Makalah Edit 1

21
MAKALAH “Peran Rekayasa Design Tambak & Bentuk Pond System dalam Upaya Budidaya Ramah Lingkungan & Peningkatan Produksi Kepiting “ Disusun Oleh: Ety Nurul Fitriyati 26010212130030 M Nur Sihabuddin 260102121 Muhammad Falah 260102121 Muhammad Kosim 260102121 Pindo Hafiyyan 260102121 Viola Indah Utari 260102121 Winanda Adi K 260102121 Suci Fitriyanti 260102121 Arika Mudnitama 260102121 BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

description

h

Transcript of Makalah Edit 1

MAKALAH Peran Rekayasa Design Tambak & Bentuk Pond System dalam Upaya Budidaya Ramah Lingkungan & Peningkatan Produksi Kepiting

Disusun Oleh:Ety Nurul Fitriyati26010212130030M Nur Sihabuddin260102121Muhammad Falah260102121Muhammad Kosim260102121Pindo Hafiyyan260102121Viola Indah Utari260102121Winanda Adi K260102121Suci Fitriyanti260102121Arika Mudnitama260102121

BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangUsaha diversifikasi produk tambak merupakan alternatif dalam mengatasi kompleksnya permasalahan budidaya tambak. Kepiting bakau merupakan salah satu alternatif yang bisa dipilih untuk dibudidayakan karena mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu jenis golongan crustaceae yang mengandung protein hewani cukup tinggi, hidup di perairan pantai dan muara sungai, terutama yang ditumbuhi oleh pohon bakau dengan dasar perairan berlumpur (Mossa et al. 1995). Lebih lanjut dikatakan bahwa permintaan komoditas kepiting terus meningkat baik di pasaran dalam maupun luar negeri, sehingga menyebabkan penangkapan di alam berjalan semakin intensif, akibatnya terjadi penurunan populasi kepiting di alam. Untuk mengatasi hal tersebut alternatif peningkatan produksi lewat budidaya perlu dikaji lebih lanjut.Kepiting bakau (scylla serrata) merupakan satu diantara komoditas laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasaran dunia. Sangat digemari konsumen lokal maupun luar negeri dan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ekspor kepiting meningkat rata-rata 14,06%. Komoditas ini mempunyai kandungan nilai gizi tinggi, protein dan lemak, bahkan pada telur kepiting kandungan proteinnya sangat tinggi, yaitu sebesar 88,55%. Dengan nilai komposisi demikian, komoditas ini sangat digemari konsumen luar negeri dan menjadi salah satu makanan paling bergengsi di kalangan mereka. Amerika Serikat merupakan negara penyerap hampir 55% produksi kepiting dunia, sedang permintaan lainnya datang dari negara-negara di kawasan Eropa, Australia, Jepang, Hongkong, Taiwan, Singapura, Korea Selatan (Ditjen Perikanan, 2000). Permintaan ekspor kepiting bakau terus meningkat dan telah menjadikan komoditas ini sebagai salah satu andalan ekspor non migas yang pada tahun 2000 meraup devisa US $ 25.488.000 (Ditjen Perikanan, 2000). Namun kebutuhan ekspor kepiting bakau selama ini masih mengandalkan hasil penangkapan di muara sungai / kawasan bakau yang apabila eksploitasi kepiting bakau ini semakin intensif dan tidak terkendali akan mengancam kelestarian sumber daya tersebut. Oleh karena itu, guna memenuhi kebutuhan konsumsi domestik maupun kebutuhan ekspor yang terus meningkat diperlukan upaya alternatif melalui usaha budidaya. Upaya budidaya, yaitu penggemukan kepiting bakau telah cukup berkembang yang dilakukan oleh petani tambak di Indonesia. Di Jawa Tengah, usaha ini dilakukan dengan sistem silvofishery, yang memadukan antara budidaya komoditas perikanan berupa ikan bandeng dan kepiting dengan