Kombinasi Pupuk Organik dan Agen Hayati Untuk ...

10
Jurnal ILMU DASAR, Vol.18 No. 2, Juli 2017 : 99-108 99 Kombinasi Pupuk Organik dan Agen Hayati Untuk Mengendalikan Hama Spodoptera exigua pada Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo (Combination of Organic Fertilizer and Biological Agent for Pest Control Spodoptera exigua of Plant Onion in Gending, Probolinggo) Yusia Agustini * , Purwatiningsih, Didik Sulistyanto Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univesitas Jember *) E-mail : [email protected] ABSTRACT Onion is one of lowland vegetables commodity that has been long cultivated intensively by farmers in Indonesia. Probolinggo is one of the regions which give considerable contribution of producing onion to the national needs. In an effort to increase production, onion farmers in Probolinggo mostly relies on external supply in the form of artificial chemicals (fertilizers and pesticides). However, the using of artificial chemicals can cause pollution and damage the environment. So that utilization of biological agents and organic fertilizers which are environmentally friendly can become other solutions to increase the yield of onion production. Based on this case, it is very important in efforts to increase production of onion by combining organic fertilizers to enrich the content of organic matter in the soil with biological agents in tackling pests attack. Based on the research results in application of combining organic fertilizers granules plus NEP and biological agents Heterorhabditis sp. in District Gending Probolinggo shows that : reducing the population of pests Spodoptera exigua up to 72.260%. improving onion plant growth more optimal. From the result, it shows that the combination of organic fertilizer granule plus biological agents and NEP Heterorhabditis sp. (P2A1) is more effective than the combination of the others. Keywords: onion, biological agents, Spodoptera exigua PENDAHULUAN Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran dataran rendah yang sejak lama telah dibudidayakan oleh petani di Indonesia secara intensif. Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang merah hampir selalu dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Selain itu, meningkatnya industri pengolahan makanan juga cenderung meningkatkan kebutuhan bawang merah (Rahayu dan Berlian, 2003). Probolinggo merupakan salah satu daerah penghasil bawang merah yang cukup memberilan kontribusi terhadap kebutuhan nasional. Dalam usaha meningkatkan hasil produksi, petani bawang merah Probolinggo lebih banyak bertumpu pada pasokan eksternal berupa bahan-bahan kimia buatan (pupuk buatan dan pestisida). Penggunaan insektisida untuk mengendalikan hama ulat Spodoptera exigua yang merupakan hama utama bawang merah masih menjadi andalan utama para petani, sehingga insektisida menjadi jaminan utama untuk keberhasilan usaha tani. Pada umumnya petani menggunakan insektisida yang beredar di pasaran dengan frekuensi dan dosis yang cukup tinggi. Penggunaan pupuk buatan dan pestisida yang berlebihan akan merusak dan membunuh mikroba yang berada dalam tanah dan berdampak sangat buruk terhadap siklus ekologi kehidupan (Rosmini dan Nasir, 2013). Dampak selanjutnya adalah kesuburan tanah akan menurun, sehingga dapat mengganggu sektor pertanian yang berakibat pada penurunan produksi pertanian (Sudarmadji, 2004). Selain itu akan menimbulkan residu yang tinggi pada hasil pertanian dan selanjutnya membahayakan bagi konsumen (Simanungkalit et al., 2006). Pemanfaatan agen hayati yang ramah lingkungan, tidak berbahaya bagi musuh alami, dan tidak berbahaya bagi hewan dan manusia adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan insektisida kimia. Beberapa jenis agens hayati yang bisa digunakan diantaranya adalah Nematoda

Transcript of Kombinasi Pupuk Organik dan Agen Hayati Untuk ...

Jurnal ILMU DASAR, Vol.18 No. 2, Juli 2017 : 99-108 99

Kombinasi Pupuk Organik dan Agen Hayati Untuk Mengendalikan HamaSpodoptera exigua pada Tanaman Bawang Merahdi Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo

(Combination of Organic Fertilizer and Biological Agent for Pest ControlSpodoptera exigua of Plant Onion in Gending, Probolinggo)

Yusia Agustini*, Purwatiningsih, Didik SulistyantoJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univesitas Jember

*)E-mail : [email protected]

ABSTRACTOnion is one of lowland vegetables commodity that has been long cultivated intensively byfarmers in Indonesia. Probolinggo is one of the regions which give considerable contribution ofproducing onion to the national needs. In an effort to increase production, onion farmers inProbolinggo mostly relies on external supply in the form of artificial chemicals (fertilizers andpesticides). However, the using of artificial chemicals can cause pollution and damage theenvironment. So that utilization of biological agents and organic fertilizers which areenvironmentally friendly can become other solutions to increase the yield of onion production.Based on this case, it is very important in efforts to increase production of onion by combiningorganic fertilizers to enrich the content of organic matter in the soil with biological agents intackling pests attack. Based on the research results in application of combining organic fertilizersgranules plus NEP and biological agents Heterorhabditis sp. in District Gending Probolinggoshows that : reducing the population of pests Spodoptera exigua up to 72.260%. improving onionplant growth more optimal. From the result, it shows that the combination of organic fertilizergranule plus biological agents and NEP Heterorhabditis sp. (P2A1) is more effective than thecombination of the others.

Keywords: onion, biological agents, Spodoptera exigua

PENDAHULUAN

Bawang merah merupakan salah satukomoditas sayuran dataran rendah yang sejaklama telah dibudidayakan oleh petani diIndonesia secara intensif. Meskipun bukanmerupakan kebutuhan pokok, bawang merahhampir selalu dibutuhkan oleh konsumenrumah tangga sebagai pelengkap bumbu masaksehari-hari. Selain itu, meningkatnya industripengolahan makanan juga cenderungmeningkatkan kebutuhan bawang merah(Rahayu dan Berlian, 2003). Probolinggomerupakan salah satu daerah penghasil bawangmerah yang cukup memberilan kontribusiterhadap kebutuhan nasional.

