Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di SD Negeri 01 Wonorejo
PERAWATAN PADA LUKA BERSIH DAN LUKA KOTOR
-
Upload
stikesborromeus -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of PERAWATAN PADA LUKA BERSIH DAN LUKA KOTOR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tentang Perawatan Lukan Bersih dan Luka
Kotor pada pasien. Makalah ini kami susun untuk salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ns.
Monica Saptiningsih, Sp. Kep MB atas bimbingannya dan semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal hingga akhir.
Bandung, 30 Oktober 2013
Penyusun
Kelompok 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade
terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang
berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan
perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi
penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak
ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat
diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan
proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang
lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan
dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat
mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin
banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk
yang bisa dipakai dalam merawat luka.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai perawatan luka:
Luka bersih dan luka kotor dan Uuntuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian luka
b. Mengetahui proses penyembuhan luka
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
d. Memahami cara perawatan luka
BAB II
PERAWATAN LUKA BERSIH DAN LUKA KOTOR
A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian
luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada
permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar
mukosa. (Syaifuddin, 2006).
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit
manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm
untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki)
dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak
tangan dan kaki, memiliki rambut).
Stratum Korneum
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin.
Stratum Lucidum
Terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik
yang sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin
padat. Antar sel terdapat desmosom.
Stratum Granulosum
Terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada
membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan
materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai
penyaring selektif terhadap masuknya materi asing,
serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
Stratum Spinosum
Terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum ini
banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami
gesekan seperti telapak kaki.
Stratum Basal/Germinativum
Merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri
atas selapis sel kuboid. stratum ini bertanggung jawab
dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara
berkesinambungan.
2. Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis,
memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah
tubuh. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang
tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.
Stratum papilare
Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati
fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar
dari pembuluh (ekstravasasi).
Stratum retikulare
Yaitu yang lebih tebal dari stratum papilare dan
tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama
kolagen tipe I).
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel
lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-
serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut
penikulus adiposus yang gunanya adalah sebagai shock
breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanik yang
menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan
untuk kecantikan tubuh.
Fisiologi sistem integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya
yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit
sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya
matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi
terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh
terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seorang
untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang
terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuning-
kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau
gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau
perubahan pada kulit. Misalnya karena stress, ketakutan atau
dalam keadaan marah akan terjadi perubahan pada kulit wajah.
Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang
telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga
dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat
menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku
bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit putih dari
eropa dan lainnya. (Syaifuddin, 2006).
B. PENGERTIAN
Kulit memiliki berbagai fungsi, termasuk melindungi
individu dari cedera. Gangguan integritas kulit bukan
merupakan masalah yang sering terjadi pada sebagian besar
orang sehat, tetapi merupakan ancaman bagi lansia dan klien
yang sedang menjalani prosedur invasive. Luka adalah hilang
atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu
Hidayat, 1997). Luka adalah suatu gangguan dari kondisi
normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain (Kozier, 2009). Ketika kulit tertembus, proses
inflamasi imun individu bekerja untuk menyingkirkan materi
asing, jika mungkin, dan menyiapkan area tubuh yang cedera
untuk penyembuhan. Area tubuh yang cedera tersebut disebut
luka.
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana
organisme yang menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat
dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup
luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang
terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis
yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi.
Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %.
(Potter and Perry, 2005).
Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki
inflamasi minimal dan tidak sampai mengenai saluran
pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan (Kozier,
2009). Secara definisi suatu luka adalah terputusnya
kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama
penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan
yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek
akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan
kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan
epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis
dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis,
dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang.
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih,
biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan
yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian
internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses
penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan
jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering
disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka
secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan
bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka
dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis
luka yang tidak ada tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka
lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka
akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan
kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka
kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed
healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
C. MEKANISME TERJADINYA LUKA
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris
oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat
pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh
sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat
(Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat
benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh
cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit
bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang
tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya
benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit
dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda
yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang
menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya
akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
D. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Fase Inflamasi (Reaksi)
Berlangsung selama 3 hari setelah cedera.
Proses perbaikan yaitu, mengontrol pendarahan
(homeostatis) mengirim darah dan sel ke area yang
mengalami cedera (inflamasi) membentuk sel-sel
epitel pada tempat cedera (epitelialisasi)
Bekuan darah membentuk fibrin.
Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.
2. Fase Proliferasi (Regenerasi)
Terjadi dalam waktu 3 – 24 hari.
Disebut juga dengan fase granulasi adanya
pembentukan jaringan granulasi pada luka
Luka nampak merah segar, mengkilat
Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi :
Fibroblasts, sel inflamasi pembuluh darah yang baru,
fibronectin and hyularonic acid
Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai
dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka
insisi
3. Fase Maturasi (Remodeling)
Tahap akhir proses penyembuhan luka.
Memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (bergantung pada
kedalaman dan luas luka).
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
1. Status Imunologi
2. Kadar gula darah (impaired white cell function)
3. Hidrasi (slows metabolism)
4. Nutrisi
5. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair,
colloid osmotic pressure – oedema)
6. Suplai oksigen dan vaskularisasi
7. Nyeri (causes vasoconstriction)
8. Corticosteroids (depress immune function)
F. PEMILIHAN BALUTAN LUKA
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua
dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan
adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D
Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal
Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari
teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan
lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana
lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih
cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana
produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh
makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi
lebih dini.
