Makalah Aset Edit

31
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk menyediakan barang dan jasa. Terdapat beberapa sumber dari definisi aset, diantaranya adalah menurut FASB. FASB mendefinisi aset dalam kerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25) sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Hampir sama dengan itu IASC juga mendefinisi aset sebagai suatu sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil kejadian masa lalu yang mana manfaat ekonomis masa depan diharapakan didapatkan oleh perusahaan. Sumber lain, yaitu AASB, mendefinisi aset sebagai potensial jasa atau manfaat ekonomis yang dikendalikan oleh pelaporan entitas sebagai hasil transaksi masa lalu atau kejadian masa lalu lainnya. APB No. 4 membedakan aset menjadi sumber ekonomik dan nonsumber ekonomik. APB No. 4 merinci aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik yaitu: sumber produktif, produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha, uang Klaim untuk menerima uang, hak kepemilikan atau investasi pada perusahaan lain. 1

description

teori akuntansi

Transcript of Makalah Aset Edit

Page 1: Makalah Aset Edit

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa

posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas.

Aset merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha

untuk menyediakan barang dan jasa.

Terdapat beberapa sumber dari definisi aset, diantaranya adalah menurut FASB.

FASB mendefinisi aset dalam kerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25) sebagai

manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau

dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa

lalu. Hampir sama dengan itu IASC juga mendefinisi aset sebagai suatu sumber daya

yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil kejadian masa lalu yang mana manfaat

ekonomis masa depan diharapakan didapatkan oleh perusahaan. Sumber lain, yaitu

AASB, mendefinisi aset sebagai potensial jasa atau manfaat ekonomis yang

dikendalikan oleh pelaporan entitas sebagai hasil transaksi masa lalu atau kejadian masa

lalu lainnya. APB No. 4 membedakan aset menjadi sumber ekonomik dan nonsumber

ekonomik. APB No. 4 merinci aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik yaitu:

sumber produktif, produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha, uang Klaim untuk

menerima uang, hak kepemilikan atau investasi pada perusahaan lain.

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus memiliki manfaat ekonomik di

masa datang yang cukup pasti. Manfaat ekonomik ini ditunjukkan oleh potensi jasa atau

utilitas yang melekat padanya sebagai yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat

dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendapatkan pendapatan melalui

kegiatan ekonomik. Disamping manfaat ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai

aset, objek tersebut tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas.

Artinya, untuk memiliki aset harus terdapat proses yang disebut dengan transfer

kepemilikan. Kriteria lain yang merupakan penyempurnaan dalam pendefinisian objek

sebagai aset adalah aset merupakan akibat transaksi atau kejadian masa lalu.

Selain beberapa karakteristik yang telah disebutkan, FASB menyebutkan beberapa

karakteristik pendukung yaitu melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan

berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau

1

Page 2: Makalah Aset Edit

meyakinkan adanya aset tetapi adanya karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu

objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apadefinisi dari aset?

2. Bagaimana dasar pengakuan aset?

3. Bagaimana dasar pengukuran aset?

4. Bagaimana tantangan bagi penyusun standar?

5. Bagaimana issue bagi auditor?

I.3 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian aset

2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengakuan aset

3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang dasar pengukuran aset

4. Mahasiswa dapat mengetahui tantangan bagi penyusun standar

5. Mahasiswa dapat mengetahui issue bagi auditor

I.4 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, secara sistematika kami membaginya menjadi 3 BAB

yang berhubungan dengan makalah diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Sistematika

Penulisan, dan Tujuan Penulisan.

Bab II Pembahasan terdiri dari Definisi Aset, Pengakuan Aset, Pengukuran Aset,

Tantangan bagi Penyusun Standar, dan Issue bagi Auditor.

Bab III Penutup terdiri dari: Kesimpulan

Daftar Pustaka

2

Page 3: Makalah Aset Edit

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi Aset

Aset merupakan sumber daya yang dikendalikan oleh suatu entitas sebagai hasil dari

transaksi yang lalu dan diharapkan memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan

datang yang mengalir ke entitas.

Contoh: Kendaraan, merupakan aset bukan barang fisik, tetapi dapat memberikan

konstribusi lain (transportasi). Sedangkan persediaan dapat memberikan jasa lain saat

penjualan, penjualan mendapatkan pendapatan karena pendapat unsur laba.

Definisi Aset Menurut beberap ahli, yaitu :

Paton : Kekayaan adalah sesuatu dalam bentuk barang atau lainnya yang dimiliki

perusahaan tertentu yang mempunyai nilai bagi perusahaan.

Sprague : Aset merupakan sekumpulan jasa yang akan diterima, berkaitan untuk

memperoleh laba.

Canning : Aset merupakan sejumlah jasa yang terpisah (dapat berdiri sendiri) yang

merupakan milik perusahaan.

Paton & Littleton : Aset merupakan sejumlah potensi jasa yang dapat dipertukarkan

yang memberikan potensi jasa yang lain bagi perusahaan.

Valter : Aset merupakan sejumlah potensi jasa yang dapat diubah, dipertukarkan dan

disimpan untuk dimasa yang akan datang.

Peirsen : Dapat disimpan sehingga mempunyai manfaat yang akan datang.

