1 Edit 2003

download 1 Edit 2003

of 13

Transcript of 1 Edit 2003

Anisometropia

Oleh: Winda Utami Putri (06923030) Stefina Media Sari (07923019) Jesa deastri (07923085) Rahendra joni (07923088) Muhammad Reza Azriyantha (07923037)

Pembimbing : Dr. Irayanti Sp,M Preseptor : Dr. Kemala Sayuti Sp,M BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Mata merupakan suatu struktur dengan bentuk sferis yang dapat mengolah cahaya yang berada disekitarnya menjadi suatu berkas cahaya yang dapat diolah dan diterjemahkan oleh otak sebagai suatu obyek yang dapat dilihat.(2) Anisometropia adalah perbedaan kekuatan refraksi kedua mata.(1) Adanya perbedaan jenis dan ukuran refraksi yang terlalu besar dapat mennyebabkan tajam penglihatan menurun dan berisiko menjadi ambliopia(2) Anisometropia merupakan kasus kedua terbanyak yang menyebabkan ambliopia.(9) Di Amerika utara 2-4% kasus ambliopia penyebab penurunan tajam penglihatan unilateral pada anak dan 50% kasus nya disebabkan anisometropia. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan di provinsi riau pada tahun 2002 di temukan 15,1 % kasus anisometropia dari 1043 sampel dengan rata-rata umur 21 tahun keatas.(10) 1.2.Batasan Masalah Dalam makalah ini akan di bahas mengenai gambaran umum refraksi dan Anisometropia dimulai dari etiologi sampai dengan prognosis. 1.3.Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami dan menambah pengetahuan tentang anisometropia

BAB II TINJAU PUSTAKA 2.1 Fisiologi Penglihatan Mata dapat dianggap sebagai kamera yang mempunyai kemampuan menghasilkan bayangan yang di biaskan melalui media refraksi yaitu kornea, akuos humor,lensa, dan korpus vitreus sehingga menghasilkan bayangan terbalik yang diterima retina. Selanjutnya bayangan tersebut akan diteruskan oleh saraf optic (N II) menuju korteks serebri(pusat penglihatan) dan tampak sebagai bayangan tegak(3) Pada keadaan normal(Emetropia) cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal ini terjadi akibat adanya daya akomodasi lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbedabeda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan terletak pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang retina. Akibat benda ini didekatkan, penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter.(3)

Penglihatan binokular yang normal adalah penglihatan maksimal yang dicapai seseorang pada penglihatan dengan kedua mata dan bayangan yang diterima setajam-tajamnya dapat diolah oleh susunan syaraf pusat menjadi satu bayangan tunggal ( fusi ) dan berderajat tinggi.( stereoskopis ) Oleh karena terpisahnya kedua mata lebih dari 2 inci di dalam bidang horisontal, maka kedua bayangan retina yang terbentuk menjadi sedikit berbeda. Hal ini menyebabkan disparitas bayangan retina yang akan memberi data penting untuk persepsi kedalaman penglihatan binokular. Agar terjadi penglihatan binokular yang normal, maka diperlukan persyaratan sebagai berikut : fungsi tiap mata harus baik dimana bayangan benda jatuh tepat pada masingmasing bintik kuningnya. Tidak terdapat aniseikonia. Fungsi dan kerja sama yang baik dari seluruh otot penggerak bola mata, dan susunan syaraf pusat mempunyai kemampuan untuk mensitesa kedua bayangan yang terbentuk tersebut menjadi bayangan tunggal. (3) Bila terjadi sedikit saja penyimpangan di atas,akan terjadi penurunan kualitas penglihatan binokular .Sebagai salah satu syarat utama untuk terjadinya penglihatan binokular , tajam penglihatan harus baik yaitu ( 5/5 ) dengan atau tanpa koreksi. Apabila terjadi gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi, dimana bayangan jatuh tidak tepat di bintik kuning akan terjadi gangguan penglihatan binokular. (3)

2.1.1. Kelainan refraksi Kelainan refraksi adalah keadaan tidak seimbangnya pembiasan pada media refraksi sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus.(3) Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat. Miopia Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.

Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia antara lain: ringan (3D), sedang (3 6D), berat (6 9D), dan sangat berat (>9D). Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata, gangguan dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala. Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. (2,3,9) Hipermetropia Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa). Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina. Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.

Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. (2,3,9) Astigmatisma Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu fokus titik. Variasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kaca mata. (2,3,9) Presbiopia Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.

Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula terjadinya tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan lainnya. Gejalanya antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering terasa pedas, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan terutama di malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Koreksi dengan kaca mata bifokus untuk melihat jauh dan dekat. Untuk membantu kekurangan daya akomodasi dapat digunakan lensa positif. Pasien presbiopia diperlukan kaca mata baca atau tambahan untuk membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu: +1D untuk 40 tahun, +1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasanya 33cm, sehingga tambahan +3D adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan. (2,3,9) 2.2.Anisometropia Anisometropia adalah keadaan dimana ada perbedaan kelainan refraksi dua mata. Perbedaan kelainan lebih dari 1 D. Jika terdapat perbedaan 2.5 3 D maka akan dirasakan terjadinya perbedaan besar bayangan sebesar 5 % yang mengakibatkan fusi terganggu. Pada keadaan ini maka penglihatan binokuler menjadi lemah sehingga dapat menyebabkan ambliopia. Anisometropia umumnya kongenital. Pada anak anak, dua mata berkembang tidak sama pada penambahan dan pengurangan kelainan refraksi. (4,9)

Gambar :

Penyebab anisometropia : 1. kelainan status refraksi 2. trauma okuler pada mata Keadaan berikut yang diketahui pada anisometropia: 1. Perbedaan tajam penglihatan tiap mata. 2. Aniseikonia atau perbedaan ukuran bayangan tiap mata.

3. Anisophoria atau perbedaan derajat heterophoria di berbagai arah pandangan. Gejala umum anisometropia:

Penglihatan buram Sakit kepala Diplopia Astenopia Fotofobia Strabismus Jarak baca lebih dekat(4,9)

2.2.1Amblyopia Amblyopia lebih dikenal dengan sebutan Lazy Eye (mata malas). Mata malas atau Amblyopia adalah kondisi dimana mata mengalami penurunan penglihatan yang tidak bisa dibantu meskipun menggunakan kacamata maupun lensa kontak. Klasifikasi ambliopia :1. 2.

Ambliopia histeria - Ambliopia yang terjadi akibat histeria Ambliopia Toksik/ Intoksikasi - Ambliopia yang terjadi karena tembakau, obat-obatan, maupun minuman keras yang mengandung metil alkohol Ambliopia ex anopsia (sensorik) - Ambliopia yang terjadi akibat penglihatan terganggu saat perkembangan penglihatan bayi. Misalnya pada katarak kongenital, ptosis, kekeruhan korena sejak lahir Ambliopia ametropik - Ambliopia yang disebabkan kelainan refraksi (miop, hipermetrop, astimatisma) yang begitu besar yang tidak dikoreksi

3.

4.

5.

Ambliopia anisometropik - Ambliopia yang disebabkan perbedaan refraksi yang besar pada kedua mata Ambliopia Strabismik - Ambliopia yang disebabkan oleh adanya juling pada anak sebelum penglihatan berkembang sempurna Ambliopia Fungsionala - Suatu keadaan dimana secara anatomis tidak didapatkan kelainan pada masing-masing mata, tetapi didapati gangguan penglihatan binokuler.(2,8)

6.

7.

Penanggulangan anisometropia pada anak anak lebih akan memberikan hasil koreksi maksimal. Koreksi dapat dilakukan dengan Fusi training yang dapat mencegah strabismus. Pada orang dewasa, koreksi maksimal tidak terlalu memberikan hasil yang menggembirakan. Untuk mata yang lebih buruk sebaiknya diberikan lensa under koreksi.(7)

Koreksi kelainan refraksi 1. kaca mata Perbedaan ukuran bayangan retina 25 % jarang dapat di toleransi 2. Lensa kontak Perbedaan ukuran bayangan di retina menjadi 6%. Dapat di toleransi 3. Lensa intra okuler Perbedaan ukuran bayangan di retina menjadi 1%. (5)

Pengobatan farmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan menghilangkan derajat kerusakan yang berat yaitu dengan pemberian cyclopegic dan koreksi kelainan refraksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa pasien dengan amblyopia anisometropic dapat menunjukkan perbaikan dalam ketajaman visual sambil mengenakan kacamata mereka terus menerus. Sebuah studi retrospektif oleh Steele et al. menunjukkan bahwa sepertiga dari pasien dengan amblyopia anisometropic murni diselesaikan tanpa perlu terapi oklusi. Lamanya waktu pemulihan tergantung tingkat keparahan amblyopia. Pada tahun 2006 sebuah penelitian prospektif dengan PEDIG melaporkan bahwa 27% anak-anak dengan amblyopia anisometropic berusia 3 sampai 6 diselesaikan dengan kacamata sendiri. Ketajaman visual terus meningkatkan sebanyak 48%. Atropin Atropin adalah obat anticholinergic yang bekerja sebagai inhibitor kompetitif untuk reseptor asetilkolin muscarinic. Dengan menggunakan atropin 1% dapat melumpuhkan akomodasi dan menginduksi blur di mata non-amblyopic. (10) Prognosis Prognosis untuk pengobatan bervariasi secara signifikan berdasarkan usia dan jenis pengobatan dimulai. Secara umum, pengobatan lebih berhasil jika anak dirawat di usia yang lebih muda. Meskipun amblyopia lebih umum terkait dengan anisometropic hyperopia, miopia tinggi unilateral cenderung memiliki prognosis yang lebih buruk(10)

DAFTAR PUSTAKA 1.Dorland, W.A. Newman., Kamus Kedokteran Dorland, alih bahasa,Huriawati Hartanto dkk, edisi 29, Jakarta: EGC, 2002 2. Ilyas, sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta,1993 : 245 ; 72-73 3. Guyton, Arthur C, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati setiawan, Edisi 9, Jakarta : EGC, 1997 4. http://penyakitmata.com/refraksi/ 5. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi tegal, Jakarta, 1993 6 http://hmpsrefraksioptisi.blogspot.com/2011/05/astigmat.html 7. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1447580/ 8. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3439/1/09E01852.pdf 9. Vaughan, DG. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Kelainan refraksi. dalam : Oftalmologi Umum, ed. Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000 10. http://EyeWiki.AAO.org/ Anisometropic_Amblyopia.htm 11. http://EyeWiki.AAO.org/ meid 250764.htm 12.http://www.google.co.id/imgres? q=anisometropia&hl=id&client=firefoxa&hs=lT6&sa=X&rls=org.mozilla