Post on 23-Apr-2023
PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH
DI UNIT PERCETAKAN BPPT THAMRIN JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNIK
Program Studi TEKNIK LINGKUNGAN
Oleh :
NAMA : FAJAR BAGOES RIANTO
NIM : 190270011
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
JAKARTA
2021
ii
NET PRODUCTION STRATEGY DESIGN
AT THE BPPT THAMRIN PRINTING UNIT, JAKARTA
THESIS PROPOSAL
Submitted as One of the Requirements for Obtaining a Degree
BACHELOR OF ENGINEERING
ENVIRONMENTAL ENGINEERING Study Program
By:
NAMA : FAJAR BAGOES RIANTO
NIM : 190270011
FACULTY OF ENGINEERING
SATYA NEGARA UNIVERSITY OF INDONESIA
JAKARTA
2021
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Fajar Bagoes Rianto
NIM : 190270011
Program Studi : Teknik Lingkungan
Menyatakan bahwa Skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri dan seluruh isi
Skripsi menjadi tanggung jawab saya sendiri. Apabila saya mengutip dari karya
orang lain saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Saya bersedia dikenai sanksi pembatalan Skripsi ini apabila terbukti melakukan
tindakan plagiat (penjiplakan).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, Agustus 2021
Fajar Bagoes Rianto
iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Fajar Bagoes Rianto
NIM : 190270011
Jurusan : Teknik Lingkungan
Judul Skripsi
: Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit
Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.
Tanggal Sidang Skripsi :
Jakarta, Agustus 2021
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Ir. Nurhayati, M.Si) (Dr. Deni Kurniawan)
Dekan Ketua Program Studi
(Ir. Nurhayati, M.Si) (Ir. Nurhayati, M.Si)
v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH
DI UNIT PERCETAKAN BPPT THAMRIN JAKARTA
Oleh:
NAMA : FAJAR BAGOES RIANTO
NIM : 190270011
Telah dipertahankan didepan Penguji pada tanggal 13 Agustus 2021
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Ketua Penguji / Pembimbing I Ketua Penguji / Pembimbing II
(Ir. Nurhayati, M.Si) (Dr. Deni Kurniawan)
Anggota Penguji Anggota Penguji
(Dr. Yusriani Sapta Dewi, M.Si) (Drs. Charles Sitomorang, M.Si)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan gambaran Perancangan
Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Populasi dan sampel penelitian terdiri
dari enam responden. Teknik analisis data terdiri dari tahapan (a) penilaian
penerapan produksi bersih (daftar periksa produksi bersih); (b) penentuan penyebab
masalah limbah lingkungan (fishbone diagram); (c) penentuan akar penyebab
masalah limbah lingkungan dengan metode 5W1H yaitu What, Where, Who, When,
Why, dan How; (d) penentuan alternatif solusi yang dapat diterapkan; (e) Pemilihan
alternatif solusi penerapan produksi bersih dengan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP). Hasil penelitian menunjukan bahwa alternatif solusi yang terpilih
dalam penerapan produksi bersih pada Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta
dengan menggunakan metode AHP yaitu memberikan pegawai dengan
pengetahuan, pelatihan pengolahan limbah. Alternatif solusi hasil penelitian
menggunakan kriteria terdiri dari teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Kata kunci: Perancangan, strategi, produksi bersih, percetakan
vii
ABSTRACT
This study aims to identify and provide an overview of the Clean Production
Strategy Design at the Printing Unit of BPPT Thamrin Jakarta. The research
method used is qualitative. The population and research sample consisted of six
respondents. The data analysis technique consists of stages (a) assessment of the
application of clean production (clean production checklist); (b) determining the
causes of environmental waste problems (fishbone diagram); (c) determining the
root causes of environmental waste problems using the 5W1H method, namely
What, Where, Who, When, Why, and How; (d) determination of alternative
solutions that can be applied; (e) Selection of alternative solutions for
implementing clean production using the Analytical Hierarchy Process (AHP)
method. The results showed that the chosen alternative solution in the
implementation of clean production at the Printing Unit of BPPT Thamrin Jakarta
was using the AHP method, namely providing employees with knowledge, waste
management training. Alternative solutions resulting from research using criteria
consisting of technical, economical, and environmental.
Keywords: Design, strategy, clean production, printing
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya yang
dilimpahakan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta”
sebagai syarat untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Satya Negara Indonesia
(USNI) Jakarta.
Penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi, namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupu spiritual. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ir. Nurhayati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, Dekan dan Ketua Jurusan
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Satya Negara Indonesia.
2. Dr. Deni Kurniawan, selaku Dosen Pembimbing II.
3. Para Dosen Penguji yang telah memberikan masukkan dan saran, serta
perbaikan.
4. Kedua orang tua yang tercinta.
5. Keluarga Besar Biro Umum, Unit Percetakan dan Kendaraan BPPT.
6. Teman dekatku yang selalu memberikan motivasi.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk mendorong penelitian penelitian
selanjutnya.
Jakarta, Agustus 2021
Fajar Bagoes Rianto
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL JUDUL ……………………………………………………… i
COVER …………………………………………………………………. ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ……………………….. iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………… iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ……………………………...... v
ABSTRAK ……………………………………………………………… vi
ABSTRACT ……………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………........ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………......... 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………… 4
1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………………… 4
1.4 Rumusan Penelitian …………………………………………………. 5
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 5
1.6 Manfaat Penelitian …………………………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perancangan Strategi ………………………………………………... 6
2.1.1 Pengertian Perancangan ……………………………………….. 6
2.1.2 Pengertian Startegi ……………………………………………. 7
2.2 Produksi Bersih ……………………………………………………... 10
2.2.1 Pengertian Produksi Bersih …………………………………… 10
2.2.2 Prinsip Produksi Bersih ……………………………………….. 14
x
2.2.3 Perangkat Produksi Bersih …………………………………….. 17
2.3 Percetakan Unit Kerja BPPT Thamrin Jakarta ……………………… 19
2.4 Hasil Penelitian Relevan …………………………………………….. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………...... 26
3.1.1 Waktu Penelitian ………………………………………………. 26
3.1.2 Tempat Penelitian ……………………………………………... 26
3.2 Metode Penelitian …………………………………………………… 26
3.2.1 Tahapan Penelitian ……………………………………………. 26
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ………………………… 27
3.3 Teknik Analisis Data ………………………………………………... 28
3.3.1 Penilaian Penerapan Produksi Bersih …………………………. 28
3.3.2 Penentuan Penyebab Masalah Limbah Lingkungan …………... 29
3.3.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah Lingkungan …….. 29
3.3.4 Penentuan Alternatif Solusi …………………………………… 30
3.3.5 Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih ………………….. 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian …………………………………………………….... 32
4.1.1 Hasil wawancara responden mengenai permasalahan yang
dialami pada Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta ………. 32
4.1.2 Hasil wawancara responden mengenai dimana permasalahan
terjadi ………………………………………………………… 35
4.1.3 Hasil wawancara responden mengenai siapa yang bertanggung
jawab terhadap permasalahan ………………………………... 36
4.1.4 Hasil wawancara responden mengenai kapan permasalahan ini
biasanya terjadi ………………………………………………. 37
4.1.5 Hasil wawancara responden mengenai mengapa permasalahan
tersebut dapat terjadi dan penyebab masalahnya apa ………… 39
xi
4.1.6 Hasil wawancara responden mengenai bagaimana mengatasi
permasalahan tersebut atau solusi dari permasalahan ……….. 40
4.2 Penilaian Penerapan Produksi Bersih ……………………………….. 42
4.3 Penentuan Penyebab Masalah Limbah Lingkungan…………………. 44
4.4 Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah Lingkungan …………... 47
4.5 Penentuan Alternatif Solusi ……………...………………………….. 50
4.6 Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih ……………...……..….. 51
4.7 Perencanaan Strategi Produksi Bersih Unit Percetakan BPPT ……… 54
4.7.1 Aset Mesin Baru……………………………………….………. 54
4.7.2 Rencana Tata Letak…………………...……………….………. 59
4.7.3 Pelatihan SDM Terkait dengan Bidang Pekerjaan…………….. 69
4.7.4 Penambahan Fasilitas dan Alat Bantu ………………………… 70
4.7.5 Persyaratan Sistem Penghawaan ……………………………… 70
4.7.6 Persyaratan Sistem Pencahayaan …………………………….... 72
4.7.7 Gambaran Umum Ruangan Percetakan BPPT ………………... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………...... 77
5.2 Saran ………………………………………………………………… 77
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...... 78
LAMPIRAN ……………………………………………………………. 82
CURRICULUM VITAE ………………………………………………... 123
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Produksi Bersih …………… 14
Gambar 2.2 Teknik-Teknik Produksi Bersih ………………………….. 16
Gambar 2.3 Mesin Cetak SORD Heidelberg ………………………….. 22
Gambar 2.4 Mesin Cetak GTO Heidelberg …………………………… 22
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ……………………………………….. 27
Gambar 4.1 Pelaksanaan Wawancara dan Kuesioner Responden
Penelitian ………………………………………………….
44
Gambar 4.2 Pelaksanaan Diskusi Responden Penelitian ……………… 45
Gambar 4.3 Fishbone Diagram ………………………………………. 46
Gambar 4.4 Struktur Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
dengan Bobot Kriteria dan Bobot Alternatif ……………...
54
Gambar 4.5 Mesin cetak offset model Heidelberg SM 52-4+L Anicolor 55
Gambar 4.6 Mesin potong High-speed cutter POLAR N 115 ………… 56
Gambar 4.7 Mesin pelat CTP model Heidelberg Suprasetter A106/106 57
Gambar 4.8 Mesin digital printing model Digital printing konica
minolta 6501 A3 Plus ……………………………………. 58
Gambar 4.9 Denah Rencana Tata Letak di Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta (Sesudah) …………………………………………
59
Gambar 4.10 Denah Tata Letak di Percetakan BPPT Thamrin Jakarta
(Sebelum) …………………………………………………
60
Gambar 4.11 Area ruang percetakan (Sebelum) ……………………….. 61
Gambar 4.12 Area ruang percetakan (Sesudah) ………………………... 61
Gambar 4.13 Area pra cetak (Sebelum) ………………………………… 62
Gambar 4.14 Area pra cetak (Sesudah) ………………………………… 63
Gambar 4.15 Area cetak (Sebelum) ……………………………………. 63
Gambar 4.16 Area cetak (Sesudah) …………………………………….. 64
xiii
Gambar 4.17 Area pasca cetak (Sebelum) ……………………………… 64
Gambar 4.18 Area pasca cetak (Sesudah) ……………………………… 65
Gambar 4.19 Area barang setengah jadi dan sortir (Sebelum) …………. 65
Gambar 4.20 Area barang setengah jadi dan sortir (Sesudah) …………. 66
Gambar 4.21 Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak
(Sebelum) ………………………………………………… 66
Gambar 4.22 Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak
(Sesudah) …………………………………………………. 67
Gambar 4.23 Area barang jadi dan gudang penyimpanan (Sebelum) ….. 67
Gambar 4.24 Area barang jadi dan gudang penyimpanan (Sesudah) ….. 68
Gambar 4.25 Area tools cabinet (Sebelum) …………………………….. 68
Gambar 4.26 Area tools cabinet (Sesudah) …………………………….. 69
Gambar 4.27 Penambahan Fasilitas Alat Bantu ………………………... 70
Gambar 4.28 Perencanaan sistem penghawaan (Instalasi Tata Udara)
Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta ………………….
71
Gambar 4.29 Perencanaan sistem pencahayaan Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta …………………………………………...
73
Gambar 4.30 Visualisasi Ruang Pracetak, Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta …………………………………………...
74
Gambar 4.31 Visualisasi Ruang Cetak, Unit Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta …………………………………………………….
75
Gambar 4.32 Visualisasi Ruang Finishing, Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta …………………………………………...
76
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Rekapitulasi daftar produksi bersih .......................................... 43
Tabel 4.2 5W1H permasalahan pengguna zat pewarna di percetakan ..... 48
Tabel 4.3 Pengelompokan alternatif solusi dan susulan hasil metode
5W1H …………………………………………………………
50
Tabel 4.4 Bobot dan peringkat pada kriteria teknis, ekonomis, dan
lingkungan …………………………………………………….
52
Tabel 4.5 Bobot alternatif peringkat pada kriteria teknis, ekonomis, dan
lingkungan …………………………………………………….
53
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner dan Wawancara Penelitian …………………… 82
Lampiran 2 Hasil Kuesioner dan Wawancara Responden Penelitian … 103
Lampiran 3 Perhitungan Hasil Kuesioner Penelitian …………………. 117
Lampiran 4 Gambar Perancangan Strategi Produksi Bersih di
Percetakan BPPT Thamrin Jakarta ……………………….
121
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap aktivitas proses produksi selain menghasilkan produk dan jasa juga
menghasilkan limbah. Strategi bersama dalam mengurangi pencemaran lingkungan
dan penggunaan sumber daya merupakan definisi dari produksi bersih. Percetakan
biasanya mengeluarkan limbah lingkungan yang terdiri dari konsumsi energi, air,
dan bahan baku berlebihan; limbah cair dibuang ke sungai; pemakaian zat warna
kimia yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.
UNEP (2003) menyatakan bahwa produksi bersih adalah strategi
pengelolaan lingkungan bersifat preventif dan terpadu, yang diterapkan
berkesinambungan pada proses dan daur hidup produksi, dengan tujuan
mengurangi dampak terhadap manusia dan lingkungan. Jadi produksi bersih
merupakan pengelolaan limbah yang memiliki sifat preventif, terpadu, dan
berkelanjutan guna mengurangi dampaknya padan manusia dan lingkungan.
Kegiatan produksi pada industri mencegah pencemaran sebelum terjadi.
End-of Pipe-Treatment merupakan konsep yang menitik beratkan pada
pembuangan limbah, tetapi belum sepenuhnya memecahkan masalah isu
lingkungan saat ini sehingga pencemaran dan kerusakan lingkungan terus terjadi.
Biaya yang besar menjadi kendala bagi industri skala kecil dan menengah, selain
itu lemahnya penegakkan hukum mengakibatkan semakin parahnya pencemaran
dan perusakan lingkungan saat ini. Kebijakan pemerintah harus dibarengi dengan
sanksi dan penegakan hukum yang adil dan terimplementasi.
2
Limbah lingkungan terdiri dari energi, air dan bahan baku yang dikonsumsi
berlebihan dari yang dibutuhkan. Polutan dan limbah material yang dilepas ke
lingkungan seperti emisi udara, pembuangan air limbah, limbah berbahaya, dan
limbah padat; zat berbahaya yang mempengaruhi kesehatan ////////manusia dan
lingkungan hidup (ILO, 2013). Limbah lingkungan dan polutan serta limbah
material dapat mempengaruhi dan menurunkan kesehatan umat manusia dan
lingkungan hidup sekitarnya.
Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta setelah penulis melakukan
observasi awal menunjukkan bahwa proses pengelolaan produksi belum
dilaksanakan dengan baik. Dibuktikan dengan tingkat pemakaian air dibagian
printing belum terkendali. Proses penyablonan printing menghasilkan sisa zat
warna yang terbuang dan tercecer dilantai produksi, serta tingginya produk defect.
Pembuangan limbah cair langsung ke sungai tanpa adanya pengolahan limbah,
Program instalasi pengolahan air limbah (IPAL) belum optimal, sehingga limbah
cair yang dihasilkan menyebabkan pencemaran sungai.
Penelitian terkait produksi bersih di unit kerja atau industri percetakan oleh
Wardani (2015) yang mengatakan, industri yang menggunakan pewarna buatan
sebesar 61%, sedangkan pewarna alami sebesar 39%. Industri batik printing IKM
Batik Puspa Kencana tergolong pada industri yang menggunakan zat pewarna
buatan.
Kurniawan, et al (2013) mengatakan bahwa pemakaian zat pewarna buatan
di industri batik mengakibatkan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Batik
printing menjadi objek penelitian dengan alasan pemakaian zat pewarna buatan
3
lebih berbahaya dibanding zat pewarna alami. Proses produksi batik printing lebih
cepat dibandingkan proses produksi batik tulis dan batik cap, sehingga limbah yang
dihasilkan lebih banyak.
Kristianto (2004) mengatakan bahwa limbah yang dihasilkan percetakan
harus dikelola dengan baik. Metode AMDAL belum dapat diterapkan untuk
mengelola limbah yang dihasilkan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, dibuat perencanaan dan digunakan untuk
pengambilan keputusan. Dengan demikian, metode AMDAL belum dapat
diterapkan dalam mengelola limbah, harus direncanakan dan digunakan
pengambilan keputusan.
KLH RI (2015) menyatakan bahwa metode PROPER yang dikembangkan
dengan beberapa prinsip dasar. Peserta PROPER bersifat selektif diperuntukan bagi
industri yang menimbulkan dampak besar dan meluas terhadap lingkungan dan
industri peduli dengan citra atau reputasi perusahaan. Jadi metode PROPER
menggunakan prinsip dasar seperti bersifat selektif, menimbulkan dampak meluas
terhadap lingkungan, dan industri peduli dengan reputasi perusahaan.
Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta memerlukan cara mengatasi
masalah limbah, salah satunya melalui strategi perancangan produksi bersih. ILO
(2013) menyatakan bahwa produksi bersih merupakan strategi untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dan secara bersamaan mengurangi konsumsi sumber daya.
Indrasti dan Fauzi (2009) mengatakan keuntungan yang diperoleh industri bila
menerapkan konsep produksi bersih seperti memperbaiki efisiensi, meningkatkan
performasi lingkungan, dan meningkatkan keuntungan kompetitif.
4
Berdasarkan penjelasan dan jurnal di atas, persamaan penelitian pada
produksi bersih. Perbedaan yang di lakukan penulis, mengenai strategi perancangan
produksi bersih, lokasi penelitian, waktu penelitian, dan metode penelitian yang
digunakan. Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Perancangan
Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta”.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah mengenai Perancangan Strategi Produksi Bersih di
Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta diantaranya Unit Percetakan diduga
pengelolaan proses produksi belum maksimal, dibuktikan dengan pemakaian air di
bagian printing kurang dikendalikan. Proses penyablonan printing menghasilkan
sisa zat warna yang terbuang dan tercecer dilantai produksi, serta tingginya produk
defect. Pembuangan limbah cair langsung ke sungai tanpa adanya pengolahan
limbah. Program instalasi pengolahan air limbah (IPAL) belum optimal, sehingga
limbah cair yang dihasilkan menyebabkan pencemaran sungai, perlu pengawasan
operator secara maksimal.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah penelitian agar terfokus mengenai Perancangan
Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.
5
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimana Perancangan Strategi
Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta?.
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan gambaran
Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoretis
a) Diharapkan menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta.
b) Kajian pustaka yang digunakan bagi penelitian selanjutnya mengenai
Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta.