penanaman tanaman bakau. Hal ini menjadi salah satu alternatif bagi para petani tambak atas kegagalan mereka dalam budidaya udang windu beberapa tahun terakhir.Di Indonesia secara umum kepiting bakau merupakan komoditas perikanan yang penting sejak tahun 1980, pada dekade 1985-1994, peningkatan produksi mulai dari 14,3% per tahun. dalam tahun 1994 produksi mencapai 8756 ton dari hasil budidaya dan penangkapan di alam (Dirjen Perikanan 1985-1994 dalam Cholik, 2005). Permintaan kepiting bakau untuk pasar Internasional dan lokal terus meningkat, dalam tahun 2005 pemasok soft crab kepiting bakau untuk Kabupaten Pemalang membutuhkan lebih dari 10 ton per bulan, sementara petambak hanya mampu menghasilkan 5500 kg soft crab/bulan (Data kelompok tani PELITA BAHARI 2005). Sedangkan penangkapan kepiting dialam (seputar hutan mangove) dibatasi oleh aturan lokal tidak diperbolehkan menangkap kepiting dalam kondisi bertelur dan baby crab.Potensi budidaya perikanan pantai di negara kita sangat besar, hal ini didukung oleh kenyataan bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai panjang pantai lebih dari 81.000 km, terdiri lebih dari 17.000 pulau tersebar luas antara 6 LU-11LS dan 95 BT-141BT , 70 persen dari luas wilayahnya berupa laut (perairan) terbentang dari Sabang sampai Merauke. Di dalam wilayah Indonesia terkandung kekayaan hewani dan nabati yang saat ini tingkat eksploitasinya belum optimal. Sebagai negara bahari, bangsa Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi perairan yang ada sebagai media penghubung antar pulau sekaligus sebagai sumber daya kehidupan maritim. Jika dimanfaatkan secara arif, potensi kekayaan tersebut dapat mendukung pembangunan sosial ekonomi menuju masyarakat Indonesia yang maju, makmur dan berkeadilan. Namun potensi yang besar ini belum tergarap secara optimal sehingga membuka peluang bagi kita untuk mengelolanya (Departemen Pertanian, 1999)Sumber daya sektor perikanan saat ini memberikan kontribusi penting bagi perekonomian nasional antara lain: 1. Produk perikanan merupakan pemasok utama protein hewani bagi 200 juta lebih penduduk Indonesia 2. Sub sektor perikanan menyerap lapangan pekerjaan bagi sekitar 4,4 juta masyarakat nelayan/ petani ikan. 3. Penghasil devisa bagi perekonomian Indonesia Misi dan tujuan pembangunan sektor kelautan dan perikanan ke depan seyogyanya diarahkan untuk mencapai tiga target secara seimbang, yaitu: 1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam bentuk nilai ekspor, sumbangan terhadap PDB dan penyediaan lapangan kerja 2. pemerataan hasil-hasil pembangunan secara adil, terutama peningkatan kesejahteraaan masyarakat pesisir, nelayan dan petani ikan yang masih tertinggal 3. pemeliharaan daya dukung dan kualitas lingkunganCarryng capacity dalam ekosistem pertambakan mempunyai peran yang signifikan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tambak. Menurut Beveridge (1996) mengemukakan bahwa carryng capcity digunakan untuk menjabarkan produksi dari budidaya yang dapat berkelanjutan dalam suatu lingkungan, dan kapasitas penyangga dalam lingkungan yang mengalami kerusakan memerlukan waktu pemulihan yang relatif lama. Lebih lanjut dikatakan untuk menentukan carryng capacity dalam suatu lingkungan perairan budidaya dapat dilakukan dengan pendekatan, menghitung beban limbah total fosfor (TP) dari sistem budidaya yang terbuang ke lingkungan perairan terkait dengan influx nutrient, budget nutrient dan out flux nutrient.

1.2. TujuanTujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: Mengetahui peran rekayasa design tambak dan bentuk pond system dalam upaya budidaya ramah lingkungan Mengetahui peran rekayasa design tambak dan bentuk pond system dalam upaya peningkatan produksi kepiting.

1.3. ManfaatManfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu: Dapat mengetahui peran design tambak dan pond system dalam budidaya ramah lingkungan. Dapat mengetahui peran design tambak dan pond system dalam peningkatan produksi kepiting

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. PEMBAHASAN Tipe-Tipe Tambak Secara umum, beberapa tipe tambak di Indonesia dibagi ke dalam beberapa bentuk di antaranya:a. Tambak tanah, merupakan tambak yang umum di Indonesia, berteknologi konstruksi sederhana, terdapat di daerah pasang surut untuk memudahkan pengambilan dan pembuangan air.b. Tambak semi plastik, merupakan modifikasi dari tambak tanah, diberikan penambahan plastik pada pematang untuk alasan operasional (bocor) atau tekstur tanah yang tidak stabil (berpasir).c. Tambak beton, seperti halnya tambak semi plastik, diberikan penambahan konstruksi pematang beton untuk alasan operasional (bocor) atau tekstur tanah yang tidak stabil (berpasir).d. Tambak biocrete, merupakan modifikasi dari tambak beton, hanya saja menggunakan bahan-bahan penguat (serabut atau ijuk aren) dan plastik. Pengembangan BudidayaPersyaratan pengembangan usaha budidaya ikan, antara lain ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi sumber air menyangkut kualitas dan kuantitasnya, dan lahan tanah menyangkut topografi, tekstur dan kesuburannya, disamping potensi sumber daya manusia, teknologi budidaya ikan dan permodalan. BPAP (2004) menyatakan bahwa pembangunan tambak pada umumnya dipilih di daerah sekitar pantai, khususnya yang mempunyai atau dipengaruhi sungai besar, sebab banyak petambak beranggapan, bahwa dengan adanya air payau akan memberikan pertumbuhan ikan/udang yang lebih baik dari pada air laut murni. Secara umum wilayah intertidal, merupakan daerah yang sangat cocok untuk membangun tambak karena ketersediaan air laut sangat mempengaruhi bisa tidaknya tambak beroperasi dengan sukses. Kapasitas dan Daya Dukung Lingkungan TambakKapasitas dan daya dukung lingkungan adalah nilai suatu lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi dari semua unsur atau komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu ekosistem. Daya dukung lahan pesisir di suatu lokasi pertambakan ditentukan oleh mutu air tanah, sumber air, hidro oceanografi, topografi, klimatologi daerah pesisir dan daerah hulu, tipe dan kondisi pantai. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap produktivitas dan kelestarian tambak. Selain itu, juga menjadi faktor pembatas pada distribusi atau sebaran dan luas areal pertambakan disuatu lokasi daerah pesisir, sesuai dengan tingkat teknologi budidaya yang diterapkan. BPAP (2004) menyatakan bahwa tambak intensif yang ramah lingkungan harus terdiri dari atas :1. Saluran pengairan2. Petak tandon perlakuan air masuk3. Petak tandon air siap pakai4. Petak pemeliharaan dengan sistem pembuangan sedimen limbah5. Saluran pengendapan limbah6. Saluran pengurangan nutrien terlarut7. Petak pengolahan limbahDinas Perikanan Jawa Tengah (1997) menyatakan bahwa produksi lestari tambak disetiap hamparan lahan pantai dipengaruhi oleh luas unit tambak di hamparan tersebut, tingkat teknologi budidaya yang diterapkan, dan distribusi unit areal tambak di sepanjang pesisir. Pada suatu hamparan pantai jumlah kebutuhan air untuk operasional budidaya meningkat dengan bertambahnya luas areal tambak.

Tata Letak, Desain, Konstruksi1. Tata LetakTata letak dari komponen-komponen yang terdapat dalam satu unit tambak harus diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi tujuan antara lain :a. Menjamin kelancaran mobilitas operasional sehari-hari.b. Menjamin kelancaran dan keamanan pasok air dan pembuangan.c. Dapat menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari unit pertambakan yang dibangun.d. Dapat mempertahankan aspek kelestarian lingkungan.2. DesainPembuatan desain suatu unit tambak mendasarkan pada kriteria perencanaan yang secara garis besar menyangkut hal-hal berikut :a. Kebutuhan air (jumlah dan mutu) yang sangat dipengaruhi oleh tingkat teknologi budidaya yang diterapkan. Kebutuhan air untuk budidaya ini akan menentukan ukuran, bentuk tambak dan pintu air serta salurannya. Kebutuhan air itu sendiri akan ditentukan oleh parameter berikut ini :- Kondisi pasang surut air laut.- Jumlah dan mutu air akan banyak berpengaruh terhadap teknologi yang diterapkan.- Lama waktu yang diperlukan untuk pengisian, pengeringan dan penggantian air tambak.- Frekuensi dan besarnya prosentase penggantian air.- Tingkat salinitas bulanan yang dibutuhkan- Kedalaman/tinggi air tambak- Tingkat teknologi budidaya, pola dan waktu tanam.b. Keadaan topografi dan elevasi lahan serta kondisi sumber air (tawar tawar dan air laut) akan menentukan kemiringan dasar tambak dan saluran, kedalaman penggalian tanah untuk tambak, dimensi dan penggalian saluran serta penggunaan pompa airc. Kondisi dan karakteristik tanah akan menentukan lebar pematang, serta lebar dan kemiringan tanggul.d. Cara-cara pemanenan akan menetukan pola bentuk dari pintu air (outlet).e. Dalam pembuatan tambak mengacu pada kelestarian sumberdaya seperti penyediaan areal untuk jalur hijau di tepi pantai dan sungai serta pemisahan antara saluran pasok dan buang.3. KonstruksiKonstruksi tambak yang kurang baik akan mengakibatkan tambak tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada umumnya, konstruksi tambak yang dilakukan secara manual mempunyai kelemahan menonjol yaitu pada kualitas tanggul. Oleh karena itu, agar tanggul cukup kuat, padat, kedap air dan tidak mudah longsor, maka pembuatannya agar menggunakan peralatan berat.4. Sistem irigasiSistem irigasi yang dikembangkan agar memenuhi tujuan, sebagai berikut :a. Dapat menjamin kelancaran dan keamanan pasok serta buang air tambak.b. Pendistribusikan air yang efektif dengan sistem drain yang mampu membersihkan kotoran dan membuang air limbah dari dalam tambak secara praktis dan tuntas sampai keluar kawasan pantai.Prinsip teknologi budidaya kepiting ramah lingkungan ini adalah dengan cara penerapan konstruksi tambak secara benar, pengelolaan budidaya kepiting secara tepat dengan manajemen kualitas air dan pemberian pakan yang baik, serta pengendalian lingkungan tambak (water treatment) secara bijaksana. Semua ini menggunakan bahan konstruksi ramah lingkungan, serta penggunaan formulasi bahan pakan alami. Selain juga memelihara plankton baik sebagai pakan alami maupun menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kultivan. Budidaya tambak kepiting yang berlokasi di daerah pesisir sangat berhubungan dengan kondisi tata ruang, sosial budaya, keamanan dan ekonomi masyarakat pesisir tersebut. Oleh karena itu pendekatan pemecahan masalah dilakukan secara terintegrasi. Pada saat ini sudah waktunya untuk melaksanakan pendekatan dan isu bagi pembangunan budidaya yang lestari dan bertanggungjawab melihat kenyataan bahwa produksi udang di tanah air menurun drastis akibat dari kesalahan pengelolaan. Pemahaman terhadap budidaya yang berkelanjutan perlu disosialisasikan di berbagai pihak, pemerintah perlu menetapkan tindakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan peraturan yang berkenaan dengan pengelolaan kawasan pesisir. Pendekatan yang seimbang dan informatif dapat dilakukan untuk memusatkan isu-isu perhatian terhadap konsep pembangunan budidaya yang berwawasan lingkungan dan bertanggungjawab. Penyiapan lingkungan yang kondusif untuk pembangunan budidaya berkelanjutan adalah merupakan tangungjawab bersama, baik pemerintah, akademisi, dan LSM. Selain itu juga perlu dukungan media massa, lembaga keuangan, kelompok kepentingan khusus termasuk asosiasi sosial dan sektor swasta produsen budidaya, pabrik serta penyedia saprodi, pengolah dan pedagang akuakultur.Irianto dan Soesilo (2007) menyatakan bahwa dukungan teknologi yang diperlukan bagi pengembangan perikanan budidaya untuk pemenuhan gizi masyarakat adalah:1.Sistem budidaya, perlu dikembangan sistem yang lebih efisien dan efektif mengingat biaya input budidaya yang cenderung meningkat, seperti penggunaan pakan buatan2. Teknologi budidaya untuk komoditas baru yang digemari oleh masyarakat, seperti cumi-cumi3. Teknologi perbenihan, khususnya untuk lebih memberi kemudahan bagi masyarakat di dalam mendapatkan benih, seperti yang telah dikembangkan di Gondol (Bali) backyard hatchery untuk benih bandeng. Teknologi pemuliaan diperlukan untuk mendukung teknologi perbenihan ini, mengingat semakin menurunnya mutu genetik kultivan dewasa ini.4. Teknologi pakan/nutrisi. Pembuatan pakan ikan selama ini lebih banyak mengandalkan tepung ikan sebagai sumber protein, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tepung ikan masih harus diimpor. Oleh karena itu perlu dikembangkansumber protein alternatif, seperti misalnya memanfaatkan maggot yang dikembangbiakkan dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit. Teknologi produksi artemia, yang digunakan untuk pakan benih ikan dan udang, perlu dikembangkan karena selama ini masih diimpor.5. Teknologi deteksi dan pencegahan penyakit. Penggunaan PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk diagnosis penyakit ikan dan udang secara cepat perlu lebihdikembangkan.6. Peningkatan mutu melalui rekayasa genetika (reproduksi, pertumbuhan, mutu dan warna daging, efisiensi pakan, ketahanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan).

DAFTAR PUSTAKAIrianto, HE dan I. Soesilo. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia 2007 di Auditorium II Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, 21 Nopember 2007.

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. 2004. Kumpulan Materi. Pelatihan Petugas Teknis Inbudkan Tgl 24-30 Mei 2004, Jepara. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. BPAP, Jepara.

Dinas Perikanan Jawa Tengah. 1996. Pengelolaan Air pada Budidaya Udang. Bagian Proyek P2RT Pembinaan Perikanan, Semarang.

Departemen Pertanian, 1999, Penggemukan Kepiting Bakau (Scylla Serrata). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran.