. Transport cs OS
6. Enersi dan pertambangan c6 06
J u m 1 a h c i 0 i
Misalnya efficiency ketenaga kerjaan dan industri dapat di-
misalkan sebagai e' dan e maka pengembangan ketenaga kerja-
an akan terjadi kalau e1 ) .e
di mana : e'dan e =efficiency sistim ketenaga kerjaan dan
struktur teknologi.
2.4.3
- 47 -
M 0 DEL
Proses IV bertujuan untuk penggunaan dan pengalokasian dana
atau modal yang tersedia agar tercapainya optimasi dari pe
rencanaan pengemb~__gan wilayah, hal ini akan membutu.'lk~~
adanya peningkatan kebutuhan pembangunan, keinginan akan
struktur pembangunan dan peningkatan yang lebih produktif da
ri tenaga kerja. Untuk mencapai optimasi tersebut dibutuhkan
masukan-masukan data dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
terdiri dari tujuan - tujuan atau sasaran - sasaran yang
ingin di optimasi dan batasan - batasan variabel - variabel
masukan dapat di lihat pada tabel 7.
Sasaran - sasaran adalah masukan - masukan seperti
1. Priori tas sektor yang akan di ban gun
2. Peningkatan keseimbangan lokasisektor
Batasan adalah masukan - masukan seperti
Total modal yang tersedia untuk pembangunan daerah atau wila
yah akan proyek .
Kebijaksanaan - kebijaksanaan adalah masukan - masukan seperti
l. Membangun sektor, I sarana untuk menambah kesempatan kerja
dan peningkatan produktifitas tenaga kerja.
2. Mewujudkan jalur pemerataan yang seimbang dan menyeluruh.
Prosedur optimasi tersebut dapat ~igambarkan sebagai suatu mo
del matematik, untuk memenuhi permintaan dan pemenuhan kebutuh
an yang diinginkan oleh masyarakat dalam pembangunan.
Agar lebih jelas model matematik tersabut dapat di rumuskan
sebagai berikut :
B = ::!!: C .. P .. X .. Sij S~J ~] S~J
- 48 -
Dimana
B = Bdn + B a
B = Dana I modal yang tersedia
B = Penanaman modal asing a
Bdn = Penanaman modal dalam negeri
c = Biaya--pengembangan sektor s di WPP. dan SWP: sij J ~
p = Koeffisien prioritas pengembangan sektor s di WPP. sij
dan SWP. ~
X = Sektor s di WPP. dan SWP. sij J ~
Dengan model tersebut diharapkan akan terwujudnya optimasi dalam
menentukan kriteria kebutuhan akan modal, sehingga penentuan pri
oritas pembangunan sektor lebih selektif dan diharapkan akan le
bih merat.
2. 4. 4. MASUKAN - MASUKAN YANG DIPERLUKAN
Bagi kumpulan proses IV : Kriteria Kebutuhan Akan Modal, teruta
ma yang tergolong masukan kebijaksanaan, diantaranya yang ter -
penting
Distribusi pembangunan sektor yang merata terutama yang dapat
menunjang hasil produksi dari sektor pertanian.
- Satu atau beberapa alternatif angka jumlah sektor-sektor atau
sarana yang hendak dibangun untuk jangka waktu tertentu.
- Kebijaksanaan pembangunan sektor/sarana yang dapat banyak
menciptakan kesempatan kerja.
- Perlu adanya pengarahan penanaman modal yang lebih selektif ,-
baik mengenai jenis produk yang dihasilkan maupun lokasi di
mana sektor itu didirikan.
J
- 49 -
2. 5. KUMl'uiAN PROSES IV KEPENDUDUKAN.
2.5.1. jProduk yang dihasi1kan
Produk yang dihasi1kan berupa
1. Jumlah penduduk per SWP, WPP, Kota dan desa.
2. Jumlah penduduk per struktur penduduk.
3. Jum1ah kebutuhan penduduk.
4. Nilai biaya hidup yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan.
2.5.1.1. Jumlah penduduk per SWP, WPP, Kota dan desa,juml~h penduduk ini
merupakan jumlah total penduduk per SWP, WPP, Kota dan Desa.
Jumlah.penduduk total ini merupakan data dasar.
Perubahan jumlah penduduk dapat dipengaruhi antara lain oleh:
- Faktor tingkat kenaikan yang rendah.
- Faktor tingkat kelahiran yang tinggi.
- Faktor kesehatan yang rendah.
- Faktor pendapatan daerah yang rendah
- Faktor pendidikan dan kesempatan kerja.
2.5.1.2. Jumlah penduduk per struktur penduduk.
Jumlah penduduk per struktur yang dihasilkan adalah
- Penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.
- Penduduk berdasarkan mata pencaharian.
- Penduduk berdasarkan agama. Misalnya Bali sebagai pusat agama
Hindu, Salatiga sebagai pusat agama Kristen dan lain-lain. I
- Penduduk berdasarkan pendidikan. Banyak contoh kota-kota pe-
lajar, misalnya Yogyakarta, Bandung.
- Penduduk berdasarkan kepadatan dan penyebaran penduduk.
Penduduk berdasarkan perkembangan penduduk, ini banyak menyan~
kut :
- 50 -
- fertilitas
mortalitas
- migrasi, dsb.
Didalam perencanaan, data komposisi penduduk terutama komposisi
berdasar golongan umur dan jenis kelamin sangat penting, karena
dari data tersebut bisa ditentukan tingkat kelahiran, kematian,
migrasi dan indikator-indikator kependudukan yang lain, sebab
komposisi penduduk adalah distribusi frekwensi yang berhubw>gah
dengan bermacam-macam unsur yang ·mencirikan keadaan pendu-
duk. Data kumposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini
juga menjadi data dasar untuk pembuatan proyeksi penduduk.
Kepadatan penduduk secara rata-rata untuk seluruh negara Indon~ -
sia dapat memberikan kesan yang kurang tepat tentang permasalah
an penduduk di Indonesia. Densitas penduduk per km2 di Indonesia
terhitung rendah namun venyebaranpenduduk ganjil menimbulkan
permasalahan penduduk.
Hampir dua;pertiga dar1 jumlah penduduk Indonesia berdiam di Pu
lau Jawa/Madura yang luas daerahnya seperlima belas dari selu
ruh luas Indonesia. Penyebaran penduduk yang tidak seimbang dan
tidak merata ini akan memberi tekanan atas sumber-sumber yang
tersedia dan mempertinggi kepadatan pada daerah-daerah tertentu.
Sesuatu daerah dinyatakan tingkat kepadatannya tinggi/tidak,bu
kan tergantung dari banyak/sedikitnya penduduk yang berada di
tiap·· km2,. tetapi hendaknya dihubungkan dengar kemampuan daerah
dimana faktor kemempuan daerah itu tergantung pada potensi eko
_nominya di dalam batas-batas kemampuan teknologi yang ada.
Untuk lebih jelasnya bagaimana perbandingan total penduduk dan I
luas daerah serta kepadatan penduduk 1975 di Indonesia bisa di
lihat tabel di bawah.
- 51 -
D a e r a h % dari selu- % dari selu- Kepadatan rub penduduk rub luas d::ao per km2
rah.
Jaw a 63 7 605
Sumatera 18 25 49
Kalimantan 5 28 11
Sulawesi 7 10 49
Irian Jaya 1 22 2
Pulau-pulau lain 6 8 56
Indonesia 100 100 67
Sumber : BPS, StaListical pocket book of Indonesia 1977 hal 4,
26, 27.
Kepadatan penduduk di Indonesia tidak merata tergantung dari
jumlah penduduk dibagi luas daerah yang bersangkutan.
Apabila wanita yang berumur subur ( 15 - 44 ) prosentasenya
tinggi, dapat dibuat suatu perkiraan tingkat kelahirannyaakan
tinggi pula.
Prosentase wanita yang lebih tinggi aari lahir-lahir biasanya
daerah tersebut merupakan daerah dengan masyarakat nelayan.
Apabila data komposisi penduduk/proyeksi penduduk tersebut ter.
sedia kita dengan mudah bisa menentukan total tenaga_kerja (15-
64 tah\m) .. maupun total non tenaga kerja 1(0-l4; 65+) i Untuk mendapatkan dependency ratio perlu membandingkan ke dua
faktor tersebut.
Apabila dependency rationya tinggi hal ini akan menghambat pem I
bangunan karena produk yang dihasilkan oleh golongan penduduk
umur tenaga kerja akan habis dikonsumir oleh golongan peuuu
aux umur non tenaga kerja.
- 52 -
2,5.1.3. Jumlah kebutuhan penduduk.
Jumlah kebutuhan penduduk per SWP, WPP, Kota dan Desa yang di-
perhitungkan adalah jumlah keLutuhan hidup dan jumlah kebutuh-
an kegiatan usaha.
Maksud kebutuhan disini, adalah kebutuhan yang dipakai oleh m~
nusia untuk hidup sehari-hari. Adapun kebutuhan tersebut dapat
dibagi keda1am :
- Kebutuhan hidup
- Kebutuhan Kegiatan usaha.
Kebutuhan hidup yang per1u dipenuhi agar individu/:keluarga;
masyarakat dapat sekedar hidup di antara lain :
Pang an
- Pemukiman
- Sandang
Aneka Barang-barang & Jasa.
- Lingkungan hidup.
Sedangkan kebutuhan kegiatan usaha yang perlu dipenuhi agar
individu/ke1uarga/masyarakat dapat hidup secara layak dan
menutupi kebutuhan hidup antara lain
- Income
- Kesempatan Kerja
- Jasa-jasa/services
2.5.1.4. Nilai Hidup yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan. Ni1ai
biaya hidup yang diperhitungkan per SWP, WPP, Kota dan desa
ini bergantung kepada hasi1 yang dipero1eh dari 6.1.3 diatas.
2.5.2 'Ja1annya Proses.
Proses terdiri dari
1. Penduduk dan proses pengembangan wi1ayah.
2. Pertumbuhan penduduk dan proses pemgembangan wi1ayah
- 53 -
3. Kegiatan usaha yang ada.
4. Proses implikasi kriteria kebutuhan.
5. Kebutuhan modal dan proses pengembangan wilayah.
6. Perhitungan jumlah pertumbuhan penduduk berdasarkan kebu
tuhan.
