penyembuhan luka

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi Kulit Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Perdanakusuma, 2007). 2.1.1 Epidermis

Transcript of penyembuhan luka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh

permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan

terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16

% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg

dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya

kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung

dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis

terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan

kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal

terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,

bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari

dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis

yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm

sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm

adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan

jaringan ikat (Perdanakusuma, 2007).

2.1.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan

avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng

bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan

merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai

tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan

kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari

seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6

minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari

lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):

1. Stratum Korneum

Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas

dan berganti.

2. Stratum Lusidum

Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada

kulit tebal telapak kaki dan

telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

3. Stratum Granulosum

Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang

intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula

basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin

yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat

sel Langerhans.

4. Stratum Spinosum

Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan

tonofibril, dianggap filamenfilamen tersebut memegang

peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan

melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat

yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai

stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.

Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai

lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)

Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan

bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis

secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari

untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,

usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang

mengandung melanosit. Fungsi Epidermis : Proteksi

barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,

pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit)

dan pengenalan alergen (sel Langerhans) (Perdanakusuma,

2007)..

2.1.2 Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang

sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas

jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya

bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar

3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat

jarang.

Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan

ikat padat.

2.1.3 Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis

yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat

jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar

dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya

berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan

nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke

dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis :

melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan

kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock

absorber (Perdanakusuma, 2007).

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit (Perdanakusuma, 2007)

2.1.4 Vaskularisasi Kulit

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk

pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler

dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan

subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini

memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya

satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada

epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat

nutrient dari dermis melalui membran epidermis

(Perdanakusuma, 2007).

2.1.5 Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat

penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan

bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai

barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi),

sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit

adalah melindungi dari kehilangan cairan dari

elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai

barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi

telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam

merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf

seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit

berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan

elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.

Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan

melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru

dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan

dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila

temperature meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh

darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan

melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal

kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit.

Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan

vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas

(Perdanakusuma, 2007).

2.2 Luka / ulser recurrent aphthous stomatitis (RAS)

2.3 Proses Penyembuhan Luka

Ada tiga fase dalam proses penyembuhan luka,

dimana ketiganya saling tumpang tindih, yaitu fase

inflamasi, proliferasi dan remodeling (Lorenz, Longaker,

2006). Pada setiap fase penyembuhan tersebut terdapat

satu jenis sel khusus yang mendominasi. Fase awal yakni

fase inflamasi dimulai segera setelah terjadinya suatu

cidera, dengan tujuan untuk menyingkirkan jaringan mati

dan mencegah infeksi. Fase proliferasi berlangsung

kemudian, di mana akan terjadi keseimbangan antara

pembentukan jaringan parut dan regenerasi jaringan.

Fase yang paling akhir merupakan fase terpanjang dan

hingga saat ini merupakan fase yang paling sedikit

dipahami, yaitu fase remodeling yang bertujuan untuk

memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural dari

luka (Gurtner, 2007).

Gambar 2.3 Fase penyembuhan luka, waktu dan sel

karakteristik yang tampak pada waktu tertentu (Diambil

Greaves et al, 2013. Journal of Dermatological Science-

elsevier.).

Pembagian fase penyembuhan luka pada respon normal

mamalia yang mengalami defek akibat kerusakan

integritas kulit yang terjadi adalah fase inflamasi,

fase proliferasi dan fase maturasi.

Fase inflamasi (lag phase)

Pada fase inflamasi terjadi proses hemostasis yang

cepat dan dimulainya suatu siklus regenerasi jaringan

(Lorenz, Longaker, 2006). Fase inflamasi dimulai segera

setelah cidera sampai hari ke-5 pasca cidera. Tujuan

utama fase ini adalah hemostasis, hilangnya jaringan

yang mati dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh

agen mikrobial patogen (Gurtner, 2007).

Gambar 2.4 Fase inflamasi (Diambil dari Gurtner, 2007.

Grabb and Smith’s Plastic Surgery.6th ed.)

Komponen jaringan yang mengalami cidera, meliputi

fibrillar collagen dan tissue factor, akan mengaktivasi jalur

koagulasi ekstrinsik dan mencegah perdarahan lebih

lanjut pada fase ini. Pembuluh darah yang cidera

mengakibatkan termobilisasinya berbagai elemen darah ke

lokasi luka. Agregasi platelet akan membentuk plak pada

pembuluh darah yang cidera. Selama proses ini

berlangsung, platelet akan mengalami degranulasi dan

melepaskan beberapa growth factor, seperti platelet-derived

growth factor (PDGF) dan transforming growth factor-β (TGF-β).

Hasil akhir kaskade koagulasi jalur intrinsik dan

ekstrinsik adalah konversi fibrinogen menjadi fibrin

(Gurtner, 2007). Berbagai mediator inflamasi yakni

prostaglandin, interleukin-1 (IL-1), tumor necrotizing factor

(TNF), C5a, TGF-βdan produk degradasi bakteri seperti

lipopolisakarida (LPS) akan menarik sel netrofil

sehingga menginfiltrasi matriks fibrin dan mengisi

kavitas luka. Migrasi netrofil ke luka juga

dimungkinkan karena peningkatan permeabilitas kapiler

akibat terlepasnya serotonin dan histamin oleh mast cell

dan jaringan ikat. Netrofil pada umumnya akan ditemukan

pada 2 hari pertama dan berperan penting untuk

memfagositosis jaringan mati dan mencegah infeksi.

Keberadaan netrofil yang berkepanjangan merupakan

penyebab utama terjadinya konversi dari luka akut

menjadi luka kronis yang tak kunjung sembuh (Regan,

Barbul, 1994; Gurtner, 2007).

Makrofag juga akan mengikuti netrofil menuju luka

setelah 48-72 jam dan menjadi sel predominan setelah

hari ke-3 pasca cidera. Debris dan bakteri akan

difagositosis oleh makrofag. Makrofag juga berperan

utama memproduksi berbagai growth factor yang dibutuhkan

dalam produksi matriks ekstraseluler oleh fibroblas dan

pembentukan neovaskularisasi. Keberadaan makrofag oleh

karenanya sangat penting dalam fase penyembuhan ini

(Gurtner, 2007). Limfosit dan mast cell merupakan sel

terakhir yang bergerak menuju luka dan dapat ditemukan

pada hari ke-5 sampai ke-7 pasca cidera. Peran keduanya

masih belum jelas hingga saat ini (Gurtner, 2007).

Fase ini disebut juga lag phase atau fase lamban

karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit, belum

ada tensile strength, di mana pertautan luka hanya

dipertahankan oleh fibrin dan fibronektin (Regan,

Barbul, 1994). Sel punca mesenkim akan bermigrasi ke

luka, membentuk sel baru untuk regenerasi jaringan baik

tulang, kartilago, jaringan fibrosa, pembuluh darah,

maupun jaringan lain. Fibroblas akan bermigrasi ke luka

dan mulai berproliferasi menghasilkan matriks

ekstraseluler. Sel endotel pembuluh darah di daerah

sekitar luka akan berproliferasi membentuk kapiler baru

untuk mencapai daerah luka. Ini akan menandai

dimulainya proses angiogenesis. Pade akhir fase

inflamasi, mulai terbentuk jaringan granulasi yang

berwarna kemerahan, lunak dan granuler. Jaringan

granulasi adalah suatu jaringan kaya vaskuler, berumur

pendek, kaya fibroblas, kapiler dan sel radang tetapi

tidak mengandung ujung saraf (Anderson, 2000).

Fase proliferasi (fibroplasi, regenerasi)

Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-4

hingga hari ke-21 pasca cidera. Keratinosit yang berada

pada tepi luka sesungguhnya telah mulai bekerja

beberapa jam pasca cidera, menginduksi terjadinya

reepitelialisasi. Pada fase ini matriks fibrin yang

didominasi oleh platelet dan makrofag secara gradual

digantikan oleh jaringan granulasi yang tersusun dari

kumpulan fibroblas, makrofag dan sel endotel yang

membentuk matriks ekstraseluler dan neovaskular

(Gurtner, 2007).

Gambar 2.5 Fase proliferasi (Diambil dari Gurtner,

2007. Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 6th ed.)

Faktor setempat seperti growth factor, sitokin,

hormon, nutrisi, pH dan tekanan oksigen sekitar menjadi

perantara dalam proses diferensiasi sel punca

(Anderson, 2000). Regresi jaringan desmosom antar

keratinosit mengakibatkan terlepasnya keratinosit untuk

bermigrasi ke daerah luka. Keratinosit juga bermigrasi

secara aktif karena terbentuknya filamen aktin di dalam

sitoplasma keratinosit. Keratinosit bermigrasi akibat

interaksinya dengan protein sekretori seperti

fibronektin, vitronektin dan kolagen tipe I melalui

perantara integrin spesifik di antara matriks temporer.

Matriks temporer ini akan digantikan secara bertahap

oleh jaringan granulasi yang kaya akan fibroblas,

makrofag dan sel endotel. Sel tersebut akan membentuk

matriks ekstraseluler dan pembuluh darah baru. Jaringan

granulasi umumnya mulai dibentuk pada hari ke-4 setelah

cidera (Lorenz, Longaker, 2006).

Fibroblas merupakan sel utama selama fase ini

dimana ia menyediakan kerangka untuk migrasi

keratinosit. Makrofag juga akan menghasilkan growth

factor seperti PDGF dan TGF-β yang akan menginduksi

fibroblas untuk berploriferasi, migrasi dan membentuk

matriks ekstraseluler. Matriks temporer ini secara

bertahap akan digantikan oleh kolagen tipe III. Sel

endotel akan membentuk pembuluh darah baru dengan

bantuan protein sekretori VEGF, FGF dan TSP-1.

Pembentukan pembuluh darah baru dan jaringan granulasi

merupakan tanda penting fase proliferasi karena

ketiadaannya pembuluh darah baru dan atau jaringan

granulasi merupakan tanda dari gangguan penyembuhan

luka. Setelah kolagen mulai menggantikan matriks

temporer, fase proliferasi mulai berhenti dan fase

remodeling mulai berjalan (Gurtner, 2007). Faktor

proangiogenik yang diproduksi makrofag seperti vascular

endothelial growth factor (VEGF), fibroblas growth factor (FGF)-2,

angiopoietin- 1 dan thrombospondin akan menstimulasi sel

endotel membentuk neovaskular melalui proses

angiogenesis. Hal yang menarik dari fase proliferasi

ini adalah bahwa pada suatu titik tertentu, seluruh

proses yang telah dijabarkan di atas harus dihentikan.

Fibroblas akan segera menghilang segera setelah matriks

kolagen mengisi kavitas luka dan pembentukan

neovaskular akan menurun melalui proses apoptosis.

Kegagalan regulasi pada tahap inilah yang hingga saat

ini dianggap sebagai penyebab terjadinya kelainan

fibrosis seperti jaringan parut hipertrofik (Gurtner,

2007).

Fase maturasi (remodeling)

Fase ketiga dan terakhir adalah fase remodeling.

Selama fase ini jaringan baru yang terbentuk akan

disusun sedemikian rupa seperti jaringan asalnya. Fase

maturasi ini berlangsung mulai hari ke-21 hingga

sekitar 1 tahun. Fase ini segera dimulai segera setelah

kavitas luka terisi oleh jaringan granulasi dan proses

reepitelialisasi usai. Perubahan yang terjadi adalah

penurunan kepadatan sel dan vaskularisasi, pembuangan

matriks temporer yang berlebihan dan penataan serat

kolagen sepanjang garis luka untuk meningkatkan

kekuatan jaringan baru. Fase akhir penyembuhan luka ini

dapat berlangsung selama bertahun-tahun (Gurtner,

2007).

Gambar 2.6 Fase remodeling (Diambil dari Gurtner, 2007.

Grabb and Smth’s Plastic Surgery. 6th ed).

Kontraksi dari luka dan remodeling kolagen terjadi

pada fase ini. Kontraksi luka terjadi akibat aktivitas

miofibroblas, yakni fibroblas yang mengandung komponen

mikrofilamen aktin intraselular. Kolagen tipe III pada

fase ini secara gradual digantikan oleh kolagen tipe I

dengan bantuan matrix metalloproteinase (MMP) yang disekresi

oleh fibroblas, makrofag dan sel endotel. Sekitar 80%

kolagen pada kulit adalah kolagen tipe I yang

memungkinkan terjadinya tensile strength pada kulit

(Gurtner, 2007). Keseimbangan antara proses sintesis

dan degradasi kolagen terjadi pada fase ini. Kolagen

yang berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenase dan

kemudian diserap. Sisanya akan mengerut sesuai tegangan

yang ada. Hasil akhir dari fase ini berupa jaringan

parut yang pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan

dari dasarnya. Kolagen awalnya tersusun secara tidak

beraturan, sehingga membutuhkan lysyl hydroxylase untuk

mengubah lisin menjadi hidroksilisin yang dianggap

bertanggung jawab terhadap terjadinya cross-linking antar

kolagen. Cross-linking inilah yang menyebabkan terjadinya

tensile strength sehingga luka tidak mudah terkoyak lagi.

Tensile strength akan bertambah secara cepat dalam 6 minggu

pertama, kemudian akan bertambah perlahan selama 1-2

tahun. Pada umumnya tensile strength pada kulit dan fascia

tidak akan pernah mencapai 100%, namun hanya sekitar

80% dari normal (Hidayat, 2013)

Metaloproteinase matriks yang disekresi oleh

makrofag, fibroblas dan sel endotel akan mendegradasi

kolagen tipe III. Kekuatan jaringan parut bekas luka

akan semakin meningkat akibat berubahnya tipe kolagen

dan terjadinya crosslinking jaringan kolagen. Pada akhir

fase remodeling, jaringan baru hanya akan mencapai 70%

kekuatan jaringan awal (Gurtner, 2007). Berbagai

mediator atau sitokin yang turut berperan pada

penyembuhan luka dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Growth factors, sitokin dan molekul biologis

aktif dalam penyembuhan luka (Diambil dari Gurtner,

2007. Grabb and Smth’s Plastic Surgery. 6th ed) :

2.4 Tanaman Pisang

2.4.1 Klasifikasi pisang

Determinasi tanaman pisang Mauli yang dilakukan di

Laboratorium Dasar MIPA Banjarbaru adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa sp.

(Aprilia, 2014)

2.4.2 Morfologi pisang

a. Akar

Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai

akar tunggang yang berpangkal pada umbi batang

b. Batang

Batang pisang sebenarnya terletak di dalam tanah,

yakni berupa umbi batang, sedangkan yang berdiri

tegak di atas tanah dan sering dianggap sebagai

batang merupakan batang semu

c. Daun

Helaian daun pisang berbentuk lanset memanjang yang

letaknya tersebar dengan bagian bawah daun tampak

berlilin

d. Bunga

Bunga pisang disebut juga jantung pisang karena

bentuknya menyerupai jantung. Bunga pisang tergolong

berkelamin satu

e. Buah

Bakal buah disebut sebagai sisir. Sisir pertama yang

terbentuk akan terus memanjang menjadi sisir kedua,

ketiga dan seterusnya (Aprilia, 2014)

2.4.3 Manfaat pisang

Tanaman pisang memiliki banyak manfaat. Buah

pisang bermanfaat sebagai astringen, antidiare, penawar

racun, pereda demam, antiradang, peluruh kencing dan

laksatif. Bunga pisang bermanfaat sebagai pereda demam

dan perawatan rambut. Cairan dari bonggol mengatasi

infeksi saluran kencing, menghentikan perdarahan,

penghitam dan pencegah rambut rontok.

