Post on 23-Jan-2023
i
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DENGAN MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Agatha Ferilia Krisna Awanda
NIM: 141224021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Lebih baik “bergerak” sedikit demi sedikit, daripada tidak sama sekali”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Juni 2018
Yang membuat pernyataan,
Agatha Ferilia Krisna Awanda
141224021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dalam setiap perjalanan saya.
Ibu (Cicilia Sriningsih) dan Bapak (FX. Kaswadi), yang selalu mendoakan dan
memotivasi selama saya mengerjakan skripsi.
Teman sejawat yang selalu menemani dan mendukung selama saya mengerjakan
skripsi.
Teman skripsi payung yang selalu membantu dalam suka dan duka.
Semua pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Agatha Ferilia Krisna Awanda
Nomor Induk Mahasiswa : 141224021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DENGAN MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 8 Juni 2018
Yang menyatakan,
Agatha Ferilia Krisna Awanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Awanda, Agatha Ferilia Krisna. 2018. Pengintegrasian Pendidikan Multikultural
dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Mahasiswa PGSD
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,
FKIP, USD.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Produk akhir dari
penelitian ini adalah buku ajar. Penelitian ini mengkaji mengenai pendidikan
multikultural yang diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia,
khususnya pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian pengembangan ini mempunyai rumusan masalah yang berkaitan
dengan pengintegrasian pendidikan multikultural dengan mata kuliah Bahasa
Indonesia.
Terdapat 12 responden yang terlibat dalam penelitian pengembangan ini.
Responden adalah mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses penyusunan buku ajar melewati beberapa langkah. Langkah pertama yaitu
pengumpulan informasi yang dilakukan dengan wawancara, penyebaran angket
analisis kebutuhan, dan pengerjaan tes kemampuan berbahasa Indonesia. Data
yang didapat akan dianalisis guna membuat perencanaan buku ajar. Kegiatan
tersebut merupakan langkah kedua. Langkah ketiga yaitu penyusunan desain
produk. Peneliti akan menyusun desain produk sesuai dengan hasil pada langkah
sebelumnya. Langkah keempat yaitu validasi buku ajar oleh dosen ahli yang berisi
komentar, kritik, dan saran. Proses ini akan mengantarkan peneliti ke langkah
kelima, yaitu revisi buku ajar. Draf buku ajar akan dikembangkan isinya
berdasarkan isi pada langkah sebelumnya. Selanjutnya, langkah keenam yaitu
buku ajar akan diujicobakan kepada lima responden. Terakhir, pada langkah
ketujuh, peneliti akan merevisi produk berdasarkan hasil uji coba produk.
Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, pengintegrasian
pendidikan keanekaragaman suku dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada
mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma dari segi materi perkuliahan, sikap
sosial, dan ketersediaan sumber belajar sudah diterapkan. Kedua, keanekaragaman
agama dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan dan
ketersediaan sumber belajar sudah diterapkan. Sementara itu, sebanyak 25%
responden menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman agama belum
diterapkan dari segi sikap sosial. Ketiga, pengintegrasian keanekaragaman
ras/etnis dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan, sikap
sosial, dan ketersediaan sumber belajar sudah diterapkan. Keempat, responden
menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan dengan
mata kuliah Bahasa Indonesia sudah diterapkan dari segi materi perkuliahan,
sikap sosial, dan ketersediaan sumber belajar. Dari hasil tersebut, peneliti
bermaksud mengembangkan pengintegrasian pendidikan multikultural dengan
mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Kata kunci: pendidikan multikultural, keanekaragaman suku, keanekaragaman
agama, keanekaragaman ras, keanekaragaman golongan
ABSTRACT
Awanda, Agatha Ferilia Krisna. 2018. Integrating Multicultural Education with
Indonesian Language Course on PGSD Students of Sanata Dharma
University, Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
This type of research is development research. The final product of this
research is textbook. This study examines the multicultural education that is
integrated with Indonesian language courses, especially in PGSD students of
Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research development has a
problem formulation related to the integration of multicultural education with
Indonesian language courses.
There are 12 respondents involved in this development research.
Respondents are PGSD students of Sanata Dharma University, Yogyakarta. The
process of preparing the textbook passes several steps. The first step is to collect
information that is done by interview, questionnaire distribution of needs analysis,
and workmanship of Indonesian ability test. The data obtained will be analyzed to
make the textbook planning. The activity is the second step.
The third step is the preparation of product design. The researcher will arrange
the product design in accordance with the results in the previous step. The fourth
step is the validation of textbooks by expert lecturers containing comments,
criticisms, and suggestions. This process will lead researchers to the fifth step,
which is the revision of textbooks. Draft textbooks will be developed based on
content in the previous step. Furthermore, the sixth step of the textbook will be
piloted to five respondents. Finally, in step seven, the researcher will revise the
product based on the product trial results.
This study obtained the following results. First, the integration of ethnic
diversity education with the Indonesian language on PGSD students of Sanata
Dharma University in terms of lecture materials, social attitudes, and availability
of learning resources have been applied. Second, religious diversity with
Indonesian subjects in terms of course material and the availability of learning
resources has been applied. Meanwhile, 25% of respondents stated that religious
diversity education has not been applied in terms of social attitudes. Third, the
integration of racial / ethnic diversity with Indonesian subjects in terms of lecture
materials, social attitudes, and availability of learning resources has been
applied. Fourth, the respondents stated that the integration of the diversity
education of the classes with Indonesian subjects has been applied in terms of
lecture materials, social attitudes, and availability of learning resources. From
these results, researchers intend to develop the integration of multicultural
education with the Indonesian language course on PGSD students Sanata
Dharma University Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Keywords: multicultural education, religion diversity, ethnic diversity, tribal
diversity, diversity of groups.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
anugerah dan perlindungan, sehingga skripsi berjudul Pengintegrasian
Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada
Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dapat selesai dengan
baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat doa,
bantuan, dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah dan perlindungan kepada saya.
2. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan
murah hati ketika mendampingi saya dalam menyelesaikan skripsi.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu mendukung saya.
4. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A., selaku Wakil Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang mendukung saya.
5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku validator dalam penelitian saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang dengan sabar membantu
mengurus administrasi penyelesaian skripsi saya.
7. Ibu Cicilia Sriningsih, ibu yang setia memotivasi, mendukung, menemani,
dan mendoakan dalam pengerjaan skripsi saya.
8. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memotivasi selama
mengerjakan skripsi ini.
9. Teman skripsi payung, Feeling Wulandini Bakri, yang membantu dan
mendukung dalam penyelesaian skripsi.
10. Teman-teman PBSI angkatan 2014 yang selalu memberi semangat.
11. Keduabelas responden yang dengan setia meluangkan waktu untuk
diwawancarai, mengisi angket, mengerjakan tes, dan mengisi kuesioner uji
coba produk.
12. Sahabat-sahabat “Enamsrikandi” yang selalu mendukung dan membantu
saya dalam mengerjakan skripsi.
13. Sahabat-sahabat “Cah Wacana” yang selalu memotivasi saya dalam
mengerjakan skripsi.
14. Vitalis Duhita Della, sahabat yang selalu mengingatkan saya untuk
mengerjakan skripsi.
15. Dionysius Fije Anggi Prasvian yang dengan setia menemani saya dalam
mengerjakan skripsi.
16. Neneng Tia Ati Yanti, S.Pd. yang telah membantu dan memberi semangat
dalam pengerjaan skripsi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
17. Martinus Dwi Antoro yang telah membantu saya dalam melengkapi
persyaratan ujian pendadaran.
18. Priscilla Felicia Elu yang telah membantu saya dalam pengecekan berkas-
berkas.
19. Agustinus Poga yang pernah menemani saya dalam mengerjakan skripsi.
20. Teman-teman bimbingan yang bersama-sama dengan setia menunggu
Bapak dan Ibu dosen di kampus tercinta.
21. Delta Fotokopi, Cahaya Fotokopi, dan Acadia Fotokopi, tempat yang
selalu saya datangi dan telah menghabiskan beribu lembarnya untuk
skripsi saya.
22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang membantu
penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Semoga
ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Peneliti
Agatha Ferilia Krisna Awanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
MOTTO....................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................... vii
ABSTRAK................................................................................................... viii
ABSTRACT.................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR................................................................................ x
DAFTAR ISI............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL....................................................................................... xvi
DAFTAR DIAGRAM................................................................................ xvii
DAFTAR SKEMA...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. 109
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................
1.5 Batasan Istilah......................................................................................
1.6 Sistematika Penyajian..........................................................................
1
4
5
6
6
8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan...................................................
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2 Buku Ajar.............................................................................................
2.3 Pendidikan Multikultural....................................................................
2.4 Kompetensi Guru.................................................................................
2.5 Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia...............................................
2.6 Kerangka Berpikir...............................................................................
13
16
24
28
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian......................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................................
3.4 Instrumen Penelitian...........................................................................
3.5 Teknik Analisis Data...........................................................................
3.5.1 Identifikasi..................................................................................
3.5.2 Klasifikasi...................................................................................
3.5.3 Interpretasi.................................................................................
3.5.4 Pelaporan...................................................................................
3.6 Prosedur Pengembangan Produk......................................................
42
47
47
49
51
51
54
55
55
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data.....................................................................................
4.2 Analisis Data........................................................................................
4.3 Pembahasan.........................................................................................
4.3.1 Pengetahuan Mahasiswa tentang Pendidikan Multikultural.....
4.3.2 Analisis Kebutuhan Mahaasiswa..............................................
4.3.3 Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia....................................
63
64
66
67
72
82
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Hasil Penelitian...................................................................
5.2 Implikasi...............................................................................................
5.3 Saran....................................................................................................
101
104
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 106
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian..................................................
Lampiran 2 Angket Analisis Kebutuhan.....................................................
Lampiran 3 Hasil Analisis Kebutuhan.........................................................
Lampiran 4 Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia...................................
Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia............
Lampiran 6 ITK Butir Soal...........................................................................
Lampiran 7 Hasil Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia............................
Lampiran 8 Lembar Validasi Dosen.............................................................
Lampiran 9 Lembar Uji Coba Produk........................................................
110
125
126
128
129
130
131
132
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian terhadap Produk dengan Skala Empat............ 47
Tabel 3.2 Tabel Konversi Skala Empat.................................................. 47
Tabel 3.3 Kategori ITK........................................................................ 51
Tabel 3.4 Kategori Penilaian Nurgiyantoro............................................ 52
Tabel 3.5 Interval Skala Likert............................................................. 53
Tabel 4.1 Indiktor Pendidikan Keanekaragaman Suku............................. 70
Tabel 4.2 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Agama........................ 72
Tabel 4.3 Indikator Pendidikan Keanekaragama Ras/Etnis...................... 74
Tabel 4.4 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Golongan.................... 76
Tabel 4.5 Kategori ITK....................................................................... 80
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan ITK Butir Soal.......................................... 80
Tabel 4.7 Indikator Memahami Arti Kata, Istilah, dan Ungkapan............. 82
Tabel 4.8 Indikator Mampu Menyimpulkan Isi Teks.............................. 82
Tabel 4.9 Indikator Memahami Kaidah Penulisan.................................. 83
Tabel 4.10 Indikator Mampu Memahami Fungsi Bahasa Indonesia......... 84
Tabel 4.11 Indikator Mampu Menyusun Struktur Teks.......................... 85
Tabel 4.12 Indikator Mampu Memahami Keterampilan Berbahasa.......... 86
Tabel 4.13 Indikator Mampu Menyusun Kalimat Pasif............................ 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.14 Indikator Mampu Mengidentifikasi Jenis Kata....................... 87
Tabel 4.15 Indikator Mampu Mengidentifikasi Pembentukan Kata.........
Tabel 4.16 Indikator Mampu Memahami Jenis Kalimat.............................
88
89
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Penilaian 10 Indikator Tes Kemampuan Berbahasa
Indonesia........................................................................................
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka berpikir......................................................................
Skema 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and
Development.....................................................................................
41
56
Skema 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan.................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman yang serba sulit ini, pendidikan sangat dibutuhkan manusia di
sebuah negara. Menjadi negara yang maju, tentu menjadi cita-cita negara yang
masih berstatus berkembang. Seperti Indonesia, yang masih merupakan negara
berkembang, dapat meraihnya dengan pendidikan. Menurut UU No 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasioanal, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan
negara.
Indonesia merupakan negara yang terdiri atas banyak suku, ras, agama,
dan budaya. Indonesia juga dapat disebut sebagai negara multikultural.
Multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih komunitas
atau kelompok, yang secara kultural dan ekonomi terfragmentasi dan memiliki
struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain (J. S. Furnival).
Multikulturalisme bangsa Indonesia merupakan suatu paham yang tidak dapat
diabaikan karena lahirnya bangsa Indonesia didukung oleh berbagai suku,
agama, ras, dan golongan. Hal itu sudah tercantum dalam UUD 1945 yang
membahas tentang agama, suku, ras, dan golongan. Pendidikan multikultural
dapat diterapkan di Indonesia karena memenuhi kriteria bangsa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mempunyai keberagaman agama, suku, ras, dan golongan.
Masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing lagi bila harus hidup bersama
dengan masyarakat lain yang berbeda agama, suku, ras, dan golongan. Bahkan
jika dilihat dari segi bahasa, masyarakat Indonesia telah mengenal ratusan
bahasa daerah yang sangat unik. Bahasa-bahasa daerah tersebut telah
diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sampai pada lahirnya bahasa
Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Namun, hidup dengan kondisi multikultural tidak mudah. Masyarakat
multikultural harus melewati berbagai konflik yang tidak sedikit. Konflik
horisontal sering terjadi. Akar permasalahannya adalah mengenai agama,
suku, ras, dan golongan. Dari segi agama misalnya, banyak mahasiswa yang
terlibat bullying di lingkungan sekolah. Bullying adalah penggunaan
kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau
mengintimidasi orang lain. Mahasiswa yang terlibat bullying biasanya kurang
mentoleransi mahasiswa lain. Intoleransi tersebut berakar dari kurangnya
pemahaman terhadap agama dan keyakinan orang lain. Mahasiswa memang
diajarkan bahwa para penganut keenam agama memiliki ritual-ritual
kepercayaan dan cara memahami Tuhan yang bervariasi ketika berada di
sekolah. Meski demikian, tidak banyak yang memperoleh pengetahuan lebih
lanjut tentang penganut keyakinan yang berbeda lantaran minimnya akses atau
upaya mengkotak-kotakkan yang bisa dilakukan keluarga, lingkungan
sekolah, atau kelompok pergaulannya. Konflik yang seperti itu akan
menghambat proses pembelajaran di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berkaitan dengan hal itu, multikulturalisme yang diterapkan di sekolah
maupun lembaga pendidikan lainnya harus dipahami terlebih dahulu oleh
pendidik di Indonesia. Pendidik atau guru sangat berperan dalam proses
pembelajaran multikultural di sekolah. Pendidikan multikultural akan dapat
membiasakan memahami, menghormati, menghargai harkat dan martabat
manusia di mana pun berada dan dari mana pun asalnya. Mahasiswa dapat
melakukan hal itu dari aspek agama, budaya, sosial, ekonomi, bahasa, dan
negara.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati proses pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma
yang berbasis pendidikan multikultural. Universitas Sanata Dharma telah
menerapkan pendidikan yang berbasis multikultural. Universitas Sanata
Dharma memiliki beragam mahasiswa yang mempunyai beragam agama,
budaya, sosial, ekonomi, bahasa, dan negara. Tidak hanya proses
pembelajarannya yang akan diamati, namun juga buku pegangan mahasiswa,
dan sejumlah buku ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, buku ajar dapat membantu proses pembelajaran. Buku
ajar adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan
menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri. Meningkatkan
motivasi mahasiswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang
dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan. Setelah dilakukan
evaluasi, guru dan mahasiswa mengetahui benar, pada buku ajar yang mana
mahasiswa telah berhasil dan pada bagian buku ajar yang mana mereka belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
berhasil. Selain itu, mahasiswa juga dapat bekerjasama dengan mahasiswa lain
dalam kelompok belajar.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah utama yaitu
“Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan multikultural dengan mata kuliah
Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma?”.
Kondisi multikultural yang dimaksud difokuskan pada masalah SARA (suku,
agama, ras, dan golongan). Oleh karena itu, atas dasar rumusan masalah utama
tersebut, disusun submasalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku dengan
mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata
Dharma?
2. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD
Universitas Sanata Dharma?
3. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas
Sanata Dharma?
4. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas
Sanata Dharma?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah pengembangan materi buku ajar
Bahasa Indonesia mahasiswa PGSD yang terintegrasi dengan
multikulturalisme khususnya suku, agama, ras, dan golongan yang sering
dijadikan pemicu konflik sosial dalam masyarakat. Berdasarkan tujuan
umum tersebut, disusun tujuan khusus sebagai berikut.
1. Memaparkan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku dengan
mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata
Dharma.
2. Memaparkan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama dengan
mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata
Dharma.
3. Memaparkan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD
Universitas Sanata Dharma.
4. Memaparkan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas
Sanata Dharma.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca,
yaitu sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1. Manfaat Umum
Secara umum, manfaat penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam
pembelajaran agar berjalan lebih efektif.
2. Manfaat Khusus
Secara khusus, manfaat penelitian ini dapat membantu
a. Peningkatan kemampuan belajar mahasiswa secara mandiri.
b. Mempermudah dosen dan mahasiswa agar pembelajaran lebih
terstruktur.
E. Batasan Istiah
Adapun beberapa batasan ilmiah yang ada dalam skripsi ini sebagai berikut.
a. Buku ajar adalah suatu kesatuan unit pembelajaran yang berisi informasi,
pembahasan serta evaluasi (Mintowawi, 2003).
b. Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi
manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai
konsekuensi keragaman budaya etnis, suku, dan aliran/agama (Dawam,
2003).
c. Agama adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan serta peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta aturan atau tata kaidah yang memiliki
hubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia,manusia dengan
Penciptanya serta manusia dengan lingkungannya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
d. Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat
lahir tertentu yang dilanjutkan kepada keturunannya (Arrasjid, 1972).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
e. Suku bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki kesatuan dalam
budaya dan terikat oleh kesadarannya akan identitasnya tersebut,
kesadaran dan identitas yang dimiliki biasanya di perkuat dengan
kesatuan bahasa (Koentjaraningrat, 2002).
f. Kelompok/golongan merupakan sekelompok (dua orang atau lebih) yang
memiliki persepsi sebagai suatu kesatuan serta memiliki perasaan sebagai
bagian dari kelompok, mempunyai tujuan bersama dan saling
ketergantungan satu sama lain (Sarwono, 2002).
g. Pendekatan adalah asumsi teoretis yang berkaitan dengan hakikat bahasa,
belajar bahasa, dan pengajaran bahasa (Anthony, 1963 dalam Pranowo,
2014).
h. Metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama lain tidak
saling bertentangan untuk mencapai suatu tujuan (Pranowo, 2014).
i. Teknik adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat tercapai (Pranowo,
2014).
j. Strategi adalah siasat untuk mencapai suatu tujuan (Pranowo, 2014).
F. Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I ini menguraikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
istilah, dan sistematika penyajian.
Bab II berisi kajian teori. Pada bab ini diuraikan tentang kajian teori dan
kerangka berpikir. Kajian teori berisi uraian tentang penelitian yang relevan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
buku ajar, pendidikan multikultural, teori pembelajaran bahasa, dan kerangka
pikir.