1.6.2 Manfaat Praktis
a) Bagi Pegawai
Memberikan pemahaman dan gambaran mengenai Perancangan
Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.
b) Bagi Penulis
Sebagai salah satu tugas akhir memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lingkungan di Universitas Satya Negara (USNI) Jakarta.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perancangan Strategi
2.1.1 Pengertian Perancangan
Susanto (2004) mengatakan bahwa perancangan merupakan kemampuan
membuat beberapa alternatif pemecahan masalah. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) mendefinisikan perancangan sebagai proses, cara, perbuatan merancang.
Merancang merupakan mengatur segala sesuatu (sebelum bertindak, mengerjakan,
atau melakukan sesuatu); atau merencanakan sesuatu. Proses perencanaan terdiri
dari:
1) Menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang
memerlukan pesan pemasaran strategis.
2) Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang ditunjukan oleh
pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.
3) Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari
organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menyingkirkan
ancaman yang tampak dalam analisis lingkungan eksternal.
4) Menetukan misi, obyektif dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode
prencanaan yang akan datang.
5) Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang
spesifik.
6) Menempatkan system dan struktur organisasi yang perlu dalam fungsi
7
pemasaran agar pelaksanaan startegi yang telah disusun daoat dipatenkan.
7) Menetapkan rincian dan taktik untuk melaksanakan strategi pokok dalam
masa perencanaan, jadwal kegiatan dan tugas tanggung jawab tertentu.
8) Menetapkan patokan mengukur hasil sementara dan hasil akhir program.
9) Melaksanakan program yang direncanakan.
10) Mengatur kinerja dan strategi pokok, rincian taktis, bila diperlukan.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, pengertian strategis perancangan
pada penelitian ini adalah suatu metode atau cara pencapaian tujuan secara efektif
dan efisien dengan respon secara terus menerus terhadap peluang dengan tahapan
menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi; menilai ancaman dan
peluang dari lingkungan; mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial;
menentukan misi, obyektif dan tujuan spesifik pemasaran; merumuskan strategi
pemasaran pokok, menempatkan sistem dan struktur organisasi; menetapkan
rincian dan taktik; menentapkan patokan; melaksanakan program yang telah
direncanakan; mengatur kinerja dan strategi pokok, rincian taktis, atau keduanya
bila diperlukan.
2.1.2 Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan
gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi
mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada
dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi didefinisikan
sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
8
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Marrus, 2002).
Strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-
tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi
menjadi suatu kesatuan yang utuh (Cameron & Quinn, 1999). Strategi
diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian
sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat
bertahan. Strategi baik dapat disusun berdasarkan kemampuan internal dan
kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan
pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.
Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap
peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang
membuat dampak dalam perkembangan sebuah organisasi (Argyris dalam Hutapea,
2017). Sedangkan Siagian (2006) mengatakan bahwa strategi adalah suatu
rangkaian dari keputusan atau tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen
puncak dan diimplementasikan agar organisasi mencapai tujuan.
Strategi merupakan tempat sekumpulan dari keputusan manajerial dan
merupakan aksi pengambilan keputusan jangka panjang disuatu perusahaan.
Diantaranya analisis lingkungan eksternal dan internal, formulasi strategi,
implementasi strategi, evaluasi dan kontrol (Wheelen dan Hunger, 2012). Jadi
strategi merupakan aksi pengambilan keputusan jangka panjang seperti analisis
lingkungan, formulasi, implementasi, evaluasi dan kontrol.
9
Strategi terdiri dari aktivitas yang penuh daya saing serta pendekatan bisnis
untuk mencapai kinerja yang memuaskan atau sesuai target (Thomson, Stickland,
& Gamble (2007). Sedangkan Suryono (2004) mengatakan bahwa strategi
berkaitan dengan tiga macam, yakni tujuan, sasaran, dan cara. Ketiga prinsip harus
dimiliki dalam penerapan strategi yang dijalankan. Jadi strategi merupakan
aktivitas daya saing dan bisnis dalam mencapai kinerja dan sesuai target. Strategi
berkaitan dengan tiga macam, yakni tujuan, sasaran, dan cara.
Strategi merupakan keseluruhan langkah-langkah atau kebijaksanaan
dengan perhitungan yang pasti guna mencapai tujuan mengatasi masalah, didalam
strategi terdapat metode dan teknik (Tjokroadmidjojo, 1982). Jadi dalam strategi
terdapat metode dan teknik dalam menetukan kebijakan. Strategi merupakan
langkah dengan perhitungan dalam mengatasi masalah.
Strategi merupakan bagian proses mencakup sejumlah tahapan berkaitan
dan berurutan membuat strategi yang telah dibentuk, dapat memenuhi tujuan dari
organisasi (Kuncoro, 2006). Strategi merupakan metode atau cara pencapaian
tujuan secara efektif dan efisien dengan respon secara terus menerus terhadap
peluang rangkaian dari keputusan manajerial meliputi analisis lingkungan eksternal
dan internal, formulasi strategi, implementasi strategi, evaluasi dan kontril guna
mengatasi permasalahan dan untuk memenuhi tujuan organisasi. Strategi
mengarahkan organisasi itu ke arah pengurangan biaya, perbaikan kualitas, dan
memperluas pasar.
10
2.2 Produksi Bersih
2.2.1 Pengertian produksi bersih
Produksi bersih merupakan strategi dalam pengelolaan lingkungan yang
dilakukan terpadu dan diterapkan pada keseluruhan siklus produksi pada kawasan
industri. Bertujuan untuk efisiensi penggunaan bahan mentah, energi dan air, hemat
biaya produksi, mengurangi limbah, namun hemat dalam segi pembiayaan produksi
(Ma’ruf, dkk, 2013).
International Labour Organization (ILO) (2013) menyatakan Produksi
Bersih (PB) adalah strategi untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan secara
bersamaan mengurangi konsumsi sumber daya. Fokus utamanya adalah pada proses
dan pengurangan kerugian, sesuai dengan tujuan meminimalkan input (sumber
daya seperti tenaga kerja, bahan, modal, dan energi) sekaligus memaksimalkan
output (produk akhir yang akan dijual untuk meningkatkan pendapatan
perusahaan).
Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih
baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air, mendorong performansi
lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit
limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan (Indrasti &
Fauzi, 2009). Jadi produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih
baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air, mendorong performansi
lingkungan melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi
merupakan tujuan dari produksi bersih.
11
Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif, terpadu dan diterapkan terus menerus di setiap kegiatan, mulai dari hulu
sampai hilir yang terkait prosesn produksi, produksi dan jasa untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan sumber daya alam, mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga dapat
meminimasi risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan
lingkungan (KLH RI, 2015).
Thrane, et al (2009) mengatakan bahwa produksi bersih adalah tindakan
preventif yang terpadu dan terintegrasi yang diaplikasikan dalam proses produksi
dan jasa dalam peningkatan efisiensi dan dampak buruk bagi manusia dan
lingkungan. Jadi produksi bersih lebih ditelkankan pada tindakan preventif yang
terintegrasi dalam peningkatan efisiensi dan dampak manusia dan lingkungan.
Produksi bersih merupakan proses produksi dan jasa yang berusaha mengurangi
dampak negatif bagi manusia dan lingkungan.
Teknologi yang digunakan dalam konsep produksi bersih ini menggunakan
beberapa modifikasi dalam setiap tahapan proses produksi, sehingga mendapatkan
keuntungan dalam hal pengurangan jumlah bahan baku, pengurangan energi, dan
pengurangan limbah yang dihasilkan (Ibrahim, 2004). Produksi bersih
menggunakan teknologi modifikasi dalam tahapan proses produksi. Diharapkan
mendapatkan keuntungan pengurangan bahan baku, energi, dan pengurangan
limbah yang dihasilkan. Perusahaan yang merupakan tempat proses produksi,
sudah pasti menghasilkan limbah dari hasil produksi tiap harinya, konsep produksi
bersih diharapkan mampu mengatasinya.
12
UNEP (2003) beberapa aspek yang terdapat pada kegiatan proses produksi
bersih, meliputi polusi lingkungan, energi, dan isu perubahan iklim. Saat ini,
terfokus pada kegiatan produksi bersih untuk menangani membangun dan
menerapkan produksi bersih untuk problem polusi lingkungan. Produksi bersih
bukan hanya terfokus pada perbaikan teknis, tetapi mencakup pandangan yang
terpadu dan tidak terbatas, terkonsentrasi pada satu aspek masalah. Produksi bersih
menekankan pada upaya mencegah pemborosan dan dan sumber daya yang tidak
diperlukan, menjadi control dan penanggulangan polusi meyeluruh sebagai pilihan
terakhir. Produksi bersih terbagi atas tiga bagian utama, yaitu:
1) Pencegahan dan minimasi, menghindari produksi limbah dan memastikan
penggunaan sumberdaya secara efisien.
2) Pemakaian ulang dan daur ulang, pemulihan bahan dan limbah untuk
penggunaan produktif.
3) Enegi bersih dan efisien, memaksimalkan produktivitas input energy dan
meminimalkan polusi.
Dengan demikian, kata kunci produksi bersih dalam pengelolaan lingkungan
adalah: pencegahan, terpadu, peningkatan efisiensi, minimiasi risiko. Pada proses
industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku,
energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya dan
beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum
meninggalkan proses. Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi
dampak lingkungan selama daur hidup produksi, mulai dari pengambilan bahan
baku sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.
13
Penerapan produksi bersih di industri dinyatakan berhasil, jika ditandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut: (Purwanto, 2005)
a) Pemakaian air berkurang, sehingga industri memiliki kelebihan air.
b) Peningkatan efisiensi energi, sehingga industri memiliki kelebihan daya dan
masih dapat dimanfaatkan.
c) Adanya penanganan limbah industri dimanfaatkan sebagai bahan baku.
d) Adanya penurunan timbulan limbah cair maupun padat, sehingga kapasitas
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan incinerator yang berlebih.
e) Adanya incinerator yaitu tungku pembakaran untuk mengolah limbah
padat, yang mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas, dan
abu, (bottom ash dan fly ash) yang berlebih.
Produksi bersih memiliki tujuan mencegah dan meminimalkan
terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan di seluruh tahapan produksi
(Sari, dkk, 2012). Selain itu, Kunz dan Parson (2009) menyatakan bahwa, tujuan
produksi bersih adalah untuk memenuhi kebutuhan akan produk secara
berkelanjutan dengan menggunakan bahan yang dapat diperbarui, bahan tidak
berbahaya, dan penggunaan energi secara efisien dengan tetap mempertahankan
keanekaragaman. Sistem produksi bersih berjalan dengan pengurangan penggunaan
bahan, air, dan energi. Penerapan produksi bersih pada percetakan merupakan
pengelolaan lingkungan sebagai upaya preventif dan integrasi yang dilaksanakan
secara berkesinambungan terhadap proses dalam produksi.
Adapun definisi dan ruang lingkup produksi bersih dapat dilihat pada
Gambar 2.1 di bawah ini:
14
Gambar 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Produksi Bersih
Sumber: UNIDO (2002) dalam Ma’ruf dkk (2013).
2.2.2 Prinsip produksi bersih
UNEP (1999) menyatakan produksi bersih dalam melakukan pencegahan
dan pengurangan limbah dengan pola pendekatan strategi 1E4R (Elimination,
Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim). KLH (2003) menyatakan prinsip-
prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi
Bersih dituangkan dalam 5 R (Re-think, Re-use, Reduce, Recovery, and Recycle).
Adapun penjelasan dari istilah-istilah tersebut, sebagai berikut:
Produksi Bersih
Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat terpadu dan preventif
Diterapkan dalam produksi dan siklus pelayanan
Produk :
1) Reduksi limbah
dengan
rancangan
lebih baik.
2) Penggunaan
limbah untuk
produksi baru
Proses :
1) Konservasi
bahan baku,
energi dan air.
2) Pengurangan
jumlah dan
tingkat
toksisitas emisi.
3) Evaluasi pilihan
teknologi.
4) Reduksi biaya
dan teknologi
Pelayanan :
Efisiensi
manajemen
lingkungan dalam
rancangan
pengiriman
Dampak :
1) Perbaikan efisiensi
2) Performasi lingkungan lebih baik
3) Peningkatan keuntungan kompetitif
15
1) Elimination atau pencegahan, adalah upaya mencegah timbulan limbah
langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai
produk.
2) Re-think atau berpikir ulang, adalah konsep pemikiran yang harus dimiliki
pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:
a) Perubahan pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga dipahami analisis daur hidup
produk.
b) Upaya produksi bersih tidak berhasil dilaksanakn tanpa adanya
perubahan pola piker, sikap dan tingkah laku dari semua pihak seperti
pemerintah, masyarakat, dan kalangan usaha.
3) Reduce atau pengurangan, adalah upaya menurunkan atau mengurangi
timbulan limbah pada sumbernya.
4) Re-use atau penggunaan kembali, adalah upaya yang memungkinkan suatu
limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisik, kimia, dan biologi.
5) Recycle atau daur ulang, adalah upaya mendaur ulang limbah untuk
memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula
melalui perlakuan fisik, kimia, dan biologi.
6) Recovery/Reclaim atau ambil ulang, adalah upaya mengambil bahan-bahan
yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian
dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisik,
kimia, dan biologi.
16
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas terkait teknik, yang paling penting dan
perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan program produksi bersih adalah
mengurangi penyebab timbulnya limbah. Penjelasan secara rinci terdapat pada
Gambar 2.2 di bawah ini:
Gambar 2.2. Teknik-Teknik Produksi Bersih
Sumber: USAID (1997)
Teknik produksi bersih
Pengurangan sumber pencemar Daur ulang
Penggunaan kembali:
1. Pengambilan ke
proses asal.
2. Penggantian
bahan baku untuk
proses lain.
Pengendalian
sumber
pencemar
Pengambilan
kembali diproses
untuk: 1. Mendapatkan
kembali
bahan asal.
2. Memperoleh
produk
samping.
Penggunaan kembali: 1. Pengambilan ke
proses asal.
2. Penggantian
bahan baku untuk
proses lain.
Mengubah material
input: 1. Pemurnian
material.
2. Penggantian
material produksi.
Mengubah teknologi: 1. Pengubahan
proses. 2. Pengubahan tata
letak, peralatan
atau perpipaan.
Tata cara operasi: 1. Tindakan-tindakan procedural. 2. Pencegahan kehilangan. 3. Pemisahan aliran limbah. 4. Peningkatan penanganan material 5. Penjadwalan produksi.
17
2.2.3 Perangkat produksi bersih
Purwnato (2006) dan GTZ-Pro LH (2007) menyatakan produksi bersih
memiliki perangkat sebagai berikut:
a) Good housekeeping (GHK) atau tata kelola yang baik
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perusahaan atas keinginan
sendiri dalam memberdayakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatur
penggunaan bahan baku, air dan energi secara optimal dan bertujuan
meningkatkan produktivitas kerja dan upaya mencegah pencemaran
lingkungan (KLH, 2003).
Upaya-upaya berkaitan dengan langkah praktis yang segera dilaksanakan
perusahaan. Adapun tiga manfaat good housekeeping diantaranya:
penghematan biaya, kinerja lingkungan hidup lebih baik, dan
penyempurnaan organisasional. Konsep good housekeeping yaitu:
1) Rasionalisasi pemakaian masukan bahan baku, air dan energy, sehingga
mengurangi kerugian masukan bahan berbahaya dan karenanya
mengurangi biaya operasional.
2) Mengurangi volume dan toksisitas limbah, limbah air, dan emisi yang
berkaitan dengan produksi.
3) Menggunakan limbah dan mendaur ulang masukan primer dan bahan
kemasan secara maksimal.
4) Memperbaiki kondisi kerja dan keselamatan kerja dalam perusahaan.
5) Mengadakan perbaikan organisasi.
18
Penerapan good housekeeping pada suatu perusahaan mendapat
keuntungan, mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan perusahaan.
Pedoman langkah-langkah penerapan good housekeeping berbentuk Daftar
Periksa yang mencakup enam bidang kegiatan meliputi bahan limbah,
penyimpanan dan penanganan bahan, air, dan air limbah, energi, dan
proteksi keselamatan dan kesehatan tempat kerja. Masing-masing daftar
periksa membuat serangkaian pertanyaan digunakan untuk
mengidentifikasikan masalah yang mungkin timbul, penyebabnya dan
tingkat kolektif yang dapat diambil dalam lingkungan perusahaan keenam
bidang (Moertinah, 2008).
b) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
Merupakan upaya penanganan bahan berbahaya lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta mahluk hidup lainnya.
c) Penggantian bahan baku
Merupakan upaya mengganti bahan dengan yang kurang berbahaya dan
kurang beracun, bahan yang tidak pernah rusak, dan bahan yang
menimbulkan limbah yang dapat diurai di lingkungan.
d) Perbaikan prosedur operasi
Merupakan upaya mengembangkan dan memodifikasi prosedur operasional
standar dengan langkah praktis dan efisien.
e) Modifikasi proses dan peralatan
Merupakan upaya memodifikasi proses maupun peralatan produksi
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan timbulan limbah.
19
f) Penggantian teknologi
Merupakan upaya mengganti teknologi produksi untuk meningkatkan
efisiensi dan menurunkan timbulan limbah, mengubah urutan proses
produksi menjadi lebih efisien, serta memperbaiki tata letak peralatan
produksi (lay out) unutk lebih meningkatkan produktifitas dan penggunaan
bahan, air dan energi yang lebih efisien.
g) Modifikasi dan reformulasi produk
Merupakan upaya memodifikasi spesifikasi produk untuk meminimalkan
risiko terhadap lingkungan selama proses produksi dan setelah produk
digunakan.
Dengan demikian, pengertian produksi bersih pada penelitian ini adalah
strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan
secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produksi dengan tujuan
mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan melalui tindakan dengan
strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Re-use, Recycle, Recovery/Reclaim).
2.3 Percetakan Unit Kerja BPPT Thamrin Jakarta
Percetakan adalah sebuah industri yang diperuntukkan memproduksi tulisan
maupun gambar dalam jumlah banyak. Media yang digunakanpun berbagai macam,
namun yang sering jumpai yakni dalam media kertas, plastik, PVC dan sebagainya.
Percetakan merupakan salah satu format media primer yang sulit dicari
penggantinya selama lebih dari 500 tahun. Printing bahkan dianggap sebagai salah
satu kebutuhan primer manusia (Yuniarti dkk, 2019).
20
Percetakan (printing) merupakan teknologi atau seni yang memproduksi
salinan dari sebuah image dengan sangat cepat, seperti kata atau gambar-gambar
(image) di atas kertas, kain, dan permukaan-permukaan lainnya. Setiap harinya,
milyaran bahan cetak diproduksi, termasuk buku, kalender, buletin, majalah, surat
kabar, poster, undangan pernikahan, perangko, kertas dinding, dan bahan kain.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga Pemerintah
Non Kementerian yang mempunyai tugas pokok sebagaimana tertuang dalam
Keputusan Presiden RI No. 117 Tahun 1998 dan dituangkan kembali dengan
Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2006, dan dikeluarkannya Peraturan Kepala
BPPT No. 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006 pada tanggal 21 April 2006.