2.5 .2 .1. p r o s e s 1
Untuk pencapaian kebutuhan pengembangan wilayah secara keselu
ruhan ( Ne~t Development Needs}, maka dalam prosesnya perlu
di tinjau setiap aspek pada penduduk itu, yang mempunyai arti
pada pengembangan wilayah.
2.5.2.2. P r o s e s 2 :
Pertumbuhan penduduk dan proses pengembangan wilayah.
Dalam prosesnya harus dikaitkan pada aspek-aspek pertumbuhan
penduduk, seperti migrasi, CBR dan CDR, Keluarga Berencana dan
lain-lain.
2.5.2.3. P r o s e s 3 :
Kegiatan usaha.
Perkembangan Penduduk mengikuti pola struktur umur yang ada dan
hal ini menggambarkan struktur angkatan kerjanya, yang memerlu
kan kesempatan kerja (sektor-sektor pada kegiatan usaha) dimana
produknya ·. merupakan penunj ang pengembangan wilayah.
2.5.2.4. P r o s e s 4 :
Implikasi kriteria kebutuhan.
Kriteria kebutuhan yang ada dapat menunjang strategi pengemban~
an wilayah. Misalnya, kriteria kebutuhan yang paling dominan im
plikasinya pada pengembangan wilayah perlu mendapat prioritas.
2.5.2.5. P r o s e s 5 :
Kebutuhan modal dan proses pengembangan wilayah •
Dalam peninjauan kebutuhan modal untuk proses pengembangan wila
yah, perlu diperhatikan dua hal yaitu segi kepentingan akan kebu
tuhan modal itu sendiri dan segi keterbatasan-keterbatasan.
- 54 -
2.5.2.6. P r o s e s 6 : Perhitungan j'!.lli'~ah kebutuhan pengembangan ber
dasarkan jumlah pertumbu.~an penduduk.
KebtttuhaTl penge:rnbanga..rt ':lila~z"a..~ merupa..'lctu'l fungsi variabel-varia-
bel antara lain jumlah penduduk dan kebutuhan penduduk itu sen
diri.
2.5.3. Model
Pertumbuhan penduduk berdasarkan golongan umur/natural growth,
pengaruh teknologi, migrasi, tingkat kesehatan, pendidikan, ling
kungan a tau kebijaksanaan-kebijaksanaan lainnya, per SWP, WPP,
KOTA, dan DESA.
dimana = f (x ) p
t P. . = pertumbuhan penduduk pada lokasi j (WPP, Kota dan De sa)
l.J
dan SWP. pada tahun t. l.
X = pengaruh faktor-faktor p masyarakat dan ~ingkungannya p
menurut lokasi.
Untuk menghitung jumlah penduduk pada suatu SWP
t P.,
l.\ = :a: ij
t P ..
l.J
dan untuk secara nasional
= i
t P.
l.
pntuk dapat menghitung ongkos yang dibutuhkan untwk kebutuhan -
kebutuhan pengembangan masyarakat dan lingkungan pada suatu lo
kasi dapat dilihat sebagai berikut :
t c .. = ~ ck P .. K. 'k N
l.J ijk l.J l.J ij
dimana m = jumlah WPP dalam SWP
n = jumlah SWP seluruh Indonesia.
- 55 -
t c.. = nilai jumlah kebutuhan pengembangan wilayah pada lokasi j l.J
(WPP, Kota, Des a) dan SWP. pada tahun t l.
Cik = biaya untuk kebutuhan per kapita untuk kelompok kebutuhan
hidup k.
K. "k l.J
N .. l.J
= kebutuhan hidup k per kapita penduduk di lokasi j pada SWP. l.
= kebutuhan pertumbuhan lokasi j pada SWP .. l.
2.5.4. Masukan - masukan yang dibutuhkan.
Bagi kumpulan proses V diperlukan masukan - masukan :
2.5.4.1 Semua data-data I inventarisasi yang determinan yaitu
-dana
- jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya
- kebutuhan penduduk
- potensi tenaga kerja.
2.5.4.2 Masukan - masukan kebijaksanaan yang menonjol adalah
- program Keluarga Berencana
- program Transmigrasi
- keadaan dan potensi daerah.
- 56 -
2 .6. KUMPULAN PROSES V : PENETAPAN STRUKTUR WILAYAH YANG DIINGINKAN
2 .6.1. Penentuan Struktur SWP yang diinginkan
2.6.1.1. Produk yang dihasilkan
Pada dasarnya diharapkan untuk menghasilkan Structur Pengembangan
Wilayah Tingkat Nasional ( S.P.W.T.N.} yang diinginkan.
S.P.W.T.N. tersebut merupakan masukan utama bagi perencanaan jang
ka panjang karena memberikan petunjuk-petunjuk tentang :
- Kreteria pengembangan untuk Penetapan Struktur Wilayah yang di
inginkan.
- Jumlah Satuan Wilayah Pengembangan (SWP} yang hendak ditangani
dalam kurun waktu jangka panjang tertentu.
- Distribusi sejumlah SWP tersebut pada keseluruhan wilayah Na
sional.
- Gambaran distribusi simpul pertumbuhan masing-masing SWP dan
jangkauan pelayanannya.
- lndikasi jenis Kegiatan Usaha yang direncanakan dapat bertindak
sebagai kutub pertumbuhan (growth pole) bagi tiap ."WPP,. selaku
cara yang tercepat untuk meningkatkan kepadatan jasa distribusi
pada tiap SWP.
Untuk menjelaskan produk-produk yang dihasilkan diatas perlu di~
tinjau hubungan Struktur Wilayah dalam segala faktor yang mempe -
ngaruhinya, yang mana dijelaskan seperti dibawah ini.
Fungsi suatu Wilayah dapat d~ uraikan kedalam bidang-bidang ekono
mi, sosial, politik dan lain-lain
Struktur Regional yang dilihat pada bidang.politik (khususnya} ad
ministrasi maka wilayah negara kita ini sekarang dibagi ke dalam
daerah administrasi seperti : propinsi, kabupaten, kecamatan, kelu
rahan dan lain-lain.
Ciri kekuatan sosial politik yang nampak menonjol ialah
Faktor dinamika masyarakat.
Sedangkan pada kekuatan ekonomi, cirinya dalam proses pertumbuhan
ialah "Effisiensi".
c -· - ..JJ -
Jika kita tinjau Structur Pengembangan Wilayah menurut konsiderasi
ekonomi, menunjukkan adanya "Satuan-satuan Wilayah Ekonomi".
Setiap kota mempunyai jangkauan kemampuan pelayanan yang tertentu
jaraknya, artinya setiap kota mempunyai wilayah pengaruh yang ter
tentu luasnya.
Jika suatu kota tidak berada d~lam sub-ordinasi kota lainnya, ko -
ta tersebut dapat diartikan mempunyai kedudukan "Orde Kesatu".
Kota lain yang berada dalam wil-'tyah pengaruhnya, atau yang dinyata
kan berada dalam Sub-Ordinastnya, mempunyai orde yang lebih rendah
misalnya orde kedua, ketiga dan seterusnya.
Wilayah yang berada dalam jangkauan pelayanan suatu kota orde ke
satu, atau dengan kata lain ysng tercakup dalam wilayah pengaruh
kota orde kesatu dianggap sebagai suatu "Satuan Wilayah" yang ber
diri sendiri dan dinamakan "Satuan Wilayah Ekonomi" (S.W.E.).
Kehidupan ekonomi memberikan hasil Netto surplus dalam hal modal,
untuk bisa membiayAi seluruh kebutuhan pengembangan wilayah ter
sebut. Kegiatan usaha yang effektif dan langsung memberikan sur
plus modal, pada umumnya digolongkan kedalam kegiatan usaha eko
nomi .. Sebagai suatu proses, pengembangan berlangsung dengan ber-·
tumpu pada kegiatan usaha ekonomi.
Kegiatan usaha ekonomi bermula pada sumber alam dan berakhir pa
da konsumen akhir. Sumber alam letaknya tersebar-sebar, demikian
pula halnya pada konsumen akhir.
Kegiatan usaha ekonomi berperan menghubungkan keduanya, sehingga
derajat penyebaran yang dihadapi terasa lebih besar. Derajat pe
nyebaran akan terasa lebih besar lagi, dengan makin meluasnya -
jangkauan pemasaran yang hendak dicapai, yang sejalan dengan ma~.
kin membesarnya kesempatan bagi perkembangan.
Sebagai kegiatan usaha terkelompokan dan sebagian lainnya terse
bar. Gejala penyebaran disebabJ~an pertama-tama oleh keterikatan
nya pada sumber alam berupa tanah yang dihargai selain pada kesu
buran juga luasnya.
- 58 -
Sejalan dengan itu, sebagian jumlah manusia hidup terkelompokan
dan sebagian lainnya hidup tersebar.
Kehidupan manusia yang mengelompok memberi kesan kehidupan kota
sedang yang menyebar memberi kesan kehidupan pedesaan.
Mengikuti.uraian terdahulu, kota-kota terbentuk sebagai akibat
berkelompoknya berbagai usaha dan merupakan. unsur yang_memiliki.
fungsi .serta terikat menurut structur tertentu dalam proses pe-
ngembangan.
Berbicara mengenai sistim perwilayahan sudah barang tentu men
cakup unsur pedesaan maupun kota s~kaligus.
Sedangkan ruang lingkupnya, ditinjau dari sudut jangkauan strU£
tur pengembangan yang terbentuk berlandaskan kaidah-kaidah yang
berlaku dalam kegiatan usaha ekonomi.
Berbagai kalangan mempergunakan kriterium "Pendapatan Daerah"
untuk mengukur tingkat pertumbuhan daerah. Sebagian dari kala
ngan ini mempergunakan "Pendapatan Daerah Perkapita 11 sebagai
kriterium..
Pemakaian " Pendapatan daerah 11 sebagai kriterium untuk mengukur
tingkat pertumbuhan daerah bukannya salah, melainkan sangat sukar
untuk mencar~ kaitannya dengan mekanisme penyeimbangan.
Selain dari itu, " Pendapatan 11 belum. memberi gambaran yang me
madai tentang kebutuhan sebenarnya dari masyarakat. Pendapatan
tinggi belum. bera~ti suatu kemudahan bagi masyarakat dalam mempe
roleh kebutuhannya.