Definisi aset berhubungan dengan tiga karakteristik penting,yaitu :

a) Future Economic Benefits ( Manfaat Ekonomik Dimasa Yang Akan Datang)

IASB mendefinisikan aset sebagai sumber daya yang dapat memberikan manfaat

ekonomi di masa yang akan datang. Manfaat bagi badan usaha yang berkaitan

dengan kegiatan menghasilkan keuntungan. Namun, definisi ini sulit diterapkan

untuk organisasi nirlaba.

3

Page 4: Makalah Aset Edit

Paragraf 53 adalah penting dalam pengakuan bahwa manfaat ekonomi masa depan

aset potensi untuk memberikan kontribusi, baik secara langsung maupun tidak

langsung, terhadap aliran kas dan setara kas entitas. Ini bisa melalui kegiatan operasi

menghasilkan pendapatan dari entitas atau dari kemampuan untuk mengurangi arus

kas keluar.

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat

ekonomik di masa datang yang cukup pasti, antara lain :

- Aktivitas yang menghasilkan laba.

- Mempunyai potensi dalam memberikan konstribusi baik secara langsung

maupun tidak langsung, dalam memberikan arus kas atau yang ekuivalen

dengan kas pada badan usaha. Melalui peningkatan pendapatan maupun

penghematan biaya.

- Sumber daya ekonomik tersebut harus mempunyai utilitas dan mempunyai

keterbatasan (Scarcity).

- Manfaat ekonomik dimasa yang akan datang, menunjukkan kemampuan

memberikan jasa bagi badan usaha.

b) Control by an Entity (Dikendalikan Suatu Entitas)

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh

entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau

kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini berarti

kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan,

menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat

tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis

(substance over form). Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis atau

legal.

c) Past Events (Timbul Akibat Kejadian/Transaksi Dimasa Lalu)

Suatu unit usaha dapat menguasai suatu asset apaila telah terjadi transaksi atau

peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki pengendalian terhadap

4

Page 5: Makalah Aset Edit

manfaatdari asset tersebut. Jadi asset tersebut muncul karena transaksi masa lalu.

Dengan kata lain, asset tersebut dapat diakui apabila terdapat transaksi yang benar-

benar terjadi bukan berasal dari transaksi yang berupa hipotesis. Yang termasuk

bagian dari kejadian masa lalu adalah sebagai berikut :

- Pengendalian manfaat ekonomi dimasa yang akan datang harus sudah terjadi.

Contohnya: 2 bulan beli barang, sudah bisa diakui (meski baru DP) pihak

pembeli sudah bisa memanfaatkan asset tersebut.

- Rencana kepemilkan asset tidak dapat diakui sebagai aset. Apabila pembelian

asset masih dalam rencana.

Komponen Keempat ( Tambahan dari Ketiga karakteristik )

Terdapat komponen keempat yang masih dipertebatkan yaitu aset dapat

dipertukarkan, Beberapa peneliti berpendapat bahwa definisi aset sebaiknya mencakup

kondisi  aset yang dapat dipertukarkan. Dipertukarkan berarti bahwa item dipisahkan dari

suatu entitas, dan bahwa nilai residu adalah terpisah dari nilai entitas.

Dapat Dipertukarkan

- Elemen tersebut dapat dipisahkan dari badan usaha sehingga dapat diperjual

belikan. Mac Neal menyatakan bahwa barang yang tidak dapat dipertukarkan

berarti tidak mempunyai nilai ekonomik, karena tidak ada pasarnya.

- Goodwill (Nilai lebih dari perusahaan) Asalnya dari pengakuan perusahaan

lain berkaitan dengan proses akuisisi atau merger. Goodwill tidak bisa ditukar

sehingga perlu di pertanyakan.

II.2 Pengakuan Aset (Assets Recognition)

Mengakui aset untuk neraca melibatkan kondisi yang bisa disebut ‘aturan

pengakuan’. Aturan telah dirumuskan karena Akuntan memerlukan bukti untuk

mendukung catatan mereka dalam lingkungan ketidakpastian. Akuntan ingin

memastikan bahwa aset tertentu ada dan bahwa penyertaan mereka dalam neraca

memberikan informasi yang berguna yang baik tersebut secara handal.

Dua contoh pengakuan aturan konvensional:

a. Sebuah piutang dicatat sebagai aktiva ketika penjualan kredit dilakukan

b. Peralatan dicatat sebagai asset tetap jika dibeli

5

Page 6: Makalah Aset Edit

Satu contoh dari suatu pedoman pengakuan yang resmi ditetapkan adalah pedoman

yang diadopsi untuk pengakuan sewa sebagai aset. Untuk lessee, sebagaimana dimaksud

pada ayat 10 dari IAS 17/AASB 117, memenuhi salah satu kriteria berikut ini

menunjukkan sewa yang akan dianggap operating lease:

a. Adanya transfer kepemilikan asset kepada lesse pada akhir masa sewa

b. lessee memiliki hak opsi untuk membeli asset dengan harga yang diharapkan

cukup rendah dari nilai wajar pada tanggal pemberian opsi, sehingga pada awal

sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan

c. jangka waktu sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset, meskipun

hak milik tidak dialihkan

d. pada awal masa sewa, nilai saat ini dari jumlah pembayaran sewa minimum,

setidaknya secara substansial mendekati nilai wajar aktiva sewa guna usaha

e. asset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lesse yang dapat menggunakannya

tanpa perlu modifikasi besar secara material.

Dalam survei praktek akuntansi yang ada, tampak bahwa peraturan pengakuan yang

digunakan untuk mengidentifikasi aset tertentu dapat digeneralisir ke dalam beberapa

kriteria. Perhatikan bahwa ada perbedaan antara aturan pengakuan, yang merupakan

aturan spesifik untuk mengidentifikasi suatu aset tertentu, dan kriteria pengakuan, yang

merupakan guidline umum yang digunakan untuk merumuskan aturan-aturan pengakuan

dan pedoman pengakuan bahwa memberikan bantuan daripada prespection. Tujuan dari

akuntansi menyediakan dasar untuk kriteria pengakuan. Secara khusus, kriteria

pengakuan yang terkandung dalam Kerangka adalah perpanjangan dari tujuan anak

perusahaan (karakteristik kualitatif) relevansi dan keandalan informasi akuntansi.

Bisnis dan kegiatan ekonomi lain terjadi di lingkungan ditandai dengan uncertanity.

Beberapa hasil yang pasti, termasuk penerimaan manfaat ekonomi masa depan yang

timbul sebagai akibat dari transaksi masa lalu atau peristiwa. Oleh karena itu, tidak

mengherankan bahwa Kerangka menggabungkan kriteria pengakuan

mempertimbangkan kemungkinan manfaat ekonomi yang akan datang dan bahwa untuk

memenuhi syarat untuk pengakuan dalam rekening, aset harus mampu diukur dengan

andal.

Banyak kriteria pengakuan telah diterapkan di masa lalu untuk membantu akuntan

untuk memutuskan kapan harus mencatat aktiva. Tidak semua kriteria ini sekarang

diformalkan dalam Kerangka, dan beberapa memiliki landasan teoritis sedikit atau tidak

6

Page 7: Makalah Aset Edit

ada. Daftar berikut tidak dimaksudkan untuk melengkapi dan kriteria ini tidak saling

eksklusif yaitu :

Ketergantungan pada hukum

Apakah kita memiliki hak hukum untuk manfaat masa depan? Pengakuan aset

banyak bergantung pada konsep hukum dari aset. Pencatatan piutang usaha karena

penjualan persediaan dan pembelian aktiva tetap memberikan hak hukum untuk

menggunakannya adalah contoh. Kriteria ini berkaitan dengan baik relevansi dan

keandalan informasi akuntansi. Kontrol, daripada kepemilikan secara hukum,

digunakan untuk menentukan keberadaan aset. Meskipun demikian, melalui hak

hukum umum menunjukkan berlalunya kontrol, dan dapat digunakan dalam

menentukan kapan harus mengakui exsistence aset itu. Meskipun hak-hak hukum

kepemilikan atau kontrol manfaat dari penggunaan aset sering digunakan sebagai

kriteria pengakuan, kriteria pengakuan utama adalah bahwa dari substansi ekonomi

daripada bentuk hukum. Menurut, Kerangka 35 ‘jika informasi adalah untuk

mewakili setia transaksi dan peristiwa lain yang memiliki tujuan untuk mewakili,

maka necesarry bahwa mereka dicatat dan disajikan sesuai dengan sustance mereka

sebuah realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya’. Keberadaan hak-hak

hukum adalah indikator, tetapi bukan kriteria untuk pengakuan aset.

Tentukan substansi ekonomi dari transaksi tersebut

Yaitu berhubungan dengan tujuan pelaporan informasi yang relevan dan dapat

diandalkan. Materialitas juga faktor: jika acara ini ekonomis yang signifikan, maka

cukup penting untuk mencatat dan melaporkan. Memang, materialitas didefinisikan

dalam Rangka 30 sebagai berikut “Informasi merupakan bahan jika kelalaian atau

salah saji dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar

laporan keuangan.”

Ada sisi berbeda dengan substansi ekonomi dan kriteria materialitas dan oleh

karena itu sulit untuk menggeneralisasi. Namun, banyak peraturan didasarkan pada

mereka. Kadang-kadang kriteria substansi ekonomi diterapkan bertentangan dengan

hukum. Salah satu contoh adalah kontrak sepenuhnya pelaksana dibahas sebelumnya.

Aturan nilai sekarang adalah bahwa tidak ada substansi ekonomi untuk pertukaran

janji sampai ada kinerja dengan setidaknya satu dari pihak. sewa pembiayaan diakui

terutama berdasarkan apakah ada transfer manfaat kepemilikan lessee. Artinya, aset

7

Page 8: Makalah Aset Edit

sewaan diakui oleh lessee saat lessee telah diperoleh, pada dasarnya, hak dan

kewajiban kepemilikan dan memiliki kontrol atas aset sewaan.

Meskipun kedua keuangan dan sewa operasi melibatkan manfaat masa depan

kemungkinan, substansi dari manfaat, menurut aturan, berbeda. Sewa guna usaha

pembiayaan menyampaikan kepemilikan ‘di-sustance’ (gaya hak dan kewajiban),

sedangkan sewa operasi dalam sifat menyewa jangka pendek, dan tidak memiliki

hak-hak tersebut dan kewajiban yang melekat. Oleh karena itu, mantan

menumbuhkan aset, tetapi yang terakhir tidak. Sementara Kerangka tidak

memperlakukan sewa operasi dan keuangan yang berbeda untuk tujuan definisi aset,

standar memperlakukan sewa berbeda untuk tujuan pengakuan aset. Alasan untuk

perbedaan tersebut mencerminkan preferensi pembuat laporan keuangan yang telah

mempengaruhi pembuat standar.

Gunakan konservatisme (prinsip kehati-hatian)

Yaitu mengantisipasi kerugian, tetapi tidak keuntungan. Berdasarkan Kerangka

37:

“Kehati-hatian adalah dimasukkannya gelar hati-hati dalam pelaksanaan

penghakiman yang diperlukan dalam membuat perkiraan yang diperlukan dalam

kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau pendapatan tidak berlebihan dan

kewajiban atau beban tidak bersahaja.”Pendekatan ini tampaknya incosistent dengan

konsep netralitas, yang menganjurkan dalam Framework. Netralitas terjadi ketika

informasi bebas dari bias dan tidak dipilih atau disajikan dengan cara yang akan

mempengaruhi penilaian untuk mencapai hasil yang ditetapkan atau hasil.

Diperdebatkan, kehati-hatian bias keputusan terhadap keengganan risiko daripada

sama pembobotan risiko dan manfaat. Konservatisme menyiratkan bahwa kewajiban

yang dapat direkam awal, tetapi bukan aset.Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan

kalah dalam gugatan, bahkan jika itu menarik, conservarism menyiratkan bahwa

mereka akan merekam kewajiban. Namun, jika perusahaan adalah penggugat dalam

gugatan terhadap perusahaan lain dan itu bbut banding terdakwa, tidak ada aset yang

dicatat.

Contoh lain konservatisme berhubungan dengan akuntansi proyek konstruksi

jangka panjang. Dalam menggunakan metode kontrak selesai, jika dalam asupan

membangun proyek jangka panjang kerugian diantisipasi, tercatat bahkan sebelum

proyek selesai, tetapi jika keuntungan yang diharapkan, tidak ada keuntungan dicatat

8

Page 9: Makalah Aset Edit

sampai penyelesaian proyek. Asimetrik perlakuan pengakuan keuntungan dan

kerugian secara luas dipraktekkan.

Standar juga dapat membatasi pengakuan aset. Sebagai contoh, IAS 38/AASB

138 Aktiva tidak berwujud 48 melarang pengakuan goodwill internal. Menyatakan

standar yang internal goodwill tidak sumber daya yang dapat diidentifikasi (tidak

terlepas atau tidak muncul dari hak kontraktual atau otrhe) yang dikontrol oleh

entitas yang bisa diukur dengan biaya 49. Pengakuan ini tidak diizinkan karena ada

kesulitan dalam mengidentifikasi apakah dan saat aset tidak berwujud akan

menghasilkan manfaat ekonomis di masa depan. Selain itu, biaya menghasilkan aset

(yaitu mengalir keluar yang menimbulkan goodwill tersebut) tidak dapat ditentukan

secara andal.

Demikian pula, IAS 38 membatasi pengakuan aktiva internal generayed timbul

dari pengeluaran penelitian. Semua pengeluaran penelitian dibebankan atas terkena

karena, dalam pandangan pembuat standar, suatu entitas tidak dapat menunjukkan

bahwa manfaat ekonomi masa depan akan dihasilkan..Perlakuan yang tidak konsisten

dari berbagai jenis aktiva tidak berwujud telah diakui oleh pembuat standar. Sebagai

contoh, merek internal yang dihasilkan tidak dapat diakui tetapi merek diakuisisi

sebagai bagian dari penggabungan usaha dicatat sebesar nilai wajarnya. Sebuah

makalah diskusi yang berfokus pada awal akuntansi untuk aset tidak berwujud

internal dirilis oleh AASB pada tahun 2008 dan memberikan kesempatan untuk

diskusi tentang isu-isu ini.

Aset tidak berwujud yang timbul dari pengembangan (atau dari tahap

pengembangan proyek internal) diakui jika, dan hanya, suatu entitas akan dapat

menunjukkan sebagai berikut:

- Kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud sehingga akan tersedia untuk

digunakan atau dijual

- Niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud dan menggunakan atau

menjualnya

- Kemampuannya untuk menggunakan atau menjual asset tidak berwujud

- Bagaimana aset tidak berwujud akan menghasilkan kemungkinan manfaat

ekonomis masa depan. Antara lain, entitas tersebut dapat menunjukkan adanya

9

Page 10: Makalah Aset Edit

pasar bagi keluaran asset tidak berwujud atau asset tidak berwujud itu sendiri

atau, jika akan digunakan secara internal, kegunaan dari asset tidak berwujud.

- Ketersediaan sumber daya teknis, keuangan dan lainnya untuk menyelesaikan

pembangunan dan untuk menggunakan atau menjualaset tidak berwujud

- Kemampuannya untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan

aset tidak berwujud dalam perkembangannya.

