Post on 07-Jan-2023
PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH
KACANG PANJANG (Vigna sinensisL.) DI SUBAK
BASANG BE
Oleh :
IR.I KETUT ARSA WIJAYA,M.Si.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan yang Mahaesa atas
karunianya sehingga tulisan yang berjudul ” Pengaruh Penggunaan Pupuk
Kompos terhadap Pertumbuhan dan Hasil Benih Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.) di Subak Basang Be “dapat tersusun sesuai dengan waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun material
sehingga tulisan ini dapat terwujud.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis
berharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
.
Denpasar,Juli,2018
Penulis.
ii
RINGKASAN
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pupuk Kompos
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Benih Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) di
Subak Basang Be “. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2015
yang berlokasi di Subak Basang Be, Desa Perean, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari 5
perlakuan dengan 5 kali ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah pemberian pupuk
kompos dengan dosis P1= (5 t/ha); P2 =(10 t/ha); P3= (15 t/ha); P4 (20 t/ha), dan
P0= (kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk kompos
berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman dan kandungan klorofil daun. serta
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun; jumlah polong per tanaman;
jumlah benih per polong; berat 1000 butir benih; berat benih per petakan dan berat
benih per hektar.
Semua dosis pupuk kompos kotoran sapi yang diaplikasikan pada tanaman
kacang panjang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
hasil benih tanaman kacang panjang . Penggunakan pupuk kompos dengan dosis
20 ton/ha dapat menghasilkan benih tertinggi yaitu sebanyak 8.536,67 kg/ha dan
berbeda tidak nyata dengan penggunaan dosis kompos 10 ton/ha dan 15 ton/ha
yang hasilnya berturut-turut sebanyak 7850,00 kg/ha dan 8463,33 kg/ha.
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM......................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
RINGKASAN............................................................................................. iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
BAB. I PENDAHULUAN........................................................................ …..1
BAB .II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................5
BAB.III BAHAN DAN METODE PENELITIAN..................................... 11
BAB .IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 15
BAB.V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................27
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
4.1 Significansi pengaruh dosis pupuk kompos terhadap pertumbuhan
dan hasil kacang panjang………………………………………………17
4.2 Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap panjang tanaman, jumlah
daun dan kandungan klorofil…………………………………………..19
4.3 Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap jumlah polong per tanaman
, jumlah benih per polong, berat 100 butir benih, berat benih per petak
dan berat benih per hektar………………………………………………21
V
BAB .I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman
perdu semusim yang banyak diusahakan oleh masyarakat Indonesia ,baik sebagai
sayuran maupun sebagai lalapan dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat
sebagai sumber vitamin A, vitamin B, vitamin C dan mineral. Tanaman kacang
panjang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang telah lama
dibudidayakan oleh petani, baik secara monokultur maupun sebagai tanaman sela.
Biji kacang panjang banyak mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Komoditi
ini merupakan sumber protein nabati yang cukup potensial selain dapat digunakan
sebagai sumber pangan dan obat-obatan, kacang panjang dapat meningkatkan
kesuburan tanah, karena akar-akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang
mampu mengikat Nitrogen (N2 ) dari udara ( Rahayu, 2007). Menurut Zaevie, dkk
(2014), penurunan produksi kacang panjang yang terjadi pada lima tahun terakhir
(tahun 2009 sampai 2013) paling terlihat pada tahun 2013 yaitu sebesar 450.859
ton/ha. Kebutuhan benih kacang panjang 15-20 kg/ha. Bila dikalkulasikan dengan
luas panen kebutuhan benih kacang panjang nasional tahun 2013 berkisar 1143,135
– 1524,18 ton.
Tanaman kacang panjang untuk pertumbuhan dan perkembangannya sangat
membutuhkan zat-zat makanan, untuk itu tanaman perlu diberi pupuk. Jenis pupuk
yang diberikan adalah pupuk organic atau kompos. Pupuk tersebut berfungsi
menyediakan hara organic bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menahan
air dalam tanah. Pupuk kandang atau pupuk organic yang diberikan har
2
sudah jadi. Pupuk tersebut sudah tidak membusuk lagi sehingga tidak menghasilkan
panas. Adanya panas dari proses membusuknya pupuk mentah dapat
mengakibatkan tanaman menjadi layu dan akhirnya mati. Bahan organic
merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber energi dari
sebagian besar organisme tanah (Nurhayati, et al.,1986).
Budidaya tanaman organik akan membutuhkan benih bermutu tinggi yang
juga diproduksi secara organik termasuk benih tanaman kacang panjang (Anonim ,
2006). Mutu fisiologis merupakan salah satu unsur mutu benih yang sangat penting
dalam keberhasilan penggunaan benih tersebut dalam pertanaman. Pertumbuhan
tanaman yang optimal dalam suatu budidaya tanaman akan mampu menghasilkan
benih dengan mutu fisiologis yang maksimal. Upaya yang dapat dilakukan yakni
,yang telah dipupuk organik maka pupuk yang dianjurkan adalah pupuk organik,
salah satunya pupuk kompos kotoran sapi.
Menurut Vaughan, et al (1985), bahan organik berupa pupuk kandang dan
kompos digunakan terutama untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Kompos mampu
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat (Isroi, 2009).
Menurut Brady (1990), disamping memperbaiki sifat fisik tanah, bahan organik
juga akan memperbaiki sifat kimia tanah. Ketersediaan unsur hara tanaman untuk
dapat diserap oleh akar tanaman sangat tergantung dengan sifat fisik tanah dan
mekanisme mineral liat di dalam tanah, karena perilaku mineral liat mempunyai
hubungan erat dengan sifat fisik dan kimia tanah (Grim, 1968; Dixon, et al., 1985;
De Datta, 1985; Brady, 1990).
3
Penggunaan pupuk yang efektif dan efisien pada dasarnya adalah
memberikan pupuk yang sesuai dosis dan kondisi pertumbuhan tanaman dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan. Penggunaan pupuk yang seimbang dan
optimal tersebut pada hakekatnya untuk membantu pertumbuhan tanaman , baik
pertumbuhan vegetatif maupun generative ,untuk itu pemberian pupuk yang baik
perlu memperhatikan keadaan tanah dan jenis tanaman yang dibudidayakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan uji dari beberapa
dosis pupuk kompos kotoran sapi pada tanaman kacang panjang untuk dapat
menghasilkan pertumbuhan dan hasil benih kacang panjang dengan kuantitas
tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam melaksanakan penelitian ini
1. Berapakah dosis pupuk kompos kotoran sapi yang diperlukan pada
lahan di Subak Basang Be untuk menghasilkan kuantitas benh kacang
panjang yang tertinggi?
2. Apakah penggunaan pupuk kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil benih kacang panjang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mendapatkan penggunaan dosis pupuk kompos kotoran sapi
yang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil benih yang paling
tinggi di Subak Basang Be .
4
1.4. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis pupuk kompos
kotoran sapi yang tepat untuk lahan di Subak Basang Be sehingga dapat
memberi hasil benih dengan kuantitas tertinggi.
1.5 Hipotesis
Tanaman kacang panjang yang ditanam pada petak lahan sawah subak
Basang Be dengan pemberian dosis pupuk 10 t/ha akan memberi hasil benih kacang
panjang yang lebih tinggi dibandingkan dengan control dan dosis yang lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang
Menurut Fachruddin(2000) tanaman kacang panjang termasuk family
leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut:
Dvisio : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Orde : Dikotyledoneae
Famili : Leguminoceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L
Akar tanaman kacang panjang terdiri atas akar tunggang, akar cabang dan
akar serabut. Perakaran tanaman kacang panjang dapat mencapai kedalaman 60 cm.
Akar tanaman kacang panjang dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium Sp.
Ciri adanya simbiosis tersebut yaitu terdapat bintil-bintil akar disekitar pangkal
akar. Aktifitas bintil akar ditandai oleh warna bintil akar sewaktu dibelah. Jika
berwarna merah cerah menandakan bintil akar tersebut efektif menambah nitrogen,
sedangkan bila berwarna merah pucat ,berarti penambahan nitrogen kurang efektif
(Pitoyo,2006).
6
Batang kacang panjang ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan
permukaan licin. Batang tumbuh ke atas , membelit kearah kanan pada turus atau
tegakan yang didekatnya. Batang membentuk cabang sejak dari bawah batang .
Daun tanaman kacang panjang berupa daun majemuk, melekat pada tangkai
daun apak panjang, lonjong, berseling, panjangnya 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata,
pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris dengan
panjang kurang lebih 4 cm dan berwarna hijau (Anonim,2008).
Bunga tanaman kacang panjang berbentuk kupu-kupu. Ibu tangkai bunga
keluar dari ketiak daun. Setiap ibu tangkai bunga mempunyai 3-5 bunga. Warna
bunganya ada yang putih, biru atau ungu. Bunga kacang panjang menyerbuk
sendiri. Penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi dengan
kemungkinan 10 % (Haryanto,et al (1994).
Bunga kacang panjang tidak tumbuh dan mekar secara serentak. Ragam
waktu mekarnya bunga kacang panjang adalah sebagai berikut:1) Dua bunga yang
terletak pada bagian bawah dan bersebelahan terkadang mekar hamper bersamaan.
2) Bunga berikutnya muncul dan mekar setelah satu atau dua polong mencapai
panjang 5-10 cm atau bahkan lebih. Beberapa diantaranya dapat menjadi buah,
namun pertumbuhannya tidak sekuat buah yang pertama kali muncul (Pitoyo,2006).
Buah tanaman kacang panjang berbentuk polong yang berukuran panjang,
serta berwarna hijau keputih-putihan atau putih ( buah muda ) atau kemerahan
namun setelah tua akan menjadi kuning- kekuningan. Panjang buah tanaman
kacang panjang 15-80 cm (Anoniim, 2008). Pada satu tangkai biasanya terdapat
7
antara satu sampai tiga buah, buah yang muncul pada tangkai pertama kali atau
hampir muncul bersamaan biasanya tumbuh awal. Buah kacang panjang tiap
tangkai tidak selalu sama kuat pertumbuhannya ( Sastrahidayat dan
Soemarno,1991).
Biji kacang panjang berbentuk bulat agak memanjang, namun ada juga yang
pipih. Bagian tengah biji terdapat bekas tangkai yang menghubungkan antara biji
dan kulit buah. Biji yang semakin tua akan mongering. Kulit biji tua ada yang
berwarna putih, merah keputih-putihan, cokelat dan hitam. Satu polong biasanya
terdapat sekitar 15 biji atau lebih, tergantung pada panjang polong dan dipengaruhi
oleh pertumbuhan tanaman dan varietas kacang panjang tersebut ( Rukmana, 1995).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Panjang
2.2.1 Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat berpengaruh terhadapkeberhasilan penanamakacang
panjang . Tanaman kacang panjang dapat tumbuh di dataran rendah hingga
dataran tinggi ( sekitar 1500 m di atas permukaan laut)). Penanaman di dataran
tinggi terutama ditujukan untuk keperluan konsumsi. Sementara untuk tujuan
penangkaran benih tanaman kacang panjang dibudidayakan di dataran rendah
dan sedang. Di dataran tinggi umur panen tanaman kacang panjang relative
lebih panjang dibandingkan di dataran rendah, lebih tinggi produksinya (
Pitoyo, 2006).
8
2.2.2. Suhu
Tanaman kacang panjang tumbuh dengan baik didaerah beriklim hangat,
dengan kisaran suhu antara 20- 30 0 C. Di daerah bersuhu rendah, yakni di
bawah 20 0 C pertumbuhannya relative lambat dan jumlah polong yang
terbentuk hanya sedikit. Tanaman kacang panjang peka terhadap pengaruh
suhu dingin dan dapat mati kalau terkena frost / suhu dibawah 4 0 C ( Pitoyo,
2006).
2.2.2 Tanah
Jenis tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kacang panjang ini
adalah tanah yang bertektur lempung berpasir dan memiliki pH tanah sekitar
5,5 -6,5. Jenis tanah yang terlalu masam dapat dilakukan dengan pengapuran
memakai kapur dolomit. Tanaman kacang panjang termasuk leguminosa yang
atas bantuan bintil- bintil akar Rhizobium radicula mampu menambat nitrogen
bebas dari udara. Kemampuan menambat nitrogen ini dipengaruhi oleh
kelembaban tanah, pH, unsur Ca, P, K, Mo, Co, Mn, Senyawa nitrat dan
ammonium, serta adanya factor biologis penghambat berupa Bakteriophage dan
Rhizophage di tanah. Rhizobium aktif pada pH antara 5,5- 7,0 dan suhu optimal
10 0 C – 28 0 C ( Pitoyo, 2006).
Fiksasi nitrogen telah terjadi pada tanaman kacang panjang yang berumur
dua minggu setelah tanam. Umur 14- 21 hari setelah tanam fiksasi nitrogen
rata-rata mencapai 0,62 mg/ hari. Umur 30- 41 hari mencapai 2,44 mg/ hari dan
pada umur 41- 58 hari mencapai 3,73 mg/ hari ( Sutedjo, 1991).
9
2.3 Pupuk Kompos
Kompos adalah salah satu pupuk organic buatan manusia yang dibuat dari
proses pembusukan sisa-sisa bahan organic ( tanaman maupun hewan ). Proses
pengomposan dapat berlangsung secara aerobic dan anaerobic yang saling
menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Proses ini disebut juga
dekomposisi atau penguraian. Proses pembuatan kompos sebenarnya meniru
proses pembentukan humus di alam, namun dengan cara merekayasa kondisi
lingkungan ,kompos dapat dipercepat proses pembuatannya, yaitu hanya dalam
jangka waktu 30- 90 hari. Waktu ini melebihi kecepatan terbentuknya humus
secara alami. Pupuk kompos selalu tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa
harus menunggu bertahun- tahun lamanya.
Pupuk kompos dari kotoran sapi memiliki kadar Nitrogen (N),
fosfat(P)dan kalium (K) yang cukup besar dengan kandungan mineral yang lai
seperti magnesium, besi dan mangan. Sapi dewasa dapat mengeluarkan sekitar 20-
23 kg feces. Dari volume tersebut kadar nitrogen mencapai 0,92 %, 1,03% kalium,
0,23 % fosfat serta 0,38 % kalsium ( Cecep Risnandar, 2017).
Berdasarkan analisis laboratorium diketahui bahwa kandungan pupuk
kandang sapi antara lain 16% bahan organik, 0,3 % N2, 0,2% P2O5, 0,15% K2O,
dan 0,2% CaO. Kandungan tersebut relatif lebih rendah dibanding kandungan
pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing. Kandungan hara pupuk
kandang sapi tersebut dipengaruhi oleh jenis konsentrat atau pakan yang diberikan.
Contohnya sapi yang dibudidayakan petani akan menghasilkan kualitas pupuk yang
10
jauh lebih baik dibandingkan sapi yang dibudidayakan secara komersil sebagai sapi
potong(Anonim.2014)
Pupuk kandang sapi memiliki kandungan serat selulosa yang cukup tinggi.
Kandungan tersebut dapat dilihat dari pengukuran C/N rasio yang jumlahnya
mencapai lebih dari 40. Hal ini menyebabkan aplikasi pupuk kandang sapi secara
langsung sangat tidak dianjurkan, karena selain hara dari pupuk belum bisa
dimanfaatkan oleh tanaman, proses dekomposisi pupuk kandang sapi di areal
pertanaman akan membuat hara nitrogen di sekitar tanaman hilang untuk aktivitas
mikroorganismedekomposer.
Aplikasi pupuk kandang sapi secara langsung juga tidak dianjurkan karena
kandungan kadar airnya yang cukup tinggi, berkisar 18%. Kadar air yang tinggi ini
menyebabkan aplikasi langsung membutuhkan biaya pengangkutan yang cukup
besar. Selain itu, pelepasan amoniak yang masih berlangsung berpotensi merusak
tanaman mud jika diaplikasikan secara berlebihan. Berdasarkan beberapa hal
tersebut, aplikasi pupuk kandang sapi sebaiknya dilakukan setelah pengomposan
berhasil. Selain untuk menurunkan kadar air dan C/N rasio, pengomposan juga
mampu mengurai amoniak sehingga kandungan nitrogen pupuk kandang sapi
menjadi lebih tinggi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pernelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Basang Be, Desa Perean, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli
2015. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilaksanakan di Subak Basang Be, Desa
Perean, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan – Bali. Sedangkan untuk
penelitian benih dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu benih kacang panjang
dengan varietas KP 1, pupuk kompos, dan air.
Alat yang digunakan adalah pot tray, mulsa, cangkul, garu, lanjaran, tali
tambang kecil, penggaris, ember, gelas ukur, penggaris, meteran, pulpen, pensil,
alat pengukur kadar klorofil mengunakan chlorophyll meter SPAD-502, timbangan,
kantong plastik, label, kertas merang, baskom, dan germinator.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari 5
perlakuan dengan 5 kali ulangan, dengan jumlah guludan ada 25 dimana pada setiap
guludan terdapat 24 tanaman dan memerlukan sebanyak 600 tanaman kacang
panjang. Perlakuan yang diujikan terdiri dari: pemberian pupuk kompos dengan
dosis P1 (5 t/ha), P2 (10 t/ha), P3 (15 t/ha), P4 (20 t/ha), dan P0 (kontrol).Guludan
dibuat dengan panjang 3 m dan lebar 1 m dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm.
12
3.4 Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan benih
Benih kacang panjang yang digunakan adalah benih kacang panjang
varietas KP-1. Sebelum ditanam, benih kacang panjang direndam terlebih
dahulu dalam air selama 4 jam, selanjutnya disemai menggunakan pot tray
(kotak pembibitan) yang telah diisi media (campuran tanah dan kompos).
Pesemaian dipelihara hingga umur 3-4 hari sampai muncul daun sempurna.
b. Pengolahan lahan dan penanaman
Pengolahan lahan diawali dengan pembersihan gulma di sekitar lahan,
dilanjutkan dengan penggemburan tanah dan pembuatan guludan. Guludan
dibuat dengan panjang 300 cm dan lebar 100 cm. Setiap guludan berisi 3 baris
dan pada masing-masing baris terdapat 24 lubang tanam. Setiap guludan diisi
pupuk kompos sesuai dosis perlakuan, selanjutnya petak guludan ditutup
dengan mulsa plastik dan dibuatkan lubang tanam dengan jarak tanam 40 cm x
30 cm. Bibit kacang panjang ditanam pada lubang tanam yang sudah
ditentukan. Setelah tanaman berumur 2 minggu, tanaman diberi ajir. Ajir
dibuat dari bilah bambu yang dibelah dengan tinggi 200 cm dan ditancapkan
dengan posisi tegak. Setiap ajir disambung dengan tali tambang kecil sehingga
kedudukan ajir menjadi kuat untuk tempat melilitnya batang tanaman kacang
panjang. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman yang disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman.
13
c. Pemeliharaan tanaman di lapangan
Pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi penyiraman, penyulaman,
penyiangan disekitar areal pertanaman dan perlindungan tanaman.
Penyiraman tanaman intensif dilakukan pada pagi atau sore hari pada awal
penanaman. Penyiraman dilakukan dengan memanfaatkan saluran irigasi yang
ada. Penyiraman dilakukan secara intensif dengan cara leb sampai tanah
cukup lembab.
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dan ini
dilakukan pada hari ketiga setelah tanam. Penyiangan dilakukan untuk
mengendalikan gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman dan dilakukan tiap
dua minggu sekali dengan cara mencabut langsung gulma yang tumbuh
disekitar tanaman kacang panjang. Perlindungan tanaman dilakukan dengan
menggunakan pestisida organik Bio Nutrieplus
e Panen
Panen dilakukan pada saat polong tanaman Kacang Panjang telah sudah
cukup tua, yakni sekitar 15 – 20 hari setelah bunga mekar, biji-biji dalam
polong terlihat menonjol, kulit polong terlihat hijau kekuning-kuningan atau
kecoklat-coklatan dan sebagian daun telah menguning dan luruh (gugur).
Waktu panen dilakukan pagi setelah embun menguap sampai sore hari
pada keadaan cuaca cerah. Cara panennya yaitu dengan memetik polong yang
14
diperlukan dengan menggunakan gunting tanaman.Tanaman yang dipanen untuk di
uji hanya 6 tanaman di bagian barisan di tengah saja.
d. Pengeringan polong.
Polong dikeringkan di bawah sinar matahari hingga benih mencapai kadar
air 11%. Polong dipisahkan dengan biji sehingga didapatkan benih bersih. Biji
yang terdapat dibagian ujung polong sebaiknya tidak digunakan sebagai benih.
Biji yang sudah kering kemudian disortasi dengan membuang yang cacat,
keriput dan kotor. Benih selanjutnya ditimbang beratnya dan selanjutnya
dikemas dengan plastik kedap uap air.
3.5 Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan langsung di lapangan , variabel pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang panjang yang diamati adalah sebagai berikut:
1.Panjang tanaman (cm)
Pengamatan panjang tanaman dilakukan dengan melakukan pengukuran
panjang batang,dari pangkal batang tepat dipermukaan tanah sampai ujung daun
teringgi. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam dan
dilakukan setiap 14 hari sekali sampai umur 56 hari setelah tanam dengan
menggunakan meteran.
2.Jumlah daun per tanaman (buah)
Pengamatan terhadap jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung
jumlah daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat
15
tanaman berumur 14 hari setelah tanam dan dilakukan setiap 14 hari sekali sampai
umur 56 hari setelah tanam.
3. Kandungan klorofil daun (SPDA unit)
Pengukuran kandungan klorofil daun dilakukan dengan menggunakan alat
chlorofil meter SPAD-502 (Konika, Minolta Japan). Pengamatan dilakukan
pada umur tanaman 14 hari setelah tanam dan dilakukan setiap 14 hari sekali
sampai umur tanaman 56 hari setelah tanam.
4.Jumlah polong per tanaman (buah)
Pengamatan dilakukan setelah panen polong kering , yang selanjutnya
dihitung jumlah polong yang didapat dari tanaman
5. Berat benih per polong. (gr)
Pengamatan berat benih per polong dilakukan dari hasil panen polong yang
sudah tua yang selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari dan selanjutnya
dihitung hasil berat benih per polongnya.
6. Berat 1000 butir benih (gr)
Pengamatan diperoleh dari hasil rata- rata penimbangan berapa kali berat
1000 butir benih yang diambil dari hasil panen polong kering per tanaman.
7.Berat benih per petakan (gr)
Hasil pengamatan ini diperoleh dari hasil panen polong kering pada setiap
petakan .
8.Berat benih per hektar (kg)
Hasil ini diperoleh dengan cara mengkonversi dari hasil berat benih per
petakan menjadi per hektar.
16
3.6 Analisis Data
Data hasil pengamatan dianilisis dengan sidik ragam sesuai rancangan yang
digunakan. Apabila sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata maka
dilanjutkan dengan uji beda nilai rata–rata BNT 5%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk
kompos berpengaruh nyata terhadap variabel panjang tanaman, klorofil daun dan
berpengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah daun, jumlah polong per
tanaman, jumlah benih per polong, jumlah benih per polong, berat 1000 butir benih,
berat benih per petakan dan berat benih per hektar (Tabel 4.1).
Tabel 4.1.
Signifikansi pengaruh dosis pupuk kompos terhadap pertumbuhan dan hasil
kacang panjang.
No. Variabel Pengamatan Pengaruh dosis
pupuk kompos
1 Panjang tanaman *
2 Jumlah daun **
3 Klorofil daun *
4 Jumlah polong per tanaman **
5 Jumlah benih per polong **
6 Berat 1000 butir benih **
7 Berat benih per petakan **
8 Berat benih per hektar **
Keterangan : * = pengaruh nyata
** = pengaruh sangat nyata
18
a. Panjang Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap panjang tanaman maksimum
didapatkan bahwa pada dosis pupuk P2 (208,30 cm) mempunyai kemampuan
mengingkatkan panjang tanaman maksimum sedangkan panjang tanaman
terendah yaitu P0 (148,19 cm). Hasil analisis sidik ragam didapatkan bahwa P2
yang memiliki nilai panjang tanaman tertinggi berbeda tidak nyata dengan P3
dan P4, namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu P1 dan termasuk
kontrol (Tabel 4.2).
b. Jumlah Daun (buah)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah daun maksimum didapatkan
bahwa pada dosis pupuk P2 (14,49 buah) mempunyai kemampuan
meningkatkan jumlah daun maksimum sedangkan jumlah daun terendah yaitu
P0 (12,62 buah). Hasil analisis sidik ragam didapatkan bahwa P2 yang memiliki
nilai jumlah daun tertinggi berbeda tidak nyata dengan P4, namun berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, yaitu P1, P3 dan termasuk kontrol (Tabel 4.2).
c. Kandungan klorofil daun (SPAD)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kandungan krolofil daun
maksimum didapatkan bahwa pada dosis pupuk P2 (64,41 SPAD unit)
mempunyai kemampuan meningkatkan kandungan klorofil daun maksimum
sedangkan kandungan klorofil daun terendah yaitu P0 (58,92 SPAD unit). Hasil
analisis sidik ragam didapatkan bahwa P2 yang memiliki nilai kandungan
19
klorofil daun tertinggi berbeda tidak nyata dengan P3 dan P4, namun berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu P1 dan termasuk kontrol (Tabel 4.2).
Tabel 4.2.
Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap panjang tanaman, jumlah
cabang, dan kandungan klorofil.
No. Perlakuan Panjang tanaman
(cm)
Jumlah daun
(buah) Klorofil (SPAD)
1 P0 148,19 b 12,62 c 58,92 b
2 P1 161,86 b 12,68 c 60,55 b
3 P2 208,30 a 14,49 a 64,41 a
4 P3 181,58 ab 13,61 b 64,38 a
5 P4 188,55 a 14,07 ab 63,48 a
BNT 5% 33,40 0,53 2,85
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%
d. Jumlah polong per tanaman (buah)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah polong per tanaman
maksimum didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (70,40 buah) mempunyai
kemampuan mengingkatkan jumlah polong per tanaman maksimum sedangkan
jumlah polong per tanaman terendah yaitu P0 (53,40 buah). Hasil analisis sidik
ragam didapatkan bahwa P4 yang memiliki nilai jumlah polong per tanaman
tertinggi berbeda tidak nyata dengan P2 (66,80 buah )dan P3 (67,80 buah),
namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu P1 (56,80 buah) dan
20
termasuk P1/ kontrol . Sedangkan perlakuan P1 dengan control menunjukkan
hasil yang berbeda tidak nyata (Tabel 4.3).
e. Jumlah benih per polong (buah).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah benih per polong tanaman
maksimum didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (9,20 buah) mempunyai
kemampuan mengingkatkan jumlah benih per polong per tanaman maksimum
sedangkan jumlah benih per polong per tanaman terendah yaitu P0 (5,80 buah).
Hasil analisis sidik ragam didapatkan bahwa P4 yang memiliki nilai jumlah
benih per polong per tanaman tertinggi berbeda tidak nyata dengan P2 (8,00
buah ) dan P3 (8,40 buah) , namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,
yaitu P1 (6,00 buah) dan termasuk P0/ kontrol (5,80 buah ). Sedangkan
perlakuan P1 dengan control menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata
(Tabel 4.3).
f. Berat 1.000 butir benih (gr)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berat 1.000 butir benih maksimum
didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (399,20 gr) mempunyai kemampuan
mengingkatkan berat 1.000 butir benih maksimum sedangkan berat 1.000 butir
benih terendah yaitu pada P0 (151,56 gr). Hasil analisis sidik ragam didapatkan
bahwa P4 yang memiliki nilai berat 1.000 butir benih tertinggi berbeda tidak
nyata dengan P3(373,90 gr ), namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,
yaitu P1 (178,35 gr) , P2(277,96 gr) dan termasuk kontrol (Tabel 4.3).
21
Tabel 4.3
Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap jumlah polong per tanaman, jumlah
benih per polong, berat 1000 butir benih, berat benih per petak, dan
berat benih per hektar.
No. Perlakuan
Jumlah
polong/
tanaman
(buah)
Jumlah
benih/
polong
(buah)
Berat
1000
butir
benih
(gr)
Berat
benih/
petak (gr)
Berat
benih/ha
(kg)
1 P0 53,40 b 5,80 b 151,56 c 64,08 b 5.340,00 b
2 P1 56,80 b 6,00 b 178,35 c 73,56 b 6.130,00 b
3 P2 66,80 a 8,00 a 277,96 b 94,20 a 7.850,00 a
4 P3 67,80 a 8,40 a 373,90 a 101,56 a 8.463,33 a
5 P4 70,40 a 9,20 a 399,20 a 102,44 a 8.536,67 a
BNT 5% 7,61 1,64 89,64 17,48 1456,30
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%
g. Berat benih per petakan (gr).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berat benih pada setiap petakan
maksimum didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (102,44 gr) mempunyai
kemampuan mengingkatkan berat benih pada setiap petakan maksimum
sedangkan berat benih pada setiap petakan terendah yaitu P0 (64,08 gr). Hasil
analisis sidik ragam didapatkan bahwa P4 yang memiliki nilai berat benih pada
setiap petakan tertinggi berbeda tidak nyata dengan P3 (101,56 gr) dan P2 (94,20
gr )namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu P1 (73,56 gr) dan
termasuk kontrol . Sedangkan perlakuan P1 dengan control berbeda tidak nyata
(Tabel 4.3).
22
h. Berat benih per hektar (kg)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berat benih per hektar maksimum
didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (8.536,67 kg) mempunyai kemampuan
mengingkatkan berat benih per hektar maksimum sedangkan berat benih per
hektar terendah yaitu P0 (5.340,00 kg). Hasil analisis sidik ragam didapatkan
bahwa P4 yang memiliki nilai berat benih per hektar tertinggi berbeda tidak
nyata dengan P3 (8.463,33 kg) dan P2 ( 7.850,00 kg), namun berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, yaitu P1(6.130,00 kg) dan termasuk kontrol .
Sedangkan perlakuan P1 dengan control menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata (Tabel 4.3).
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kompos pada
dosis 10 ton/ha , 15 ton/ha dan 20 ton/ha memberikan hasil lebih baik dibandingkan
5 ton/ha dan tanpa pupuk kompos dalam hal panjang tanaman, jumlah daun,
klorofil daun, jumlah polong per tanaman, jumlah benih per polong, berat 1.000
butir benih, berat benih pada setiap petakan dan berat benih per hektar.
Hasil benih kacang panjang per hektar yang paling banyak diperoleh adalah
sebanyak 8536,67 kg/ha yaitu dengan penggunaan dosis pupuk kandang sebanyak
20 ton/ha. Selanjutnya diikuti oleh penggunaan dosis pupuk kompos 15 ton/ha; 10
ton/ha dan 5 ton/ha yang hasilnya secara berturut-turut sebanyak 8463,33 kg/ha;
7850,00 kg/ha dan 6130,00 kg/ha. Penggunaan dosis pupuk kompos 10 ton/ha,
23
15 ton/ha dan 20 ton/ha memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan
dengan penggunaan dosis pupuk kompos 5 ton/ha dan tanpa pupuk kompos atau
control memberikan hasil yang berbeda nyata.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk kompos
dapat meningkatkan hasil benih kacang panjang secara nyata dibandingkan tanpa
penggunaan pupuk kompos. Tingginya hasil benih kacang panjang per hektar yang
diperoleh sangat didukung oleh adanya peningkatan hasil dari variabel jumlah
polong per tanaman; berat benih per polong dan berat 1000 butir benih.
Ketersediaan unsur hara di dalam tanah mempengaruhi pertumbuhan kacang
panjang baik secara vegetatif maupun generatif. Apabila ketersediaan pupuk
tersebut larut sehingga secara potensial dapat meningkatkan jumlah unsur hara yang
diserap tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Goldsorthy dan
Fisher, 1997).Sejalan dengan Lingga dan Marsono (2003) ketersedian hara yang
cukup diperlukan selama fase generatif.
Selain itu, menurut Lakitan (2007), menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik.
Unsur K di dalam pupuk kompos kotoran sapi memperkuat tubuh tanaman
sehingga tidak mudah rebah, cepat berbunga dan buah tidak mudah gugur, serta
menambah daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan serangan hama dan
penyakit serta meningkatkan kualitas panen (Anonim, 2013).Jumlah daun per
tanaman yang dihasilkan dipengaruhi oleh unsur K. Menurut penjelasan Peaslee
dan Moss 1966 (dalam Gardner,et al., 1991) secara umum pada tanaman, laju
fotosintesis yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kandungan N, P, Mg, dan K.
24
Ketersediaan unsur-unsur ini kurang akan dapat mengurangi fotosintesis
pada daun-daun muda, sedangkan pada daun-daun tua terjadi peningkatan
fotosintesis karena adanya penambahan unsur N, P, dan K. sebab unsur N dan K
merupakan satu pembentuk klorofil yang berperan dalam fotosintesis (Sadjad,
1979). Lakitan (2007) menambahkan suplai hara yang cukup membantu terjadinya
proses fotosintesis dalam tanaman menghasilkan senyawa organik yang akan
diubah dalam bentuk ATP saat berlangsungnya respirasi, selanjutnya ATP ini
digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman. Selama pertumbuhan
reproduktif akan terjadi pemacuan pembentukan bunga, polong serta biji kacang
panjang.
Tanaman kacang panjang mempunyai kemampuan menghasilkan banyak
polong dengan pertumbuhan polong dapat terhenti selama pembungaan dan sangat
dipengaruhi oleh akumulasi asimilat hasil fotosintesis (Tollenaar 1977 (dalam
Goldsworthy dan Fisher, 1997). Seperti pendapat Rinsema (1986) bahwa dengan
pemberian pupuk yang tepat dalam hal macam, dosis, waktu pemupukan, dan cara
pemberiannya akan dapat mendorong pertumbuhan dan peningkatan hasil tanaman
baik kualitas maupun kuantitas. .Trustinah (1993) menyatakan bahwa dari seluruh
bunga yang dihasilkan, hanya 55% yang menjadi ginofor, dan ginofor yang
dihasilkan setelah pembungaan maksimum sampai akhir pembungaan tidak
mempengaruhi hasil.
Bunga yang bisa menjadi polong terutama adalah bunga yang letaknya dekat
dengan tanah sehingga lebih cepat mencapai tanah dan memiliki periode pengisian
yang lebih panjang, sehingga polong yang dihasilkan cenderung berisi penuh.
25
Hal ini diduga karena dosis fosfor yang diberikan mampu menyedian
kebutuhan hara tersebut bagi tanaman kacang panjang dalam meningkatkan jumlah
polong per petak, di mana semakin banyak polong yang dihasilkan maka semakin
tinggi produksi kacang panjang yang dihasilkan per petaknya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Semua dosis pupuk kompos kotoran sapi yang diaplikasikan pada tanaman
kacang panjang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
hasil benih tanaman kacang panjang . Penggunakan pupuk kompos dengan dosis
20 ton/ha dapat menghasilkan benih tertinggi yaitu sebanyak 8.536,67 kg/ha dan
berbeda tidak nyata dengan penggunaan dosis kompos 10 ton/ha dan 15 ton/ha
yang hasilnya berturut-turut sebanyak 7850,00 kg/ha dan 8463,33 kg/ha.
5.2 Saran
1. Hasil penelitian di atas dapat disarankan untuk penanaman kacang panjang di
subak Basang Be, sudah cukup dengan penggunaan pupuk kompos sebanyak
10 ton /ha.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis pupuk kompos kotoran
sapi terhadap pertumbuhan dan hasil benih kacang panjang pada lahan yang
berbeda dengan dosis yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan
Dan Hortikultura. Jakarta.
Anonim. 2008. Budidaya Kacang Panjang. http://www.amway.co.id/index.
diakses pada tanggal 18 Nopember.
Ance.2011. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka
Cipta. Jakarta.
Anonim, 2013, Data Hasil Produktivitas Tanaman Kacang Panjang, Database
Deptan, 2013
Anonim.2017. www.bebeja.com/tentang pupuk-kandang sapi/.Diakses tanggal 30
Juni 2018.
Brady, N.C., 1990. The Nature and Properties of Soil. Tenth Ed. Mac. Millan Publ.
Crop., New York.
Cecep Risnandar.2014. Jenis dan Karasteristik Pupuk
Kandang.http://alamtani.com/pupuk kandang Diakses tanggal 30 Juni 2018.
Damanik, D. 2010. Pengaruh Dry Heat Treatment Terhadap Daya Simpan Benih
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana. Denpasar.
De Datta. S.K., 1985. Availability and Management of Nitrogen in Low – Land
Ricein Relation to Soil Characteristic. Wetland Soils : Characterization,
Classifacation, and Utilization. IRRI. Los Banos, Philippines : 247-267.
Dixon, J.B., S.B. Weed, J.A. Kittrick, M.H. Milford, J.L. White, 1997. Minerals in
Soil Environments. Publ. by Soil Sci. Soc. Am. Madison, Wisconsin, USA.
Fachruddin,L. 2000. Tanaman Kacang –Kacangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 49
hal.
Gardner, F.P., R. Brent Peare, Roger Mitchell.1991. Fisiologi Tanaman. Jakarta :
UI Press, 424 hal.
Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1997. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik .
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 874 hal.
Grim, R.E., 1968. Clay Mineralogy. 2nd Ed. Mc Graw – Hill Book Co., New York.
Haryanto,E.,T.Suhartini dan E. Rahayu. 1994. Budidaya Kacang Panjang.Penebar
Swadaya. Jakarta 58 hal.
28
Isroi, S.Si., M.Si., dan Nurheti Yuliarti. 2009. Kompos. Lily Publisher, Yogyakarta.
Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali. Jakarta
Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Jakarta
Pitojo,S. 2006. Benih Kacang Panjang. Kanisius Yogyakarta. 87 hal.
Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai
Hitam dan Kedelai Kuning.Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1): 22-31.
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bratara Karya Aksara.
235 hal.
Rukmana,R. 1995. Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 35 hal.
Sadjad, S. 1979. Agronomi Umum. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Bogor. 227 hal.
Sastrahidajat,I dan H. Soemarno, 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha
nasional.Surabaya. 67 hal.
Sutedjo, M.1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. 122 hal.
Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Hal 9-16. Di dalam Kasno, A., A.Winarto
dan Sunardi (ed). Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Malang. Malang.
Vaughan, D., and R.E. Malcolm. 1985. Soil Organic Matter and Biological Activity.
Martinus Nijhoff / Dr. W. Junk Publishers, Lancaster.
Zaevie. Bastianus, Marisi Napitupulu, dan Puji Astuti. 2014. Jurnal AGRIFOR
Volume XIII Nomor 1”Respon Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.)
Terhadap Pemberian Pupuk Npk Pelangi Dan Pupuk Organik Cair Nasa”.
Samarinda.