Bab III berisi tentang metode penelitian. Bab ini menguraikan jenis
penelitian, proses pengembangan, setting penelitian, validasi produk, jenis
data, teknik pengumpulan data instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menguraikan hasil
dan pembahasan penelitian. Bab ini memaparkan hasil data dari penilaian
validator atau expert judgement yang berasal dari Universitas Sanata Dharma.
Terakhir adalah menjelaskan deskripsi dan analisis data dari hasil uji coba
yang dilakukan oleh peneliti terhadap subyek penelitian. Hasil uji coba yang
dilakukan berasal dari angket umpan balik beserta penskoran terhadap media
pembelajaran berupa buku ajar.
Bab V berisi kesimpulan, saran, dan keterbatasan hasil penelitian. Bab ini
menguraikan simpulan, implikasi, dan saran yang bermanfaat bagi pihak lain
terkait dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
Pertama, Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Kegiatan
Pembelajaran di SMA Al-Muayyad Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
diteliti oleh Nafis Nailil Hidayah, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2014). Kedua,
Pengembangan Buku Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis
Pendekatan Proses untuk Siswa SMA dan MA Kelas XI diteliti oleh Siti
Latifah Mubasiroh, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Yogyakarta (2013). Ketiga, Implementasi Pendidikan Multikultural
di SMA Selamat Pagi Indonesia Batu diteliti oleh Nurul Islamiyah,
mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang (2015). Keempat, Pengembangan Buku Ajar Menulis
Nonsastra Berdasarkan Strategi RAFT (Role Audience Formal Topic)
Untuk SMP/MTS Kelas VIII, diteliti oleh Nirnawati, mahasiswa Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta (2015).
Penelitian pertama, Nafis Lailil Hidayah (2014) berjudul
Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Kegiatan Pembelajaran di
SMA Al-Muayyad Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural yang
diterapkan di lingkungan SMA AL-Muayyad Surakarta pada Tahun
Pelajaran 2013/2014. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana
implementasi pendidikan multikultul yang diterapkan di lingkungan SMA
AL-Muayyad Surakarta pada tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan strategi pendekatan
fenomenologi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengimplementasian
pendidikan multikultural di SMA Al-Muayyad Surakarta bisa dikatakan
hampir 24 jam per hari. Hal ini dikarenakan siswa dan siswi wajib untuk
tinggal di asrama selama masa pendidikan hingga dinyatakan lulus.
Relevansi penelitian pertama dengan penelitian Pengintegrasian
Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada
Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah pada
topik pendidikan multikultural dalam kegiatan pembelajaran.
Perbedaannya terletak pada pengembangan media, pendekatan penelitian,
dan metode penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.
Penelitian kedua, Siti Latifah Mubasiroh (2013) berjudul
Pengembangan Buku Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis
Pendekatan Proses untuk Siswa SMA dan MA Kelas XI. Tujuan penelitian
yang ditulis oleh Siti Latifah Mubasiroh adalah untuk menghasilkan
produk buku ajar menulis berbasis pendekatan proses untuk siswa SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan MA kelas XI dan memenuhi kriteria kelayakan. Permasalahan yang
diangkat yaitu buku ajar yang menyajikan keterampilan tertentu dan
berdasarkan pada pendekatan tertentu masih jarang dikembangkan,
terutama dalam hal ini adalah keterampilan menulis. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Research and Development (R&D). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket. Hasil penelitian ini
berupa Buku Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis Pendekatan
Proses untuk Siswa SMA dan MA Kelas XI. Buku ajar tersebut terdiri atas
tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian tambahan.
Relevansi penelitian kedua dengan penelitian Pengintegrasian
Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada
Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yaitu terletak
pada pengembangan media buku ajar. Perbedaannya terletak pada strategi
dan obyek penelitian.
Penelitian ketiga, Nurul Islamiyah (2015) berjudul Implementasi
Pendidikan Multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Batu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural dan
mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi
pendidikan multikultural di SMA Selamat Pagi Batu. Permasalahan yang
diangkat adalah bagaimana implementasi pendidikan multikultural dan
apakah faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan
multikultural di SMA Selamat Pagi Batu. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa warga sekolah dengan latar belakang yang berbeda-
beda dapat hidup berdampingan dengan guyup dan rukun.
Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian Pengintegrasian
Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada
Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah pada
pendidikan multikultural dalam kegiatan pembelajaan. Perbedaannya
terletak pada pengembangan media, pendekatan penelitian, dan metode
penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.
Penelitian keempat, Nirnawati (2015) berjudul Pengembangan
Buku Ajar Menulis Nonsastra Berdasarkan Strategi RAFT (Role Audience
Formal Topic) Untuk SMP/MTS Kelas VIII. Penelitian ini bertujuan untuk
untuk mengetahui gambaran awal penggunaan buku ajar menulis nonsastra
di SMP, desain pengembangan buku ajar menulis nonsastra berdasarkan
strategi RAFT (Role Audience Format Topic) bagi siswa SMP kelas VIII,
dan kelayakan buku ajar menulis nonsastra berdasarkan strategi RAFT
(Role Audience Format Topic) bagi siswa SMP kelas VIII. Permasalahan
yang diangkat adalah buku ajar sebagai pegangan siswa di sekolah yang
fokus pada satu keterampilan berbahasa dengan mengintegrasikan suatu
strategi belum banyak berkembang dan perlu dilakukan pengembangan
buku ajar pada satu keterampilan berbahasa dengan mengintegrasikan
suatu strategi sebagai wujud inovasi baru dalam dunia pendidikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
(R&D). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara
dan angket. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa
media buku ajar dapat memudahkan proses pembelajaran siswa SMP/MTS
kelas VIII.
Relevansi penelitian keempat dengan penelitian Pengintegrasian
Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada
Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yaitu terletak
pada pengembangan media buku ajar. Perbedaannya terletak pada strategi
dan obyek penelitian.
2.2 Buku Ajar
Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu buku ajar.
Peneliti akan mengembangkan buku ajar bahasa Indonesia yang
diintegrasikan dengan pendidikan multikultural. Berikut akan dipaparkan
teori-teori mengenai buku ajar.
2.2.1 Pengertian Buku Ajar
Menurut Suharjono (2001) buku ajar adalah buku yang digunakan
sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku
standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksud-maksud
dan tujuan pengajaran, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran
yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya disekolah-sekolah
dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu progam pengajaran.
Menurut Mintowati (2003) buku ajar merupakan salah satu sarana
keberhasilan proses belajar mengajar. Buku ajar merupakan suatu kesatuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
unit pembelajaran yang berisi informasi, pembahasan serta evaluasi. Buku
ajar yang tersusun secara sistematis akan mempermudah peserta didik
dalam materi sehingga mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.
Maka dari itu, buku ajar harus disusun secara sistematis, menarik, aspek
keterbacaan tinggi, mudah dicerna, dan mematuhi aturan penulisan yang
berlaku.
Berdasarkan pengertian buku ajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
buku ajar adalah sebuah karya tulis yang berbentuk buku dalam bidang
tertentu, yang merupakan buku standar yang digunakan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran untuk maksud dan tujuan instruksional, yang
dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah
dipahami oleh pemakainya di sekolah dan perguruan tinggi, sehingga
dapat menunjang progam pembelajaran.
Unsur-unsur penting dalam pengertian buku ajar adalah sebagai
berikut (1) buku ajar merupakan buku pelajaran yang ditunjukan bagi
siswa pada jenjang tertentu. (2) Buku ajar selalu berkaitan dengan mata
pelajaran tertentu. (3) Buku ajar merupakan buku standar. (4) Buku ajar
ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. (5) Buku ajar ditulis untuk
menunjang suatu progam pengajaran tertentu. (Arifin, 2009)
Buku ajar yang dikembangkan oleh peneliti berisi tentang materi
pelajaran bahasa Indonesia diintegrasikan dengan pendidikan
multikultural, khususnya agama, ras, suku, dan golongan. Buku ajar
tersebut terdiri dari judul bab, materi bahasa Indonesia, ringkasan materi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dan soal latihan. Materi bahasa Indonesia disajikan dengan bahasa yang
sederhana sehingga mudah dipahami oleh mahasiswa. Soal latihan yang
dibuat oleh penulis juga berfungsi untuk memperdalam pengetahuan
mahasiswa.
2.2.2 Fungsi Buku Ajar
Buku ajar berfungsi sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran.
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai fungsi buku ajar. Greene dan
Petty (1981) merumuskan beberapa peranan dan kegunaan buku ajar
sebagai berikut.
a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern
mengenai pengajaran serta mendemontrasikan aplikasi dalam
bahan pengajaran yang disajikan.
b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang
kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program
kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-keterampilan
ekspresional diperoleh pada kondisi yang menye-rupai kehidupan
yang sebenarnya.
c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap
mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional.
d. Menyajikan (bersama-sama dengan buku manual yang
mendampinginya) metode-metode dan sarana-sarana pengajaran
untuk memotivasi siswa.
e. Menyajikan fiksasi awal yang perlu sekaligus juga sebagai
penunjang bagi latihan dan tugas praktis.
f. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi
dan tepat guna.
Buku ajar berfungsi sebagai penarik minat dan motivasi mahasiswa
atau pembaca pada umumnya. Motivasi mahasiswa dapat timbul karena
penyajian materi buku yang menarik perhatian dan relevan dengan
kebutuhan mahasiswa. Motivasi mahasiswa juga dapat timbul karena buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ajar menggunakan bahasa sederhana, sehingga mudah dipahami. Selain
itu, mahasiswa dapat menemukan gagasan baru yang berkaitan dengan
materi buku ajar.
2.3 Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
Indonesia. Hal itu dikarenakan Indonesia tumbuh dari berbagai
keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan. Berikut ini akan
dijabarkan mengenai pendidikan multikultural.
2.3.1 Pengertian Pendidikan Multikultural
Dawam (2003) mengatakan, pendidikan multikultural adalah
proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas
dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya etnis, suku, dan
aliran (agama). Menurut Tilaar (2004), pendidikan multikultural berawal
dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang “interkulturalisme”
seusai perang dunia II. Kemunculan gagasan dan kesadaran
“interkulturalisme” ini selain terkait dengan perkembangan politik
internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari kolonialisme, dan
diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di
negara-negara barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari
negara-negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa.
Suparta dalam bukunya Islamic Multicultural Education (2008),
mencatat lebih dari sepuluh definisi tentang pendidikan multikultural,
diantaranya adalah; (a) Pendidikan Multikultural adalah sebuah filosofi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yang menekankan pada makna penting, legitimasi dan vitalitas keragaman
etnik, dan budaya dalam membentuk kehidupan individu, kelompok,
maupun bangsa. (b) Pendidikan Multikultural adalah menginstitusionalkan
sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati
dan menerima, memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah
keadilan sosial. (c) Pendidikan Multikultural adalah sebuah pendekatan
pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan atas nilai-nilai demokratis
yang mendorong berkembangnya pluralisme budaya; dalam hampir
seluruh bentuk komprehensifnya. Pendidikan multikultural merupakan
sebuah komitmen untuk meraih persamaan pendidikan, mengembangkan
kurikulum yang menumbuhkan pemahaman tentang kelompok-kelompok
etnik dan memberangus praktik-praktek penindasan. (d) Pendidikan
Multikultural merupakan reformasi sekolah yang komprehensif dan
pendidikan dasar untuk semua anak didik yang menentang semua bentuk
diskriminasi dan intruksi yang menindas dan hubungan antar personal di
dalam kelas dan memberikan prinsipprinsip demokratis keadilan sosial.
Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan multikultural sudah
diterapkan pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma meskipun
belum maksimal. Beberapa mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma
juga sudah memahami pendidikan multikultural yang melekat pada bangsa
Indonesia. Bahkan, mayoritas mahasiswa mengatakan bahwa pendidikan
multikultural penting diterapkan sejak dini melalui pendidikan. Tujuannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yaitu melatih rasa toleransi akan keanekaragaman agama, ras, suku, dan
etnik.
2.3.2 Peran Pendidikan Multikultural bagi Pendidikan Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.
Pernyataan tersebut dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun
geografis yang begitu beragam dan luas. Saat ini, jumlah pulau yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau
besar dan kecil. Populasi penduduknya terdiri dari 300 suku yang
menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu, mereka juga
menganut berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Keragaman ini,
diakui maupun tidak, dapat menimbulkan berbagai persoalan seperti saat
ini, seperti korupsi, nepotisme, kolusi, premanisme, perseteruan politik,
kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan, dan hilangnya rasa
kemanusiaan.
Berkaitan dengan hal itu, pendidikan multikultural menawarkan
satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang
berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya
yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama,
status sosial, gender, kemampuan, umur, dan ras. Menurut Yaqin (2005),
strategi pendidikan multikultural tidak hanya bertujuan agar siswa mudah
memahami pelajaran yang dipelajari, akan tetapi juga untuk meningkatkan
kesadaran siswa agar selalu berperilaku humanis, pluralis, dan demokratis.
Oleh karena itu, seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dan mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran yang
diajarkannya. Seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai
inti dari pendidikan multikultural, yakni humanis, pluralis, dan demokratis.
Pada akhirnya, diharapkan bahwa permasalahan yang terjadi di Indonesia,
lambat laun dapat diminimalkan, karena generasi muda di masa yang akan
datang adalah “generasi multikultural”, yang menghargai perbedaan, selalu
menegakkan nilai demokrasi, keadilan, dan kemanusiaan.
Pada penelitian kali ini, peneliti akan mengembangkan buku ajar
mata kuliah Bahasa Indonesia yang diintegrasikan dengan pendidikan
multikultural. Peneliti mengintegrasikan keduanya pada contoh teks,
kegiatan pembelajaran, dan soal latihan.
2.3.3 Dimensi Pendidikan Multikultural
Dimensi pendidikan multikultural merupakan salah satu komponen
penting dalam teori pendidikan multikultural. Hal itu meliputi integrasi
konten, proses penyusunan pengetahuan, mengurangi prasangka, pedagogi
kesetaraan, dan budaya dan struktur sekolah yang memberdayakan. Banks
(2002:14) menyatakan bahwa pendidikan multikultural dapat
dikonsepsikan atas lima dimensi, yaitu:
a. Integrasi konten
Integrasi konten merupakan pemaduan konten menangani sejauh mana
guru menggunakan contoh dan konten dari beragam budaya dan
kelompok untuk menggambarkan konsep, prinsip, generalisasi, serta teori
utama dalam bidang mata pelajaran atau disiplin mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Proses penyusunan pengetahuan
Proses penyusunan pengetahuan merupakan sesuatu yang berhubungan
dengan sejauh mana guru membantu siswa paham, menyelidiki, dan untuk
menentukan bagaimana asumsi budaya yang tersirat, kerangka acuan,
perspektif dan prasangka di dalam disiplin mempengaruhi cara
pengetahuan disusun di dalamnya.
c. Mengurangi prasangka
Dimensi ini berfokus pada karakteristik dari sikap rasial siswa dan
bagaimana sikap tersebut dapat diubah dengan metode dan materi
pengajaran.
d. Pedagogi kesetaraan
Pedagogi kesetaraan ada ketika guru mengubah pengajaran mereka ke
cara yang akan memfasilitasi prestasi akademis siswa dari berbagai ras,
budaya, dan kelas sosial. Termasuk dalam pedagogi ini adalah
penggunaan beragam gaya mengajar di dalam berbagai kelompok budaya
dan ras.
e. Budaya dan struktur sekolah yang memberdayakan
Dimensi ini merupakan praktik pengelompokan dan penamaan partisipasi
olah raga, prestasi yang tidak proporsional, dan interaksi staf, serta siswa
antaretnis dan ras adalah beberapa dari komponen budaya sekolah yang
harus diteliti untuk menciptakan budaya sekolah yang memberdayakan
siswa dari beragam kelompok, ras, etnis, dan budaya.
Pada dimensi integrasi konten, para guru menggabungkan materi
pembelajaran ke dalam kurikulum dengan berbagai sudut pandang. Salah
satunya dengan cara mengakui kontribusi kurikulum dengan membatasi
fakta tentang semangat kepahlawanan dari berbagai kelompok. Dimensi
kedua yaitu proses penyusunan pengetahuan. Pada dimensi ini, guru
membantu siswa untuk memahami beberapa perspektif dan merumuskan
kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin pengetahuan yang mereka
miliki. Dimensi ketiga yaitu mengurangi prasangka. Pada dimensi ini guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berusaha untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku positif
tentang perbedaan kelompok.
Dimensi keempat yaitu pedagogi kesetaraan. Dimensi ini
memperhatikan cara-cara mengubah fasilitas pembeajaran agar
mempermudah pencapaian hasil belajar. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru yaitu memberi tugas dengan bentuk kerja sama dalam
kelompok belajar. Dimensi kelima yaitu budaya dan struktur sekolah yang
memberdayakan. Dimensi ini memanfaatkan potensi keanekaragaman
budaya yang dimiliki oleh siswa sebagai karakteristik sekolah. Hal ini
dilkukan untuk menghargai perbedaan yang ada di sekolah.
2.3.4 Karakteristik Pendidikan Multikultural
Karakteristik pendidikan multikultural termasuk hal penting dalam teori
pendidikan multikultural. Menurut Maksum (2011: 153), hal-hal yang
merupakan karakteristik pendidikan multikultural yaitu:
a. Penolakan terhadap teori universalitas yang cenderung mendukung
pihak yang kuat, sedangkan teori multikultural lebih cenderung
mendukung dan berupaya memberdayakan pihak yang lemah.
b. Teori multikultural menjadi inklusif yaitu berupaya untuk menawarkan
teori atas kelompok-kelompok lemah.
c. Teori multikultural tidak bebas atau tidak mengobral nilai, tetapi lebih
kepada menyusun teori atas nama pihak yang lemah dan bekerja di
dunia sosial, kultur, dan prospek untuk masing-masing individu.
d. Teori multikultural tidak hanya berkecimpung dalam dunia sosial saja
tetapi juga dunia intelektual, dengan cara menjadikannya lebih terbuka
dan beragam.
e. Tidak ada untuk menarik garis yang jelas antara teori dan type narasi
lainnya.
f. Teori multikultural sangat kritis, yaitu kritik terhadap diri dan kritik
terhadap teori lain, yang paling penting terhadap dunia sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
g. Teori multikultural menyadari bahwa karya mereka dibatasi oleh
sejarah tertentu, konteks kultural dan sosial tertentu, yang mana
mereka pernah hidup dalam konteks tersebut.
Karakteristik adalah sifat-sifat yang perlu diteliti berkenaan dengan
kekhasan yang membedakan seseorang dengan orang lainnya. Hal ini
dilakukan agar dapat menyesuaikan cara-cara membujuknya. Pada
dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat
dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan
luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana
stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk
suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah
kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas
pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Oleh karena itu, masyarakat indonesia telah melekat pada istilah
pendidikan multikultural.
2.3.5 Faktor Pendidikan Multikultural
Pada bagian ini akan diuraikan faktor-faktor dalam pendidikan
multikultural. Faktor-faktor dalam pendidikan multikultural meliputi
agama, ras, suku, dan golongan (Sarwono, 2002). Agar lebih jelas,
peneliti memaparkannya di bawah ini, yaitu sebagai berikut.
a. Agama
Agama adalah sebuah kepercayaan dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dalam kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Agama memiliki simbol dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk
menjelaskan asal usul dan makna kehidupan. Dalam agama terdapat ikatan
yang kuat dengan seseorang karena setiap agama memiliki aturan, kitab
suci, dan tempat tempat suci yang mempengaruhi kehidupan penganutnya.
Agama adalah sebuah kepercayaan yang dianut oleh seseorang. Terdapat
enam agama yang ada di Indonesia, yaitu Islam, Katolik, Kristen, Budha,
Hindu, dan Khonghuchu. Penganut agama yang berbeda dalam suatu
wilayah akan menciptakan lingkungan masyarakat multikultural, oleh
karena itu agama merupakan salah satu faktor yang dapat memicu
timbulnya masyarakat multikultural
b. Ras
Ras adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk
mengelompokkan manusia dalam suatu kelompok besar berdasarkan ciri
fisik, asal usul geografis, tampang, dan kesukuannya.
Ras adalah pengelompokan penduduk suatu daerah yang memiliki
sifat-sifat keturunan tertentu yang tidak sama dengan penduduk lainnya.
Terdapat berbagai macam ras yang ada di Indonesia, misalnya Negro
Melanesia dan Melayu. Paradigma ras sering digunakan dalam berbagai
disiplin ilmu yang lebih menekan pada sifat biologis atau konstruk sosial
seseorang. Paran antropolog dan ilmuan evolusi mengidentifikasikan
istilah ras untuk membahas perbedaan genetika (biologis), sedangkan
sejarawan dan ilmuwan sosial mendefinisikan ras sebagai kategori
kebudayaan atau konstruksi sosial, suatu cara tertentu orang berbicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
tentang diri mereka dan tentang orang lain. Perbedaan ras dapat mejadi
salah satu faktor pemicu timbulnya masyarakat multikultural.
c. Suku
Suku bangsa atau yang juga sering kita sebut dengan etnis adalah
kelompok manusia yang anggotanya mendefinisikan diri mereka
berdasarkan garis keturunan dan ciri ciri fisik yang dianggap sama.
Suku adalah kelompok manusia yang dibedakan atas beberapa
perbedaan dengan kelompok manusia lain, misalnya tempat tinggal dan
kebudayannya. Suku yang terdapat di Indonesia sangat banyak, misalnya
suku Jawa, suku Sunda, suku Borneo, dan suku Betawi. Identitas suku
ditandai dengan pengakuan dari orang lain terhadap ciri khas suatu
kelompok tersebut. Misalnya Indonesia sebagai negara denagn suku
bangsa yang beranekaragam, ada suku bali, batak, aceh dan masih banyak
lagi. Semua suku tersebut disatukan dalam sebuah negara sehingga
membentuk kehidupan masyarakat multikultural dalam satu kesatuan.
d. Golongan
Kelompok/golongan merupakan setiap kumpulan orang yang memiliki
kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.
Karakteristik pertama yaitu kumpulan orang untuk mempertegas
bahwa kelompok bukan individu dan kelompok bukan masyarakat.
Karakteristik kedua yaitu memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya.
Golongan adalah kumpulan manusia yang sadar akan pentingnya berinteraksi
satu sama lain. Keempat faktor tersebut sangat erat hubungannya dengan
pendidikan multikultural yang diterapkan di Indonesia. Hal itu didukung oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
keanekaragaman agama, ras, suku, dan golongan yang melekat pada bangsa
Indonesia.
2.4 Kompetensi Guru
Kompetensi guru dituangkan secara jelas di UU No. 14 tahun 2005. Hal-
hal yang bersifat lebih teknis dan penjabarannya dapat diperhatikan melalui
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu pendidik
harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru yang dimaksudkan
dalam UU No. 14 tahun 2005 adalah:
a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan a anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan penidikan menengah. (UU
12/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1)
b. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (UU 14/2005
tentang Guru sdan Dosen pasal 1)
c. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan
sertifikat pendidik (UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 2).
Kompetensi yang dimaksudkan dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen yaitu berkenaan dengan kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
1) Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik berkaitan langsung dengan penguasaan disiplin
ilmu pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru.
Oleh karena itu, seorang calon guru harus memiliki latar belakang pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
keguruan yang relevan dengan bidang keilmuannya. Secara teknis kompetensi
pedagogik ini meliputi:
a. Menguasai karakteristik peserta didik
b. Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran
c. Mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
kepentingan pembelajan
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
h. Menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar
i. Memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan
pembelajaran
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
2) Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenga pendidik. Ia
akan disebut profesional jika ia mampu menguasai keahlian dan keterampilan
teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran. Kompetensi ini cenderung
mengacu kepada kemampuan teoritik dan praktik lapangan. Secara rinci
kemampuan profesional dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Menguasai materi, strukur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang sesuai
dan mendukung bidang keahlian/bidang studi yang diampu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi (TIK) untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang diampu.
c. Menguasai filosofi, metodologi, teknis, dan fraksis penelitian dan
pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang keahliannya.
d. Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya dengan melakukan
tindakan reflektif dan penggunaan TIK.
e. Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pengabdian
kepada masyarakat.
3) Kompetensi kepribadian
Kemampuan ini meliputi kemampuan personalitas, jati diri sebagai
seorang tenaga pendidik yang menjadi panutan bagi peserta didik.
Kompetensi inilah yang selalu menggambarkan prinsip bahwasannya guru
adalah sosok yang patut diguru dan ditiru. Dengan kata lain, guru menjadi
sumber dasar bagi peserta didik. Secara khusus kemampuan ini dapat
dijabarkan berupa:
a. Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
b. Tampil sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
c. Tampil sebagai pribadi yang mantap, dewasa, stabil, dan berwibawa
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga sebagai tenaga
pendidik dan percaya diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
4) Kompetensi sosial
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi dengan
peserta didik dan orang yang ada di sekitar dirinya. Modal interaksi berupa
komunikasi personal yang dapat diterima oleh peserta didik dan masyarakat
yang ada di sekitarnya. Selanjutnya, kemampuan sosial dapat dirinci sebagai
berikut.
a. Bersikap inklusif dan bertindak obyektif
b. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan
masyarakat
c. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan komunitas
profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain.
d. Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat luas.
2.5 Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia
Teori pembelajaran bahasa Indonesia meliputi aspek-aspek pembelajaran
bahasa Indonesia, fokus pembelajaran bahasa Indonesia, dan materi
pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut ini akan dipaparkan mengenai teori
pembelajaran bahasa Indonesia.
2.5.1 Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Peserta didik
Peserta didik adalah seseorang yang ingin belajar atau memperoleh
pendidikan. Peserta didik adala seseorang yang memiliki hak untuk
memperoleh layanan pendidikan (pembelajaran) dari pemerintah atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya (Ahmadi,
2014). Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2008), peserta didik berstatus sebagai
subjek didik karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau
pribadi yag otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik
yang perlu dipahami oleh pendidik ialah (Tirtarahardja dan Sulo, 2008):
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas
Anak yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas merupakan insan
yang unik. Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin
dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya
membutuhkan bantuan dan bimbingan.
2) Individu yang sedang berkembang
Maksudnya dari perkembangan di sini adalah perubahan yang terjadi
dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri
maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan. Sejak manusia lahir bahkan
sejak masih berada dalam kandungan, ia berada dalam proses perkembangan.
Proses perkembangan melalui suatu rangkaian yang bertingkat-tingkat dan
setiap tingkat mempunyai sifat-sifat khusus. Perbedaan sifat tersebut harus
diketahui oleh pendidik pada masing-masing tingkat perkembangan. Atas
dasar itu pendidikan dapat mengatur kondisi dan strategi yang relevan dengan
kebutuhan peserta didik.
3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi
Dalam proses perkembangannya, peserta didik membutuhkan bantuan dan
bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati tidak terlepas dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
ibunya, seharusnya setelah ia tumbuh berkembang menjadi dewasa ia sudah
dapat hidup sendiri. Namun kenyataannya, untuk kebutuhan perkembangan
hidupnya, ia masih menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang dewasa,
sepanjang ia belum dewasa. Dalam perjalanan hidup, peserta didik memiliki
persoalan yang berbeda, ada yang bisa mengatasinya sendiri tetapi ada juga
yang memerlukan bantuan orang lain.
4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Kewajiban pendidik dan orang tua (si pendidik) adalah memberikan
kebebasan kepada peserta didik. Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar
peserta didik berbuat menurut pola yang dikehendaki pendidik. Maksudnya
yaitu agar peserta didik memperoleh kesempatan memerdekakan diri dan
bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.
b. Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik (Tirtarahardja dan Sulo, 2008).
Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Konteks pendidikan di lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab utama
seorang guru.
Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) dan
menghindari penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang semata-mata
didasarkan kepada unsur wewenang jabatan. Pendidik adalah pendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
norma-norma (pendukung kewibawaan). Pendidik mempunyai tugas untuk
mentransformasikan norma-norma atau kewibawaan tersebut kepada peserta
didik. Peserta didik membutuhkan sesuatu (perlindungan, bantuan, dan
bimbingan) dari pendidik dan pendidik dengan rela memenuhinya.
Menururt Langeveld (1955) dalam Tirtarahardja dan Sulo (2008), terdapat
tiga sendi kewibawaan yaitu kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan.
1) Kepercayaan, pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan
juga harus percaya bahwa peseta didik dapat dididik.
2) Kasih sayang, mengandung dua makna yaitu penyerahan diri kepada yang
disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Dengan adanya sifat
penyeraan diri maka pada pendidik timbul kesediaan untuk berkorban
yang dalam bentuk konkretnya berupa pengabdian dalam kerja.
Pengendalian terhadap yang disayangi dimaksudkan agar peserta didik
tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya.
3) Kemampuan, mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara
lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan, mengambl
manfaat dari pengalaman kerja, dan lain-lain.
c. Materi
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam
kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Dalam
materi pembelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran bahasa menyangkut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
empat keterampilan, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis baik dalam
bidang bahasa maupun sastra (Pranowo, 2014). Di sampng itu, materi
kebahasaan yang diperlukan ketika sedang mempelajari empat keterampilan
tersebut harus diintegrasikan ketika pembelajaran keterampilan sedang
berlangsung.
d. Pendekatan
Pendekatan adalah asumsi teoretis yang berkaitan dengan hakikat bahasa,
belajar bahasa, dan pengajaran bahasa (Anthony, 1963 dalam Pranowo).
Pendekatan mengandung keselarasan teori-teori tentang apa yang dipelajari,
tentang proses pembelajaran (teori pembelajaran), dan tentang apa yang mesti
dilakukan guru (teori pengajaran). Misalnya, linguistik struktural
berkeyakinan bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah menguasai
elemen-elemen bahasa yang kemudian elemen-elemen tersebut dapat
digunakan untuk berbahasa secara baik dan benar. Lain halnya dengan
pendekatan komunikatif yang menekankan fungsi bahasa dalam kehidupan
nyata, teori pembelajaran yang menekankan keaktifan pembelajar sebagai
subjek yang aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan untuk mencapai
penguasaan kompetensi komunikatif (kemampuan menggunakan bahasa
secara akurat dalam kehidupan nyata), sehingga dibutuhkan peran guru
sebagai fasilitator dalam mencapai penguasaan kompetensi komunikatif
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Berdasarkan pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan, sebagai
seorang guru bahasa sebenarnya bebas dalam memilih pendekatan yang akan
digunakan. Menurut Pranowo (2014), pendekatan manapun yang digunakan
apabila memenuhi ketentuan secara ketat dan disiplin, semuanya akan
memberikan hasil secara maksimal. Jika pendekatan yang digunakan, dipilih
sesuai dengan karakteristik siswa, kegiatan pembelajaran bahasa akan
berjalan dengan efektif sehingga tujuan pembelajaran akan dengan mudah
dicapai.
e. Metode
Metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama lain tidak
saling bertentangan untuk mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran
bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan,
penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan.
Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dilakukan
agar siswa mudah menyerap dan menguasai bahan ajar tersebut. Semuanya
itu didasarkan pada pendekatan yang dianut, dengan kata lain, pendekatan
merupakan dasar penentu metode yang digunakan.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat memilih banyak
metode. Namun, guru yang baik pasti mampu menentukan metode yang
sesuai agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini,
setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai
memilih bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Setelah itu, guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menentukan hahan ajar yang telah dipilih, yang sesuai dengan tingkat usia,
tingkat kemampuan, kebutuhan, dan latar belakang lingkungan siswa.
Kemudian, bahan ajar tersebut disusun menurut urutan tingkat kesukaran,
yakni dari yang mudah ke yang lebih sukar. Di samping itu, guru
merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta
mengembangkan bahan ajar tersebut.
f. Teknik
Menurut Pranowo (2014) teknik adalah cara bagaimana seseorang
melewati jalan yang sudah dipili berdasarkan suatu asumsi tertentu. Teknik
adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat tercapai. Teknik pembelajaran
merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam
metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Seorang guru harus mampu
mencari cara agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan
mencapai tujuan. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu
mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa,
dan kondisi-kondisi yang lain. Pemilihan teknik harus diperhatikan dengan
baik agar dapat mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien.
g. Strategi
Strategi adalah siasat untuk mencapai suatu tujuan. Teknik apapun yang
dipilih oleh guru, harus memperhitungkan strategi. Setiap strategi harus
memperhitungkan bahwa tujuan akan tercapai dengan baik (Pranowo, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2.5.2 Fokus Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Paradigma Lama
Keadaan pembelajaran bahasa di sekolah-sekolah tidak membawa peserta
didik dan mahasiswa ke arah pencapaian kemahiran berbahasa. Menurut
Sumardi dalam Nurhayati yang ditulis dalam jurnalnya Berbagai Strategi
Pembelajaran Bahasa dapat Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Siswa,
guru lebih banyak memberikan bekal berupa teori dan pengetahuan bahasa
daripada mengutamakan keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa peserta didik dan mahasiswa masih sangat
kurang, sehingga kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, dan
menulis masih cukup rendah. Salah satu hal yang menjadi penyebab
rendahnya motivasi peserta didik adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang
hanya terfokus pada tata bahasa, bukan bagaimana menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi dengan baik dan benar.
Selain faktor di atas, guru juga harus mampu memiliki kreativitas dalam
menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Guru
harus mampu membangkitkan semangat peserta didik dan mahasiswa dalam
belajar bahasa Indonesia. Guru harus memiliki strategi agar peserta didik dan
mahasiswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
demikian, pada hakikatnya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah
siswa (student-centered).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b. Paradigma Baru
Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah
pembelajaran yang komunikatif. Artinya, siswa mempelajari hal-ikhwal
berbahasa dan bukan mempelajari tentang bahasa. Hal ini sesuai dengan
paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang
pembelajarannya berpusat pada siswa, lingkungan merupakan pusat bagi
siswa, kekuatan dan tanggug jawab yang utama berpusat pada diri siswa.
Selain itu, siswa juga dibimbing dalam megembangkan kemampuan
menjawab pertanyaan “how” dan “why” bukan hanya “what” dan “when”
(Sulistyowati dalam jurnalnya Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah dan Perguruan Tinggi). Dalam jurnal tersebut, pendekatan
komunikatif didasarkan pada pemikiran menurut Littlewood sebagai berikut:
1) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas
tentang bahasa. Hal ini terutam dilihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata
bahasa dan kosa kata, tetapi juga pada fungsinya sebagai sarana
berkomunikasi.
2) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam
pembelajaran bahasa. Hal ini menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan
bahasa, tidak cukup dengan memberikan bentuk-bentuk asing kepada peserta
didik dan mahasiswa, tetapi peserta didik dan mahasiswa harus mampu
mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk itu sesuai dengan fungsi
bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yag tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang
komunikatif menjadikan peserta didik dan mahasiswa sebagai pusatnya
karena kegiatan lebih banyak pada diri peserta didik dan mahasiswa. Akan
tetapi, guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa diberi kebebasan,
tanggung jawab, dan kreativitas yang lebih besar dalam proses belajar
(Stevik dalam Sumardi, 1992).
Tujuan pengajaran bahasa bukan hanya untuk menguasai
linguistik, tetapi juga bertujuan untuk mampu berkomunikasi secara rill
sehingga peserta didik dan mahasiswa mencapai kemampuan
berkomunikasi yang baik. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia
seharusnya tidak hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan, tetapi guru
perlu menitikberatkan materi pembelajaran pada praktik penggunaan
bahasa. Misalnya, peserta didik dan mahasiswa diminta untuk menulis dan
menciptakan karya sastra.
2.5.3 Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting
dalam dunia pendidikan. Hal itu dikarenakan karena setiap mata pelajaran
memerlukan bahasa Indonesia dalam prosesnya yang meliputi
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Melalui
pembelajaran bahasa, peserta didik dan mahasiswa dapat mempelajari
materi pelajaran lain, karena materi yang dibahas diintegrasikan dengan
kompetensi inti yang terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pembelajaran Bahasa Indonesia lebih sebagai penghela mata pelajaran
lainnya, baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Sulistyowati
dalam jurnalnnya Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
dan Perguruan Tinggi).
Materi pelajaran perlu didukung dengan adanya penggunaan metode,
media, alat peraga, dan sebagainya agar dapat mencapai tujuan dengan
efektif dan efisien. Namun untuk dapat melakukan itu, guru harus
mempunyai empat kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogis,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
Hal tersebut perlu diperhatikan karena guru masih seringkali mengahadapi
masalah dalam menentukan materi pembelajaran yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia, para pendidik pasti
sudah mengetahui empat keterampilan yang harus diajarkan kepada
peserta didik dan mahasiswa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis baik dalam bidang bahasa maupun sastra
(Pranowo, 2014). Keempat keterampilan tersebut perlu diajarkan kepada
peserta didik dan mahasiswa. Selain itu, materi kebahasaan yang
diperlukan ketika sedang memperlajari empat keterampilan tersebut harus
diintegrasikan ketika pembelajaran keterampilan sedang berlangsung,
misalnya penggunaan kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Berikut
merupakan penjelasan singkat mengenai materi yang diajarkan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia (Pranowo, 2014:253-256).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
a. Keterampilan menyimak
Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sebagai mitra tutur
seseorang harus mampu menerima informasi yang disampaikan oleh
penutur. Informasi yang diterima pun bukan sekadar informasi secara
tersurat, tetapi juga informasi secara tersirat yang ada dalam kegiatan
komunikasi tersebut. Jika tuturan hanya ditangkap sebatas informasi
tersuratnya, sebenarnya mitra tutur tidak mendapatkan informasi apapun
(Pranowo, 2014).
b. Keterampilan berbicara
Menurut Pranowo (2014), keterampilan berbicara merupakan
kemampuan mengungkapkan gagasan menggunakan bahasa lisan. Materi
yang dapat diajarkan misalnya wawancara, diskusi, bercerita, dan
sebagainya. Dalam kegiatan berbicara, pembelajar harus mengetahui siapa
yang menjadi mitra bicaranya, bagaimana situasinya, pokok masalah yang
dibacarakan dan ragam bahasa yang digunakan.
c. Keterampilan membaca
Keterampilan membaca merupakan kemampuan menangkap
informasi yang disampaikan melalui bahasa tulis. Sudah banyak materi
membaca yang biasa diajarkan oleh guru. Misalnya, membaca teks cerpen,
membaca puisi, membaca teks drama, dan lain sebagainya (Pranowo,
2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
d. Keterampilan menulis
Keterampilan menulis adalah keterampilan mengungkapkan
gagasan menggunakan bahasa tulis (Pranowo, 2014). Materi yang perlu
diajarkan dalam keterampilan menulis adalah menulis karya ilmiah
sederhana, menulis puisi, menulis surat, menulis pengumuman, menulis
berita, dan menulis berbagai bentuk paragraf (narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, eksplanasi).
e. Materi kebahasaan
Materi kebahasaan terintegrasi dengan materi keterampilan berbahasa.
Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran, antara lain:
a) Permasalahan ejaan tidak terletak oada kejelasan aturan tetapi pada
penggunaannya dalam berbahasa. Pembelajar kurang menguasai
ejaan karena kurang mendapat porsi memadai dari guru.
b) Permasalahan sintaksis muncul terutama berkaitan dengan
penyusunan kalimat secara baik dan benar. Pengunan subjek,
predikat, dan objek adalah permasalahan serius yang dihadapi oleh
pembelajar. Selain itu, permasalahan dalam penggunaan kalimat
efektif. Faktor penyebabnya adalah kurang mahirnya guru dalam
mengidentifikasi ciri penanda fungsi kata dalam kalimat.
c) Permasalahan semantik muncul berkaitan dengan pemakaian kata
kata baku dan takbaku dalam berbahasa. Kata-kata yang lazim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dipakai dalam bahasa tutur sering terbawa dalam bahasa baku.
Misalnya: “bisa – dapat – mampu”.
d) Permasalahan pragmatik muncul berkaitan dengan pemakaian
bahasa yang tidak sesuai dengan konteks. Hal ini terjadi karena guru
terbiasa dengan pemakaian bahasa secara tekstual seperti dalam
kajian linguistik.
2.6 Kerangka Berpikir
Paparan subbab tentang kerangka pikir yang digunakan dalam
mengembangkan produk media pembelajaran buku ajar sebagai media untuk
memudahkan belajar bahasa Indonesia secara mandiri bagi mahasiswa PGSD.
Pendidik bukanlah satu-satunya sumber belajar. Pernyataan tersebut
memberikan tantangan bagi para pendidik agar mampu mengoptimalkan
peran media pembelajaran sebagai perantara untuk menyampaikan berbagai
informasi yang dijadikan sebagai sumber belajar. Buku ajar merupakan
perantara yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Buku ajar
pembelajaran merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk
menyampaikan bahan ajar kepada siswa. Penggunaan buku ajar bertujuan
untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan.
Mengintegrasikan pembelajaran dengan pendidikan multikultural merupakan
salah satu cara untuk memperkenalkan multikulturalisme kepada peserta
didik. Oleh karena itu, pendidik juga membina sikap peserta didik dan
mahasiswa agar dapat menghargai dan menjujung tinggi keberagaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Berdasarkan harapan di atas, peneliti melakukan pengembangan buku
ajar berbasis pendidikan multikultural teritegrasi dengan mata kuliah Bahasa
Indonesia pada mahasiswa PGSD, berdasarkan analisis kebutuhan dan silabus
mata kuliah Bahasa Indonesia mahasiswa PGSD. Uji coba produk dilakukan
dengan tiga tahap: Pertama, penilaian yang dilakukan oleh dosen ahli dari
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan satu pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia pada jurusan PGSD. Kedua, uji coba lapangan. Ketiga,
revisi produk yang dilakukan berdasarkan uji coba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Skema 2.1 Kerangka Berpikir
Mahasiswa PGSD
Pendidikan Multikultural
Materi Bahasa Indonesia
Pengetahuan
mahasiswa
tentang
pendidikan
multikultural
Kebutuhan
mahasiswa
Kemampuan
berbahasa
Indonesia
mahasiswa
Pengintegrasian pendidikan
multikultural dengan mata
kuliah Bahasa Indonesia
Buku ajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan atau Research and
Development (R&D). Sukmadinata (2011: 164) menjelaskan bahwa penelitian dan
pengembangan (Research and Development) adalah suatu proses atau langkah-
langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk
yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan produk
tertentu dan menguji validitas produk yang dihasilkan (Dewi, 2015: 1301).
Berdasarkan pernyataan dari beberapa ahli di atas, produk yang akan
dikembangkan adalah buku ajar. Buku ajar yang dikembangkan dapat
memudahkan mahasiswa dalam belajar. Produk yang dihasilkan berupa hardware
yang bersifat gambar/visual.
Pengembangan yang akan dilakukan sesuai langkah-langkah pengembangan
menurut Borg and Gall. Terdapat sepuluh langkah penelitian pengembangan yaitu
sebagai berikut (Sugiyono, 2015).
1. Potensi dan masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai
tambah. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita tidak
mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Namun demikian, masalah juga dapat
dijadikan potensi, apabila kita dapat mendayagunakannnya. Masalah adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah
yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik.
2. Mengumpulkan informasi
Berbagai informasi yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai bahan untuk
perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang
dibahas dalam penelitian. Pada langkah ini diperlukan metode penelitian
tersendiri. Metode yang akan digunakan tergantung pada permasalahan dan
ketelitian tujuan yang ingin dicapai.
3. Desain produk
Hasil akhir dari penelitian pengembangan yaitu berupa desain produk baru
yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam
gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai
dan membuatnya.
4. Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk akan lebih efektif dari media yang lama atau tidak. Validasi desain dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa ahli atau pakar yang sudah
berpengalaman untuk menilai sebuah produk. Pakar atau ahli diminta untuk
menilai sebuah produk agar dapat diketahui kelemahan dan kelebihannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
5. Perbaikan desain
Setelah produk yang dihasilkan divalidasi oleh ahli atau pakar, kelemahan produk
akan tampak. Kelemahan tersebut yang akan diperbaiki oleh peneliti agar produk
yang dihasilkan semakin efektif.
6. Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan setelah perbaikan desain. Pada langkah ini, uji coba
produk ditujukan pada kelompok terbatas. Tujuan primer uji coba produk yaitu
menentukan kesuksesan produk baru dalam menemukan tujuannya. Sementara
tujuan sekunder uji coba produk adalah mengumpulkan informasi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya.
7. Revisi Produk
Setelah produk yang dibuat oleh peneliti diujicobakan, peneliti akan melihat
efektivitas produk. Selanjutnya, peneliti akan memperbaiki produk tersebut.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka selanjutnya produk
diujicobakan pada sampel yang lebih luas. Dalam uji pemakaian, sebaiknya
peneliti selalu mengevaluasi kinerja produk.
9. Revisi Produk
Pada tahap ini, revisi produk dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian pada
sampel yang lebih luas terdapat kelemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
10. Pembuatan Produk Masal
Pembuatan produk masal dilakukan apabila produk yang telah diujicoba
dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk dapat memproduksi
masal, peneliti perlu bekerja sama dengan perusahaan.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall di atas ditunjukan
pada gambar berikut.
Skema 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development
(Borg&Gall, 2007)
Berkaitan dengan judul penelitian dan disesuaikan dengan kondisi lapangan,
yaitu jangkauan waktu dan biaya, maka peneliti mengadaptasi beberapa langkah
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gall, yaitu
jika proyek R&D digunakan untuk tesis, cara yang paling baik adalah
melaksanakan dalam skala kecil dengan jumlah terbatas dari instruksi desain yang
asli. Langkah penelitian dengan skala kecil adalah membatasi pengembangan
Potensi dan
Masalah
Pengumpu-
lan Data Desain
Produk
Validasi
Desain
Revisi
Desain
Ujicoba
produk
Revisi
Produk
Ujicoba
pemakaian
Revisi Produk Produksi Masal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
hanya menggunakan beberapa langkah dari langkah siklus R&D (Gall, 2007:
593). Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian
pengembangan ini adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan desain, (3)
desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk, dan
(7) revisi produk.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Berikut ini akan dijelaskan mengenai sumber data dan data penelitian.
3.2.1 Sumber Data Penelitian
Subjek data penelitian adalah mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma yang
sedang dan sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia pada tahun 2017.
3.2.2 Data Penelitian
Data penelitian berupa pemakaian bahasa Indonesia mahasiswa PGSD yang
kuliah di PGSD Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2014-2016.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data
kualitatf dan kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi yang didapat dari
validasi oleh expert judgement, wawancara dan angket yang ditujukan kepada
mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma yang sedang dan sudah menempuh
mata kuliah Bahasa Indonesia. Hasil validasi merupakan data yang digunakan
sebagai pedomana untuk merevisi produk dan mengetahui kelayakan produk yang
akan diujicobakan.
Data kuantitatif berupa skor dari hasil validasi oleh expert judgement dan skor
dari angket yang diisi oleh mahasiswa. Analisis data-data di lapangan berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
skor-skor yang diperoleh dari penilaian produk dan angket menggunakan teknik
deskriptif rata-rata (mean). Skala penilaian terhadap produk adalah sangat baik
(5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Skala tersebut disebut Skala
Likert menggunakan metode penilaian skala empat. Skala 3 kategori cukup
dihilangkan supaya responden tidak bersikap netral/cukup/ragu-ragu sehingga
memaksa responden menentukan nilai terhadap pernyataan dalam instrumen
(Widoyoko, 2014:104). Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon
lebih baik atau lebih lengkap dibandingkan skala tiga dan skala lima. Penyusunan
tabel klasifikasi menggunakan aturan yang sama dengan dasar jumlah responden,
yaitu mencari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.
Skor tertinggi = 5
Skor terendah = 1
Jumlah kelas = 4
Jarak interval = (5-1)/4 = 1
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian terhadap Produk dengan Skala Empat
Bobot Kategori
5 Sangat Baik
4 Baik
2 Tidak baik
1 Sangat tidak baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 3.2 Tabel Konversi Skala Empat
Interval Skor Kategori
Sangat Baik
Baik
Tidak baik
Sangat tidak baik
Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan
akan dicari rerata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari
data kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang
tertera pada tabel kriteria skor skala empat.
3.4 Instrumen Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini menggunakan instrumen penelitian
berupa angket analisis kebutuhan, tes kemampuan berbahasa mahasiswa,
dan wawancara dengan mahasiswa. Angket analisis kebutuhan disusun
untuk mengetahui kebutuhan mahasiswa dalam pembelajaran. Tes
kemampuan berbahasa mahasiswa dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan mahasiswa dalam berbahasa. Wawancara dilaksanakan
sebagai langkah untuk menganalisis kebutuhan terhadap media buku ajar
bahasa Indonesia. Angket disusun untuk mengevaluasi dan menilai
kelayakan media buku ajar bahasa Indonesia. Instrumen penelitian ini
sudah divalidasi oleh validator ahli bahasa Indonesia. Bagian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
divalidasi adalah isi dan konstruk dari tiap instrumen penelitian yang akan
digunakan.
a. Angket analisis kebutuhan
Angket analisis kebutuhan berisi tentang apa saja yang dibutuhkan
mahasiswa selama mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
diintegrasikan dengan pendidikan multikultural. Selanjutnya, angket
analisis kebutuhan akan digunakan peneliti sebagai acuan dalam
mengembangkan buku ajar. Pada angket analisis kebutuhan, peneliti
membuat 20 butir soal yang mencakup pemahaman tentang agama, suku,
ras, dan golongan.
b. Tes kemampuan berbahasa mahasiswa
Tes kemampuan berbahasa mahasiswa dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemampuan berbahasa mahasiswa. Peneliti membuat 15 butir soal
yang memuat pengetahuan umum berbahasa Indonesia. Soal yang dibuat
berupa soal pilihan ganda
c. Wawancara dengan mahasiswa mengenai perkuliahan Bahasa Indoensia
Wawancara atau interview dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa
PGSD Universitas Sanata Dharma. Peneliti akan menanyakan beberapa
hal, misalnya penerapan pendidikan multikultural pada mata kuliah Bahasa
Indonesia, media yang digunakan dalam pembelajaran, dan harapan
mahasiswa akan pendidikan multikultural.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3.5 Teknik analisis data
Menganalisis data adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk
melihat kembali penelitian guna memeriksa rencana penyajian dan
pelaksaan data. Beberapa langkah yang akan dilakukan adalah identifikasi,
klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan (Furchan, 1982).
3.5.1 Identifikasi
Identikasi dilakukan untuk melihat apakah data yang terkumpul
dapat dinyatakan benar atau tidak. Oleh karena itu, jawaban responden dari
hasil angket dan tes yang ada akan dilihat dan dikelompokkan berdasarkan
penanda yang telah dibuat. Identifikasi akan dilakukan pada angket
analisis kebutuhan mahasiswa, tes kemampuan berbahasa Indonesia, dan
wawancara dengan mahasiswa.
3.5.1.1 Identifikasi Data Angket Analisis Kebutuhan
Angket analisis kebutuhan berbentuk pilihan YA dan TIDAK.
Identifikasi data ini dilakukan dengan menghitung jumlah pilihan jawaban
YA dan jumlah pilihan jawaban TIDAK. Peneliti melakukan modifikasi
rumus mengidentifikasi data angket analisis kebutuhan dengan
menjumlahkan skor jawaban YA dibagi jumlah indikator. Jika hasil yang
didapat tidak bulat, peneliti akan membulatakan hasil perhitungan. Hasil
tersebut kemudian dibagi dengan jumlah indikator lalu dibagi 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3.5.1.2 Identifikasi Data Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
Peneliti mengidentifikasi data dengan cara memberi skor (1) untuk
jawaban benar dan skor (0) untuk jawaban salah. Penilaian dilakukan
dengan cara jumlah benar x 4. Langkah selanjutnya dilakukan dengan
menghitung rata-rata dengan rumus menurut Nurgiyantoro (2010), yaitu
sebagai berikut.
Rata-rata = ∑n
N
Keterangan:
∑n : jumlah nilai responden
N : jumlah responden
Dalam soal tes terdapat Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) setiap butir soal.
ITK digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya butir soal. Cara
yang digunakan untuk mencari ITK adalah jawaban benar setiap soal
dibagi dengan jumlah responden. Berikut ini adalah kategori ITK.
Kategori Rentang Indeks
Sulit 0,20 – 0,40
Sedang 0,41 – 0,60
Mudah 0,61 – 0,80
Tabel 3.3 Kategori ITK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Selanjutnya adalah penilaian aspek kemampuan berbahasa Indonesia.
Penilaian ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
Jumlah butir soal x jumlah responden
Berikut ini merupakan kategori penilaian menurut Nurgiyantoro (2010).
No. Rentang Nilai Skala Kategori
1. 81 – 100 5 Kemampuan berbahasa Indonesia sangat
tinggi
2. 61 – 80 4 Kemampuan berbahasa Indonesia tinggi
3. 41 – 60 3 Kemampuan berbahasa Indonesia cukup
4. 21 – 40 2 Kemampuan berbahasa Indonesia rendah
5. 1 – 20 1 Kemampuan berbahasa Indonesia sangat
rendah
Tabel 3.4 Kategori Penliaian Nurgiyantoro
3.5.1.3 Identifikasi Data Wawancara dengan Mahasiswa
Wawancara dengan mahasiswa menggunakan skala likert untuk
mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang pendidikan multikultural.
Menurut Ridwan (2002), untuk mencari skor total angket analisis
kebutuhan dengan rumus sebagai berikut.
Skor Ideal (X) : skor tertinggi likert x jumlah responden
Skor Rendah (Y) : skor terendah likert x jumlah responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Agar dapar menginterpretasikan hasil wawancara dengan mahasiswa, diperlukan
rumus index %, yaitu:
Index % : total skor/skor ideal x 100
Sebelum melakukan interpretasi, peneliti menentukan interval interval
dan interpretasi persen untuk mengetahui penilaian. Untuk menentukan kategori
dalam skala ini, peneliti menggunakan interval yang dilakukan dengan
perhitungan rumus interval yang adalah 100 dibagi dengan jumlah skor pada skala
likert, yaitu lima. Namun, agar semua data yang tercakup dalam kategori skala
likert, seperti nilai 40,35, maka intervalnya yaitu 20,99. Tabel kategori interval
skala likert sebagai berikut.
Rentang Skor Kategori
81,00% - 100% Sangat Tinggi
61,00% - 80,99% Tinggi
41,00% - 60,00 % Sedang
21,00% - 40,99% Rendah
0% - 20,99% Sangat Rendah
Tabel 3.5 Interval Skala Likert
3.5.2 Klasifikasi
Pada bagian klasifikasi, data yang didapat dikelompokkan sesuai dengan
pedoman yang telah ditetapkan. Data akan dikelompokkan berdasarkan indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
yang sudah disusun. Proses ini akan memudahkan peneliti menganalisis data di
tahap selanjutnya.
Selain itu, peneliti juga akan mendeskripsikan data. Deskripsi data
dilakukan dengan melihat data dari responden dan mengaitkannya dengan
pendidikan multikultural. Hal ini bertujuan memperjelas analisis penelitian agar
mudah dipahami. Dalam mendeskripsikan data terdapat dua jenis data, yaitu data
kuantitatif (perhitungan skala likert) dan kualitatif (deskripsi data).
3.5.3 Interpretasi
Proses interpretasi dilakukan untuk memaknai data yang diperoleh. Proses
ini memuat kesimpulan data, misalnya responden belum memahami pentingnya
pendidikan multikultural. Setelah proses ini, akan dibuat produk dan akan
divalidasi oleh dosen ahli.
3.5.4 Pelaporan
Setelah tiga proses di atas selesai dilakukan, data akan dilaporkan kepada
dosen ahli. Pelaporan ini dilaksanakan untuk beberapa keperluan, yaitu keperluan
peneliti dan keperluan akademik. Pada tahap ini terdapat proses pengujian yang
dilakukan oleh dosen ahli. Pengujian ini untuk mengecek keabsahan peneliti.
3.6 Prosedur Pengembangan Produk
Pengembangan yang akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah
pengembangan menurut Borg and Gall. Penelitian ini mengikuti langkah-langkah
secara siklus. Produk yang dikembangkan, yaitu buku ajar yang harus sesuai
dengan hasil analisis kebutuhan sehingga produk tersebut tepat sasaran dan tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
guna. Pengembangan yang akan dilakukan sesuai langkah-langkah pengembangan
menurut Borg and Gall. Terdapat sepuluh langkah penelitian pengembangan yaitu
sebagai berikut (Sugiyono, 2015).
1. Potensi dan masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai
tambah. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita tidak
mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Namun demikian, masalah juga dapat
dijadikan potensi, apabila kita dapat mendayagunakannnya. Masalah adalah
penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah
yang di kemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik.
2. Mengumpulkan informasi
Berbagai informasi yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai bahan untuk
perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang
dibahas dalam penelitian. Pada langkah ini diperlukan metode penelitian
tersendiri. Metode yang akan digunakan tergantung pada permasalahan dan
ketelitian tujuan yang ingin dicapai.
3. Desain produk
Hasil akhir dari penelitian pengembangan yaitu berupa desain produk baru
yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam
gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai
dan membuatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4. Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk akan lebih efektif dari media yang lama atau tidak. Validasi desain dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa ahli atau pakar yang sudah
berpengalaman untuk menilai sebuah produk. Pakar atau ahli diminta untuk
menilai sebuah produk agar dapat diketahui kelemahan dan kelebihannya.
5. Perbaikan desain
Setelah produk yang dihasilkan divalidasi oleh ahli atau pakar, kelemahan produk
akan tampak. Kelemahan tersebut yang akan diperbaiki oleh peneliti agar produk
yang dihasilkan semakin efektif.
6. Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan setelah perbaikan desain. Pada langkah ini, uji coba
produk ditujukan pada kelompok terbatas. Tujuan primer uji coba produk yaitu
menentukan kesuksesan produk baru dalam menemukan tujuannya. Sementara
tujuan sekunder uji coba produk adalah mengumpulkan informasi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya.
7. Revisi Produk
Setelah produk yang dibuat oleh peneliti diujicobakan, peneliti akan melihat
efektivitas produk. Selanjutnya, peneliti akan memperbaiki produk tersebut.
8. Uji Coba Pemakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka selanjutnya produk
diujicobakan pada sampel yang lebih luas. Dalam uji pemakaian, sebaiknya
peneliti selalu mengevaluasi kinerja produk.
9. Revisi Produk
Pada tahap ini, revisi produk dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian pada
sampel yang lebih luas terdapat kelemahan.