G. ATURAN DALAM PERAWATAN LUKA (Stevens, P. J. M. 1999)
1. Menghindari terjadinya pencemaran
Pada kulit dan lapisan lendir terdapat mikroorganisme.
Oleh karena itu penting sekali setelah membantu pasien
dan setelah menggantikan balutan yang kotor, perlu
mencuci tangan dan mendensifeksi luka dan kulit.
2. Mengusahakan balutan tetap kering
Mikroorganisme dengan cepat memperbanyak diri dalam
lingkungan yang basah. Sehingga perlu secara teratur
mengganti balutan. Terutama lapisan luar balutan tidak
boleh basah karena mikroorganisme itu bisa melewati
balutan yang basah dan masuk kedalam luka
3. Proses perkembangan aliran darah local
4. Mengembangkan kondisi yang baik
5. Penyokong yang baik untuk luka
6. Pada luka steril perlu sekali suatu dukungan yang baik
terhadap luka tersebut, untuk menjaga agar luka tersebut
tidak menganga dan juga tidak timbul pendarahan.
7. Menghindari kondisi luka yang makin memburuk
8. Menghindari rasa sakit yang tidak perlu
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses
penyembuhan jaringan juga untuk mencegah infeksi. Luka yang
sering ditemui oleh perawat di klinik atau rumah sakit
biasanya luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka
secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya. Perawatan
luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi
port de entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi
luka.
H. PERAWATAN LUKA BERSIH
1. Persiapan
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley
- Pinset anatomis (2 buah)
- Pinset chirurgis (2 buah)
- Handscoon steril
- Kom steril (2 buah)
- Kassa dan kapas steril secukupnya
- Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika
diperlukan)
Alat Lain:
- Gunting Verband/plester
- Plester
- Nierbekken (Bengkok)
- Lidi kapas
- Was bensin
- Alas / Perlak
- Selimut Mandi
- Kapas Alkohol dalam tempatnya
- Betadine dalam tempatnya
- Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
- Lembar catatan klien
- Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien
2. Melakukan Perawatan Luka
a. Mencuci tangan
b. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan
intruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
c. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur
kenyamanan klien.
d. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian
tubuh selain bagian luka dengan selimut mandi.
e. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
f. Pasang alas/perlak
g. Dekatkan nierbekken
h. Paket steril dibuka dengan benar
i. Kenakan sarung tangan sekali pakai
j. Membuka balutan lama
- Basahi plester yang melekat dengan was bensin
dengan lidi kapas.
- Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1
dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara
perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.
- Kemudian buang balutan ke nierbekken.
- Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah
terisi larutan chlorin 0,5%
k. Kaji Luka:
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade
luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan,
tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak
drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka
denga tangan
non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
l. Membersihkan luka:
1) Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom
kecil ke 1
2) Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset
chirurgis dan tangan kiri memegang pinset anatomis
ke-2
3) Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan
luka (dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam
kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya dengan
menggunakan pinset)
4) Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis
dan dipindahkan ke pinset chirurgis.
5) Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan
kassa terpisah untuk sekali usapan. Gunakan teknik
dari area kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi.
m. Menutup Luka
1) Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa
steril kering yang diambil dengan pinset anatomis
kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan
kanan.
2) Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai
indikasi.
3) Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka
basah) atau langsung ditutup dengan kassa kering
(kurang lebih 2 lapis).
4) Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal.
5) Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan
pembalut dengan balutan yang tidak terlalu ketat.
n. Alat-alat dibereskan.
o. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah.
p. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman.
q. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan.
3. Dokumentasi
a. Hasil observasi luka
b. Balutan dan atau drainase
c. Waktu melakukan penggantian balutan
d. Respon klien
I. PERAWATAN LUKA KOTOR
1. Persiapan
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley
- Pincet anatomi 1
- Pinchet chirurgie 2
- Gunting Luka (Lurus dan bengkok)
- Kapas Lidi
- Kasa Steril
- Kasa Penekan (deppers)
- Sarung Tangan
- Mangkok / kom Kecil 2
- Gunting pembalut
- Plaster
- Bengkok/ kantong plastic
- Pembalut
- Alkohol 70 %
- Betadine 2 %
- H2O2, savlon
- Bensin/ Aseton
- Obat antiseptic/ desinfektan
- NaCl 0,9 %
2. Melakukan Perawatan Luka
a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi
transmisi pathogen yang berasal dari darah). Sarung
tangan digunakan saat memegang bahan berair dari cairan
tubuh.
b. Buka pembalut lama dan buang pada tempatnya serta
kajilah luka becubitus yang ada.
c. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila
tidak kontra indikasi), arah dari dalam ke luar.
d. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
e. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor
tempatkan pada bengkok dengan larutan desinfektan.
f. Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
g. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
h. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari
dokter) dan tutup luka dengan kasa steril.
i. Plesterilah verban atau kasa.
j. Rapikan pasien.
k. Alat bereskan dan cuci tangan.
l. Catat kondisi dan perkembangan luka
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa
diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk
perawatan luka dapat memberikan nilai optimal jika digunakan
secara tepat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah
pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan
klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang
perawatan luka yang berkualitas
SARAN
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran perawatan luka modern yang membuat mahasiswa
keperawatan menjadi perawat berkompeten dan berdaya saing untuk
masa depan.
DAFTAR PUSTAKA