II.3 Pengukuran Aset

Pengukuran adalah Kegiatan untuk mengelompokkan setiap transaksi pada elemen

akuntansi. Elemen-elemen akuntansi:

1) Aset

2) Utang

3) Ekuitas (Modal disetor, Distribusi laba, Laba ditahan)

4) Investasi Pemilik

5) Distribusi Pada Pemilik Laba

6) Laba Komprehensif

7) Pendapatan

8) Biaya

9) Keuntungan (Gain)

10) Kerugian (Loss)

a. Pengukuran Aset Berwujud

Pendekatan tradisional telah untuk mengukur aset sebesar harga perolehan. HC telah

kuat tertanam dalam US GAAP melalui posisi SEC. Zeff menggambarkan komitmen

SEC kepada HC sebagai berikut dari paparan qustionable kapitalisasi perusahaan

adalah sebuah praktek revaluasi sebelum jatuhnya pasar saham AS 1929. Dia

berkomentar bahwa:“Dari pendiriannya, SEC menolak setiap penyimpangan dari

akuntansi HC dalam tubuh laporan keuangan”

SEC menjabat sampai 1978, ketika itu mengusulkan agar cadangan minyak dan gas

secara berkala dinilai kembali, dengan perubahan nilai dibawa ke laporan laba rugi.

Seperti US GAAP, standar IASB yang bulit pada asumsi bahwa pendekatan

pengukuran utama dalam akuntansi adalah model biaya. Contoh, IAS 16 dan IAS 40

10

Page 11: Makalah Aset Edit

membutuhkan aktiva tetap, dan properti investasi (masing-masing) yang akan diukur

awalnya sebesar biaya perolehan, termasuk biaya transaksi.

Model biaya mencerminkan pendekatan konservatif untuk pengukuran aset.

Beberapa mendukung GAAP nasional penggunaan HC, misalnya, GAAP nasional di

Prancis Jerman, dan Uni Eropa Petunjuk sebelum tahun 2005. Setelah pengukuran

berdasarkan HC berarti aset yang maesured sebesar biaya perolehan dikurangi

akumulasi penyusutan dan perubahan penurunan nilai. Pendukung model biaya

berpendapat bahwa biaya perolehan penyusutan dan penurunan memastikan bahwa

nilai saat ini tercermin dalam neraca. Consistanst dengan pendekatan konservatif untuk

pengukuran, kerugian nilai kembali aktiva diakui dalam laporan keuangan tetapi

keuntungan tidak. Maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran aset berwujud sebagai

berikut :

US GAAP – Historical Cost, merefleksikan conservatism, objective dan bukti

yang dapat diverifikasi. 

Standar IASB , memungkinkan dilakukan penilaian kembali aset berwujud.

Standar ini memungkinkan tetapi tidak mengharuskan menggunakan pengukuran

current value.

o Revaluation yang didasarkan pada nilai pasar yang diberikan.

o Diestimasi berdasarkan income atau depreciated replacement cost.

o Manajer dapat menentukan untuk menggunakan cost atau nilai wajar (nilai

saat ini dinilai kembali). 

o Dasar pengukuran Historical cost sesuai harga sebenarnya (harga

perolehan), bukti fisik, sesuai transaksi.

b. Pengukuran Aset Tak Berwujud

Kita telah melihat bahwa praktik akuntansi yang saat ini memanfaatkan baik biaya

dan nilai wajar (atau revaluasi) model untuk aset berwujud. Haruskah kita mengambil

pendekatan yang sama untuk mengukur aset tidak berwujud? Aset, seikat manfaat

ekonomi masa depan akan direalisasikan oleh suatu entitas, mungkin berhubungan

dengan barang-barang berwujud atau tidak berwujud.. Memang, beberapa aset yang

paling berharga yang dimiliki oleh perusahaan saat ini adalah tidak berwujud.

Pertimbangkan merek Coca Cola, LV atau Billabong atau kekayaan intelektual diri

11

Page 12: Makalah Aset Edit

yang dikembangkan dari Microsoft Apple atau paten atas inovasi farmasi sedang

dikembangkan dimiliki oleh GlaxoSmithKline atau Bayer.

Praktek akuntansi dalam kaitannya dengan pengukuran aktiva tidak berwujud telah

secara umum, telah konservatif. Sedangkan untuk aset berwujud, standar akuntansi

mengharuskan mengukur aset berwujud awalnya sebesar harga perolehan (IAS 38,

para.24). penggunaan model nilai saat ini untuk aset tidak berwujud jarang. IAS 38

paragraf 75 memperbolehkan model revaluasi, tapi tidak seperti IAS 16,

mengharuskan nilai wajar ditentukan dengan referensi pasar aktif. Karena aset tidak

berwujud yang paling oleh sifatnya tidak memiliki pasar aktif, biaya (kurang

akumulasi amortisasi dan penurunan nilai) adalah metode pengukuran banyak

digunakan.

Selain itu, IAS 38 melarang pengakuan aset tidak berwujud internal. Meskipun

pengeluaran dapat menimbulkan manfaat masa depan, itu dihapuskan atas dasar

bahwa ia tidak produse aset secara terpisah dapat diidentifikasi. Salah satu cara

internal aset tidak berwujud dapat muncul dalam neraca adalah melalui kapitalisasi

biaya pembangunan, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Penilaian aset tidak

berwujud adalah kontroversial, melibatkan seperti halnya estimasi subjektif dari nilai

wajar dari aset. Sehingga dapat disimpulkan sebaga berikut :

- IAS 38 paragraf 24 : Cost pada saat terjadi kepemilikan.

- IAS 38 paragraf 75 : memungkinkan adanya penilaian kembali aset tak

berwujud.

- IAS 16 : fair value ditentukan oleh pasar yang aktiva.

Harga perolehan, aktiva tidak berwujud tidak mempunyai harga pasar.Aset tetap

tidak berwujud yang dibentuk sendiri tidak diakui, meskipun mempunyai manfaat

dimasa yang akan datang. Contohnya: Hak paten, Goodwill.

c. Pengukuran Aset Financial

Sebuah kategori ketiga yang sekarang kita akan mempertimbangkan adalah aset

keuangan. IAS 39 menciptakan sebuah kategori separate aset keuangan dan kewajiban

dan memperkenalkan aturan pengukuran terkait. Bagaimana seharusnya aset dan

kewajiban ini diukur? Apakah aturan pengakuan dan pengukuran diterapkan untuk aset

berwujud dan tidak berwujud yang tepat? Kita tahu bahwa model pengukuran dominan

adalah HC. Namun, beberapa telah berpendapat bahwa prinsip-prinsip HC tidak sesuai

12

Page 13: Makalah Aset Edit

untuk mengukur beberapa instrumen keuangan. Contohya, pertimbangkan derivatif,

yang tanpa biaya. Seiring waktu, nilai mereka dapat berubah secara dramatis, tetapi di

bawah model biaya perubahan nilai tidak akan dicatat dalam laporan keuangan. Jika

perubahan nilai derivatif dimasukkan dalam neraca, untuk mencerminkan nilai entitas?

Jika keuntungan atau kerugian atas memegang derivatif dimasukkan dalam pendapatan

periode? Bagaimana investor memadai menilai risiko jika derivatif dan kontrak

keuangan lainnya tidak recognised?

FASB dan IASB telah menyimpulkan bahwa turunan harus diukur pada nilai wajar

dan bukan biaya. Dalam IAS 39 nilai wajar didefinisikan sebagai:

“Jumlah yang aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan, antara pihak

bersedia luas dalam transaksi arm’s length”.

Standar setter berpendapat bahwa dengan mengukur aset keuangan pada nilai pasar,

pengguna informasi yang diberikan dengan informasi yang relevan tentang nilai

mereka. Standar setter seperti FASB dan IASB, mengingat tujuan ‘kegunaan

keputusan’, didirikan pengukuran nilai wajar dalam beberapa pernyataan. Sejak tahun

1980 FASB telah diperlukan pengukuran nilai wajar (baik secara langsung dalam

laporan keuangan atau dalam pengungkapan catatan) dalam standar seperti PSAK

107,115,119,123-144. 107 yang dikeluarkan pada tahun 1991, nilai wajar didefinisikan

sebagai “jumlah di mana instrumen tersebut dapat ditukar dalam transaksi berjalan

antara pihak bersedia, selain dalam penjualan likuidasi paksa atau”. Standar ini

dijelaskan lebih lanjut bagaimana nilai wajar dapat ditentukan. Dikutip pasar lebih

disukai tetapi manajemen perkiraan (berdasarkan harga pasar keamanan yang sama atau

estimasi nilai kini CF masa depan didiskontokan pada tingkat yang disesuaikan resiko)

bisa digunakan. Standar-standar instrumen keuangan telah meningkatkan relevansi

informasi yang diberikan, namun beberapa pihak berpendapat bahwa keandalannya

berkurang karena metode pengukuran tidak tepat digunakan untuk menentukan nilai

wajar.

Pernyataan-pernyataan FASB telah berpengaruh dalam pengembangan standar

instrumen keuangan yang diumumkan oleh IASB. Bahkan, IASB telah mengikuti jejak

FASB dalam penetapan standar untuk instrumen keuangan. Dalam rangka menyediakan

seperangkat standar pokok ke IOSCO pada tahun 2000, asli IAS 39 FI pada PSAK 133.

IASB telah berkomitmen untuk penggunaan pengukuran nilai wajar untuk instrumen

keuangan dalam rangka memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan

keuangan. Standard setter berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian dari instrumen

13

Page 14: Makalah Aset Edit

harus diakui pada saat terjadi dalam rangka untuk melaporkan risiko yang terkait

mereka, untuk membuat laporan keuangan yang lebih transparan dan untuk

menghindari kompleksitas yang ada perlakuan akuntansi (seperti akuntansi lindung

nilai). Di sisi lain, beberapa pembuat menentang aspek pernyataan IASB, mengklaim

bahwa pengukuran nilai wajar tidak akan mempromosikan pelaporan yang relevan,

andal, dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan.

Pengukuran instrumen keuangan mencerminkan kompleksitas mereka. Sebuah model

pengukuran tunggal belum disahkan oleh pembuat standar dalam IAS 39.

Maka dapat disimpulkan bahwa:

Derivative harus diukur berdasarkan fair value.

 Fair value adalah nilai pertukaran aset yang diperpleh dari kedua pihak yang

melakukan transaksi tanpa adanya batasan apapun (arm’s length transaction).

Jenis Asset Finansial Metode Pengukuran

Utang Dan piutang Kos yang diamortisasi

Investasi yang dimiliki sampai jatuh

tempo

Kos yang diamortisasi

Sekuritas yang tersedia untuk dijual Fair value, gain & loss diakui pada elemen ekuitas

Sekuritas yang diperdagangkan Fair value, Gain & loss diakui pada laporan laba

komprehensif

Aset Financial adalah Aset yang mempunyai claim dalam bentuk uang ( utang, piutang,

investasi padasaham, obligasi, derivate, dll).

Rill aset aset persediaan, aktiva tetap.

- Sesuai dengan IAS 39. Penyajian aset dan liabilitas financial dilakukan secara terpisah

- Nilai wajar adalah jumlah aset yang dapat dipertukarkan atau pelunasan kewajiban,

diantara dua pihak tanpa adanya batasan apapun. 

II.4 Tantangan bagi Penyusun Standar

- Disarankan penyusun standar untuk mempertimbangkan beberapa model pengukuran.

14

Page 15: Makalah Aset Edit

- IASB memperkenalkan penggunaan pengukuran fair value, meskipun Cairns tidak

mengakuinya.

- IFRS memperkenalkan pengukuran fair value untuk derivative dan beberapa aset dan

liabilitas keuangan.

Bagaimana Menghitung Pengukuran Fair Value?

Mengingat pengukuran nilai pakai wajar, pembuat standar telah menyediakan

panduan tentang bagaimana mengukur nilai wajar. FASB PSAK 157 Pengukuran Nilai

Wajar menyediakan contoh-contoh teknik penilaian yang akan digunakan untuk

memperkirakan nilai wajar. Mereka termasuk:

1. Market Approach/ Pendekatan Pasar

Menggunakan harga dan informasi dari transaksi yang sesungguhnya untuk aset

dan liabilitas yang sejenis dan diperbandingkan.

2. Income Approach/ Pendekatan Penghasilan

Konversi dari diskonto uang yang diterima dimasa yang akan datang(seperti arus

kas dan pendapatan).

3. Cost Approach / Pendekatan Biaya

Yaitu sejumlah uang yang digunakan untuk memperoleh kapasitas yang sama

(current replacement cost).

FASB telah mengindikasikan bahwa, terlepas dari pendekatan yang digunakan,

penilaian harus menekankan input pasar, yaitu asumsi dan data yang pelaku pasar

akan menggunakan estimasi mereka nilai wajar..

Pernyataan FASB juga menyediakan sebuah ‘hierarki nilai wajar’. Artinya,

mencalonkan tiga kategori atau tingkatan atas masukan yang akan digunakan

estimasi nilai wajar (FASB, 2004, p.5, ayat 14). Tingkat adalah sebagai berikut:

- Level 1 

15

Page 16: Makalah Aset Edit

Menggunakan harga pasar, jika harga pasar yang bisa dipastikan, tidak ada

penyesuain sehingga bisa langsung menggunakan harga pasar. Missal mobil

baru, saham, obligasi, persediaan.  

- Level 2

Apabila harga pasar tidak tersedia, maka diestimasi dengan harga aset dan

liabilitas yang sejenis. Kalau tidak ada harga pasar, kita perlu melakukan taksiran,

berapa kalau beli atau berapa kalau jual, misal mobil lama (sudah banyak lecet +

biaya service).

- Level 3

Apabila harga tidak dapat diperoleh dari level 1 dan level 2, maka nilai wajar

diestimasi dengan beberapa penilaian, untuk penilaiannya menggunakan

kombinasi dari penghematan dan uang yang dikeluarkan seandainya belum

memiliki aset saat ini, contoh: penilaian gedung. Atau kombinasi dari berapa

uang yang dikeluarkan untuk membeli gedung yang sama dengan yang kita

gunakan. Dengan uang untuk menyewa gedung saat kita belum punya sendiri.

II.5 Issue Bagi Auditor

- Auditor perlu memahami berbagai model penilaian dan proses manajemen untuk

menentukan input yang digunakan untuk pengukuran yang digunakan.

- Untuk mengembangkan pendekatan audit yang efektif, auditor perlu memahami

proses dan pengendalian penentuan  fair value, dan melakukan  judgment apakah

metode pengukuran yang digunakan klien sudah memadai untuk menghasilkan

pengukuran  fair value yang reasonable. 

Dari referensi yang didapat mengenai apa-apa saja yang menjadi isu dalam

perkembangan pemeriksaan akuntansi bahwasannya terdapat 5 macam yang menjadi

isu di dalam perkembangan pemeriksaan akuntansi, yaitu:

Isu Auditor dan Proses Audit

Tujuan menyeluruh dari suatu laporan audit adalah untuk menyatakan

pendapat apakah laporan keuangan perusahaan telah menyajikan secara wajar,

dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku secara umum (GAAP). Proses diagnostic untuk membuat

pertimbangan tentang akun mungkin mengandung salah saji yang material

16

Page 17: Makalah Aset Edit

serta memperoleh bukti tentang penyajian yang wajar dalam laporan

keuangan.

Isu Peran Auditor

Sesuai dengan practice guide “Internal Auditing and Fraud”yang

dikeluarkan oleh IIA Mei 2011 lalu, peran Aktivitas Audit Internal dalam

investigasi tidaklah kaku dan tidak tunggal. Menurut IIA, Aktivitas Audit

Internal dimungkinkan untuk memikul tanggung jawab utama investigasi

kecurangan. Selain itu, Aktivitas Audit Internal dapat juga bertindak sekadar

sebagai penyedia sumber daya untuk investigasi, atau sebaliknya, dapat juga

tidak dilibatkan dalam investigasi.