Buah muda bermanfaat sebagi antidiare,

antidisentri, dan pengobatan tukak lambung. Daun yang

masih tergulung digunakan untuk tapal dingin pada kulit

bengkak atau lecet, disentri, mimisan dan pendarahan

lainnya, radang tenggorokan, radang otak, keputihan,

batuk atau sakit dada seperti bronchitis. Kulit buah

pisang digunakan untuk penyembuhan luka, kelainan kulit

pada herpes, menghilangkan kutil, rambut tipis dan

jarang, kemerahan pada kulit (Rosida, 2013).

2.4.4 Kandungan pisang

Ekstrak batang pisang secara umum mengandung

beberapa jenis fitokimia yaitu saponin, flavonoid,

tanin. Menurut penelitian Maharani dkk (2013) batang

pisang Mauli mengandung beberapa jenis fitokimia yaitu

tanin, asam askorbat, saponin, β-karoten, flavonoid,

likopen dan alkaloid.

Flavonoid memiliki aktivitas antiinflamasi,

antioksidan dan merangsang pembentukan fibroblast.

Batang pisang juga mengandung tanin yang bersifat

antiseptic. Saponin, antrakuinon dan kuinon berfungsi

sebagai antibakteri, penghilang rasa sakit dan

merangsang pembentukan sel-sel baru pada kulit

(Aprilia, 2014).

2.5 TGF-β (Transforming Growth Factor Beta)

TGF-β termasuk dalam family polipeptida homolog

yang mencakup tiga isoform β (TGF-β1, TGF-β2, TGF-β3)

serta factor-faktor dengan fungsi beragam, misalnya

protein morfogenik tulang, aktivin, inhibin, dan

mullerian inhibiting substance. Pada mamalia, TGF-β

memiliki distribusi paling luas dan akan disebut

sebagai TGF-β. TGF-β adalah protein homodimer yang

dihasilkan oleh bermacam-macam sel, termasuk trombosit,

sel endotel, limfosit dan makrofag. TGF-β asli

disintesis sebagai protein perkursor, yang disekresikan

dan kemudian dipecah secara proteolitis untuk

menghasilkan factor pertumbuhan yang aktif secara

biologis dan komponen laten kedua. TGF-β aktif

berikatan dengan dua reseptor permukaan sel (tipe I dan

tipe II) dengan aktivitas serin/ treonin kinase dan

memicu fosforilasi faktor-faktor transkripsi sitoplasma

yang disebut Smads. TGF-β mula-mula berikatan dengan

reseptor tipe I sehingga terjadi fosforilasi membentuk

heterodimer dengan Smad4, yang masuk ke nucleus dan

berikatan dengan protein pengikat DNA untuk

mengaktifkan atau menghambat transkripsi gen. TGF-β

memiliki efek yang beragam dan sering saling

bertentangan bergantung pada jaringan dan jenis cedera.

Zat-zat yang efeknya beragam disebut pleiotropik.

Karena sangat beragamnya efek TGF-β, dikatakan bahwa

TGF-β adalah molekul yang bersifat sangat pleiotropik.

TGF-β adalah inhibitor pertumbuhan bagi kebanyak

sel epitel dan bagi leukosit. Zat ini menghambat siklus

sel dengan meningkatkan ekspresi inhibitor siklus sel

dengan meningkatkan ekspresi inhibitor siklus sel dari

family Cip/Kip dan INK4/ARF. Hilangnya reseptor TGF-β

sering dijumpai pada tumor manusia, yang member

keuntungan bagi sel tumor. Efek TGF-β pada sel mesenkim

bergantung pada konsentrasi dan kondisi biakan, dan zat

ini biasanya merangsang proliferasi fibroblast dan otot

polos.

TGF-β adalah zat fibrogenik kuat yang merangsang

kemotaksis fibroblast, dan meningkatkan pembentukan

kolagen, fibronektin, proteoglikan. Zat ini menghambat

penguraian kolagen dengan mengurangi protease matriks

dan meningkatkan aktivitas inhibitor protease. TGF-β

berperan pada terjadinya fibrosis di berbagai

peradangan kronik, terutama di paru, ginjal dan hati.

TGF-β memiliki efek antiinflamasi yang kuat.

Knockout mice yang tidak memiliki gen TGF-β mengalami

peradangan luas dan proliferasi limfosit berlebihan,

mungkin akibat proliferasi sel T yang tidak terkendali

dan pengaktifan makrofag (Kumar et al, 2007)..

2.6 PDGF (Platelet-Derived Growth Factor)

PDGF adalah suatu family protein yang saling

berkaitan erat, yang masing-masing terdiri atas dua

rantai yang diberi nama A dan B. ketiga isoform PDGF

(AA, BB, AB) disekresikan dan secara biologis aktif.

Baru baru ini diidentifikasi dua isoform baru PDGF-C

dan PDGF-D. isoform-isoform PDGF menimbulkan efeknya

dengan mengikat dua reseptor permukaan sel, yang

disebut PDGF-α dan β, yang memiliki spesifisitas ligan

berbeda. PDGF disimpan di granula α trombosit dan

dibebaskan jika trombosit teraktifkan. Zat ini juga

dapat dihasilkan oleh beragam sel lain, termasuk

makrofag aktif, sel endotel sel otot polosdan banyak

sel tumor. PDGF menyebabkan migrasi dan proliferasi

fibroblast, sel otot polos dan monosit seperti

dibuktikan oleh timbulnya defek pada fungsi-fungsi ini

pada mencit yang mengalami defisiensi rantai A atau

rantai B PDGF. PDGF juga ikut serta dalam pengaktifan

sel stelata hati di tahap-tahap awal fibrosis hati

(Kumar et al, 2007)..

2.7 Kolagen

Kolagen adalah protein yang paling banyak dijumpai

dalam dunia hewan, yang membentuk kerangka ekstrasel

bagi semua organisme multisel. Tanpa kolagen tubuh

manusia akan tereduksi menjadi segumpalan sel yang

saling terhubung oleh beberapa neuron. Kolagen terdiri

dari suatu heliks tripel tiga rantai α polipeptida,

yang memiliki sekuens berulang gly-x-y. ssat ini

diketahui terdapat 27 jenis kolagen yang berlainan yang

dikode oleh 41 gen yang tersebar paling sedikit di 14

kromosom. Tipe I, II, III, IV, V dan VI adalah kolagen

intersitium atau kolagen fibrilar serta merupakan jenis

kolagen terbanyak. Tipe IV adalah kolagen non fibrilar

(membentuk lembaran bukan serat) dan merupakan komponen

utama MB, bersama dengan laminin. Kolagen lain dapat

membentuk jaringan yang berfungsi sebagai jangkar di

taut epidermis-dermis, tulang rawan, dan dinding

pembuluh darah.

Kolagen fibrilar disintesis dari prokolagen, yaitu

suatu molekul precursor yang berasal dari prokolagen,

yang ditranskripsikan dari gen-gen kolagen. Setelah

hidroksilasi residu prolin dan lisin serta glikosilasi

lisin terjadi, tiga rantai prokolagen berikatan untuk

membentuk heliks tripel. Prokolagen disekresikan dari

sel dan diuraikan oleh protease untuk membentuk satuan

dasar fibril. Pembentukan fibril kolagen berkaitan

dengan oksidasi residu lisin dan hidroklisin spesifik

oleh enzim ekstrasel lisil oksidase. Hal ini

menyebabkan pengikatan silang antar rantai molekul yang

berdekatan sehingga struktur menjadi stabil (khas untuk

kolagen). Pembentukan ikatan silang berperan besar

menentukan daya regang (tensile strength) kolagen.

Hidroksilasi prokolagen membutuhkan vitamin C, suatu

prasyarat yang menjelaskan terganggunya penyembuhan

luka pada skorbut. Defek genetic pada pembentukan

kolagen menyebabkan beragam sindrom herediter, termasuk

berbagai bentuk sindrom Ehlers-Danlos dan osteogenesis

imperfekta (Kumar et al, 2007).