Dalam usaha meningkatkan hasil produksi,petani bawang merah Probolinggo lebihbanyak bertumpu pada pasokan eksternalberupa bahan-bahan kimia buatan (pupukbuatan dan pestisida). Penggunaan insektisidauntuk mengendalikan hama ulat Spodopteraexigua yang merupakan hama utama bawangmerah masih menjadi andalan utama parapetani, sehingga insektisida menjadi jaminan

utama untuk keberhasilan usaha tani. Padaumumnya petani menggunakan insektisidayang beredar di pasaran dengan frekuensi dandosis yang cukup tinggi.

Penggunaan pupuk buatan dan pestisidayang berlebihan akan merusak dan membunuhmikroba yang berada dalam tanah danberdampak sangat buruk terhadap siklusekologi kehidupan (Rosmini dan Nasir, 2013).Dampak selanjutnya adalah kesuburan tanahakan menurun, sehingga dapat mengganggusektor pertanian yang berakibat padapenurunan produksi pertanian (Sudarmadji,2004). Selain itu akan menimbulkan residuyang tinggi pada hasil pertanian danselanjutnya membahayakan bagi konsumen(Simanungkalit et al., 2006).

Pemanfaatan agen hayati yang ramahlingkungan, tidak berbahaya bagi musuh alami,dan tidak berbahaya bagi hewan dan manusiaadalah cara yang bisa dilakukan untukmengurangi penggunaan insektisida kimia.Beberapa jenis agens hayati yang bisadigunakan diantaranya adalah Nematoda

100 Kombinasi Pupuk Organik ... (Agustini, dkk)

Entomopatogen (NEP), jamur Bauveriabassiana, bakteri merah, Bacillus thuringiensis,dll. Selain itu petani juga ada yangmemanfaatkan pestisida nabati dari pohonmimba.

Pupuk organik sebagai alternatif selainpupuk kimia sebenarnya telah banyak beredardi masyarakat, baik berbentuk padat maupuncair. Seperti produk yang sudah dihasilkan olehJurusan Hama Penyakit Tanaman dari FakultasPertanian Universitas Jember yaitu pupuk cair,pupuk granul, dan pupuk granul plus NEP.Aplikasi dari pupuk organik disini masih belummeluas. Hal ini dikarenakan pupuk organikdianggap kurang efektif. Penelitianmenunjukkan bahwa pengurangan dosis NPKsampai 50% dengan pemberian pupukorganik/pupuk hayati tidak mengurangipertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, danhasil umbi bawang merah (Suwandi et al.,2015).

Berdasarkan hal di atas maka sangatlahpenting dalam usaha meningkatkan hasilproduksi bawang merah denganmengkombinasikan pupuk organik untukmemperkaya kandungan bahan organikdidalam tanah dengan agen hayati dalammenanggulangi serangan hamanya dandiharapkan mampu mendukung konseppertanian berkelanjutan tanpa meninggalkandampak negatif terhadap lingkungan.

METODE

Rancangan PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam percobaanini adalah menggunakan Rancangan AcakKelompok (RAK) Faktorial, faktor pertama adalahbentuk pupuk organik (P) yang terdiri dari 3 bentuk(pupuk organik granul, pupuk organik granul plusBiopestisida “NEP”, dan pupuk organik cair), faktorkedua yaitu jenis agens hayati (A) yang terdiri dari 3jenis (Nematoda Entomopatogen Heterorhabditissp, Jamur Beaveria bassiana, dan Biopestisidanabati berbahan aktif Organema).

Kombinasi perlakuan yang di uji adalah 9kombinasi perlakuan dan 1 (tanpa perlakuan)bertindak sebagai kontrol, kemudian diulangsebanyak 4 kali, sehingga total kombinasi perlakuansebanyak 40 plot. Pola umum pengambilan sampeldengan menggunakan pola sistematik randomsampling. Unit pengambilan sampel adalah 10rumpun tanaman bawang merah pada tiap plotdengn menggunakan metode destruktif.Adapun faktor penelitian diuraikan sebagai berikut:

- Faktor Pertama: Bentuk Pupuk OrganikPo = Kontrol

P1 = Pupuk organik granul 600 kg / haP2 = Pupuk organik granul plus Biopestisida “NEP”600 kg / haP3 = Pupuk organik cair 2 liter / ha

- Faktor kedua : Jenis agens pengendali hayatiAo = KontrolA1 = NEP Heterorhabditis sp. 10.000.000 / 500 m2

A2 = Jamur Bauveria bassiana 3 g / 15 liter airA3 = Biopestisida nabati daun Mimba 4 liter/ haKombinasi perlakuan dari pupuk organik dan agenshayati sebagai berikut:

Denah penelitian

Ket: U = ulanganP = perlakuan

P0A0 = Tanpa perlakuan kombinasi(kontrol)

P1A1 = Pupuk Organik Granul 600 kg/hadan NEP Heterorhabditis sp.10.000.000 IJ / 500m2

P1A2 = Pupuk Organik Granul 600 kg/hadan Jamur Beauveria bassiana 3 g/ 15 liter air

P1A3 = Pupuk Organik Granul 600 kg/hadan Biopestisida nabati daunMimba 4 liter / ha

P2A1 = pupuk organik plus Biopestisida“NEP” 600 kg/ha dan NEPHeterorhabditis sp. 10.000.000

Jurnal ILMU DASAR, Vol.18 No. 2, Juli 2017 : 99-108 101

IJ/500m2

P2A2 = pupuk organik plus Biopestisida“NEP” 600 kg/ha dan JamurBeauveria bassiana 3 g / 15 literair

P2A3 = pupuk organik plus Biopestisida“NEP” 600 kg/ha dan Biopestisidanabati daun Mimba 4 liter / ha

P3A1 = Pupuk Organik Cair 2 liter / ha danNEP Heterorhabditis sp.10.000.000 IJ/500m2

P3A2 = Pupuk Organik Cair 2 liter / ha danJamur Beauveria bassiana 3 g / 15liter air

P3A3 = Pupuk Organik Cair 2 liter / ha danBiopestisida nabati daun Mimba 4liter / ha

Pengolahan tanahPengolahan tanah diperlukan untuk menggemburkantanah, memperbaiki drainase dan aerasi tanah,meratakan permukaan tanah, dan mengendalikangulma. Tanah di bajak dan dicangkul dengankedalaman 20 cm, kemudian dibuat plot-plot denganukuran panjang 16 m dan lebar 1,25 m dengan tinggiplot 25 cm . Jarak antar plot 40 cm. Tiap plot ada525 tanaman dengan jarak tanam 20 cm x 15 cm.

Gambar 1. Jarak antar plotPenanamanProses penanaman dilakukan dengan memasukkanbibit bawang merah dalam lubang tanam masing-masing satu buah umbi dengan bagian ujung meratadengan permukaan tanah. Selanjutnya umbi yangsudah di dalam lubang ditutupi dengan tanah tipis-tipis dan disiram hingga kondisi tanah cukuplembab.PengairanTanaman bawang merah memerlukan air yangcukup dalam pertumbuhannnya. Penyiramandilakukan setiap hari mulai awal tanam sampaimenjelang panen. Periode kritis kekurangan air padasaat pembentukan umbi berdampak mengurangiberat dari hasil panen bawang merah.Penyiangan dan penggemburan tanahPenyiangan dilakukan untuk membersihkan lahandari gulma atau tanaman pengganggu. Penyiangandapat dilakukan tiap 10 hari sampai saat panen.Penggemburan tanah dilakukan untuk menjaga agartanah tidak memadat. Kegiatan penggemburan tanahharus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusakperakaran tanaman bawang merah pada lapisantanah yang memadat. Penggemburan tanah bisa

dilakukan sebelum kegiatan pemupukan sehinggapemberian pupuk akan lebih efektif karena pupukbisa masuk kedalam tanah yang sudah gembur.PemupukanPemupukan pertama dilakukan pada saat sebelumtanam (pupuk dasar) sesuai dengan kombinasiperlakuan. Pemupukan selanjutnya dilakukan setiap7 hari sebanyak lima kali. Aplikasi pupuk dilakukandengan cara penyemprotan untuk pupuk yangberbentuk cair dan dengan cara ditaburkan secaramerata untuk pupuk yang berbentuk ganul.Aplikasi Agen Pengendali HayatiAplikasi agen hayati dilakukan pada saat 14 harisetelah tanam. Aplikasi selaanjunya tiap 5 hari sekalisebanyak enam kali aplikasia. Aplikasi Nematoda Entomopatogeneterorhabditis sp. dengan dosis 100.000 IJ/ plot.Aplikasi Nematoda Entomopatogen dilakukan tiap 5hari sekali. NEP dilarutkan dengan air, selanjutnyadisemprotkan pada tanaman.b. Aplikasi Jamur Bauveria bassiana dilakukan tiap5 hari sekali dengan dosis 3 g/ 15 liter air. Konidiajamur yang berbentuk tepung dilarutkan dengan air,selanjutnya disemprotkan pada tanaman.c. Aplikasi pestisida nabati daun mimba tiap 5 harisekali dengan dosis 20 ml / plot. Pestisida nabatidaun mimba dilarutkan dengan air, selanjutnyadisemprotkan pada tanaman.PemanenanBawang merah dipanen setelah usia 55 hari.Dilakukan pengambilan data untuk melihat beratbasah dari tanamandengan cara menimbang 10 tanaman dari masing-masing plot. Selanjutnya dilakukan pengeringankurang lebih satu minggu. Setelah kering dilakukanpengambilan data untuk melihat berat keringtanaman pada masing-masing plot.Pengamatan dataa. Populasi hama tanaman bawang merah pada tiappetak sampel. Pengamatan dilakukan pada 10tanaman contoh dari masing-masing plot.

Populasi hama tanaman di hitung satu harisebelum aplikasi dan 3 hari setelah aplikasi. Hasilperhitungan Penurunan populasi hama di hitungdengan menggunakan rumus:

Penurunan populasi = x 100%

A : Data Pengamatan H-1 (satu hari sebelumaplikasi)B : Data Pengamatan H+3 (tiga hari setelah aplikasi)b. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawangmerah yang meliputi tinggi tanaman, jumlah, jumlahumbi, dan berat dari tanaman. Pengamatandilakukan pada 10 tanaman contoh dari masing-masing plot, diamati setiap minggu sampaiseminggu sebelum panen.Analisis DataData diolah dengan Rancangan acak Kelompok(RAK). Kemudian untuk mengetahui apakahperlakuan tersebut berpengaruh apa tidak secara

102 Kombinasi Pupuk Organik ... (Agustini, dkk)

nyata, maka dilakukan uji F. Jika dari analisadidapatkan perbedaan pengaruh yang nyata makauntuk membedakan pengaruh dilakukan pengolahandata dengan uji Jarak berganda Duncan (α=5%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi larva Spodoptera exigua mulaimuncul pada pengamatan 7 hari setelah tanam,namun tidak menimbulkan kerusakan padatanaman. Pada hari ke 12 setelah tanam,populasi S. exigua sudah melebihi ambangekonomi yaitu dari 10 tanaman contoh ada 3sampai 4 tanaman terinfeksi, sehinggadiperlukan pengendalian untuk mencegahpopulasi S. exigua semakin meningkat.Pengamatan 12 hari setelah tanam sampaidengan 42 hari setelah tanam terlihat jumlahpopulasi terbanyak pada perlakuan kontrol(tanpa diberikan pupuk dan agens hayati)dibandingkan dengan sembilan kombinasiperlakuan. Daun yang sudah terinfeksi larva S.exigua tampak transparan dan tidak lamakemudian mengering.

Gambar 2. Telur S. exigua terlihat menempelpada daun

Gambar 3. Tanaman bawang merah yangterinfeksi hama Spodopteraexigua

Telur S. exigua yang diletakkan di dauntampak seperti gumpalan berwarna putihseperti kapas yang tertera pada Gambar 2, danakan menetas dalam waktu 3 hari. Telur

berbentuk bulat atau bulat telur (lonjong)dengan ukuran sekitar 0,5 mm, satu kelompokbiasanya berjumlah 50 – 150 butir telur,Kalshoven (1981). Tanaman bawang merahyang terinfeksi Larva S. exigua seperti padaGambar 3.

Data yang diperoleh dari perhitungan hamasebelum alikasi dan setelah aplikasi digunakanuntuk menghitung penurunan populasi hamayaitu jumlah hama H-1 dikurangi jumlah hamaH+3. Pengolahan data dan analisis datadilakukan dengan menggunakan program R.

Persentase penurunan hama S. exiguasetelah dilakukan aplikasi disajikan pada tabel1. Tabel 1 menunjukkan bahwa semuakombinasi perlakuan berbeda nyata dengankontrol. Persentase penurunan populasi S.exigua pada aplikasi 1 perlakuan kontrol adalah-19,58 %. Hal ini berarti terjadi penambahanpopulasi pada kontrol sebesar 19,58 %.Persentase penurunan populasi S. exigua yangtertinggi adalah pada kombinasi perlakuanP1A1 sebanyak 55,66 %, P2A1 sebanyak 53,18%, dan P3A1 sebanyak 54,91 %. Persentasepenurunan populasi S. exigua yang terendahpada kombinasi perlakuan P1A2 sebanyak5,105 %, dan P2A2 sebanyak 10,39 %.Kombinasi perlakua P3A2 terjadi penambahanhama sebanyak 2,89 %. Persentase penurunanpopulasi semua kombinasi perlakuan padaaplikasi 1 menunjukkan perbedaan tidak nyata.

Tabel 1. Penurunan populasi hama Spodopteraexigua

Keterangan: Angka-angka yang diikuti hurufsupercript yang sama pada kolom menunjukkantidak berbeda nyata pada Uji Duncan (α=5%)

Persentase penurunan populasi S. exiguapada aplikasi 2 menunjukkan adanyaperbedaan nyata antara semua kombinasiperlakuan dengan kontrol. Terjadi penambahanpopulasi hama sebesar 17,57 % pada kontrol.Kombinasi perlakuan P1A2, P2A2, dan P3A2

Jurnal ILMU DASAR, Vol.18 No. 2, Juli 2017 : 99-108 103

tidak beda nyata dengan kontrol. Persentasepenurunan populasi tertinggi pada kombinasiperlakuan P2A1 sebanyak 79,420 %, P2A3sebanyak 62,769 %, dan P1A1 sebanyak56,429 %. Penambahan populasi terjadi padakombinasi perlakuan P2A2 sebanyak 18,766%, P3A2 sebanyak 4,463 %, dan P1A2sebanyak 0,693 %.

Persentase penurunan populasi S. exiguapada aplikasi 3 menunjukkan adanyaperbedaan nyata antara kombinasi perlakuanP3A2 dengan kombinasi perlakuan yang lain.Persentase penurunan populasi tertinggi padakombinasi perlakuan P1A1 sebanyak 71,456%, P2A1 sebanyak 69,055 %, dan P3A1sebanyak 58,101 %. Kombinasi perlakuanP3A1 mengalami peningkatan dari 26,662 %pada aplikasi kedua menjadi 58,101 %,sedangkan kombinasi perlakuan P2A3mengalami penurunan dari 62,769% padaaplikasi 2 menjadi 34,485 %. Kombinasiperlakuan P3A2 populasi hama bertambahsebanyak 13,463 %, dan P2A2 populasi hamabertambah sebanyak 4,331 %.

Persentase penurunan populasi S. exiguapada aplikasi 4 menunjukkan adanyaperbedaan nyata antara beberapa kombinasiperlakuan. Kombinasi perlakuan P1A1, P1A2,P1A3, dan P3A2 tidak beda nyata. Kombinasiperlakuan P2A1, P2A3, P3A1, dan P3A3 tidakbeda nyata. Kombinasi perlakuan antara P1A1,P1A2, P1A3, dan P3A2 dengan kombinasiperlakuan P2A1, P2A3, P3A1, dan P3A3terdapat beda nyata. Kombinasi perlakuanP2A2 menunjukkan adanya beda nyata dengankombinasi perlakuan yang lain. Persentasepenurunan populasi tertinggi pada kombinasiperlakuan P3A1 sebanyak 83,251 %, P3A3sebanyak 70,314 %, P2A3 sebanyak 62,905 %,dan P2A1 sebanyak 61,024 %. Persentasepenurunan populasi terendah pada kombinasiperlakuan P3A2 sebanyak 4,230 % dan terjadipeningkatan populasi hama pada kombinasiperlakuan P1A2 sebanyak 11,465 %.

Persentase penurunan populasi hama S.exigua pada aplikasi 5 menunjukkan adanyaperbedaan nyata antara kombinasi perlakuanP1A2 dan P2A2 dengan kombinasi perlakuanyang lain. Persentase penurunan populasi hamatertinggi pada kombinasi perlakuan P2A1sebanyak 81,91 %, P3A1 sebanyak 74,95 %,P3A3 sebanyak 65,40 %, P1A1 sebanyak 59,25% dan P2A3 sebanyak 57, 68 %. Populasihama juga turun pada kombinasi perlakuanP1A3 sebanyak 38,42 % dan P3A2 sebanyak

14,31 %. Kombinasi perlakuan P1A2 terjadipeningkatan populasi hama sebanyak 13,869%, dan P2A2 sebanyak 14,65 %. Hal ini tidakbeda nyata dengan kontrol yang mengalamipenambahan populasi sebesar 0,66 %.

Persentase penurunan populasi S. exiguapada aplikasi 6 menunjukkan adanyaperbedaan nyata antara kombinasi perlakuanP2A2 dengan kombinasi perlakuan yang lain.Persentase penurunan populasi tertinggi padakombinasi perlakuan P2A1 sebanyak 88,962 %dan pada kombinasi perlakuan P2A2 terjadipeningkatan populasi hama sebanyak 34,524%. Kombinasi perlakuan P1A2, P2A2 danP3A2 tidak beda nyata dengan kontrol. Angka-angka yang bernilai negatif pada Tabel 1menunjukkan penambahan populasi S. exiguapada pengamatan satu hari sebelum aplikasi(H-1) dan 3 hari setelah aplikasi (H+3).

Secara umum berdasarkan rata-rata daridata persentase penurunan populasi S. exiguakarena pengaruh aplikasi dari masing-masingkombinasi perlakuan menunjukkan adanyabeda nyata pada kombinasi perlakuan P1A2,P2A2, dan P3A2 dengan kombinasi perlakuanyang lain. Kombinasi perlakuan pupuk granul+ B. Bassiana, pupuk granul plus + B.Bassiana, pupuk cair B. Bassiana, setelahdiaplikasikan tidak memberikan dampakpenurunan populasi hama S. exigua. Hal inidisebabkan karena B. bassiana meskipunmemiliki kisaran inang yang luas padaserangga sasaran, tetapi isolatnya di ambil darihama buah kopi, sehingga B.bassiana lebihefektif dalam menginfeksi dan mematikanhama. Tahapan dimulai dari inokulasi, yaitukontak antara propagul cendawan dengantubuh serangga, penempelan danperkecambahan, penetrasi, destruksi, dankolonisasi dalam hemolimfa, menginfeksisaluran makanan dan sistem pernapasan, barukemudian serangga akan mati. Pada umumnyaproses ini berlangsung selama 1-2 hari padakondisi lingkungan yang sesuai (Prasetyo danWagiyana, 2015).

Pemanfaatan jamur B.bassiana untukpengendalian S. exigua belum banyakdilakukan dan umumnya masih dalam tahappengembangan (Febrianasari et al., 2014). B.Bassiana mempunyai kisaran inang yang luasdan mampu menginfeksi serangga padaberbagai umur dan stadia perkembangan,namun tidak semua B. bassiana dapatmembunuh hama, melainkan hanya straintertentu yang virulen. Kenyataan tersebut

104 Kombinasi Pupuk Organik ... (Agustini, dkk)

merupakan kendala untuk aplikasi cendawanentomopatogen yang tidak dapat mapansendiri, karena perlu diaplikasikan beberapakali (Khasanah, 2013).

Persentase penurunan hama S. exigua darikombinasi perlakuan P1A1, P2A1, dan P3A1menunjukkan berbeda secara nyata denganP1A2, P2A2, dan P3A2. Pupuk organik granulyang dikombinasikan dengan agens pengendalihayati NEP (Heterorhabditis sp.), pupukorganik granul plus yang dikombinasikandengan NEP, dan pupuk organik cair yangdikombinasikan dengan NEP menunjukkanbeda tidak nyata. Ketiga kombinasi inimemperlihatkan nilai persentase penurunanpopulasi yang paling tinggi mulai dari aplikasi1 sampai aplikasi terakhir dari kombinasiperlakuan yang lain. Kisaran penurunanpopulasi hama S. exigua adalah 72,26 %, 63,89%, dan 56,32 %. Hal ini berarti bahwa NEP(Heterorhabditis sp.) lebih efektif untukpengendalian hama S. exigua. Hal ini sesuaidengan yang dilaporkan oleh Achmad bahwatingkat mortalitas S. exigua oleh NematodaEntomopatogen (NEP) 772 / 2 ml adalah 90 %(Agata et al., 2005).

Temperatur yang sesuai bagi perkembanganNematoda Entomopatogen adalah 23° C – 28°C dan akan terhambat jika temperatur berada dibawah 10° C dan di atas 33° C (Hayati, 2010).Suhu lingkungan pada saat dilakukanpenelitian berkisar antara 21° C - 28° C, sesuaidengan suhu yang dibutuhkan dalamperkembangan NEP. Perilaku Heterorhabditissp. untuk menemukan inang seperti penyerangyang memiliki kemampuan bergerak yangsangat tinggi, sehingga sangat memungkinkanuntuk menginfeksi hama S. exigua yang beradadi dalam daun.

Perkembangbiakan Heterorhabditis sp. jugasangat cepat, dan yang bersifat inaktif bersifathermaprodit, memiliki siklus hidup yang sangatsederhana yaitu memiliki stadium utama telur,juvenile, dan dewasa (Smart, 1995).Mekanisme patologi NematodaEntomopatogen pada saat masuk seranggainang yaitu dengan jalan penetrasi secaralangsung melalui kutikula kedalam hemocoelatau melalui lubang-lubang seperti spirakel,mulut, dan anus (Sulistyanto, 1999). Persentasepenurunan hama Spodoptera exigua darikombinasi perlakuan P1A3, P2A3, dan P3A3menempati urutan kedua setelah P1A1, P2A1,dan P3A1. Kisaran penurunan populasi hamaadalah 34,91 %, 44,36 %, dan 50,27 %. Hal ini

berarti pupuk organik granul, granul plus, dancair yang dikombinasikan dengan agens hayatiberupa pestisida nabati dari ekstrak daunmimba berbeda nyata dengan kombinasiperlakuan P1A2, P2A2, P3A2 dan tidakberbeda nyata dengan kombinasi perlakuanP1A1, P2A1, dan P3A1.

Agen hayati berupa pestisida nabati dariekstrak daun mimba yang dikombinasikandengan pupuk organik granul dan cair padapenelitian ini mampu menekan pertumbuhanhama sampai kurang lebih 50 %. Hal ini sesuaidengan beberapa laporan penelitian yangmenyatakan bahwa keefektifan pestisida nabatidari ekstrak daun mimba sebagai larvisida(pembunuh larva) terhadap mortalitas ulat jarakmencapai 79,7 % sampai 100 % (Subiyakto,2009). Insektisida nabati mimba berpengaruhnyata terhadap mortalitas larva Plutellaxylostella pada pengamatan jam ke-24 setelahaplikasi (Rumpumbo, 2010).

Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik danAgen Pengendali Hayati TerhadapPertumbuhan Tanaman Bawang MerahTinggi tanaman diukur dari pangkal umbisampai ujung daun tertinggi dari 10 tanamansampel. Hasil pengolahan data untukpengukuran tinggi tanaman bawang merah daribeberapa pengamatan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman bawangmerah/10 tanaman sampel padaberbagai pengamatan

Keterangan: Notasi angka yang diikuti hurufsupercript yang sama pada kolom yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncanpada taraf (α=5%)

Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis 12 harisetelah tanam menunjukkan bahwa kombinasiperlakuan sangat nyata meningkatkan tinggitanaman bila dibandingkan dengan kontrolyaitu 12.32 cm, kecuali kombinasi perlakuanP3A1 (pupuk organik cair + NEP) dengantinggi rata-rata 11.67 cm. Kombinasi perlakuanP1A3 (pupuk organik granul + mimba) dan

Jurnal ILMU DASAR, Vol.18 No. 2, Juli 2017 : 99-108 105

P2A1 (pupuk organik granul plus + NEP)memberikan hasil tinggi tanaman yang samayaitu 13.72 cm dan 13.87 cm. Tinggi tanamanpada kombinasi P1A3 dan P2A1 merupakankelompok pertama (paling tinggi)dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain.Sedangkan kelompok terakhir adalah padakombinasi P3A1, yaitu 11.67 cm.

Pengamatan pertumbuhan tanaman padapengamatan pertama yaitu 12 hari setelahtanam (hst) sampai pengamatan 37 hari setelahtanam (hst) menunjukkan bahwa terjadipeningkatan tinggi tanaman. Sedangkan padapengamatan terakhir yaitu pada 42 hari setelahtanam menunjukkan bahwa semua kombinasiperlakuan sangat nyata meningkatkan tinggitanaman dibandingkan dengan kontrol yaitu26,15 cm. Kombinasi perlakuan P2A1 (pupukorganik granul plus + NEP), mampumemberikan pengaruh yang paling tinggiterhadap tinggi tanaman yaitu mencapai 34,73cm, yang kedua adalah pada kombinasiperlakuan P1A1 dengan tinggi 33,30 cm.Tinggi tanaman yang paling rendah padasemua kombinasi perlakuan adalah P3A2(pupuk organik cair + Beauveria bassiana)yaitu 31,388 cm.

Hasil pengamatan menunjukkan tingginyapopulasi hama S. Exigua sangat berpengaruhpada hasil pengamatan tinggi tanaman bawangmerah. Persentase penurunan hama palingtinggi yaitu pada kombinasi perlakuan P2A1memperlihatkan data tinggi tanaman yangpaling optimal diantara kombinasi perlakuanyang lain. Bagian ujung daun hampir semuatanaman pada kombinasi perlakuan P1A2,P2A2, dan P3A2 mengering karena tingginyaserangan hama. Hal ini menyebabkanpengukuran tidak sampai pada ujung daun.

Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik danAgen Pengendali Hayati Terhadap Jumlahdaun tanaman bawang merah.Daun merupakan organ vegetatif pada tanamanyang berperan penting dalam prosesfotosintesis, pengambilan zat-zat yangdibutuhkan tanaman, pengolahan zat-zatmakanan, penguapan air, dan pernapasan(Sumami dan Hidayat, 2005). Jumlah daundalam penelitian ini dihitung dengan caramengambil 10 tanaman sampel pada tiapkombinasi perlakuan dan dihitung seluruhdaunnya, setelah itu dirata-rata. Hasilpengamatan pertumbuhan jumlah daundisajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah/10 tanaman sampel pada berbagaipengamatan.

Keterangan : Notasi angka yang diikuti huruf supercript yang sama pada kolom yang sama menunjukkantidak berbeda nyata ( LSD 5%)

Parameter jumlah daun pada berbagaikombinasi perlakuan mulai pengamatanpertama 12 hari setelah tanam sampaipengamatan terakhir 42 hari setelah tanammemberikan pengaruh yang nyatadibandingkan dengan kontrol. Pada umur

tanaman 12 hari setelah tanam, jumlah dauntertinggi terdapat pada kombinasi perlakuanP2A1 (pupuk organik granul plus + NEP) yaitu11,400 daun dan yang kedua pada kombinasiperlakuan P1A2 (pupuk organik granul +Beauveria bassiana) yaitu 11,150 daun. Jumlah

106 Kombinasi Pupuk Organik ... (Agustini, dkk)

daun paling sedikit terdapat pada kombinasiperlakuan P3A3 (pupuk organik cair + mimba)yaitu 10,625 daun. Kombinasi perlakuan padaP1A1, P1A3, P2A2, P2A3, P3A1, dan P3A2menunjukkan pertumbuhan jumlah daun yanghampir sama yaitu antara 10.500 sampai11.000 daun.

Jumlah daun ini melebihi jumlah daun padaP0A0 (kontrol) dan kurang dari kombinasiperlakuan pada P2A1 dan P1A2. Padapengamatan pertama, perbedaan jumlah daunbelum begitu tampak, karena aplikasi pupukyang dikombinasikan dengan agens hayatimasih dilaksanakan 1 kali. Pada pengamatan37 hari setelah tanam, kombinasi perlakuanantara P1A1, P1A2, P2A1 dan P3A3, P3A1,P1A3 berpengaruh nyata terhadappertumbuhan jumlah daun. Kombinasiperlakuan P1A2 dan P3A3, P1A3, P2A2,P2A3, dan P3A2 berpengaruh tidak nyataterhadap pertumbuhan jumlah daun. Jumlahdaun terbanyak adalah pada kombinasiperlakuan P1A1 (pupuk organik granul + NEP)dengan jumlah daun 29,725 buah. Sedangkanjumlah daun paling sedikit terdapat padakombinasi perlakuan P3A3 (pupuk organik cair+ mimba) yaitu 25,450 daun.

Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik danAgen Pengendali Hayati Terhadap JumlahUmbiPengamatan jumlah umbi pada tanamanbawang merah, dilakukan dengan mengambil10 tanaman bawang merah, menghitung jumlahumbinya, dan dirata-rata. Rata-rata jumlahumbi tanaman bawang merah/ 10 tanamansampel pada berbagai pengamatan disajikandalam Tabel 4.Tabel 4. Rata-rata jumlah umbi tanaman

bawang merah/10 tanaman sampelpada berbagai pengamatan.

Keterangan : Notasi angka yang diikuti hurufsupercript yang sama pada kolom yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata menurut ujiDuncan taraf (α=5%)

Berdasarkan Tabel 4 didapatkan bahwasemua kombinasi perlakuan pada beberapapengamatan berbeda nyata menaikkan jumlahumbi bawang merah dibandingkan kontrol.Pada pengamatan pertama kombinasi perlakuanP3A3 berbeda nyata dengan kombinasiperlakuan P2A1 dan P1A3. Pada pengamatanyang ketiga kombinasi perlakuan P2A1berbeda nyata dengan kombinasi perlakuanP3A2 dan P3A3. Secara umum dari semuakombinasi perlakuan tidak berbeda nyatameningkatkan jumlah umbi dari tanamanbawang merah.

Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik danAgen Pengendali Hayati Terhadap BeratBasah dan Berat Kering Tanaman BawangMerahBerat basah umbi bawang merah dihitungdengan menimbang 10 tanaman sample dandirata-rata sehingga dihasilkan berat basah pertanaman. 10 tanaman sampel dari semuakombinasi perlakuan di jemur kurang lebih satuminggu untuk mendapatkan berat kering. Beratbasah dan berat kering per plot perlakuandidapatkan dari berat basah dan berat keringper tanaman dikalikan jumlah tanaman bawangmerah dalam satu plot. Hasil dari berat basahdan berat kering umbi bawang merah disajikandalam Tabel 5.

Tabel 5. Berat basah dan berat kering umbitanaman bawang merah

Keterangan: Angka-angka yang diikuti hurufsupercript yang sama pada kolom yang samamenunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan(α=5 %)

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwakombinasi perlakuan berbeda nyatameningkatkan berat basah dan berat keringdibandingkan kontrol. Perlakuan kontrolmemiliki berat basah terendah yaitu 11156,25gatau 11,2 kg dan berat kering terendah yaitu8728,125g atau 8,73 kg per plot. Kombinasiperlakuan yang menghasilkan berat basah danberat kering tertinggi adalah P2A1 yaitu beratbasah 17718,75g atau 17,7 kg dan berat kering

Jurnal ILMU DASAR, Vol.18 No. 2, Juli 2017 : 99-108 107

16931,25g atau 16,9 kg. Kombinasi perlakuanP2A1 berbeda nyata meningkatkan berat basahdan berat kering dibandingkan dengankombinasi perlakuan yang lain. Kombinasiperlakuan yang menghasilkan berat basah danberat kering terendah adalah P3A2 denganberat basah 12600 g atau 12,6 kg dan beratkering 11746 g atau 11,75 kg dan P3A3 denganberat basah 13125 g atau 13kg dan berat kering11943 g atau 11,9 kg.

Pupuk organik mempunyai manfaat untukmeningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dn jumlah air yang tersedia bagitanaman serta sebagai sumber energi bagi jasadmikro dan tanpa adanya pupuk organik semuakegiatan biokimia akan terhenti (Sumami danHidayat, 2005). Selain itu, pupuk organikmempunyai peranan penting dalam

mempertahankan kesuburan fisik, kimia, danbiologi tanah.

Tanah yang kaya bahan organik bersifatlebih terbuka sehingga aerasi tanah lebih baikdan tidak mudah mengalami pemadatandibandingkan dengan tanah yang mengandungbahan organik rendah. Berdasarkan hasilpengamatan pada pertumbuhan dan hasilproduksi bawang merah pada penelitian ini,perlakuan pupuk cair berpengaruh sangatrendah dibandingkan dengan pupuk granul(Gambar 3). Rendahnya pengaruh perlakuanpupuk organik cair diduga karena setelahaplikasi pupuk sering terjadi hujan. Curahhujan yang tinggi menyebabkan banyak harayang hilang terbawa aliran air ke lapisan bawah(perkolasi) sehingga kurang efisien dalampemberian pupuk (Rahayu, 2012).

Gambar 3. Berat basah dan berat kering dari tanaman bawang merah

Pertumbuhan dan hasil produksi bawangmerah juga rendah pada perlakuan agen hayatiB. Bassiana. Hal ini disebabkan karenaketidakberhasilan agen pengendali hayati B.Bassiana dalam menekan pertumbuhan hamaSpodoptera exigua, sehingga menyebabkankerusakan yang parah pada daun dan dampakberikutnya adalah pembentukan umbi dan beratumbi yang tidak maksimal.

Secara keseluruhan berat basah dan beratkering dari tanaman bawang merah padapenelitian ini rendah. Hal ini disebabkankarena pemanenan dilakukan lebih awal saatusia tanaman bawang merah 45 hari. Hujanderas selama 3 hari berturut-turutmenyebabkan hampir semua daun tanamanbawang merah roboh. Tindakan pemanenan

harus segera dilakukan untuk menghindaripembusukan pada daun yang roboh. Prosespengeringan juga mengalami hambatan karenatidak bisa mengandalkan sinar mataharisepenuhnya pada musim hujan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian aplikasi kombinasipupuk organik dan agen hayati di KecamatanGending Kabupaten Probolinggo dapatdisimpulkan bahwa aplikasi kombinasi pupukorganik granul plus NEP dan agen hayati NEPHeterorhabditis sp. menurunkan populasi hamaSpodoptera exigua sampai 72,260%. Aplikasikombinasi pupuk organik granul plus NEP danagen hayati NEP Heterorhabditis sp.

108 Kombinasi Pupuk Organik ... (Agustini, dkk)

meningkatkan pertumbuhan tanaman bawangmerah lebih optimal. Jadi kombinasi pupukorganik granul plus NEP dan agen hayati NEPHeterorhabditis sp. (P2A1) lebih efektifdibandingkan dengan kombinasi yang lain.

DAFTAR PUSAKA

Agata, J., Just, M. V, & Jadwiga, Z. 2005.Characterization Of ANucleopolyhedrovirus Isolated From TheLabolatory Rearing Of The BeetArmyworm Spodoptera exigua (Hbn.) InPoland. Journal of Plant ProtectionResearch. 44 (4)

Febrianasari, R., Tarno, H, dan Afandhi, A.2014. Efektivitas Klorantranilprol danFlubendiamid Pada Ulat Bawang Merah(Spodoptera exigua Hubner) (Lepidoptera:Noctuidae). Jurnal HPT, 2 (4)

Hayati, E. 2010. Pengaruh pupuk Organik danAnorganik Terhadap Kandungan LogamBerat Dalam Tanah dan Jaringan TanamanSelada. J. Floratek. 5 : 113 – 123

Kalshoven, L.G.E. 1981. The pests of Crop InIndonesia Revised by VanDerlaan. Jakarta: PT. Letiar Baru-VanHoeve. 701 p.

Khasanah, N, 2013. Virulensi CendawanEntomopatogen Beauveria bassiana Vuill.Lokal Sulawesi tengah Untuk PengendalianSpodoptera exigua (Lepidoptera :Noctuidae) pada Pertanaman BawangMerah. e-J. Media Litbang Sulteng, 6 (1) :24-32

Prasetyo, F & Wagiyana., S. 2015. EfektivitasAgens Pengendali Hayati (APH) danInsektisida Sintetik Untuk PengendalianHama Spodoptera exigua (Hubner) PadaTanaman Bawang Merah di Desa MatekanKabupaten Probolinggo. Skripsi. FakultasPertanian, Universitas Jember.

Rahayu, S. 2012. Respon Aplikasi PupukOrganik Terhadap Pertumbuhan Dan HasilBeberapa Varietas Tanaman BawangMerah (Allium ascalonicum.L) . JurnalAgri-tek, 13 (1)

Rahayu, E & Berlian, N. 2003. Bawang Merah.Jakarta: Penebar Swadaya

Rosmini & Nasir, B. 2013. Pemanfaatan JamurEntomopatogen Beauveria bassiana LokalSulawesi Tengah Untuk PengendalianSpodoptera exigua dan Lyriomisa chinensisHama Endemik Pada Bawang Merah diSulawesi Tengah. J. Agroland 20 (1) : 37 –45

Rumpumbo, M. 2010. Pengujian Ekstrak BijiMimba (Azadirachta indica A Juss)Terhadap Hama Ulat Daun (Plutellaxylostella) Pada Tanaman Kubis. Skripsi.Fakultas Pertanian dan Teknologi PertanianUniversitas Negeri Papua.

Simanungkalit., Suriadikarta., Saraswati.,Setyorini, & Hartatik. (2006). PupukOrganik Dan Pupuk Hayati. Balai BesarPenelitian dan Pengembangan SumberdayaLahan Pertanian. Bogor, Jawa Barat.

Smart, G. C. 1995. EntomopathogenicNematodes for the Biological Control ofInsects Supplement to the Journal ofNematology 27(4S):529-534.

Subiyakto. 2009. Ekstrak Biji Mimba SebagaiPestisida Nabati: Potensi, Kendala, danStrategi Pengembangannya. BalaiPenelitian Tanaman Tembakau dan Serat.Perspektif , 8 (2): 108-116

Sudarmadji. 2004. Pengantar IlmuLingkungan. Edisi Ketiga. Jember:Universitas Jember

Sulistyanto, D. 1999. NematodaEntomopatogen, Steinernema spp. danHeterorhabditis spp. Isolat Lokal sebagaiPengendali Hayati Serangga HamaPerkebunan. Makalah Lustrum UniversitasJember. Jember: Universitas Jember.

Sumarni, N. & Hidayat, A. 2005. BudidayaBawang Merah Panduan Teknis PTTBawang Merah No.3 Cetakan Pertama.Bandung : Balai Penelitian TanamanSayuran.

Suwandi., Sopha, G.A, & Yufdy, M.P. 2015.Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik,NPK, dan Pupuk Hayati terhadapPertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. J.Hort, 25 (3): 208-221.