PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP ...

33
PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH KACANG PANJANG (Vigna sinensisL.) DI SUBAK BASANG BE Oleh : IR.I KETUT ARSA WIJAYA,M.Si. PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2018 i

Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP ...

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH

KACANG PANJANG (Vigna sinensisL.) DI SUBAK

BASANG BE

Oleh :

IR.I KETUT ARSA WIJAYA,M.Si.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan yang Mahaesa atas

karunianya sehingga tulisan yang berjudul ” Pengaruh Penggunaan Pupuk

Kompos terhadap Pertumbuhan dan Hasil Benih Kacang Panjang (Vigna

sinensis L.) di Subak Basang Be “dapat tersusun sesuai dengan waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun material

sehingga tulisan ini dapat terwujud.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis

berharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca

.

Denpasar,Juli,2018

Penulis.

ii

RINGKASAN

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pupuk Kompos

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Benih Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) di

Subak Basang Be “. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2015

yang berlokasi di Subak Basang Be, Desa Perean, Kecamatan Baturiti,

Kabupaten Tabanan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari 5

perlakuan dengan 5 kali ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah pemberian pupuk

kompos dengan dosis P1= (5 t/ha); P2 =(10 t/ha); P3= (15 t/ha); P4 (20 t/ha), dan

P0= (kontrol).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk kompos

berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman dan kandungan klorofil daun. serta

berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun; jumlah polong per tanaman;

jumlah benih per polong; berat 1000 butir benih; berat benih per petakan dan berat

benih per hektar.

Semua dosis pupuk kompos kotoran sapi yang diaplikasikan pada tanaman

kacang panjang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan

hasil benih tanaman kacang panjang . Penggunakan pupuk kompos dengan dosis

20 ton/ha dapat menghasilkan benih tertinggi yaitu sebanyak 8.536,67 kg/ha dan

berbeda tidak nyata dengan penggunaan dosis kompos 10 ton/ha dan 15 ton/ha

yang hasilnya berturut-turut sebanyak 7850,00 kg/ha dan 8463,33 kg/ha.

iii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM......................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

RINGKASAN............................................................................................. iii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL.......................................................................................... v

BAB. I PENDAHULUAN........................................................................ …..1

BAB .II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................5

BAB.III BAHAN DAN METODE PENELITIAN..................................... 11

BAB .IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 15

BAB.V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................27

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

4.1 Significansi pengaruh dosis pupuk kompos terhadap pertumbuhan

dan hasil kacang panjang………………………………………………17

4.2 Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap panjang tanaman, jumlah

daun dan kandungan klorofil…………………………………………..19

4.3 Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap jumlah polong per tanaman

, jumlah benih per polong, berat 100 butir benih, berat benih per petak

dan berat benih per hektar………………………………………………21

V

BAB .I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman

perdu semusim yang banyak diusahakan oleh masyarakat Indonesia ,baik sebagai

sayuran maupun sebagai lalapan dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat

sebagai sumber vitamin A, vitamin B, vitamin C dan mineral. Tanaman kacang

panjang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang telah lama

dibudidayakan oleh petani, baik secara monokultur maupun sebagai tanaman sela.

Biji kacang panjang banyak mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Komoditi

ini merupakan sumber protein nabati yang cukup potensial selain dapat digunakan

sebagai sumber pangan dan obat-obatan, kacang panjang dapat meningkatkan

kesuburan tanah, karena akar-akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang

mampu mengikat Nitrogen (N2 ) dari udara ( Rahayu, 2007). Menurut Zaevie, dkk

(2014), penurunan produksi kacang panjang yang terjadi pada lima tahun terakhir

(tahun 2009 sampai 2013) paling terlihat pada tahun 2013 yaitu sebesar 450.859

ton/ha. Kebutuhan benih kacang panjang 15-20 kg/ha. Bila dikalkulasikan dengan

luas panen kebutuhan benih kacang panjang nasional tahun 2013 berkisar 1143,135

– 1524,18 ton.

Tanaman kacang panjang untuk pertumbuhan dan perkembangannya sangat

membutuhkan zat-zat makanan, untuk itu tanaman perlu diberi pupuk. Jenis pupuk

yang diberikan adalah pupuk organic atau kompos. Pupuk tersebut berfungsi

menyediakan hara organic bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menahan

air dalam tanah. Pupuk kandang atau pupuk organic yang diberikan har

2

sudah jadi. Pupuk tersebut sudah tidak membusuk lagi sehingga tidak menghasilkan

panas. Adanya panas dari proses membusuknya pupuk mentah dapat

mengakibatkan tanaman menjadi layu dan akhirnya mati. Bahan organic

merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber energi dari

sebagian besar organisme tanah (Nurhayati, et al.,1986).

Budidaya tanaman organik akan membutuhkan benih bermutu tinggi yang

juga diproduksi secara organik termasuk benih tanaman kacang panjang (Anonim ,

2006). Mutu fisiologis merupakan salah satu unsur mutu benih yang sangat penting

dalam keberhasilan penggunaan benih tersebut dalam pertanaman. Pertumbuhan

tanaman yang optimal dalam suatu budidaya tanaman akan mampu menghasilkan

benih dengan mutu fisiologis yang maksimal. Upaya yang dapat dilakukan yakni

,yang telah dipupuk organik maka pupuk yang dianjurkan adalah pupuk organik,

salah satunya pupuk kompos kotoran sapi.

Menurut Vaughan, et al (1985), bahan organik berupa pupuk kandang dan

kompos digunakan terutama untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Kompos mampu

meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat (Isroi, 2009).

Menurut Brady (1990), disamping memperbaiki sifat fisik tanah, bahan organik

juga akan memperbaiki sifat kimia tanah. Ketersediaan unsur hara tanaman untuk

dapat diserap oleh akar tanaman sangat tergantung dengan sifat fisik tanah dan

mekanisme mineral liat di dalam tanah, karena perilaku mineral liat mempunyai

hubungan erat dengan sifat fisik dan kimia tanah (Grim, 1968; Dixon, et al., 1985;

De Datta, 1985; Brady, 1990).

3

Penggunaan pupuk yang efektif dan efisien pada dasarnya adalah

memberikan pupuk yang sesuai dosis dan kondisi pertumbuhan tanaman dengan

mempertimbangkan kondisi lingkungan. Penggunaan pupuk yang seimbang dan

optimal tersebut pada hakekatnya untuk membantu pertumbuhan tanaman , baik

pertumbuhan vegetatif maupun generative ,untuk itu pemberian pupuk yang baik

perlu memperhatikan keadaan tanah dan jenis tanaman yang dibudidayakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan uji dari beberapa

dosis pupuk kompos kotoran sapi pada tanaman kacang panjang untuk dapat

menghasilkan pertumbuhan dan hasil benih kacang panjang dengan kuantitas

tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan dalam melaksanakan penelitian ini

1. Berapakah dosis pupuk kompos kotoran sapi yang diperlukan pada

lahan di Subak Basang Be untuk menghasilkan kuantitas benh kacang

panjang yang tertinggi?

2. Apakah penggunaan pupuk kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan hasil benih kacang panjang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mendapatkan penggunaan dosis pupuk kompos kotoran sapi

yang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil benih yang paling

tinggi di Subak Basang Be .

4

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis pupuk kompos

kotoran sapi yang tepat untuk lahan di Subak Basang Be sehingga dapat

memberi hasil benih dengan kuantitas tertinggi.

1.5 Hipotesis

Tanaman kacang panjang yang ditanam pada petak lahan sawah subak

Basang Be dengan pemberian dosis pupuk 10 t/ha akan memberi hasil benih kacang

panjang yang lebih tinggi dibandingkan dengan control dan dosis yang lainnya.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang

Menurut Fachruddin(2000) tanaman kacang panjang termasuk family

leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut:

Dvisio : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Orde : Dikotyledoneae

Famili : Leguminoceae

Genus : Vigna

Spesies : Vigna sinensis (L

Akar tanaman kacang panjang terdiri atas akar tunggang, akar cabang dan

akar serabut. Perakaran tanaman kacang panjang dapat mencapai kedalaman 60 cm.

Akar tanaman kacang panjang dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium Sp.

Ciri adanya simbiosis tersebut yaitu terdapat bintil-bintil akar disekitar pangkal

akar. Aktifitas bintil akar ditandai oleh warna bintil akar sewaktu dibelah. Jika

berwarna merah cerah menandakan bintil akar tersebut efektif menambah nitrogen,

sedangkan bila berwarna merah pucat ,berarti penambahan nitrogen kurang efektif

(Pitoyo,2006).

6

Batang kacang panjang ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan

permukaan licin. Batang tumbuh ke atas , membelit kearah kanan pada turus atau

tegakan yang didekatnya. Batang membentuk cabang sejak dari bawah batang .

Daun tanaman kacang panjang berupa daun majemuk, melekat pada tangkai

daun apak panjang, lonjong, berseling, panjangnya 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata,

pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris dengan

panjang kurang lebih 4 cm dan berwarna hijau (Anonim,2008).

Bunga tanaman kacang panjang berbentuk kupu-kupu. Ibu tangkai bunga

keluar dari ketiak daun. Setiap ibu tangkai bunga mempunyai 3-5 bunga. Warna

bunganya ada yang putih, biru atau ungu. Bunga kacang panjang menyerbuk

sendiri. Penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi dengan

kemungkinan 10 % (Haryanto,et al (1994).

Bunga kacang panjang tidak tumbuh dan mekar secara serentak. Ragam

waktu mekarnya bunga kacang panjang adalah sebagai berikut:1) Dua bunga yang

terletak pada bagian bawah dan bersebelahan terkadang mekar hamper bersamaan.

2) Bunga berikutnya muncul dan mekar setelah satu atau dua polong mencapai

panjang 5-10 cm atau bahkan lebih. Beberapa diantaranya dapat menjadi buah,

namun pertumbuhannya tidak sekuat buah yang pertama kali muncul (Pitoyo,2006).

Buah tanaman kacang panjang berbentuk polong yang berukuran panjang,

serta berwarna hijau keputih-putihan atau putih ( buah muda ) atau kemerahan

namun setelah tua akan menjadi kuning- kekuningan. Panjang buah tanaman

kacang panjang 15-80 cm (Anoniim, 2008). Pada satu tangkai biasanya terdapat

7

antara satu sampai tiga buah, buah yang muncul pada tangkai pertama kali atau

hampir muncul bersamaan biasanya tumbuh awal. Buah kacang panjang tiap

tangkai tidak selalu sama kuat pertumbuhannya ( Sastrahidayat dan

Soemarno,1991).

Biji kacang panjang berbentuk bulat agak memanjang, namun ada juga yang

pipih. Bagian tengah biji terdapat bekas tangkai yang menghubungkan antara biji

dan kulit buah. Biji yang semakin tua akan mongering. Kulit biji tua ada yang

berwarna putih, merah keputih-putihan, cokelat dan hitam. Satu polong biasanya

terdapat sekitar 15 biji atau lebih, tergantung pada panjang polong dan dipengaruhi

oleh pertumbuhan tanaman dan varietas kacang panjang tersebut ( Rukmana, 1995).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Panjang

2.2.1 Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadapkeberhasilan penanamakacang

panjang . Tanaman kacang panjang dapat tumbuh di dataran rendah hingga

dataran tinggi ( sekitar 1500 m di atas permukaan laut)). Penanaman di dataran

tinggi terutama ditujukan untuk keperluan konsumsi. Sementara untuk tujuan

penangkaran benih tanaman kacang panjang dibudidayakan di dataran rendah

dan sedang. Di dataran tinggi umur panen tanaman kacang panjang relative

lebih panjang dibandingkan di dataran rendah, lebih tinggi produksinya (

Pitoyo, 2006).

8

2.2.2. Suhu

Tanaman kacang panjang tumbuh dengan baik didaerah beriklim hangat,

dengan kisaran suhu antara 20- 30 0 C. Di daerah bersuhu rendah, yakni di

bawah 20 0 C pertumbuhannya relative lambat dan jumlah polong yang

terbentuk hanya sedikit. Tanaman kacang panjang peka terhadap pengaruh

suhu dingin dan dapat mati kalau terkena frost / suhu dibawah 4 0 C ( Pitoyo,

2006).

2.2.2 Tanah

Jenis tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kacang panjang ini

adalah tanah yang bertektur lempung berpasir dan memiliki pH tanah sekitar

5,5 -6,5. Jenis tanah yang terlalu masam dapat dilakukan dengan pengapuran

memakai kapur dolomit. Tanaman kacang panjang termasuk leguminosa yang

atas bantuan bintil- bintil akar Rhizobium radicula mampu menambat nitrogen

bebas dari udara. Kemampuan menambat nitrogen ini dipengaruhi oleh

kelembaban tanah, pH, unsur Ca, P, K, Mo, Co, Mn, Senyawa nitrat dan

ammonium, serta adanya factor biologis penghambat berupa Bakteriophage dan

Rhizophage di tanah. Rhizobium aktif pada pH antara 5,5- 7,0 dan suhu optimal

10 0 C – 28 0 C ( Pitoyo, 2006).

Fiksasi nitrogen telah terjadi pada tanaman kacang panjang yang berumur

dua minggu setelah tanam. Umur 14- 21 hari setelah tanam fiksasi nitrogen

rata-rata mencapai 0,62 mg/ hari. Umur 30- 41 hari mencapai 2,44 mg/ hari dan

pada umur 41- 58 hari mencapai 3,73 mg/ hari ( Sutedjo, 1991).

9

2.3 Pupuk Kompos

Kompos adalah salah satu pupuk organic buatan manusia yang dibuat dari

proses pembusukan sisa-sisa bahan organic ( tanaman maupun hewan ). Proses

pengomposan dapat berlangsung secara aerobic dan anaerobic yang saling

menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Proses ini disebut juga

dekomposisi atau penguraian. Proses pembuatan kompos sebenarnya meniru

proses pembentukan humus di alam, namun dengan cara merekayasa kondisi

lingkungan ,kompos dapat dipercepat proses pembuatannya, yaitu hanya dalam

jangka waktu 30- 90 hari. Waktu ini melebihi kecepatan terbentuknya humus

secara alami. Pupuk kompos selalu tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa

harus menunggu bertahun- tahun lamanya.

Pupuk kompos dari kotoran sapi memiliki kadar Nitrogen (N),

fosfat(P)dan kalium (K) yang cukup besar dengan kandungan mineral yang lai

seperti magnesium, besi dan mangan. Sapi dewasa dapat mengeluarkan sekitar 20-

23 kg feces. Dari volume tersebut kadar nitrogen mencapai 0,92 %, 1,03% kalium,

0,23 % fosfat serta 0,38 % kalsium ( Cecep Risnandar, 2017).

Berdasarkan analisis laboratorium diketahui bahwa kandungan pupuk

kandang sapi antara lain 16% bahan organik, 0,3 % N2, 0,2% P2O5, 0,15% K2O,

dan 0,2% CaO. Kandungan tersebut relatif lebih rendah dibanding kandungan

pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing. Kandungan hara pupuk

kandang sapi tersebut dipengaruhi oleh jenis konsentrat atau pakan yang diberikan.

Contohnya sapi yang dibudidayakan petani akan menghasilkan kualitas pupuk yang

10

jauh lebih baik dibandingkan sapi yang dibudidayakan secara komersil sebagai sapi

potong(Anonim.2014)

Pupuk kandang sapi memiliki kandungan serat selulosa yang cukup tinggi.

Kandungan tersebut dapat dilihat dari pengukuran C/N rasio yang jumlahnya

mencapai lebih dari 40. Hal ini menyebabkan aplikasi pupuk kandang sapi secara

langsung sangat tidak dianjurkan, karena selain hara dari pupuk belum bisa

dimanfaatkan oleh tanaman, proses dekomposisi pupuk kandang sapi di areal

pertanaman akan membuat hara nitrogen di sekitar tanaman hilang untuk aktivitas

mikroorganismedekomposer.

Aplikasi pupuk kandang sapi secara langsung juga tidak dianjurkan karena

kandungan kadar airnya yang cukup tinggi, berkisar 18%. Kadar air yang tinggi ini

menyebabkan aplikasi langsung membutuhkan biaya pengangkutan yang cukup

besar. Selain itu, pelepasan amoniak yang masih berlangsung berpotensi merusak

tanaman mud jika diaplikasikan secara berlebihan. Berdasarkan beberapa hal

tersebut, aplikasi pupuk kandang sapi sebaiknya dilakukan setelah pengomposan

berhasil. Selain untuk menurunkan kadar air dan C/N rasio, pengomposan juga

mampu mengurai amoniak sehingga kandungan nitrogen pupuk kandang sapi

menjadi lebih tinggi.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pernelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Basang Be, Desa Perean, Kecamatan Baturiti,

Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli

2015. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilaksanakan di Subak Basang Be, Desa

Perean, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan – Bali. Sedangkan untuk

penelitian benih dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu benih kacang panjang

dengan varietas KP 1, pupuk kompos, dan air.

Alat yang digunakan adalah pot tray, mulsa, cangkul, garu, lanjaran, tali

tambang kecil, penggaris, ember, gelas ukur, penggaris, meteran, pulpen, pensil,

alat pengukur kadar klorofil mengunakan chlorophyll meter SPAD-502, timbangan,

kantong plastik, label, kertas merang, baskom, dan germinator.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari 5

perlakuan dengan 5 kali ulangan, dengan jumlah guludan ada 25 dimana pada setiap

guludan terdapat 24 tanaman dan memerlukan sebanyak 600 tanaman kacang

panjang. Perlakuan yang diujikan terdiri dari: pemberian pupuk kompos dengan

dosis P1 (5 t/ha), P2 (10 t/ha), P3 (15 t/ha), P4 (20 t/ha), dan P0 (kontrol).Guludan

dibuat dengan panjang 3 m dan lebar 1 m dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm.

12

3.4 Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan benih

Benih kacang panjang yang digunakan adalah benih kacang panjang

varietas KP-1. Sebelum ditanam, benih kacang panjang direndam terlebih

dahulu dalam air selama 4 jam, selanjutnya disemai menggunakan pot tray

(kotak pembibitan) yang telah diisi media (campuran tanah dan kompos).

Pesemaian dipelihara hingga umur 3-4 hari sampai muncul daun sempurna.

b. Pengolahan lahan dan penanaman

Pengolahan lahan diawali dengan pembersihan gulma di sekitar lahan,

dilanjutkan dengan penggemburan tanah dan pembuatan guludan. Guludan

dibuat dengan panjang 300 cm dan lebar 100 cm. Setiap guludan berisi 3 baris

dan pada masing-masing baris terdapat 24 lubang tanam. Setiap guludan diisi

pupuk kompos sesuai dosis perlakuan, selanjutnya petak guludan ditutup

dengan mulsa plastik dan dibuatkan lubang tanam dengan jarak tanam 40 cm x

30 cm. Bibit kacang panjang ditanam pada lubang tanam yang sudah

ditentukan. Setelah tanaman berumur 2 minggu, tanaman diberi ajir. Ajir

dibuat dari bilah bambu yang dibelah dengan tinggi 200 cm dan ditancapkan

dengan posisi tegak. Setiap ajir disambung dengan tali tambang kecil sehingga

kedudukan ajir menjadi kuat untuk tempat melilitnya batang tanaman kacang

panjang. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman yang disesuaikan

dengan kebutuhan tanaman.

13

c. Pemeliharaan tanaman di lapangan

Pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi penyiraman, penyulaman,

penyiangan disekitar areal pertanaman dan perlindungan tanaman.

Penyiraman tanaman intensif dilakukan pada pagi atau sore hari pada awal

penanaman. Penyiraman dilakukan dengan memanfaatkan saluran irigasi yang

ada. Penyiraman dilakukan secara intensif dengan cara leb sampai tanah

cukup lembab.

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dan ini

dilakukan pada hari ketiga setelah tanam. Penyiangan dilakukan untuk

mengendalikan gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman dan dilakukan tiap

dua minggu sekali dengan cara mencabut langsung gulma yang tumbuh

disekitar tanaman kacang panjang. Perlindungan tanaman dilakukan dengan

menggunakan pestisida organik Bio Nutrieplus

e Panen

Panen dilakukan pada saat polong tanaman Kacang Panjang telah sudah

cukup tua, yakni sekitar 15 – 20 hari setelah bunga mekar, biji-biji dalam

polong terlihat menonjol, kulit polong terlihat hijau kekuning-kuningan atau

kecoklat-coklatan dan sebagian daun telah menguning dan luruh (gugur).

Waktu panen dilakukan pagi setelah embun menguap sampai sore hari

pada keadaan cuaca cerah. Cara panennya yaitu dengan memetik polong yang

14

diperlukan dengan menggunakan gunting tanaman.Tanaman yang dipanen untuk di

uji hanya 6 tanaman di bagian barisan di tengah saja.

d. Pengeringan polong.

Polong dikeringkan di bawah sinar matahari hingga benih mencapai kadar

air 11%. Polong dipisahkan dengan biji sehingga didapatkan benih bersih. Biji

yang terdapat dibagian ujung polong sebaiknya tidak digunakan sebagai benih.

Biji yang sudah kering kemudian disortasi dengan membuang yang cacat,

keriput dan kotor. Benih selanjutnya ditimbang beratnya dan selanjutnya

dikemas dengan plastik kedap uap air.

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan langsung di lapangan , variabel pertumbuhan dan hasil

tanaman kacang panjang yang diamati adalah sebagai berikut:

1.Panjang tanaman (cm)

Pengamatan panjang tanaman dilakukan dengan melakukan pengukuran

panjang batang,dari pangkal batang tepat dipermukaan tanah sampai ujung daun

teringgi. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam dan

dilakukan setiap 14 hari sekali sampai umur 56 hari setelah tanam dengan

menggunakan meteran.

2.Jumlah daun per tanaman (buah)

Pengamatan terhadap jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung

jumlah daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat

15

tanaman berumur 14 hari setelah tanam dan dilakukan setiap 14 hari sekali sampai

umur 56 hari setelah tanam.

3. Kandungan klorofil daun (SPDA unit)

Pengukuran kandungan klorofil daun dilakukan dengan menggunakan alat

chlorofil meter SPAD-502 (Konika, Minolta Japan). Pengamatan dilakukan

pada umur tanaman 14 hari setelah tanam dan dilakukan setiap 14 hari sekali

sampai umur tanaman 56 hari setelah tanam.

4.Jumlah polong per tanaman (buah)

Pengamatan dilakukan setelah panen polong kering , yang selanjutnya

dihitung jumlah polong yang didapat dari tanaman

5. Berat benih per polong. (gr)

Pengamatan berat benih per polong dilakukan dari hasil panen polong yang

sudah tua yang selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari dan selanjutnya

dihitung hasil berat benih per polongnya.

6. Berat 1000 butir benih (gr)

Pengamatan diperoleh dari hasil rata- rata penimbangan berapa kali berat

1000 butir benih yang diambil dari hasil panen polong kering per tanaman.

7.Berat benih per petakan (gr)

Hasil pengamatan ini diperoleh dari hasil panen polong kering pada setiap

petakan .

8.Berat benih per hektar (kg)

Hasil ini diperoleh dengan cara mengkonversi dari hasil berat benih per

petakan menjadi per hektar.

16

3.6 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianilisis dengan sidik ragam sesuai rancangan yang

digunakan. Apabila sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata maka

dilanjutkan dengan uji beda nilai rata–rata BNT 5%.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk

kompos berpengaruh nyata terhadap variabel panjang tanaman, klorofil daun dan

berpengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah daun, jumlah polong per

tanaman, jumlah benih per polong, jumlah benih per polong, berat 1000 butir benih,

berat benih per petakan dan berat benih per hektar (Tabel 4.1).

Tabel 4.1.

Signifikansi pengaruh dosis pupuk kompos terhadap pertumbuhan dan hasil

kacang panjang.

No. Variabel Pengamatan Pengaruh dosis

pupuk kompos

1 Panjang tanaman *

2 Jumlah daun **

3 Klorofil daun *

4 Jumlah polong per tanaman **

5 Jumlah benih per polong **

6 Berat 1000 butir benih **

7 Berat benih per petakan **

8 Berat benih per hektar **

Keterangan : * = pengaruh nyata

** = pengaruh sangat nyata

18

a. Panjang Tanaman (cm)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap panjang tanaman maksimum

didapatkan bahwa pada dosis pupuk P2 (208,30 cm) mempunyai kemampuan

mengingkatkan panjang tanaman maksimum sedangkan panjang tanaman

terendah yaitu P0 (148,19 cm). Hasil analisis sidik ragam didapatkan bahwa P2

yang memiliki nilai panjang tanaman tertinggi berbeda tidak nyata dengan P3

dan P4, namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu P1 dan termasuk

kontrol (Tabel 4.2).

b. Jumlah Daun (buah)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah daun maksimum didapatkan

bahwa pada dosis pupuk P2 (14,49 buah) mempunyai kemampuan

meningkatkan jumlah daun maksimum sedangkan jumlah daun terendah yaitu

P0 (12,62 buah). Hasil analisis sidik ragam didapatkan bahwa P2 yang memiliki

nilai jumlah daun tertinggi berbeda tidak nyata dengan P4, namun berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya, yaitu P1, P3 dan termasuk kontrol (Tabel 4.2).

c. Kandungan klorofil daun (SPAD)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kandungan krolofil daun

maksimum didapatkan bahwa pada dosis pupuk P2 (64,41 SPAD unit)

mempunyai kemampuan meningkatkan kandungan klorofil daun maksimum

sedangkan kandungan klorofil daun terendah yaitu P0 (58,92 SPAD unit). Hasil

analisis sidik ragam didapatkan bahwa P2 yang memiliki nilai kandungan

19

klorofil daun tertinggi berbeda tidak nyata dengan P3 dan P4, namun berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu P1 dan termasuk kontrol (Tabel 4.2).

Tabel 4.2.

Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap panjang tanaman, jumlah

cabang, dan kandungan klorofil.

No. Perlakuan Panjang tanaman

(cm)

Jumlah daun

(buah) Klorofil (SPAD)

1 P0 148,19 b 12,62 c 58,92 b

2 P1 161,86 b 12,68 c 60,55 b

3 P2 208,30 a 14,49 a 64,41 a

4 P3 181,58 ab 13,61 b 64,38 a

5 P4 188,55 a 14,07 ab 63,48 a

BNT 5% 33,40 0,53 2,85

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang

sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%

d. Jumlah polong per tanaman (buah)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah polong per tanaman

maksimum didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (70,40 buah) mempunyai

kemampuan mengingkatkan jumlah polong per tanaman maksimum sedangkan

jumlah polong per tanaman terendah yaitu P0 (53,40 buah). Hasil analisis sidik

ragam didapatkan bahwa P4 yang memiliki nilai jumlah polong per tanaman

tertinggi berbeda tidak nyata dengan P2 (66,80 buah )dan P3 (67,80 buah),

namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu P1 (56,80 buah) dan

20

termasuk P1/ kontrol . Sedangkan perlakuan P1 dengan control menunjukkan

hasil yang berbeda tidak nyata (Tabel 4.3).

e. Jumlah benih per polong (buah).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah benih per polong tanaman

maksimum didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (9,20 buah) mempunyai

kemampuan mengingkatkan jumlah benih per polong per tanaman maksimum

sedangkan jumlah benih per polong per tanaman terendah yaitu P0 (5,80 buah).

Hasil analisis sidik ragam didapatkan bahwa P4 yang memiliki nilai jumlah

benih per polong per tanaman tertinggi berbeda tidak nyata dengan P2 (8,00

buah ) dan P3 (8,40 buah) , namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,

yaitu P1 (6,00 buah) dan termasuk P0/ kontrol (5,80 buah ). Sedangkan

perlakuan P1 dengan control menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata

(Tabel 4.3).

f. Berat 1.000 butir benih (gr)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berat 1.000 butir benih maksimum

didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (399,20 gr) mempunyai kemampuan

mengingkatkan berat 1.000 butir benih maksimum sedangkan berat 1.000 butir

benih terendah yaitu pada P0 (151,56 gr). Hasil analisis sidik ragam didapatkan

bahwa P4 yang memiliki nilai berat 1.000 butir benih tertinggi berbeda tidak

nyata dengan P3(373,90 gr ), namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,

yaitu P1 (178,35 gr) , P2(277,96 gr) dan termasuk kontrol (Tabel 4.3).

21

Tabel 4.3

Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap jumlah polong per tanaman, jumlah

benih per polong, berat 1000 butir benih, berat benih per petak, dan

berat benih per hektar.

No. Perlakuan

Jumlah

polong/

tanaman

(buah)

Jumlah

benih/

polong

(buah)

Berat

1000

butir

benih

(gr)

Berat

benih/

petak (gr)

Berat

benih/ha

(kg)

1 P0 53,40 b 5,80 b 151,56 c 64,08 b 5.340,00 b

2 P1 56,80 b 6,00 b 178,35 c 73,56 b 6.130,00 b

3 P2 66,80 a 8,00 a 277,96 b 94,20 a 7.850,00 a

4 P3 67,80 a 8,40 a 373,90 a 101,56 a 8.463,33 a

5 P4 70,40 a 9,20 a 399,20 a 102,44 a 8.536,67 a

BNT 5% 7,61 1,64 89,64 17,48 1456,30

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang

sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%

g. Berat benih per petakan (gr).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berat benih pada setiap petakan

maksimum didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (102,44 gr) mempunyai

kemampuan mengingkatkan berat benih pada setiap petakan maksimum

sedangkan berat benih pada setiap petakan terendah yaitu P0 (64,08 gr). Hasil

analisis sidik ragam didapatkan bahwa P4 yang memiliki nilai berat benih pada

setiap petakan tertinggi berbeda tidak nyata dengan P3 (101,56 gr) dan P2 (94,20

gr )namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu P1 (73,56 gr) dan

termasuk kontrol . Sedangkan perlakuan P1 dengan control berbeda tidak nyata

(Tabel 4.3).

22

h. Berat benih per hektar (kg)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berat benih per hektar maksimum

didapatkan bahwa pada dosis pupuk P4 (8.536,67 kg) mempunyai kemampuan

mengingkatkan berat benih per hektar maksimum sedangkan berat benih per

hektar terendah yaitu P0 (5.340,00 kg). Hasil analisis sidik ragam didapatkan

bahwa P4 yang memiliki nilai berat benih per hektar tertinggi berbeda tidak

nyata dengan P3 (8.463,33 kg) dan P2 ( 7.850,00 kg), namun berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya, yaitu P1(6.130,00 kg) dan termasuk kontrol .

Sedangkan perlakuan P1 dengan control menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (Tabel 4.3).

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kompos pada

dosis 10 ton/ha , 15 ton/ha dan 20 ton/ha memberikan hasil lebih baik dibandingkan

5 ton/ha dan tanpa pupuk kompos dalam hal panjang tanaman, jumlah daun,

klorofil daun, jumlah polong per tanaman, jumlah benih per polong, berat 1.000

butir benih, berat benih pada setiap petakan dan berat benih per hektar.

Hasil benih kacang panjang per hektar yang paling banyak diperoleh adalah

sebanyak 8536,67 kg/ha yaitu dengan penggunaan dosis pupuk kandang sebanyak

20 ton/ha. Selanjutnya diikuti oleh penggunaan dosis pupuk kompos 15 ton/ha; 10

ton/ha dan 5 ton/ha yang hasilnya secara berturut-turut sebanyak 8463,33 kg/ha;

7850,00 kg/ha dan 6130,00 kg/ha. Penggunaan dosis pupuk kompos 10 ton/ha,

23

15 ton/ha dan 20 ton/ha memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan

dengan penggunaan dosis pupuk kompos 5 ton/ha dan tanpa pupuk kompos atau

control memberikan hasil yang berbeda nyata.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk kompos

dapat meningkatkan hasil benih kacang panjang secara nyata dibandingkan tanpa

penggunaan pupuk kompos. Tingginya hasil benih kacang panjang per hektar yang

diperoleh sangat didukung oleh adanya peningkatan hasil dari variabel jumlah

polong per tanaman; berat benih per polong dan berat 1000 butir benih.

Ketersediaan unsur hara di dalam tanah mempengaruhi pertumbuhan kacang

panjang baik secara vegetatif maupun generatif. Apabila ketersediaan pupuk

tersebut larut sehingga secara potensial dapat meningkatkan jumlah unsur hara yang

diserap tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Goldsorthy dan

Fisher, 1997).Sejalan dengan Lingga dan Marsono (2003) ketersedian hara yang

cukup diperlukan selama fase generatif.

Selain itu, menurut Lakitan (2007), menyatakan bahwa pertumbuhan dan

perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik.

Unsur K di dalam pupuk kompos kotoran sapi memperkuat tubuh tanaman

sehingga tidak mudah rebah, cepat berbunga dan buah tidak mudah gugur, serta

menambah daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan serangan hama dan

penyakit serta meningkatkan kualitas panen (Anonim, 2013).Jumlah daun per

tanaman yang dihasilkan dipengaruhi oleh unsur K. Menurut penjelasan Peaslee

dan Moss 1966 (dalam Gardner,et al., 1991) secara umum pada tanaman, laju

fotosintesis yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kandungan N, P, Mg, dan K.

24

Ketersediaan unsur-unsur ini kurang akan dapat mengurangi fotosintesis

pada daun-daun muda, sedangkan pada daun-daun tua terjadi peningkatan

fotosintesis karena adanya penambahan unsur N, P, dan K. sebab unsur N dan K

merupakan satu pembentuk klorofil yang berperan dalam fotosintesis (Sadjad,

1979). Lakitan (2007) menambahkan suplai hara yang cukup membantu terjadinya

proses fotosintesis dalam tanaman menghasilkan senyawa organik yang akan

diubah dalam bentuk ATP saat berlangsungnya respirasi, selanjutnya ATP ini

digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman. Selama pertumbuhan

reproduktif akan terjadi pemacuan pembentukan bunga, polong serta biji kacang

panjang.

Tanaman kacang panjang mempunyai kemampuan menghasilkan banyak

polong dengan pertumbuhan polong dapat terhenti selama pembungaan dan sangat

dipengaruhi oleh akumulasi asimilat hasil fotosintesis (Tollenaar 1977 (dalam

Goldsworthy dan Fisher, 1997). Seperti pendapat Rinsema (1986) bahwa dengan

pemberian pupuk yang tepat dalam hal macam, dosis, waktu pemupukan, dan cara

pemberiannya akan dapat mendorong pertumbuhan dan peningkatan hasil tanaman

baik kualitas maupun kuantitas. .Trustinah (1993) menyatakan bahwa dari seluruh

bunga yang dihasilkan, hanya 55% yang menjadi ginofor, dan ginofor yang

dihasilkan setelah pembungaan maksimum sampai akhir pembungaan tidak

mempengaruhi hasil.

Bunga yang bisa menjadi polong terutama adalah bunga yang letaknya dekat

dengan tanah sehingga lebih cepat mencapai tanah dan memiliki periode pengisian

yang lebih panjang, sehingga polong yang dihasilkan cenderung berisi penuh.

25

Hal ini diduga karena dosis fosfor yang diberikan mampu menyedian

kebutuhan hara tersebut bagi tanaman kacang panjang dalam meningkatkan jumlah

polong per petak, di mana semakin banyak polong yang dihasilkan maka semakin

tinggi produksi kacang panjang yang dihasilkan per petaknya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Semua dosis pupuk kompos kotoran sapi yang diaplikasikan pada tanaman

kacang panjang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan

hasil benih tanaman kacang panjang . Penggunakan pupuk kompos dengan dosis

20 ton/ha dapat menghasilkan benih tertinggi yaitu sebanyak 8.536,67 kg/ha dan

berbeda tidak nyata dengan penggunaan dosis kompos 10 ton/ha dan 15 ton/ha

yang hasilnya berturut-turut sebanyak 7850,00 kg/ha dan 8463,33 kg/ha.

5.2 Saran

1. Hasil penelitian di atas dapat disarankan untuk penanaman kacang panjang di

subak Basang Be, sudah cukup dengan penggunaan pupuk kompos sebanyak

10 ton /ha.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis pupuk kompos kotoran

sapi terhadap pertumbuhan dan hasil benih kacang panjang pada lahan yang

berbeda dengan dosis yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan

Dan Hortikultura. Jakarta.

Anonim. 2008. Budidaya Kacang Panjang. http://www.amway.co.id/index.

diakses pada tanggal 18 Nopember.

Ance.2011. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka

Cipta. Jakarta.

Anonim, 2013, Data Hasil Produktivitas Tanaman Kacang Panjang, Database

Deptan, 2013

Anonim.2017. www.bebeja.com/tentang pupuk-kandang sapi/.Diakses tanggal 30

Juni 2018.

Brady, N.C., 1990. The Nature and Properties of Soil. Tenth Ed. Mac. Millan Publ.

Crop., New York.

Cecep Risnandar.2014. Jenis dan Karasteristik Pupuk

Kandang.http://alamtani.com/pupuk kandang Diakses tanggal 30 Juni 2018.

Damanik, D. 2010. Pengaruh Dry Heat Treatment Terhadap Daya Simpan Benih

Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Fakultas Pertanian, Universitas

Udayana. Denpasar.

De Datta. S.K., 1985. Availability and Management of Nitrogen in Low – Land

Ricein Relation to Soil Characteristic. Wetland Soils : Characterization,

Classifacation, and Utilization. IRRI. Los Banos, Philippines : 247-267.

Dixon, J.B., S.B. Weed, J.A. Kittrick, M.H. Milford, J.L. White, 1997. Minerals in

Soil Environments. Publ. by Soil Sci. Soc. Am. Madison, Wisconsin, USA.

Fachruddin,L. 2000. Tanaman Kacang –Kacangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 49

hal.

Gardner, F.P., R. Brent Peare, Roger Mitchell.1991. Fisiologi Tanaman. Jakarta :

UI Press, 424 hal.

Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1997. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik .

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 874 hal.

Grim, R.E., 1968. Clay Mineralogy. 2nd Ed. Mc Graw – Hill Book Co., New York.

Haryanto,E.,T.Suhartini dan E. Rahayu. 1994. Budidaya Kacang Panjang.Penebar

Swadaya. Jakarta 58 hal.

28

Isroi, S.Si., M.Si., dan Nurheti Yuliarti. 2009. Kompos. Lily Publisher, Yogyakarta.

Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali. Jakarta

Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar

Swadaya. Jakarta

Pitojo,S. 2006. Benih Kacang Panjang. Kanisius Yogyakarta. 87 hal.

Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai

Hitam dan Kedelai Kuning.Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1): 22-31.

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bratara Karya Aksara.

235 hal.

Rukmana,R. 1995. Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 35 hal.

Sadjad, S. 1979. Agronomi Umum. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB.

Bogor. 227 hal.

Sastrahidajat,I dan H. Soemarno, 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha

nasional.Surabaya. 67 hal.

Sutedjo, M.1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. 122 hal.

Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Hal 9-16. Di dalam Kasno, A., A.Winarto

dan Sunardi (ed). Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Malang. Malang.

Vaughan, D., and R.E. Malcolm. 1985. Soil Organic Matter and Biological Activity.

Martinus Nijhoff / Dr. W. Junk Publishers, Lancaster.

Zaevie. Bastianus, Marisi Napitupulu, dan Puji Astuti. 2014. Jurnal AGRIFOR

Volume XIII Nomor 1”Respon Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.)

Terhadap Pemberian Pupuk Npk Pelangi Dan Pupuk Organik Cair Nasa”.

Samarinda.