Guna membantu kelancaran pelaksanaan tugas-tugas Badan pengkajian dan
Penerapan teknologi telah disiapkan kelengkapan sarana / peralatan pendukung
yang merupakan Inventaris kantor / kekayaan milik Negara dimana salah satunya
adalah peralatan percetakan yang berada di unit percetakan BPPT. Berada dibawah
naungan Biro Umum dan Humas Bagian Rumah Tangga Sub. Bagian Kendaraan
dan Percetakan, Percetakan BPPT mempunyai barang inventaris kantor terdiri dari
mesin-mesin cetak dan peralatan pendukung lainnya.
Percetakan BPPT mempunyai tugas pokok melayani pekerjaan cetak
mencetak di lingkungan BPPT serta semua pekerjaan yang berhubungan dengan
percetakan yang ditugaskan oleh pimpinan kepada percetakan. Selain mempunyai
tugas pokok dalam melayani pekerjaan percetakan dan permintaan bahan-bahan
hasil cetakan di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
21
Unit Percetakan Juga mempunyai tugas lain yaitu melakukan pemeliharaan
mesin-mesin percetakan yang digunakan melayani kegiatan cetak mencetak di
Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Institusi yang
membidangi penelitian dan perekayasaan dibidang teknologi tentunya Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sangat membutuhkan media untuk
mensosialisasikan hasil kajian Teknologi melalui media cetak maupun elektronik
untuk meyampaikan program-program dan hasil riset BPPT agar mudah di akses
dan bermanfaat bagi stakeholder, masyarakat dalam negeri.
Percetakan BPPT sebagai salah satu unit di Bagian Rumah Tangga memiliki
sarana / peralatan pendukung yang merupakan Inventaris kantor / kekayaan milik
Negara yaitu sbb :
a) Mesin Cetak SORD Heidelberg
b) Mesin Cetak GTO Heidelberg
c) Mesin Lipat Stahl
d) Mesin Lem Muller martini
e) Mesin Potong Polar
f) Mesin Jahit Kawat
g) Mesin Plat Maker Klimsh
h) Komputer, Scaner, Printer
i) Peralatan pendukung lainnya
22
Percetakan BPPT dalam melaksanakan tugasnya perlu juga berpedoman
pada ketentuan baku yang berada di Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) serta berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang telah
diamanatkan melalui Peraturan pemerintah, Undang-undang, dan sebagainya.
Gambar 2.3 Mesin Cetak SORD Heidelberg
Gambar 2.4 Mesin Cetak GTO Heidelberg
Pemeliharaan mesin cetak berada dibawah Biro Umum dan Humas, Bagian
Rumah Tangga, Sub.Bag. Kendaraan dan Percetakan yang bertanggung jawab atas
pengaturan jadwal operasional dan pelayanan pencetakan untuk menunjang
kegiatan-kegiatan yang berada di Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT).
23
Tugas pemeliharaan terhadap peralatan dan mesin-mesin percetakan telah
diamanatkan pula melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
“Pengelolaan Barang Milik Negara” pasal 35 dan 36 mengenai Pemeliharaan
Barang Milik Negara.
Sistem pemeliharaan percetakan di unit percetakan BPPT Thamrin Jakarta,
sebagai berikut:
1) Penggantian Suku Cadang Mesin Cetak
Melakukan penggantian suku cadang mesin cetak sehingga mesin layak untuk
digunakan.
2) Perbaikan Mesin Cetak SORD
Melakukan perbaikan mesin cetak SORD sehingga layak digunakan.
3) Perbaikan Mesin Cetak GTO
Melakukan perbaikan mesin cetak GTO sehingga mesin layak digunakan.
4) Perbaikan Mesin Lem Muller Martini
Melakukan perbaikan mesin lem Muller Martini sehingga layak digunakan.
5) Perbaikan Mesin Plate Making
Melakukan perbaikan mesin plate making sehingga layak untuk digunakan.
Sistem pemeliharaan peralatan dan mesin percetakan di Unit Percetakan
BPPT, diharapkan membantu memaksimalkan kegiatan pelayanan. Pemeliharaan
mesin-mesin percetakan guna mencegah kerusakan yang akan berakibat pada
keberlangsungan kegiatan pelayanan percetakan di Lingkungan Badan Pengkajian
dan Penerapan teknologi (BPPT).
24
2.4 Hasil Penelitian Relevan
Penelitian ini tentang analisis penerapan produksi bersih, sesuai hasil
penelitian Zein, Lestari, dan Aru (2019) mengenai analisis teknik penerapan
produksi bersih pada proses pengolahan crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kerel)
di PT JY. Hasil penelitian menunjukan bahwa permasalahan stasiun proses
produksi dapat diatasi dengan cara penerapan produksi bersih teknik good
housekeeping, berupa tata cara operasi yang baik dan pelaksanaan SOP secara
optimal, recovery (ambil ulang), dan peningkatan pemahaman karyawan mengenai
produksi bersih.
Novita dkk (2016) mengenai kelayakan pemanfaatan limbah cair tahu pada
industri kecil. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembuatan tahu
menghasilkan limbah cair yang mengandung BOD, COD, TSS dan pH tinggi.
Penelitian dengan mengidentifikasi alternatif produksi bersih.
Rahayu dkk (2016) mengenai pengelolaan lingkungan industri kecil tahu
menerapkan produksi bersih untuk efisiensi air dan energi. Hasil penelitian
menunjukan alternatif penanganan melalui tata kelola yang apik sebagai peluang
produksi bersih adalah memperhatikan persyaratan penerimaan, pemeriksaan, dan
tempat penyimpanan bahan baku kedelai sehingga dihasilkan kualitas baik,
melakukan control penggunaan air dan energi dalam proses produksi.
Penelitian Yuniarti dkk (2019) mengenai strategi inovasi produksi pada
Jambi Inspiring Media (JIMEDA) dalam memperoleh keunggulan bersaing. Hasil
penelitian menunjukan JIMEDA masih kesulitan menghasilkan produk percetakan
sendiri, karena harga mesin cetak digital mahal sehingga masih menyewa.
25
Penelitian Zulmi dkk (2014) terkait analisis kelayakan penerapan produksi
bersih pada industry tahu UD Sugih Waras menunjukan bahwa abu sisa
pembakaran kayu dapat dijual untuk penurun pH tanah yang memiliki nilai
ekonomis berdasarkan studi kelayakan ekonomi, abu sisa pembakaran dapat
memberikan keuntungan.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2021. Di mulai
dari observasi awal di lokasi penelitian, pembuatan proposal sampai hasil
penelitian.
3.1.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Hal ini
karena permasalahan penelitian mengenai Perancangan Strategi Produksi Bersih
untuk Percetakan yang diteliti berada dilokasi tersebut.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian mengenai Perancangan Strategi Produksi Bersih untuk
Percetakan di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta disajikan dalam Gambar 3.1
di bawah ini:
27
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
3.2.2 Teknik pengumpulan data penelitian
Penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan
data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti menggunakan alat
bantu wawancara dan kuesioner secara mendalam untuk memperoleh informasi
Mulai
Penilaian penerapan produksi bersih
(daftar periksa produksi bersih)
Penentuan penyebab masalah limbah
lingkungan (fishbone diagram)
Penentuan akar penyebab masalah
limbah lingkungan dengan Metode 5W1H
(What, Where, Who, When, Why,
dan How)
Penentuan alternatif solusi yang dapat
diterapkan
Pemilihan alternative solusi penerapan
produksi bersih dengan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP)
Selesai
28
yang dibutuhkan seperti proses produksi, bahan baku yang digunakan, penggunaan
energy secara umum, penggunaan material dan bahan kimia secara umum, dan
pencegahan limbah dan polusi secara umum. Data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari percetakan di unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta terutama data
jumlah produksi dan jenis produksinya.
3.3 Teknik Analisis Data
Penelitian menggunakan beberapa metode analisis data terdiri dari:
3.3.1 Penilaian penerapan produksi bersih
Penialain penerapan produksi bersih pada penelitian ini menggunakan
daftar periksa produksi bersih. Daftar periksa produksi bersih merupakan panduan
yang diterbitkan oleh International Labour Organization (ILO). Tools ini
menyajikan tabel yang berisi aspek utama dan aktivitas yang berkaitan dengan
penerapan produksi bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Aspek utama
dalam tools ini terdiri dari: penggunaan energy secara umum, penggunaan air secara
umum, penggunaan material dan bahan kimia secara umum, dan pencegahan polusi
dan limbah secata umum.
Pengisian checklist dilakukan pada kolom “Ya” dan “Tidak” tiap baris
aktivitas. Checklist pada kolom “Ya” menunjukan aktivitas sudah menerapkan
konsep produksi bersih. Checklist kolom “Tidak” menunjukan aktivitas belum
menerapkan konsep produksi bersih. Jumlah checklist masing-masing kolom
dijumlahkan dan dihitung persentasenya per aspek, sehingga diketahui aspek mana
29
yang memberikan kontribusi terbesar dalam permasalahan limbah lingkungan di
Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.
3.3.2 Penentuan penyebab masalah limbah lingkungan
Hasil penilaian pada daftar periksa produksi bersih diolah menggunakan
fishbone diagram. Fishbone diagram digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah tim cenderung
berpikir pada rutinitas (Tague, 2005).
Fishbone diagram merupakan sebuah alat analisis yang sistematis,
bertujuan untuk melihat sebab dan akibat yang ditimbulkan dari masalah-masalah
tersebut, fishbone diagram disebut juga cause and effect diagram (Watson dalam
Ilie dan Ciocoiu, 2010). Penentuan penyebab permasalahan dilakukan melalui
diskusi dan brainstorming dengan penanggung jawab unit, operator produksi di
Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta dan penulis.
3.3.3 Penentuan akar penyebab masalah limbah lingkungan
Metode 5W1H (What, Where, Who, When, Why, dan How) digunakan untuk
menjabarkan kelima faktor penyebab pada fishbone diagram secara rinci. Metode
5W1H (What, Where, Who, When, Why, dan How) digunakan untuk menjabarkan
kelima faktor penyebab pada fishbone diagram secara rinci. Metode 5W1H
merupakan metode yang efektif untuk mengumpulkan informasi (Quan, 2013).
Informasi mengenai Metode 5W1H diperoleh berdasarkan sesi diskusi dengan
30
penanggung jawab unit, operator produksi di Unit Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta dan penulis.
Penjelasan terkait metode 5W1H (What, Where, Who, When, Why, dan
How) sebagai berikut:
a) What, merupakan pertanyaan mengenai apa permasalahan yang dialami
pada perusahaan atau organisasi.
b) Where, merupakan pertanyaan mengenai dimana permasalahan terjadi.
c) Who, merupakan pertanyaan mengenai siapa yang bertanggung jawab
terhadap permasalahan pada perusahaan atau organisasi.
d) When, merupakan pertanyaan mengenai kapan biasanya permasalahan ini
terjadi.
e) Why, merupakan pertanyaan mengenai mengapa permasalahan tersebut
dapat terjadi atau penyebab dari permasalahan.
f) How, merupakan pertanyaan mengenai bagaimana mengatasi permasalahan
atau solusinya.
3.3.4 Penentuan alternatif solusi
Penentuan alternatif solusi berdasarkan hasil diskusi pada metode 5W1H,
khususnya pertanyaan How. Alternatif solusi didiskusikan kembali sehingga
menghasilkan alternatif solusi yang memungkinkan jika diterapkan pada Unit
Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.
31
3.3.5 Pemilihan alternatif solusi produksi bersih
Pemilihan alternative solusi produksi bersih pada Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Srdevic, et al (2011) mengatakan bahwa AHP merupakan pendekatan pengambilan
keputusan multikriteria dengan merumuskan kriteria dan alternatif dalam struktur
hirarki. Perumusan kriteria, tujuan, dan alternatif sebagai pohon hirarki
menggambarkan secara menyeluruh mengenai hubungan yang komplek. Metode
AHP berperan membantu melakukan penilaian melalui perbandingan secara
berpasangan antar elemen secara akurat.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil wawancara responden mengenai permasalahan yang dialami
pada Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta
a. Jawaban responden 1
Efisiensi pada bahan baku, hal ini diduga karena pengelolaan atau
perencanaan yang belum sesuai standar kebutuhan yang ada. Sehingga
menyebabkan bahan baku cetak masih banyak yang terbuang. Terlebih pada saat
proses design yang masih konvensional harus menyertakan hardfile tentu apabila
masih ada revisi maka akan menimbulkan limbah padat kertas. Seharusnya hal ini
bisa dibantu dengan pengiriman file elektronik misal melalui email dan whatsapp.
Fasilitas penyimpanan bahan baku juga harus dibenahi agar tidak banyak
menimbulkan kerusakan. Jarak antar ruang cuci dan produksi yang masih terlalu
jauh sehingga potensi ceceran limbah cair. Tanggung jawab terhadap sop kerja
percetakan juga harus lebih diperhatikan.
b. Jawaban responden 2
Masalah percetakan finishing sangat berpengaruh dari perencanaan di awal.
Karena hal ini sangat mempengaruhi banyaknya potensi limbah. Pengelolaan air
juga sangat penting karena saat ini pemakian air masih kurang terkontrol khususnya
di unit percetakan. Kertas sisa cetak masih sering menumpuk dan tidak ada tempat
khusus. Gudang penyimpanan juga terlalu sempit dan ventilasi untu sirkulasi udara
33
masih kurang karena dibuktikan masih adanya banyak bahan baku kertas yang
lembab hal ini akan mempengaruhi proses cetak dan akan menimbulkan banyak
limbah. Penyimpanan bahan baku kimia harus dispesifikasikan peletakannya agar
tidak menimbulkan bahaya. Biasanya hal ini ada pada RWh biasanya sering
menguap karena tempat penyimpanan terlalu lembab, dan menimbulkan bau yang
menyengat. SDM juga masih kurang kompeten karena tidak semua adalah ahli
dalam bidang grafika. Tata letak mesin dan ruangan sangat penting seoerti
peletakan mesin harus dekat ventilasi dan banyaknya blower yang tidak aktif.
c. Jawaban responden 3
Masalah yang sering muncul ada pada pembuangan limbah cair yang
didominasi dari bahan dukung cetak, seperti fountain solution, air pembersihan rol
cetak. Lalu terkait dengan tempat peletakan tinta dan bahan baku pendukung
menurut responden sebenarnya juga diperlukan. Namun saat ini percetakan BPPT
jangkauannya kecil atau produksi skalanya tidak terlalu besar dan tentunya
penggunaan tinta hanya seperlunya saja atau tidak terlalu prioritas bagi operator
cetak. Masalah lainnya adalah terkait mesin, perlunya peremajaan agar disaat
proses produksi bisa lebih efisien dan tidak banyak menimbulkan limbah, seperti
limbah dari hasil perbaikan mesin dan limbah dari bahan baku cetak. Tata letak
mesin juga harus diubah disesuaikan kondisi ukuran mesin. SDM juga harus
ditambah yang lebih kompeten dengan bidangnya.
d. Jawaban responden 4
Masalah saat ini adalah pengelolaan limbah cair, karena selama ini masih
menjadi satu dengan limbah yang ada namun untuk hal ini tidak terlalu berpengaruh
34
karena IPAL BPPT sudah aman walaupun buangannya satu lubang, tapi tetap harus
ditambah alat dukung lainnya semisal filter. Biasanya yang paling sering adalah
ceceran air bekas pencucian mesin di area kerja hal ini menimbulkan bau dan
membuat kotor lantai. Klasifikasi bahan baku dan harus mencari bahan baku kimia
yang lebih ramah lingkungan. Penambahan lemari untuk penyimpanan barang dan
alat.
e. Jawaban responden 5
Masalah bahan kimia dan mesin yang digunakan masih kuno karena mesin
tersebut tidak adanya fitur atau system yang mumpuni. Fitur tersebut sebenarnya
sangat dubutuhkan untuk mencegah timbulnya limbah cair. Timbulan limbah cair
ini biasanya terjadi disaat proses cetak, semisal sedang mengganti warna dan disaat
pembersihan unit mesin. Karena air limbah yang ada banyak mengandung bahan
kimia berbahaya termasuk bensin. Disaat pembersihan mesin juga menimbulkan
bau yang sangat menyengat. Hal ini juga harus ditambahkan fasilitas terkair dengan
sirkulasi udara, karena di percetakan BPPT sendiri ruangan percetakan cukup
kedap karena berada di basement.
f. Jawaban responden 6
Faktor mesin sangat berpengaruh terhadap timbulan limbah, maka dari itu
sebenarnya harus segera dilakukan modifikasi atau pergantian mesin. Selain itu
harus segera dikordinasikan kepada unit terkait untuk penambahan fasilitas, agar
mencegah makin banyaknya timbulan limbah di ruang percetakan.
35
Di unit percetakan sendiri harus diperbaiki dari sisi ruangan seperti sirkulasi
tata letak mesin dan penambahan lemari penyimpanan. Namu standar tersebut juga
harus mengacu pada ISO 5001 PEA hal ini berkaitan dengan penghematan energi.
Selain itu menggunakan bahan dukung cetak harus menggunakan bahan yang lebih
ramah lingkungan. Mesin juga harus diganti dengan yang lebih modern atau digital.
Karena mesin lama sangat berpotensi banyaknya timbulan limbah.
4.1.2 Hasil wawancara responden mengenai dimana permasalahan terjadi
a. Jawaban responden 1
Unit Percetakan BPPT, masalah ini terjadi karena proses cetak yang
diantaranya ada pracetak, cetak dan finishing. Semua proses tersebut jika dilihat
tentu penggunaan air sangat diperlukan. Timbulan limbah cair menjadi masalah
yang harus diperhatikan seperti cara pengelolaannya yang masih belum maksimal.
b. Jawaban responden 2
Diunit percetakan BPPT, biasanya timbulan sampah kertas.
c. Jawaban responden 3
Unit Percetakan BPPT khususnya di bagian produksi atau mesin dan bagian
pra cetak juga harus lebih ditata seperti penyimpanan film cetak dengan menambah
laci khusus agar film cetak tidak rusak. tentu apabila banyak film cetak rusak akan
dapat menimbulkan limbah padat.
36
d. Jawaban responden 4
Diunit percetakan BPPT.
e. Jawaban responden 5
Diunit percetakan BPPT disaat ingin melakukan proses produksi.
f. Jawaban responden 5
Pada unit percetakan BPPT yang melakukan proses produksi.
4.1.3 Hasil wawancara responden mengenai siapa yang bertanggung jawab
terhadap permasalahan
a. Jawaban responden 1
Kordinator percetakan dan operator cetak itu sendiri. Jika memang ada
perubahan secara signifikan terkait fasilitas dan aturan maka harus dibicarakan
terlebih dahulu kepada pimpinan yang lebih tinggi lagi.
b. Jawaban responden 2
Terkait tanggung jawab, semuanya harus bertanggung jawab dan tidak ada
yang dibebankan tanggung jawab. SOP terhadap jobdesk nya masing-masing juga
harus di tekankan kembali.
c. Jawaban responden 3
Untuk penanggung jawab masalah yang terjadi pada unit Percetakan BPPT
adalah kordinator percetakan dan pimpinan diatas lagi Kepala bagian, agar dapat
dilaporkan masalah apa yang terjadi dan segera ditindaklanjuti oleh unit terkait.
37
d. Jawaban responden 4
Penanggung jawab adalah kordinator percetakan, operator juga sangat
bertanggung jawab karena perannya sangat mempengaruhi banyak sedikitnya
timbukan limbah.
e. Jawaban responden 5
Terkait penanggung jawab adalah koordinator beserta pimpinan tertinggi.
Selain itu operator sangat berpengaruh sekali dengan pengendalian timbulnya
limbah disaat proses kerja berlangsung.
f. Jawaban responden 6
Penanggung jawab masalah yang terjadi pada unit Percetakan BPPT adalah
kordinator percetakan dan pimpinan diatas lagi Kepala bagian.
4.1.4 Hasil wawancara responden mengenai kapan permasalahan ini
biasanya terjadi
a. Jawaban responden 1
Proses cetak, karena mesin di percetakan sendiri masih semi manual
sehingga efisiensi bahan baku dan bahan pendukung cetak lebih banyak
penggunaannya dibandingkan dengan mesin yang sudah otomatis atau digital.
Tingkat sampah (kertas, cairan kimia) juga akan lebih banyak karena mesin masih
semi manual. Hal ini disebabkan proses kerja mesin semi manual yang dimiliki
percetakan BPPT membutuhkan pengulangan proses kerja empat kali.
38
b. Jawaban responden 2
Disaat pembelian bahan baku yang terlalu banyak sehingga menimbulkan
kelebihan penempatan. Hal ini tentu akan mempersempit ruang kerja, karena
gudang tidak mampu menampung bahan kebutuhan cetak yang terlalu banyak.
c. Jawaban responden 3
Disaat proses produksi cetak. Namun hal ini ternyata juga dipengaruhi
dengan skala job order yang ada. Misal disaat oplah cetak banyak baru sangat terasa
kuantitas timbulan sampah atau limbah yang dihasilkan.
d. Jawaban responden 4
Disaat proses pencetakan, biasanya disaat mencetak kalender atau lainnya,
biasanya disaat pencucian unit mesin dan alat pendukung.
e. Jawaban responden 5
Disaat pembersihan mesin juga menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Hal ini juga harus ditambahkan fasilitas terkair dengan sirkulasi udara, karena di
percetakan BPPT sendiri ruangan percetakan cukup kedap karena berada di
basement.
f. Jawaban responden 6
Disaat pembersihan mesin dan pembelian bahan baku yang terlalu banyak
sehingga menimbulkan kelebihan penempatan. Selain itu, saat proses cetak, mesin
di percetakan sendiri masih semi manual sehingga efisiensi bahan baku dan bahan
pendukung cetak lebih banyak penggunaannya dibandingkan dengan mesin atau
digital.
39
4.1.5 Hasil wawancara responden mengenai mengapa permasalahan
tersebut dapat terjadi dan penyebab masalahnya apa
a. Jawaban responden 1
Penyebab masahnya karena di unit percetakan BPPT masih menggunakan
teknologi kuno yang menyebabkan tingkat efisiensi kerja kurang maksimal dan
bahan baku boros.
b. Jawaban responden 2
Bahan Baku berlebih. Perencanaan tidak matang adalah masalah utama dari
permasalahan yang timbul di percetakan BPPT. Mesin yang masih berteknologi
lama. Sehingga membuat potensi bahan baku menjadi timbulan limbah.
c. Jawaban responden 3
Penyebab masalah adalah pada perhitungan terkait skala pekerjaan. Hal ini
tentunya akan menimbulkan banyak barang, bahan baku cetak dan menyebabkan
ruangan juga menjadi sempit dan berantakan disaat proses produksi berlangsung.
d. Jawaban responden 4
Karena tidak adanya SOP pencetakan dan kurangnya dukungan fasilitas
sesuai dengan standar percetakan.
e. Jawaban responden 5
Dikarenakan mesin yang masih teknologi lama karena fasilitas
pengendalian limbah, instalasi khusus untuk ruang percetakan masih belum ada.
40
f. Jawaban responden 6
Bahan baku percetakan yang berlebih dan perencanaan tidak matang adalah
masalah utama dari permasalahan yang timbul di percetakan BPPT.
4.1.6 Hasil wawancara responden mengenai bagaimana mengatasi
permasalahan tersebut atau solusi dari permasalahan
a. Jawaban responden 1
Melakukan perawatan mesin secara berkala, meningkatkan pengetahuan
operator agar lebih bertanggungjawab terkait dengan kebersihan kerja. Serta
penambahan fasilitas pendukung diruangan, seperti pendingin ruangan agar tingkat
suhu baik. Tata letak juga harus diubah, penyimpanan dan menejemen digudang
harus dikelola dengan baik lagi.
b. Jawaban responden 2
1) Penambahan SDM sesuai dengan bidangnya.
2) Gudang harus lebih diperbesar dan fasilitasnya harus ditambah sesuai
dengan bahan baku yang disimpan.
3) Ruangan harus di ubah sesuai dengan standar percetakan.
4) Pemisahan bahan baku mana yang masih bisa dimanfaatkan agar tidak
menimbulkan banyak sampah.
5) Harus lebih mengedepankan standar sesuai jobdesknya masing masing.
6) Harus ditambah wadah limbah sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
7) Memperhitungkan lagi rencana secara matang agar tidak banyak barang
atau bahan baku yang berlebih.
41
8) Tingkatkan koordinasi terhadap semua lini atau unit pendukung teknis.
c. Jawaban responden 3
Bisa ditambah atau mengurangi mesin yang ada saat ini, diganti dengan
yang lebih modern sehingga pekerjaan bisa ditangani satu mesin. Karena hal ini
akan berdampak terhadap efisiensi ruangan agar bisa juga ditambahkan lemari
untuk penyimpanan bahan baku dll.
d. Jawaban responden 4
1) Penambahan SDM sesuai dengan bidangnya.
2) Pemisahan bahan baku mana yang masih bisa dimanfaatkan agar tidak
menimbulkan banyak sampah.
3) Memperhitungkan lagi rencana secara matang agar tidak banyak barang
atau bahan baku yang berlebih.
4) Tingkatkan koordinasi terhadap semua lini atau unit pendukung teknis.
5) Penambahan fasilitas harus ditambah sesuai kaidah lingkungan.
6) Harus ditambah fasilitas pengontrolan air disesuaikan dengan kebutuhan
ruang percetakan.
7) Penambahan saluran udara keluar dengan system duckting, agar aroma
langsung terbuang keluar.
8) Mesin harus diganti dengan teknologi yang lebih modern.
9) Pencahayaan harus ditambah sesuai dengan ruangan.
10) Saluran pembuangan harus ditambah teknologi khusus seperti filter
sebelum terbuang ke IPAL langsung.
42
e. Jawaban responden 5
1) Modifikasi mesin yang ada sebelum adanya mesin baru.
2) Bisa diajukan mesin baru yang teknologinya lebih relevan dengan jaman
sekarang.
3) Perbaikan dari segi lingkungan kerja, SOP lebih ditekankan Kembali sesuai
dengan ISO 5001.
4) Lebih ditingkatkan koordinasi antar unit terkait dengan fasilitas.
5) Penambahan fasilitas penempatan atau rak bahan sesuai dengan fungsinya.
6) Pengelolaan gudang harus lebih di manajemen lebih baik.
f. Jawaban responden 6
1) Penambahan fasilitas harus ditambah sesuai kaidah lingkungan.
2) Harus ditambah fasilitas pengontrolan air disesuaikan dengan kebutuhan
ruang percetakan.
3) Penambahan saluran udara keluar dengan system duckting, agar aroma
langsung terbuang keluar.
4) Mesin harus diganti dengan teknologi yang lebih modern.
5) Pencahayaan harus ditambah sesuai dengan ruangan.
4.2 Penilaian Penerapan Produksi Bersih
Hasil wawancara penerapan produksi bersih pada Unit Percetakan BPPT
Jakarta, sebagai berikut:
Aspek utama pada daftar periksa penilaian penerapan produksi bersih
meliputi: (1) penggunaan energi secara umum; (2) penggunaan air secara umum;
43
(3) penggunaan material dan bahan kimia secara umum; (4) pencegahan polusi dan
limbah secara umum. Rekapitulasi daftar periksa produksi bersih pada Unit
Percetakan BPPT Jakarta disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rekapitulasi daftar periksa produksi bersih
No. Aspek Kolom Jumlah
Checklist Persentase
1
Penggunaan energi secara umum
Ya 66 39,29
Tidak 102 60,71
Jumlah 168 100,00
2
Penggunaan air secara umum
Ya 61 (53,51)
Tidak 53 46,49
Jumlah 114 100,00
3
Penggunaan material dan bahan
kimia secara umum
Ya 16 20,51
Tidak 62 (79,49)
Jumlah 78 100,00
4
Pencegahan polusi dan limbah
secara umum
Ya 15 27,78
Tidak 39 72,22
Jumlah 54 100,00
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Keterangan: ( ) menunjukan aspek yang memiliki persentase lebih besar.
Penjelasan pada Tabel 4.1 terkait penilaian penerapan produksi bersih di
Unit Percetakan BPPT Jakarta, sebagai berikut:
a) Aspek penggunaan energi secara umum memiliki persentase “Ya” lebih
besar dibanding aspek lainnya, yaitu sebesar 53,51%. Artinya Unit
Percetakan BPPT Jakarta sudah menerapkan konsep produksi bersih.
b) Aspek penggunaan material dan bahan kimia secara umum memiliki
persentase “Tidak” lebih besar dibanding aspek lainnya, yaitu sebesar
79,49%. Artinya Unit Percetakan BPPT Jakarta belum menerapkan konsep
produksi bersih. Aspek penggunaan material dan bahan kimia secara umum
memiliki persentase jawaban “Tidak” lebih besar menjadi masukan pada
tahap berikutnya.
44
Gambar 4.1 Pelaksanaan wawancara dan kuesioner responden penelitian
4.3 Penentuan Penyebab Masalah Limbah Lingkungan
Butir-butir pertanyaan aktivitas aspek “penggunaan material dan bahan
kimia secara umum” yang belum menerapkan konsep produksi bersih dibahas
dalam bagian diskusi dan dicari penyebabnya. Peserta diskusi adalah penulis,
penanggungjawab Unit Percetakan BPPT Jakarta, dan operator produksi.
Penanggungjawab Unit Percetakan BPPT Jakarta dan operator produksi dilibatkan
dalam diskusi dengan pertimbangan mengetahui prosedur kerja dan mengerti
terkait proses produksi di Unit Percetakan BPPT Jakarta.
Pelaksanaan diskusi sebagai berikut: peserta diskusi masuk dalam sebuah
ruangan, kemudian penulis bertanya terkait permasalahan pemakaian zat pewarna
di Unit Percetakan BPPT Jakarta. Semua jawaban ditulis oleh penulis. Hasil diskusi
sebagai berikut: (1) Penanggungjawab Unit Percetakan BPPT Jakarta menyatakan
bahwa zat pewarna merupakan bahan baku dengan biaya pembelian paling tinggi
45
diantara bahan baku lainnya, sehingga jika penggunaannya tidak efisien, maka
penanggungjawab Unit Percetakan BPPT Jakarta akan ditegur pimpinan dan
mengalami kerugian; 2) Operator produksi menyatakan bahwa proses produksi
menghasilkan sisa zat pewarna yang belum dapat dimanfaatkan kembali atau di
daur ulang, sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut mengenai sisa zat pewarna
hasil proses produksi.
Gambar 4.2 Pelaksanaan diskusi responden penelitian
Berdasarkan hasil diskusi menunjukan bahwa penyebab permasalahan
penggunaan zat pewarna meliputi faktor manusia, metode, mesin, material, dan
lingkungan. Hasil diskusi dibuat diagram fishbone terdapat pada Gambar 4.3 di
bawah ini:
46
Gambar 4.3 Fishbone Diagram
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Fishbone diagram menunjukan bahwa permasalahan yang berkaitan dengan
penggunaan zat pewarna disebabkan oleh beberapa faaktor berikut ini:
1) Manusia
Operator mengukur takaran zat pewarna dengan perkiraan.
2) Metode
Sisa zat pewarna belum didaur ulang, belum menerapkan penyimpanan zat
pewarna dengan azaz FIFO (First In First Out), dan tidak dapat menerapkan
pembelian zat pewarna secara “just in time”.
METODE MESIN
LINGKUNGAN
MANUSIA
MATERIAL
PERMASALAHAN
Tidak ada sendok
takaran khusus
untuk menakar
zat pewarna
Tempat zat
pewarna
minim
Tidak ada
label di
tempat zat
pewarna
Sisa zat
pewarna
tidak di daur
ulang
Belum
menerapkan
just in time
ulang
Belum
menerap
kan azaa
FIFO
Operator mengukur
takaran zat pewarna
dengan perkiraan
saja
Tidak dapat membeli zat
pewarna dengan ukuran
tertentu
Adanya zat pewarna
yang jarang
digunakan
Menggunakan zat
pewarna kimia
Zat pewarna
tercecer di lokasi
kerja
47
3) Mesin
Belum ada sendok takaran dengan ukuran khusus untuk menakar zat
pewarna, belum ada label keterangan pada tempat zat pewarna, dan
kurangnya jumlah tempat penyimpanan zat pewarna.
4) Material
Adanya zat pewarna yang jarang digunakan, tidak dapat membeli zat
pewarna dengan ukuran tertentu, dan menggunakan zat pewarna kimia
(material).
5) Lingkungan
Sisa zat pewarna dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu dan zat pewarna
tercecer di lokasi kerja.
4.4 Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah Lingkungan
Penyebab masalah limbah lingkungan terdiri dari factor-faktor manusia,
metode, mesin, material, dan lingkungan dijelaskan lebih detil menggunakan
metode 5W1H.
Penyebab maslah limbah lingkungan terdiri dari faktor-faktor manusia,
metode, mesin, material, dan lingkungan dijabarkan lebih detail dengan metode
5W1H. Penggunaan metode 5W1H bertujuan untuk memperoleh solusi perbaikan
yang lebih terarah dan terperinci. Informasi mengenai 5W1H diperoleh berdasarkan
bagian diskusi antara penulis dengan penanggung jawab dan operator produksi pada
Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Hasil diskusi terdapat pada Tabel 4.2 di
bawah ini.
48
Tabel 4.2 5W1H pada permasalahan penggunaan zat pewarna percetakan
Faktor What Where Who When Why How
1. Manusia Operator
kurang hati-
hati dalam
bekerja.
Unit kerja
percetakan
dibagian
pengukuran
dan
pencampuran
zat pewarna.
Operator unit
kerja
percetakan
dibagian
pengukuran dan
pencampuran
zat pewarna.
Ketika
menuang dan
memindahkan
zat pewarna.
1. Dikarenakan
banyak
pesanan dari
unit lain.
2. Meja kerja
berantakan
menganggu
operator.
Membuat standar
pengukuran dan
pencampuran zat
pewarna.
2. Metode Sisa zat
pewarna zat
pewarna
belum didaur
ulang.
Unit kerja
percetakan
dibagian
penyablonan.
Penanggung
jawab unit dan
operator.
Setelah
selesai
penyablonan.
1. Untuk
menjaga
kualitas hasil
cetakan.
2. Kurangnya
pengetahuan
dan pelatihan
terkait
pengolahan
limbah.
1. Mempelajari
teknologi
pengolahan
limbah zat
pewarna.
2. Kerjasama
dengan pihak
lain untuk
pelatihan,
workshop
tentang
pengolahan
limbah.
Belum
menerapkan
pembelian zat
pewarna
secara just in
time.
Inventori unit
percetakan
Penanggung
jawab unit dan
operator.
Ketika
membeli zat
pewarna.
Tidak dapat
membeli zat
pewarna sesuai
kebutuhan
produksi.
1. Membeli zat
pewarna
dengan warna
yang sering
digunakan
saja.
2. Lebih kreatif
dalam
mencampurka
n zat pewarna
yang dimiliki.
Belum
menerp
kan penyim
panan zat
pewarna
dengan azas
FIFO.
Unit kerja
percetakan
dibagian
pengukuran
dan
pencampuran
zat pewarna.
Penanggung
jawab unit dan
operator.
Saat akan
menyimpan
zat pewarna
pada
container.
1. Menggunakan
zat pewarna
dengan azas
LIFO.
2. Belum ada
label tanggal
pemberian zat
pewarna.
3. Belum ada
standar
penyimpanan
zat pewarna.
1. Membuat
standar
penyimpanan
zat pewarna.
2. Memberi label
tanggal
pembelian.
3. Menyediakan
rak
penyimpanan
zat pewarna.
3. Mesin Belum ada
takaran
dengan
ukuran
khusus untuk
menakar zat
warna.
Unit kerja
percetakan
dibagian
pengukuran
dan
pencampuran
zat pewarna.
Operator unit
kerja
percetakan
dibagian
pengukuran dan
pencampuran
zat pewarna.
Saat proses
pengukuran
zat pewarna.
Komposisi takaran
zat pewarna yang
berbeda-beda.
Membuat standar
pengukuran zat
pewarna.
49
Faktor What Where Who When Why How
Minimnya
jumlah
container
penyimpanan
zat pewarna.
Unit kerja
percetakan
dibagian
pengukuran
dan
pencampuran
zat pewarna.
Penanggung
jawab unit kerja
percetakan.
Ketika
menyimpan
zat pewarna.
1. Unit kerja
percetakan
memiliki zat
pewarna
bervariasi
2. Belum ada rak
penyimpanan
container.
1. Menyediakan
jumlah
container
penyimpanan
zat pewarna.
2. Menyediakan
rak container
penyimpanan
zat pewarna.
Belum ada
label pada
containe.r
Unit kerja
percetakan
dibagian
pengukuran
dan
pencampuran
zat pewarna.
Penanggung
jawab dan
operator unit
kerja
percetakan.
Ketika
menyimpan
zat pewarna.
Belum ada standar
penyimpanan zat
pewarna.
1. Membuat
standar
penyimpanan
zat pewarna.
2. Memberi
keterangan
label tanggal
pembelian.
4. Material Belum
membeli zat
pewarna
dengan
ukuran
tertentu.
Inventori unit
percetakan.
Penanggung
jawab unit kerja
percetakan.
Ketika
membeli zat
pewarna.
Produsen menjual
zat pewarna dalam
satuan kilogram.
1. Pembelian
warna yang
sering
digunakan
saja.
2. Kreativitas
dalam
mencampurkan
zat pewarna
yang dimiliki.
Adanya zat
pewarna yang
jarang
digunakan.
Unit kerja
percetakan
dibagian
pengukuran
dan
pencampuran
zat pewarna.
Penanggung
jawab dan
operator unit
kerja
percetakan.
Ketika
membeli zat
pewarna.
1. Menggunakan
zat pewarna
dengan azas
LIFO.
2. Belum
dicantumkan
label tanggal
pembelian zat
pewarna.
3. Belum dibuat
standar
penyimpanan
zat pewarna.
1. Membuat
standar
penyimpanan
zat pewarna.
2. Mencantumka
n label tanggal
pembelian.
Menggunaka
n zat pewarna
kimia.
Inventori unit
percetakan.
Penanggung
jawab unit kerja
percetakan
Ketika proses
produksi.
Zat pewarna alami
tidak mampu
memenuhi
kebutuhan diunit
percetakan.
Menjalin
kerjasama dengan
pihak terkait
mengenai
substitusi material
zat pewarna.
5. Lingkungan Sisa zat
pewarna
dibuang tanpa
pengolahan
lebih dahulu.
Unit kerja
percetakan.
Penanggung
jawab unit kerja
percetakan.
Setelah
selesai proses
percetakan.
1. Kurangnya
pengetahuan
dan pelatihan
pengolahan
limbah.
2. Penerapan
IPAL belum
optimal.
Mempelajari
teknologi
sederhana dalam
pengolahan
limbah zat
pewarna.
50
Faktor What Where Who When Why How
Zat pewarna
berceceran di
lokasi kerja
Unit kerja
percetakan
dibagian
pengukuran
dan
pencampuran
zat pewarna
Operator unit
kerja
percetakan
dibagian
pengukuran dan
pencampuran
zat pewarna
Ketika
menuang zat
pewarna
1. Operator
kurang berhati-
hati
2. Belum ada
standar kerja
1. Membuat
standar
mencampurkan
zat pewarna
2. Merapikan
meja dan lantai
kerja
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui penyebab dan solusi perbaikan secara rinci
terkait masalah limbah lingkungan di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta, yaitu
kolom Why dan How. Solusi perbaikan hasil metode 5W1H lebih rinci dan
bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi beberapa alternative solusi yang
sejenis dan dapat mengatasi beberapa permasalahan sekaligus berdasarkan unit
kerjanya.
4.5 Penentuan Alternatif Solusi
Penentuan alternative solusi berdasarkan metode 5W1H awalnya ada 12
alternatif, kemudian dikelompokkan menjadi 5 alternatif. Pengelompokkan 12
alternatif menjadi 5 alternatif terdapat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Pengelompokkan alternatif solusi hasil metode 5W1H dan
alternatif solusi usulan
No. Alternatif solusi hasil 5W1H Alternatif solusi yang
diusulkan
1 a. Membuat standar mencampurkan zat pewarna.
b. Membuat standar pengukuran zat pewarna.
Membuat standar
mencampurkan dan
pengukuran zat pewarna.
2 a. Membuat teknologi sederhana dalam
pengolahan limbah zat pewarna.
b. Menjalin kerjasama dengan pihak terkait untuk
pelatihan pengolahan limbah zat pewarna.
c. Menjalin kerjasama dengan pihak terkait
mengenai substitusi material zat pewarna.
Menambah pegawai melalui
pengetahuan dan pelatihan
mengenai pengolahan limbah.
51
No. Alternatif solusi hasil 5W1H Alternatif solusi yang
diusulkan
3 a. Menyediakan rak penyimpanan zat pewarna.
b. Menambah jumlah container penyimpanan.
Menambah jumlah container
dan rak khusus penyimpanan
zat pewarna.
4 a. Membeli zat pewarna yang sering digunakan
saja.
b. Kreativitas dalam mencampurkan zat pewarna
yang dimiliki.
Membeli zat pewarna yang
sering digunakan saja.
5 a. Membuat standar penyimpanan zat pewarna.
b. Merapikan meja dan lantai tempat kerja.
c. Mencantumkan label tanggal pembelian.
Membuat standar penyimpanan
zat pewarna.
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa kelima alternatif solusi sebagai
berikut: 1) membuat standar mengukur dan mencampurkan zat pewarna; 2)
memberikan pegawai melalui pengetahuann dan pelatihan pengolahan limbah; 3)
menyediakan jumlah container dan rak khusus penyimpanan zat pewarna; 4)
membeli zat pewarna yang sering digunakan saja, dan 5) membuat standar
penyimpanan zat pewarna. Alternatif-alternatif digunakan sebagai masukan pada
tahapan berikutnya, yaitu dinilai dan dipilih menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP).
4.6 Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih
Hasil kuesioner penelitian menunjukkan adanya keterbatasan sumberdaya
yang dimiliki di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta, maka alternatif solusi hasil
dari metode 5W1H tidak bisa diterapkan dalam waktu yang bersamaan. Perlu
dilakukan peningkatan terhadap alternatif-alternatif dengan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP).
52
Metode AHP merupakan metode menilai alternatif-alternatif dipilih
berdasarkan kriteria teknis, ekonomi, dan lingkungan. Responden yang terlibat
dalam penialian dan pemberian bobot, adaa enam orang yaitu satu orang
penanggung jawab unit percetakan, empat orang bagian operator produksi, dan satu
orang akademisi. Penanggung jawab unit percetakan menguasai aspek proses
produksi dan keuangan. Operator produksi menguasai proses produksi. Akademisi
menguasai metode produksi bersih.
Adapun hasil penilaian dan pemberian bobot terhadap kriteria teknis,
ekonomis, dan lingkungan terdapat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Bobot dan peringkat kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan
No. Kriteria Bobot Peringkat
1. Teknis 66,7 % 2
2. Ekonomi 46,7 % 3
3. Lingkungan 76,7 % 1
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Hasil penilaian dan perhitungan metode AHP menunjukan kriteria lingkungan
memiliki bobot tertinggi sebesar 76,7%. Jadi keenam responden lebih
menitikberatkan alternatif solusi yanag diterapkan di Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta berdasarkan kriteria lingkungan.
Alternatif solusi dinilai dan dihitung bobotnya berdasarkan masing-masing
kriteria. Adapun hasil perhitungan bobot masing-masing alternative per kriteria
pada Tabel 4.5 di bawah ini.
53
Tabel 4.5 Bobot alternatif dan peringkat kriteria teknis, ekonomis
dan lingkungan
No. Alternatif Bobot Alternatif Bobot
Akhir Peringkat
Teknis Ekonomis Lingkungan
1 Membuat standar
mengukur dan
mencampurkan zat
pewarna.
10 35,7 26,1 23,93 2
2 Memberikan pegawai
dengan pengetahuan dan
pelatihan terkait
pengolahan limbah.
30 42,9 26,1 33 1
3 Menyediakan jumlah
container dan rak khusus
penyimpanan zat
pewarna.
30 7,1 21,7 19,6 3
4 Membeli zat pewarna
yang sering digunakan
saja.
5 7,1 4,4 5,5 5
5 Membuat standar
penyimpanan zat
pewarna.
25 7,1 21,7 17,9 4
Jumlah 100 100 100 100
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Berdasarkan Tabel 4.5 maka digambarkan struktur hirarki AHP yang terdiri
dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Struktur hirarki AHP menunjukan bahwa,
alternatif memberikan pegawai melalui pengetahuan dan pelatihan mengenai
pengolahan limbah merupakan alternative dengan prioritas tertinggi atau peringkat
pertama dikaji berdasarkan kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Berdasarkan kriteria teknis, alternative memberikan pegawai melalui
pengetahuan dan pelatihan mengenai pengolahan limbah dapat diterapkan oleh Unit
Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Adapun struktur hirarki AHP terdapat pada
Gambar 4.4 di bawah ini:
54
Gambar 4.4 Struktur Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
Bobot Kriteria dan Bobot Alternatif
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
4.7 Perencanaan Strategi Produksi Bersih Unit Percetakan BPPT
Berdasarkan hasil penelitian di atas, Perencanaan Strategi Produksi Bersih
Unit Percetakan BPPT sebagai berikut:
4.7.1 Aset Mesin Baru
a. Mesin cetak offset
Model: Heidelberg SM 52-4+L Anicolor
Spesifikasi:
1) Warna: 4, teknologi Anicolor + pelapis
2) Plat otomatis
3) Unit pelapis Tresu
Memilih alternatif solusi penerapan produksi bersih pada permasalahan memberikan
pegawai melalui pengetahuan dan pelatihan pengolahan limbah Tujuan
Kriteria
Alternatif
Teknis (66,7%) Lingkungan (76,7%) Ekonomis (46,7%)
Membuat
standar
mengukur dan
mencampu
rkan zat
pewarna.
(23,93%)
Membeli zat
pewarna yang
sering digunakan saja.
(5,5%)
Menyediakan
jumlah container dan
rak khusus
penyimpanan
zat pewarna. (19,6%)
Memberikan
pegawai melalui
pengetahuan
dan pelatihan
mengenai pengolahan
limbah.
(33%)
Membuat
standar penyimpanan
zat pewarna.
(17,9%)
55
4) Sisi elektronik berbaring
5) Pencucian rol/selimut saluran tinta yang dapat diprogram
6) Semprotan bubuk Grafix Alphatronic 200
7) Technotrans Superblue, kontrol layar samping
8) Kontrol lembar ganda
9) Pengering IR Heidelberg Drystar
10) Tinggi - pengiriman tumpukan
11) Pendingin gabungan Technotrans Alpa
12) Alcosmart AZR
13) Kontrol suhu tinta.
Gambar 4.5 Mesin cetak offset model Heidelberg SM 52-4+L Anicolor
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
b. Mesin potong
Model: High-speed cutter POLAR N 115
Spesifikasi:
1) Model kinerja tinggi yang dapat diprogram dengan layar sentuh kapasitif
21,5 inci dan gambar nyata pratinjau sangat ideal
56
2) Pemotong Berkecepatan Tinggi POLAR N 115 terutama digunakan
dikisaran ukuran sedang.
3) Memformat hingga diagonal 1.150 mm dapat dengan mudah ditangani dan
diputar dalam pemotong berkecepatan tinggi.
4) Memotong bahan dengan format yang lebih besar dapathanya bisa
dinyalakan di meja depan.
5) Pemotong Berkecepatan Tinggi memiliki fitur yang luas dalam peralatan
standar sudah yang dapat meningkatkan produktivitas hingga 20%.
6) Pemotong Berkecepatan Tinggi dapat ditingkatkan dengan peripheral
perlengkapan (lift, jogger, buffer, transport grippers, loading dan sistem
bongkar) ke sistem pemotongan.
Gambar 4.6 Mesin potong High-speed cutter POLAR N 115
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
c. Mesin Pelat CTP
Model: Heidelberg Suprasetter A106/106
Spesifikasi:
1) Sistem laser yang dikembangkan secara eksklusif oleh Heidelberg untuk
Supraseter memberikan kualitas pencitraan yang sangat baik. Desain
57
modular memungkinkan modul laser tambahan ditambahkan dengan mudah
dan cepat di lokasi – tanpa waktu henti yang lama dan dengan sedikit
persyaratan servis. Keandalan produksi dipastikan melalui Intelligent Diode
System (IDS).
2) Suprasetter juga menawarkan kedalaman fokus yang tinggi secara konsisten
untuk mengimbangi ketidakrataan pada pelat.
Gambar 4.7 Mesin pelat CTP model Heidelberg Suprasetter A106/106
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
d. Mesin Digital Printing
Model: Digital printing konica minolta 6501 A3 Plus
Spesifikasi:
1) Print Speed 65 ppm (A4), 36 ppm (A3)
2) Color Output Multi Colored
3) Brand Konica Minolta
4) Magnification 25-400 Percent in 0,1 Percent steps
5) Model Number C6501
58
6) Copy Speed 65 cpm (A4), 36 cpm (A3)
7) Copy Resolution 600 x 600 dpi
8) First Copy or Print 6.5 sec (colour A4)
9) Gradations 256 gradations
10) Multiple copies 1-9,999, countdown, interruption mode
11) Copy memory Standard 4x 256 MB
12) Print Resolution Max 600 x 1,800 dpi
Gambar 4.8 Mesin digital printing model Digital printing
konica minolta 6501 A3 Plus
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Permasalahan limbah di Percetakan BPPT tidak terlepas dari kondisi mesin.
Kondisi mesin yang dimiliki oleh Percetakan BPPT saat ini sudah tergolong
ketinggalan jaman. Hal ini tentu menjadi salah satu penyebab timbulnya limbah
misal, cetakan rusak, belum adanya sensor control pemakaian tinta, pembersihan
mesin yang masih manual.
59
4.7.2 Rencana Tata Letak
Gambar 4.9 Denah Rencana Tata Letak di Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta (Sesudah)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
60
Gambar 4.10 Denah Tata Letak di Percetakan BPPT Thamrin Jakarta
(Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
61
a. Area ruang percetakan
Gambar 4.11 Area ruang percetakan (Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Pada gambar 4.11 di atas adalah kondisi ruang percetakan. Jika dilihat dari gambar,
ruang percetakan BPPT saat ini diduga masih belum sesuai dengan standar ruang
percetakan. Misal, masih banyaknya mesin yang belum memiliki teknologi
canggih, banyak barang yang berserakan atau benda-benda yang belum
ditempatkan sesuai dengan tempatnya.
62
Gambar 4.12 Area ruang percetakan (Sesudah)
Pada gambar 4.12 di atas adalah rencana tata letak baru ruang percetakan. Jika
dilihat dari gambar, ruang percetakan BPPT kondisi lebih rapi. Pada tempat kerja
tentunya sudah disesuaikan dengan keterkaitan alur proses kerja percetakan. Mesin
yang digunakan sudah memiliki teknologi canggih sehingga akan dapat menambah
efisiensi. Penambahan fasiitas seperti lemari dan meja juga sudah disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing proses cetak. Ruang penyimpanan alat dan bahan
juga sudah disesuaikan.
b. Area pra cetak
Gambar 4.13 Area pra cetak (Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Pada area pra cetak, khususnya pada pembuatan pelat cetak. Potensi limbah yang
dimunculkan berupa limbah padat. Misal, pelat cetak yang rusak akibat proses
ekspos mesin. Timbulan limbah cair biasanya terjadi akibat ceceran dari pelapis
bahan bantu pelat cetak yaitu GOM.
63
Gambar 4.14 Area pra cetak (Sesudah)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
c. Area cetak
Gambar 4.15 Area cetak (Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Pada area cetak, potensi muncunya limbah terbilang cukup tinggi, jenis limbah yang
dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. Timbulan limbah ditimbulkan
akibat aktifitas berupa hasil cetakan yang rusak (limbah padat), pelat cetak bekas
pakai (limbah padat), kain majun pembersihan mesin yang
64
terkontaminasi bensin dan tinta (limbah padat), tetesan minyak, oli dan tinta
(limbah cair).
Gambar 4.16 Area cetak (Sesudah)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
c. Area pasca cetak
Gambar 4.17 Area pasca cetak (Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
65
Pada area pasca cetak, khususnya pada proses penjahitan isi buku. Potensi limbah
yang dimunculkan berupa limbah padat. Misal, kertas sobek akibat jahitan proses
pengerjaan yang kurang hati, kertas terkena ceceran lem.
Gambar 4.18 Area pasca cetak (Sesudah)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
d. Area barang setengah jadi dan sortir
Gambar 4.19 Area barang setengah jadi dan sortir (Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
66
Pada area sortir, potensi limbah yang dimunculkan berupa limbah padat. Misal,
kertas hasil sortir dari cetakan yang kotor dan cetakan blank spot. Untuk blank spot
sebenarnya hal ini masih bisa dimanfaatkan kembali kertasnya.
Gambar 4.20 Area barang setengah jadi dan sortir (Sesudah)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
e. Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak
Gambar 4.21 Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak
(Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
67
Pada area pencucian, potensi limbah yang dimunculkan berupa limbah cair.
Biasanya hal ini terjadi disaat pencucian film cetak dan pencucian rol mesin cetak.
Gambar 4.22 Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak
(Sesudah)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
f. Area barang jadi dan gudang penyimpanan
Gambar 4.23 Area barang jadi dan gudang penyimpanan (Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Pada gudang penyimpanan, potensi limbah yang dimunculkan berupa limbah padat.
Biasanya terjadi disaat peletakan bahan baku kertas, karena tempat terlalu sempit
68
dan hal ini terjadi penumpukan kertas. Kertas menjadi lengket dan saat proses
pencetakan biasanya kertas akan terhisap ganda dan membuat blank spot.
Gambar 4.24 Area barang jadi dan gudang penyimpanan (Sesudah)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
g. Area tools cabinet
Gambar 4.25 Area tools cabinet (Sebelum)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
Pada area tools cabinet sering ada peralatan yang tidak diperlukan seperti bekas
pelat cetak ataupun bahan kimia bantu cetak hal ini terkadang menyebabkan
69
ceceran bahan kimia bantu cetak pada area tersebut. Padahal area ini hanya untuk
peralatan terkait perbaikan mesin.
Gambar 4.26 Area tools cabinet (Sesudah)
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
4.7.3 Pelatihan SDM Terkait dengan Bidang Pekerjaan
Latar belakang pendidikan yang merupakan bagian dari sumberdaya yang
ada di Percetakan BPPT memang semua bukan pada bidang grafika. Upaya
diadakan pelatihan dengan bidang pekerjaan yang ada juga menjadi solusi agar
pegawai unit percetakan bisa lebih memahami pola kerja percetakan. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam proses percetakan,
memahami cara pemakaian bahan serta perawatan mesin dan alat cetak. Selain itu,
tujuan diadakan pelatihan pegawai percetakan seperti berikut ini:
a. Agar pegawai percetakan mampu meningkatkan produktivitas kerja.
b. Agar pegawai percetakan mampu meningkatan kualitas kerja.
70
c. Agar Pegawai percetakan mampu meningkatkan ketetapan perencanaan
sumber daya manusia.
d. Agar pegawai percetakan mampu meningkatkan penghayatan jiwa dan
ideologi.
e. Agar pegawai percetakan mampu meningkatkan sikap moral dan semangat
kerja.
4.7.4 Penambahan Fasilitas dan Alat Bantu
Gambar 4.27 Penambahan Fasilitas Alat Bantu
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
4.7.5 Persyaratan Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan memiliki persyaratan dengan memenuhi ruang ventilasi
yang baik. Bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Gedung tempat tinggal, gedung
pelayanan kesehatan khususnya ruang perawatan, bangunan gedung pendidikan
khususnya ruang kelas, dan bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai
bukaan permanen. Kisi-kisi pada pintu, jendela dan bukaan permanen dapat dibuka
untuk kepentingan ventilasi alami.
71
Ventilasi mekanis digunakan jika ventilasi alami tidak mungkin
dilaksanakan, seperti pada bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan
perlindungan dari udara luar dan pencemaran. Persyaratan teknis sistem ventilasi,
kebutuhan ventilasi, harus mengikuti:
1) SNI 03-6390-2000 tentang konservasi energi sistem tata udara pada
bangunan gedung;
2) SNI 03-6572-2001 tentang tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
3) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem ventilasi;
4) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem ventilasi mekanis.
72
Gambar 4.28 Perencanaan sistem penghawaan (Instalasi Tata Udara) Unit
Percetakan BPPT Thamrin Jakarta
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
4.7.6 Persyaratan Sistem Pencahayaan
Setiap bangunan gedung memiliki beberapa persyaratan khusus. Sistem
pencahayaan pada bangunan gedung memiliki persyaratan sebagai berikut:
a) Mempunyai pencahayaan alami dan atau pencahayaan buatan, termasuk
pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya;
b) Gedung pendidikan, harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami;
c) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan
gedung dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan gedung;
d) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi
yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan gedung dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan;
e) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus
dipasang pada bangunan gedung dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja
secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk
evakuasi yang aman;
f) Sstem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan
darurat, dilengkapi pengendali manual, dan/atau otomatis, ditempatkan
pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang;
g) Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik di dalam
bangunan maupun di luar bangunan gedung.
73
Selain itu, persyaratan pencahayaan harus mengikuti:
1) SNI 03-6197-2000 tentang konservasi energi sistem pencahayaan buatan
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
2) SNI 03-2396-2001 tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan
alami pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
3) SNI 03-6575-2001 tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan
buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada
persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai
SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Gambar 4.29 Perencanaan sistem pencahayaan Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
74
4.7.7 Gambaran Umum Ruangan Percetakan BPPT
a. Pra Cetak
Pra cetak adalah tahapan mulai Job Order, dimulai pembuat desain
mengikuti spesifikasi yang ada pada job order dan menentukan ukuran kertas yang
akan dicetak.
Kondisi: terdapat meja montase, meja computer dan lemari, terutama pada lemari
sangat tidak tertata dengan rapi, masih banyak barang yang tidak tersusun sesuai
dengan kesesuaian tempatnya, biasanya berisi pelat cetak, plastik astralon dan
benda benda merch seperti pin, tali lanyard dan belum ada label untuk meletakan
kertas-kertas di lemari. Barang-barang yang tidak diperlukan bercampur dengan
barang yang diperlukan sehingga kelihatan tidak rapi.
Pada tahapan pengambilan barang, barang keperluan order seperti buku, alat
tulis, catatan order berpindah – pindah tempat meja. Lalu untuk lemari yang berisi
MMT, stiker, yang siap diambil oleh konsumen ada yang diletakan di ruangan
produksi maupun sudut-sudut ruangan. Sub bab tahapan desain terdapat kertas
kosong diletakan pada samping CPU. Sedangkan peletakan nota, kalkulator, alat
tulis berpindah-pindah tempat sampai di tahapan lain.
Gambar 4.30 Visualisasi Ruang Pracetak, Unit Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta
75
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
b. Cetak
Tahap proses yang akan di transferkan ke bagian operator proses percetakan
menggubah bahan baku dan kertas digabungkan dengan tinta.
Kondisi: terdapat kain majun atau alat lain di atas mesin cetak, sekitar mesin cetak
berserakan biasanya terdapat kunci pas, kain majun serta kape untuk meletakan
tinta. Sehingga barang bercampur dengan barang yang digunakan setiap hari.
Barang-barang yang sudah tidak diperlukan bernilai atau tidak bernilai bercampur
dengan barang yang diperlukan sehari-hari.
Gambar 4.31 Visualisasi Ruang Cetak, Unit Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
c. Finishing
Finishing adalah tahapan akhir setelah proses cetak yang akan dipotong
MMT maupun stiker, banner, kartu nama sesuai keinginan konsumen.
76
Kondisi: terdapat gunting, penggaris, lem, alat yang berkaitan dengan proses
finishing, palu yang berserakan, serta sisa kertas yang belum tertata dengan rapi,
tumpukan kardus. barang pribadi bercampur dengan barang yang diperlukan dalam
sehari-hari.
Pada tahapan proses mencetak terdapat bahan baku siap cetak dan hasil
cetak pada satu tempat yang sama bercampur dan ada yang diletakan di lalu lintas
barang ditahapan lain. Selain itu, peletakan minyak pelumas mesin, kertas, kain lap,
MMT yang sudah jadi, kunci pas diletakan di atas mesin cetak di bawah mesin cetak
terdapat potongan-potongan MMT yang berserakan.
Gambar 4.32 Visualisasi Ruang Finishing, Unit Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta
Sumber: Data diolah Penulis, 2021
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Alternatif solusi ysng terpilih dalam penerapan produksi bersih di Unit
Percetakan BPPT Thamrin Jakarta dengan menggunakan metode AHP yaitu
memberikan pegawai melalui pengetahuan dan pelatihan mengenai pengolahan
limbah. Alternatif tersebut sudah mempertimbangkan kriteria teknis, ekonomi dan
lingkungan.
5.2 Saran
Pegawai pada Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta diberikan
pengetahuan dan pelatihan mengenai pengolahan limbah melalui seminar, coffee
break, workshop, pameran dan sebagainya. Rekrutmen pegawai sesuai dengan
bidang ilmu yang diembannya. Selain itu, perlu dilakukan pengembangan terhadap
kriteria yang akan dikaji, sehingga alternative solusi penerapan produksi bersih
dapat mempertimbangkan kriteria lainnya yang menyeluruh.
78
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F. (2015). Sistem Pengelolaan Limbah B3 Terhadap Indeks Proper di.
RSPI Prof. DR. Sulianti Saroso, Jakarta.
Bryson, John M. (2002). Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Cameron, Kim S., Robert E. Quinn. (1999). Diagnosing and Changing
Organizational Culture: Based on the Competing Values Framework.
Reading. Addison Wesley, Massachusetts.
Donelly, James H. Jr., dkk. (1996). Fundamentals of Management. Irwin McGraw-
Hill, Boston.
Goldworthy dan Ashley. (1996). Australian Public Affairs Information Service.
APAIS, Australia.
GTZ-ProLH. (2007). Panduan Penerapan Eko-efisiensi Usaha Kecil dan.
Menengah Sektor Batik. Program Lingkungan Hidup Indonesia, Jerman.
Jakarta.
Hariadi, Bambang. (2005). Strategi Manajemen. Bayumedia Publishing, Malang.
Hamel, G., & Prahalad, C.K. (1994). Competing for the future. Harvard Business
School Press, Boston.
Hatten, Kenneth J, dan Hatten, Marry Louise. (1998). Efective Strategy
Management. Precentice Hall, Englewood Cliff.
Hutapea. (2017). Strategi pemerintah dalam pembangunan Kawasan Wisata Muara
Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015. Jurnal
Organisasi Manajemen, Vol. 4, No. 1: 1-5.
Ibrahim, B. (2004). Pendekatan Penerapan Produksi Bersih pada Industri
Pengolahan Hasil Perikanan, Buletin Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 7,
No. 1: 1-10.
Ilie G & Ciocoiu CN. (2010). Application of Fishbone Diagram to Determine the
Risk of an Event with Multiple Causes, Management Research and Practice,
2(1): 1-20.
Indrasti N.S & Fauzi A.M. (2009). Produksi Bersih. IPB Press, Bogor.
79
International Labour Organization (ILO). (2013). Produksi Bersih Meningkatkan
Produktivitas. ILO, Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH RI). (2015). PROPER
2015. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta.
KLH (Kementrian Lingkungan Hidup). (2003). Panduan Produksi Bersih dan
Sistem Manajemen Lingkungan Untuk Usaha/Industri Kecil dan
Menengah. KLH RI, Jakarta.
Kunz, T. H. & Parson, S. (2009). Ecological Behavioral Methods for the Study of
Bats. The Johns Hopkins University Press, Baltimore.
Kurniawan M.W., Purwanto, P., dan Sudarno, S. (2013). Strategi pengelolaan air
limbah sentra UMKM batik yang berkelanjutan di kabupaten Sukoharjo.
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 11, No. 1: 62-72.
Kristanto, P. (2004). Ekologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad. (2006). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Erlangga, Jakarta.
Marrus, Stephanie K. (2002). Desain Penelitian. Manajemen Strategik. Rajawali
Press, Jakarta.
Ma’ruf, M., K. Sukarti., E. Purnamasari., E. Sulistianto. (2013). Penerapan
Produksi Bersih pada Industri Pengolahan Terasi Skala Rumah Tangga di
Dusun Selangan Laut Pesisir Bontang (Application Cleaner Production
Options on Fermented Shrimp Processing Industry in Household Scale in
Selangan Laut, Bontang Waters). Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18.
No. 2: 1-8.
Meldayanoor, Mariatul Kiptiah, & Dian Permata Sari. (2019). Analisis Penerapan
Produksi Bersih Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Bakunci Kabupaten Tanah Laut. Jurnal Teknologi Agro-Industri, Vol. 6,
No. 2: 118-126.
Moertinah, S. (2008). Peluang-Peluang Produksi Bersih Pada Industri Tekstil
Finishing Bleaching, Studi kasus Pabrik Tekstil Finishing Bleaching PT.
Damaitex Semarang. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan
Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Novita, Elida, Iwan T. dan Teguh F. W. (2016). Kelayakan Pemanfaatan Limbah
Cair Tahu pada Industri Kecil di Dusun Curah Rejo Desa Cangkring
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Prosiding Seminar Nasional
APTA, Jember: 376-381.
80
Ohmae, K. (1982). The Mind of Strategists: The Art of Japanese Business.
McGraw-Hill, New York.
Purwanto, Iwan. (2006). Manajemen Strategi. Yrama Widya, Bandung.
Purwanto. (2005). Penerapan Produksi Bersih di Kawasan Industri. Disampaikan
pada Seminar Penerapan Program Produksi Bersih Dalam mendorong
Terciptanya Kawasan Eco-industrial di Indonesia, diselenggarakan oleh
Asisten Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi di Jakarta 3 Juni 2005.
Quan, D. M. (2013). Minimizing translation mistakes in the writing process by
using the question-making technique, The Journal of Asian Critical
Education, Vol. 2: 13-29.
Rahayu, Suparni Setyowati, Purwanto dan Budiyono. (2013). Pengelolaan
Lingkungan Kecil Industri Tahu dengan Menerapkan Produksi Bersih
dalam Upaya Efisiensi Air dan Energi. Seminar Nasional Hasil Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat Inovasi Ipteks Perguruan Tinggi
untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Bali: 956-962.
Rangkuti, F. (1999). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi
Konsep Perencanaan Strattegis untuk Menghadapi Abad 21. Cet-11. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sari, D.P. et al., (2012). Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi Menggunakan Life
Cycle Assessment untuk Menciptakan Sustainable Production di Industri
Kecil Menengah Batik. Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2: 137–144.
Siagian, Sondang P. (2004). Prinsip-prisip Dasar Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jilid I. Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Srdevic Z, Blagojevic B dan Srdevic B. (2011). AHP based group decision makin
in ranking loan applicants for purchasing irrigation equipment: A case
Study, Bulgarian. Journal Agri Sci, Vol. 17, No. 4: 531-543.
Suryono. (2004). Pengantar Teori Pembangunan. Universitas Negeri Malang, UM.
Press, Malang.
Susanto, P.A. (2004). Komunikasi Sosial di Indonesia. Bina Cipta, Bandung.
Tague, N. R. (2005). The Quality Toolbox 2nd Edition. ASQ Quality Press,
Milwaukee, Wisconcin.
Thompson Jr, Arthur A., Strickland lll, A.J., Gamble dan John E. (2007). Crafting
& Executing Strategy the Quest for Competitive Advantage Concept &
Cases, 15 th Edition, McGraw-Hill International Edition, USA.
81
Thrane, M., E. Holm Nielsen dan P. Christensen. (2009). Cleaner production in
Danish Fish Processing – Experiences, Status and Possible Future
Strategies. Journal of Cleaner Production, Vol. 17: 380–390.
Tjokroadmidjojo, Bintoro. (1982). Teori Strategi Pembangunan Nasional. PT
Gunung Agung, Jakarta.
Ujianti, Rizky Muliani Dwi. (2017). Produksi Bersih Pada Industri Pangan Berbasis
Perikanan. Jurnal ilmu Pangan dan Hasil Pertanian, Vol. 1 No. 1: 28-36.
UNEP. (2003). Cleaner Production. Assessment in Industries.
UNEP and FAO Food and Agriculture Organization of the United Nations and
United Nations Environment Programme. (1999). The Future of Our Land
Facing the Challenge. FAO and UNEP, Rome, Italy.
United State Agency for International Development (USAID). (1997). Panduan
Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan
Pembangunan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.
United Nation Industrial Development Organization (UNIDO). (2002). Manual on
the Development of Cleaner Production Policies – Approaches and
Instruments. UNIDO CP Programme, Vienna.
Wardani, I. K. (2015). Pemetaan pengadaan dan optimalisasi bahan baku batik
sebagai industry kreatif di kampung batik Laweyan. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Wheelen, T dan Hunger, D. (2012). Strategic Management and Business Policy.
13th. Prentice Hall, USA.
Yuniarti, Yenny., Sari, Novita., Nifita, Ade Titi., dan Amri, Adi Ikhsan Syukri.
(2019). Strategi Inovasi Produk pada Jambi Inspiring Media (JIMEDA)
dalam Memperoleh Keunggulan Bersaing, Jurnal Inovasi, Teknologi, dan
Dharma bagi Masyarakat (JITDM), Vol.1 No.1: 51-55.
Zein, Mufrida., Lestari, Ema., dan Artu Aru. (2019). Analisis Teknik Penerapan
Produksi Bersih pada Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Inti
Sawit (Kerel) di PT JY. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, Vol. 23, No.2:
179-186.
Zulmi, A., Meldayanoor, Lestari, E. (2018). Analisis Kelayakan Penerapan Produksi Bersih pada Industri Tahu UD. Sugih Waras desa Atu-atu
Kecamatan Pelaihari. Jurnal Teknologi Agro-Industri, Vol. 5, No. 1: 1-9.
82
LAMPIRAN 1.
KUESIONER DAN WAWANCARA PENELITIAN
Hal : Mohon Bantuan Pengisian Kuisioner dan Wawancara
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Tekinik Lingkungan, Fakultas Teknik, Univeritas
Satya Negara Indonesia (USNI) Jakarta, mengharapkan kesediaan pegawai di Unit
Percetakan BPPT Thamrin Jakarta untuk membantu mengisi angket/kuesioner dan
wawancara yang saya sajikan ini untuk mendukung penyelesaian penelitian yang di
lakukan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan semua
pegawai yang telah meluangkan banyak waktu untuk membantu mengisi
angket/kuesioner dan wawancara ini dengan apa adanya sesuai dengan kenyataan
sebenarnya.
Pengisian kuesioner dan wawancara ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan
pegawai, data yang kami kumpulkan ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan kami
menjamin kerahasiaan identitas pegawai.
Demikian permohonan kami dan atas kesediaan pegawai di Unit Percetakan BPPT
Thamrin Jakarta kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, Mei 2021
Peneliti,
Fajar Bagoes Rianto
83
KESEDIAAN RESPONDEN DALAM PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nomor :
Jenis Kelamin : 1. Laki – laki
2. Perempuan
Usia : 1. 19 – 25 tahun
2. 26 – 35 tahun
3. 36 – 45 tahun
4. > 45 tahun
Tingkat Pendidikan : 1. SMA / SMK
2. D3 / D4
3. S1
Lama Kerja : 1. 1 – 5 tahun
2. 6 – 10 tahun
3. 11 – 15 tahun
4. 16 – 20 tahun
5. > 20 tahun
Alamat Rumah :
Telah mengetahui bahwa penelitian “Strategi Perancangan Produksi Bersih untuk
Percetakan (Penelitian di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta)” yang
dilaksanakan oleh Fajar Bagoes Rianto, bertujuan untuk memperoleh data dalam
penulisan skripsi. Saya mengetahui bahwa identitas saya akan dirahasiakan dalam
publikasi penelitian ini, dan saya bersedia memberikan data yang sebenarnya
penelitian ini.
Jakarta, Mei 2021
(.........................................)
Nama Responden
84
4.8 Lembar kuesioner penilaian penerapan produksi bersih (daftar periksa
produksi bersih)
Tabel 1.1 Daftar Pertanyaan Peluang Penggunaan Energi secara Umum
No. Peluang penggunaan energi
secara umum Ya Tidak Tindakan yang diambil
A. Fasilitas pemanas dan pendingin
1. Dapatkah Anda mengendalikan
tingkat pemanasan, pendinginan, dan
ventilasi pada bangunan Anda?
2. Dapatkah Anda menetapkan suhu
termostat sehingga daerah kerja
tidak dipanaskan atau didinginkan
lebih dari yang diperlukan?
3. Dapatkah Anda membuat jendela
atau pintu tetap terbuka atau tertutup
untuk mencegah penggunaan yang
tidak perlu dari pemanas dan
pendingin ruangan?
4. Dapatkah Anda meningkatkan
pemeliharaan system HVAC
(misalnya, mengubah atau
membersihkan filter udara) untuk
membuat mereka berjalan lebih
efisien?
5. Dapatkah sumber bahan bakar untuk
boiler diubah menjadi pembakaran
bahan bakar yang lebih bersih?
6. Dapatkah limbah panas dari sistem
HVAC (Heater, Ventilation, Air
Condition) digunakan untuk
keperluan pemanasan?
7. Dapatkah pipa dan kulit bangunan,
jendela, pintu dll diisolasi?
B. Pencahayaan
8. Dapatkah pencahayaan lebih
difokuskan dimana pekerja
membutuhkannya dan dengan
jumlah yang sesuai?
85
9. Dapatkah sinar matahari di saat siang
hari digunakan sebagai
pencahayaan?
10. Dapatkah anda menggantikan lampu
pijar dengan lampu yang lebih
efisien seperti neon, LED, atau
lampu lainnya pencahayaan?
11. Dapatkah Anda menginstal sensor
gerak atau mengambil langkah-
langkah lain untuk mematikan lampu
di gudang, tempat penyimpanan, dan
daerah lainnya yang sebentar-
sebentar digunakan?
12. Dapatkah Anda menggunakan
utilitas listrik Anda untuk menilai
sistem pencahayaan Anda untuk
menentukan apakah upgrade
efisiensi berguna?
C. Proses Pengoperasian Peralatan (Motor penggerak dan Mesin)
13. Apakah mesin dapat dimatikan jika
tidak dioperasikan?
14. Haruskah pompa sirkulasi dijalankan
sepanjang waktu?
15. Dapatkah motor, pompa, dan
peralatan digunakan dengan energi
yang lebih efisien, beralih ke sistem
motor yang lebih efisien yang
menggunakan kontrol variabel speed
drive?
16. Dapatkah motor, pompa, dan
peralatan berukuran sesuai dengan
beban mereka?
17. Dapat perencanaan produksi
dioptimalkan untuk mengurangi waktu pengoperasian peralatan
produksi non-produktif?
86
D. Proses Pengoperasian Peralatan (Compressed Air)
18. Jika udara yang dimampatkan
(compressed air) digunakan,
dapatkah Anda secara rutin
menemukan dan memperbaiki
kebocoran di sistem udara yang
dimampatkan (compressed air
system)?