Aktivitas Audit Internal dapat tidak terlibat dalam investigasi di antaranya

karena harus bertanggung jawab untuk menilai efektivitas investigasi. Sebab

lainnya adalah karena tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk

terlibat dalam investigasi. Apapun pilihannya, pertama sekali pilihan peran

tersebut perlu didefinisikan lebih dahulu di dalam piagam audit internal,

kebijakan, serta prosedur terkait dengan kecurangan yang ditetapkan di dalam

perusahaan. Peran-peran yang berbeda tersebut dapat diterima sepanjang

dampak dari pilihan-pilihan peran tersebut terhadap independensi aktivitas

audit internal disadari dan ditangani dengan tepat. Dalam hal Aktivitas Audit

Internal diberikan peran utama untuk bertanggung jawab dalam investigasi

kecurangan, maka harus dipastikan bahwa tim yang bertugas untuk itu

memiliki keahlian yang cukup mengenai skema-skema kecurangan, teknik

investigasi, ketentuan perundang-undangan dan hukum yang berlaku, serta

pengetahuan dan keahlian lain yang dibutuhkan dalam investigasi. Tenaga staf

yang diperlukan dapat diperoleh dari dalam (in-house), outsourcing, atau

kombinasi dari keduanya.

Dalam beberapa kasus, audit internal juga dapat menggunakan staf

nonaudit dari unit lain di dalam organisasi untuk membantu penugasan. Hal ini

sering terjadi bila keahlian yang diperlukan beragam dan tim harus dibentuk

dengan segera. Dalam hal organisasi membutuhkan ahli eksternal, CAE perlu

menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi lembaga penyedia sumber daya

eksternal terutama dalam hal kompetensi dan ketersediaan sumber daya.

Dalam hal di mana tanggung jawab utama untuk fungsi investigasi tidak

17

Page 18: Makalah Aset Edit

ditugaskan kepada Aktivitas Audit Internal, Aktivitas Audit Internal masih

dapat diminta untuk membantu penugasan investigasi dalam mengumpulkan

informasi dan membuat rekomendasi untuk perbaikan pengendalian internal.

Isu Kompetensi dan Independensi 5 kategori yang mempengaruhi suatu

kompetensi, yaitu:

1. Komponen pengetahuan

2. Ciri-ciri psikologis

3. Kemampuan berpikir

4. Strategi penentuan keputusan

5. Dan analisis tugas sebagai komponen yang mewakili keahlian audit

Faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu:

1. Persaingan antar akuntan publik

2. Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien

3. Ukuran KAP

4. Lamanya hubungan audit.

Isu Larangan KAP. Larangan KAP diantaranya adalah:

1. Memberikan jasa kepada klien apabila KAP tidak independen

2. Memberikan jasa audit umum untuk klien yang sama berturut-

turut selama 5 tahun

3. Memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi,

keuangan, dan manajemen

4. Mempekerjakan/menggunakan jasa pihak terasosiasi yang

menolak memberikan keterangan yang diperlukan dalam

rangka pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan KAP.

Isu Komunikasi Hasil Audit

18

Page 19: Makalah Aset Edit

Formulasi hasil kesimpulan audit membuat rekomendasi bagi manajemen

mempresentasikan hasil audit kepada manajemen. Adapun 3 pengklasifikasian

prosedur audit serta tujuan masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh pemahaman: untuk memperoleh pemahaman

tentang bisnis dan industri klien berikut faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi resiko bawaan pada asersi laporan keuangan

2. Pengujian pengendalian: untuk memperoleh bukti audit tentang

efektifitas rancangan dan operasi kebijakan prosedur kebijakan dan

prosedur struktur pengendalian

3. Pengujian substantif: untuk memberikan bukti tentang kelayakan asersi

laporan keuangan klien

BAB III

19

Page 20: Makalah Aset Edit

PENUTUP

Kesimpulan

Aset merupakan sumber daya yang dikendalikan oleh suatu entitas sebagai hasil dari

transaksi yang lalu dan diharapkan memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang

yang mengalir ke entitas. Terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu

objek dapat disebut aset, yaitu :

- Future Economic Benefits (manfaat ekonomik dimasa yang akan datang)

- Control by an Entity (Dikendalikan suatu Entitas)

- PastEvents (Timbul akibat transaksi masa lalu)

Banyak kriteria pengakuan telah diterapkan di masa lalu untuk membantu akuntan untuk

memutuskan kapan harus mencatat aktiva. Tidak semua kriteria ini sekarang diformalkan

dalam Kerangka, dan beberapa memiliki landasan teoritis sedikit atau tidak ada. Daftar

berikut tidak dimaksudkan untuk melengkapi dan kriteria ini tidak saling eksklusif yaitu :

Sesuai dengan ketentuan legal : mempunyai manfaat dan kendalikan badan tertentu.

Dapat ditetapkan substansi ekonomiknya : memberikan manfaat ekonomik yang

substansial.

Menggunakan konsep conservatism : menyajikan asset pada nilai kemungkinan kecil,

contohnya: adanya pengakuan cadangan kerugian piutang, sedangkan persediaan

adanya penilaian harga terendah (antara Harga pokok dan Harga pasar).

Tantangan Bagi Penyusun Standar yaitu :

- Disarankan penyusun standar untuk mempertimbangkan beberapa model pengukuran.

- IASB memperkenalkan penggunaan pengukuran fair value, meskipun Cairns tidak

mengakuinya.

- IFRS memperkenalkan pengukuran fair value untuk derivative dan beberapa asset dan

liabilitas keuangan.

Untuk menghitung pengukuran Fair Value terdapat tiga pendekatan yaitu:

1) Market Approach

2) Income Approach

3) Cost Approach

20