05-miu-11-1-nia

download 05-miu-11-1-nia

of 20

Transcript of 05-miu-11-1-nia

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    1/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    57H a l a m a n

    IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH PERDA)NOMOR 27 TAHUN 2003 SERI C TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN SIUP)Suatu Studi Tentang Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM) di Kota Cimahi)

    NIA KARNIAWATI dan YUNI DWI INDRIYANI

    Prodi Ilmu Pemerintahan

    Universitas Komputer Indonesia

    Peraturan Daerah Nomor 27 Seri C Tahun 2003 tentang SIUP menjabarkan

    tentang kewajiban yang dimiliki oleh pelaku usaha dagang untuk memiliki surat

    izin usaha dagang agar terlindungnya usaha dagang yang menjalankan usa-

    hanya secara tertib, jujur, dan terbuka. Selain itu pembuatan SIUP ditujukan

    untuk membina dunia UMKM. Mahalnya biayanya pembuatan IMB menjadi

    faktor penghambat pembuatan SIUP oleh kerena itu Pemerintah Kota Cimahi

    menggratiskan perizinan SIUP. Kendala setelah penggratisan adalah ketidakta-

    huan masyarakat akan kebijakan pemerintah tersebut.

    Penelitian ini menggunakan teori kebijakan dari Edward III. Menurutnya terda-

    pat indikator yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan implementasi

    kebijakan, yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

    Metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

    kualitatif. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi, dokumentasi,

    dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi Aparatur

    KPPT Kota Cimahi dengan pelaku UMKM belum berjalan efektif. Sumber daya

    pelaksana kebijakan Perda SIUP dalam perkembangan UMKM di Kota Cimahi

    belum tersedia secara maksimal.Disposisi pelaksanaan Kebijakan Perda SIUP

    dalam Perkembangan UMKM di Kota Cimahi telah berjalan dengan baik.Dan

    struktur birokrasi pelaksanaan Kebijakan Perda SIUP dalam Perkembangan

    UMKM di Kota Cimahi telah berjalan dengan baik.

    Kata kunci : Implementasi kebijakan, SIUP, UMKM

    PENDAHULUANLatar Belakang

    Kewenagan yang diberikan kepada

    daerah untuk menyelenggarakan urusan

    rumah tangganya sesuai dengan apa yang

    dibutuhkan oleh daerahnya adalah salah

    satu bentuk demokrasi di Indonesia. Kebi-

    jakanan pemerintah daerah untuk mem-bangun daerahnya sesuai dengan sumber

    daya yang dimiliki dapat menciptakan la-

    pangan kerja bagi masyrakat sekitar. Kebi-

    jakan pemerintah yang berbasis pelayanan

    pada masyarakat merupakan salah satu

    program wajib disetiap daerah agar tercip-

    tanya hubungan timbal balik yang sejalan

    antara pemerintah dengan pemerintah.

    Terbentuknya undang-undang pelayanan

    kepada masyarakat menjelaskan bagai-

    mana proses pelayanan dilakukan tanpa

    harus memandang bulu dan dilakukan den-

    gan efektif dan efesien. Undang-undang

    tentang pelayanan publik dapat dijadikanlandasan utama tentang pembuatan kebija-

    kan yang lainnya yang sesuai dengan un-

    dang-undang dan kebutuhan dearah terse-

    but. Di daerah hal tersebut diatur dalam

    peraturan daerah (perda).

    Kota Cimahi sebagai daerah yang

    bidangHUMANIORA

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    2/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    58H a l a m a n

    tengah berkembang terdapat banyak sentra

    produksi yang di kelola oleh masyarakatnya.

    Usaha produksi tersebut banyak yang ter-

    masuk dalam UMKM. Sebagai bentuk pe-layanan pemerintah terhadap UMKM terse-

    but terdapat Perda no. 27 tahun 2003 seri

    C tentang SIUP. Kebijakan tentang penga-

    turan usaha dagang dikeluarkannya SIUP

    yang diedarkan oleh Pemerintah Kota Ci-

    mahi berdasarkan Keputusan Menteri

    Perdagangan Republik Indonesia Nomor

    36/M-Dag/Per/9/2007 tentang Penerbitan

    Surat Izin Usaha Perdagangan sebagaimana

    telah diubah oleh Menteri Perdagangan Re-

    publik Indonesia Nomor Tahun 2009 46/M-

    Dag/Per/9/2009 Surat Izin Usha Perdagan-

    gan.

    SIUP dibuat setelah pemohon terlebih

    dahulu mengajukan Izin Mendirikan Ban-

    gunan (IMB) agar Pemerintah Kota Cimahi

    dapat menjamin usaha dagang pemohon

    secara hukum karena mempunyai kelengka-

    pan yang dipelukan dalam melakukan

    usaha dagang dan mendapatkan bantuan

    dana dari Pemerintah Kota Cimahi. Jaminan

    untuk mendapatkan kemudahan dalam

    menjalakan usaha dagangnya dirasakan

    tidak seimbang dengan kenyataan yang ada

    dilapangan. SIUP dikeluarkan oleh Pemerin-

    tah Kota Cimahi kepada warga yang mem-

    butuhkannya sebagai bukti sah dari pemer-intah untuk melakukan usaha dagang, na-

    mun kebijakan SIUP pada masa ini kebanya-

    kan tidak diindahkan oleh warga masyara-

    kat karena untuk mengurusnya dibutuhkan

    dana yang besar oleh karena itu warga

    masyarakat yang ingin melakukan usaha

    dagang tidak mempunyai SIUP.

    Pembuatan perizinan SIUP yang ma-

    hal menjadi kendala bagi pelaku UMKM

    untuk menjalankan Perda tersebut dimana

    masyarakat memilih untuk tidak mendaftar-

    kan peizininan usaha dagangnya. Pembeng-

    kakan biaya SIUP didasari berdasarkan

    pembuatan IMB yang sangat mahal sedang-

    kan warga yang tidak memiliki SIUP dipen-

    garuhi juga oleh ketidakpunyaan masyara-

    kat terhadap surat IMB yang merupakan

    syarat dasar pembuatan SIUP. Hal ini mem-

    buat Pemerintah Kota Cimahi meng-

    gratiskan pembuatan SIUP sebagai salah

    satu sosulisi agar pelaku UMKM khususnya

    memiliki SIUP. Penggratisan SIUP tidak ber-

    jalan dengan baik karena kurangnya komu-nikasi yang dilakukan oleh aparatur Kota

    Cimahi kepada pelaku UMKM di Kota Ci-

    mahi hak ini menyebabkan pelaku UMKM

    tidak mengetahui adanya penggratisan per-

    izinan SIUP. Ketidaktahuan masyarakat

    tentang pembuatan SIUP pada saat itu

    mempengaruhi minimnya pembuatan SIUP

    dikalangan pelaku UMKM. Perizinan SIUP

    ini dibuat agar pelaku usaha dagang yang

    disarkan pada pembinaan daerah ini dapat

    dilindungi haknya tapi pada kenyataannya

    UMKM di Kota Cimahi masih sedikit yang

    memiliki SIUP.

    Berkembangnya UMKM di Kota Ci-

    mahi ini dapat meningkatkan kualitas pro-

    duksi UMKM dikarenakan produk yang

    mereka hasilkan dapat di ikutsertakan

    dalam pameran UMKM yang bertaraf inter-

    nasinal, UMKM yang sudah mempunyai

    SIUP sangat membantu pengusaha dalam

    melakukan ekspor ataupun mengikuti pam-

    eran yang bertaraf internasional agar dapat

    lebih mengenalkan hasil produknya, namun

    pada kenyataannya hampir UMKM yang ada

    di Indonesia dan Cimahi pada khususnya

    tidak mengantongi surat perizinan SIUP di-

    karenakan biaya pembuatan SIUP yang ma-sih mahal dan ketidahuan masyarakat ter-

    hadap keuntungan memiliki SIUP.

    Kelengkapan SIUP dibutuhkan oleh

    masyarakat Kota Cimahi untuk mempermu-

    dah kelangsungan usaha dagangnya dan

    memperoleh dana bantuan dari pemerintah

    melalui bank yang telah ditentukan oleh

    pemerintah. Ketidakadaan kelengkapan

    yang harus dipenuhi pengusaha UMKM ini

    berakibat pada masalah hukum. Pemilik

    UMKM yang tidak memiliki perizinan yang

    lengkap diantara adalah perizinan SIUP

    mengalami kendala dalam hal kehuku-

    manan. Ditangkapnya seorang warga yang

    tidak mempunyai surat izin SIUP menanda-

    kan bahwa sangat diperlukannya kelengaka-

    pan perizinan perdagangan untuk

    melindungi pelaku usaha dari masalah hu-

    kum. Pelaku perdagangan masih sedikit

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    3/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    59H a l a m a n

    yang mempunyai SIUP khususnya UMKM

    besar yang sudah masuk kedalam golongan

    UMKM yang wajib mempunyai SIUP.

    Kelangsungan dari diberikannya SIUPadalah untuk menjamin para pengusaha

    agar dilindungi oleh hukum melalui Perda

    Nomor 27 seri C Tahun 2003 Tentang SIUP,

    tapi para pelaku UMKM hanya mengantongi

    izin dagang dari kelurahan. Hal ini menim-

    bulkan ketimpangan karena pada hakekat-

    nya pelaku usaha dagang yang mempunyai

    tempat untuk berdagang diwajibkan mem-

    punyai SIUP yang pelaksanaanya sudah di-

    gratiskan. tidak lebih untuk mematikan

    usaha-usaha dagang menengah kebawah

    yang juga harus memenuhi persayaratan

    yang ditentukan oleh Pemerintah Kota Ci-

    mahi.

    Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian

    ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimana komunikasi antara Aparatur

    pelaksana Kebijakan Perda SIUP dengan

    pelaku UMKM di Kota Cimahi ?

    2. Bagaimana sumber daya pelaksana Ke-

    bijakan Perda SIUP dalam perkemban-

    gan UMKM di Kota Cimahi?

    3. Bagaimana disposisi pelaksanaan Kebi-

    jakan Perda SIUP dalam PerkembanganUMKM di Kota Cimahi?

    4. Bagaimana struktur birokrasi pelaksana

    Kebijakan Perda SIUP dalam Perkemban-

    gan UMKM di Kota Cimahi?

    Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui komunikasi antara

    Aparatur pelaksana Kebijakan Perda

    SIUP dengan pelaku UMKM di Kota Ci-

    mahi.

    2. Untuk mengetahui sumber daya pelak-

    sana Kebijakan Perda SIUP dalam

    perkembangan UMKM di Kota Cimahi.

    3. Untuk mengetahui disposisi pelaksanaan

    Kebijakan Perda SIUP dalam Perkemban-

    gan UMKM di Kota Cimahi.

    4. Untuk mengetahui struktur birokrasi pe-

    laksana Kebijakan Perda SIUP dalam

    Perkembangan UMKM di Kota Cimahi.

    Kegunaan PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat

    berguna baik bagi peneliti sendiri, bagi

    pengembangan teori, dan juga bagi instansi

    terkait.

    1. Bagi peneliti, hasil penelitaian ini

    diharapkan dapat menambah

    pengalaman, pengetahuan, wawasan

    dan memahami tanggapan masyarakat

    terhadap pelaksanaan kebijakan tentang

    SIUP dan perkembangan UMKM di Kota

    Cimahi.

    2. Bagi Teoritis, penelitian ini juga

    diharapkan dapat memberi manfaat bagi

    perkembangan ilmu pemerintahan

    khususnya tentang implementasi

    kebijakan.

    3. Bagi Praktis, penelitian ini diharapkan

    dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak

    yang berkepentingan khususnya

    Pemerintah Kota Cimahi.

    KAJIAN PUSTAKAImplementasi KebijakanPemerintah mempunyai wewenang

    untuk membuat suatu aturan untuk melak-

    sanakan tugasnya yakni sebagai penyeleng-

    gara hubungan antara masyarakat, hubun-

    gan antar pemerintah dengan masyarakat

    ataupun pemerintah dengan pemerintah.

    Bentuk dari aturan yang dikeluarkan oleh

    pemerintahan adalah dengan adanya kebi-

    jakan yang berupa undang-undang ataupun

    perda ataupun surat keputusan dari menteri

    atau kepala pemerintahan sebagai jaminan

    hukum yang sah. Pembuatan suatu kebija-

    kan haruslah sesuai dengan apa yang dibu-

    tuhkan oleh masyarakat agar kebijakan

    tersebut tepat pada sasaran dan penca-

    paian tujuan yang maksimal sesuai denganyang tertera pada dasar hukumnya.

    Wiliiam N. Dunn menyebut istilah ke-

    bijakan publik dalam bukunya yang berjudul

    Analisis Kebijakan Publik, sebagai berikut:

    Kebijakan Publik (Public Policy) adalah

    Pola ketergantungan yang kompleks

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    4/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    60H a l a m a n

    dari pilihan-pilihan kolektif yang saling

    tergantung, termasuk keputusan-

    keputusan untuk tidak bertindak, yang

    dibuat oleh badan atau kantor pemerin-tah. (Dunn, 2003:132)

    Menurut pengertian diatas kebijakan

    adalah sebuah mata rantai yang saling teri-

    kat dan saling ketergantungan satu dengan

    lainnya dimana keterkaitan tersebeut dis-

    erahkan kepada masyarakat sebagai objek

    dari kebijakan untuk melaksanakan kebija-

    kan atau tidak melaksanakan. tersebut.

    Implementasi merupakan kegiatan yang

    penting dari keseluruhan proses

    perencanaan kebijakan. Implementasi

    sesungguhnya bukanlah sekedar

    bersangkut paut dengan mekanisme

    penjabaran keputusan-keputusan politik ke

    dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran

    -saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu,

    ia menyangkut masalah konflik, keputusan,

    dan apa yang dapat diperoleh dari suatu

    program kebijakan.

    Kebijakan yang telah direkomendasikan

    untuk dipilih oleh pembuat kebijakan

    bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut

    pasti berhasil dalam implementasinya. Ada

    banyak hal yang dapat mempengaruhi

    keberhasilan implementasi kebijakan baik

    yang bersifat individual maupun kelompok

    atau institusi. Implementasi dari suatuprogram melibatkan upaya-upaya pembuat

    kebijakan untuk mempengaruhi perilaku

    birokrat pelaksana agar bersedia

    memberikan pelayanan dan mengatur

    perilaku kelompok sasaran.

    Berdasarkan pengertian implementasi

    menurut George C. Edward III mengemu-

    kakan beberapa hal yang dapat mempenga-

    ruhi keberhasilan suatu Implementasi kebi-

    jakan, yaitu:

    1. Communication

    2. Resourcrces

    3. Dispositions

    4. Bureacratic Structure

    (Edward III, 1980:10)

    Berdasarkan pendapat Edward III

    maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan

    implementasi kebijakan dipengaruhi oleh :

    pertama komunikasi. komunikasi berperan

    penting dalam koordinasi implementasi ke-

    bijakan sehingga setiap perintah yang ditu-

    juan pada suatu badan yang terkait akan

    berkesinambungan yang pada akhirnyakperintah tersebut terlaksana. Kedua sumber

    daya. faktor sumbervdaya menjadi bagian

    penting jika sebuah kebijakan ingin tercapai

    dengan tersedianya pekerja, penjelasan

    mengenai kebijakan yang dijalakan, kewe-

    nangan yang dimiliki dan kelengkapan

    sarana dan prasaran menjadi faktor dari

    sumber dayadalam mencapai implementasi

    kebijakan dalam melaksanakan pelayanan-

    pelayanan publik.

    Ketiga disposisi. Disposisi merupakan

    sikap dari pelaksana kebijakan. Didalam

    implementasi kebijakan harus ada ke-

    sepakatan antara pembuat kebijakan den-

    gan masyarakat selaku objeknya, harus juga

    mempengaruhi pelaku kebijakan agar me-

    jalankan sebuah kebijakan tanpa keluar

    dari tujuan yang telah ditentukan. Keempat

    struktur birokrasi. Struktur birokrasi meru-

    pakan sumber-sumber untuk melaksanakan

    suatu kebijakan tersedia atau para pelak-

    sana mengetahui apa yang seharusnya dila-

    kukan dan mempunyai keinginan untuk me-

    laksanakan suatu kebijakan, kemunkinan

    kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana

    atau terealisasi karena terdapatnya kele-

    mahan dalam struktur birokrasi. Birokrasisebagai pelaksana harus dapat mendukung

    kebijakan yang telah diputuskan secara

    politik dengan jalan melakukan koordinasi

    dengan baik.

    Peraturan DaerahPeraturan Daerah merupakan sebuah

    Peraturan Perundang-undangan yang dis-

    usun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    atas persetujuan bersama Kepala Daerah

    (gubernur atau bupati/walikota).

    Isi dalamn Peraturan Daerah meru-

    pakan seluruh isi dalam rangka penyeleng-

    garaan otonomi daerah dan tugas pemban-

    tuan, dan menampung kondisi khusus suatu

    daerah dan penjelasan lebih lanjut men-

    genai Peraturan Perundang-undangan yang

    lebih tinggi. Peraturan Daerah terbagi atas:

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

    http://id.wikipedia.org/wiki/Peraturan_Perundang-undangan_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Daerahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gubernurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bupatihttp://id.wikipedia.org/wiki/Walikotahttp://id.wikipedia.org/wiki/Walikotahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bupatihttp://id.wikipedia.org/wiki/Gubernurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Daerahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Peraturan_Perundang-undangan_di_Indonesia
  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    5/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    61H a l a m a n

    1. Peraturan Daerah Provinsi

    Peraturan yang berlaku di provinsi terse-

    but. Peraturan Daerah Provinsi dibentuk

    oleh DPRD Provinsi dengan persetujuanbersama Gubernur.

    2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

    Peraturan yang berlaku di kabupaten/

    kota tersebut. Peraturan Daerah Kabu-

    paten/Kota dibentuk oleh DPRD Kabu-

    paten/Kota dengan persetujuan ber-

    sama Bupati/Walikota. Peraturan

    Daerah Kabupaten/Kota tidak subordi-

    nat terhadap Peraturan Daerah Provinsi.

    Pembuatan suatu peraturan daerah

    membutuhkan mekaniseme atau cara kerja

    atau alur dari suatu peraturan daerah itu

    agar menghasilkan peraturan daerah yang

    sesuai dengan yang situasi dan kondisi

    suatu daerah tersebut.

    Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM)Menurut Undang-Undang Usaha

    Mikro, Kecil dan Menengah (UU UMKM) Re-

    publik Indonesia nomor 20 tahun 2008 de-

    finisi UMKM adalah sebagai berikut :

    1. Usaha Mikro adalah usaha produktif

    milik orang perorangan dan/badan

    usaha perorangan yang memenuhi krite-

    ria usaha mikro sebagaimana di atur

    dalam Undang-Undang ini.2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi pro-

    duktif yang berdiri sendiri, yang dilaku-

    kan oleh orang perorangan atau badan

    usaha yang bukan merupakan anak pe-

    rusahaan atau bukan cabang perusa-

    haan yang dimiliki , dikuasai, atau men-

    jadi bagian baik langsung maupun tak

    langsung dari usaha menengah atau

    usaha besar yang memenuhi kriteria

    usaha kecil sebagimana dimaksud

    dalam Undang-Undang ini.

    3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi

    produktif yang berdiri sendiri, yang dila-

    kukan oleh orang perorangan atau

    badan usaha yang bukan merupakan

    anak perusahaan atau bukan cabang

    perusahaan yang dimiliki , dikuasai, atau

    menjadi bagian baik langsung maupun

    tak langsung dari usaha kecil atau usaha

    besar dengan jumlah kekayaan bersih

    atau hasil penjualan tahunan sebagi-

    mana dimaksud dalam Undang-Undang

    ini.(UU UMKM nomor 20 tahun 2008).

    Sehingga menurut pengertian diatas

    UMKM adalah usaha yang dimiliki oleh se-

    seorang atau perusahaan yang dimana me-

    menuhi setiap kriteria dari setiap tingkatan

    UMKM. Adanya UMKM ini bertujuan untuk

    menumbuhkan iklim usaha dagang dikalan-

    gan masyarakat yang nantinya akan mencip-

    takan lapangan pekerjaan sehingga dapat

    menekan angka pengangguran. Tercipta

    iklim usaha yang baik dan terjadinya timbale

    balik yang searah antara UMKM dan

    masyarakat akan menciptakan perekono-

    mian di daerah menjadi perekonomian yang

    seimbang, berkembang, dan berkeadilan.

    METODE PENELITIANMetode penelitian yang digunakan

    adalah metode deskriptif dengan pendeka-

    tan kualitatif. Penelitian ini menggambar-

    kan dan menganalisa data yang dilakukan

    dengan cara mengumpulkan data berdasar-

    kan keadaan yang nyata dengan pendeka-

    tan yang mempelajari dari tingkah laku

    manusia khususnya orang-orang yang

    diteliti. Pemahaman terhadap orang yangditeliti mengenai tingkah laku manusia,

    peneliti harus dapat mamahami proses in-

    terpretasi dan melihat segala sesuatu dari

    sudut pandang yang diteliti.

    Tehnik pengumpulan data dilakukan

    melalui pertama, studi pustaka, dengan

    menelaah dan membandingkan sumber

    kepustakaan untuk memperoleh data yang

    bersifat teoritis. Menggunakan studi

    pustaka ini, peneliti dapat memperoleh in-

    formasi tentang teknik-teknik penelitian

    yang diharapkan, sehingga pekerjaan

    peneliti tidak merupakan duplikasi. Kedua

    studi lapangan, dengan dilakukan penin-

    jauan langsung ke masyarakat pelaku

    UMKM di Kota Cimahi. Studi lapangan ini

    dilakukan melaluui observasi non partisipan

    dan wawancara.

    Tehnik penentuan informan yang

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

    http://id.wikipedia.org/wiki/Gubernurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bupatihttp://id.wikipedia.org/wiki/Walikotahttp://id.wikipedia.org/wiki/Walikotahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bupatihttp://id.wikipedia.org/wiki/Gubernur
  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    6/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    62H a l a m a n

    digunakan adalah Purposive. Adapun infor-

    man dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1) 4 Informan aparatur KPPT Kota Cimahidibagian pelaksana Kebijakan Perda

    SIUP sebagai aparatur yang bertang-

    gungjawab terhadap pelaksanaan Perda

    SIUP di Kota Cimahi.

    2) 4 Informan pelaku UMKM khususnya

    Usaha Mikro di Kota Cimahi sebagai pe-

    laksana dari Perda SIUP di Kota Cimahi

    yang belum mempunyai perizinan SIUP.

    3) 4 Informan pelaku UMKM khususnya

    Usaha

    HASIL DAN PEMBAHASANKomunikasi antara Aparatur pelaksanaKebijakan Perda SIUP dengan pelakuUMKM di Kota Cimahi.

    Komunikasi menunjukan suatu proses

    penyampaian informasi dari sumber kepada

    penerima sehingga informasi yang disam-

    paikan dapat dipertanggungjawabkan ke-

    benarannya. Proses penyampaian informasi

    dilakukan secara berkesimbungan dengan

    tidak menambahkan ataupun mengurangi

    isi dari informasi yang ada sehingga keber-

    langsungan suatu proses komunikasi benar

    adanya. Selain sebagai proses penyampaininformasi, komunikasi merupakan salah

    satu cara untuk mencapai efektifitas dari

    peningkatan kerja yang maksimal dan lan-

    car antara aparatur yang menangai kebija-

    kan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

    yang berada di Kantor Pelayanan Perizinan

    Terpadu (KPPT) Kota Cimahi dalam men-

    yampaikan informasi tentang perizinan

    SIUP.

    KPPT sebagai kantor yang mengelura-

    kan perizinan SIUP melakukan cara untuk

    menyebarkannya dengan menyediakan se-

    lebaran yang ada di kantor KPPT. Selain

    dengan selebaran, KPPT juga menyebarkan

    informasi kepada pelaku UMKM tentang

    Perda SIUP melalui website yang dikelola

    oleh Aparatur KPPT. Selebaran dan website

    hanya sebagai sarana penyedia informasi

    tentang persyaratan dan merupakan usaha

    komunikasi paling efektif dan untuk mem-

    permudah Aparatur KPPT dalam proses ko-

    munikasi kepada Pelaku UMKM yang sudah

    terbiasa datang langsung ke KPPT untukmengetahui persyaratan tentang izin SIUP.

    Komunikasi dapat mewujudkan pelak-

    sanaan implementasi kebijakan Perda SIUP

    dalam perkembangan UMKM dilihat dari

    Transmission, Claritydan Consistency.

    Transmission. Alur komunikasi yang

    baik antara komunikator dan komunikan

    dapat dilihat memalui hasil dari proses pen-

    yampaian komunikasi tersebut. Penyam-

    paian komunikasi yang sejalan dan mengha-

    silkan hubungan timbal baik dua arah yang

    membuat proses komunikasi berjalan den-

    gan baik. Penyampaian komunikasi sangat

    penting agar informasi yang ingin disampai-

    kan tepat sasaran dan mengurangi kesala-

    han penyampaian komunikasi dalam pelak-

    sanaannya.

    Faktor yang mendukung penyam-

    paian komunikasi mengenai Perda SIUP

    kepada pelaku UMKM berjalan dengan baik

    jika mempunyai sumber-sumber pendukung

    yang berkualitas baik pula, seperti sarana,

    prasarana maupun sumber daya manusia

    dalam hal ini adalah sumber daya aparatur.

    Kebijakan Perda SIUP telah diterapkan

    dalam proses penyampaian informasi yang

    dilakukan secara tepat, jelas dan sesuaisasaran begitu pula sebaliknya para pelaku

    UMKM dapat dengan jelas dan mudah

    mengerti isi dari informasi yang diberikan.

    Ketersediaan faktor sumber daya

    aparatur itulah yang meminimalisir faktor

    kegagalan dalam penyampaian komunikasi.

    Kegagalan yang terjadi pada proses pen-

    yampaian komunikasi sering terjadi karena

    adanya salah pengertian (miss communica-

    tion) dari aparatur KPPT kepada pemohon

    perizinan SIUP sehingga proses selanjutnya

    mengalami kesalahan yang sama pula.

    Sebelum adanya penyebarluasan

    melalui teknologi modern, aparatur KPPT

    Kota Cimahi pada awal tahun pembentukan

    Perda SIUP menyampaikan informasi ten-

    tang perizinan perdagangan ini melalui cara

    aparatur KPPT mendatangi tiap kelurahan di

    Kota Cimahi agar pelaku usaha dagang

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    7/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    63H a l a m a n

    yang berada dalam UMKM mendapat jami-

    nan hukum dan dapat mengembangkan

    usaha dagangnya. Melalui cara ini aparatur

    KPPT Kota Cimahi dapat secara langsungmenjelaskan Perda SIUP kepada Pelaku

    UMKM ditiap kelurahannya dilakukan den-

    gan memberikan penjelasan-penjelasan

    secara jelas dan ringkas mengenai Perda

    SIUP kepada Pelaku UMKM.

    Cara pemberitahuan informasi ditiap

    kelurahan ini dinilai berjalan dengan efektif

    pada masa itu dikarenakan pelaku UMKM

    belum mendapatkan akses internet yang

    memadai dan keterbatasan sarana dari Pe-

    merintah Kota Cimahi yang pada masa itu

    yang belum mengacu pada kecanggihan

    teknologi internet. Proses komunikasi yang

    berupa instruksi, petunjuk, penjelasan, per-

    intah inilah yang harus aparatur KPPT Kota

    Cimahi pahami dan jalankan sesuai aturan

    yang telah ditetapkan.

    Sebagaimana hasil wawancara den-

    gan Aparatur di loket 2, kendala yang terjadi

    dalam perizinan SIUP pada pelaku UMKM

    adalah ketidaklengkapan berkas yang telah

    diserahkan kepada aparatur loket 2. Pelaku

    UMKM khususnya untuk UMKM Usaha

    Mikro masih banyak yang tidak mempunyai

    Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai

    fungsinya yang memang merupakan syarat

    utama dikeluarkannya SIUP. Ketidaklengka-pan inilah yang menjadi kendala penye-

    baran komunikasi Perda SIUP karena pe-

    laku Usaha Mikro khusunya yang sedang

    mengajukan perizinan masih awam tentang

    SIUP hal ini berakibat pada ditundanya

    proses penerimaan berkas karena pelaku

    Usaha Mikro harus terlebih dahulu mem-

    buat IMB yang sesuai dengan fungsinya.

    Aparatur loket 2 hanya bertugas seba-

    gai pelaksana yang artinya aparatur loket 2

    hanya menerima berkas pengajuan SIUP

    yang sudah lengkap. Bagi Pelaku UMKM

    yang belum melengkapi persyaratan penga-

    juan SIUP dapat mencari informasi pada

    bagian informasi KPPT Kota Cimahi yang

    pada bagian itu informasi dapat diberikan

    untuk pelaku UMKM yang ingin mengajukan

    perizinan SIUP. Bagian informasi KPPT Kota

    Cimahi memberi informasi sesuai dengan

    diajukan oleh pelaku UMKM. Kelengakapan

    persyaratan pemohonan SIUP dapat diberi-

    kan melalui selebaran yang ada diloket 2

    dan melalui homepage KPPT Kota Cimahi.Peranan website selaku sarana pem-

    batu informasi Perda SIUP hanya dapat

    dirasakan oleh pelaku UMKM yang mengerti

    bagaimana menggunakan kecanggihan

    teknologi namun untuk pelaku UMKM yang

    tidak menguasai teknologi adanya website

    sebagai sarana pembantu penyebaran alur

    komunikasi tidak memudahkan mereka

    dalam melakukan perizinan SIUP di Kota

    Cimahi karena sarana untuk mengaksesnya

    tidak tersedia secara cuma-cuma dan harus

    terhubung dengan akses internet yang terk-

    endala dengan pembayaran tagihan internet

    untuk mengakses website KPPT Kota Ci-

    mahi.

    Adanya penggunaan website sebagai

    sarana komunikasi memudahkan Pelaku

    UMKM sendiri dalam proses pencarian infor-

    masi mengenai Perda SIUP dan sarana pen-

    yebaran informasi menggunakan internet

    dapat mempercepat informasi yang diberi-

    kan kepada Pelaku UMKM. Internetsebagai

    media komunikasi yang sudah mengede-

    pankan teknologi canggih dapat memang-

    kas waktu yang dibutuhkan oleh Pelaku

    UMKM untuk mencari tahu informasi Perda

    SIUP melalui internetKPPT Kota Cimahi.Clarity. Komunikasi yang disampaikan

    oleh pelaksana kebijakan haruslah jelas,

    dapat dimengeti dan dipahami oleh pene-

    rima informasi dan haruslah tidak membin-

    gungkan agar tidak menyebabkan beda

    pendapat ataupun mempunyai makna yang

    ganda/ambigu. Penyampaian informasi

    kepada pemohon perizinan SIUP diberikan

    secara langsung oleh aparatur bagian infor-

    masi KPPT Kota Cimahi berupa informasi

    langsung yang diterima oleh pelaku UMKM.

    Kejelasan informasi merupakan suatu

    ukuran tentang tata cara penyelenggaraan

    pelayanan KPPT Kota Cimahi selaku kantor

    pelayanan dan hal-hal lain yang berkaitan

    dengan proses pelayanan umum wajib diin-

    formasikan secara terbuka kepada pelaku

    UMKM dan semua pihak yang membu-

    tuhkan informasi mengenai perizinan agar

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    8/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    64H a l a m a n

    mudah diketahui, dipahami dan dimengerti

    baik diminta maupun tidak diminta. Hal

    tersebut menjelaskan bahwa kepuasan pe-

    laku UMKM dipengaruhi oleh keterbukaandalam pelayanan yang dilakukan oleh

    aparatur KPPT Kota Cimahi. Keterbukaan

    dalam semua mekanisme yang dilalui, biaya

    pelayanan, keterbukaan aparatur dalam

    memberikan pelayanan memberi nilai positif

    pada pencitraan pelayanan yang dilakukan

    oleh KPPT Kota Cimahi kepada pelaku

    UMKM khususnya.

    Sebagaimana yang diungkapkan oleh

    Aparatur Bagian Pelaksana diloket 2 KPPT

    Kota Cimahi kejelasan dalam penyampian

    informasi mengenai implementasi kebijakan

    SIUP dapat diperoleh di kantor KPPT

    langsung atau melalui website. Pelaku

    UMKM yang datang membawa berkas leng-

    kap pemohonan perizinan SIUP biasanya

    mendapatkan kejelasan tentang periznan

    SIUP setelah datang langsung dan menda-

    pat pengarahan tentang penjelasan perizi-

    nan SIUP agar pelaku UMKM dapat mem-

    buat perizinan sesuai dengan apa yang di-

    wajibkan oleh Perda SIUP. Pelaku

    Kejelasan yang disampaikan oleh

    aparatur KPPT terbatas oleh proses

    sosialisasi yang terbatas pula. Minimnya

    proses sosialisasi yang dilakukan oleh

    aparatur KPPT Kota Cimahi saat ini menjadikendala sendiri bagi Pelaku UMKM yang

    ingin mengetahui secara jelas mengenai

    SIUP terutama bagi Pelaku UMKM yang terk-

    endala dengan jarak yang jauh dari KPPT

    Kota Cimahi. Pelaku UMKM yang terkendala

    dengan jarak dapat mengakses website

    KPPT Kota Cimahi yang dapat melayani per-

    tanyaan dalam bentuk e-mail namun ken-

    dala lainnya saat pelaku UMKM yang tidak

    memahami cara menggunakan internetdan

    jarak KPPT yang cukup jauh, harus memak-

    sakan datang agar mendapatkan kejelasan

    informasi mengenai SIUP.

    Kejelasan lainnya mengenai kebija-

    kan Perda SIUP bukan hanya mengenai

    pemberian pelayanan kepada Pelaku UMKM

    ataupun pemohon SIUP saja tetapi kejela-

    san tentang pemahaman mengenai Perda

    SIUP itu sendiri dan kejelasan dalam kebija-

    kan pelaksanaan Perda SIUP. Aparatur

    KPPT Bagian Informasi yang memberikan

    informasi tentang Perda SIUP kepada pe-

    laku UMKM yang dalam hal ini merupakanpelaksana dari Perda SIUP merasa lebih

    terbantu dalam proses komunikasi jika pe-

    laku UMKM mengerti tentang peraturan

    yang mengatur masalah perizinan tersebut.

    Kejelasan proses perizinan membuat pelaku

    UMKM yakin jika Perda SIUP sudah

    melindungi usaha dagang mereka dan

    membatu pembinaan, pengembangan

    usaha setelah mereka mendapatkan izin

    SIUP.

    Kejelasan mengenai pembagian biaya

    ini merupakan ketentuan yang ditetapkan

    oleh KPPT Kota Cimahi sesuai denga Perda

    Nomor 27 Seri C tahun 2003 tentang SIUP.

    Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pe-

    laku UMKM atau pemohon disaat adminis-

    trasi awal pemohon membawa persyaratan

    sebagai berikut: surat permohonan, photo

    copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

    Pemohon, surat pernyataan, photo copy

    tanda lunas Pajak Bumi dan Bangunan

    (PBB) tahun terakhir, foto copi SITU/HO, pas

    photo 3 X 4 sebanyak 2 buah, foto copi

    neraca perusahaan, foto copi Nomer Pokok

    Wajib Pajak (NPWP) dan foto copi akte

    pendirian perusahaan. Ketepatan waktu

    dalam pembuatan SIUP di KPPT Kota Ci-mahi tergantung dari pemohonnya itu

    sendiri. Artinya apabila pemohon datang

    dengan kelengkapan persyaratan yang ada,

    maka pelayanan yang diberikan oleh apara-

    tur tidak terkesan berbelit-belit, karena ke-

    tentuan tersebut sudah tertulis pada Perda

    tersebut di atas.

    Permasalahan yang muncul disaat

    pendaftaran administrasi pertama adalah

    persyaratan yang dibawa pemohon terka-

    dang belum lengkap oleh akibat itu maka

    proses pelayanan kepada pemohon perizi-

    nan atau pelaku UMKM menjadi terlambat

    karena kelalaian pemohon bukan dipersulit

    oleh aparatur di loket. Salah satu masalah

    kelengkapan yang paling penting adalah

    pelaku UMKM tidak mempunyai Izin

    Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai dengan

    fungsi usahanya sehingga pelaku UMKM

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    9/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    65H a l a m a n

    terhambat dalam pemenuhan persyaratan.

    Hambatan IMB ini merupakan ham-

    batan paling sering terjadi dalam pelak-

    sanaan pembuatan SIUP karena pelakuUMKM hanya mempunyai IMB yang masih

    sebagai rumah tinggal bukan sebagai tem-

    pat usaha yang memang sesuai dengan

    fungsinya ataupun pelaku UMKM yang tidak

    mempunyai SIUP namun ingin mengajukan

    izin SIUP. Pembuatan izin SIUP yang di-

    gartiskan oleh pemerintah Kota Cimahi ha-

    rusnya sudah mendorong kelengkapan per-

    izinan usaha dagang, namun pembuatan

    IMB yang masih mahal ini menjadikan ken-

    dala baru dalam proses komunikasi imple-

    mentasi kebijakan Perda SIUP ini disebab-

    kan Pelaku UMKM yang mengurus izin SIUP

    terkendala dengan perizinan IMB.

    Consistency. Kebijakan yang dibuat

    oleh pemerintah harus konsisten atau tetap

    sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,

    jangan sampai kebijakan yang dibuat oleh

    pemerintah menyimpang dari ketentuan

    dalam pelaksanaannya dan mengalami pe-

    rubahan yang tidak sesuai dengan maksud

    dan tujuan awal. Pelaksanaan Perda SIUP

    sesuai dengan ketetapan peraturan yang

    telah ditentukan, peraturan tersebut berupa

    Peraturan Daerah Nomor 27 Seri C Tahun

    2003 Tentang SIUP. Konsistensi perintah

    yang diberikan dalam pelaksanaan suatukomunikasi harus konsisten dan jelas untuk

    ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah

    yang diberikan sering berubah-rubah, maka

    dapat menimbulkan kebingungan bagi pe-

    laksana di lapangan dalam menjalankan

    suatu kebijakan.

    Peraturan-peraturan yang dijadikan

    landasan hukum dalam kebijakan Perda

    SIUP menjadi tolak ukur dalam meningkat-

    kan pelayan kepada pelaku UMKM. Pera-

    turan yang ditetapkan oleh KPPT Kota Ci-

    mahi menjadi pegangan aparatur di loket 2

    agar sesuai tujuan yang ditetapkan dan

    mencapai pelayanan yang efektif dan

    efisien seusai dengan visi dan misi yang

    ditetapkan KPPT Kota Cimahi sebagai kan-

    tor yang melayani pembuatan perizinan

    SIUP.

    Kejelasan informasi merupakan suatu

    ukuran tentang tata cara penyelenggaraan

    pelayanan dan hal-hal lain yang berkaitan

    dengan proses pelayanan umum wajib

    diinformasikan secara terbuka kepada pi-hak yang membutuhkan. Agar mudah

    diketahui, dipahami dan dimengerti oleh

    seluruh aparatur, baik diminta maupun ti-

    dak diminta. Hal tersebut berarti kepuasan

    pelaku UMKM dipengaruhi oleh keterbu-

    kaan dalam pelayanan, berarti keterbukaan

    dalam semua mekanisme yang dilalui, biaya

    pelayanan, keterbukaan aparatur dalam

    memberikan pelayanan.

    Menurut hasil wawancara salah satu

    dengan aparatur KPPT Kota Cimahi kebija-

    kan Perda SIUP belum mengalami peruba-

    han setelah peraturan pertama dikeluarkan

    sehingga dalam proses komunikasi yang

    dilakukan oleh aparatur KPPT Kota Cimahi

    masih tetap dengan menggunkan penye-

    baran informasi awal yaitu dengan sele-

    baran dan juga website. Konsistensi komu-

    nikasi mengenai implementasi kebijakan

    Perda SIUP yang dari dahulu masih bersifat

    konservatif yang artinya masyarakat masih

    harus datang langsung ke kantor perizinan

    dan secara kelembagaan masih dilaksana-

    kan oleh KPPT selaku kantor yang menge-

    luarkan wewenang tentang perizinan.

    Tetap dilaksanakannya komunikasi

    dua arah melalui komunikasi tatap mukamembuat KPPT melakukan perubahan se-

    suai dengan perubahan zaman yang se-

    makin canggih dengan fitur-fitur teknologi

    yang dapat menunjang kinerja KPPT selaku

    kantor pelayanan Kota Cimahi yang bertu-

    gas melayani masyarakat. Perubahan dila-

    kukan untuk mengimbangi perkembangan

    zaman dan kebutuhan masyarakat yang

    terus-terus berkembang dan lebih menjadi

    konsumtif terhadap produk teknologi.

    Adanya inovasi pada proses komunikasi

    menjadi salah satu jalan keluar dari komuni-

    kasi yang masih mendatangi kantor KPPT

    sehingga pelaku UMKM dapat dengan mu-

    dah menerima informasi dari KPPT tentang

    perizinan SIUP.

    Kemajuan teknologi dimanfaatkan

    sebagai sarana komunikasi yang lebih men-

    guntungkan pada kepraktisan dalam proses

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    10/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    66H a l a m a n

    komunikasi, namun pada kenyataannya

    pelaku UMKM yang sedang mengurus perizi-

    nan SIUP sebelumnya harus sudah dibekali

    pengetahuan tentang SIUP oleh KPPT KotaCimahi dan tetap pemohon harus datang

    langsung kekantor. Sebelum pemohon men-

    gajukan persyaratan perizinan, aparatur

    Diskopindagtan yang menanungi pelaku-

    pelaku UMKM ini memberikan masukan

    untuk mengurus perizinan SIUP agar dapat

    menciptakan lapangan pekerjaan yang baru

    dan meningkatkan produksi. Untuk mening-

    katkan produksi inilah pelaku UMKM mem-

    butuhkan SIUP, oleh karena itu Diskopin-

    dagtan menyarankan untuk membuat SIUP

    agar mendapat bantuan dari Bank yang ter-

    kait. Dana pinjaman inilah yang digunakan

    untuk meningkatkan jumlah produksi pe-

    laku UMKM.

    Proses komunikasi yang masih

    datang langsung dianggap masih efektif

    oleh pelaku UMKM khususnya untuk pelaku

    Usaha Mikro yang kurang paham tentang

    konsep internet karena pemohon dapat

    lebih mengerti apa saja yang aparatur KPPT

    bagian informasi jelaskan untuk membuat

    perizinan SIUP dan pemohon dapat

    menanyakan secara langsung kepada

    aparatur ketidakmengertian pemohon

    menangani perizinan SIUP. Konsistensi

    pengenalan perizinan SIUP kepadamasyarakat yang sedang menjalankan

    usaha dagang juga mendapatkan bantuan

    dari Diskopindagtan selaku pembina pelaku

    UMKM. Kerjasama antar lembaga bisa

    menimbulkan rasa nyaman kepada

    masyarakat sehingga pelaku UMKM merasa

    dipedulikan oleh pemerintah Kota Cimahi.

    Berdasarkan pembahasan diatas

    mengenai Communication Aparatur KPPT

    Kota Cimahi dengan Pelaku Usaha Mikro

    Kecil Menengah (UMKM) dikatakan kurang

    efektif. Kondisi ini dapat dilihat dari masih

    kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh

    KPPT Kota Cimahi selaku pelaksana kebija-

    kan Perda SIUP kepada Pelaku UMKMhal ini

    dapat dilihat dari alur pengetahuan tentang

    SIUP yang didapat oleh Pelaku UMKM hanya

    melalui proses tanya jawab yang dilakukan

    secara langsung di kantor KPPT tanpa

    adanya proses sosialisasi terlebih dahulu

    kepada Pelaku UMKM. Kejelasan website

    selaku sarana proses komunikasi dirasa

    Pelaku UMKM pun tidak efektif karena web-site hanya menginformasikan per-

    syaratannya saja tidak untuk informasi men-

    detail mengenai Perda SIUP yang mengatur

    tentang perizinan perdagangan Pelaku

    UMKM di Kota Cimahi.

    Sumber daya pelaksana Kebijakan PerdaSIUP dalam perkembangan UMKM di KotaCimahi.Sumberdaya kebijakan merupakan

    kebutuhan mutlak yang harus dimiliki oleh

    setiap organisasi melalui perwujudan dan

    interaksi yang sinergis, sistematis dan teren-

    cana atas dasar kemitraan. Pengembangan

    sumberdaya kebijakan di KPPT Kota Cimahi

    diarahkan kepada pembentukan birokrasi

    yang bermartabat, birokrasi pemerintahan

    yang bersih, makmur, taat dan bersahabat.

    Bersih dalam arti bebas dari korupsi, kolusi,

    dan nepotisme. Makmur dalam arti mampu

    memenuhi kebutuhan dasar dan berkeingi-

    nan untuk mencapai kehidupan dan pen-

    ghidupan yang lebih baik. Taat dalam arti

    birokrasi memahami dan mentaati serta

    menjalankan norma-norma agama dan bu-

    daya serta peraturan-peraturan yang men-

    jadi landasan dalam penyelenggaraan pe-merintahan, Bersahabat dalam arti mampu

    bersosialisasi, memberikan teladan dan

    menjadi panutan masyarakat serta ramah

    dan bersahabat dalam memberikan pelaya-

    nan kepada masyarakat.

    Sumberdaya wewenang didapat un-

    tuk mengatur kebijakan yang sudah ada

    agar tidak disalah gunkan oleh pelaku

    UMKM. Sumberdaya pelaksanaan kebijakan

    perda SIUP dalam perkembangan UMKM

    dilihat dari : pertama Staff. Staff sebagai

    aparatur sebagai aset dan unsur utama

    dalam organisasi memegang peranan yang

    sangat menentukan dalam pencapaian tu-

    juan organisasi. Semua unsur sumber daya

    organisasi tidak dapat berfungsi tanpa

    ditangani oleh aparatur yang merupakan

    penggerak utama jalannya organisasi.

    Setiap aktivitasnya haruslah tepat waktu

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    11/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    67H a l a m a n

    dan dapat diterima sesuai rencana kerja

    yang ditetapkan atau dengan kata lain

    mempunyai efektivitas dan kinerja yang

    tinggi. Tanpa kinerja yang baik atau tinggidari aparatur sulit bagi suatu organisasi

    dalam proses penca-paian tujuannya. Agar

    aparatur pemerintah daerah mampu

    menunjukkan kinerja optimal sekaligus

    menepis kesan negatif tentang aparatur

    pemerintah selama ini, maka kemampuan

    aparatur perlu senantiasa ditingkatkan

    terutama dalam menyelenggarakan

    pemerintahan dan pelaksanaan

    pembangunan.

    KPPT mempunyai jumlah aparatur

    sebanyak 33 yang sesuai dengan tugas dan

    fungsinya dan menurut kewenangannya.

    Jumlah apartur KPPT Kota Cimahi yang

    khusus berada dibidang SIUP hanya berjum-

    lah 3 (tiga) aparatur yang mempunyai peran

    sebagai penerima berkas dari pelaku UMKM

    yang mengajukan perizinan SIUP saat

    berada diloket 2 dan 2 (dua) orang sebagai

    pengingput data dari loket 2 yang selanjut-

    nya diproses lebih lanjut hingga sampai

    kepada kepala kantor KPPT kota Cimahi.

    Sejalan dengan hasil wawancara

    Kepala Seksi Pelayanan, jumlah aparatur

    KPPT Kota Cimahi yang ada saat ini dapat

    untuk melayani pelaku UMKM dan pemohon

    perizinan yang lainnya, namun aparaturyang menangi bagian tentang perizinan

    SIUP mengalami kendala saat harus men-

    sosialisasikan Perda SIUP. Aparatur yang

    khusus menangani bagian SIUP terutama

    untuk bagian loket dan lapangan juga san-

    gat minim. Loket perizinan SIUP yang disatu-

    kan dengan perizinan yang lainnya mem-

    buat aparatur yang menjaganya tidak maksi-

    mal dalam pemaham mengenai SIUP. Per-

    lunya aparatur untuk tim lapangan dan

    aparatur yang bertugas mensosialisasikan

    tentang Perda SIUP bertujuan agar perizinan

    tenang SIUP dapat dijelaskan secara lang-

    sung kepada pelaku UMKM tanpa perlu

    datang langsung.

    Pelatihan dan diklat diperlukan oleh

    aparatur KPPT Kota Cimahi guna adalah

    meningkatkan pengetahuan, ketrampilan

    dan sikap agar dapat melaksanakan tugas

    pekerjaan, baik yang bersifat umum pemer-

    intahan maupun pembangunan, yang berori-

    entasi pada pelayanan, pengayoman, dan

    pengembangan partisipasi masyarakat. Pe-latihan dan diklat yang dilakukan oleh KPPT

    Kota cimahi dilakukan terakhir kali pada

    tahun 2010 yang artinya belum ada perbai-

    kan lebih lanjut lagi setelah masa pelatihan

    tahun 2010. Kemampuan seorang aparatur

    dalam melayani masyarakat sangat ditentu-

    kan oleh pendidikan terakhir yang dimiliki

    oleh aparatur tersebut. Seperti yang tertera

    dalam tabel diatas pendidikan terakhir

    aparatur KPPT telah menyelesaikan strata

    satu yang harus memiliki tingkat kecakapan

    yang sesuai dengan pendidikan terkahirnya.

    Sejalan dengan hasil wawancara den-

    gan masyarakat mengenai aparatur atau

    staff yang menangani Perda SIUP, pelaku

    UMKM atau pemohon tidak mengalami ken-

    dala karena penjelasan yang diberikan oleh

    bagian informasi dapat ditanggkap dengan

    baik walaupun dengan jumlah aparatur yang

    minim proses pelayanan dilakukan secara

    maksimal oleh aparatur KPPT Kota Cimahi

    tentang Perda SIUP dalam perkembangan

    UMKM di Kota CImahi. Kekurangan yang

    paling sering dirasakan oleh pemohon periz-

    inan adalah minimnya jumlah aparatur yang

    menjaga loket perizinan SIUP kerana saat

    loket 2 mengalami kelonjakan pemohonperizinan maka terjadi antrean yang di-

    karenakan hanya ada 3 aparatur KPPT yang

    menjaga loket tersebut dan yang men-

    yerahkan berkas pengajuan perizinan bukan

    hanya pemohon SIUP tapi perizinan lainnya

    juga.

    Kedua informasi. Informasi

    merupakan sumberdaya yang sangat

    penting dalam proses kebijkana

    dikerenakan informasi dijadikan sebagai

    suatu isi dari kebijakan tersebut. Informasi

    yang relevan dan akurat dapat

    mengakibatkan keberlangsungan suatu

    kebijakan berjalan dengan efektif dan tepat

    sasaran. Kesimpangsiuaran informasi yang

    diperoleh dari sumber informasi

    menyebabkan kesalahan fatal saat

    penyampain berita. Informasi memiliki

    kendali yang sangat besar dalam proses

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    12/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    68H a l a m a n

    pengimplementasian kebijakan Perda SIUP

    dalam perkembangan UMKM di Kota Cimahi

    karena suatu informasi yang sudah tersebar

    luas kepada pelaku UMKM dan khalayakramai maka diperlukan waktu yang cukup

    lama untuk mengembalikan informasi itu

    sesuai dengan kenyataannya dan tidak

    mengada-ada.

    Sebagimana hasil wawancara dengan

    aparatur KPPT Kota Cimahi mengenai infor-

    masi tentang SIUP dalam perkembangan

    UMKM menghadapi kendala, hal ini dilihat

    dari penyampaian informasi yang masih

    sebatas selebaran tentang persyaratan SIUP

    bukan tentang pendalaman mengenai SIUP.

    Ketidakadaan buku panduan yang dapat

    mempermudah pengenalan Perda SIUP

    kepada pelaku UMKM menjadi pekerjaan

    rumah KPPT Kota Cimahi selaku penang-

    gungjawab pelaksana kebijakan Perda SIUP.

    Selebaran yang dibagikan secara gratis

    kepada pelaku UMKM tidak menjamin telah

    pahamnya pelaku UMKM untuk mengurus

    perizinan Perda SIUP.

    Ketidakaadaannya sarana pemberi

    informasi menjadi kendala baru jika hari

    libur kerja aparatur KPPT Kota Cimahi se-

    hingga pelaku UMKM harus menunggu hari

    masuk kerja dan situasi ini membuang-

    buang waktu pelaku UMKM karena mereka

    harus menunggu lebih lama lagi. Saranainformasi yang sudah ada hanya sebatas

    selebaran dan website selaku penunjang

    keberadaan Perda SIUP.

    Faktor-faktor yang menentukannya

    informasi tepat sasaran ada 5, yaitu:

    akutrat, tepat waktu, relevan, dan lengkap.

    Adanya faktor yang menentukan informasi

    menjadi acuan dalam penyampian informasi

    yang tepat kepada pemohon SIUP di Kota

    Cimahi. Dari kelima faktor yang mempenga-

    ruhi jalannya informasi SIUP kepada pelaku

    UMKM faktor keakuratan. Akurat bukan

    hanya tentang isi dari informasinya saja

    tetapi siapa yang menerima informasi terse-

    but. Pelaku UMKM yang tidak memiliki IMB

    banyak yang memasukan berkasnya agar

    memperoleh izin SIUP, hal ini bisa diartikan

    bahwa kurangnya informasi yang akurat dari

    aparatur KPPT Kota Cimahi bagian infor-

    masi dan bagian staff loket 2 tenang perizi-

    nan SIUP.

    Kendala yang sering terjadi saat pem-

    berian informasi kepada masyarakat adalahketidakpahaman masyarakat tentang perizi-

    nan SIUP itu sendiri dan bagaimana cara

    untuk mengurus perizinannya. Masyarakat

    yang tidak mengerti tentang SIUP mendapat

    penjalasan mengenai tujuan dari diben-

    tuknya SIUP dan keuntungan memiliki SIUP

    sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 27

    Seri C Tahun 2003. Informasi yang diberi-

    kan oleh aparatur KPPT kepada masyarakat

    dalam pemahaman tentang SIUP dilakukan

    secara bertahap agar pelaku UMKM mema-

    hami apa yang disampaikan oleh aparatur

    KPPT Kota Cimahi.

    Ketiga Authority atau kewenagan.

    kewenangan yang ada dalam organisasi

    menjadikan organisasi yang dimiliki oleh

    seseorang atau pimpinan menjadikan or-

    ganisasi itu mudah untuk diarahkan dan

    diatur sesuai dengan tujuan bersama.

    Kewenangan dalam suatu organisasi menja-

    min adanya perlindungan baik secara hu-

    kum ataupun perlindungan secara moril

    yang diberikan oleh pemimpin kepada

    bawahannya. Sikap perlindungan yang dit-

    erapkan dapat berupa teguran ataupun re-

    ward kepada anggotanya.

    Wewenang merupakan syaraf yangberfungsi sebagi penggerak daripada

    kegiatan yang-kegiatan. Wewenang yang

    ada pada diri seseorang yang bersifat for-

    mal harus didukung pula dengan wewenang

    yang bersifat informal untuk mendapatakan

    kerjasama yang baik dengan bawahannya.

    Wewenang formal dilakukan sesuai dengan

    apa yang semestinya pemimpin lakukan

    dalam mengerjakan dan mengatur bawa-

    hannya sesuai dengan yang tercantum

    dalam peraturan tertulis, sedangkan wewe-

    nang informal adalah kewenangan menga-

    tur bawahannya sesuai dengan apa yang

    pemimpin terapkan dalam organisisasi

    tersebut agar tujuan organisasi tercapai.

    Disamping itu wewenang juga tergan-

    tung pada kemampuan ilmu pengetahuan,

    pengalamanan dan kepemimipnan. Wewe-

    nang berfungsi untuk menjalankan kegiatan

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    13/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    69H a l a m a n

    -kegiatan yang ada didalam organisasi.

    Wewenang juga dapat diartikan sebagai hak

    untuk melakukan sesuatu atau memerintah

    orang lain untuk melakukan atau tidak me-lakukan sesuatu agar tujuan organisasi ter-

    capai.

    Kewenangan merupakan otoritas

    atau legitimasi bagi para pelaksana dalam

    melaksanakan kebijakan yang ditetapkan.

    Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan

    para pelaksana tidak terlegitimasi sehingga

    dapat mengagalkan proses pelaksanaan itu

    sendiri. Tetapi, dalam konteks yang lain,

    ketika wewenang formal tersebut ada, maka

    sering terjadi kesalahan dalam melihat

    efektivitas kewenangan. Di satu pihak,

    efektivitas kewenangan diperlukan dalam

    pelaksanaan implementasi kebijakan.

    Tetapi disisi lain, efektivitas telah menyurut

    manakala wewenang diselewengkan oleh

    para pelaksana demi kepentingannya

    sendiri atau demi kepentingan kelompo-

    knya.

    Seperti hasil wawancara dengan

    aparatur KPPT Kota Cimahi, wewenang yang

    paling absah untuk mengeluarkan atau

    tidaknya perizinan SIUP di pegang oleh

    kepala kantor selaku bawahan dari walikota

    yang memiliki wewenang sebagai pengarah

    kebijakan SIUP sebagaimana yang tertulis

    didalam Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun2003 Seri C. Izin yang dilampirkan oleh

    pelaku UMKM ditujukan kepada Walikota

    Kota Cimahi sebagai pembuat kebijakan

    Perada SIUP. Adanya kepala pemerintahan

    Kota Cimahi yaitu Walikota Kota Cimahi

    dalam proses pembuatan kebijakan

    menujukan masih pentingnya surat izin

    usaha dagang yang bertujuan untuk

    mengatur iklim perdagangan di Kota Cimahi

    agar terciptanya rasa nyaman, tertib,

    terbuka dan jujur.

    Namun dalam proses pembuatan

    perizinannya Walikota Kota Cimahi hanya

    masuk ditembusan surat karena wewenang

    tentang perda SIUP sudah dilimpahkan

    kepada KPPT yang menaungi Perda SIUP

    yang dalam hal ini merangkap jabatannya

    sebagai Pembina dan pengawas dalam

    pelaksanaan Perda SIUP yang kesemua

    sudah diatur dalam sruktural birokrasi KPPT

    Kota Cimahi yang jika dilanggar maka

    mendapatkan sanksi berupa teguran

    ataupun dikeluarkannya surat keputusan.Keempat fasilitas. Fasilitas diperlukan

    guna menunjang performa suatu instansi

    yang didukung oleh fasilitas seperti sarana

    dan prasarana guna pelayanan yang maksi-

    mal kepada masyarakat. Dukungan fasilitas

    yang memadai dapat berakibat pada pelaya-

    nan yang diberikan dan kepuasan baik itu

    kepuasan secara pelayanan maupun kepua-

    san untuk organisasi yang terkait.

    Fasilitas yang diperlukan untuk me-

    laksanakan kebijakan/program harus terpe-

    nuhi seperti kantor, peralatan, serta dana

    yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil

    program dapat berjalan. Fasilitas fisik atau

    fasilitas yang dapat dirasakan secara

    langsung keberadaannya dapat menjadi

    pemicu pelaksanaan kebijakan dengan

    tepat dan efesien. Dukungan fasilitas fisik

    inilah yang masih dilihat oleh masyarakat.

    Fasilitas sumber daya aparatur yang sangat

    memadai terasa timpang dengan bangunan

    fisik yang tidak layak.

    KPPT selaku badan pemerintahan

    yang bergerak dibidang pelayanan perizinan

    mempunyai struktur bangunan yang

    memadai, hanya saja terlalu kecil untuk

    dijadikan sebagai tempat pelayanan.Fasilitas KPPT dalam melayani

    masyarakatnya dilakukan sesuai jam kerja

    pegawai negari sipil pada umumnya yang

    dapat melayani semua pelayanan yang

    ditujuakan kepada KPPT.

    Loket 2 sebagai loket unttuk

    memasukan berkas pembuatan perizinan

    SIUP memliki kelengkapan sebagai loket

    yang melayani pemohon SIUP dikarenakan

    mempunyai 1 set komputer sebagai

    penunjang pemasukan data yang kemudian

    diteruskan kepetugas bagian input data

    yang lebih lanjutnya.

    Bukan hanya fasilitas fisik saja yang

    menjadi fokus perhatian dari implementasi

    kebijakan, namun juga fasilitas penunjang

    lainnya yang disediakan di KPPT sebagai

    sarana pelayanan kepada masyarakat

    mengenai perizinan. Saran seperti

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    14/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    70H a l a m a n

    pembuatan IMB gratis dan HO gratis

    menjadi masalah yang harus dirembukan

    kembali karena pelaku UMKM terhambat

    pada kelengkapan yang sama yaitu, tidakmempunyai IMB yang sesuai dengan

    fungsinya.

    Sebagaimana yang dijelaskan oleh

    Kepala Seksi Pelayanan, fasilitas yang

    diberikan dalam perizinan SIUP yang dibu-

    tuhkan oleh pelaku UMKM hanya sebatas

    fasilitas gambar konstruksi yang memang

    sangat diperlukan dalam pembuatan SIUP

    terutama dalam pembuatan IMB. Gambar

    konstruksi difasilitasi secara gratis oleh pi-

    hak KPPT Kota Cimahi dikarenakan tidak

    semua pelaku UMKM dapat mengkonstruk-

    sikan atau mengvisualkan keadaan ruangan

    yang menjadi tempat usaha dagangnya.

    Fasilitas ini diberikan untuk mempermudah

    persayaratan yang lainnya sehingga mem-

    percepat penanganan pembuatan SIUP.

    Sesuai dengan penjabaran diatas

    Resources Implementasi Kebjikan Perda

    SIUP dapat dikatakan kurang baik karena

    Aparatur atau Staffing di KPPT Kota Cimahi

    untuk melayani Perda SIUP masih minim,

    hanya ada 3 (tiga) aparatur yang berada

    diloket 2 dan tidak adanya aparatur lapan-

    gan untuk mensosialisasikan Perda SIUP.

    Pemanfaatan fasilitas kantor yang tidak

    maksimal dikarenakan masih banyaknyasarana yang tidak dimanfaatkan yaitu kecil-

    nya loket 2 yang menjadi tempat men-

    yerahkan berkas perizinan SIUP, dengan

    demikian bahwa fasilitas Perda SIUP dalam

    perkemabangan UMKM di Kota Cimahi da-

    pat dikatakan cukup baik. Informasi tentang

    Perda SIUP yang langsung dari KPPT Kota

    Cimahi menjadi sumber dari segala infor-

    masi tentang Perda SIUP menandakan ma-

    sih kurang efektifnya informasi yang dilaku-

    kan untuk melayani Pelaku UMKM. Sumber-

    daya wewenang didapat untuk mengatur

    kebijakan yang sudah ada agar tidak dis-

    alah gunkan oleh Pelaku UMKM dan wewe-

    nang yang ada di KPPT Kota Cimahi dalam

    Perda SIUP sudah berjalan dengan baik

    karena sesuai dengan peraturan yang men-

    gatur tentang Perda SIUP.

    Berdasarkan pemaparan diatas ten-

    tang Resources Pelaksanaan Kebijakan

    Perda SIUP dalam Perkembangan UMKM di

    Kota Cimahi dikatakan kurang baik karena

    Aparatur atau Staffing di KPPT Kota Cimahiuntuk melayani Perda SIUP masih minim,

    hanya ada 3 (tiga) aparatur yang berada

    diloket 2 dan tidak adanya aparatur lapan-

    gan untuk mensosialisasikan Perda SIUP.

    Pemanfaatan fasilitas kantor yang tidak

    maksimal dikarenakan masih banyaknya

    sarana yang tidak dimanfaatkan yaitu kecil-

    nya loket 2 yang menjadi tempat men-

    yerahkan berkas perizinan SIUP. Informasi

    tentang Perda SIUP yang langsung dari

    KPPT Kota Cimahi menjadi sumber dari

    segala informasi tentang Perda SIUP

    menandakan masih kurang efektifnya infor-

    masi yang dilakukan untuk melayani Pelaku

    UMKM. Sumberdaya wewenang didapat

    untuk mengatur kebijakan yang sudah ada

    agar tidak disalah gunkan oleh Pelaku

    UMKM sehingga wewenang yang ada di

    KPPT Kota Cimahi dalam Perda SIUP sudah

    berjalan dengan baik karena sesuai dengan

    peraturan yang mengatur tentang Perda

    SIUP.

    Disposisi pelaksanaan Kebijakan PerdaSIUP dalam Perkembangan UMKM di KotaCimahiFaktor yang mempengaruhi keber-

    hasilan implementasi kebijakan adalah si-

    kap implementor atau aparatur. Jika apara-

    tur setuju dengan bagian-bagian isi dari ke-

    bijakan yang telah di jalankan maka apara-

    tur dapat melaksanakan dengan senang

    hati tetapi jika pandangan mereka berbeda

    dengan pembuat kebijakan maka proses

    implementasi mengalami banyak masalah

    dan tidak tercapainya program yang telah

    dibuat. Dukungan dari pimpinan sangat

    mempengaruhi pelaksanaan program dapat

    mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

    Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah

    menempatkan kebijakan menjadi prioritas

    program, penempatan pelaksana dengan

    orang-orang yang mendukung program,

    memperhatikan keseimbangan daerah,

    agama, suku, jenis kelamin dan karakter-

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    15/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    71H a l a m a n

    istik demografi yang lain.

    Karakteristik atau sikap pelaksan

    kebijakan dalam melaksanakan kebijakan

    pembuatan SIUP dapat dilihat melaluistruktur birokrasi, norma-norma atau aturan

    dan pola hubungan yang terjadi dalam

    birokrasi. Struktur birokrasi merupakan

    acuan dasar bagi pelaksana kebijakan

    mengenai pembagian tugas dan

    kewenangan yang diembannya. Sruktur bi-

    rokrasi memegang peranan yang penting

    dalam pelaksanaan kebijakan dan melak-

    sanakan dan menciptakan kultur birokrasi

    yang kondusif.

    Karakteristik atau sikap pelaksana

    kebijakan dalam melaksanakan kebijakan

    pembuatan SIUP dapat dilihat melalui

    komitmen, norma-norma atau aturan dan

    pola-pola hubungan yang terjadi dalam

    birokrasi, pelaksanaan telah berjalan efektif

    yang para pelaksananya tidak hanya

    mengetahui apa yang dilakukan tetapi juga

    harus memiliki kemampuan untuk

    melaksanakannya. Disposisi pelaksanaan

    implementasi kebijakan Perda SIUP dalam

    perkembangan UMKM dapat dilihat dari

    pertama pengaruh dari disposisi. Pengaruh

    dari disposisi menimbulkan hambatan-

    hambatan yang nyata terjadi dalam pelak-

    sanaan implementasi kebijakan Perda SIUP

    di Kota Cimahi. Hambatan-hambatan umumdari suatu standar dan tujuan suatu kebija-

    kan ketika para pelaksana khususnya

    aparatur tidak sepenuhnya menyadari dan

    memahami terhadap tujuan umum dari

    suatu standar dan tujuan sautu kebijakan

    diterapkan. Arah pemahaman pelaksana

    terhadap maksud dari suatu standard dan

    tujuan kebijakan merupakan hal penting.

    Pemahaman terhadap standard dan tujuan

    kebijakan merupakan sebuah potensi yang

    besar dalam keberhasilan implementasi

    kebijakan.

    Tingkat komitmen dan kejujuran

    aparatur dalam implementasi kebijakan

    adalah hal terpenting dari pengaruh dis-

    posisi atau kecenderungan-kecendurangan,karena dalam melaksanakan suatu kebija-

    kan dapat mempengaruhi keinginan dan

    kemauan untuk melaksankan suatu kebija-

    kan, keinginan dan kemauan seorang

    aparatur bisa dilihat dari pengetahuan dari

    suatu kebijakan dijalankan, pemahaman

    dan pendalaman suatu kebijakan dan pene-rimanan aparatur dalam kebijakan apakah

    menerima, menolak ataukah netral.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan

    Aparatur bagian informasi dapat dijelaskan

    bahwa, perizinan SIUP telah tepat waktu

    saat pelaku UMKM melengakapi berkas

    yang sudah ditentukan sesuai dengan per-

    syaratannya dan kepala kantor sebagai

    pimpinan tertinggi KPPT Kota Cimahi dan

    juga penanggungjawab dalam perizinan

    SIUP ini berada dikantor karena setelah

    proses pengingputan data dan pelaporan

    dapat diserahkan kepada kepala kantor

    untuk menandatanganinya.

    Kepala kantor sebagai penganggung-

    jawab dari pelakasaan kebijakan SIUP

    hanya dapat diatas namakan jika dalam

    melakukan misi yang berkaitan dengan uru-

    san perizinan, selebihnya pengatasnamaan

    tidak dilakukan. Hal ini menyebabkan pe-

    nundaan pengeluaran SIUP yang semesti-

    nya 5 (lima) hari masa kerja menjadi ter-

    tunda diberikan kepada masyarakat.

    Usaha yang dilakukan oleh aparatur

    KPPT Kota Cimahi untuk menghindari pe-

    nundaan izin SIUP yang sudah masuk

    adalah dengan memangkas proses pengin-putan dan pengolahan data yang dilakukan

    oleh bagiannya masing-masing. Pemangka-

    san proses ini dilakukan jika kepala kantor

    berhalangan hadir maka adanya jeda waktu

    2 (dua) hari untuk menandatangi berkas

    yang sudah ada apabila ada keterlambatan

    waktu izin SIUP maka dihubungi oleh apara-

    tur KPPT Kota Cimahi melalui pesan singkat.

    Keterlambatan yang dialami dalam izin SIUP

    ada hasil dari pengaruh disposisis yang dia-

    lami dalam perizinan SIUP di Kota Cimahi.

    Kedua Incetives.incentives atau men-

    gubah kecenderungan yang ada pelaksana

    melalui manipulasi incitives oleh pembuat

    kebijakan melalui keuntungan-keuntungan

    atau biaya-biaya yang membuat pelaksana

    melaksanakan perintah dengan baik dalam

    implementasi kebijakan Perda SIUP dalam

    perkembangan UMKM di Kota Cimahi.

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    16/20

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    17/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    73H a l a m a n

    dalam melaksanakan kebijakan dan

    memiliki pengaruh besar terhadap

    pelaksanaan kebijakan. Salah satu aspek

    struktur yang penting dari setiap organisasiadalah adanya prosedur operasi yang

    Standard Operating Procedures atau SOP.

    Maksud dari aspek tersebut yaitu suatu

    prosedur standarisasi yang dilakukan oleh

    KPPT Kota Cimahi dalam melayani pelaku

    UMKM. Peran birokrasi sangat penting

    dalam pelaksanaan Perda SIUP, karena me-

    lalui struktur birokrasi yang baik sebagai

    pelaksana kebijakan telah tercapai keberha-

    silan Implementasi Kebijakan Perda SIUP.

    Struktur birokrasi pelaksanaan Perda SIUP

    antara laian: Pertama, Kepala Seksi Pelaya-

    nan yang berfungsi sebagai pembinaa dan

    pengawasan; petunjuk teknis tentang pem-

    beri Perda SIUP; mengkoordinir Pelaksana

    yang berada dibawah naungan kerjanya.

    Kedua, Kepala Seksi Pengolahan Data yang

    berfungsi sebagai pemohon yang sudah

    memasukan persyaratan pada berkas

    pemohon makan dapat dikelola datanya

    melalui bagian ini yang selanjtunya data

    dimasikan atau di enrty atau di input oleh

    bagian Entrylalu diproses menjadi perizinan

    SIUP yang kemudian telah ditanda tangani

    oleh Kepala KPPT.

    Struktur organisasi mencakup ten-

    tang standar operasinal dan juga penye-baran tanggungjawab Perda SIUP untuk

    perkembangan UMKM. Standar operasinal

    yang diterapkan KPPT Kota Cimahi sudah

    mencakup kesemua dari keharusan yang

    dikerjakan oleh aparatur KPPT Kota Cimahi

    dalam melayani masyarakat. Penyerahan

    tanggungjawab dilakukan untuk membantu

    meningkatkan performa KPPT Kota Cimahi

    dalam pelayanan kepada pemohon perizi-

    nan SIUP. Struktur birokrasi ini dilihat dari

    pertama SOP. Pelaksanaan kebijakan Perda

    SIUP membutuhkan standar operasional

    prosedur untuk melaksanakan kegiatan-

    kegiatannya, dalam pelaksanaan kegiatan-

    kegiatan sesuai dengan standar yang

    ditetapkan, agar dalam pelaksanaan imple-

    mentasi kebijakan. Aspek pentingnya bi-

    rokrasi dapat dilihat dari standar opersianl-

    nya yang sudah menerapkan keefesienan

    dan keefektifan dalam pelakansaan Perda

    SIUP.

    Birokrasi sangat menentukan standar

    operasional pada suatu organisasi, birokrasiyang membutuhkan proses yang lama

    yanga memperpanjang standar operasional

    suatu organisasi tersebut. Kantor Pelayanan

    Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Cimahi

    mepunyai prosedurer yang sudah tercantum

    dalam Peraturan yang sudah diterapkan

    dalam Peraturan Pembuatan SIUP.

    Hasil wawancara dengan salah satu

    aparatur KPPT Kota Cimahi proses terlama

    setelah pemasukan data atau entry

    pemohon surat izin SIUP ada pada tim tek-

    nis yang berfungsi menimbang apakah SIUP

    yang diajukan layak diberikan atau tidak.

    Kelengkapan yang sudah dibawa oleh pe-

    laku UMKM ini tidak menjamin diberikannya

    SIUP karena beberapa pertimbangan seperti

    pembuatan SIUP yang sebenarnya tidak

    tepat sasaran. Izin SIUP berlaku lima tahun

    sekali dengan adanya pembaharuan jika

    sudah melebihi masa berlaku, proses

    memperpanjang SIUP tidak sama dengan

    proses pembuatan karena sudah adanya

    data kecuali jika ada perubahan izin usaha

    seperti izin awal adalah izin usaha tentang

    fashion tapi setelah lima tahun mengalami

    pergantian maka telah adanya pengulangan

    data-data yang sudah di input setelahpertama kali pemohon memasukan

    berkasnya kepada aparatur di loket 2.

    Proses perizinan yang lebih mudah

    dapat menunguntungkan pelaku UMKM

    karena dengan kemudahan yang mereka

    terima lebih banyak waktu yang tidak

    terbuang untuk datang langsung ke KPPT

    hanya untuk mengisi formulir dan tentunya

    keakuratan informasi yang disampaikan

    oleh aparatur KPPT.

    Standar operasional ini juga dapat

    memantau perkembangan usaha-usaha

    yang diajukan oleh pemohon. Jika dalam

    pemohonan terjadi penurunan maka bisa

    diartikan bahwa usaha yang dilakukan

    sedang mengalami kemunduran. Izin usaha

    ini hanya berfokus pada ketentuan secara

    normatif yang artinya adanya jaminan

    hukum bagi pembuat namun tidak dengan

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    18/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    74H a l a m a n

    pembinaan lebih lanjut.

    Sektor UMKM mempunyai

    Diskopindagtan sebagai pembina UMKM.

    Usaha masyarakat yang sudah mempunyaiSIUP namun sedang mengalami

    kemunduran maka dapat diarahkan

    kembali oleh dinas yang menaungi

    pemohon, yang memang kaitannya sangat

    dekat dengan Diskopindagtan.

    Kedua Fragmentasi. Fragmentasi

    atau penyebaran tanggung jawab kegiatan

    sangat mempengaruhi Implementasi Kebija-

    kan Perda SIUP dalam perkembangan

    UMKM di Kota Cimahi. Pola hubungan pe-

    laksana kebijakan yang terjadi di dalam ling-

    kungan KPPT berlangsung dengan baik, hal

    tersebut terwujud melalui pola kinerja

    mereka yang saling bekerja sama untuk

    mensukseskan pelaksanaan kebijakan

    Perda SIUP.

    Penyebaran tanggung jawab

    dilingkungan KPPT dilakukan secara

    struktural yang artinya bahwa jabatan yang

    paling tinggi mempunyai kewengan untuk

    mengatur bawahannya secara langsung.

    Pelaksana kebijakan dalam menjalankan

    tugasnya saling membantu dan

    bekerjasama serta berkompetisi dengan

    sehat, hal ini bisa menimbulkan suasan

    lingkungan pekerjaan yang sehat pula

    karena dengan adanya kompetisi yangsehat, pelaksana kebijakan dapat terus

    mencari inovasi-inovasi guna meningkatkan

    pelayanan Perda SIUP terhadap pelaku

    Usaha Mikro.

    Kerjasama dan saling membantu

    antara aparatur KPPT sangat menunjang

    efektif atau tidaknya Perda SIUP dalam

    perkembangan UMKM dikarenakan

    kejelasan dalam struktur oraganisasi KPPT

    hanya sebatas struktural. Setiap aparatur di

    KPPT diharuskan memahami tentang apa

    yang menjadi kajian pokok pekerjaan

    mereka yaitu tentang perizinan.

    Pengetahuan tentang kajian pokok

    perkerjaan mereka dapat meringkan tugas

    dari aparatur yang kurang memahi kajian

    tentang perizinan.

    Menurut hasil wawancara dengan

    Aparatur bagian informasi KKPT Kota

    Cimahi menyebutkan bahwa penyebaran

    tanggungjawab pekerjaaan itu dilain sisi

    menguntungkan dan dilain sisi merugikan.

    Keuntuntngan didapat dari penyebarantanggungjawab adalah aparatur KKPT dapat

    dengan mudah menjelaskan kepada pelaku

    UMKM saat ditanya mengenai Perda SIUP

    dan mencitrakan kesan yang positif

    dimasyarakat. Kerugian dari penyebaran

    tanggungjawab ini adalah memungkinkan

    adanya penyerahan tanggungjawab yang

    memang menjadi tanggungan tiap-tiap

    bagian.

    Tanggungjawab yang diberikan

    kepada aparatur yang berwenang dalam

    melayani pemohon SIUP dari pelaku UMKM.

    Pemohon yang membawa persyaratan

    tentang perizinan SIUP diloket 2 yang

    diterima oleh Staff Pelaksana yang nantinya

    dilanjutkan kepada Kepala Seksi Pelayanan

    untuk kemudian ditembuskan kepada

    Kepala Pengolahan Dan Pelaporan. Data-

    data pemohon telah diproses yang pada

    Bagian aparatur Input data atau entry

    memasukan data kedalam komputer dan

    proses terakhir adalah penyerahan data

    yang sudah diolah kepada Kepala kantor.

    Proses penyerahan tanggungjawab ini

    sudah menjadi proses baku dalam

    pembuatan semua perizinan. Hasil dari

    proses ini adalah terlihatnya proses hierarkiatau tatanan pengajuan Perda SIUP.

    Maka sebagaimana pemaparan

    mengenai Buraucratic Sructure KPPT Kota

    Cimahi diatas dapat dikatan terlaksanan

    dengan baik hal ini terlihat dari operasianal

    KPPT Kota Cimahi dalam pelayanan yang

    diberikan kepada Pelaku UMKM sudah baik

    kerena sesuai dengan prosedur yang sudah

    ditetapkan oleh KKPT Cimahi sendiri.

    Penyerahan tanggungjawab dapat

    dikatakan sudah baik karena baik dari

    aparatur KPPT maupun pelaku UMKM

    mengetahui proses perizinan SIUP

    dilakukan sesuai dengan sistematis. Kejela-

    san tentang pembagian tugas diperlukan

    guna pelayanan yang dilakukan oleh apara-

    tur KPPT Kota Cimahi berjalan sesuai den-

    gan ketentuan yang berlaku.

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    19/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    75H a l a m a n

    KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dapat disim-

    pulkan bahwa :1. KomunikasiAparatur KPPT Kota Cimahi

    dengan pelaku UMKM belum berjalan

    efektif, ini dilihat dari kurangnya

    sosialisasi kepada pelaku UMKM.

    2. Sumber daya pelaksana kebijakan

    Perda SIUP dalam perkembangan

    UMKM di Kota Cimahi belum tersedia

    secara maksimal, dilihat dari minimnya

    jumlah aparatur dan pemanfaatan

    sarana yang tidak maksimal.

    3. Disposisi pelaksanaan Kebijakan Perda

    SIUP dalam Perkembangan UMKM di

    Kota Cimahitelah berjalan dengan baik,

    ini dilihat dari terlaksananya kebijakan

    sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    4. Struktur birokrasi pelaksanaan

    Kebijakan Perda SIUP dalam

    Perkembangan UMKM di Kota Cimahi

    telah berjalan dengan baik, ini dilihat

    dari aparatur yang telah menjalankan

    tugasnya sesuai dengan tugas pokok

    dan fungsi yang tercantum dalam SOP.

    DAFTAR PUSTAKABuku-BukuDunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan

    Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press.

    Edward III, George C. 1980. Implementing

    Public Policy. Washington DC: Con-

    gresional Quarterly Press.

    Hoogerwerf. 1983. Ilmu Pemerintahan. Ja-

    karta: Erlangga

    Islamy, M.Irpan. 1997. Prinsip-Prinsip Peru-

    musan Kebijakan Negara. Jakarta:

    Sinar Grafika.

    Marimbo, Rizal. 2007. 100 Peluang Usaha

    Kecil dan Menengah (UKM) Terda-

    syat. Jakarta: Elex Media Kom-

    putindo

    Nugroho, Rian. 2003. Kebijakan Publik,

    formulasi, Implementasi dan

    evaluasi. Jakarta: Media

    Komputindo.

    Soehartono, Irwan. 2008. Metode Penelitian

    Sosial. Bandung: PT Remaja Rosda-

    karya.

    Sunggono, Bambang. 1994. Hukum danKebijaksanaan Publik. Jakarta: Si-

    nar Grafika.

    Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian

    Sosial:Berbagai Alternatif

    Pendekatan. Jakarta:Prenada

    Media.

    Syafei, Inu Kencana. 1992. Pengantar Ilmu

    Pemerintahan. Bandung: Refika

    Aditama.

    Winarno, Budi. 2002. Teori Dan Proses Ke-

    bijakan Publik. Yogyakarta: Media

    press.

    Tambunan, Tulus. 2009. UMKM Di Indone-

    sia. Bogor: Ghalia Indonesia.

    Tangkilisan, Hessel. 2003. Implementasi

    Kebijakan Publik. Yogya-

    karta:Lukman Offset.

    Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis

    Kebijaksanaan:Dari Formulasi ke

    Implementasi Kebijaksanaan

    Negara. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

    Dokumen-DokumenUndang-Undang Republik Indonesia Nomor

    9 Tahun 2001 Tentang Pembentukan

    Kota CimahiUndang-Undang Republik Indonesia Nomor

    25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

    Publik

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

    20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

    Kecil Menengah

    Peraturan Perundang-undangan Nomor 22

    Tahun 1999 Tentang Pemerintahan

    Daerah

    Peraturan Perundang-undangan Nomor 1

    Tahun 2003 Tentang Kewenangan

    Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom

    Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 2

    Tahun 2003 tentang Pembentukan

    dan Susunan Organisasi Perangkat

    Pemerintah Kota Cimahi.

    Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 9

    Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis

    Derah dan Kantor Pelayanan

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani

    http://www.bukabuku.com/search/index?searchtype=publisher&searchtext=Elex%20Media%20Komputindohttp://www.bukabuku.com/search/index?searchtype=publisher&searchtext=Elex%20Media%20Komputindohttp://www.belbuk.com/ghalia-indonesia-m-124.html?osCsid=255a290a83198731bcb156757cbf0ee9http://www.belbuk.com/ghalia-indonesia-m-124.html?osCsid=255a290a83198731bcb156757cbf0ee9http://www.bukabuku.com/search/index?searchtype=publisher&searchtext=Elex%20Media%20Komputindohttp://www.bukabuku.com/search/index?searchtype=publisher&searchtext=Elex%20Media%20Komputindo
  • 7/22/2019 05-miu-11-1-nia

    20/20

    Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

    76H a l a m a n

    Perizinan Terpadu Kota Cimahi

    Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 27

    Tahun 2003 seri C tentang Ijin Usaha

    Bidang PerdaganganKeputusan Menteri Perdagangan Republik

    Indonesia Nomor Tahun 2009 46/M-

    Dag / Per/9/2009 Surat Izin Usha

    Perdagangan SIUP)

    Nia Karniawati dan Yuni Dwi Indriyani