19. Dapatkah Anda mengurangi tekanan
dalam sistem udara yang
dimampatkan (compressed air
system) dan masih mengoperasikan
peralatan secara efektif?
20. Dapatkah limbah panas yang
terbuang dari kompresor digunakan
untuk keperluan pemanasan?
E. Proses Pemanasan dan Pendinginan
21. Dapatkah suhu proses pemanasan
(misalnya, digunakan pada oven)
dipertahankan secara efektif pada
tingkat yang lebih rendah?
22. Dapatkah langkah-langkah lain
diambil untuk menghindari
hilangnya panas yang tidak perlu
atau pendinginan dalam proses
(misalnya limbah pemulihan gas
panas)?
23. Dapatkah Anda meningkatkan
pemeliharaan boiler dan sistem
pendingin?
F. Transportasi
24. Dapatkah Anda beralih ke bahan
bakar kendaraan yang lebih efisien
untuk kebutuhan transportasi bisnis?
25. Dapatkah Anda menjalankan forklift
di dalam fasilitas dengan listrik /
baterai atau gas alam yang
dimampatkan / propana dan bukan
bahan bakar kotor lainnya?
87
26. Dapatkah Anda meningkatkan
pemeliharaan kendaraan sehingga
mereka berjalan pada efisiensi bahan
bakar yang optimal (misalnya,
mempertahankan tekanan ban,
mengganti filter udara dan bahan
bakar)?
27. Dapatkah Anda memberikan insentif
bagi karyawan yang berjalan atau
bersepeda ke tempat kerja (misalnya,
menyediakan tempat untuk
mengunci dan menyimpan sepeda,
memberikan fasilitas mandi dan
loker, hadiah)?
28. Dapatkah Anda memberikan insentif
bagi karyawan yang memilih
angkutan umum untuk pergi bekerja
(misalnya, menyediakan kartu
perjalanan bersubsidi, biaya untuk
parkir dan menggunakan dana untuk
hadiah para penggunaan transit atau
sepeda untuk pulang-pergi)?
88
Tabel 1.2 Daftar Pertanyaan Peluang Penggunaan Air secara Umum
No. Peluang Penggunaan Air secara
Umum Ya Tidak
Tindakan
yang diambil
A. Toilet
1. Apakah toilet dengan aliran hemat
air (low flow) dan efisien telah
dipasang di perusahaan?
2. Apakah semua keran dan shower
memiliki aliran hemat air untuk
mengurangi penggunaan air di
wastafel?
B. Pemanas atau Pendingin
3. Apakah air pendingin di perusahaan
anda yang menggunakan once-
through cooling water pendingin air
dalam pendingin udara, kompresor
udara, pompa vakum, dll telah
dieliminasi dengan penggunaan
peralatan pendingin, menara
pendingin, atau pendingin udara?
4. Apakah perusahaan telah
mengoptimalkan kontrolblow-
down/bleed-off pada boiler dan
menara pendingin (cooling towers)?
5. Apakah kondensat digunakan
kembali?
C. Proses Pencucian dan Pembilasan
6. Apakah teknik pembilasan telah
ditingkatkan dilaksanakan, seperti
sistem countercurrrent,
menggunakan sekuensial kualitas
tinggi untuk menurunkan jumlah
kebutuhan, control aliran
konduktivitas, meningkatkan
semprotan/tekanan pembilasan, fog
rinsing or agitated rinsing?
7. Apakah air dimatikan saat tidak
dipakai dengan menggunakan timer,
limit switch, atau hal itu merupakan
bagian dari praktek kerja yang
89
berlaku?
8. Apakah kesegaran air mandi
dimaksimalkan dengan
menggunakan kontrol penyaringan
dan pemeliharaan?
9. Apakah praktek "dry clean-up"
digunakan dan bukannya
menggunakan selang untuk
membersihkan dengan air? Jika
mencuci air yang diperlukan,
sebelum dilakukan dengan alat
pembersih, sikat, atau sapu?
10. Dapatkah pembatas aliran digunakan
untuk membatasi penggunaan air?
D. Air proses (process water) dan sistem pengairan
11. Apakah air dialirkan dalam pipa
lurus (dengan sedikit lekukan) untuk
mengurangi energi untuk motor
pompa?
12. Apakah pipa dan peralatan yang
menggunakan air secara rutin
diperiksa dari kebocoran?
E. Penggunaan air ditempat
13. Apakah kualitas air disesuaikan
dengan kuantitas air? Dapatkah air
hujan, air bilas, atau air lain yang
tidak untuk diminum ditampung dan
digunakan kembali untuk tujuan
tertentu?
14. Apakah aplikasi penggunaan ulang
diperiksa untuk digunakan kembali
sebagai air proses, irigasi taman,
kolam hias, air bilas toilet dan
menara pendingin?
F. Taman atau lanskap
15. Dapatkah jumlah air yang digunakan
untuk taman dikurangi?
16. Dapatkah langkah-langkah diambil
90
untuk penggunaan air yang lebih
sedikit untuk taman, seperti
menggunakan alat penyiram
bervolume kecil, irigasi tetes, jadwal
penyiraman dan penempatan air
dioptimalkan, dan pemeliharaan
preventif?
17. Dapatkah jenis tanaman atau taman
(misalnya, teknik xeriscaping)
digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan kebutuhan untuk
penyiraman tambahan?
G. Dapur umum
18. Apakah sensor "electric eye" untuk
pencuci piring konveyor dipasang?
19. Apakah mesin pencuci piring dengan
efisien air dan energi baru sudah
diinstal?
91
Tabel 1.3 Daftar Pertanyaan Penggunaan Material dan Bahan Kimia yang
Umum
No. Peluang Penggunaan Material
dan Bahan Kimia yang Umum Ya Tidak
Tindakan
yang diambil
A. Fasilitas Pemanas dan Pendingin
1. Dapatkah Anda membeli input
material dalam ukuran atau
konfigurasi tertentu untuk
mengurangi jumlah sisa bahan?
2. Dapatkah Anda menyesuaikan
peralatan proses atau pola produksi
untuk mengoptimalkan penggunaan
bahan dan mengurangi sisa bahan?
3. Dapatkah sisa bahan digunakan
kembali atau didaur ulang dalam
perusahaan?
4. Apakah ada perusahaan lain yang
mungkin dapat menggunakan sisa
bahan (scraps) sebagai masukan
bahan?
B. Mengurangi bahan yang tidak terpakai
5. Dapatkah Anda mengurangi
persediaan bahan atau bergeser ke
arah pembelian "just-in-time",
terutama di mana bahan sering tidak
terpakai?
6. Dapatkah Anda membeli bahan
dengan container "berukuran tepat"
untuk lebih menjamin bahan baku
yang dibeli benar-benar digunakan?
7. Dapatkah Anda "mengemas" (atau
mempaketkan bahan dan bahan
kimia dalam porsi "ukuran tepat")
sehingga karyawan mengambil dan
menggunakan hanya apa yang
dibutuhkan?
8. Dapatkah Anda meningkatkan
sistem penyimpanan dan label
92
bahan untuk memastikan bahwa
stok paling lama yang pertama
digunakan untuk meminimalkan
pembusukan dan tanggal
kedaluwarsa sesuai azas First In
First Out (FIFO)?
9. Dapatkah Anda memperbaiki
praktek-praktek penanganan
material untuk memastikan bahwa
bahanbahan tidak rusak atau
tumpah?
C. Pengurangan bahan produk
10. Dapatkah Anda bekerja dengan
desainer produk (dengan
perusahaan atau pelanggan) untuk
mengidentifikasi peluang untuk
mengurangi bahan yang digunakan
dalam suatu produk?
11. Dapatkah Anda mengidentifikasi
peluang untuk mengurangi bahan
yang digunakan dalam kemasan
produk?
D. Material Substitusi
12. Dapatkah Anda mengganti bahan
atau bahan kimia dengan dampak
lingkungan atau dampak kesehatan
publik yang lebih rendah?
13. Dapatkah Anda meningkatkan
penggunaan bahan daur ulang
dalam produk atau kemasan?
93
Tabel 1.4 Daftar Pertanyaan Peluang Pencegahan Polusi dan Limbah
Lingkungan secara Umum
No.
Peluang Pencegahan Polusi dan
Limbah Lingkungan secara
Umum
Ya Tidak Tindakan
yang diambil
A. Reduce (Mengurangi)
1. Apakah ada cara untuk
menghilangkan atau mengurangi
sumber limbah atau polusi?
B. Reuse (Menggunakan kembali)
2. Dapat limbah bahan atau bahan
kimia diambil dan diperkenalkan
kembali ke dalam proses untuk
penggunaan produktif?
3. Apakah ada langkah-langkah proses
yang dapat dirancang untuk
memiliki aspek lingkaran tertutup
"closed loop" yang secara otomatis
menangkap dan memperkenalkan
kembali bahan input menggunakan
kondensasi atau teknik lain?
4. Dapatkah komponen produk cacat
diperbaharui untuk penggunaan
produktif?
C. Recycle (Mendaur ulang)
5. Dapatkah Anda menemukan peluang
untuk memberikan atau menjual
limbah Anda?
6. Apakah ada langkah yang dapat
Anda lakukan untuk memisahkan
atau meningkatkan kualitas atau
kemurnian limbah yang mungkin
membuat mereka menarik bagi
perusahaan lain untuk penggunaan
yang produktif?
D. Safe and Proper Disposal (Pembuangan yang Aman dan Tepat)
7. Apakah ada langkah yang dapat
diambil untuk memisahkan limbah
lebih baik untuk mengurangi jumlah
limbah yang memiliki karakteristik
94
beracun atau berbahaya dan
membutuhkan penanganan dan
pembuangan khusus?
8. Bisakah Anda memasang
pengendalian pencemaran atau
sistem / peralatan perawatan yang
mengurangi jumlah polusi atau
limbah dengan karakteristik yang
berbahaya?
9. Apakah ada langkah yang dapat
Anda ambil untuk memastikan
bahwa limbah dibuang dengan benar
dan aman, atau agar polusi
dilepaskan dengan cara yang
meminimalkan dampak yang
merugikan kesehatan manusia dan
lingkungan?
Sumber: International Labour Organization (ILO), (2013: 11-23).
95
4.9 Lembar Penentuan penyebab masalah limbah lingkungan (fishbone
diagram)
Gambar 1.1 Penentuan penyebab masalah limbah lingkungan
(Fishbone Diagram)
METODE MESIN
LINGKUNGAN
MANUSIA
MATERIAL
PERMASALAHAN
96
4.10 Lembar Wawancara Penentuan akar penyebab masalah limbah
lingkungan dengan Metode 5W1H (What, Where, Who, When, Why, dan
How)
1) Apa permasalahan yang dialami pada Unit Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta?
2) Dimana permasalahan ini terjadi?
3) Siapa yang bertanggung jawab terhadap permasalahan ini?
4) Kapan biasanya permasalahan ini terjadi?
5) Mengapa permasalahan tersebut dapat terjadi atau penyebab dari
permasalahan?
6) Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau solusi dari
permasalahan?
97
4.11 Lembar Penentuan alternatif solusi yang dapat diterapkan
a) Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau solusi dari
permasalahan?
98
4.12 Lembar Pemilihan alternatif solusi penerapan produksi bersih dengan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
1.5.1 Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah Lingkungan
Tabel 1.5 5W1H pada permasalahan ………..
Faktor What Where Who When Why How
6. Manusia
7. Metode
8. Mesin
9. Material
10. Lingkungan
99
1.5.2 Penentuan Alternatif Solusi
Tabel 1.6 Pengelompokkan alternatif solusi hasil metode 5W1H dan alternatif
solusi usulan
No. Alternatif Solusi Hasil 5W1H Alternatif Solusi yang Diusulkan
100
1.5.3 Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih
Tabel 1.7 Bobot dan peringkat kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan
No. Kriteria Bobot Peringkat
1. Teknis
2. Ekonomi
3. Lingkungan
Jumlah
101
1.5.4 Bobot dan Peringkat masing-masing Alternatif
Tabel 1.8 Bobot dan peringkat kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan
No. Alternatif Bobot Alternatif Bobot
Akhir Peringkat
Teknis Ekonomis Lingkungan
Jumlah
102
1.5.5 Struktur Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan Bobot
Kriteria dan Bobot Alternatif
Gambar 1.2 Struktur Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
Bobot Kriteria dan Bobot Alternatif
Memilih Alternatif Solusi Penerapan Produksi Bersih
pada Permasalahan ……….. Tujuan
Kriteria
Alternatif
Teknis Lingkungan Ekonomis
Alternatif 1 Alternatif 4 Alternatif 3 Alternatif 2
103
LAMPIRAN 2.
HASIL KUESIONER DAN WAWANCARA RESPONDEN PENELITIAN
2.1 Responden Penelitian 1
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nomor : 1
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia : 1. 19 – 25 Tahun
2. 26 – 35 Tahun
3. 36 – 45 Tahun
4. > 45 Tahun
Tingkat Pendidikan : 1. SMA / SMK
2. D3 / D4
3. S1
Lama Kerja : 1. 1 – 5 Tahun
2. 6 – 10 Tahun
3. 11 – 15 Tahun
4. 16 – 20 Tahun
5. > 20 Tahun
Alamat Rumah : Jl, Martimbang Raya No. 10 Jakarta 12120
Telah mengetahui bahwa penelitian “Strategi Perancangan Produksi Bersih untuk
Percetakan (Penelitian di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta)” yang
dilaksanakan oleh Fajar Bagoes Rianto, bertujuan untuk memperoleh data dalam
penulisan skripsi. Saya mengetahui bahwa identitas saya akan dirahasiakan dalam
publikasi penelitian ini, dan saya bersedia memberikan data yang sebenarnya
penelitian ini.
Jakarta, Mei 2021
(Fajar Bagoes Rianto)
104
1.1 Lembar Kuesioner Penelitian Penilaian Penerapan Produksi Bersih
(Daftar Periksa Produksi Bersih)
Tabel 1.1 Daftar Pertanyaan Peluang Penggunaan Energi secara Umum
No. Peluang Penggunaan Energi
secara Umum Ya Tidak
Tindakan
yang diambil
A. Fasilitas Pemanas dan Pendingin
1. Dapatkah Anda mengendalikan
tingkat pemanasan, pendinginan, dan
ventilasi pada bangunan Anda?
🗸 Dengan cara membuka pintu
dan membuka jendela
ruangan
2. Dapatkah Anda menetapkan suhu
termostat sehingga daerah kerja
tidak dipanaskan atau didinginkan
lebih dari yang diperlukan?
🗸
3. Dapatkah Anda membuat jendela
atau pintu tetap terbuka atau tertutup
untuk mencegah penggunaan yang
tidak perlu dari pemanas dan
pendingin ruangan?
🗸
4. Dapatkah Anda meningkatkan
pemeliharaan system HVAC
(misalnya, mengubah atau
membersihkan filter udara) untuk
membuat mereka berjalan lebih
efisien?
🗸 Karena sudah ada unit
terkait pembersihan HVAC
5. Dapatkah sumber bahan bakar untuk
boiler diubah menjadi pembakaran
bahan bakar yang lebih bersih?
🗸
6. Dapatkah limbah panas dari sistem
HVAC (Heater, Ventilation, Air
Condition) digunakan untuk
keperluan pemanasan?
🗸
7. Dapatkah pipa dan kulit bangunan,
jendela, pintu dll diisolasi?
🗸
B. Pencahayaan
8. Dapatkah pencahayaan lebih
difokuskan dimana pekerja
membutuhkannya dan dengan
jumlah yang sesuai?
🗸
105
9. Dapatkah sinar matahari di saat siang
hari digunakan sebagai
pencahayaan?
🗸 Karena lokasi berada di
basement
10. Dapatkah anda menggantikan lampu
pijar dengan lampu yang lebih
efisien seperti neon, LED, atau
lampu lainnya pencahayaan?
🗸 Tinggal menghubungi tim
teknis unit perlengkapan
11. Dapatkah Anda menginstal sensor
gerak atau mengambil langkah-
langkah lain untuk mematikan lampu
di gudang, tempat penyimpanan, dan
daerah lainnya yang sebentar-
sebentar digunakan?
🗸 Karena saat ini sistem
tersebut hanya berada di
ruang lantai 1 – 24.
12. Dapatkah Anda menggunakan
utilitas listrik Anda untuk menilai
sistem pencahayaan Anda untuk
menentukan apakah upgrade
efisiensi berguna?
🗸
C. Proses Pengoperasian Peralatan (Motor penggerak dan Mesin)
13. Apakah mesin dapat dimatikan jika
tidak dioperasikan?
🗸 Karena mesin akan panas
jika mesin terus menyala.
14. Haruskah pompa sirkulasi dijalankan
sepanjang waktu?
🗸
15. Dapatkah motor, pompa, dan
peralatan digunakan dengan energi
yang lebih efisien, beralih ke sistem
motor yang lebih efisien yang
menggunakan kontrol variabel speed
drive?
🗸
16. Dapatkah motor, pompa, dan
peralatan berukuran sesuai dengan
beban mereka?
🗸
17. Dapat perencanaan produksi
dioptimalkan untuk mengurangi waktu pengoperasian peralatan
produksi non-produktif?
🗸 Harus direncanakan dengan
pimpinan terkait dengan pekerjaan atau job order.
106
D. Proses Pengoperasian Peralatan (Compressed Air)
18. Jika udara yang dimampatkan
(compressed air) digunakan,
dapatkah Anda secara rutin
menemukan dan memperbaiki
kebocoran di sistem udara yang
dimampatkan (compressed air
system)?
🗸
19. Dapatkah Anda mengurangi tekanan
dalam sistem udara yang
dimampatkan (compressed air
system) dan masih mengoperasikan
peralatan secara efektif?
🗸
20. Dapatkah limbah panas yang
terbuang dari kompresor digunakan
untuk keperluan pemanasan?
🗸
E. Proses Pemanasan dan Pendinginan
21. Dapatkah suhu proses pemanasan
(misalnya, digunakan pada oven)
dipertahankan secara efektif pada
tingkat yang lebih rendah?
🗸
22. Dapatkah langkah-langkah lain
diambil untuk menghindari
hilangnya panas yang tidak perlu
atau pendinginan dalam proses
(misalnya limbah pemulihan gas
panas)?
🗸
23. Dapatkah Anda meningkatkan
pemeliharaan boiler dan sistem
pendingin?
🗸 Menghubungi unit teknis
yang mampu dengan
bidangnya.
F. Transportasi
24. Dapatkah Anda beralih ke bahan
bakar kendaraan yang lebih efisien
untuk kebutuhan transportasi bisnis?
🗸 Saat ini masih menggunakan
BBM pada umumnya.
25. Dapatkah Anda menjalankan forklift
di dalam fasilitas dengan listrik /
baterai atau gas alam yang
dimampatkan / propana dan bukan
🗸
107
bahan bakar kotor lainnya?
26. Dapatkah Anda meningkatkan
pemeliharaan kendaraan sehingga
mereka berjalan pada efisiensi bahan
bakar yang optimal (misalnya,
mempertahankan tekanan ban,
mengganti filter udara dan bahan
bakar)?
🗸 Karena ada unit kendaraan,
unit tersebut yang menangani
pekerjaan tersebut.
27. Dapatkah Anda memberikan insentif
bagi karyawan yang berjalan atau
bersepeda ke tempat kerja (misalnya,
menyediakan tempat untuk
mengunci dan menyimpan sepeda,
memberikan fasilitas mandi dan
loker, hadiah)?
🗸 Tidak ada anggaran terkait
dengan kegiatan tersebut.
28. Dapatkah Anda memberikan insentif
bagi karyawan yang memilih
angkutan umum untuk pergi bekerja
(misalnya, menyediakan kartu
perjalanan bersubsidi, biaya untuk
parkir dan menggunakan dana untuk
hadiah para penggunaan transit atau
sepeda untuk pulang-pergi)?
🗸 Karena di BPPT sudah ada
fasilitas antar jemput
pegawai.
108
Tabel 1.2 Daftar Pertanyaan Peluang Penggunaan Air secara Umum
No. Peluang Penggunaan Air secara
Umum Ya Tidak
Tindakan
yang diambil
A. Toilet
1. Apakah toilet dengan aliran hemat
air (low flow) dan efisien telah
dipasang di perusahaan?
🗸 Tapi pada ruang percetakan
ada yang belum terpasang.
2. Apakah semua keran dan shower
memiliki aliran hemat air untuk
mengurangi penggunaan air di
wastafel?
🗸 Hanya pada ruang tertentu
bukan di ruang percetakan
BPPT.
B. Pemanas atau Pendingin
3. Apakah air pendingin di perusahaan
anda yang menggunakan once-
through cooling water pendingin air
dalam pendingin udara, kompresor
udara, pompa vakum, dll telah
dieliminasi dengan penggunaan
peralatan pendingin, menara
pendingin, atau pendingin udara?
🗸
4. Apakah perusahaan telah
mengoptimalkan kontrolblow-
down/bleed-off pada boiler dan
menara pendingin (cooling towers)?
🗸
5. Apakah kondensat digunakan
kembali?
🗸
C. Proses Pencucian dan Pembilasan
6. Apakah teknik pembilasan telah
ditingkatkan dilaksanakan, seperti
sistem countercurrrent,
menggunakan sekuensial kualitas
tinggi untuk menurunkan jumlah
kebutuhan, control aliran
konduktivitas, meningkatkan
semprotan/tekanan pembilasan, fog
rinsing or agitated rinsing?
🗸
7. Apakah air dimatikan saat tidak
dipakai dengan menggunakan timer,
limit switch, atau hal itu merupakan
bagian dari praktek kerja yang
🗸 Hanya pada ruang tertentu
bukan di ruang percetakan
BPPT.
109
berlaku?
8. Apakah kesegaran air mandi
dimaksimalkan dengan
menggunakan kontrol penyaringan
dan pemeliharaan?
🗸 Ada unit terkait yang
menyediakan fasilitas
tersebut.
9. Apakah praktek "dry clean-up"
digunakan dan bukannya
menggunakan selang untuk
membersihkan dengan air? Jika
mencuci air yang diperlukan,
sebelum dilakukan dengan alat
pembersih, sikat, atau sapu?
🗸
10. Dapatkah pembatas aliran digunakan
untuk membatasi penggunaan air?
🗸
D. Air proses (process water) dan sistem pengairan
11. Apakah air dialirkan dalam pipa
lurus (dengan sedikit lekukan) untuk
mengurangi energi untuk motor
pompa?
🗸 Jika dilihat dari saluran pipa
memang ada.
12. Apakah pipa dan peralatan yang
menggunakan air secara rutin
diperiksa dari kebocoran?
🗸 Pemeriksaan dilakukan oleh
unit perlengkapan.
E. Penggunaan air ditempat
13. Apakah kualitas air disesuaikan
dengan kuantitas air? Dapatkah air
hujan, air bilas, atau air lain yang
tidak untuk diminum ditampung dan
digunakan kembali untuk tujuan
tertentu?
🗸 Karena penampungan di
ruang percetakan tidak ada.
14. Apakah aplikasi penggunaan ulang
diperiksa untuk digunakan kembali
sebagai air proses, irigasi taman,
kolam hias, air bilas toilet dan
menara pendingin?
🗸 Karena sudah ada IPAL uang
tersedia untuk hal tersebut.
110
F. Taman atau lanskap
15. Dapatkah jumlah air yang digunakan
untuk taman dikurangi? 🗸 Disesuaikan dengan waktu
penyimpanan.
16. Dapatkah langkah-langkah diambil
untuk penggunaan air yang lebih
sedikit untuk taman, seperti
menggunakan alat penyiram
bervolume kecil, irigasi tetes, jadwal
penyiraman dan penempatan air
dioptimalkan, dan pemeliharaan
preventif?
🗸
17. Dapatkah jenis tanaman atau taman
(misalnya, teknik xeriscaping)
digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan kebutuhan untuk
penyiraman tambahan?
🗸
G. Dapur umum
18. Apakah sensor "electric eye" untuk
pencuci piring konveyor dipasang?
🗸
19. Apakah mesin pencuci piring dengan
efisien air dan energi baru sudah
diinstal?
🗸
111
Tabel 1.3 Daftar Pertanyaan Penggunaan Material dan Bahan Kimia yang
Umum
No. Peluang Penggunaan Material
dan Bahan Kimia yang Umum Ya Tidak
Tindakan
yang diambil
A. Fasilitas Pemanas dan Pendingin
1. Dapatkah Anda membeli input
material dalam ukuran atau
konfigurasi tertentu untuk
mengurangi jumlah sisa bahan?
🗸 Karena pada cetakan tertntu
masuk dalam daftar
persediaan.
2. Dapatkah Anda menyesuaikan
peralatan proses atau pola produksi
untuk mengoptimalkan penggunaan
bahan dan mengurangi sisa bahan?
🗸
3. Dapatkah sisa bahan digunakan
kembali atau didaur ulang dalam
perusahaan?
🗸 Hanya beberapa saja, belum
semuanya.
4. Apakah ada perusahaan lain yang
mungkin dapat menggunakan sisa
bahan (scraps) sebagai masukan
bahan?
🗸
B. Mengurangi bahan yang tidak terpakai
5. Dapatkah Anda mengurangi
persediaan bahan atau bergeser ke
arah pembelian "just-in-time",
terutama di mana bahan sering tidak
terpakai?
🗸 Karena masuk dalam
anggaran persediaan.
6. Dapatkah Anda membeli bahan
dengan container "berukuran tepat"
untuk lebih menjamin bahan baku
yang dibeli benar-benar digunakan?
🗸
7. Dapatkah Anda "mengemas" (atau
mempaketkan bahan dan bahan
kimia dalam porsi "ukuran tepat")
sehingga karyawan mengambil dan
menggunakan hanya apa yang
dibutuhkan?
🗸 Karena kebutuhan kadang
bisa lebih.
112
8. Dapatkah Anda meningkatkan
sistem penyimpanan dan label
bahan untuk memastikan bahwa
stok paling lama yang pertama
digunakan untuk meminimalkan
pembusukan dan tanggal
kedaluwarsa sesuai azas First In
First Out (FIFO)?
🗸 Untuk saat ini masih belum
ada hal tersebut di
percetakan.
9. Dapatkah Anda memperbaiki
praktek-praktek penanganan
material untuk memastikan bahwa
bahanbahan tidak rusak atau
tumpah?
🗸
C. Pengurangan bahan produk
10. Dapatkah Anda bekerja dengan
desainer produk (dengan
perusahaan atau pelanggan) untuk
mengidentifikasi peluang untuk
mengurangi bahan yang digunakan
dalam suatu produk?
🗸 Karena sudah ada pegawai
percetakan yang menangani
desain.
11. Dapatkah Anda mengidentifikasi
peluang untuk mengurangi bahan
yang digunakan dalam kemasan
produk?
🗸 Sebagian bahan
saja.biasanya unuk kemasan
D. Material Substitusi
12. Dapatkah Anda mengganti bahan
atau bahan kimia dengan dampak
lingkungan atau dampak kesehatan
publik yang lebih rendah?
🗸 Saat ini masih menggunakan
yang ada saja
13. Dapatkah Anda meningkatkan
penggunaan bahan daur ulang
dalam produk atau kemasan?
🗸 Hanya untuk kebutuhan
packing.
113
Tabel 1.4 Daftar Pertanyaan Peluang Pencegahan Polusi dan Limbah
Lingkungan secara Umum
No.
Peluang Pencegahan Polusi dan
Limbah Lingkungan secara
Umum
Ya Tidak Tindakan
yang diambil
A. Reduce (Mengurangi)
1. Apakah ada cara untuk
menghilangkan atau mengurangi
sumber limbah atau polusi?
🗸 Tapi hanya beberapa saja
belum semua.
B. Reuse (Menggunakan kembali)
2. Dapat limbah bahan atau bahan
kimia diambil dan diperkenalkan
kembali ke dalam proses untuk
penggunaan produktif?
🗸 Karena saat ini masih
bertumpuk.
3. Apakah ada langkah-langkah proses
yang dapat dirancang untuk
memiliki aspek lingkaran tertutup
"closed loop" yang secara otomatis
menangkap dan memperkenalkan
kembali bahan input menggunakan
kondensasi atau teknik lain?
🗸
4. Dapatkah komponen produk cacat
diperbaharui untuk penggunaan
produktif?
🗸 Langsung disingkirkan atau
dipisahkan
C. Recycle (Mendaur ulang)
5. Dapatkah Anda menemukan peluang
untuk memberikan atau menjual
limbah Anda?
🗸 Biasanya kertas sisa
potongan kertas
6. Apakah ada langkah yang dapat
Anda lakukan untuk memisahkan
atau meningkatkan kualitas atau
kemurnian limbah yang mungkin
membuat mereka menarik bagi
perusahaan lain untuk penggunaan
yang produktif?
🗸
D. Safe and Proper Disposal (Pembuangan yang Aman dan Tepat)
7. Apakah ada langkah yang dapat
diambil untuk memisahkan limbah
lebih baik untuk mengurangi jumlah
limbah yang memiliki karakteristik
🗸 Saat ini pembuangan masih
dalam satu wadah.
114
beracun atau berbahaya dan
membutuhkan penanganan dan
pembuangan khusus?
8. Bisakah Anda memasang
pengendalian pencemaran atau
sistem / peralatan perawatan yang
mengurangi jumlah polusi atau
limbah dengan karakteristik yang
berbahaya?
🗸
9. Apakah ada langkah yang dapat
Anda ambil untuk memastikan
bahwa limbah dibuang dengan benar
dan aman, atau agar polusi
dilepaskan dengan cara yang
meminimalkan dampak yang
merugikan kesehatan manusia dan
lingkungan?
🗸
Sumber: International Labour Organization (ILO), (2013: 11-23).
115
1.2 Lembar Wawancara Penentuan akar penyebab masalah limbah
lingkungan dengan Metode 5W1H (What, Where, Who, When, Why,
dan How)
1) Apa permasalahan yang dialami pada Unit Percetakan BPPT Thamrin
Jakarta?
Permasalahan yang sering terjadi pada unit percetakan BPPT adalah
masih banyaknya sampah limbah padat yang belum dimaksimalkan
secara benar sehabis proses pencetakan
2) Dimana permasalahan ini terjadi?
Percetakan BPPT
3) Siapa yang bertanggung jawab terhadap permasalahan ini?
Pimpinan atau koordinator serta seluruh pegawai yang ada di ruang
percetakan
4) Kapan biasanya permasalahan ini terjadi?
Saat proses mencetak banyak barang berserakan dan sampah dimana-
mana. Serta terkadang masih banyak ceceran minyak dan tinta cetak
disaat proses produksi.
5) Mengapa permasalahan tersebut dapat terjadi atau penyebab dari
permasalahan?
Karena penyebabnya kurang tertata ruangannya sesuai dengan
kebituhan dan mesin-mesin masih berteknologi lama, sehingga banyak
cetakan yang potensi rusaknya tinggi.
6) Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau solusi dari
permasalahan?
- Harus menambah fasilitas terkait dengan pekerjaan cetak misal
meja.
116
- Peremajaan mesin agar menambah efisiensi kerja dan mengurangi
bahan baku.
- Perubahan tata letak agar antar SOP percetakan lebih dekat
keterkaitannya.
1.3 Lembar Wawancara Penentuan alternatif solusi yang dapat
diterapkan
1. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau solusi dari
permasalahan?
- Penambahan rak atau penambahan lemari untuk peletakan bahan
baku
- Penambahan atau peremajaan mesin cetak
- Diadakannya pelatihan terkait pemahaman SOP cetak atau
pekerjaan cetak
- Ruang tata ketaknya harus diubah agar efisiensi kerja bisa lebih
maksimal
117
LAMPIRAN 3.
PERHITUNGAN HASIL KUESIONER PENELITIAN
3.1 Penggunaan Energi secara Umum
No.
Resp.
Butir Pernyataan Total Butir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Ya Tidak
1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 11 17
2 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 12 16
3 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 12 16
4 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 11 17
5 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 9 19
6 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 11 17
∑ 6 0 6 0 0 0 5 6 0 1 0 0 6 1 0 6 6 2 2 0 0 5 6 0 0 6 0 2 66 102
3.2 Penggunaan Air secara Umum
No.
Resp.
Butir Pernyataan Total Butir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Ya Tidak
1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 11 8
2 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 9 10
3 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 8 11
4 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 11 8
5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 11 8
6 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 11 8
∑ 6 5 1 6 3 0 5 6 0 4 6 6 1 5 1 6 0 0 0 61 53
3.3 Penggunaan Material dan Bahan Kimia yang Umum
No.
Resp.
Butir Pernyataan Total Butir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Ya Tidak
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4 9
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12
3 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11
4 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 10
5 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 10
6 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 10
∑ 0 5 1 1 4 3 0 0 0 0 1 0 1 16 62
118
3.4 Pencegahan Polusi dan Limbah Lingkungan secara Umum
No.
Resp.
Butir Pernyataan Total Butir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ya Tidak
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8
2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 7
3 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 6
4 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 6
5 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 6
6 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 6
∑ 5 0 0 0 6 0 4 0 0 15 39
3.5 Rekapitulasi Aspek
No. Aspek Kolom Jumlah
Checklist Persentase
1 Penggunaan Energi secara Umum Ya 66 39,28
Tidak 102 60,71
Jumlah 168
2 Penggunaan Air secara Umum Ya 61 53,51
Tidak 53 46,49
Jumlah 114
3 Penggunaan Material dan Bahan Kimia yang Umum Ya 16 20,51
Tidak 62 79,49
Jumlah 78
4 Pencegahan Polusi dan Limbah Lingkungan secara Umum Ya 15 27,78
Tidak 39 72,22
Jumlah 54
3.6 Bobot dan peringkat kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan
No. Kriteria Bobot Peringkat
1. Teknis 66,7 % 2
2. Ekonomi 46,7 % 3
3. Lingkungan 76,7 % 1
119
3.7 Teknis
No.
Resp.
Butir Pernyataan Total
Butir 1 2 3 4 5
1 1 1 1 0 0 3
2 0 1 1 0 1 3
3 0 1 1 0 1 3
4 0 1 1 0 1 3
5 0 1 1 0 1 3
6 1 1 1 1 1 5
∑ 2 6 6 1 5 20 10 30 30 5 25 66,7
3.8 Ekonomis
No.
Resp.
Butir Pernyataan Total
Butir 1 2 3 4 5
1 0 1 0 0 0 1
2 1 1 0 0 0 2
3 1 1 0 0 0 2
4 1 1 0 0 0 2
5 1 1 0 0 0 2
6 1 1 1 1 1 5
∑ 5 6 1 1 1 14 35,71 42,85 7,14 7,14 7,14 46,7
3.9 Lingkungan
No.
Resp.
Butir Pernyataan Total
Butir 1 2 3 4 5
1 1 1 0 0 1 3
2 1 1 1 0 1 4
3 1 1 1 0 1 4
4 1 1 1 0 1 4
5 1 1 1 0 0 3
6 1 1 1 1 1 5
∑ 6 6 5 1 5 23 26,08 26,08 21,73 4,34 21,73 76.7
120
3.10 Bobot alternatif dan peringkat kriteria teknis, ekonomis dan
lingkungan
No. Alternatif Bobot Alternatif Bobot
Akhir Peringkat
Teknis Ekonomis Lingkungan
1 Membuat standar
mengukur dan
mencampurkan zat
pewarna.
10 35,7 26,1 23,93 2
2 Memberikan pegawai
dengan pengetahuan dan
pelatihan terkait
pengolahan limbah.
30 42,9 26,1 33 1
3 Menyediakan jumlah
container dan rak khusus
penyimpanan zat
pewarna.
30 7,1 21,7 19,6 3
4 Membeli zat pewarna
yang sering digunakan
saja.
5 7,1 4,4 5,5 5
5 Membuat standar
penyimpanan zat
pewarna.
25 7,1 21,7 17,9 4
Jumlah 100 100 100 100
123
Biodata Penulis
Nama : Fajar Bagoes Rianto
Tempat/Tanggal/Lahir : Jakarta, 13-08-1994
Alamat : Jl. Martimbang No.10 RT 007/005
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No Telp : 0857 – 7455 – 2963
Email : fajarbagoesrianto1909@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Jenjang
Pendidikan
Nama, domisili sekolah &
Universitas
Masa Studi Konsentrasi
dan
Penjurusan
Status Dari Sampai
Strata 1 Universitas Satya Negara
Indonesia 2019 2021
Teknik
Lingkungan Aktif
Strata 1 Universitas Negeri Jakarta 2014 2016 Pend. Seni
Rupa Tidak Lulus
Diploma III Politeknik Negeri Jakarta 2011 2014 Teknik Grafika Lulus
SMK Grafika Yayasan Lektur 2008 2011 Produksi
Grafika Lulus
SMP Negeri 29 Jakarta 2005 2008 - Lulus
SD Negeri 02 Jakarta 1999 2005 - Lulus
Pengalaman Kerja
Jenis Pekerjaan Nama Perusahaan, Instansi dan
Divisi
Masa Bakti
Dari Sampai
PPNPN Biro Umum,
Staff Kendaraan dan
Percetakan
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi 2019 Sekarang
Desain Konten Sosial
Media
Telkom Regional II Divisi Business
Service PKWT 2018 2019
Design Marketing Suport BNI Life Insurance 2017 2018
Admin Claim Insurance PT. Administrasi Medika (Telkom
Group) 2016 2017
Maintenance Offset
Printing Heidelberg PT. Heidelberg Indonesia 2016 2016
Pengalaman Organisasi
Jabatan Organisasi Nama Organisasi Masa Bakti
Dari Sampai
Ketua Hima Div. Kreatif HIMA Teknik Grafika 2012 2013
Ketua Komunitas Grafis
Murni
Ireng Woodcut 2012 2014