PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

29
TUGAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH NAMA : MUHAMAT TUASAMU NIM : 136 9412 047 Rencana Satuan Wilayah Pengembangan Kota Ambon , Struktur Hirarki Perkotaan Sesuai RTRW mulai Dari Sistem Perkotaan dan Sistem jaringan Rencana Satuan Wilayah Pengembangan Prinsip pembagian wilayah pelayanan adalah merata, dan optimasi pengembangan sentra kegiatan yang ada saat ini. Masing-masing Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) ditetapkan dengan kesatuan fungsi, terdapat batas-batas yang jelas dari batas administrasi atau batas fisik. A. SWP I Pusat Kota Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya, yaitu mulai dari Taman Makmur di sebelah barat sampai Galala di sebelah timur, sebagian kawasan teluk Ambon di utara dan di bagian selatan batas kelurahan Kudamati, Kelurahan Batu Gajah, Kelurahan Batu Meja, Negeri Soya, Kelurahan Karang Panjang, Negeri Batu Merah terus ke selatan Negeri Galala. SWP 1 adalah sebagai SWP tersendiri dengan satu kesatuan fungsional sebagai pemusatan fungsi pelayanan kota primer. Hampir seluruh SWP ini merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi pemerintahan, komersial, perdagangan, dan jasa serta permukiman. B. SWP II Passo Kawasan Passo dan sekitarnya dengan wilayah pelayanan cukup meluas hingga mencakup Teluk Ambon Dalam (TAD) sebagai satu kesatuan mengingat pengembangan Passo ke depan dan kelestarian TAD sangat erat terkait dan membutuhkan keterpaduan pengelolaan dan pembangunan. SWP 2 Passo di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Baguala, sebelah barat dengan Desa Poka dan Negeri Galala, sebelah utara dengan daerah pegunungan dan Kabupaten Maluku Tengah, serta sebelah selatan dengan Kecamatan Leitimur Selatan.

Transcript of PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Page 1: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

TUGAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

NAMA : MUHAMAT TUASAMU

NIM : 136 9412 047

Rencana Satuan Wilayah Pengembangan Kota Ambon , Struktur Hirarki Perkotaan

Sesuai RTRW mulai Dari Sistem Perkotaan dan Sistem jaringan

Rencana Satuan Wilayah Pengembangan

Prinsip pembagian wilayah pelayanan adalah merata, dan optimasi pengembangan sentra

kegiatan yang ada saat ini. Masing-masing Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) ditetapkan

dengan kesatuan fungsi, terdapat batas-batas yang jelas dari batas administrasi atau batas fisik.

A. SWP I Pusat Kota

Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya, yaitu mulai dari Taman Makmur di sebelah barat

sampai Galala di sebelah timur, sebagian kawasan teluk Ambon di utara dan di bagian selatan

batas kelurahan Kudamati, Kelurahan Batu Gajah, Kelurahan Batu Meja, Negeri Soya,

Kelurahan Karang Panjang, Negeri Batu Merah terus ke selatan Negeri Galala. SWP 1 adalah

sebagai SWP tersendiri dengan satu kesatuan fungsional sebagai pemusatan fungsi pelayanan

kota primer. Hampir seluruh SWP ini merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi

pemerintahan, komersial, perdagangan, dan jasa serta permukiman.

B. SWP II Passo

Kawasan Passo dan sekitarnya dengan wilayah pelayanan cukup meluas hingga

mencakup Teluk Ambon Dalam (TAD) sebagai satu kesatuan mengingat pengembangan Passo

ke depan dan kelestarian TAD sangat erat terkait dan membutuhkan keterpaduan pengelolaan

dan pembangunan. SWP 2 Passo di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Baguala, sebelah

barat dengan Desa Poka dan Negeri Galala, sebelah utara dengan daerah pegunungan dan

Kabupaten Maluku Tengah, serta sebelah selatan dengan Kecamatan Leitimur Selatan.

C. SWP III Wayame

Kawasan Rumah Tiga-Poka-Wayame dan sekitarnya, mulai dari Desa Poka di sebelah

timur terus sampai ke Negeri Tawiri di sebelah barat, daerah pegunungan dan kabupaten Maluku

Tengah di utara, dan sebagian kawasan Teluk Ambon yang berbatasan langsung dengan SWP 1

di selatan. SWP ini merupakan satu kesatuan dengan fungsi-fungsi pendidikan tinggi, penelitian,

pemukiman, wisata, perikanan dan kawasan budidaya pertanian. SWP ini meliputi pula wilayah

perairan/ teluk sebagai satu kesatuan dengan adanya kebutuhan kesatuan pengelolaan. SWP

Rumah Tiga memiliki potensi pertumbuhan pesat sehubungan dengan lokasinya yang strategis.

D. SWP IV Leitimur Selatan

Kawasan Leitimur selatan dengan batas-batas administrasi kecamatan mulai dari Negeri

Hatalai di sebelah barat sampai Negeri Hutumuri di sebelah timur, Negeri Soya, Negeri Batu

Merah, Negeri Halong, Negeri Passo di Utara, dan laut Banda di selatan. SWP ini adalah satu

kesatuan wilayah pengembangan dengan kesamaan karakteristik sebagai kawasan berbukit

bergunung. Akses yang menghubungkan SWP ini adalah linier mengitari wilayah selatan yaitu

Page 2: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

ke arah barat dan ke arah timur untuk mencapai pusat primer kota. Sebagian besar SWP ini

adalah merupakan kawasan kebun campuran dan hutan sekunder. Potensi yang tersimpan pada

SWP ini adalah kebun campuran yang menghasilkan buah-buahan, pohon kayu putih (Melaleuca

Leucadendron) penghasil minyak kayu putih, serta potensi perikanan dan pariwisata.

E. SWP V Amahusu - Latuhalat

Kawasan di ujung Barat Jazirah Leitimur yang termasuk sebagian Kecamatan Nusaniwe.

SWP ini merupakan kesatuan kawasan berfungsi sebagai daerah tujuan pariwisata bahari dan

perikanan, berorientasi ke laut dan akses ke kawasan pusat kota. Selain itu SWP ini juga

mempunyai potensi industri bahan bangunan di antaranya batu bata dan kapur. Sebagian besar

SWP adalah kawasan hutan dan kebun campuran diselingi dengan kawasan industri kecil dan

pariwisata.

F. SWP Kawasan Khusus Bandara

Di dalam pekerjaan penyusunan RTRW Kota Ambon dimana di dalamnya terdapat

kawasan bandar udara, hal ini menjadi pertimbangan khusus mengingat kawasan ini memiliki

ketetapan tersendiri.

Page 3: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Hirarkhi Pusat-Pusat pelayanan Kegiatan Kota

Hirarki pusat-pusat kegiatan pelayanan kota yang sudah ada sebagai pusat pelayanan

perkotaanpada lokasi yang berkembang saat ini maupun yang akan dikembangkan, yaitu :

a) Pusat Kota Ambon sebagai sentra primer akan terus dikembangkan sebagai pusat

penyelenggeraan pemerintahan provinsi maupun kota, perdagangan, jasa keuangan,

perhubungan darat dan laut, industri perikanan, dan aneka industri, pariwisata, kesehatan,

dan pendidikan, terutama untuk mendukung fungsi Kota Ambon sebagai PKN dan

pelabuhan internasional.

b) Negeri Passo sebagai sentra sekunder I direncanakan akan terus dikembangkan

sebagaipusat pemerintahan kecamatan, perdagangan, perhubungan darat dan laut, aneka

indutri, kesehatan, pendidikan kejuruan, pariwisata, dan pemukiman, terutama dalam

mengurangi tekanan penduduk terhadap Pusat Kota Ambon.

c) Negeri Wayame sebagai sentra sekunder II direncanakan akan dikembangkan sebagai

pusat pendidikan tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, permukiman, pemerintahan

kecamatan, aneka industri, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, serta perikanan.

d) Negeri Amahusu sebagai sentra tersier I direncanakan akan terus dikembangkan sebagai

pusat pemerintahan kecamatan, kawasan perikanan, pertanian, permukiman dan

pariwisata.

e) Negeri Leahari-Rutong sebagai sentra tersier II direncanakan akan terus dikembangkan

sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian hortikultura, perkebunan, peternakan,

perikanan, pendidikan kejuruan, permukiman, dan pariwisata.

f) Negeri Tawiri-Laha sebagai sentra tersier IV direncanakan akan terus dikembangkan,

sebagai kawasan pengamanan keselamatan penerbangan dan pelayanan bandara distribusi

tersier, disamping sebagai pusat pertanian tanaman pangan, perikanan, industri jasa

maritim, dan pertambangan bahan galian tipe “C”.

g) Negeri Latuhalat sebagai sentra tersier IV direncanakan akan terus dikembangkan sebagai

industri rumahtangga, perikanan, perkebunan, peternakan, pariwisata, dan pemukiman.

Cakupan/skala pelayanan kegiatan kota

Cakupan dan/atau skala pelayanan setiap pusat kegiatan pelayanan kota dan rencana

pengembangannya meliputi:

1) Pusat Kota Ambon sebagai sentra primer, direncanakan melayani seluruh wilayah Kota

Ambon, terutama SWP I

2) Negeri Passo, sebagai sentra sekunder I, direncanakan melayani wilayah Kota Ambon

bagian Timur, terutama SWP II

3) Negeri Wayame sebagai sentra sekunder II, direncanakan melayani SWP III

4) Negeri Amahusu sebagai sentra tersier I , direncanakan melayani SWP V

5) Negeri Leahari-Rutong sebagai sentra tersier II, direncanakan melayani SWP IV

6) Negeri Latuhalat sebagai sentra tersier IV, direncanakan melayani SWP V

7) Negeri Tawiri-Laha, sebagai sentra tersier III membantu pelayanan di kawasan khusus

Bandar Udara.

Page 4: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Dominasi fungsi Kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan kota.

Dominasi fungsi kegiatan yang direncanakan untuk pusat-pusat pelayanan meliputi:

1. Pusat Kota Ambon, bersama SWP I, direncanakan akan terus dikembangkan sebagai

pusat penyelenggeraan pemerintahan provinsi maupun kota, perdagangan, jasa keuangan,

perhubungan darat dan laut, industri perikanan, dan aneka industri, pariwisata, kesehatan,

dan pendidikan, terutama untuk mendukung fungsi Kota Ambon sebagai PKN dan

pelabuhan internasional.

2. Negeri Passo, bersama SWP II, direncanakan akan terus dikembangkan sebagai pusat

pemerintahan kecamatan, perdagangan, perhubungan darat dan laut, aneka indutri,

kesehatan, pendidikan kejuruan, pariwisata, dan pemukiman, terutama dalam mengurangi

tekanan penduduk terhadap Pusat Kota Ambon.

3. Desa Wayame, bersama SWP III, direncanakan akan terus dikembangkan sebagai pusat

pendidikan tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, permukiman, pemerintahan

kecamatan, aneka industri, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, serta perikanan.

4. Negeri Leahari-Rutong, bersama SWP IV, direncanakan akan terus dikembangkan

sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian hortikultura, perkebunan, peternakan,

perikanan, pendidikan kejuruan, permukiman, dan pariwisata.

5. Negeri Amahusu dan Latuhalat, bersama SWP V, direncanakan akan terus dikembangkan

sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri rumah tangga, perikanan, perkebunan,

peternakan, pariwisata, dan pemukiman.

6. Kawasan khusus pengamanan bandara, bersama Negeri Tawiri-Laha, direncanakan akan

terus dikembangkan, sebagai kawasan pengamanan keselamatan penerbangan dan

pelayanan bandara distribusi tersier, disamping sebagai pusat pertanian tanaman pangan,

perikanan, industri jasa maritim, dan pertambangan bahan galian tipe “C”.

Page 5: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Sistem Jaringan Prasarana Utama

Sistem Jaringan Prasarana Utama meliputi Sistem Jaringan Trasnportasi

Sistem Jaringan Trasportasi

Sistim jaringan transportasi direncanakan meliputi :

1. Sistem jaringan transportasi Darat

2. Sistim Jaringan Transportasi Laut

3. Sistem jaringan Transportasi Udara

Rencana Prasarana dan Sarana Transportasi Darat

Konsep pengembangan sistem transportasi Kota Ambon berorientasi pada fungsi

pelayanan dan pemicu perkembangan wilayah. Fungsi jalan diarahkan untuk mengakomodasi

pusat-pusat pelayanannya di Kota Ambon terutama daerah Pusat Kota, Passo dan Wayame.

Selain pusat pusat pelayanan tersebut, daerah lain yang belum berkembang juga mendapat

perhatian dalam hal pembukaan akses jalan bagi daerah tersebut. Untuk membentuk orientasi

tersebut maka perlu dilakukan perencanaan pengembangan prasarana dan sarana transportasi

yang didasarkan pada bentuk dan struktur Kota Ambon. Pembentukan struktur kota ini terkait

dengan kegiatan guna lahan dan sistem lalu lintas yang ada, sehingga kegiatan dan guna lahan ini

dipakai sebagai pertimbangan utama dalam arahan sistem pengangkutan kota. Berdasarkan hal

tersebut maka pengembangan jaringan transportasi darat di Kota Ambon akan meliputi :

1. Prasarana dan sarana jalan.

2. Prasarana dan sarana terminal

3. Prasarana dan sarana transportasi penyeberangan

4. Pengembangan angkutan umum masal

A. Prasarana dan sarana jalan

Pengembangan prasarana dan sarana jalan sangat diperlukan dalam penigkatan mutu dan

daya tampung ruas jalan meliputi status, fungsi jaringan, sistim jaringan dan aturan penggunaan

ruang di sepanjang jalan.Peningkatan maupun Pembukaan ruas-ruas jalan baru dapat dilakukan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi darat serta menghindari “bottle neck” seperti

yang terjadi di kawasan Passo, Batu Merah, dan Batu Gantung. Berikut ini adalah rencana

Pengembangan prasarana dan sarana jalan di Kota Ambon meliputi :

1. Pembangunan Jembatan Merah Putih yang menghubungkan Negeri Hative Kecil dengan

Desa Poka dan Negeri Rumah Tiga yang melewati Teluk Ambon Bagian Dalam.

2. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan nasional dan jalan arteri dari Laha ke

pusat Kota Ambon

3. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan – jalan provinsi dan jalan kolektor yang

meliputi :

Ruas jalan Durian Patah ke Hitu

Ruas Jalan Passo ke Tulehu

Ruas jalan Batu Gong – Toisapu - Hutumuri-Rutong – karang Panjang

Ruas Jalan Hutumuri - Leahari – Hukurila – hatalai – Kusu-Kusu Sereh

Page 6: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Ruas jalan Pusat Kota Ambon – Amahusu – Eri – Seilale – Latuhalat – Air Low –

Eri

4. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan – jalan Kota pada ruas jalan –jalan kota.

5. Pembangunan ruas jalan baru, baik jalan nasional dan Arteri, jalan Provinsi dan Kolektor

maupun jalan Kota termasuk bangunan pelengkapnya. Rencana peningkatan mutu

jaringan jalan di Kota Ambon baik pada jalan utama maupun jalan lokal dengan arahan

sebagai berikut :

Perbaikan drainase dan membangun fasilitas jalan (trotoar, marka jalan, drainase dan

lampu jalan) pada jalan utama, terutama di wilayah Pusat Kota Ambon.

Peningkatan kualitas perkerasan jalan pada jalan lokal dari perkerasan batu atau tanah

menjadi perkerasan aspal.

Pelebaran jalan pada jalan utama dan jalan lokal.

Penyediaan lahan parkir dan mengurangi parkir On Street (parkir di badan jalan).

B. Prasarana dan sarana Terminal

Terminal merupakan salah satu elemen kota yang memiliki pengaruh besar terhadap

rencana tata ruang kota karena akan menyangkut asal dan tujuan pergerakan kendaraan,

penumpang dan barang, dalam hal ini menyangkut rute perjalanan, yang akan berpengaruh

terhadap sistem transportasi suatu wilayah.

Rencana Pengembangan Prasarana dan sarana terminal meliputi :

a) Peningkatan kelas dan daya tampung terminal angkutan kota di kawasan mardika untuk

melayani angkutan penumpang dalam wilayah Kota Ambon;

b) Penyelesaian pembangunan terminal transit angkutan luar kota tipe B di kawasan Passo

untuk melayani angkutan penumpang yang berasal dari luar (arah Timur), masuk

kedalam wilayah Kota Ambon; dan

c) pembangunan terminal transit angkutan luar kota yang baru, tipe C, di kawasan

Tawiri/Wayame, untuk melayani angkutan penumpang yang berasal dari luar (arah

Barat), masuk ke wilayah Kota Ambon.

C. Prasarana dan sarana trasnportasi penyeberangan

Rencana pengembangan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan meliputi:

a) peningkatan mutu pelayanan transportasi penyeberangan jalur Galala-Poka, termasuk

prasarana dan sarana pendukungnya, sebagai alternatif dari Jembatan Merah-Putih;

b) pengadaan jalur transportasi penyeberangan yang baru dari Pusat Kota Ambon (Mardika)

ke Kawasan Tawiri atau Wayame, termasuk prasarana dan sarana pendukungnya; dan

c) peningkatan mutu dan daya tampung transportasi penyeberangan lintas kabupaten/kota.

d) pelabuhan angkutan penyeberangan direncanakan akan ditingkatkan mutu dan daya

tampungnya, termasuk prasarana dan sarana pendukungnya, sebagai alternatif Jembatan

Merah-Putih

e) pelabuhan angkutan penyeberangan yang baru direncanakan akan dibangun untuk

melayani angkutan penumpang dari Terminal Tawiri atau Wayame ke Pusat Kota Ambon

sebagai alternatif Jembatan Merah Putih

Page 7: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

f) pengembangan dermaga angkutan penyeberangan di Negeri Halong dan Negeri Poka;

g) pengembangan dermaga angkutan penyeberangan lintas kabupaten/kota di Negeri

Halong.

D. Prasaran dan sarana Angkutan Umum

Sarana transportasi darat di Kota Ambon dilayani oleh 61 trayek angkutan umum (Hasil

Monitoring Tahun 2008). Berdasarkan jumlah trayek dan tujuan trayek yang ada telah mencakup

keseluruhan wilayah Kota Ambon, namun seiring pertumbuhan dan mobilitas penduduk,

diperlukan pembukaan trayek angkutan umum baru untuk melayani kebutuhan masyarakat

terutama di ruas jalan Karang Panjang – Rutong – Leahari – Hukurila – Kilang. Oleh karena itu

diperlukan adanya penambahan sub terminal di desa Hukurila agar memudahkan masyarakat

sekitar menjangkaunya. Dari sisi jumlah armada angkutan di setiap trayek yang ada tidak

semuanya sama, tergantung dengan tingkat permintaan masyarakat di wilayah tersebut. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada Buku Analisa dan Fakta.

Hampir semua trayek yang ada melalui pusat Kota Ambon sehingga menimbulkan

kepadatan lalu lintas pada wilayah pusat kota terutama di daerah Terminal Mardika. Sebagai

pelengkap dari Rencana Transportasi Darat perlu dilakukan studi khusus untuk menentukan

Supply – Demand Angkutan umum di Kota Ambon. Hal ini bermanfaat untuk menentukan

penambahan unit angkot yang sesuai dengan perkembangan wilayah yang terjadi. Selain

Angkutan umum, juga terdapat Ojeg yang melayani daerah pinggiran Kota Ambon dan tersebar

secara sporadis. Rencana pengembangan angkutan umum/massal perkotaan direncanakan

pelaksanaannya sesudah diadakan studi kelayakannya.

Rencana Prasarana dan Sarana Transportasi Laut

Tahap awal pengembangan sistem transportasi Laut di Kota Ambon didasarkan pada

pembangunan wilayah yang dipacu terlebih dahulu dengan menyediakan sarana dan prasarana

pendukung transportasi laut. Diharapkan nantinya secara bertahap mengarah ke pola yang lebih

sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai faktor pendukung bagi pengembangan sosial-ekonomi

wilayah. Secara umum, kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sistem

prasarana transportasi laut di Kota Ambon, yaitu :

(1). Tatanan kepelabuhanan

(2). Dermaga

(3). Alur Pelayaran

(4). Sistem hubungan dengan trasportasi darat

1. Tatanan Kepelabuhanan

Tatanan Kepelabuhanan adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat tentang hirarki,

peran, fungsi, klasifikasi, jenis , penyelenggaraan, kegiatan, keterpaduan intra dan antar moda

transportasi serta keterpaduan dengan sector lainnya. Tatanan kepelabuhan di Kota Ambon

direncanakan meliputi :

a) Pelabuhan Internasional Yos Sudarso di Pusat Kota Ambon direncanakan ditingkatkan

mutu dan daya tampungnya, termasuk prasarana dan sarana pendukungnya.

Page 8: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

b) Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kelurahan Pandang Kasturi direncanakan akan

ditingkatkan menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera

c) pelabuhan TNI. Angkatan Laut di Negeri Halong direncanakan akan ditingkatkan peran

dan fungsinya sebagai pelabuhan Komando TNI Angkatan Laut Armada Timur.

d) Pelabuhan pertamina di Desa Wayame.

2. Dermaga

Rencana pengembangan dermaga direncanakan akan ditingkatkan mutu dan daya

tampungnya termasuk prasarana dan sarana pendukungnya diarahkan untuk:

a) Dermaga Slamet Riyadi Kelurahan Uritetu

b) Dermaga LIPI di Desa Poka

c) Dermaga POLRI di Kelurahan Lateri direncanakan sebagai pelabuhan khusus yang akan

ditingkatkan fungsinya untuk pengendalian dan pengamanan.

d) Dermaga Nusantara Fishery di Desa Hunuth

e) Dermaga Industri Kayu lapis di kawasan Batu Gong Negeri Passo

f) Dermaga DR. Siwabessy di Kelurahan Benteng

3. Alur Pelayaran

Alur pelayaran direncanakan meliputi: kelayakan dan keselamatan pelayaran dan

pengembangannya diarahkan untuk terus ditingkatkan mutu dan daya tampungnya, termasuk

prasarana dan sarana pendukungnya.

4. Sistim hubungan dengan transportasi darat

Sistem hubungan di antara transportasi laut dan transportasi darat direncanakan meliputi:

terminal angkutan darat di dalam pelabuhan dan jalan keluar-masuk pelabuhan dan

pengembangan sistem hubungan di antara tranportasi laut dan transportasi darat diarahkan untuk

terus ditingkatkan mutu dan daya tampungnya, termasuk prasarana dan sarana pendukungnya. Di

samping pengembangan prasarana dan sarana transportasi laut juga perlu ditingkatkan antara lain

dengan :

a) Peningkatan kualitas atau mutu sarana angkutan laut dengan mengoperasikan kapal kapal

berukuran besar dan tipe kapal LSE agar tingkat pelayanan menjadi lebih tinggi;

b) Mengembangkan sistem jaringan prasarana dan sarana transportasi laut dalam kaitan

dengan evakuasi bila terjadi bencana alam.

Klasifikasi struktur jaringan dan prediksi kebutuhan jaringan pelayanan transportasi laut di

Provinsi Maluku dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Jaringan Pelayaran Internasional, merupakan layanan angkutan laut antar negara dan

hanya menyinggahi pelabuhan dengan status internasional saja, yaitu Pelabuhan Ambon,

yang dilalui oleh ALKI. Kecenderungan angkutan laut internasional adalah menggunakan

peti kemas, yang mempunyai kecenderungan pertumbuhan kontainer di Pelabuhan

Ambon rata-rata sebesar 16%. Orientasi pelayaran internasional dari Provinsi Maluku

(Pelabuhan Ambon) adalah Makassar dan Bitung;

Page 9: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

2) Jaringan Pelayaran Nasional, merupakan layanan angkutan laut antar provinsi, dimana

pelabuhan yang disinggahi hanya pelabuhan dengan status nasional dan internasional

saja. Jaringan Pelayanan Nasional ini diharapkan dapat dilayani oleh PELNI dan

perusahaan pelayaran nasional lainnya. Kota-kota yang dilalui Kapal Pelni adalah :

Namlea, Ambon, Banda, Tual, Saumlaki dan Dobo, dengan rute :

i. Rute Barat – Timur (dari Sumatera ke Papua), dilayani oleh KM Ciremai, Bukit

Siguntang, Dorolanda, Kelimutu;

ii. Rute Selatan – Utara (dari Makassar ke Bitung), dilayani oleh Kapal Lambelu.

Dalam lingkup nasional layanan angkutan yang disediakan oleh PELNI

menghubungkan Provinsi Maluku (Kota Ambon) dengan Provinsi-provinsi

Maluku Utara (Ternate), Sulawesi utara (Bitung), Sulawesi Tenggara (Bau-bau),

Sulawesi Selatan (Makassar), Irian jaya (Sorong dan Fak-fak), Papua (Timika).

Dalam lingkup provinsi PELNI membantu pelayaran regional melayani jalur-

jalur: Ambon – Namlea; Ambon – Banda – Tual; Ambon – Saumlaki – Tual –

Dobo.

Dalam konstelasi nasional, sebagian besar pergerakan transportasi dari wilayah Maluku

ini terkait dengan pusat-pusat pemasaran di provinsi lain seperti Pelabuhan Ternate, Kendari,

Surabaya, Jakarta, Medan, Ujung Pandang, Manado, dan Sorong. Secara keseluruhan kebutuhan

angkutan laut tidak hanya menjadi milik Kota Ambon tetapi juga mencakup wilayah Provinsi

Maluku.

1) Jaringan Pelayaran Regional, merupakan layanan angkutan laut antar kabupaten

dan antar gugus pulau, pelabuhan yang disinggahi merupakan pelabuhan regional

dan nasional saja. Permintaan transportasi laut untuk pelayaran regional relatif

masih rendah, namun di pihak lain mempunyai lokasi menyebar. Oleh karena itu

pelayanan angkutan pelayaran regional dipelopori oleh angkutan perintis yang

disubsidi oleh Pemerintah agar menjangkau kebutuhan layanan sampai ke pulau-

pulau kecil.

2) Jaringan Pelayaran Lokal/Rakyat, merupakan layanan angkutan laut yang

melayani pelabuhan-pelabuhan lokal dan regional dan merupakan feeder bagi

pelayanan regional, yang biasanya digunakan untuk mnengangkut hasil bumi dari

satu pulau ke pulau lain, atau menyisir pantai khususnya untuk daerah atau pulau-

pulau yang akses daratnya belum berkembang.

Rencana Prasarana dan Sarana Transportasi Udara

Pengembangan sistem prasarana transportasi udara di Kota Ambon (mencakup juga

wilayah Provinsi Maluku) diantaranya meliputi pemantapan kapasitas Bandara Pattimura Ambon

dari pusat penyebaran tersier menjadi Pusat penyebaran sekunder pada tahun 2028. Bandara

Pattimura melayani penerbangan ke kota-kota di Indonesia seperti Makassar, Sorong, Ternate

hingga Surabaya, dan Jakarta dengan rata-rata penerbangan sekali dan dua kali sehari. Selain itu

juga melayani lingkup regional Provinsi Maluku, seperti Wahai, Langgur, Saumlaki, Kisar,

Amahai, dan Namlea, dengan rata-rata penerbangan 2 (dua) kali per minggu. Sistim jaringan

trasportasi udara direncanakan meliputi :

Page 10: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

1. Klasifikasi bandara direncanakan meliputi peningkatan kelas Bandara Pattimura

pengembangan Bandara Pattimura diarahkan untuk memperkuat status Bandara

Internasional, dengan fungsi sebagai pusat penyebaran skala pelayanan tersier dan

penerbangan internasional.

2. Sarana pendukung dan radius pengamanan/ kawasan keselamatan penerbangan dalam

pengembangannya akan terus ditingkatkan mutu dan pengendaliannya.

3. Jalur penerbangan dalam pengembangannya akan terus ditingkatkan kelayakan dan

keselamatannya.

4. Sarana prasarana transportasi udara akan terus ditingkatkan kualitas dan pelayanannya

sesuai kelas bandara.

Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Sistem jaringan prasarana lainnya yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi

fungsi kegiatan yang ada di wilayah kota meliputi : Sistem Jaringan Energi Listrik, Sistem

Jaringan Sumber Daya Air, Sistem Jaringan Telekomunikasi dan Sistem infrastuktur perkotaan

Sistem Jaringan Energi Listrik

Energi listrik menjadi energi vital saat ini. Peranan listrik dalam kehidupan saat ini sudah

semakin dominan. Saat ini kebutuhanan masyarakat terhadap listrik sangat tinggi, karena hampir

semua aktifitas masyarakat membutuhkan listrik. Dari kegiatan dapur sampai kegiatan rekreasi

(menonton tayangan televisi). Bagi kalangan industrI/pelaku dunia usaha, keberadaan energi

listrik sangat penting, bahkan telah menjadi salah satu faktor produksi yang utama, utamanya

bagi para pengusaha dalam skala mikro dan kecil. Lebih luas lagi penghambat utama kegiatan

investasi di Indonesia adalah masalah buruknya infrastruktur (didalamnya termasuk ketersediaan

listrik), keamanan dan perijinan. Upaya menjamin ketersediaan listrik yang diimbangi dengan

perbaikan dan peningkatan infrastruktur lain, akan menjadikan faktor penarik bagi minat investor

berinvestasi di Kota Ambon.

Peningkatan investasi berarti terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif. Kebutuhan

listrik Kota Ambon saat ini dipenuhi oleh 2 buah pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang

berlokasi di Hative Kecil dan Poka. Keduanya dipisahkan oleh Teluk Ambon yang terkoneksi

melalui kabel laut 20 KV. Berikut ini adalah kebutuhan listrik Kota Ambon yang dihitung

berdasarkan Standar Kebutuhan Listrik dari Departemen Pekerjaan Umum, tampak bahwa belum

seluruh penduduk mendapatkan pelayanan listrik, Jaringan listrik memiliki pola dan hirarki

mulai dari Jaringan Tegangan Tinggi (JTT), yaitu kabel tegangan tinggi yang memiliki tegangan

70 - 150 KV diubah menjadi Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yang memiliki tegangan 6 -

20 KV melalui gardu induk. Dari jaringan tegangan menengah diubah menjadi Jaringan

Tegangan Rendah (JTR) melalui gardu transformasi, kemudian diubah menjadi jaringan

pelayanan dengan tegangan 110 - 220 Volt. Rencana sistem jaringan energi listrik di Kota

Ambon meliputi :

1. Pembangkit Tenaga Listrik

2. Jaringan transmisi tenaga listrik

Page 11: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

(1) Pembangkit Tenaga Listrik

Program pengembangan pembangkit tenaga listrik meliputi:

a. peningkatan mutu dan kapasitas PLTD yang sudah ada; dan

b. pengembangan PLT surya, angin, biogas, ombak, arus, dan mikro hydro, di lokasi-lokasi

yang akan ditentukan sesuai hasil studi kelayakannya.

(2) Jaringan transmisi tenaga listrik

Program pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi:

a. pembangunan gardu induk sebesar 70 KV di Kecamatan Teluk Ambon-Baguala dan

Kecamatan Sirimau; dan

b. peningkatan mutu dan kapasitas jaringan transmisi sesuai dengan kebutuhan jaringan di

Kota Ambon dengan mengikuti pola jaringan yang sudah ada, maupun pengembangan

jaringan yang baru.

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Kota Ambon menggunakan sumber air baku yang berasal dari mata air yang ada di

wilayah Kota Ambon. Untuk menjaga keberlanjutan penggunaan sumber air baku ini, maka perlu

dilakukan pembatasan pola pemanfaatan daerah sekitar mata air yakni pada mata air Air Keluar

Dusun Kusu-Kusu Sereh Desa Urimesing, Wainitu Kelurahan Wainitu, Air Besar Karang

Panjang serta beberapa mata air di sekitarnya seperti Air Panas dan Wai Niwu Kelurahan Karang

Panjang untuk melayani pusat kota, mata air Wai Pompa di Negeri Halong, Kecamatan Teluk

Ambon Baguala, melayani Negeri Halong dan Negeri Hative Kecil. Pembatasan pola

pemanfaatan kawasan sekitar mata air ini berfungsi sebagai daerah konservasi guna menjaga

kualitas dan kuantitas sumber air yang ada juga akan bermanfaat bagi upaya penyediaan ruang

hijau.

Rencana sistem jaringan Sumber Daya Air meliputi :

1. Sistem jaringan air baku untuk air bersih

2. Sistem pengendalian banjir

Rencana pengembangan sistem jaringan air baku untuk air bersih meliputi:

a. Pengembangan sistem pemanfaatan potensi sumber air baku yang ada

b. Pengembangan sistem pengelolaan air baku untuk air bersih

Rencana pengembangan sistem pengendalian banjir meliputi :

a. Penghijauan wilayah sekitar DAS

b. Identifikasi kawasan-kawasan kota yang berpotensi banjir atau terjadinya genangan.

c. Normalisasi sungai .

Sistem jaringan Telekomunikasi

Sesuai dengan kecenderungan perkembangan kawasan yang akan terjadi, maka jaringan

telepon perlu dikembangkan pada kawasan perencanaan untuk meningkatkan kualitas

komunikasi. Kebutuhan total sambungan telepon di Kota Ambon untuk tahun 2029 memiliki

rasio ideal 1 SST melayani 20 orang. Berdasarkan target ideal tersebut maka Kota Ambon pada

Tahun 2028 memerlukan sekitar 24.346 SST. Sistem jaringan telepon diarahkan mengikuti pola

Page 12: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

rencana jaringan jalan, dengan pemasangan tiang-tiang penyangga pada bahu jalan atau sistem

serat optik dengan kabel yang ditanam dalam tanah.

Rencana Sistem jaringan telekomunikasi meliputi :

1. Jaringan teresterial

2. Jaringan Celular

(1) Jaringan Teresterial

Program pengembangan jaringan teresterial diarahkan untuk pengembangan infrastruktur

dasar telematika, berupa jaringan telepon fixed line, dan lokasi pusat otomatisasi telepon. (2)

Jaringan Celular, Program pengembangan jaringan Celular meliputi:

a. pengembangan infrastruktur nir kabel berupa lokasi menara telekomunikasi (BTS)

b. pemanfaatan secara bersama antar operator.

Dengan banyaknya alternatif penyediaan jasa komunikasi, maka sebagian kebutuhan

fasilitas komunikasi dapat diselenggarakan menggunakan jalur tanpa kabel (Wireless) yang

dilakukan bekerjasama antara pemerintah kota dengan pihak penyedia jasa selular dalam

penyediaan/ pembangunan BTS (Base Transceiver Station) atau Menara Transmisi jaringan

selular. Pembangunan menara selular ini perlu memperhatikan tata letaknya terhadap ruang kota

sehingga tidak menimbulkan gangguan bagi penerbangan maupun estetika wilayah kota.

Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi telah mengadakan pertemuan dengan Departemen

Pekerjaan Umum, pemerintah daerah, operator dan vendor untuk persiapan peraturan mengenai

BTS yang isinya mengenai alternatif jarak aman menara :

a. untuk tinggi menara maksimal 45 meter, berjarak minimal 20 meter dari perumahan, 10

meter di tempat komersial, dan 5 meter bila di daerah industri.

b. untuk menara di atas 45 meter, jarak dari bangunan perumahan minimal 30 meter, 15

meter untuk daerah komersial dan 10 meter untuk daerah industri.

c. untuk ketinggian menara di atas 60 meter, jarak dari bangunan terdekat adalah 20 meter.

Sedangkan terkait dengan investasi pembangunan tower oleh pengusaha provider seluler

diwilayah perencanaan dengan kondisi fisik kota Ambon yang tidak terlalu luas bagi

pengembangan Kota maka dibutuhkan pengembangan BTS Terpadu (Mobile Virtual

Network Operation/ MVNO) yang dapat memberikan manfaat berupa :

Untuk mengurangi tingginya permintaan lahan untuk pembangunan BTS sehingga

dapat menghindari “hutan tower”

Menjaga keindahan dan estetika kota;

Hemat biaya investasi/ sewa, maka akan menekan biaya operasional di mana

akhirnya masyarakat pulalah yang menikmati keuntungan (dari biaya operasional

seluler yang kompetitifini).

Sistem Infrastruktur Perkotaan

Sistem infrastruktur perkotaan meliputi : Sistem Penyediaan Air Minum, Sistem Jaringan

Persampahan, Sistem Jaringan Drainase, Sistem Jaringan Pengelolaan Air Limbah, Penyediaan

dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan Pejalan Kaki, jalur Evakuasi Bencana dan

Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Perkotaan Lainnya.

Page 13: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum

Kebutuhan ideal air bersih adalah 60 - 220 liter/orang/hari dengan cakupan pelayanan

55% - 75% (Pelayanan Minimal untuk Permukiman dari Keputusan Menteri Permukiman dan

Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001). Jika kebutuhan air bersih Kota Ambon diasumsikan

100 liter/orang/hari maka kebutuhan air bersih untuk Kota Ambon dapat dihitung dari perkalian

antara jumlah penduduk dengan jumlah kebutuhan dasar penduduk untuk klasifikasi kota sedang

(100 liter/orang/hari). Sehingga kebutuhan air bersih Kota Ambon Tahun 2007 sebesar

27.197.200 liter/hari. Diketahui kapasitas sumber sebesar 132 lt/dt.

Jika dianalisis lebih lanjut maka bisa dikatakan bahwa kapasitas produksinya pun tidak

melebihi kapasitas sumber. Sehingga dari data tersebut bisa dikatakan pula bahwa Kota Ambon

masih membutuhkan peningkatan kapasitas produksi, karena untuk kebutuhan air bersih saja

sebesar 314,78 lt/dt. Jadi masih dibutuhkan peningkatan kebutuhan air bersih yang dihasilkan

sekitar 182,78 lt/dt. Pelanggan yang tercatat pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota

Ambon selama tahun 2007 berjumlah 5.248 pelanggan di antaranya pelanggan rumah tangga

dengan total nilai pemasukan Rp2.228.123.250 dengan jumlah sambungan rumah sebanyak

5.058 SR. Jika 1 sambungan rumah (SR) memenuhi kebutuhan penduduk sebanyak 6 Jiwa (luar

Pulau Jawa) maka bisa dihitung pula jumlah pelanggannya yaitu sebanyak 30.348 Jiwa. Dari

data tersebut dapat dikatakan tingkat pelayanan sebesar 11,16 %.

Terkait dengan perencanaan di masa yang akan datang yaitu di akhir tahun perencanaan

2029, diproyeksikan kebutuhan air bersih di Kota Ambon sebesar 563,56 L/dtk. Kebutuhan

sebesar ini belum dapat dipenuhi oleh PDAM apabila kapasitas sumber belum ditingkatkan,

karena tahun 2007 saja masih terlihat kapasitas sumber 132 lt/dt sedangkan kebutuhan air bersih

sebesar 314,78 lt/dt. Dalam rangka mengatasi permasalahan air di Kota Ambon diperlukan

perencanaan secara keruangan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Tingkat pelayanan

sistem perpipaan di Kota Ambon harus disesuaikan dengan standar/ kriteria umum pelayanan

sistem perpipaan untuk kota sedang yang ada di Indonesia. Secara garis besar sistem perpipaan

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Pelayanan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga ditentukan berdasarkan jumlah

penduduk yang dilayani, bentuk jasa pelayanan, dan besarnya pelayanan yang diberikan.

Bentuk pelayanan dalam rumah tangga dibedakan dalam 2 jenis berdasarkan tingkat

sosial ekonomi. Hal ini disebabkan kondisi sosial ekonomi mempengaruhi kebutuhan air

dan juga kemampuan membayar air minum. Bentuk pelayanannya yaitu :

Sambungan Rumah (SR): Pelayanan ini diberikan untuk rumah permanen dan semi

permanen, di mana bentuk rumah ini mewakili tingkat sosial ekonomi yang cukup.

Kran Umum (KU): Pelayanan ini diberikan untuk rumah non-permanen yang mewakili

tingkat sosial ekonomi yang rendah.

Perbandingan prosentase pelayanan SR dan KU diharapkan dapat terus berubah dengan

meningkatnya taraf kehidupan penduduk (tingkat sosial ekonomi), di mana persentase

jenis pelayanan SR jumlahnya terus meningkat, sementara KU persentasenya terus

menurun. Pelayanan untuk non-rumah tangga berupa keperluan sosial, pendidikan,

kesehatan, perkantoran, fasilitas umum, dan komersial, besarnya didasarkan atas jenis

sarana, jumlah, dan besarnya pelayanan yang disesuaikan dengan standar yang ada.

Page 14: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Pelayanan untuk sarana umum dan perkotaan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidrant,

kebersihan dan keindahan kota. Pada setiap sistem penyediaan air minum selalu harus disediakan

sejumlah air untuk menangani sejumlah kehilangan air yang meliputi :

- Kehilangan air pada pengoperasian dan penyaluran air ke konsumen - Keperluan air untuk

instalasi pengolahan (keperluan sebagai bahan pelarut dan pengencer, pengurasan,

penggelontoran, dan pemakaman untuk sarana yang ada pada instalasi pengolahan).

Alternatif penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penyediaan air

bersih dari air hujan, tetapi khusus untuk kebutuhan cuci saja. Curah hujan yang cukup tinggi di

wilayah Kota Ambon cukup memungkinkan diterapkannya sistem ini. Sistem ini membutuhkan

tangki penampungan air hujan untuk menampung air yang disalurkan dari air cucuran atap

rumah.

Sistem ini hanya bersifat alternatif dan sementara saja terutama untuk beberapa lokasi di

Gunung Nona seperti di Dusun Siwang dan sekitarnya yang masih belum dijangkau dengan

sistem perpipaan. Pada akhir tahun perencanaan (2031) seluruh lokasi yang memiliki sumber air

bersih dapat dimanfaatkan untuk distribusi air bersih dengan sistem perpipaan sehingga sistem

tadah air hujan dapat dihilangkan. Sistem jaringan penyediaan air bersih dan air minum

direncanakan meliputi : Prasarana penyediaan air bersih/air minum kota dengan Pengembangan

prasarana penyediaan air bersih/air minum kota meliputi:

1) Sistem penyediaan air minum;

2) Sistem pengelolaan air minum;

3) Sistem Pendistribusian Air Minum dengan Pengembangan sistem pendistribusian

air minum ke permukiman, kegiatan industri, dan fungsi lainnya di wilayah Kota

Ambon akan diperluas danditingkatkan kualitas dan pelayanannya.

Sistem Jaringan Persampahan

Jumlah timbulan sampah dari tahun ke tahun akan semakin tinggi seiring dengan

perkembangan jumlah penduduk. Di Kota Ambon jumlah timbulan sampah berdasarkan hasil

proyeksi penduduk tahun 2028 yang dilakukan pada sub bab sebelumnya sebesar 1.460.760

liter/hari dengan asumsi setiap orang menghasilkan sampah sebanyak 3 liter/org/hari. kondisi ini

mendorong kebutuhan adanya penempatan tempat sampah dekat dengan kegiatan yang ada di

Kota Ambon.

Pengelolaan persampahan di Kota Ambon untuk saat ini masih dikelola secara indvidual

di masing-masing lingkungan dengan cara konvensional yaitu dibuang ke tanah kosong atau

tempat terbuka dan pada waktu-waktu tertentu dilakukan pembakaran. Selain itu sampah juga

masih banyak yang dibuang ke tepi jalan dan selokan. Untuk itulah diperlukan suatu institusi

yang mengelola dan mengkoordinir sistem persampahan di Kota Ambon secara baik. Sistem

pengelolaan sampah terpadu seperti yang terdapat pada instalasi pengelolaan sampah terpadu

(IPST) di Dusun Toisapu, Negeri Hutumuri Kecamatan Baguala perlu ditingkatkan baik dari

aspek teknis maupun sumberdaya manusia pengelolanya. Lokasi IPST yang terletak di atas

perbukitan dapat merupakan ancaman bagi kualitas air tanah yang mengalir ke sekitar kawasan

Passo. Untuk itu maka sistem pengelolaan harus baik, terutama dalam proses pengomposan

sampah organik harus berlangsung sempurna. Demikian juga pengolahan sampah anorganik

Page 15: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

lainnya tidak menimbulkan sisa-sisa buangan atau limbah berbahaya. Kawasan sekitar IPST

dihijaukan dengan tanaman berdaun lebar yang berfungsi selain menjaga siklus hidrologi dan

konservasi tanah, juga memberikan kesan estetika bagi lingkungan sekitar.

Sistem Jaringan Drainase

Jaringan drainase yang terdapat di Kota Ambon yang telah ada saat ini adalah saluran

primer, sekunder, dan tersier. Saluran drainase di Kota Ambon berupa badan-badan air dengan

konstruksi berupa tanah membentuk sistem drainase primer Sedangkan sistem drainase sekunder

berupa saluran drainase yang terbentang mengikuti jaringan jalan utama dengan konstruksi beton

dan tanah.

Dengan memperhatikan kondisi eksisting yang ada, di mana saluran drainase yang

melayani Kota Ambon berada di sekitar pusat kota dan jalur jalan utama, maka untuk tahun-

tahun mendatang perlu adanya peningkatan saluran drainase. Adanya lahan-lahan kosong di

kawasan perencanaan pada saat ini memang belum merupakan suatu masalah bagi aliran air yang

mengalir di permukaan, karena air langsung meresap ke tanah. Akan tetapi dengan

perkembangan kegiatan bersifat perkotaan yang akan terjadi di mana lahan-lahan kosong akan

beralih fungsi menjadi lahan terbangun bila tidak direncanakan suatu jaringan/ saluran drainase

maka dapat menimbulkan masalah genangan air di kawasan pusat kota. Saluran drainase tersebut

diarahkan pada seluruh wilayah Kota Ambon sehingga permasalahan akan terjadinya genangan

air terutama di daerah pusat kota dapat teratasi. Penyebab banjir dan genangan di daerah Kota

Ambon umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut :

limpasan air banjir dari sungai-sungai dalam kota

tidak cukupnya kapasitas saluran drainase kota

kemungkinan back water di sepanjang badan sungai dan saluran drainase atau di

muara muara sungai karena air pasang atau karena sampah dan sedimentasi.

Berdasarkan kondisi jaringan drainase yang ada di wilayah perencanaan, maka untuk

pengembangan saluran drainase diperlukan jaringan drainase yang memenuhi persyaratan teknis

dan ekonomis, secara garis besar meliputi :

1. Pengaliran kelebihan air hujan secepat mungkin tanpa merusak permukaan tanah.

2. Jaringan harus mudah dalam pembangunan dan pemeliharaannya.

3. Harus terpadu dengan jaringan drainase kota secara keseluruhan.

4. Memanfaatkan potensi dan kondisi topografi di wilayah perencanaan.

Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan sistem jaringan drainase

Kota Ambon antara lain :

1. target rencana perbaikan saluran induk dan fasilitasnya. Untuk saluran induk menggunakan

debit rencana dengan periode ulang 5 - 25 tahun, sedangkan untuk saluran percabangannya

menggunakan periode ulang 2 tahun.

2. Pekerjaan konstruksi harus memenuhi persyaratan teknis dan praktis

3. Operasi dan pemeliharaan serta pengelolaannya lebih mudah

4. Sebanyak mungkin memanfaatkan fasilitas dan sistem drainase kota yang sudah ada

5. Menghindari kerusakan komponen infrastruktur lainnya yang sudah ada

6. Sedapat mungkin menghindari pembebasan tanah dan relokasi

Page 16: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

7. Penggunaan pintu klep / stasiun pompa pada outlet untuk daerah-daerah yang tidak mungkin

menggunakan sistem gravitasi

Rencana pengembangan sistem drainase kota Ambon menggunakan paradigma baru yaitu

“Ekodrainase”. Konsep ekodrainase yaitu suatu konsep pengembangan sistem drainase

berkelanjutan yang ramah lingkungan. Konsep dasarnya adalah memanfaatkan jumlah curah

hujan semaksimal mungkin untuk mengisi kebutuhan cadangan air dalam tanah, dan mengalirkan

kelebihan air yang tidak digunakan secara tidak merusak permukaan tanah.

Dengan konsep ini maka pada kawasan permukiman dibuat lubang-lubang permukaan

tanah yang berfungsi sebagai tempat masuknya air permukaan (biopori), sedangkan pada tempat-

tempat tertentu dalam kawasan perencanaan dibuat sumur-sumur resapan sesuai kondisi

setempat. Selain itu Saluran-saluran yang ada sebagai sistem drainase sekunder umumnya

mengalirkan air ke sungai utama (sistem drainase primer). Kualitas sistem drainase perlu segera

ditingkatkan, termasuk saluran yang menghubungkan Wai Batu Gajah dengan Wai Titar,

perbaikan saluran Wai Tomu Kecil di Kelurahan Batu Meja, dan Wai Alat di Mardika. Pada

bagian-bagian cekungan jika memungkinkan dapat dilakukan peninggian permukaan tanah/ jalan

seperti di kawasan pertokoan Jalan A.Y. Patty.

Selain perhatian terhadap dimensi saluran dan percabangannya, kapasitas saluran dan

pola aliran, kondisi fisik setempat, maka perhatian juga diperlukan bagi kelestarian daerah

tangkapan air (Catchmen area) sebagai bagian dari sistem drainase mayor.

Rencana sistem jaringan drainase meliputi :

1. Jaringan drainase Primer

2. Jaringan drainase Sekunder

Jaringan Drainase Primer

Pada saluran drainase primer di wilayah perencanaan diperlukan normalisasi supaya tidak

menghambat arus air sungai pada saat hujan, yaitu dengan cara membuat tembok dengan

pasangan batu kali pada sisi kanan dan kiri jalan dan juga membuat sempadan sungai, juga

sepanjang sungai tersebut di buat kawasan konservasi sungai dengan lebar 50 m serta pada

bagian-bagian tertentu dibuat Out Fall untuk terusan saluran sekunder dari kawasan sekitarnya

sehingga diharapkan tidak terjadi pengikisan pada dinding sungai. Dimensi jaringan ini

diperhitungkan dengan konsep ekodrainase, dan letak jaringannya sedemikian rupa agar mudah

dikontrol. Oleh karena sumber air utama berasal dari daerah tangkapan, maka konservasi daerah

tangkapan juga menjadi prioritas penting dalam pengembangan sistem drainase primer.

Beberapa sungai utama dalam pusat kota Ambon sering meluap pada musim hujan

sehingga daerah-daerah genangan di sepanjang badan sungai harus diperhatikan. Pada bagian

tertentu dapat dipasang pintu-pintu air antara lain untuk Wai Batu Gajah dan Wai Batu Merah.

Jika kondisi permukaan air laut naik lebih tinggi dibandingkan permukaan air sungai di muara,

maka diperlukan pintu klep dan stasion pompa dengan sensor otomatis di bagian muara untuk

mengendalikan air balik (back water). Sistem pengontrolan dan pengendalian sedimen dan

konservasi daerah tangkapan merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam pengelolaan

drainase primer.

Pengembangan jaringan drainase Primer meliputi:

a. Penertiban pemanfaatan lahan pada kawasan hulu dan daerah resapan air DAS.

Page 17: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

b. penerapan teknologi konservasi air seperti sumur resapan dan biopori pada kawasan

pemukiman dengan kepadatan tinggi dan kawasan pemukiman baru, baik di daerah

perbukitan, maupun daerah pesisir;

c. penertiban bangunan di bantaran, maupun di dalam sungai; dan

d. pengerukan sampah dan sedimen di sungai-sungai: Wai Batu Gantong, Wai Batu Gajah,

Wai Tomu, Wai Batu Merah, dan Wai Ruhu

Jaringan Drainase Sekunder

Dua jaringan drainase ini mengikuti pola jaringan jalan yang ada dengan bentuk

konstruksi jaringan terbuka dan jaringan tertutup. Pada ujung saluran terbuka yang masuk

kedalam saluran tertutup dipasang jeruji untuk mencegah masuknya sampah ke dalam saluran.

Penyediaan fasilitas tersebut ditujukan untuk mencegah tidak berfungsinya saluran akibat

kapasitasnya berkurang (tersumbat) sehingga menimbulkan genangan dan banjir. Sedangkan

Jaringan Drainase tertutup merupakan pelengkap bagi saluran drainase permukaan, yaitu sebagai

penghubung antara satu jaringan drainase dengan jaringan lainnya yang dibatasi oleh lahan

terbangun seperti jalan. Untuk saluran primer menggunakan gorong-gorong dengan diameter 60-

100 cm dengan konstruksi beton bertulang, sedangkan untuk saluran sekunder menggunakan

gorong-gorong dengan diameter antara 30 - 50 cm dengan konstruksi beton. Jaringan drainase

yang menghubungkan Wai Batu Gajah dengan Wai Titar serta antara Wai Alat dan Wai Batu

Merah perlu lebih ditingkatkan kualitasnya, termasuk penanggulangan sedimen dan penguatan

tembok/ dinding saluran. Pengembangan jaringan drainase Sekunder diarahkan untuk perbaikan

drainase kota yang sudah ada, dan melengkapinya dengan kolam penangkap sampah dan

sedimen.

Sistem Jaringan Pengelolaan Limbah

Kondisi eksisting di wilayah perencanaan, limbah manusia dibuang melalui septic tank

dan cubluk. Masalah umum yang dihadapi wilayah perencanaan adalah masih adanya sebagian

penduduk yang menggunakan tempat terbuka dan sungai sebagai sarana pembuangan limbah

rumah tangga sehingga apabila kondisi ini terus berlangsung tanpa ada perubahan, dikhawatirkan

tanah dan sungai yang digunakan untuk membuang limbahnya dapat tercemar. Penangangan air

limbah pada dasarnya memiliki tiga aspek, yaitu pengadaan fasilitas MCK untuk umum dan

keluarga, saluran pembuangan kota dengan perpipaan, dan pengolahan air kotor baik secara

kelompok maupun perorangan (On-Site). Untuk Kota Ambon penanganan air limbah berupa

pengadaan fasilitas MCK untuk umum dan keluarga serta pengolahan air limbah. Satu jamban

keluarga melayani satu keluarga (5 orang penduduk) dan satu MCK melayani 200 penduduk,

sedangkan untuk pengolahan air limbah dibedakan menjadi dua sistem, yakni :

1. Untuk kawasan yang kepadatannya tidak terlalu tinggi menggunakan septic tank

dengan menggunakan resapan, dengan memperhatikan kedalaman muka air tanah.

2. Untuk kawasan yang kepadatannya tinggi menggunakan septic tank komunal

dengan sistem Biodigester sehingga limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan

sebagai biogas, dan pengelolaannya dilakukan secara berkelompok (Community

Based Sanitation).

Page 18: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Pada masa mendatang pengelolaan limbah di Kota Ambon diarahkan menggunakan

system Off- Site secara terpadu. Arahan Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT)berada di

wilayah dataran rendah di Kota Ambon. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya operasional

sehingga penyaluran limbah dapat menggunakan system gravitasi. IPLT Kota Ambon diarahkan

pada daerah Batu Merah dan Rumah Tiga. Berikut ini ilustrasi perbedaan antara system On-Site

dan system Off-Site.

Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan Pejalan Kaki

pelajan kaki/pedestrian berupa jalur trotoar di sisi ruas jalan bertujuan untuk

mengamankan pergerakan pejalan kaki dari kendaraan di badan jalan. Rencana pengembangan

prasarana pejalan kaki di Kota Ambon diarahkan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :

1) Keamanan, kenyamanan dan pertimbangan estetika, melalui pengendalian penggunaan

jalur pejalan kaki oleh kegiatan yang tidak pada tempatnya, seperti pedagang kaki lima

dan pemberhentian kendaraan bermotor ( parkir).

2) jalur pejalan kaki sebaiknya dilengkapi dengan jalur hijau sebagai peneduh. Pada

kawasan dimana penyediaan jalur hijau sudah tidak memungkinkan karena tingginya

intensitas lahan terbagun, penyediaan pepohonan peneduh dapat dilakukan dengan

menyediakan pot-pot atau bak berisi tanaman hijau.

3) Pengembangan prasarana jalur pejalan kaki diprioritaskan pada kawasan pusat-pusat

kegiatan kota ( komersial) serta pusat kegiatan kemasyarakatan ( fasilitas sosial) yang

berada di SWP I, SWP II dan SWP III.

4) pejalan kaki disesuaikan dengan jenjang hirarkhi jalan dan dominasi kegiatan di kawasan

tersebut. Sebaiknya jalur pejalan kaki disediakan dikedua sisi jalan, jalur pejalan kaki

sebesar 1 – 1,5 meter. Mengoptimalkan jalur pejalan kaki yang sudah ada dan

menyediakan kekurangannya, sehingga keamanan, kenyamanan dan pertimbangan

estetika bagi pengguna jalur pejalan kaki dapat terwujud.