10. Pembuatan Produk Masal
Pembuatan produk masal dilakukan apabila produk yang telah diujicoba
dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk dapat memproduksi
masal, peneliti perlu bekerja sama dengan perusahaan.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall di atas ditunjukan
pada gambar berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Skema 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development
(Borg&Gall, 2007)
Berkaitan dengan judul penelitian dan disesuaikan dengan kondisi lapangan,
yaitu jangkauan waktu dan biaya, maka peneliti mengadaptasi beberapa langkah
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gall, yaitu
jika proyek R&D digunakan untuk tesis, cara yang paling baik adalah
melaksanakan dalam skala kecil dengan jumlah terbatas dari instruksi desain yang
asli. Langkah penelitian dengan skala kecil adalah membatasi pengembangan
hanya menggunakan beberapa langkah dari langkah siklus R&D (Gall, 2007:
593). Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian
pengembangan ini adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan desain, (3)
desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk, dan
(7) revisi produk. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan
secara sistematika digambarkan sebagai berikut.
Potensi dan
Masalah
Pengumpu-
lan Data Desain
Produk
Validasi
Desain
Revisi
Desain
Ujicoba
produk
Revisi
Produk
Ujicoba
pemakaian
Revisi Produk Produksi Masal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Skema 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Langkah 5
Revisi Desain
Langkah 7
Revisi Produk
Langkah 1
Potensi dan Masalah
Pengukuran
Kebutuhan Analisis
Kebutuhan
Langkah 2
Pengumpulan Data
Wawancara Angket/
Kuesioner
Langkah 3
Desain Produk
Rancangan Produk Pengembangan
Komponen Media Buku
Ajar
Expert
Judgement
Langkah 4
Validasi Desain
Kekurangan Kelebihan
Kelompok
Terbatas
Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah upaya untuk
mengembangkan produk media buku ajar, yang memudahkan mahasiswa belajar
secara mandiri. Langkah pertama yaitu potensi dan masalah. Langkah pertama
tersebut melaksanakan pengukuran kebutuhan dengan menggunakan teknik
wawancara. Wawancara ditujukan kepada mahasiswa PGSD Universitas Sanata
Dharma yang sedang dan sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kebutuhan mahasiswa
dalam penggunaan media pembelajaran yang menunjang proses belajar bahasa
Indonesia di kelas. Data hasil wawancara sebagai data analisis kebutuhan. Data
analisis kebutuhan tersebut menjadi acuan dan sebagai bahan pertimbangan dalam
perencanaan pengembangan produk yang berupa media buku ajar bahasa
Indonesia.
Langkah kedua adalah pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik wawancara dan kuesioner/angket. Wawancara yang dilakukan
adalah wawancara terstruktur. Keduanya ditujukan kepada mahasiswa PGSD
Universitas Sanata Dharma.
Langkah ketiga yaitu desain produk. Pada langkah ini akan dijelaskan
berkaitan dengan rancangan produk yang berupa rancang bidang dari media buku
ajar bahasa Indonesia dan proses pengembangan produk. Proses pengembangan
produk menjelaskan tentang langkah-langkah pengembangan media buku ajar
bahasa Indonesia.
Langkah keempat adalah validasi desain. Validasi desain dilakukan oleh
expert judgement dari Universitas Sanata Dharma. Pada langkah ini, validator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
akan menilai kekurangan dan kelebihan dari desain prouduk yang sudah dibuat
oleh peneliti.
Langkah kelima adalah revisi desain. Setelah mendapat penilaian dari
validator, desain direvisi sesuai dengan masukan, kritikan, dan saran. Dari
kekurangan itulah, revisi dilakukan. Revisi desain dilakukan agar desain menjadi
lebih baik.
Langkah keenam adalah uji coba produk. Uji coba produk dilakukan pada
mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma yang sedang dan sudah menempuh
mata kuliah Bahasa Indonesia dalam kelompok terbatas. Tujuan primer uji coba
produk yaitu menentukan kesuksesan produk baru dalam menemukan tujuannya.
Sementara tujuan sekunder uji coba produk adalah mengumpulkan informasi yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya.
Langkah ketujuh adalah pelaksanaan revisi produk. Revisi produk dilakukan
berdasarkan hasil uji coba produk. Revisi produk juga produk memperhatikan
hasil angket umpan balik kelompok terbatas pada uji coba produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Peneliti melakukan pengambilan data pada mahasiswa PGSD Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menggunakan teknik angket kebutuhan
mahasiswa, tes kemampuan berbahasa, dan wawancara dengan mahasiswa dalam
pengambilan data. Pertama, peneliti melakukan pengambilan data nontes.
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11-12 Oktober 2017. Peneliti
menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan jumlah soal 8 butir soal. Pada
pengambilan data ini, peneliti menyediakan empat jawaban A-D yang mencakup
pengetahuan tentang pendidikan multikultural. Pada hari pertama, peneliti
mendapatkan empat responden. Kemudian pada hari kedua, peneliti mendapatkan
delapan responden. Maka total responden yang membantu peneliti dalam
pengumpulan data sejumlah 12 responden.
Kedua, peneliti melakukan pengambilan data berupa angket analisis
kebutuhan pada 6 dan 7 Februari 2018. Angket analisis kebutuhan yang
digunakan oleh peneliti hanya menggunakan pilihan YA atau TIDAK. Peneliti
membuat 20 butir soal. Pengambilan data ini dilakukan secara langsung dan
online. Pada hari pertama, peneliti mendapatkan tujuh responden. Selanjutnya,
pada hari kedua, peneliti mendapatkan responden sejumlah lima responden. Total
responden yang melakukan pengisian soal secara langsung yaitu enam responden,
dan yang online sejumlah enam responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Ketiga, pada 16-18 Februari 2018, peneliti melakukan pengambilan data
yaitu tes kemampuan berbahasa. Pengambilan data ini dilakukan secara langsung
dan online. Peneliti membuat 25 butir soal yang juga disediakan jawaban optional
A-D. Pada 16 Februari 2018, peneliti mendapatkan tiga responden. Pada 17
Februari 2018, peneliti mendapatkan lima responden. Kemudian, pada 18 Februari
2018, peneliti mendapatkan empat responden. Total responden yang melakukan
pengisian soal secara langsung yaitu delapan responden, dan yang online sejumlah
empat responden.
4.2 Analisis Data
Peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan instrumen tes dan
nontes yang telah diisi oleh responden. Instrumen tes tersebut adalah tes
kemampuan berbahasa. Pada instrumen nontes, peneliti akan menganalisis angket
kebutuhan mahaasiswa dan wawancara terstruktur mengenai pengetahuan tentang
pendidikan multikultural. Hasil analisis data yang dilakukan akan dikembangkan
menjadi sebuah produk yaitu buku ajar. Buku ajar yang dikembangkan akan
diintegrasikan dengan pendidikan multikultural.
4.2.1 Identifikasi, Klasifikasi, dan Interpretasi Data
Pada bagian ini akan dijelaskan satu persatu mengenai identifikasi,
klasifikasi, dan interpretasi data. Identifikasi data berarti mengidentifikasi
jawaban responden. Oleh karena itu, dari angket yang diberikan akan
diidentifikasi jawaban setuju, netral, dan tidak setuju yang dipilih responden. Dari
jawaban tersebut, akan diketahui seberapa besar atau berapa persen responden
yang memilih setuju, netral, dan tidak setuju mengenai suatu pernyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Klasifikasi yaitu pengelompokkan. Sebelumnya sudah dibahas bahwa
penelitian akan menggunakan skala likert. Dari lima skala likert yang digunakan,
akan dikelompokkan jawaban responden dengan kategori tinggi, cukup, dan
sangat rendah. Jadi skala 1 dan 2, 4 dan 5 dibuat menjadi satu kategori dengan
kategori tinggi untuk 4 dan 5, kategori rendah untuk skala 1 dan 2, sedangkan
skala 3 merupakan kategori cukup.
Interpretasi adalah penafsiran dari jawaban atau hasil yang telah dianalisis.
Setelah menganalisis setiap indikator dari angket, peneliti akan mengambil
kesimpulan. Misalnya untuk angket analisis kebutuhan dinyatakan bahwa “belum
adanya buku ajar bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
multikultural”.
4.2.2 Deskripsi Penelitian
Peneliti melakukan pengambilan data pada mahasiswa PGSD Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menggunakan teknik angket kebutuhan
mahasiswa, tes kemampuan berbahasa, dan wawancara dengan mahasiswa dalam
pengambilan data. Pertama, peneliti melakukan pengambilan data nontes.
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11-12 Oktober 2017. Peneliti
menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan jumlah soal 8 butir soal. Pada
pengambilan data ini, peneliti menyediakan empat jawaban A-D yang mencakup
pengetahuan tentang pendidikan multikultural. Pada hari pertama, peneliti
mendapatkan empat responden. Kemudian pada hari kedua, peneliti mendapatkan
delapan responden. Maka total responden yang membantu peneliti dalam
pengumpulan data sejumlah 12 responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Kedua, peneliti melakukan pengambilan data berupa angket analisis
kebutuhan pada 6 dan 7 Februari 2018. Angket analisis kebutuhan yang
digunakan oleh peneliti hanya menggunakan pilihan YA atau TIDAK. Peneliti
membuat 20 butir soal. Pengambilan data ini dilakukan secara langsung dan
online. Pada hari pertama, peneliti mendapatkan tujuh responden. Selanjutnya,
pada hari kedua, peneliti mendapatkan responden sejumlah lima responden. Total
responden yang melakukan pengisian soal secara langsung yaitu enam responden,
dan yang online sejumlah enam responden.
Ketiga, pada 16-18 Februari 2018, peneliti melakukan pengambilan data
yaitu tes kemampuan berbahasa. Pengambilan data ini dilakukan secara langsung
dan online. Peneliti membuat 25 butir soal yang juga disediakan jawaban optional
A-D. Pada 16 Februari 2018, peneliti mendapatkan tiga responden. Pada 17
Februari 2018, peneliti mendapatkan lima responden. Kemudian, pada 18 Februari
2018, peneliti mendapatkan empat responden. Total responden yang melakukan
pengisian soal secara langsung yaitu delapan responden, dan yang online sejumlah
empat responden.
4.3 Pembahasan
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis dan perhitungan angket
analisis kebutuhan, wawancara pengetahuan tentang pendidikan multikultural, dan
tes kemampuan berbahasa. Pembahasan ini akan menjawab empat rumusan
masalah pada bab 1. Berikut paparannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.3.1 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pendidikan Multikultural
Penelitian pengetahuan mahasiswa tentang pendidikan multikultural
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman responden mengenai
pendidikan multikultural. Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara
terstruktur yang terdiri dari delapan inti pertanyaan. Pertanyaan yang dibuat
dikaitkan dengan pendidikan multikultural.
Terdapat delapan indikator dalam angket ini, yaitu (1) memahami
pendidikan multikultural, (2) memahami pentingnya pendidikan multikultural, (3)
memahami relevansi pendidikan multikultural dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, (4) mampu memberi harapan tentang adanya pendidikan multikultural
dalam mata kuliah Bahasa Indonesia, (5) mencipta gagasan ketersediaan sumber
belajar yang berhubungan dengan pendidikan multikultural, (6) mampu
memahami penggunaan buku ajar dalam perkuliahan Bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan multikultural, (7) mampu memberi harapan
mengenai pengembangan buku ajar untuk perkuliahan Bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan multikultural, dan (8) mampu mengidentifikasi
kegiatan perkuliahan Bahasa Indonesia dalam ranah psikomotorik dan kognitif
yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural.
Untuk mendapatkan hasilnya, peneliti memeriksa jawaban responden dan
menyimpulkannya dalam bentuk paragraf-paragraf. Hasilnya yaitu sebagai
berikut. Sebagian besar mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma mengetahui
tentang pendidikan multikultural. Namun, dua mahasiswa tidak mengetahui
tentang pendidikan multikultural, sedangkan satu mahasiswa masih ragu-ragu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mengenai pendidikan multikultural. Satu mahasiswa mengetahui pendidikan
multikultural yaitu sebagai pembelajaran yang mengaitkan materi dengan
keberagaman suku, agama, ras, dan golongan. Lima mahasiswa lainnya
memandang pendidikan multikultural yaitu menerapkan sikap sosial dan toleransi
atas keberagaman suku, agama, ras, dan golongan. Sementara enam mahasiswa
lainnya memahami pendidikan multikultural yaitu mengaitkan materi
pembelajaran dengan keberagaman serta menerapkan sikap sosial dan toleransi
atas keberagaman.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, semua mahasiswa
berpendapat bahwa pendidikan multikultural sangat penting diterapkan.
Pendidikan multikultural penting diterapkan yaitu untuk menanamkan sikap saling
menghargai atas perbedaan suku, agama, ras, dan golongan. Akan tetapi, tiga
mahasiswa berpendapat bahwa pendidikan multikultural penting diterapkan yaitu
untuk meminimalisir konflik yang kerap terjadi di masyarakat atas keberagaman.
Relevansi pendidikan multikultural dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dari segi materi perkuliahan belum diterapkan. Dua mahasiswa mengatakan
bahwa relevansi pendidikan multikultural dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dari segi materi perkuliahan sudah diterapkan namun kurang maksimal.
Sementara dua mahasiswa mengatakan ragu-ragu adanya relevansi pendidikan
multikultural dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan.
Akan tetapi, tiga mahasiswa mengatakan bahwa relevansi pendidikan
multikultural dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan
sudah diterapkan. Menurut wawancara yang dilakukan oleh peneliti, semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mahasiswa mengatakan pendidikan multikultural sudah diterapkan dalam
perkuliahan dari segi sikap sosial.
Adapun harapan mahasiswa terhadap pendidikan multikultural yang
diterapkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Harapannya adalah agar
pendidikan di Indonesia tidak hanya mementingkan kemampuan akademik tetapi
juga dapat menumbuhkan sikap toleransi pada diri peserta didik maupun
mahasiswa.
Ketersediaan sumber belajar yang berhubungan dan mendukung adanya
pendidikan multikultural sudah ada. Akan tetapi, dua mahasiswa mengatakan
belum adanya ketersediaan sumber belajar yang berhubungan dan mendukung
adanya pendidikan multikultural. Sumber belajar yang sudah digunakan yaitu
penjelasan dosen. Dua mahasiswa mengatakan bahwa buku pegangan sudah
digunakan dalam pembelajaran. Dua mahasiswa lainnya mengatakan bahwa
power point sudah digunakan dalam pembelajaran. Selain itu, satu mahasiswa
mengatakan bahwa penjelasan dosen disertai presentasi sudah digunakan,
sedangkan satu mahasiswa lainnya mengatakan bahwa modul sudah digunakan
dalam pembelajaran. Akan tetapi, satu mahasiswa mengatakan bahwa buku
pegangan, penjelasan dosen, power point, dan modul sudah digunakan dalam
pembelajaran. Sementara itu, mahasiswa yang mengatakan bahwa belum adanya
sumber belajar, penjelasan dosen dianggap dapat mendukung proses
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Penggunaan buku ajar dalam perkuliahan Bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan multikultural dapat mendukung proses
perkuliahan. Namun, satu mahasiwa mengatakan ragu-ragu terhadap penggunaan
buku ajar yang mendukung proses perkuliahan. Berdasarkan hasil wawancara,
komponen yang paling penting untuk diperhatikan dalam buku ajar yaitu materi.
Satu mahasiswa lainnya mengatakan bahwa desain sebagai komponen paling
penting yang diperhatikan. Sementara itu, satu mahasiswa lainnya mengatakan
bahwa pengemasan dan materi merupakan komponen paling penting yang harus
diperhatikan. Akan tetapi, satu mahasiswa juga mengatakan bahwa pengemasan,
desain, materi, dan contoh teks merupakan komponen paling penting untuk
diperhatikan.
Harapan mengenai pengembanagn buku ajar untuk perkuliahan Bahasa
Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural yaitu sebagai berikut.
Tujuh mahasiswa berharap bahwa buku ajar dibuat semenarik mungkin dan materi
yang dibahas sesuai dengan jenjang pendidikan yang dituju. Empat mahasiswa
lainnya berharap adanya keseimbangan antara materi yang diberikan dengan
pendidikan multikultural. Akan tetapi, satu mahasiswa berharap bahwa buku ajar
dibuat semenarik mungkin dan materi yang dibahas sesuai dengan jenjang
pendidikan yang dituju dan adanya keseimbangan antara materi yang diberikan
dengan pendidikan multikultural.
Contoh kegiatan perkuliahan Bahasa Indonesia dalam ranah psikomotorik
yang terintgrsi dengan pendidikan multikultural yaitu kegiatan atau kerja
kelompok. Tiga mahasiswa lainnya mengatakan kegiatan di luar kelas, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
melakukan pengamatan atau observasi. Sementara dua mahasiwa lainnya
mengatakan kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan
dengan pendidikan multikultural. Selain itu, lima mahasiswa mengemukakan
contoh kegiatan pembelajaran dalam ranah kognitif yaitu menganalisis teks
Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural. Empat
mahasiswa lainnya mengatakan bahwa mencari informasi atau pengetahuan
mengenai menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan
pendidikan multikultural. Akan tetapi, dua mahasiswa mengatakan kegiatan
pembelajaran seperti mempelajari teori Bahasa Indonesia yang didukung dengan
contoh mengenai pendidikan multikultural.
Kesimpulan hasil wawancara pengetahuan mahasiswa tentang pendidikan
multikultural:
Dari hasil wawancara terstruktur yang telah dilakukan peneliti, diketahui
bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang pendidikan
multikultural. Sebanyak 11 dari 12 responden menyatakan bahwa mereka
mempunyai pengetahuan tentang pendidikan multikultural. Sebanyak 12
responden juga menyatakan setuju pada pernyataan pentingnya pendidikan
multikultural. Selain itu, keduabelas responden mempunyai harapan mengenai
pengembangan buku ajar untuk perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi
dengan pendidikan multikultural. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
responden setuju jika keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan
diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.3.2 Analisis Kebutuhan Mahasiswa
Peneliti menyebarkan angket analisis kebutuhan mahasiswa untuk
mengetahui kebutuhan mahasiswa dalam perkuliahan Bahasa Indonesia yang
dikaitkan dengan keanekaragaman suku, golongan, ras, dan agama. Pengisian
angket dilakukan peneliti dengan melibatkan 12 responden. Responden diminta
mengisi 20 pertanyaan yang memuat dua pilihan jawaban, yaitu YA dan TIDAK.
Responden akan memberikan jawaban mereka pada kolom yang telah disediakan.
Pada angket ini, terdapat lima indikator yang akan dijadikan pedoman dalam
penyusunan pernyataan atau subindikator. Indikator dalam angket ini yaitu (a)
pendidikan keanekaragaman suku, (b) pendidikan keanekaragaman agama, (c)
pendidikan keanekaragaman ras, dan (d) pendidikan keanekaragaman golongan.
Masing-masing indikator tersebut memiliki subindikator, yaitu (1) pengetahuan
mengenai pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan, (2)
pentingnya penerapan pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras, dan
golongan, (3) penerapan pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras, dan
golongan dari segi materi perkuliahan, (4) penerapan pendidikan keanekaragaman
suku, agama, ras, dan golongan dari segi sikap sosial/kegiatan berkelompok, dan
(5) ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan dalam perkuliahan Bahasa
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
a. Indikator Pendidikan Keanekaragaman Suku
Pada indikator pendidikan keanekaragaman suku terdapat lima
subindikator yang dibuat oleh peneliti. Kelima indikator tersebut sudah
dibahas sebelumnya. Berikut akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.
T
Tabel 4.1 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Suku
Pada subindikator pertama, yaitu “Anda memiliki pengetahuan
mengenai pendidikan keanekaragaman suku”, memiliki jawaban setuju.
Sebanyak 12 atau 100% responden menjawab YA. Sementara untuk
jawaban TIDAK memiliki persentase 0%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Pernyataan YA TIDAK
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai
pendidikan keanekaragaman suku.
12 -
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
suku penting atau tidak untuk diterapkan.
12 -
3. Pendidikan keanekaragaman suku sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
11 1
4. Pendidikan keanekaragaman suku sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
11 1
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman suku.
10 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
semua responden memiliki pengetahuan tentang pendidikan
keanekaragaman suku.
Sama halnya dengan subindikator pertama, subindikator kedua,
yaitu “pentingnya penerapan pendidikan keanekaragaman suku memiliki
jawaban YA dengan persentase 100%. Sebanyak 12 responden
menyatakan jawaban YA pada kolom yang disediakan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa semua responden setuju dengan pentingnya
penerapan pendidikan keanekaragaman suku.
Pada subindikator ketiga, yaitu “penerapan keanekaragaman suku
dari segi materi perkuliahan”, memiliki jawaban YA sebanyak 11
responden dan jawaban TIDAK sebanyak 1 responden. Sebanyak 91,7%
menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan
dari segi materi perkuliahan. Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan
bahwa pendidikan keanekaragaman suku belum diterapkan dari segi
materi perkuliahan.
Sama dengan subindikator ketiga, subindikator keempat, yaitu
“penerapan pendidikan keanekaragaman suku dari segi sikap sosial”,
memiliki jawaban YA sebanyak 11 responden dan jawaban TIDAK
sebanyak 1 responden. Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pendidikan
keanekaragaman suku sudah diterapkan dari segi sikap sosial. Sementara
itu, sebanyak 8,3% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman suku
belum diterapkan dari segi sikap sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada subindikator kelima, yaitu “ketersediaan sumber belajar yang
mendukung adanya pendidikan keanekaragaman suku”, memiliki jawaban
dominan setuju. Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab YA.
Sebanyak 2 atau 16,7% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada
ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman suku.
b. Indikator Pendidikan Keanekaragaman Agama
Pada indikator pendidikan keanekaragaman agama terdapat lima
subindikator yang dibuat oleh peneliti. Kelima indikator tersebut sudah
dibahas sebelumnya. Berikut akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.
Pernyataan YA TIDAK
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai
pendidikan keanekaragaman agama.
12 -
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
agama penting atau tidak untuk diterapkan.
12 -
3. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
10 2
4. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
9 3
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya
11 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
pendidikan keanekaragaman agama.
Tabel 4.2 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Agama
Pada subindikator pertama, yaitu “Anda memiliki pengetahuan
mengenai pendidikan keanekaragaman agama”, memiliki jawaban setuju.
Sebanyak 12 atau 100% responden menjawab YA. Sementara untuk
jawaban TIDAK memiliki persentase 0%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
semua responden memiliki pengetahuan tentang pendidikan
keanekaragaman agama.
Sama dengan subindikator pertama, subindikator kedua, yaitu
“pentingnya penerapan pendidikan keanekaragaman agama”, memiliki
jawaban YA dengan persentase 100%. Sebanyak 12 responden
menyatakan jawaban YA pada kolom yang disediakan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa semua responden setuju dengan pentingnya
penerapan pendidikan keanekaragaman agama.
Pada subindikator ketiga, yaitu “penerapan keanekaragaman agama
dari segi materi perkuliahan”, memiliki jawaban dominan setuju.
Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab YA. Sebanyak 2 atau
16,7% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden menyatakan sudah ada penerapan pendidikan
keanekaragaman agama dari segi materi perkuliahan.
Berbeda dengan subindikator sebelumnya, indikator keempat, yaitu
“penerapan pendidikan keanekaragaman agama dari segi sikap sosial”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
memiliki jawaban YA sebanyak 9 responden dan jawaban TIDAK
sebanyak 3 responden. Sebanyak 75% menyatakan bahwa pendidikan
keanekaragaman agama sudah diterapkan dari segi sikap sosial. Sementara
itu, sebanyak 25% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman agama
belum diterapkan dari segi sikap sosial.
Pada subindikator kelima, yaitu “ketersediaan sumber belajar yang
mendukung adanya pendidikan keanekaragaman agama”, memiliki
jawaban dominan setuju. Sebanyak 11 atau 91,7% responden menjawab
YA. Sebanyak 1 atau 8,3% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada
ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman agama.
c. Indikator Keanekaragaman Ras/Etnis
Pada indikator pendidikan keanekaragaman agama terdapat lima
subindikator yang dibuat oleh peneliti. Kelima indikator tersebut sudah
dibahas sebelumnya. Berikut akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.
Pernyataan YA TIDAK
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
9 3
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
ras/etnis penting atau tidak untuk diterapkan.
10 2
3. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
11 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
T
Tabel 4.3 Indikator Pendidikan Keanekaragama Ras/Etnis
Pada subindikator pertama, yaitu “Anda memiliki pengetahuan
mengenai pendidikan keanekaragaman ras/etnis”, memiliki jawaban
dominan setuju. Sebanyak 9 atau
75% responden menjawab YA. Sementara itu, sebanyak 3 atau
25% responden menyatakan bahwa belum mempunyai pengetahuan
mengenai pendidikan keanekaragaman ras/etnis.
Pada subindikator kedua, yaitu “pentingnya penerapan pendidikan
keanekaragaman ras/etnis”, memiliki jawaban dominan setuju. Sebanyak
10 atau 83,3% responden menjawab YA. Sebanyak 2 atau 16,7%
responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden setuju dengan pentingnya penerapan pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
Pada subindikator ketiga, yaitu “penerapan keanekaragaman
ras/etnis dari segi materi perkuliahan”, memiliki jawaban YA sebanyak 11
responden dan jawaban TIDAK sebanyak 1 responden. Sebanyak 91,7%
4. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
11 1
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman ras/etnis.
11 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah diterapkan
dari segi materi perkuliahan. Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan
bahwa pendidikan keanekaragaman ras/etnis belum diterapkan dari segi
materi perkuliahan.
Sama dengan subindikator ketiga, subindikator keempat, yaitu
“penerapan pendidikan keanekaragaman ras/etnis dari segi sikap sosial”,
memiliki jawaban YA sebanyak 11 responden dan jawaban TIDAK
sebanyak 1 responden. Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pendidikan
keanekaragaman ras/etnis sudah diterapkan dari segi sikap sosial.
Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan bahwa pendidikan
keanekaragaman ras/etnis belum diterapkan dari segi sikap sosial.
Subindikator kelima, yaitu “ketersediaan sumber belajar yang
mendukung adanya pendidikan keanekaragaman ras/etnis”, memiliki
jawaban dominan setuju. Sebanyak 11 atau 91,7% responden menjawab
YA. Sebanyak 1 atau 8,3% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada
ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
d. Indikator Pendidikan Keanekaragaman Golongan
Pada indikator pendidikan keanekaragaman agama terdapat lima
subindikator yang dibuat oleh peneliti. Kelima indikator tersebut sudah
dibahas sebelumnya. Berikut akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Pernyataan YA TIDAK
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman golongan.
12 -
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
golongan penting atau tidak untuk diterapkan.
12 -
3. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
8 4
4. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
11 1
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman golongan.
10 2
Tabel 4.4 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Golongan
Pada subindikator pertama, yaitu “Anda memiliki pengetahuan
mengenai pendidikan keanekaragaman golongan”, memiliki jawaban
setuju. Sebanyak 12 atau 100% responden menjawab YA. Sementara
untuk jawaban TIDAK memiliki persentase 0%. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa semua responden memiliki pengetahuan tentang pendidikan
keanekaragaman golongan.
Sama dengan subindikator pertama, subindikator kedua, yaitu
“pentingnya penerapan pendidikan keanekaragaman golongan”, memiliki
jawaban YA dengan persentase 100%. Sebanyak 12 responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
menyatakan jawaban YA pada kolom yang disediakan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa semua responden setuju dengan pentingnya
penerapan pendidikan keanekaragaman golongan.
Pada subindikator ketiga, yaitu “penerapan keanekaragaman
golongan dari segi materi perkuliahan”, memiliki jawaban YA sebanyak 8
responden dan jawaban TIDAK sebanyak 4 responden. Sebanyak 66,7%
menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan. Sementara itu, sebanyak 33,3%
menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman golongan belum
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
Pada subindikator keempat, yaitu “penerapan pendidikan
keanekaragaman golongan dari segi sikap sosial”, memiliki jawaban YA
sebanyak 11 responden dan jawaban TIDAK sebanyak 1 responden.
Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman
golongan sudah diterapkan dari segi sikap sosial. Sementara itu, sebanyak
8,3% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman golongan belum
diterapkan dari segi sikap sosial.
Pada subindikator kelima, yaitu “ketersediaan sumber belajar yang
mendukung adanya pendidikan keanekaragaman golongan”, memiliki
jawaban dominan setuju. Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab
YA. Sebanyak 2 atau 16,7% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman golongan.
Kesimpulan angket analisis kebutuhan:
Dari hasil angket analisis kebutuhan yang sudah dipaparkan di atas,
terlihat bahwa sebagian responden menjawab YA pada pernyataan-
pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Dalam hal ini, tidak ada
perbandingan yang mencolok antara jawaban YA dan TIDAK. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju jika
keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan diintegrasikan
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia.
4.3.3 Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
Peneliti memberikan tes kemampuan berbahasa Indonesia untuk
mengetahui kemampuan berbahasa Indonesia para responden. Tes ini
memiliki 25 soal yang berkaitan dengan berbahasa Indonesia. Terdapat
empat pilihan dalam tes, yaitu pilihan A, B, C, dan D. Responden diminta
untuk memberikan jawaban dengan memilih salah satu pilihan yang
tersedia. Terdapat sepuluh indikator yang terdapat dalam soal tes yang
terbagi menjadi 25 soal. Indikator tersebut yaitu (1) memahami arti kata,
istilah, dan ungkapan, (2) mampu menyimpulkan isi teks, (3) mampu
memahami kaidah penulisan, (4) mampu memahami fungsi bahasa
Indonesia, (5) mampu menyusun stuktur teks, (6) mampu memahami
keterampilan berbahasa, (7) mampu menyusun kalimat pasif, (8) mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mengidentifikasi jenis kata, (9) mampu mengidentifikasi pembentukan kata,
dan (10) mampu memahami jenis kalimat.
Untuk mendapatkan hasil tes, peneliti memeriksa tes yang sudah
dikerjakan dengan memberi skor satu (1) untuk jawaban benar dan skor nol
(0) untuk jawaban salah. Nilai diperoleh dengan mengalikan jawaban benar
dikalikan empat. Dari nilai yang diperoleh 12 responden, peneliti mencari
rata-rata nilai keseluruhan dengan cara jumlah jawaban benar senua
responden dibagi dengan jumlah responden. Rumusnya yaitu sebagai
berikut.
Rata-rata = ∑n
N
Keterangan:
∑n : jumlah nilai responden
N : jumlah responden
Dari rumus yang dipaparkan di atas, didapat nilai rata-rata tes kemampuan
berbahasa Indonesia mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma, yaitu
77,3.
Dalam soal tes terdapat Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) setiap butir soal.
ITK digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya butir soal. Cara
yang digunakan untuk mencari ITK adalah jawaban benar setiap soal
dibagi dengan jumlah responden. Berikut ini adalah kategori ITK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kategori Rentang Indeks
Sulit 0,20 – 0,40
Sedang 0,41 – 0,60
Mudah 0,61 – 0,80
Tabel 4.5 Kategori ITK
Berdasarkan tabel ITK di atas, terdapat 25 soal yang dianalisis melalui tes
kemampuan berbahasa. Berikut akan diperlihatkan hasil perhitungan ITK setiap
butir soal pada tabel di bawah ini.
No. Kategori Predikat No. Butir Soal
1. Sulit Layak 3, 6, 8, 11, 12, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 25
2. Sedang Layak 2, 4, 5, 7, 9, 10, 15, 14, 15
3. Mudah Layak -
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan ITK Butir Soal
Pada tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan ITK setiap butir soal.
Terdapat 15 butir soal dengan kategori sulit. Ada sembilan (9) butir soal yang
berkategori sedang. Kemudian, tidak ads butir soal yang berkategori mudah. 24
soal tersebut memiliki predikat layak. Butir soal yang tidak masuk dianggap tidak
layak karena terlalu mudah atau terlalu sulit. Selain melakukan perhitungan ITK,
peneliti juga menghitung penilaian terhadap 10 indikator yang terdaoat dalam tes
kemampuan berbahasa Indonesia. Diagram di bawah ini merupakan diagram hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
tes kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa PGSD Universitas Sanata
Dharma.
Diagram 4.1 Penilaian 10 Indikator Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
Diagram di atas menunjukkan hasil tes kemampuan berbahasa Indonesia
yang mencakup 10 indikator. Kesepuluh indikator tersebut yaitu, (1) memahami
arti kata, istilah, dan ungkapan, (2) mampu menyimpulkan isi teks, (3) mampu
memahami kaidah penulisan, (4) mampu memahami fungsi bahasa Indonesia, (5)
mampu menyusun stuktur teks, (6) mampu memahami keterampilan berbahasa,
(7) mampu menyusun kalimat pasif, (8) mampu mengidentifikasi jenis kata, (9)
mampu mengidentifikasi pembentukan kata, dan (10) mampu memahami jenis
kalimat.
Meskipun dalam kategori kelayakan butir soal tidak dicantumkan
beberapa butir soal yang tidak layak, namun analisis 10 indikator, butir soal
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
tersebut akan dimasukkan. Hal ini bertujuan untuk membandingkan butir soal
yang layak dan tidak layak. Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai 10
indikator.
a. Indikator Memahami Arti Kata, Istilah, dan Ungkapan
Pada indikator pertama, terdapat satu butir soal. Soal tersebut yaitu soal
nomor 9. Lebih jelasnya akan dipaparkan pada tabel berikut.
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Memahami
arti kata,
istilah, dan
ungkapan
1 9 12 12 0
Total 1 1 12 12 0
Tabel 4.7 Indikator Memahami Arti Kata, Istilah, dan Ungkapan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab
benar dan salah. Indikator pertama yang terdiri dari butir soal nomor 9, sebanyak
12 responden menjawab benar. Tidak ada seorang pun yang menjawab salah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman arti kata, istilah, dan
ungkapan yang dimiliki responden sudah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
b. Indikator Mampu Menyimpulkan Isi Teks
Pada indikator kedua, terdapat tiga butir soal di dalamnya. Soal-soal
tersebut yaitu soal nomor 2, 4, dan 12. Lebih jelasnya akan dipaparkan pada tabel
berikut.
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Mampu
menyimpulkan
isi teks
1 2 12 12 0
2. 1 4 12 12 0
3. 1 12 12 6 6
Total 3 3 36 30 6
Tabel 4.8 Indikator Mampu Menyimpulkan Isi Teks
Pada tabel di atas, dapat dilihat jumlah respoden yang menjawab benar dan
salah. Terdapat 12 mahasiswa yang menjawab benar pada butir soal nomor 2.
Terdapat 12 mahasiswa yang menjawab benar pada butir soal nomor 4.
Kemudian, terdapat 6 mahasiswa yang menjawab benar pada butir soal nomor 12,
sedangkan 6 responden lainnya menjawab salah. Hal ini menandakan bahwa
kemampuan menyimpulkan teks yang dimiliki responden sudah baik.
c. Indikator Mampu Memahami Kaidah Penulisan
Pada indikator ketiga, terdapat enam butir soal di dalamnya. Soal-soal
yang termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 2, 10, 13, 14, 15, dan 22. Lebih
jelasnya akan dipaparkan pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Memahami
Kaidah
Penulisan
1 3 12 10 2
2. 1 10 12 12 0
3. 1 13 12 12 0
4. 1 14 12 12 0
5. 1 15 12 12 0
6. 1 22 12 9 3
Total 6 6 72 67 5
Tabel 4.9 Indikator Memahami Kaidah Penulisan
Pada tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab benar
dan salah. Pada soal nomor 3, jumlah responden yang menjawab benar yaitu
sepuluh responden, sedangkan dua lainnya menjawab salah. Pada soal nomor 10,
13, 14, dan 15, jumlah responden yang menjawab benar yaitu 12 responden.
Untuk soal-soal tersebut tidak ada yang menjawab salah. Selanjutnya, pada soal
nomor 22, jumlah responden yang menjawab benar yaitu sembilan responden,
sedangkan tiga lainnya menjawab salah. Hal ini menandakan bahwa mayoritas
responden sudah memiliki pemahaman kaidah penulisan yang baik.
d. Indikator Mampu Memahami Fungsi Bahasa Indonesia
Pada indikator keempat, terdapat dua butir soal di dalamnya. Soal-soal
yang termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 1, dan 5. Lebih jelasnya akan
dipaparkan pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Mampu
memahami
fungsi bahasa
Indonesia
1 1 12 4 8
2. 1 5 12 12 0
Total 2 2 24 16 8
Tabel 4.10 Indikator Mampu Memahami Fungsi Bahasa Indonesia
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab
benar dan salah. Pada soal nomor 1, terdapat empat responden yang menjawab
benar. Kemudian responden yang menjawab salah berjumlah delapan responden.
Oleh karena itu, butir soal nomor 1 termasuk dalam kategori tidak layak karena
terlalu sulit. Sementara pada butir soal nomor 5, sebanyak 12 responden
menjawab benar. Perbandingan jawaban benar dan salah, jawaban benar unggu
satu poin. Artinya, pemahaman sebagian responden mengenai fungsi bahasa
Indonesia masih kurang.
e. Indikator Mampu Menyusun Stuktur Teks
Pada indikator kelima, terdapat satu butir soal di dalamnya. Soal yang
termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 8. Lebih jelasnya akan dipaparkan
pada tabel berikut.
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Mampu 1 8 12 10 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
menyusun
struktur teks
Total 1 1 12 10 2
Tabel 4.11 Indikator Mampu Menyusun Struktur Teks
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab
benar dan salah. Indikator kelima yang terdiri dari butir soal nomor 8, sebanyak
10 responden menjawab benar. Sementara 2 responden lainnya menjawab salah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar responden memiliki
kemampuan menyusun teks sudah baik.
f. Indikator Mampu Memahami Keterampilan Berbahasa
Pada indikator keenam, terdapat empat butir soal di dalamnya. Soal-soal
yang termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 16, 17, 21, 24. Lebih jelasnya
akan dipaparkan pada tabel berikut.
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Mampu
memahami
keterampilan
berbahasa
1 16 12 8 4
2. 1 17 12 7 5
3. 1 21 12 10 2
4. 1 24 12 6 6
Total 4 4 48 31 17
4.12 Indikator Mampu Memahami Keterampilan Berbahasa
Dari tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab benar
dan salah. Pada butir soal nomor 16, jumlah responden yang menjawab benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
sebanyak delapan, sedangkan empat lainnya menjawab salah. Pada butir soal
nomor 17, jumlah responden yang menjawab benar sejumlah tujuh responden,
sedangkan lima lainnya menjawab salah. Selanjutnya, pada butir soal nomor 21,
jumlah responden yang menjawab benar yaitu sepuluh responden, sedangkan dua
lainnya menjawab salah. Sementara pada butir soal nomor 24, jumlah responden
yang menjawab benar dan salah masing-masing enam responden. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman mengenai keterampilan
berbahasa yang dimiliki sebagian besar responden sudah cukup baik.
g. Indikator Mampu Menyusun Kalimat Pasif
Pada indikator ketujuh, terdapat satu butir soal di dalamnya. Soal yang
termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 6. Lebih jelasnya akan dipaparkan
pada tabel berikut.