Adapun kriterium. yang dipilih untuk menyatakan 11 Tingkat Pertumbuh-. .
an 11 sesuatu wilayah adalah justru tidak langsung memberit~hukan
pertumbuhannya sendiri melainkan memberitahukan faktor " Tingkat
Kemudahan 11 bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan, baik meru
pakan kebutuhan hidup maupun berupa kebutuhan - kebutuhan untuk
melakukan kegiatan usaha.
Kriterium " Tingkat Kemudahan " memberikan pula ukuran bagi " Ke
sempatan untuk tumbuh " serta ukuran bagi " Daya Tarik "
Dengan kesempatan untuk tumbuh yang seirr~ang, pada dasarnya dapat
dicapai tingkat pertumbuhan yang seimbang pula.
- 59 -
Mengenai satuan produk yang dipilih sebagai variable dalam perenca
naan, sudah tentu adalah satuan produk yang benar -benar menampung
makna dari kriterium tersebut.
Dalam hubungan ini, predikat " Satuan " berlaku mencukupi dimensi
wilayah. Wujudnya sendiri ak.an merupakan " Satuan Wilayah " selain
dari itu, predikat " Satuan " juga mencakupi pengertian " Satuan "
dalam mekanisme pengembangan sehingga satuan produk yang dimaksud
itu dapat diberi sebutan Satuan Wilayah Pengembangan, atau dising
kat S.W.P.
Structur yang ada sekarang.
Dalam suatu SWP tidak. dijumpai adanya kesimbangan perataan, dika
renakan perbedaan. hirarki. Sedangkan antara SWP pada prinsipnya
dapat dicapai keseimbangan. ~engan demikian, apabila pada wila
yah nasional dikehendaki adanya keseimbangan dengan tingkat pera
taan yang tinggi, diperlukan hadirnya sejumlah SWP yang dalam ke
adaan seimbang yang sebesar mungkin.
Pada wilayah nasional dijumpai lebih dari 70 SWP, yang tersebar
dari Sabang sampai Marauke. Sekian banyak. SWP itu menunjukan uku
ran yang tidak sama besarnya. "Tingkat Kemudahan" yang tidak sa
ma tinggi berarti pula bahwa kesempatan untuk tumbuhpun tidak sama.
Hadirnya sejumlah SWP seperti itu, merupakan suatu prakondisi bagi
berkembangnya pertumbuhan nasional yang semakin tidak seimbang, s~
lama terhadapnya tidak dilakukan suatu perombakan atau pengendali
an yang memenuhi tujuan nasional maupun pada tiap SWP.
Arah perombakan dan pengendalian yang perlu dilak.ukan adalah jelas,
yaitu membawa sejumlah SWP tersebut kedalam keadaan keseimbangan.
Sasaran yang ingin dicapai ialah keseimbangan dengan tingkat kesem
patan pengembangan secara merata dan tinggi.
- 60 -
~.6.1.2~ J~~YA PROSES.
Penetapan structur Pengembangan Wilayah yang diinginkan, terbagi
dalam prospek-prospek bagian :
PROSES A
Inventarisasi Structur Pengembangan Wilayah yang berlaku :
lebih bersifat proses determinan, dalam arti merupakan k~
giatan-kegiatan kompilasi data, menganalisa, dan menarik
kesimpulan dan fakta-fakta structur pengembangan wilayah
yang berlaku pada keseluruhan wilayah nasional.
Sepanjang analisa yang dilakukan sampai paaa tahap ini d!
peroleh petunjuk, bahwa unsur pembentuk structur pada"wi
layah ialah jasa distrubusi.
Kegiatan usaha ekonomi bermula pada sumber alam dan ber -
akhir pada konsumen akhir.
Catatan
Bertolak pada sumber alam diperoleh produk primer, melalui
kegiatan usaha primer (produksi). Kegiatan usaha primer,
berlokasi pada tempat diketemukan sumber alam.
Konsumen akhir ialah pihak yang menampung barang - barang
konsumsi, sehingga industri termasuk konsumen akhir.
Jasa distribusi pada hakekatnya berperan memasarkan pro
duk primer menuju konsumen akhir. Selama perjalanan, pr~
duk primer dapat mengalami perubahan melalui proses pemu~
nian, pengolahan, pengerjaan dan sebagainya dalam rangka
memenuhi tuntutan kebutuhan konsumen akhir. Proses~proses
seperti ini merupakan fungsi kegiatan usaha sakunder (pr~
duksi) yang bersifat melengkapi kegiatan usaha distribusi
(tertier), dalam rangka pemasaran produk primer.
- 61 -
Sumber alam, letaknya tersebar-sebar .
Konsumen akhirpun berada tersebar-sebar. Kegiatan usaha distribusi
berperan menghubungkan kedua-duanya, sehingga menghadapi nerajat p~
nyebaran yang lebih besar lagi. Dalam rangka mengatasi kenyataan
demikian, terjadilah bentuk-bentuk yang mencerminkan penerapan pri~
sip-prinsip effisiensi pada proses distribusi, yaitu berupa simpul
simpul jasa distribusi.
Berdasarkan suatu pengertian tentang m~kanisme berkembangnya Wilayah
yang bertumpu pada kegiatan usaha Ekonomi, mula sekali dapat diamati
adanya sejumlah "Satuan Wilayah Ekonomi" ( SWE ) pada wilayah Nasio
nal SWE-SWE ini masing-masing bertumpu pada suatu Kota orde kei yang
berfungsi selaku simpul jasa distribusi, tingkat ke~uatannya ditentu.
kan oleh tingkat kepadatan jasa distribusi masing-masing.
Dari pada itu, kota orde ke I sendiri didefinisikan sebagai simpul j~
sa distribusi yang memungkinkan pencapaian tingkat harga pasar terti~g
gi bagi produk-produk wilayah. Dengan konstelasi kepulauan yang dimi
liki Indonesia, kota orde I itu antara lain haruslah memiliki pelabu£
an laut, sedangkan tingkat harga pasar tertinggi diidentifikasikan
sebagai "Tingkat Harga Pasar Internasional".
Jumlah dan distribusi SWE yang saat ini terdapat diseluruh wilayah Na
sional ditambah dengan tingkat ketergantungannya antar SWE, memberikan
petunjuk tentang Structur Pengembangan Wilayah yang berlaku.
Jalannya analisa secara memintas (memotong kompas, menempu~ jarak se -
penqek mungkin), dapat diketengahkan sebagai berikut.
Menurut wujudnya, kebutuhan masyarakat dapat dikelompokkan kedalam "Ja
sa dan Barang" .
Berbicara mengenai kebutuhan berupa pendapatan, tidak lain adalah pen
dapatan yang ekwivalen nilainya dengan jasa atau barang yang dihasilka~
nya. Jasa, barang ataupun pendapatan merupakan produk dari proses
kegiatan usaha. Berbicara mengenai kebutuhan berupa lapangan kerja, ti
dak lain adalah kegiatan usaha itu sendiri.
- 62 -
Penambahan lapangan kerja berarti pengembangan proses kegiatan usa
ha.
Yang tergolong kebutuhan barang ialah : prasarana, sarana, barang -
barang modal, bahan baku I penolong dan baranq konsumsi.
Yang tergolong kebutuhan berupa jasa (langsung dikonsumsi) ialah mi
salnya jasa pendidikan, jasa pelayanan kesehatan, jasa pelayanan pe£
ibadahan, jasa pemerintahan, jasa perlindungan hukum, jasa kearnanan,
jasa angkutan dan lain sebagainya.
Mengenai kebutuhan berupa jasa, pertama-tarna dibedakan menurut "tin~
kat keseimbangan " kebutuhannya sangat dirasakan oleh masyarakat.
Untuk menjangkaunya menyangkut mobilitas, yang berarti pula biaya, s~
hingga penyediaaunya berada dalam jangkauan lokal. Penyediaan jasa
sifatnya langsung, sehingga kegiatan usaha yang menghasilkannya juga
berada dalam jangkauan lokal.
Atau sebaliknya dapat disebutkan, bahwa kegiatan usaha penghasil jasa
dikenal berorientasi kedalam arti, bahwa jasa yang dihasilkannya itu
ditujukan kepada masyarakat yang berada dalarn wilayah yang sama (ber
jangkauan lokal )
Berbeda dengan jasa, penyediaan barang sifatnya tidak langsung.
Barang disediakan melalui jasa distribusi (terdiri dari jasa perdagan~
an dan jasa angkutan, sebagai bagian-bagian yang tak terpisahkan) .
Penghasil barangnya sendiri dapat berada dalarn jangkauan lokal maupun
jangkauan tidak lokal, seperti diwilayah lain, dipulau lain ataupun di
negara lain.
Dalam rangka ini, kegiatan usaha penghasil jasa distribusi ]uga masih
dikenal sebagai " Berorientasi kedalam " Walaupun barangnya berasal
dari luar wilayah.
Disamping memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berada dalam wi
layah sama berupa barang, juga berfungsi melayani pemasaran basil pro
duksi masyarakat dalam wilayah itu kepasaran luar, seperti kewilayah
lain, kepulau lain atupun ke negara lain.
- 63 -
Dala~ hubungan ini, kegiatan usaha penghasil jasa distribusi .dikenal
" Berorientasi keluar "
Dengan d~~ikian, dal&u m~nh~rikan pelayanan, kegiatan usaha penghasil
jasa- distribusi menunjukkan ciri-ciri :
a. Selain berjangkauan lokal, juga tidak lokal, dan
b. Disamping berorientasi kedalam, juga berorientasi keluar.
Jangkauan tidak lokal, terutama dikaitkan dengan pelayanannya yang ber
orientasi keluar, dan pada prinsipnya diusahakan untuk menjangkau jarak
sejauh mungkin, yaitu sejalan dengan usaha pencapaian pasaran yang selu·
as-luasnya.
P.ROSES B
Pengumpulan fakta dan Penetapan Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah.
Terjadi simpul jasa distribusi menimbulkan pusat kegiatan usaha di~
tribusi, yaitu yang mencakup perdagangan dan angkutan. Disitu ter
jibat sejumlah manusia • yang memerlukan juga pelayanan untuk meme
nuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kegiatan usaha yang berfungsi melayani itu melibatkan pula sejumlah
manusia.
Begiatu seterusnya, sehingga terjadilah konsentrasi kegiatan usaha
dengan disertai pemukiman manusia-manusianya, Yang membentuk kehi
dupan kota .i Dalam kaitan inilah, simpul jasa distribusi dinyatakan sebagai ti
··tik tumpu bagi tumbuh dan berkembangnya kota,.menurut konsiderasi
ekonomi. Atau dengan kata lain,kota mernpunyai fungsi ekonomi dalam I
rangka peranannya sebagai simpul jasa distribusi.
Sebagai pusat perdagangan, maka harga barang yang berlaku pada sim
pul (kota) merupakan ukuran harga pasar bagi barang-barang yang di
hasilkan oleh kegiatan-kegiatan usaha produksi yang berada diseki
tarnya.
- 64 -
Sebaliknya, kegiatan usaha produk berusaha untuk dapat mencapai
tingkat harga pasar yang berlaku pada simpul (kota) .
Simpul mempunyai kelebihan dari sekedar harga pasar, suatu ·ba
rang yang dapat mencapai tingkat harga pasar yang berlaku pada
suatu simpul, akan terjamin pemasarannya sampai pada konsumen
akhir.
Dalam usahanya untuk mencapai tingkat harga-pasar yang berlaku
pada simpul, kegiatan-usaha produksi memperhitungkan besarnya
biaya angkutan yang perlu ditutupnya, periksa Gambar l untuk j~
nis barang berlaku harga-produksi minimum, sehingga untuk suatu
tingkat harga pasar pada simpul berlaku pula suatu batas wilayah
yang menggambarkan dan disebut Wilayah Pengaruh Simpul. Dalam w~
layah pengaruh itu, kegiatan-usaha produks~ dapat mencapai harga
pasar aan berarti dapat terjangkau oleh pelayanan pemasaran.
Diluar wilayah, berarti tidak terjangkau lagi oleh pelayanan pe
masaran sesuatu simpul.
Dengan menurunnya biaya-angkutan Wilayah Pengaruh Simpul menjadi
lebih luas. Makin merendah biaya angkutan, akan makin luas wila
yah pengaruhnya.
Menuru1~ya biaya-angkutan disebabkan diantaranya oleh meningkat
nya teknologi angkutannya. Sedangkan teknologi meningkat sejalan
dengan membesarnya volume arus-barang (gejala perkembangan) .
Teknologi angkutan yang meningkat sebaliknya menurut syarat, be
rupa "pengumpulan barang" sebelum diangkut. Pengumpulan barang,
tidak lain adalah suatu bentuk simpul jasa-distribusi juga.
Sejalan dengan berlangsungnya perkembangan, bermunculanlah ·sim:
pul-simpul jasa distribusi baru, yang nampak sebagai kota-kota
(keC:ilX baru.
Simpul yang timbul kemudian itu, sifatnya melengkapi simpul yang
telah ada sebelumnya. Simpul yang timbul kemudian itu berada da
lam sub-ordinasi simpul yang telah ada sebelumnya.
- 65 -
Teknologi angkutan, yang menghubungkan simpul yang telah ada sebelumnya
itu dengan simpul lain, dapat pula meningkat sejalan denga~ makin mema
datnya arus barang. Peningkatan teknologi angkutan berpengar~~ memper
baiki tingkat harga pasar. Perbaikan tingkat harga-pasar membawa peng~
ruh pula pada perbaikan tingkat harga pasar pada simpul yang berada da
lam sub-ordinasi, periksa Gambar 2.
{ HP ) ke{ HP ) 0 2 l 2 berpengaruh pada perobahan { HP 0 ) 1 ke { HP 1 ) 1 .
Tingkah-laku jasa-distribusi, sebagaimana diungkapkan pada Gambar 1,
berlaku w"'ltuk satu jenis barang. Jasa-distribusi tidak merr.bedakan Je
nis barang *) dan menampung sekaligus berbagai jenis barang. Gambaran
mengenai tingkah laku jasa distribusi dalam menampung sekaligus berba -
gai jenis barang, didapatkan melalui cara 11penumpangan11 {super imposed},
periksa Gambar 3. Lebih dekat pada simpul, lebih banyak pula jenis ba -
rang yang terjangkau oleh pelayanan pemasaran, yang· berarti. lebih luas
kesempatan yang tersedia untuk perkembangan kegiatan usaha.
Simpul yang terjadi kemudian itu dapat pula menimbulkan simpul baru,
yang sifatnya melengkapi padanya . Begitu seterusnya, sehingga terbentuk
sederetan simpul-simpul yang terikat satu dengan lainnya ·dalam hubungan
fungsionil pemasaran. Hubungan seperti i tu menampakkan adanya susunan h.!_
rarki, yang arahnya ditentukan oleh arah dari orientasi geographis pemasa.
rannya, periksa Gambar 4.
Ciri-ciri hubungan fungsionil antar simpul, tidak lain menggambarkan ciri
cirL hubungan fungsionil antar kota.
Orientasi Geographis Pemasaran yang d·ijumpai pada wilayah-wilayah ke pu
lauan _Indonesia, mengarah pada 11perairan dalam11 • Apakah arah ini keliru?
Tidak, justru tepat sekali, mengingat bahwa arahnya sesuai dengan orienta
si perdagangan antar daerah. Makin intensif berlangsnngnya 9erdagangan
antar daerah, akan makin tinggi tingkat ketergantungan ekonomis antar dae
rah, yang berarti makinkok6h Kesatuan Ekonomi Nasional. Selain dari itu,
perdagangan antar daerah yang intensif membuka peluang bagi berlangsungnya
11 spesialisasi daerah 11 yang berarti memperluas kesempatan untuk perkem -
bangan.
- 66 -
*) Kecuali beberapa jenis barang yang tergolong khusus, sepert~ rninyak,
kayu glondongan dan ternak, yang rnernpergunakan fasilitas distribusi
yang khusus pula.
Proses yang bersifat carnpuran antara pengarnatan unsur-unsur diterrni -
nan yang rnenghasilkan rekornendasi pengernbangan wilayah, dengan unsur -
tinsur kebijaksanaan-kebijaksanaan yang rnenetapkan jalur upaya yang hen
dak diternpuh dalarn pengernbangan wilayah.
Dalam suatu SWP tidak dijurnpai adanya keseirnbangan/perataan, dikarena
kan perbedaan hirarki. Sedangkan antar SWP pada prinsipnya dapat die~
pai keseirnbangan. Dengan dernikian, rnaka, apabila pada wilayah Nasional
dikehendaki adanya keseirnbangan dengan tingkat perataan yang tinggi, di
perlukan hadirnya sejurnlah besar SWP yang dalarn keadaan seirnbang.(Peri~
sa GBHN 1979)
Pada Wialayah Nasional diju-pai lebih dari 70 SWP, yang tersebar rnulai
dari Sabang sarnpai Merauke.
Sekian banyak SWP itu rnenunjukkan ukuran yang tidak sarna besarnya.
11 Tingkat kernudahan 11 yang berlaku tidak sarna.tingginya, yal).g berarti
ba.hwa kesernpatan untuk turnbuhpun tidak sarna. Hadirnya sejurnlah SWP se
perti itu, rnerupakan suatu pr-kondisi bagi berlangsungnya perturnbuhan
nasional yang rnakin tidak seirnbang, selarna terhadapnya tidak dilakukan
_s~~u~perornbakan.
Tahapan.rnakro dalam pelaksanaan perencaan pengernbangan wilayah dirnaksud
kan untuk rneninjau perrnasalahan dalarn keseluruhan wujudnya, terutarna da
lam kaitannya dengan program pernbangunan Nasional yang lebih luas dan rne
nyeluruh sehingga dengan dernikian dapat diperoleh batasan-batasan pers_ ·
pektif program itu sendiri.
Hal mana rnenyangkut garis besar rencana dan ukuran-ukuran pelaksanaan
yang diperlukan.
- 67 -
Kebijaksanaan sebagai masukan yang diperlukan.
Menempatkan fungsi program pengembangan wilayah didalam program pembangunan
Nasional
Hal yang perlu diperhatikan didalam program pengembangan wilayah sehing
ga sesuai dengan program pembangunan nasionaladalah sebagai berikut
'- Meningkatkan taraf hidup, merupakan fungsi pokok program pengembangan
wilayah dalam pembangunan nasional.
Hal ini dicapai melalui perencanaan yang terpadu yang memasukkan ke -
mungkinan - kemungkinan·p~hingkatan taraf hidup masyarakat sebagai ba
gian dari keseluruhan_ proses peningkatan taraf hidup.
- Mengembangankan wilayah, dalam hal ini bertumpu pada pengembangan sum.~
ber daya alam. Perpaduan yang serasi antara sumber daya alam dengan
keahlian tenaga kerja, ditambah dengan lain-lain unsur pengembangan di
tujukan "kepada pemanfaatan Wilayah Nasional seoptimal mungkin.
- Perataan Panyebaran penduduk, dalam rangaka mencapai tujuan tingkat pe£
tumbuhan antar daerah yang semakin seimbang, sebagai prakondisi dalam
pencapaian tujuan ideal pembangunan nasional.
- Lain-lain fungsi, yang merupakan penjabaran langsung dari ketiga fungsi
pokok diatas.
Ad~pun Kebijaksanaan-Kebijaksanaan Sektoral yang harus diperhatikan ialah:
Pertanian •
- Meningkatkan kemampuan serta memlihara kelangsungan peningkatan produk . I -
si bahan makanan, bahan baku industri dan bahan perdagangan.
- Peningkatan pendapatan masyarakat, terutama untuk daerah pedesaan.
Peningkatan penghasilan petani pada tanah garapan yang terbatas luas
nya, dengan cara intensifikasi dan sistim pola pertanaman campuran a
dalah bersifat sementara. Karena batas produksi akan mencapai batas
maksimum, sedangkan kebutuhan keluarga penani semakin meningkat .
Salah satu jalan dalam mengatasi hal ini ialah dengan memperluas la -
han usaha.
- 68 -
- Kesempatan kerja yang semakin meluas, terutama untuk daerah pedesaan.
Intensifikasi, multi usaha tani adalah usaha-usaha yang dapat mening~
kan penggunaan·· tenaga kerja.
- Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan sumber alam. Hal ini bisa di
.:capai dengan pengairan yang cukup. Sis tim usaha pertanian yang tepat
serta reboisasi dan penghijau~~-
Ekonomi dan Perdagangan.
Kebijaksanaan disektor ekonomi dan perdagangan pada pokonya ialah mempe~
1 baiki ·.peri kehidupan rakyat, terutama dibidang sandang pangan
- Kepada masalah perbaikan ekonomi, rakyat harus diberllkan prioritas uta
rna diantara soal-soal nasional. Sedang cara menghadapinya perlu dida
sarkan pada prinsip-prinsip ekonomi yang rasionil dan realistis;
- Hakekat dari landasan idiil ini adalah pembinaan sistim ekonomi terpi~
pin berdasarkan Pancasila yang menjamin berlangsungnya Demokrasi Ekon£
mi dan bertujuan menciptakan masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
- Dalam demokrsi ekonomi yang hendak dihina, tidak ada tempat bagi adanya
sistim "Free-fright liberalism", sistim "Etatisme" dan monopoli yang me
rugikan masyarakat.
- Pembangunan ekonomi harus berdasarkan kepada kemampuan serta kesanggup
an rakyat Indonesia sendiri tanpa menolak kemungkinan memanfaatkan po -
tensi modal, tehnologi dan ketrampilan yang tersedia diluar negeri, se
lama bantuan itu benar-benar diabdikan kepada kepentingan ekonomi rak. -
yat tanpa mengakibatkan ketergantungan kepada luar negeri
- Program jangka pendek terdiri atas pengendalian inflasi (stabilisasi
ekonomi ) dan pemulihan produksi (rehabilitasi) .
- 69 -
Politik dan pertahanan keamanan.
Sifat politik luar negeri adalah bebas dan aktif, anti imperialisme
dalam. segala bentuk manifestasinya, serta mengabdi kepada kepentin~
an nasional dan amanat.penderitaan rak~at.
- Memelihara stabilitas dan ketahanan nilsional.
- Konsolidasi Kekuatan Pertahanan dan Keamanan Nasional (HANKAMNAS}
serta realisasi integrasi ABRI sebagai kekuatan Hankamnas ataupun
sebagai kekuatan sosial.
Perindustrian.
- Menerapkan teknologi yang dapat menguntungkan dan menggunakan bahan
setempat serta memperkerjakan tenaga secara maximum.
- Mempercepat pertumbuhan industri kepedesaan.
- Mempercepat hubungan antara cara-cara berproduksi modern dan tradi
onil.
Sosial dan kebudayaan.
- Meningkatkan tingkat kesejahteraan dan penghidupan penduduk
- Pemerataan pendidikan bagi segenap lapisan masyarakat.
- Memelihara dan membina budaya bangsa
- PROSEs_· C.
Pengumpulan Pola perdagangan yang berlaku ini berarti bahwa sistim pro
duksi, dan surplus dan distribusi dari hasil - hasil industri perJ1.1 di
perhatikan.
Structur perdagangan dan arah perdagangan tersebuL-perlu diperhatikan
dalam proses penetapan structur pengembangan wilayah.
- 70 -
Pertumbuhan, menurut diterapkannya pola-pola effisiensi pada segenap ke
giatan-usaha, baik yang tergoloug dalam bid&,g ekonomi, sosial maupun
politik; dengan demikian juga pada kegiatan-usaha N-E dan kegiatan-us~
ha E. Pelaksanaannya terlihat pada pertimbangan skala-ekonomis dan pemi-
lihan lok.a::;..i. yany pal..i.ny menyuntuugk.aJ-1 dala.tn pembe.t:ian pelayanan. Sela-
in dari itu, juga dalam bentuk kecenderungan berkelompoknya berbagai ke
giatan-usaha untuk memnuhi kebutuhan bersama, sebagai suatu jalan yang
menguntungkan.
Bagi Kegiatan N-E, lokasi yang dinilai paling menguntungkan ialah lokasi
sentral, sesuai dengan ciri-ciri dalam pelayanannya (Gambar a). Sedangkan
untuk kegiatan-usaha E, lokasi yang dinilai paling menguntungkan ialah 1£
kasi ujung, sesuai_dengan ciri-ciri dalam pelayanannya 1Gambar b), terut~
rna dalam hal jangkauannya yang tidak-lokal dan "berorientasi keluar".
Pergeseran lokasi,
a). Lokasi Sentr.·! (LS)
----t U OGP
b). Lokasi-Ujung (LU}
GGP;: Orientasi Gao<;ra;;,his F~masaran.
dari sentral ke ujung, membawa keuntungan ekonomis
Catatan
Pada ukuran wilayah Kecamatan, pengaruh lokasi sentral pada umumnya rna
sib terasa. Lebih dari ukuran itu, tidak lagi dijumpai peranan sentral
nya-,· periksa lokasi kota-kota besar pada umumnya.
Perbedaan, dalam hal pemilihan lokasi yang dinilai paling.menguntungkan
antara kegiatan-usaha N-E dan kegiatan-usaha E·tidak mengurangi kecend~
rungan untuk berkelompok, mengingat bahwa : (a) berkelompoknya kegiatan
usaha tetap merupakan langkah yang menguntungkan, dan (b) kegiatan-usaha
N-E mudah menyesuaikan diri, sesuai dengan ciri-ciri dalam pelayanannya
yaitu yang berjangkauan lokal dan berorientasi kedalam.
- I 1-
Sepanjang analisa yang dilakukan sampai pada tahapan ini diperoleh
petunjuk, bahwa unsur pembentuk struktur pada wilayah ialah jasa
distrubusi. Jasa - jasa lain bukanlah unsur pembentuk struktur, wa
laupun dapat mempengaruhi wujud strukturnya.
Catatan
Dimanapun lokasi dari kegiatan-usaha penghasil barang, akhirnya
biaya distribusilah yang menentukan jangkauan pemasaran, dengan de
mikian juga luasnya pemasaran.
Dengan demikian, analisa lebih lanjut yang dimaksudkan untuk meng~
nal wujud strukturnya, ditujukan pada tingkah-laku jasa-distribusi.
PROSES D
Pengembangan wilayah yang diinginkan.
Dari hasil proses a) dan b) yang menjadi masukkannya.
Inti proses ini adalah suatu optimasi mengenai barbagai kombinasi
jumlah dan ukuran SWP yang ingin dikembangkan; berikut cara-cara
pengembangannya untuk mencapai tujuan tingkat keseimbangan pertum
buhan yang semakin tinggi, dengan memperhitungkan faktor-fa~tor
pembatas seperti penurunan tingkat pertumbuhan total dan kenaikan
tingkat defisiensi.
Proses ini berbentuk suatu proses determinan yang sangat komplek,
diselingi oleh interasi berbagai formulasi kebijaksanaan.
---------"---------
- 72 -
2.6.1:3. ,L-1 ode l
·Dengan demikian struktur Pengembangan Wilayah yang berlaku dan diingin
kan ada k.a.itannya dan perlu menjadi suatu masukan pada suatu program
perencanaan pengembangan wilayah.
Pada wilayah nasional dijumpai lebih dari 70 SWP yang tersebar dari Sa
bang sampai Merauke. Sekian banyak SWP itu menunjukan ukuran-ukuran
yang tidak sama besarnya, misalnya : besar penduduk (PP) , besar area p _p p p
(A ) , kepadatan penduduk (p- I A ) , pendapatan penduduk (P1 ) dan ting
kat jasa distribusi (F) , tingkat (12) tingkat ketersedian ( 11) ting
kat aksesibilitas (I3) , tingkat pertumbuhan (PT) dan peningkatan kebu
tuhan-kebutuhan lainnya.
Langkah pertama bertujuan untuk menetapkan Struktur Pengembangan Wil~
yah· yang diingi.nkan. Untuk ini dibutuhkan fakta-fakta damn. masUkan-m~
sukan determinan struktur pengembangan wilayah yang berlaku.' Dalam su
atu SWP tidak dijumpai adanya keseimbangan dan perataan oleh karena
adanya perbedaan hirarki. Sedangkan antar SWP pada prinsipnya dapat
di capai keseimbangan.
Keseimbangan jelas dapat dicapai dengan tingkat yang tinggi, jika sej~
lah besar SWP dalam keadaan yang seimbang.
Usaha untuk merubah struktur wilayah yang dapat menghasilkan pertumbuh
an nasional yang semakin tidak seimbang didasarkan atas suatu kebijak
sanaan untuk menuju dan dan mengembangkan Struktur Pengembangan Wila
yah yang diinainkan.
Suatu proses yang menetapkan dan menyusun struktur perkembangan Wilayah
yang diinginkan jelas akan melalui suatu prosedur optimasi. Usaha ter
sebut bertujuan untuk mengindentifikasi sejumlah SWP i (i1 = 1,2, ...•• ;
di mana n = jumlah yang optimal) yang mempunyai Struktur Pengembangan
Wilayah Nasional. SPWTN. Yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan, pemerataan
keefisiensian, ketersediaan, ketahanan, kebijaksanaan-kebijaksanaan da
lam bentuk batasan-batasan yang akan mewujudkan struktur pengembangan
wilayah-wilayah yang diinginkan.
Hasil dari allokasi kekiiiyaan "·resources" 20 tahun, negara kesatuan s~
cara optimum akan memberikan gambaran kedudukan hubungan antar penduduk,
- 73 -
lokasi, sumber daya manusia maupun alam dan sistim transport
Sistim transport ,tersebut juga mencerminkan sistim dan struk-
tur cptim~orn kcpadatan jasa distribusi di Ii1do:nesia.
Suatu proses yang berulang-ulang dilakukan terhadap set-set SWP
(tiap set = 70 SWP) . Sampai diperoleh jumlah struktur SWP yang
optimal.
Adapun kriteria-kriteria yang perhitungkan dalam penentuan Struk
tur Pengembangan Wilayah yang diinginkan, adalah sebagai berikut:
K1 Keseimbangan jasa distribusi antara wilayah (SWP)
K2 Peningkatan pendapatan dan Pertumbuhan wilayah.
K3 Peningkatan tingkat kemudahan
K4 Peningkatan tingkat; aksebilitas
Model matematis untuk Optimisasi ini adalah sebagai berikut
maksimasikan
dimana
n m :E
i k
bk = .faktor bobot dan tiap kriteria
( k = 1, 2, ••.••.•... )
cs = Biaya untuk memenuhi kriteria K ik
K
( k = 1,2, •.•••.. ) di SWP I pada
iterasi S.
s Kik= Kriteria-kriteria k yang menentukan di
S.W.P i pada iterasi s
- 74 -
Optimasi tersebut diatas dibatasi oleh. hal-hal sebagai berikut
1. Kesediaan modal yang ada untuk men~~ja~g optimasi diatas
2. Kebijaksanaan dilihat dari Segi SosiaL, Politik dan Sta
bilitas Nasional.
2.6.1.4., .Masukan-masuk.an yang diperluk.an.
Masuk.an-masuk.an bagi keseluruhan Proses diatas terutarna untuk. ber-
asal dari Pengarnatan Wilayah Nasional dalarn keseluruhan wujudnya,
dengan di mana perlu memperinci inforrnasi-inforrnasi tentang masing
masing wilayah bagian, khususnya yang menyangkut s~er alarn,
kegiatan usaha, ~an lingkungan kehidupan.
Di sarnping itu dibutuhkan pula masuk.an-masuk.an kebijaksanaan beru
pa penjabaran kewilayahan dari tujuan-tujuan Nasional.
Beberapa usaha terpenting di antaranya adalah inforrnasi tentang:
- Lokasi, Ukuran, dan tingkat kepadatan jasa distribusi, serta jang
kauan pelayanan, masing-masing kota di seluruh Wilayah Nasional.
- Pola da~ Qkura~-ukuran aliran barang (asal d~~ tuju~~) , melalui
transport darat maupun laut.
- Analisa potensi Wilayah, dalarn bentuk sebagai analisa kombinasi
Surnber Alarn, Manusia dan Kegiatan Usaha.
Di an tara masuk.an-masuk.an kebij aksanaan, yang menonjol ialah :
- Kebijaksanaan tentang Pemerataan Pernbangunan d~~ hasil-hasilnya
- Kebijaksanaan tentang Bidang Kegiatan Usaha yang hendak dikernbang
kan.
- K~bijaksanaan tentang impak dan batasan-batasan pada lingkungan
alarn fisik.
Kebijaksanaan tentang energi dan ketenaga kerjaan (marnpower)
- 75 -
2. 6. 2. Penentuan Stru..~tur. ~·1PP ya.'"lg diinginka.'1
2.6.2.1. Produk yang dihasilkan :
Pada dasarnya diharapkan untuk menghasilkan Struktur Pengembangan
Wilayah Tingkat Nasional (S.P.W.T.N) ya'1g diinginkan.
S.P.W.T.N tersebut merupakan masukan utama bagi perencanaan jan_£
ka panjang karena memberikan petunjuk-petunjuk tentang :
- Kriteria-kriteria pengembangan penetapan struktur wilayah yang
diinginkan.
- Ju.'nla.~ Wilaya.~ Pengetr.banga.'1 Partial {-r;-;rpp) yang ,_ __ ..::J-1-
.uc.u.u~ ditangani
dalam kurun waktu jangka panjang tertentu.
- Distribusi sejumlah WPP tersebut pada keseluruhan wilayah Nasio
nal.
Gambaran distribusi kota-kota simpul pertumbuhan masing-masing
SWP.
- Indentifikasi hierarki Struktur WPP yang diinginkan.
- Indikasi jenis Kegiatan Usaha yang direncanakan d~pat bertindak
sebagai kutub pertumbuhan (growth pole) bagi tiap WPP, selaku
cara yang tercepat untuk meningkatkan kepadatan jasa distribusi
Adapun Kriteria-Kriteria yang digunakan untuk menghasilkan pro
duk ini ialah :
K - Keseimbangan jasa distribusi antara Wilayah Pengembangan l
Partial (WPP)
K -"2
Peningkatan Kemudahan.
K -3
Peningkatan Ketersediaan.
K -4
Peningkatan aksesibilitas.
K -5
Peningkatan dan pertumbuhan wilayah (WPP).
K -6
Pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat didalam wilayah
tersebut seoptimal mungkin.
K - Kota-kota sebagai kutub pertumbuhan pada w""PP-WPP bisa sa-7
ling menunjang.
Sehingga menunjang pada pertumbuhan kota orde diatasnya
dan pertumbunan wilayah (SWP).
Sebagai contoh Pembagian Wilayah Pengembangan Partial
(WPP) pada Suatu Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) , Ialah
Seperti Tergambar pada gambar pembagian WPP pada Daerah
Istimewa : Aceh.
- 76 -
2. 6. 2. 2 .. Jalan nya Proses
Penetapan Struktur WPP Yang diinginkan terbagi dalam Prospek-Prospek
bag ian
PROSES A), Inventarisasi Structur .· WPP yang berlaku:
Merupakan kompilasi data, menganalisa dan menarik kesimpulan dan fak
tor-faktor Structur Pengembangan Wilayah yang berlaku pada keseluruhan
wilayah nasional. Kota-kota orde Ke II yang berfungsi selaku sirr~ul
jasa distribusi, tingkat kekuatannya ditentukan oleh tingkat kepadatan
jasa distribusi rnasing-masing
Jumlah dan distribusi WPP yang saat ini terdapat diseluruh Wilayah Na
sional di tambah dengan tingkat ketergantungan nya antara WPP, memberi
kan Petunjuk tentang Structur Pengembangan Wilayah yang berlaku.
Proses B) Pengumpulan faktor dan Penetapan Kibijaksanaan Pengembangan
Wilayah.
Bersifat campuran antara pengamatan unsur determinan yang
mengahasilkan rekomendasi-reokomendasi pengembangan wilayah,
dengan unsur-unsu~ kebijaksanaan-kebijaksanaan jalur upaya
yang hendak ditempuh dalam pengembangan wilayah.
Dengan keadaan ketidak seimbangan tingkat pertumbuhan antara
daerah merupakan. lmplikasi Kebijaksanaan terhadap fakta
pengembangan wilayah yang ada, perlu diolah dan di jelaskan,
Proses C) Pengumpulan Pola perdangangan yang berlaku:
Ini berarti bahwa sistim Produksi, Surplay dan distribusi
dari hasil-hasil industri-industri perln·diperhatikan.
Sturctur perdagangan dan arah perdagangan tersebut,perlu dipe~
hatikan dalam proses penetapan strucktur pengembangan wilayah.
Proses D~ Penetapan Structur Pengembangan Wilayah yang diinginkan.
Adalah kegiatan penyelesaian dan hasil-hasil
proses A) dan proses B) 1 yang menjadi masukannya Arti proses
adalah suatu optimasi mengenai berbagai jumlah dan ukuran WPP
yang ingtn dikembangkan, berikut cara-cara pengembangannya
dimana
bk = faktor bobot dari tiap kriteria k
(k 1, 2
s Cjk biaya untuk memenuhi kriteria k
(k = 1,2 ) di SWP. pada iterasi S J
s Kjk = Kriteria-kriteria k yang menentukan di WPPj
pada iterasi S
2.b.2.4 Masukan-masukan yang diperlukan.
- 77 -
Masukan-masukan bagi keseluruhan Proses diatas terutama akan ber
asal dari Pengamatan Wilayah Nasional dalam keseluruhan wujudnya,
dengan di mana perlu diperinci informasi-informasi tentang masin~
masing wilayah bagian, khususnya yang menyangkut sumber alam, ke
giatan usaha, dan lingkungan kehidupan.
Disamping itu dibutuhkan pula masukan-masukan kebijaksanaan beru
pa penjabaran kewilayahan dari tujuan-tujuan Nasional.
Beberapa usaha terpenting di antaranya adalah informasi tentang
- Lokasi, Ukuran, dan tingkat kepadatan jasa distribusi, serta
jangkauan pelayanan, masing-masing kota orde II di dalam SWP
yang ditinjau.
- Pola dan ukuran-ukuran aliran barang (asal dan tujuan), melalui
transport darat maupun laut.
- Analisa potensi wilayah, dalam bentuk sebagai analisa kombinasi
Sumber Alam, Manusia dan Kegiatan Usaha.
Di antara masukan-masukan kebijaksanaan, yang menonjol }alah :
- Kebijaksanaan tentang Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya.
- Kebijaksanaan tentang Bidang Kegiatan Usaha yang hendak dikem-
bangkan.
- Kebijaksanaan tentang impak dan batasan-batasan pada lingkungan
alam fisik.
- Kebijaksanaan tentang dan te.•.1aga kerjaan (manpower).
- 78 -
2.6.2.3 M o d e 1
Distribusi dan jumlah WPP menjadi suatu masukan pada program
perencanaan ini, Faktor masukan dari setiap WPP yang ada, mi
salnya :
p p p besar penduduk {P ), besar area (A), kepadatan penduduk {P 1
p p A), pendapatan penduduk {P1) dan r.ingkat jasa distribusi (F),
tingkat ketersediaan (I1 ) tingkat aksesibilitas (I), tingkat T 3
pertumbuhan {P ) dan peningkatan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Methode untuk mendapatkan WPP yang Optimum dapat melalui pro
ses pemilihan dari mata s { set dari WPP dalam satu SWP ) •
Kriteria yang perlu diperhatikan untuk menentukan struktur
WPP yang di~nginkan adalah :
Kl Peningkatan kemudahan
K2 Peningkatan ketersediaan
K3 Peningkatan aksesibilitas
K4 Peningkatan Sumber daya alam.
Keseluruhan Kriteria-kriteria tersebut diatas ditampung pada
setiap iterasi, yaitu penyalangan ke dalam WPPn, untuk menge
tahui hal-hal : penduduk dan pemukimannya, kegiatan usaha dan
sistim transportnya.
Kegiatan usahanya mencakup untuk perencanaan umum jangka pan
jang dalam ha industri-industri pertanian (IP), service {Ij
jasa), general {Ig), konstruksi {Ik), transport komunikasi
T · rumah { H) . d. 1 h {I ) dan persed~aan untuk pe an I sampa~ ~perc e
kondisi yang baik.
Dalam proses iterasi untuk tujuan ini, perlu dibuat suatu mo
del matematik sebagai berikut
nm Maximasi u (X .. ) =
~] j k
:.-fARGA ?A:!AR
r
.'
/ /
/ /
t t • t t 0 • "1 . ·2· 3' 4
-----,.- "" ...... ""-"
- 79 -
\ \ \ \ I i I
1/~ ===H ·+ T--j\~ I I
a :z Wri~yah-?en-;;:w:h 3i•~·fii.J: J . , A ' 'r'-•
b
menurut Garis. Lengkun'J ?iz.yC!-.-\nQkutan t 0
c Willlfih·P~c~..-d; ::=·-:"-"'~ 1:-~.d 8
y .... ,. •t:1 jdt.ol ~.t: .;n ot=l"laKI.Jr• 'Ia \.i;,ris Lengkung
Biaya-Ar)gkut;;n '-4
HP • Hera- r'..,.
; ~D ' ,. ~. 1'2
(HP ; .. 0,;
WP .. Wlleya~ ~Al
......... _ .....
- 80 -
;
' I I
f' l I : I t
I ' --...:J,:,~---r-
1 I --...:·· ·a ;~~---
• •· :':--· wr, -----i
~oo ~:c o .... · .. -.111~..e., m lnWX : • (•)j .. .£."1 C'lta:r. ~~~
!
I I I I I
:; ;f
- 81 -
------.-\BCDEFGH DSB
I I I
I I I
!
I
' ! ~ ----;-..' • ..,....--- ___ ..Jo-. ___ .....;_ __ _
; S I ' ' ..
I ' I
I . . I I I
! i ~ -------+-- -----:. : 1 ~ (1-1'---;-- ~ I --... <1...._ i
~·It i . ; ~~~~:~~ ! I I l--- --· I. I f ..:--I ---:. : I I I
/,~i I I ,--;-~.........._ ~~ I ! I I : I ............ . I
I I ! i i I I ......_,__ I l : 1:1 ~--- ! .......__. ;"\.
~::::- ~· -~--, "-, ~ : "\ / ....... , I . ""' ' ' " l : \ \ : I
/ /; I ; : "- ' '· : : ' \ I : l ~j/ : ; ~ '· ·" '- ; ; ~ \ ·~ I I I ' " . "\ . I . I ' I I I f I ~ I I i I -<\..\\~ ; ; \ i .\ I I ! / ; ' ' ; --~--·-- ---- \.\ \' I ., j I I I t • /' / ---- --........ --< ! ' I \ : \ ! I . I . . ;"' ------- . ·. • \ \I ~ \ . I
I I I. j! I ' ' • ' ' \l l I f L' v I I I ! I ; "\ ; \ '\ \; ; v \. ,,
1 ! • V ~ · \. \ · ·, \ i t \ ' 1 . 1 t t r /".~~ .-; ::- --;-;--:. \5!!"' !s ):Z ;4
--~ ----n--- t-~'~-- ...,....__.._ ----4- -+----.l..-
\ \ \ \ \ \ -~q J _/ I . ,: I /j 1 )I 11
\
\ \_
\ \ \_ '-. / : i : I \ \\,,""' ~/ ./~ //; I I j \ " ", ' //// . : · '---~=-;:./' 11 I
- ~ ~- - - - -"---=--:::-- - --- - - L L _ _ j_ GAMBAR 3 WILAYAH- PE.NGA."~L'H UFHUK :-... H~LTI-JENiS BARANG
S "" Simpul j 11l d ,
1,2,3.4,5,6,7,8.9
--o-
~~ Jumlah j~ni~ bara:-1q /?.:"1~ !T'am~erc ler. pelayar.an jm·.Ci:ctribl.!si
= Hargt-?rodu~·-i min. ··· "'
,/'"'-, , ...... .,,. -- '...... /' 0 ........ ,
~,. 0 ...... ,
(~ 0 0 0 '-.....,
' 0 0 ............ )
I 0 I I 0 ° 0
0 I I o o ,I I 0 I I 0 I
L 0 o 0 I
-- I
------ 0 _;' --------I)
- 82 -
ORIE.-rrASI G~CG~Artm; I PEMASARAN
I I
I I
I
I I
--I
STRUKTUR OASAR PENGEMBANGAN WI LA YAH
TABEL
DISKRIPSI
2.6. VARIABEL - VARIABEL DALAM KUMPULAN PROSES VI
STRUKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH.
VARIABLE
~
SIMBOL
MASUKAN !
S'L'/\NDAR1978
P E N. C. 0 L' A 1· l\ N
SUMBEH
--------------------------·--------~----------------~~-------------4,---- ~------------------------~~----------------
1. ~atuan Pengembangan Wi1ayah
Nasional.
2. Satuan Wi1ayah Pengembangan
13. Propensi/Daerah
1 4. Kota orde 1
'5. Kota orde lll I
6. Kota 10.000
7. Penetapan Satuan Pengembangan
Wi1ayah Nasiona1.
B. ·penetapan jum1ah Satuan .Wilayah
Pengembangan
9. Penetapan Satuan ~~Wilayah.
10. Penetapan Satuan Kawasan Pemukimah
11. Penetapan Satuan Pemukiman
12. Penetapan Kota Orde 1
SPWTN
SWP.
PD
KOl
K02
J
SPWTN
SWP. J
WPP. J
SKPhij
SPbhij
K01
70
70
27
50
34
300
Tingkat Nasiona1
10 j
ij
hij
bhij
Jumlah
70
Dep. P.U.
:I V A R I A B L E M ~ S U K A N
DISKRIPSI
.13. "Penetapan Kota Orde 11
14. Penetapan 1ahan industeri
15. Penetapan lahan pertanian
t16. Penetapan lahan Penduduk/Pemu-
kiman.
'17. Tingkat Ketersediaan
18. Tingkat Kemudahan I
19. Tingkat Ak~esibi1itas , 't I
'20:. Tingkat Jasa Distribusi
antara SWP,SWP. dank J
I '21. Tingkat untuk memukimkan
22. Beaya untuk mengadakan arus
an tar SWP j & Swt
I P E N G 0 L' A II 1\ N
SIMBOL I !i'['/\NDT\1~ 1978 SUMT:IJ:m
K02
Ai
A2
A3
1p 1
Ip 2
Ip 3
Fs ik
s c.' 1]
1s cj1
---------1...--.- - 1·1-----
Jum1ah
HA
HA
HA
2 Penduduk/Km
2 Penduduk/Km
2 Penduduk/Km
Ton/tahun
a. Rp. /KK
b. Peningkatan
Rp/KK
Rp/Un:it Arus
Departement Perhubungan
:dan Departement Pekerja~n
Umum.
Setiap ongkos untuk pen~mpatan trans·
migran.
di SWP akan menimbulkan manfaat da1a '
1P dan rP 2 3
L_~· 7 J<IJMPULAN PROSES VI
- 8 3 -
RENCANA TEKNIS KERANGKA DENGAN PENYARINGAN
TAHAP I.
l!· 7.1 Produk Yang Dihasilkan.
Proses rencana teknis kerangka dengan penyaringan- tahap I ini 1
diharapkan merighasilkan antara lain :
a. Rencana teknis kerangka
b. Methode penyaringan
c. lnformasi-informasi untuk mempertajam proses tersebut.
Pada wilayah nasional dijumpai _lebih dari 70 SWP 1 yang tersebar
mulai dari Sabang sampai Merauke. Salah satu tujuan pembangunan
nasional adalah distribusi pendapatan yang merata. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut perlu adanya keseimbangan dengan tingkat
perataan yang tinggi dian tara SWP. Sedangkan sekian ban yak SWP se
perti yang telah disebutkan diatas 1 menunjukkan ukuran yang tidak
sama besarnya 1 yang berarti bahwa kesempatan untuk tumbuhpun ti
dak sama. H:l.dirnya sejumlah SWP seperti ini 1 merupakan suatu pra
kondisi bagi berlangsungnya pertumbuhan Nasional yang makin ti
dak seimbang 1 selama terhadapnya tidak dilakukan suatu perombakan.
Arah perombakan yang perlu dilakukan adalah jelas 1 yai tu memba-
wa sejumlah SWP tersebut kedalam keadaan keseimbangan 1 telah di
coba dengan pengelompokan lokasi sebanyak 70 buah SWP (lokasi)
dan pengelompokkan sektor sejumlah 10 buah 1 dengan melalui proses
optimasi alokasi sektor-sektor pada ke tujuhpuluh SWP tersebut
diperoleh benefit I 70 . Dengan penurunan jumlah lokasi (SWP) 1 di
peroleh benefit yang lebih besar dari I 70 • Tetapi dalam batas
jumlah lokasi tertentu 1 penurunan jumlah lokasi akan mengakibat:
kan pula penurunan benefit.
Untuk mendapatkan benefit yang maksimal 1 perlu diadakan optimasi
terhadap n set kombinasi jumlah lokasi dan jumlah sektor (renca
na teknis kerangka) •
- 84 -
Dalam penentuan rencana teknis kerangka diperl~~an masukan4na
sukan sebagai berikut :
- Struktur pengembangan sosial yang diinginkan
- Kapasitas perkembangan
- Kebutuhan pengembangan
- Pertumbuhan Modal
- Kriteria kebutuhan modal
- Struktur pengembangan wilayah yang diusulkan.
Dan dengan "Iterative procedure" dapat ditentukan n set alter
natif rencana teknis kerangka pada sistim SPWTN (Struktur Pengem
bangan Wilayah Tingkat Nasional) .
Hasil optimasi terhadap n set alternatif tersebut 1 adalah renca
na umum jangka panjang 20 tahun ( R20 ) 1 yang telah mencakup
kondisi keseimbangan dengan tingkat perataan tinggi 1 sebagai
syarat untuk terwujudnya keadaan SWP - SWP yang seimbang.
2. 7.2 Jalannya Proses.
Untuk menentukan n set alternatip rencana teknis kerangkal dibu
tuhkan masukan~asukan yang merupakan hasil dari proses I sampai
proses VI. Masukan-masukan atau data-data tersebut memberikan
gambaran mengenai :
- Struktur pengembangan sosial yang diinginkan
- Kapasitas perkembangan gross
- Kebutuhan pengembangan Net ) ------
- Pe rtumbuhan modal •
- Kriteria kebutuhan Modal.
- Struktur Pengembangan Wilayah yang diusulkan.
Dengan adanya data-data tersebut diatas 1 dapat diusahakan mem
bentuk beberapa ( n r) set kombinasi rencana teknis kerangka.
Hal ini dapat dilakukan dengan suatu cara (prosedur) yang dise
but "Iterative procedure".
- 85 -
Pada "Iterative procedure" dilakuka.n pemilihan 1 penentuan kornbinasi
SWP dan sektor, dengan mernperhatikan batasan-batasan yang ada, sepe£
ti batasan-batasan geografis, ekonomis dan lain-lain untuk dapat me-
mungkinkan terbentuknya bebe.t:apa k.umLiud::;i Sw"F ucU1 sektor ya.ng dia.n.9._
gap baik.
Untuk n set alternatip yang dihasiD:=.n -:>leh "Iterative procedure"
tersebut diatas, perlu dilakukan suatu proses optimasi untuk men
dapatkan suatu kerangka teknis (kornbinasi SWP dan sektor} yang pa
ling optimal.
Untuk proses optimasi ini data-data (masukan-masukan} yang dipe
roleh dari proses I sampai proses VI perlu diinventarisasikan, a-I •
gar sesuai dengan mode] yang digunakan untuk optimasi. \
Data-data setelah inventarisasi terlihat pada tabel 2.7.
Adapun model yang diper~akan untuk optimasi terhadap n set alter
natip rencana teknis kerangka tersebut adalah dengan model mathe
matik, yang disebut "Mathematical non Linier Programming Model"
2.7.3. Model.
Proses VII penyaringan pertama bertujuan untuk menetapkan kriteria.
standar untuk mengoptimasi alokasi suatu sektor pada WPP. di SWP., J ~
derlgan dimensi waktu t (t = 1,2 .•.••••••..••••• 20 tahun}.
Optimasi tersebut mernbutuhkan masukan-masukan kebijaksanaan-kebi
jaksanaan yang terdiri dari tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran
(objective function} yang ingin
(constraints).
dioptimasi dari batasan-batasan
Sasaran-sasaran adalah masukan-masukan semacam :
1. Peningkatan keseimbangan arus (flow} antar sektor dan antar
lokasi.
2. Merencanakan dan melaksanakan sistim sektor dalam dana yang dise
diakan untuk setiap sektor.
- 86 -
Batasan - batasan adalah masukan-masukan semacam :
1. Kebutuhan total minimum dari masing-masing se'-tor dengan dimensi
wak tu t ( t= 1 , 2 . • • . 2 0 tahun j ( liha t tabe 1 2 . 7 . 1 )
2. Kapasi tas total dari masing-masing sektor; dengan dimensi '·raktu
t ( t=l,2 ••.•• 20tahun)
3. Jumlah dana untuk Negara Kesatuan Indo~esia.
4. Alokasi minimum sektor-sektor pada masing-masing wilayah.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan adalah masukan-masukan semacam
1. Mewujudkan S.P.W.T.N yang diinginkan.
2. Mewujudkan jalur-jalur pemerataan.
Prosedur optimas.i tersebut dapat digambarkan sebagai suatu model m~
thematik yang tujuannya me~galokasi dana untuk masing-masing sektor
pada W.P.P. di S.W.P. dengan dimensi waktu t ( t=l,2 ••.• 20 tahun ). J l.
Yang memenuhi batasan-batasan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
ditetapkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran penge~
bangan wilayah.
Sebagai pendekatan, jika masalah pengembpngan wilayah dapat dikaitkan
pada ketiga aspek, yaitu : kegiatan usaha (sektor-sektor ), lokasi
dan arus yang mengalir antar wilayah, maka persoalannya dapat disim -
pulkan sebagai persoalan optimasi I, yaitu suatu sasaran yang mencer
minkan keuntungan atau perkembangan wilayah, semacam pendapatan perc~
pita wilayah , pendapatan total wilayah, out put per input atau ukuran
perkembangan lainnya.
Adapun model mat~~matik yang digunakan untuk proses optimasi adalah se
bagai berikut : Maximasikan
. r = ~ .C~ . .X. . .Amax + ~hnmn i]S ·l..J.S l..J.S S ijklsp
t .X .. csij.pkl J..J.s.
Dengan batasan-batasan
max< max X .. l .A1 -A l.. J. . 1
Amin hn max m ~. :z X. . A <, max
ijk l.. J .m Ill; - Am
hnm :::!!!: c max .. c ... x ... A <o l.JS l..J.S l..).S S -;
X. . K. l..J.s~ J..j.s
Amax X .Amax .B 5 • k.l.s s s.p
Tabe1 2. 7 PENETAPAN SEKTOH - SEKTOR.
---. . .
. KEBUTUHAN KAPASI TAS NI LAI HASIL ONGKOS S· E K.T OR - S E K T 0 R ' PRODUK!3 I . MINI MUH PRODUKSI
ONG KOS 'fRAN SPORT
.f-:- D I S K R I P S I SIMBOL SIMBOL STANDAHD SIMBOL STANDARD SIMBOL S'l'ANDARD SIMBOL S '1'1\N DA HI: ) .SIHBOL I STl\ND/\k.D ----
sl min 1 1 Per tanian Tanaman Pangan _Ail)aX ~) ·:c A-;{ Rp/Nas
1 - Rp/Nas Rp/ WPP l:t. Rp/WI'P
s 2 -• r -. ~
2 Pa rkebunan min Rp/Nas
max Rp/Nas s Rp/WPP
c A2. , A2 ('"2 l':p/WPP
t Ci jRp/ton/km
t jRp/ton/km C;z
s3 min ·max ' s c 3 Kehutanan A 3' Rp/Nas A 3 . Rp/Nas Rp/WPP c3 Rp/WPP t
c3 jRp/ton/km
4 PerLkanan & Pet ernaka n s4 min Rp/Nas
ma x Rp/Nas c!. c
A 4 - A_4 4 Rp/WPP c4 Rp/WPP t
c4 jRp/ton/km
5 Pengolahan hasil Pertanian 5 ·min Rp/ Nas max
Rp/ Nas ~ c s A_'s' -; As Rp/ WPP Cs Rp/WPP
t cs jRp/ton/km
s6 mi n max ~
c 6 Pe ngolahan has il miner al A . Rp/ Nas A Rp/Nas Rp/WPP Co Rp/WPP ·6 - ·6
Industr i beraJ s7 A.inin max c; Rp/WPP c 7 Rp/Nas A_7 . Rp/Nas c7 Rp/WPP 7 .
8 l Incustri ringan sa .min max d? fP/WPP c
A_a .. Rp/Nas A 8 Rp/Na s 8 cs Rp/WPP
t C6 jRp/ton/km
t c7 t
ca jRp/ton/km
9 Perauk iman Pedesaan s g min A;9 • max
Rp/Na s cP [Rp/WPP ~ Rp/Nas ~9- 9 Rp/WPP . -
10 Pt:!m,kimari Pe:rkotaan 51 0 ·min
Rp/Nas .ma ·x
Rp/Na s p ·
~p/WPP c
Rp/WPP A A, 1 0. clo c;J.O ·r o-.
t Cg ~p/ton/km
t clO ~p/ton/km
i,
I ...
Dimana
cl? . l.. J. s
cP i.j.s.
cc i. j. s
x .. l..J.S.
cP sij.pkl
Bs.p
Ki.j.s
D
h
n
m
=
- 87 -
cP - cc i. j,.s • i. j . s
Nilai hasil produksi sektor s di lokasi ij (Rp.)
Ongkos produksi sektor s dilokasi ij (Rp.)
% allokasi kapasitas sektor s dilokasi ij
Kapasitas sektor s (Rp.)
Kebutuhan minimal dari sektor s (R_p.)
Ongkos pembangunan dan operasi yang dibutuhkan untuk
mengadakan arus (flow), antara sektor s dilokasi ij
dengan sektor P dilokasi kl.
Koefien input - output antara sektor s $ sektor p
= % allokasi Kapasitas minimum sektor s diloKasi ij.
j~lah dana untuk negara Kesatuan Indonesia.
jumlah SWP dalam negara kesatuan Indonesia.
jumlah WPP pada_tiap SWP
jumlah sektor
2. 7. 4-
- 88 -
Ma!iukan - ln..a!iuk.:tn uagi keseluruhan kel0111polt proses Vii 1yang
hera~a.i. uarl pcn<Jamalan Wi layah !W~aional dalam keseluruhan
wujudnya, c.i~m.tna perlu Jat·mperinri ~nfo~si- info~5i t.en-
tany mdsiny-masiny wilayah L4qian, khusu5nya yany .enywnqk~t . Xeseimban«Jan arus (flow) ant.ar sektor dan lokasi, mengefis1e::n~.
kan da1~ yanq disediakan pada sektor-sektor.
BeLerapa usat..a terpentinq diantaranya ada.lah i nfo..-..asi ten-
Satu atau Leberapa a.Jternatif angk.a jualah sektor-sektor
yan«J hendalr. dik.eralklnqkan sel41W 20 tahun.
Distribu~i umu. dari p4da ~tklor-sektor itu baqi tiap
wilayah.
Pola dan ukuran-ukuran aliran baranq, melalui tran~port
dar~t maupun laut.
Diantar4 masukan- .asukan kebijaksanaan, yanq_me~jol
ialah-:
Kebij~k5anaan tentanq P~eratan Peabanqunan dan basil-
ha~ya.
- Kebi jak.sanaan pertahanan keamanan, sepanjang menyangkut
pemukiman-pemukiman di wilayah-wilayah perhatasan.
- Kebijaksanaan pengembanqan jarinqan perhubwtgan, terutama
jarinqan jalan.
TABEL 2. 7 VARIABEL - VARIABEL DALAM I<UNPULAN PROSES_VI
RENCANA TEKNIS KERANGKA DENGAN PENYARINGAN TAHAP I
------VAR[l\BEL M 1\ S U K A N
- P E N G 0 L A H A N DISKRl :PSI SIMBOL STANDAR 1978 SUMBER
1. ~ringkat ;<eseimb k
2 angan antar SWP. I. Penduduk/100 I<m ] J
2. Tin9kat keseimb angan WPPij
da1am suatu S P, k J I.,
2 l.J Penduduk /100 Km
3. Tin9kat aksesi A I<m2 i1itas antar SWP. I,
Penduduk/100 l. J
4. Tin<Jkat aksesib ilitas antar
WPP .. l.J
da1am s A atu SWP, I .. 2 J l.J Penduduk/100 Km
' 5. ,Jum1ah dana un uk Negara Kesa -
tuan Indonesia D Rp./Nas.
Tabel 2. 7 KOEFISIEN INPUT - OUTPUT ANTAR SEKTOR.
0 U T P U T 1 2 3 4 5 6 7 a- 9 10
No. I N P U T sl 2 3 s4 ss 6 s7 SB sg 810 s s s
1. Pertanian tanarnan
pang an (Sl)
2. Perkeb\.Ulan (S2)
3. Kehutanan (S3)
4. Perikanan, Peter-
nakan (S4)
5. Pengolahan Hasil
Pertanian css>
6. Pengolahan Hasil
Mineral (S6)
7. Industri Berat(s 7)
8. Industri Ringan(s 8)
9. Pemukiman Pedesa-
an (S9)
10. Pemukiman Perkota~
an (SlO)