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Mampu
menyusun
kalimat pasif
1 6 12 8 4
Total 1 1 12 8 4
Tabel 4.13 Indikator Mampu Menyusun Kalimat Pasif
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab
benar. Indikator ketujuh yang terdiri dari butir soal nomor 6, sebanyak delapan
responden menjawab benar. Sementara empat responden lainnya menjawab salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar responden memiliki
kemampuan sudah baik dalam menyusun kalimat pasif.
h. Indikator Mampu Mengidentifikasi Jenis Kata
Pada indikator kedelapan, terdapat lima butir soal di dalamnya. Soal-soal
yang termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 7, 18, 19, 20, 23. Lebih jelasnya
akan dipaparkan pada tabel berikut.
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Mampu
mengidentifikasi
jenis kata
1 7 12 12 0
2. 1 18 12 7 5
3. 1 19 12 5 7
4. 1 20 12 9 3
5. 1 23 12 7 5
Total 5 5 60 40 20
Tabel 4.14 Indikator Mampu Mengidentifikasi Jenis Kata
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab
benar dan salah. Pada butir soal nomor 7, jumlah responden yang menjawab benar
sebanyak 12 responden, sedangkan responden yang menjawab salah tidak ada.
Pada butir soal nomor 18 dan 23, jumlah responden yang menjawab salah
sebanyak tujuh responden, sedangkan yang menjawab salah sebanyakn lima
responden. Kemudian, pada butir soal nomor 19, jumlah responden yang
menjawab benar sejumlah lima, sedangkan yang menjawab salah sejumlah tujuh.
Selanjutnya, pada butir soal nomor 20, sebanyak sembilan responden menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
benar dan tiga responden menjawab salah. Jika dilihat perbandingan jawaban
benar dan salah, jawaban benar unggul empat poin. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah mampu mengidentifikasi
jenis kata.
i. Indikator Mampu Mengidentifikasi Pembentukan Kata
Pada indikator kesembilan, terdapat satu butir soal di dalamnya. Soal yang
termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 25. Lebih jelasnya akan dipaparkan
pada tabel berikut.
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Mampu
mengidentifikasi
pembentukan
kata
1 25 12 7 5
Total 1 1 12 7 5
Tabel 4.15 Indikator Mampu Mengidentifikasi Pembentukan Kata
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab
benar dan salah. Indikator kesembilan yang terdiri dari butir soal nomor 25,
sebanyak tujuh responden menjawab benar. Sementara lima responden lainnya
menjawab salah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar
responden memiliki kemampuan sudah baik dalam mengidentifikasi pembentukan
kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
j. Indikator Mampu Memahami Jenis Kalimat
Pada indikator sepuluh, terdapat satu butir soal di dalamnya. Soal yang
termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 11. Lebih jelasnya akan dipaparkan
pada tabel berikut.
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Mampu
memahami
jenis kalimat
1 11 12 10 2
Total 1 1 12 10 2
Tabel 4.16 Indikator Mampu Memahami Jenis Kalimat
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab
benar. Indikator kesepuluh yang terdiri dari butir soal nomor 11, sebanyak
sepuluh responden menjawab benar. Sementara dua responden lainnya menjawab
salah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar responden
memiliki kemampuan sudah baik dalam menyusun kalimat pasif.
Kesimpulan hasil tes kemampuan berbahasa Indonesia:
Setelah melakukan proses pengoreksian setiap tes yang telah dijawab oleh
responden, didapat nilai masing-masing responden. Hasil tes cukup memuaskan
karena rata-rata nilai yang diperoleh responden yaitu 77,3. Nilai responden yang
tidak mencapai nilai 70 hanya dua responden, yaitu 64 dan 60. Dari pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah baik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
berbahasa Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya responden yang
memperoleh nilai di atas rata-rata.
4.3.4 Pengembangan Buku Ajar
Paparan mengenai pengembangan buku ajar dilihat dari beberapa hal,
seperti deskripsi produk, validasi produk, revisi produk, dan uji coba produk.
Penjabaran mengenai keempat hal tersebut akan dijelaskan secara terpisah.
Berikut ini merupakan paparan mengenai keempat hal yang telah disebutkan.
4.3.4.1 Deskripsi Produk
Penelitian ini berhasil membuat sebuah produk yaitu buku ajar. Buku ajar
tersebut memuat materi dan latihan yang diintegrasikan dengan pendidikan
multikultural. Secara khusus, buku ini ditujukan kepada mahasiswa Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. Hal ini berlandaskan pada hasil pengumpulan data yang
memuat hasil kesadaran akan pentingnya penerapan pendidikan multikultural
sudah cukup baik. Oleh karena itu, peneliti menyusun buku ajar ini guna
membantu mahasiswa dalam belajar mata kuliah Bahasa Indonesia yang
diintegrasikan dengan pendidikan multikultural. Berikut deskripsi buku ajar yang
dihasilkan oleh peneliti.
a. Sampul Depan
Judul buku ajar yang dihasilkan oleh peneliti yaitu “Bahasa Indonesia
Terintegrasi dengan Pendidikan Multikultural”.
b. Sampul belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Sampul belakang buku memuat sinopsis buku yang memaparkan isi keseluruhan
buku. Di samping itu, terdapat juga harapan penulis agar buku ajar dapat
bermanfaat bagi pembaca.
c. Isi
Buku ajar ini terdiri dari delapan bab. Masing-masing bab memuat
materi bahasa Indonesia yang diintegrasikan dengan pendidikan multikultural.
Bab-bab tersebut yaitu pemerolehan bahasa, paragraf deskripsi, paragraf
eksposisi, paragraf argumentasi, paragraf persuasi, teks pidato, hakikat sastra
anak, dan kontribusi sastra anak. Buku ajar ini disertai soal latihan dan ringkasan
materi agar memudahkan pemahaman mahasiswa. Selain itu, terdapat gambar
dalam buku ajar agar pembaca tidak cepat bosan.
d. Daftar Pustaka
Daftar pustaka buku berisi referensi yang dipakai dalam buku ajar.
Referensi yang dipakai didapat dari buku dan internet.
4.3.4.2 Validasi Produk
Buku ajar yang dikembangkan oleh peneliti harus melewati proses validasi
oleh dosen ahli. Tujuan dari validasi produk ini dilakukan untuk menguji
keabsahan buku. Selain itu juga dilakukan untuk menemukan kelebihan dan
kekuragan buku ajar. Validasi yang dulakukan dosen ahli adalah validasi dengan
memberikan jawaban YA atau TIDAK pada kolom yang disediakan.
4.3.4.2.1 Deskripsi Data Validasi Dosen Ahli
Validasi dilakukan setelah buku ajar dicetak. Dosen ahli yang memvalidasi
buku ajar ini yaitu Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Peneliti memberikan lembar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
validasi yang berisi aspek-aspek yang dinilai kepada dosen ahli. Terdapat empat
aspek yang akan dinilai, yaitu aspek penyajian materi dalam buku ajar, aspek
materi dalam buku ajar, aspek bahasa dan keterbacaan buku ajar, dan aspek
format buku ajar.
a. Aspek Penyajian Materi dalam Buku Ajar
Pada aspek ini, terdapat dua poin yang akan dinilai, yaitu kesesuaian buku
ajar dengan urutan penyajian materi dan kesesuaian contoh teks dengan materi
yang ada dalam buku ajar.
b. Aspek Subsatansi Materi dalam Buku Ajar
Pada aspek kedua ini, terdapat tiga poin yang dinilai. Ketiga poin tersebut
yaitu kesesuaian isi dengan judul dan subjudul; kelengkapan, kedalaman, dan
kejelasan materi; dan kesesuaian evaluasi dalam buku ajar.
c. Aspek Bahasa dan Keterbacaan Buku Ajar
Terdapat dua poin yang dinilai pada aspek ini. Kedua poin tersebut yaitu
keefektifan kalimat yang digunakan dan penggunaan tanda baca pada kalimat
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia.
d. Aspek Format Buku Ajar
Aspek terakhir yang dinilai berkaitan dengan tampilan buku ajar. Terdapat
tiga poin, yaitu judul buku, kesesuaian pemilihan gambar atau foto dengan materi
buku ajar, dan komposisi sampul buku dan ilustrasi.
4.3.4.3 Revisi Produk
Buku ajar yang sudah dibuat kemudian dicetak untuk divalidasi oleh dosen
ahli. Kekurangan-kekurangan dalam buku ajar dapat diketahui dari hasil validasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Kekurangan itulah yang membuat buku ajar tidak optimal dalam membantu
belajar mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan revisi berdasarkan hasil
validasi dosen ahli.
Setelah produk divalidasi oleh dosen ahli, terdapat beberapa aspek yang perlu
direvisi. Pertama, revisi pada aspek penyajian materi dalam buku ajar. Menurut
dosen ahli, pada poin pertama masih perlu diperluas dan diperdalam. Kemudian
pada poin kedua, yaitu kesesuaian contoh teks dalam buku ajar masih perlu
divariasi.
Kedua, pada aspek substansi materi dalam buku ajar. Pada poin pertama, yaitu
kesesuaian materi dengan judul atau subjudul masih perlu diperdalam. Pada poin
kedua, yaitu kelengkapan, kedalaman, dan kejelasan materi masih kurang.
Kemudian, pada poin ketiga, yaitu kesesuaian evaluasi dalam buku ajar masih
perlu diperbaiki.
Ketiga, pada aspek format buku ajar. Poin yang perlu direvisi yaitu kedua dan
ketiga. Pada poin kedua, pemilihan gambar atau foto kurang menarik. Kemudian
pada poin ketiga, yaitu kesesuaian komposisi sampul buku dan ilustrasi masih
kurang. Peneliti akan merevisi buku ajar sesuai dengan hasil validasi oleh dosen
ahli. Secara garis besar, peneliti akan menambah substansi materi, memperjelas
materi, memvariasi contoh, dan memperbaiki sampul buku ajar.
4.3.4.4 Uji Coba Produk
Setelah peneliti melakukan revisi terhadap buku ajar, maka buku tersebut
sudah layak untuk diujicobakan kepada mahasiswa. Uji coba produk dilakukan
dalam kelompok terbatas yang terdiri dari lima (5) orang mahasiswa. Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
tersebut merupakan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Sanata Dharma.
a. Aspek Penyajian Materi dalam Buku Ajar
Pada aspek pertama ini, tedapat dua poin yang ada di dalamnya. Dua poin
tersebut yaitu kesesuaian buku ajar dengan urutan penyajian materi dan
kesesuaian contoh teks dengan materi yang ada dalam buku ajar. Dari hasil uji
coba produk, kelima mahasiswa menyatakan YA untuk poin pertama. Kelima
responden menyatakan buku ajar tersusun secara sistematis dan komunikatif. Pada
poin kedua, kelima responden juga menyatakan jawaban YA karena relevan dan
sesuai dengan materi.
b. Aspek Substansi Materi dalam Buku Ajar
Penilaian aspek substansi materi dalam buku ajar mencakup tiga poin. Poin
pertama yaitu kesesuaian isi dengan judul adan subjudul; kedua, kelengkapan,
kedalaman, dan kejelasan materi; dan ketiga yaitu materi dalam buku ajar sudah
terintegrasi dengan pendidikan multikultural atau tidak. Jawaban mahasiswa
mengenai tiga aspek tersebut adalah YA. Responden menyatakan bahwa buku ajar
mudah dipahami dan bahasa yang digunakan tidak bertele-tele. Selain itu, mereka
juga menyatakan buku ajar yang dikembangkan oleh peneliti sudah terintegrasi
dengan pendidikan multikultural.
c. Aspek Bahasa dan Keterbacaan Buku Ajar
Pada aspek ini, terdapat dua poin, yaitu penggunaan tanda baca pada kalimat
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dan keefektifan kalimat yang
digunakan. Kelima responden menyatakan bahasa yang digunakan dalam buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
ajar sederhana. Ada juga responden yang menyatakan bahasa yang digunakan
baku.
d. Aspek Format Buku Ajar
Penilaian pada aspek ini mencakup dua poin, yaitu kemenarikan judul dan
kesesuaian pemilihan gambar atau foto dengan isi materi buku ajar. Kelima
responden menyatakan judul buku sangat menarik. Selain itu, gambar yang
berwarna menarik perhatian pembaca. Responden juga menyatakan buku ajar
menarik karena buku ajar dengan topik yang sama masih jarang ditemui dan
adanya soal latihan yang disertai gambar pada setaip bab yang memaksa pembaca
untuk menyampaikan opini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab IV, peneliti memperoleh
kesimpulan yang akan dipaparkan berikut ini.
Pengintegrasian keanekaragaman suku dengan mata kuliah Bahasa Indonesia
pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma dari segi materi perkuliahan
dan sikap sosial sudah diterapkan. Sebanyak 91,7% responden menyatakan bahwa
pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan. Sementara itu, sebanyak
8,3% responden menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman suku belum
diintegrasikan dari segi materi perkuliahan Bahasa Indonesia. Ketersediaan
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman suku yang
diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia memiliki jawaban dominan
setuju. Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab sudah ada. Sebanyak 2 atau
16,7% responden menjawab belum ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden menyatakan sudah ada ketersediaan sumber belajar yang
mendukung adanya pendidikan keanekaragaman suku yang diintegrasikan dengan
mata kuliah Bahasa Indonesia.
Pengintegrasian keanekaragaman agama dengan mata kuliah Bahasa Indonesia
dari segi materi perkuliahan sudah diterapkan. Sebanyak 10 atau 83,3% responden
menjawab sudah diintegrasikan. Sebanyak 2 atau 16,7% responden menjawab
belum diintegrasikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
menyatakan sudah ada pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan.
Pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama dengan mata kuliah Bahasa
Indonesia dari segi sikap sosial sudah diterapkan. Sebanyak 75% menyatakan
bahwa pendidikan keanekaragaman agama sudah diterapkan dari segi sikap sosial.
Sementara itu, sebanyak 25% responden menyatakan bahwa pendidikan
keanekaragaman agama belum diterapkan dari segi sikap sosial. Ketersediaan
sumber belajar yang mendukung adanya pengintegrasian pendidikan
keanekaragaman agama dengan mata kuliah Bahasa Indonesia sebanyak 11 atau
91,7% responden menjawab sudah tersedia. Sebanyak 1 atau 8,3% responden
menjawab belum tersedia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden menyatakan sudah ada ketersediaan sumber belajar yang mendukung
adanya pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama dengan mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Pengintegrasian keanekaragaman ras/etnis dengan mata kuliah Bahasa
Indonesia dari segi materi perkuliahan dan sikap sosial sudah diterapkan.
Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan
dan sikap sosial. Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan bahwa pendidikan
keanekaragaman ras/etnis yang diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa
Indonesia belum diterapkan dari segi materi perkuliahan. Ketersediaan sumber
belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman ras/etnis sebanyak
11 atau 91,7% responden menjawab sudah tersedia. Sebanyak 1 atau 8,3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
responden menjawab belum terserdia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden menyatakan sudah ada ketersediaan sumber belajar yang
mendukung adanya pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis dengan
mata kuliah Bahasa Indonesia.
Pengintegrasian keanekaragaman golongan dengan mata kuliah Bahasa
Indonesia dari segi materi perkuliahan sudah diterapkan. Sebanyak 66,7%
menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan dengan
mata kuliah Bahasa Indonesia sudah diterapkan dari segi materi perkuliahan.
Sementara itu, sebanyak 33,3% menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan
keanekaragaman golongan belum diterapkan dari segi materi perkuliahan.
Pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan dengan mata kuliah
Bahasa Indonesia dari segi sikap sosial sudah diterapkan pada mahasiswa PGSD.
Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan keanekaragaman
golongan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia sudah diterapkan dari segi sikap
sosial. Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan bahwa pendidikan
keanekaragaman golongan belum diterapkan dari segi sikap sosial. Sementara
ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman
golongan sudah tersedia. Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab YA.
Sebanyak 2 atau 16,7% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada ketersediaan sumber
belajar yang mendukung adanya pengintegrasian pendidikan keanekaragaman
golongan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
5.2 Implikasi
Buku ajar Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Pendidikan Multikultural
baik jika digunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Hal itu dikarenakan buku ini dirancang sesuai analisis kebutuhan
mahasiswa PGSD sendiri. Apabila buku ajar ini digunakan oleh mahasiswa lain,
pengguna buku ajar sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut.
1. Pengguna buku ajar harus memperhatikan kesesuaian materi dalam buku ajar
dengan materi yang akan dipelajari.
2. Pengguna buku ajar harus memperhatikan kesesuaian buku ajar dengan
strategi atau metode pembelajaran dengan tingkat kognitif mahasiswa agar
pemakaian buku bisa optimal, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
3. Pengguna buku ajar harus memperhatikan strategi atau metode yang akan
dipakai dalam pembelajaran, dan melihat kesesuaian strategi yang ada dalam
buku ajar.
5.3 Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran dengan harapan dapat berguna bagi
kepentingan pihak-pihak terkait. Saran yang disampaikan peneliti ditujukan untuk
(1) dosen, (2) mahasiswa, dan 3 (peneliti lain). Penjelasan ketiga saran tersebut
yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Dosen
Peneliti berharap para dosen untuk lebih memperhatikan pengintegrasian
pendidikan multikultural dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
implementasinya. Para dosen juga diharapkan dapat memberikan pemahaman
mengenai pendidikan multikultural melalui pembelajaran. Selain itu, para dosen
perlu meningkatkan motivasi mahasiswa agar memahami pentingnya pendidikan
multikultural dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Mahasiswa
Peneliti mengembangkan produk berupa buku ajar untuk memenuhi syarat
Tugas Akhir. Dengan demikian, buku ajar ini perlu dikaji dan dikembangkan
lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan buku ajar agar dapat membantu
mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selain itu,
untuk meningkatkan rasa solidaritas dan toleransi antarmahasiswa terhadap
keanekaragaman suku, ras, agama, dan budaya, perlu adanya pemahaman
mengenai hal itu melalui pembelajaran maupun sikap sosial.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini masih memiliki kekurangan dalam hal materi, desain, dan
pemaparannya. Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini guna
memperbaiki kekurangan yang ada. Penelitian ini diharapkan dapat memberi
wawasan, informasi, dan gagasan baru mengenai pengintegrasian pendidikan
multikultural dengan mata kuliah Bahasa Indonesia, sehingga dapat menghasilkan
penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Banks, Cherry A. & James A. Banks. 1989. Multicultural Education: Issues and
Prespective. London: Allyn and Bacon.
Dawam, Ainurrafiq. 2003. Emoh Sekolah “Menolak Komersialisasi Pendidikan
dan Kanibalis Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural”. Yogyakarta:
Inspeal Press.
Dewi, dkk. 2015. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Gall, Meredith D., dkk. 2007. Educational Research: An Itroduction (8th.
Edition). Boston: Allyn an Bacon.
Janawi. 2012. Kompetensi Guru Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Maksum, Ali. 2011. Pluralisme dan Multikulturalisme. Yogyakarta: Aditya
Media.
Mintowati. 2003. Panduan Penulisan Buku Ajar. Jakarta: Depdikbud.
Molan, Benyamin. 2015. Multikulturalisme: Cerdas Membangun Hidup Bersama
yang Stabil dan Dinamis. Jakarta: Indeks.
Mundzier, Suparta. 2008. Islamic Multicultural Education: Sebuah Refleksi atas
Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Jakarta: Al Ghazali Center.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: PBFE
Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra, Nusa. 2015. Research and Development. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ridwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori
Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sitepu, B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sumardi, Muljanto. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra: Struktur, Humanistik, Komunikatif, Pragmatik. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Tegeh, I Made, dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa
Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.
Tirtarahardja, Umar & Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding
untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
Sumber internet:
Pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diakses pada 11 Juli
2018
Tujuan dan Fungsi Pendidikan dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111
141987031-ELIH_SUDIAPERMANA/Tujuan_dan_Fungsi_Pendidikan.pdf
diakses pada 29 Oktober 2017
Contoh buku ajar dalam
http://digilib.unila.ac.id/1765/8/BAB%20II.pdf diakses pada 1 November
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen wawancara pengetahuan tentang pendidikan
multikultural
Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara terstruktur.
Pertanyaannya berkisar tentang konsep pendidikan multikultural dan
implementasinya dalam dunia pendidikan. Pertanyaan dalam penelitian ini akan
berhubungan dengan hal-hal berikut.
1. Apakah Anda tahu apa itu pendidikan multikultural?
2. Apa yang Anda ketahui mengenai keragaman suku, agama, ras, dan
golongan dalam dunia pendidikan?
3. Menurut Anda, apakah keberagaman suku, agama, ras, dan golongan
dalam dunia pendidikan penting atau tidak untuk diterapkan?
4. Selama Anda mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia, apakah
keberagaman suku, agama, ras, dan golongan dalam dunia pendidikan
sudah diterapkan dari segi materi perkuliahan dan sikap sosial?
5. Apa harapan Anda jika suku, agama, ras, dan golongan dalam dunia
pendidikan diterapkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia?
6. Apakah selama perkuliahan Bahasa Indonesia, ada sumber belajar
yang berhubungan dan mendukung adanya keberagaman suku, agama,
rasa, dan golongan dalam dunia pendidikan?
7. Menurut Anda, apakah buku ajar dapat mendukung proses perkuliahan
Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan keberagaman suku, agama,
ras, dan golongan?
8. Jika peneliti mengembangkan sebuah buku ajar, apa harapan Anda
agar buku ajar yang dikembangkan layak untuk digunakan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
9. Dalam ranah psikomotorik, kegiatan pembelajaran seperti apa yang
dapat mendukung proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan keberagaman suku, agama, ras, dan golongan?
10. Dalam ranah kognitif, kegiatan pembelajaran seperti apa yang dapat
mendukung proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi
dengan keberagaman suku, agama, ras, dan golongan?
Kisi-kisi Angket Kebutuhan Mahasiswa
Indikator Instrumen
1. Pendidikan keanekaragaman
suku
2. Pendidikan keanekaragaman
agama
3. Pendidikan keanekaragaman ras
4. Pendidikan keanekaragaman
golongan
o Pengetahuan mengenai
pendidikan keanekaragaman
suku, agama, ras, dan golongan
o Pentingnya penerapan
pendidikan keanekaragaman
suku, agama, ras, dan golongan
o Penerapan pendidikan
keanekaragaman suku, agama,
ras, dan golongan dari segi
materi perkuliahan
o Penerapan pendidikan
keanekaragaman suku, agama,
ras, dan golongan dari segi sikap
sosial/kegiatan berkelompok
o Ketersediaan sumber belajar
yang mendukung adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
pendidikan keanekaragaman
suku, agama, ras, dan golongan
dalam perkuliahan Bahasa
Indonesia.
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
No. Indikator Instrumen
1. Memahami arti kata,
istilah, dan ungkapan
1. Jika musim penghujan sudah datang,
salah satu masalah yang muncul adalah
banjir. Banjir ini disebabkan oleh banyak
hal. Mulai dari penumpukan sampah yang
menyumbat saluran air, dangkalnya sungai,
serta semakin berkurangnya pepohonan
akibat illegal logging.
Arti kata illegal logging dalam teks di atas
adalah… .
A. Penebangan pohon
B. Pembuangan sampah
C. Penanaman pohon secara illegal
D. Penebangan pohon secara illegal
2. Mampu menyimpulkan
isi teks
2. Paguyuban merupakan kelompok
masyarakat yang ikatan sosialnya didasari
oleh ikatan perorangan yang sangat kuat.
Tanda-tandanya antara lain sesama
anggota menampakkan pertemanan atau
persahabatan yang rukun, berhubungan
simpatik, dan tak ada permusuhan.
Dalam suasana yang guyub ada kerukunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
atau harmoni. Kerukunan berarti suasana
damai dan tanpa pertengkaran. Kerukunan
berarti pula adanya perasaan satu hati dan
kesepakatan. Itulah sebabnya terdapat
istilah rukun tetangga dan rukun warga
dalam struktur masyarakat di Indonesia.
Maksudnya tidak lain agar di dalam
kelompok masyarakat itu tercipta
kedamaian. Kelompok yang rukun ditandai
dengan semacam perjanjian dalam
perasaan, sikap atau tindakan setiap
anggota untuk gembira membangun
kebersamaan sehingga yang terjadi adalah
hal-hal yang menyenangkan.
Teks tersebut termasuk jenis teks eksplanasi
yang menjelaskan terjadinya fenomena ... .
A. alam
B. sosial
C. politik
D. budaya
3. Putra adalah seorang mahasiswa di salah
satu Universitas di Bandung. Ayahnya
adalah keturunan Jawa tepatnya di daerah
Solo, sedangkan Ibunya lahir dan besar di
daerah Sumatera. Namun sebelum menjadi
mahasiswa di Bandung, Putra hidup di
daerah Jakarta bersama orang tuanya.
Berdasarkan cerita di atas, bahasa pertama
Putra adalah...
A. Jawa
B. Bandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
C. Sumatera
D. Indonesia
4.ADHD (Attention Deficite Hyperactivity
Disorder) merupakan gangguan kesehatan
jiwa yang sering terjadi pada anak. ADHD
ini disebabkan oleh kerusakan ringan pada
struktur otak, kurangnya aktivitas di daerah
frontal otak, dan faktor keturunan.
Otak terdiri dari otak besar dan otak
kecil. Belahan-belahan otak tersebut
dihubungkan oleh neuron. Pada penderita
ADHD, neuron penghubung otak tersebut
rusak sehingga penderita tidak dapat
menafsirkan makna atau gerakan sehingga
mereka kurang focus dan berlari ke jalanan
tanpa melihat sekelilingnya.
Pada penderita ADHD, daerah yang
mengendalikan ingatan (memori) dan emosi
berukuran lebih kecil daripada orang normal.
Hal ini menyebabkan penderita ADHD
sering kehilangan atau melupakan sesuatu,
kurang sadar, dan mudah emosi. Penderita
ADHD, terkadang berasal dari gen atau
keturunan. Walaupun tidak semua penderita
ADHD merupakan keturunan penderita,
tetapi faktor keturunan juga memicu
seseorang menderita ADHD.
Judul yang paling sesuai untuk teks di atas
adalah…
A. ADHD (Attention Deficite
Hyperactivity Disorder)
B. Attention Deficite Hyperactivity
Disorder
C. Gangguan ADHD dalam Otak
Manusia
D. Bagian-bagian dalam Otak
Manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
3. Mampu memahami
kaidah penulisan
5. Berikut ini adalah penulisan kalimat yang
sesuai dengan peraturan kaidah, yaitu …
A. Parjo selalu menolong Beta
setiap hari.
B. Anita adalah wanita Si pengirim
surat itu.
C. Walaupun hujan, putu tetap pergi
ke pura.
D. Setiap malam Ahmad selalu
menunggu Sang kekasih.
6. Seorang atlit profesionil, setiap
bertandingpasti menggunakan metoda
bermain secara
konsekwen, berbeda dengan atlit amateran.
Beberapa kata yang harus diperbaiki pada
kalimat diatas adalah:
A. Atlet, profesional, metode,
konsekuen, amatiran
B. Atlet, propesional, metode,
konsekuen, amatiran
C. Atlit, profesional, metodologi,
konsekwen, amatir
D. Atlet, propesional, methoda,
konsekuwen, amatiran
7. Berikut ini merupakan penulisan
tanggal surat yang tepat, yaitu …
A. Malang, 15 Agustus 2016.
B. Malang, 15 Agustus 2016
C. Malang 15 Agustus 2016
D. Malang, 15-08-2016
8. Bahasa Indonesia yang baku tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
digunakan dalam … .
A. surat lamaran kerja
B. surat keputusan
C. surat pribadi
D. surat resmi
9. Kalimat-kalimat di bawah ini yang
mengandung kata berawalan ber-
yang menyatakan makna memiliki
adalah …
A. Doni dan Anita sangat
bergembira karena mereka akan
pergi ke rumah nenek.
B. Meskipun Dini berambut
panjang, ia selalu mengikatnya
agar terlihat lebih rapi.
C. Berdasarkan perkiraan cuaca,
hari ini hujan akan turun dengan
intensitas yang tinggi.
D. Saat sedang berangkat sekolah,
Anjasmara berjumpa dengan
Thomas yang baru saja pulang
dari Medan
10. Penulisan judul yang tepat dan
sesuai adalah …
A. Keanekaragaman Suku Dan
Budaya di Indonesia
B. Keanekaragaman Suku Dan
Budaya Di Indonesia
C. Keanekaragaman Suku dan
budaya Di Indonesia
D. Keanekaragaman Suku dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Budaya di Indonesia
4. Mampu memahami
fungsi bahasa Indonesia
11. Setiap orang di Indonesia pasti
memiliki suku yang beragam. Akan
tetapi, mereka dapat saling
berkomunikasi dengan satu bahasa yang
dapat mereka pahami yaitu bahasa
Indonesia tanpa melupakan identitas
kesukuan mereka dan bahasa daerah
asalnya.
Pernyataan di atas menyatakan fungsi bahasa
Indonesia sebagai…
A. Identitas bangsa Indonesia
B. Alat pemersatu suku bangsa
C. Bahasa resmi Negara Indonesia
D. Lambang kebanggaan bangsa
Indonesia
12. Penyajian buku pelajaran di Indonesia
seringkali ditulis dalam bahasa
Indonesia agar dapat dibaca oleh
seluruh warga Indonesia dari suku dan
budaya manapun.
Berdasarkan pernyataan tersebut
menyatakan fungsi bahasa Indonesia sebagai
…
A. identitas bangsa Indonesia
B. bahasa resmi Negara Indonesia
C. bahasa pengantar dalam
pendidikan
D. alat kepentingan pembangunan
nasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
5. Mampu menyusun stuktur
teks
13. Bacalah dengan cermat struktur teks
eksplanasi di bawah ini!
(1) Penyebab utama banjir bandang
adalah terjadinya proses
orografi. Hujan orografis adalah
hujan yang terjadi karena angin
yang mengandung uap air dan
bergerak secara horizontal.
Kemudian air tersebut naik
menuju pegunungan, suhu udara
di pegunungan yang dingin
menyebabkan kondensasi dan
akhirnya terjadi hujan di sekitar
pegunungan. Karena curah hujan
yang deras, akhirnya
mengakibatkan banjir bandang
yang terjadi di daerah-daerah
sepanjang aliran sungai.
(2) Banjir bandang tidak bisa
ditanggap sebagai satu persoalan
tunggal, tetapi sesuatu yang
diakibatkan oleh beberapa faktor
yang secara berantai
mengundang banjir. Pemerintah
dan masyarakat harus bersatu
padu menanggulangi banjir agar
dampak negatif bencana alam
yang satu ini dapat
diminimalisasi.
(3) Banjir bandang merupakan banjir
yang besar dan datang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
tiba-tiba, mengalir dengan deras
juga menghanyutkan benda-
benda besar. Banjir bandang juga
disebut dengan air bah.
Urutan struktur yang tepat berdasarkan teks
di atas adalah… .
A. (3), (2), (1)
B. (3), (1), (2)
C. (2), (1), (3)
D. (1), (3), (2)
6. Mampu memahami
keterampilan berbahasa
14. Jenis keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif adalah ... .
A. berbicara dan menulis
B. menulis dan membaca
C. mendengarkan dan berbicara
D. mendengarkan dan membaca
15. Yang merupakan persamaan antara
keterampilan mendengarkan dengan
membaca
adalah ...
A. kedua kegiatan tersebut
merupakan hasil akal budi
manusia dalam berbahasa
B. kedua kegiatan tersebut
merupakan kajian dalam ilmu
bahasa
C. kedua kegiatan tersebut bersifat
produktif
D. kedua kegiatan tersebut bersifat
reseptif
16. Berikut ini yang merupakan contoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
kegiatan keterpaduan keterampilan membaca
dengan
fokus menyimak adalah ...
A. Setelah menyimak penjelasan
tentang penyakit yang berjangkit
akhir-akhir ini, siswa ditugasi
membaca wacana kesehatan
yang berjudul “flu burung”.
Kemudian siswa diminta
menjawab beberapa pertanyaan
yang berkaitan dengan hal
tersebut.
B. Siswa diberi tugas untuk
membuat tulisan tentang bencana
alam, kemudian salah satu dari
mereka diminta membacakan
hasil tulisannya di depan kelas,
sementara itu teman-teman
lainnya menyimak.
C. Siswa menyimak rekaman video
mengenai kenaikan harga bahan-
bahan pokok. Kemudian guru
meminta siswa menyimpulkan
apa yang mereka lihat secara
lisan.
D. Guru meminta siswa mengamati
alam sekitar, kemudian membuat
cerita secara lisan berdasarkan
apa yang mereka simak tadi.
17. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika
bercerita adalah ...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
A. penguasaan dan penghayatan
cerita, pemilihan dan
penyusunan kalimat,
pengekspresian yang alami.
B. memberikan hiburan,
mengajarkan kebenaran,
memberikan keteladanan.
C. memahami pendengar,
menguasai materi cerita,
menguasai olah suara.
D. menentukan ide,
mengembangkan ide,
menuangkan ide.
7. Mampu menyusun
kalimat pasif
18. "Saya sangat senang, karena besok
Johanes akan datang!" kata Wayan.
Kalimat tidak langsung yang paling
tepat dari kalimat diatas adalah ...
A. Wayan senang sekali karena
besok Johanes akan datang.
B. Wayan mengatakan bahwa ia
sangat senang karena Johanes
datang.
C. Wayan mengatakan bahwa saya
sangat senang karena Johanes
datang.
D. Wayan mengatakan bahwa ia
sangat senang karena besok
Johanes akan datang.
8. Mampu mengidentifikasi
jenis kata
19. Perhatikan kutipan teks berikut!
Gempa terjadi … adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
pergeseran lapisan bawah bumi.
Pergeseran ini bisa juga terjadi
akibat letusan gunung merapi.
Gempa bumi yang terjadi begitu
cepat sering menimbulkan dampak
yang luar biasa. Getaran gempa
merambat ke segala arah … dapat
menghancurkan gedung, jalan, dan
fasilitas umum lain.
Konjungsi pembentuk hubungan
sebab akibat yang tepat untuk
mengisi bagian yang kosong di atas
adalah… .
A. Dapat, adanya
B. Sebab, sehingga
C. Maka, karena itu
D. Karena, sehingga
20. Gadis cantik yang berbaju merah itu
berjalan termasuk ke dalam satuan ... .
A. morfem
B. kata
C. frasa
D. klausa
21. Paman Eko sedang menanam pohon di
halaman rumah.
Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam
frasa … .
A. verba
B. adjektifa
C. nomina
D. adverbial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
22. Ibu guru sedang mengajar mata
pelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam
frasa … .
A. adverbia
B. adjektifa
C. verba
D. nomina
23. Gadis cantik yang berbaju merah
itu termasuk ke dalam satuan ... .
A. kalimat
B. klausa
C. frasa
D. kata
9. Mampu mengidentifikasi
pembentukan kata
24. Seorang ibu menimang-nimang
bayinya sambil bernyanyi.
Proses pembentukan kata ulang pada
kalimat tersebut sama dengan
kalimat …
A. Ibu membeli sayur-mayur di
pasar.
B. Foto-foto itu dicetak oleh ayah
kemarin sore.
C. Ana membuang-buang makanan
yang sudah basi.
D. Kemarin pagi Budi mencoret-
coreti buku Roni di sekolah.
10. Mampu memahami jenis
kalimat
25. Jika kita akan membuat teks
eksplanasi, berikut ini yang bukan
kalimat penjelas tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
dampak yang dirasakan oleh
manusia terkait perubahan iklim yang
ekstrem adalah…
A. Meluasnya berbagai penyakit
yang mengancam manusia
B. Hilangnya berbagai jenis
keragaman hayati
C. Penjajahan dalam bentuk budaya
D. Meningkatnya permukaan air laut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran 3 Hasil Analisis Kebutuhan
Pernyataan YA TIDAK
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman suku.
12 -
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman suku
penting atau tidak untuk diterapkan.
12 -
3. Pendidikan keanekaragaman suku sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
11 1
4. Pendidikan keanekaragaman suku sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
11 1
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman suku.
10 2
Pernyataan YA TIDAK
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman agama.
12 -
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
agama penting atau tidak untuk diterapkan.
12 -
3. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
10 2
4. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
9 3
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat 11 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman agama.
Pernyataan YA TIDAK
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
9 3
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
ras/etnis penting atau tidak untuk diterapkan.
10 2
3. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
11 1
4. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
11 1
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman ras/etnis.
11 1
Pernyataan YA TIDAK
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman golongan.
12 -
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
golongan penting atau tidak untuk diterapkan.
12 -
3. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
8 4
4. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
11 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman golongan.
10 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
Kunci Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
1. B
2. B
3. A
4. D
5. C
6. D
7. D
8. B
9. D
10. A
11. C
12. A
13. B
14. C
15. D
16. A
17. D
18. D
19. C
20. A
21. A
22. D
23. B
24. A
25. C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Lampiran 6 ITK Butir Soal
INDEKS TINGKAT KESULITAN BUTIR SOAL
Butir
Soal
Benar Salah ITK Predikat
1 4 8 0,16 Tidak layak
2 12 0 0,48 Sedang
3 10 2 0,40 Sulit
4 12 0 0,48 Sedang
5 12 0 0,48 Sedang
6 8 4 0,32 Sulit
7 12 0 0,48 Sedang
8 10 2 0,40 Sulit
9 12 0 0,48 Sedang
10 12 0 0,48 Sedang
11 10 2 0,40 Sulit
12 6 6 0,24 Sulit
13 12 0 0,48 Sedang
14 12 0 0,48 Sedang
15 12 0 0,48 Sedang
16 8 4 0,32 Sulit
17 7 5 0,28 Sulit
18 7 5 0,28 Sulit
19 5 7 0,28 Sulit
20 9 3 0,36 Sulit
21 10 2 0,40 Sulit
22 9 3 0,36 Sulit
23 7 5 0,28 Sulit
24 6 6 0,24 Sulit
25 7 5 0,28 Sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Lampiran 7 Hasil Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
NILAI TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA
No. NAMA SEMESTER JUMLAH
BENAR
NILAI
1. Tika IV 19 76
2. Ludi Frandika VI 21 84
3. Rosalia Galih IV 18 72
4. Yosep Mindo II 16 64
5. Oda Nimas Ayu Prabu VIII 23 92
6. Agatha Yekti VI 20 80
7. Agnes Endah M. VI 20 80
8. Angela VIII 20 80
9. Yosie VI 18 72
10. Theresia Tri Kurniawati S. IV 21 84
11. Rosa Dania Astari VIII 21 84
12. Bagas Sinung VII 15 60
Jumlah Nilai = 928
Berdasarkan hasil tes di atas, peneliti menghitung rata-rata dengan rumus =
Jumlah nilai : responden
Berikut perhitungannya
Rata-rata = 928 : 12
= 77,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI