Post on 21-Apr-2023
LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAMMENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA
Silvia Rahmelia1
Prof. Dr. H. Endang Danial, M.Pd., M.Si.2
Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.Si. 3
Email: silviarahmelia@gmail.com
Abstract: The Environtment Base on ICT as Learning Resources withinFostering Student’s Civic Disposition
Nowdays, development of ICT (information and communicationtechnology) constitute to a non-negotiable matter. ICT become sectionfrom culture environtment that produced by dynamic society’s pattern. ICTcharacter’s extremely powerful concerning to the social order of societyincluded education, excatly teaching learning’s process. Civic Education asa branch of knowledge try to connect students for global competition bytheir ICT’s competence that can be equal with citizenship character. Grandtheory that used in this research is learning theory by Winkel. He said that‘learning as an active interaction with environtment, that produce value-attitude change’. Then, a research in SMKN 13 Bandung prove thatutilization of ICT’s environtment already fostering student’s civicdisposition that is character like honesty, be autonomous, responsible,discipline, democratic, and polite.
Keywords: ICT, learning resources, civic disposition
Abstrak: Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajardalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa
Dewasa ini perkembangan ICT merupakan hal yang tidakdapat ditawar lagi. ICT telah menjadi bagian dari
1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI2 Penulis Penanggung Jawab, dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI3 Penulis Penanggung Jawab, dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI
lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamikamasyarakat. Peranannya begitu kuat terhadap tatanankehidupan termasuk dunia pendidikan, khususnya prosesbelajar mengajar. PKn sebagai salah satu disiplin ilmuberusaha menjembatani siswa untuk dapat bersaing di eraglobal melalui kemampuan ICT yang dapat diimbangidengan bekal karakter kewarganegaraan. Grand teoriyang digunakan dalam penelitian ini ialah teori belajarWinkel. Dia menjelaskan bahwa “belajar adalah suatuinteraksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkanperubahan tingkah laku”. Penelitian ini dilakukan diSMKN 13 Bandung, dengan menggunakan pendekatankualitatif dan metode studi kasus. Kemudian, hasilpenelitian di SMKN 13 Bandung membuktikan bahwapenggunaan lingkungan berbasis ICT telah mengembangkancivic disposition siswa yakni berupa karakter jujur, mandiri,tanggung jawab, disiplin, demokratis, dan sopan santun.
Kata Kunci: ICT, Sumber Belajar, Civic Disposition
PENDAHULUANPendidikan pada hakikatnya harus dimaknai sebagai
proses belajar mengajar yang lebih dari sekadar
kegiatan guru dan siswa di kelas secara tertutup
(pengajaran). Akan tetapi, sudah selayaknya pendidikan
ditafsirkan secara aplikatif menjadi proses
pembelajaran yang tidak lagi mengenal kelas dalam arti
konvensional. Pembelajaran yang ideal dewasa ini
mencakup kegiatan belajar mengajar yang turut serta
menanamkan sejumlah aspek moral ke dalam jiwa peserta
didik dalam rangka pembentukan watak kewarganegaraan.
Interaksi edukatif berbasis moralitas sangat
dibutuhkan peserta didik. Hal ini mengingat kebutuhan
kompetensi masa depan peserta didik sebagaimana
diperinci dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum, sebagai berikut.
Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaituantara lain kemampuan berkomunikasi, berpikirkritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilaidan moral Pancasila agar menjadi warga negara yangdemokratis dan bertanggung jawab, toleran dalamkeberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global,memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapanuntuk bekerja, kecerdasan sesuai denganbakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan.
Dalam menciptakan interaksi edukatif melalui
proses pembelajaran diperlukan sumber belajar yang
variatif. Dengan alasan bahwa setiap sumber belajar
menghasilkan kompetensi tertentu pada diri peserta
didik. Semakin variatif sumber belajar yang digunakan
guru, semakin besar pula peluang ketercapaian
kompetensi peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan
variasi sumber belajar yang digunakan guru dapat memacu
tingkat berpikir siswa melebihi tataran teoritis.
Dewasa ini, ICT (Information and Communication
Technology) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
istilah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan telah memacu perubahan
hampir di setiap aspek kehidupan termasuk di dalamnya
dunia pendidikan. Teknologi menjadi bagian dari
lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika
masyarakat. Kehadirannya telah melahirkan berbagai
kemudahan sehingga dapat memberikan peningkatan
efektifitas dan efisiensi kinerja.
Teknologi sebagai bentukan dari lingkungan budaya
telah menciptakan tatanan nilai dan norma yang baru
dalam masyarakat. Kemajuan ICT telah mempengaruhi
kehidupan warga negara. “.. ICTs do not necesarilly produce new
citizens but that they do provided for new and important citizenship
practice (Hermes 2006:295)”. ICT tidak selalu
menghasilkan warga negara baru tetapi ICT menyediakan
hal yang baru dan penting bagi praktik kewarganegaraan.
Dengan demikian, pendidikan harus mampu menjadi wadah
untuk membelajarkan peserta didik agar memiliki
kebiasaan baik dalam memanfaatkan kecanggihan
teknologi.
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan ICT
sebagai sumber belajar sangat dibutuhkan, terutama
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
terkait misi nasionalnya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui koridor value-based education. Karena
dituntut untuk melakukan pembelajaran berbasis nilai,
dalam Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan pula
kompetensi kewarganegaraan siswa terutama watak
kewarganegaraannya (civic disposition). Watak
kewarganegaraan ini mencakup nilai-nilai seperti
disiplin, bertanggung jawab, percaya diri, jujur,
mandiri, dan sebagainya.
Pembelajaran berbasis ICT terutama pada mata
pelajaran PKn, telah lama diterapkan di SMKN 13
Bandung. Penggunaan ICT ini tidak sekedar pengadaan LCD
proyektor atau perangkat komputer semata. Akan tetapi
sekolah ini telah lama mengembangkan jaringan sekolah
sendiri untuk berbagi informasi tentang materi
pembelajaran. Baik itu berupa penggunaan internet
sebagai sumber belajar, mengirim tugas lewat email,
forum diskusi pada web sekolah, hingga UJON (Ujian
Online) melalui jaringan On-LAN (local area network)
yang dikembangkan oleh sekolah secara swadaya.
Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh
Ella Dewi Latifah tentang ‘Pembelajaran PKn Berbasis
Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan
Siswa”, didapatkan hasil bahwa “pada akhirnya apabila
pemanfaatan media ICT berjalan dengan baik maka
kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan
media ICT dalam pembelajaran PKn akan berdampak
positif” (Latifah, 2013: 45).
Adapun hal yang menjadi perbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang baru saja
dilakukan oleh peneliti ialah pada posisi sumber
belajar dan media pembelajaran. Media pembelajaran pada
dasarnya dapat menjadi bagian dari sumber belajar
secara lebih luas. Disamping itu, variabel yang menjadi
dampak pemanfaatan ICT dari penelitian terdahulu ialah
kompetensi kewarganegaraan siswa secara generik.
Sedangkan dalam penelitian ini penekanannya berada pada
ranah spesifik mengenai civic disposition atau watak
kewarganegaraan. Sehingga hasil penelitian lebih fokus
pada memerinci serta membuktikan dalam prosentase
mengenai pemanfaatan ICT ke dalam satu per satu
karakter yang menjadi indikator civic disposition.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan, menggali, mengkaji, dan
mengorganisasikan informasi tentang pemanfaatan sekolah
berbudaya lingkungan berbasis ICT mencakup: (1) proses
pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber
belajar dalam mata pelajaran PKn, yakni bagaimana
proses dan kapabilitas guru dalam menafaatkan ICT
sebagai sumber belajar (2) pemanfaatan lingkungan
berbasis ICT sebagai sumber belajar dalam rangka
mengembangkan civic disposition siswa, yakni bagaimana guru
mengembangkan karakter siswa ketika memanfaatkan ICT
sebagai sumber belajar.
METODEPenelitian ini menggunakaan pendekatan kualitatif
dengan diperkuat data kuantitatif. Dalam penelitian
kualitatif terlihat perbedaan karaktersitik, salah
satunya ialah menyelidiki suatu permasalahan dan
mengembangkan suatu pemahaman yang terperinci dari
suatu fokus kejadian. Demi mempermudah dalam menjawab
pertanyaan penelitian dipilihlah pendekatan kualitatif
dengan alasan sebagai berikut.
Pertama, peneliti bermaksud mengungkap satu
fenomena mengenai perkembangan ICT sebagai suatu
lingkungan budaya jika digunakan dalam pembelajaran
PKn. Peneliti membutuhkan gambaran keseluruhan mengenai
perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan yang
digunakan sebagai sumber belajar. Demi mendapatkan
gambaran yang menyeluruh, pendekatan kualitatif dirasa
cocok untuk digunakan mengingat deskripsi data yang
dibutuhkan.
Kedua, peneliti menganggap pemanfaatan lingkungan
berbasis ICT sebagai sumber belajar merupakan salah
satu upaya dalam mengembangkan civic disposition siswa.
Dengan alasan bahwa ICT sebagai suatu lingkungan budaya
yang dihasilkan dari dinamika pengetahuan masyarakat
mengandung unsur-unsur nilai baru sebagai bentuk
pergeseran dari perkembangan ilmu pengetahuan.
Ketiga, bahwa penelitian kualitatif mengungkap siapa
dan apa yang hendak diteliti mencakup berbagai contoh
kasus yang bersumber dari fenomena proses sosial.
Keempat, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, karena bertujuan untuk memahami masalah
atau keadaan dari sekelompok individu atau orang.
Sementara itu metode yang digunakan dalam
penelitian ini ialah studi kasus. Studi kasus terfokus
pada satu kesatuan tunggal untuk menghasilkan deskripsi
yang mendalam, beraneka ragam, dan holistik. Pertanyaan
yang mendasarinya adalah apa karakteristik dari suatu
kejadian khusus, fenomena, orang, atau keadaan. Studi
kasus secara khas memasukkan beragam sumber dari data
yang dikumpulkan sepanjang waktu penelitian. Sesuai
dengan aspek yang hendak diteliti mengenai lingkungan
berbasis ICT serta perannya dalam mengembangkan civic
disposition siswa, maka metode studi kasus ini dianggap
relevan untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti,
karena sifatnya mengungkap suatu interksi atau fenomena
tertentu.
Sementara untuk pengumpulan data, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi untuk data kualitatif.
Kemudian angket dan pengukuran sikap untuk data
kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HasilSMK Negeri 13 Bandung sebagai sekolah yang
memiliki visi “Menjadi Sekolah Menengah Kejuruan
Bertaraf Internasional yang Berbudaya Lingkungan”
berusaha meningkatkan proses pembelajaran dengan
menerapkan misi pembelajaran lingkungan berbasis ICT
(Information and Communication Technology) dan bilingual.
Berdasarkan data yang dicapai melalui proses observasi,
lingkungan yang ditemukan di SMKN 13 Bandung sendiri
meliputi lingkungan alam dan lingkungan budaya.
Lingkungan alam disini maksudnya adalah lingkungan
hidup sekitar sekolah yang dikembangkan dengan
pembiasaan program ekstrakurikuler Sistaling (Siswa
Pencinta Lingkungan) dan kegiatan “Rabu Bersih”.
Sementara yang ditekankan dalam penelitian ini ialah
lingkungan budaya, yakni budaya sekolah berbasis ICT.
Sesuai salah satu program keahlian di sekolah ini yaitu
Teknik Komputer Jaringan dan Analis Kimia, sudah
merupakan kewajiban untuk melekatkan diri dengan
teknologi mengingat titel sekolah kejuruan yang juga
disandang sekolah ini.
Lingkungan berbasis ICT yang menjadi identitas SMK
Negeri 13 Bandung mulai mencuat ketika dicanangkannya
program UJON (Ujian Online). SMK Negeri 13 Bandung
sendiri merupakan sekolah pertama di kota Bandung yang
menyelenggarakan ujian secara online. Program UJON
dilaksanakan sebagai salah satu karakter yang
dimunculkan sekolah ini, yaitu paperless. Paperless sendiri
atau ujian tanpa kertas, dilatarbelakangi oleh
kekhawatiran akan penggandaan soal yang secara tidak
langsung membuang ribuan pohon untuk dijadikan bahan
baku kertas. Selain itu pula terkait efektifitas dan
efisiensi dari segi waktu dan pembiayaan yang
dikategorikan boros, ketika sekolah banyak menggunakan
kertas.
Program ujian on-LAN (Local Area Network) yang
dikembangkan SMK Negeri 13 Bandung sejak 2009.
Sebelumnya sekolah ini mencoba mengembangkan ujian
secara online, yakni melalui internet secara langsung.
Akan tetapi dikarenakan banyak kendala terkait
jaringan, maka guru-guru TIK berkoordinasi dengan
Koordinator Kompetensi TKJ dan Panja Laboratorium TKJ
untuk mengembangkan jaringan berbasis sekolah, inilah
yang dinamakan ujian secara on-LAN yakni dengan
melibatkan website sekolah. Guru dan siswa sendiri bisa
mengaksesnya melalui akun yang telah dibuat.
Selain karena pelaksanaan UJON yang telah
diidentikkan dengan SMK Negeri 13 Bandung, lingkungan
berbasis ICT yang ditemukan di sekolah ini ialah
fasilitas free hotspot di setiap penjuru sekolah. Hal ini
bertujuan memudahkan siswa mengakses internet. Maka
dari itu mengapa lingkungan berbasis ICT ini dikatakan
bagian dari lingkungan budaya, indikatornya dilihat
dari kebiasaan siswa yang mengakses internet di
koridor-koridor sekolah ketika jam-jam istirahat atau
bahkan hingga sepulang sekolah. Hal ini sudah menjadi
kebiasaan yang membudaya di SMK Negeri 13 Bandung
sebagai sekolah berbasis ICT.
Berdasarkan temuan hasil penelitian di lapangan
yang didapatkan melalui wawancara kepada 2 orang guru
PKn, yaitu Dra. Tini Sugiartini, M.Pd., dan Maya
Kusmayanti, S.Pd; kemudian Kepala Sekolah Anne
Sukmawati KD, M.M.Pd.; dan beberapa orang siswa siswi
SMK Negeri 13 Bandung. Hasil wawancara dijabarkan
sekaligus menjawab poin-poin rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Kompetensi Guru PKn dalam Memahami Arti dan Fungsi
ICT
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah
Ibu Anne Sukmawati KD, M.M.Pd, hampir seratus persen
guru-guru di SMK Negeri 13 Bandung telah memahami arti
dan fungsi ICT dalam pembelajaran. Hal ini dapat
dikategorikan ke dalam kompetensi kemelekan guru
terhadap ICT. Karena selain tuntutan sebagai seorang
guru yang harus menguasai perkembangan teknologi, di
SMK Negeri 13 Bandung yang berbasis ICT sudah tentu
merupakan kewajiban bagi guru untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi dan kemelekannya terhadap ICT.
Hal ini dimaksudkan agar guru lebih interaktif dalam
pembelajaran. Kemudian akses informasi untuk tambahan
sumber belajar menjadi lebih kaya dan aktual, serta
dengan perangkat ICT yang tersedia guru lebih mudah
menyampaikan materi kepada siswa.
Sebagai seorang guru PKn, sudah merupakan
kewajiban untuk senantiasa memperkaya informasi
mengenai hukum, politik, kenegaraan, juga nilai dan
moral. Maka dari itu, kemelekan guru PKn terhadap ICT
sangatlah penting. Makna kemelekan disini sebagaimana
ditemukan dari hasil wawancara baik dengan Kepala
Sekolah maupun dengan guru PKn sendiri ialah meliputi
pemahaman guru mengenai perkembangan ICT, serta
pengetahuannya mengenai alat-alat yang menjadi komponen
ICT.
Menurut kacamata Ibu Tini Sugiartini, M.Pd., dan
Ibu Maya Kusmayanti, S.Pd., ICT atau TIK sendiri
merupakan bentuk perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan manusia untuk memudahkan
segala bentuk aktivitas kehidupan. ICT juga merupakan
teknologi yang membuat informasi menjadi mudah untuk
diakses serta dapat menghubungkan manusia satu sama
lain. ICT mengubah bagaimana manusia belajar dan
mendapatkan informasi, sehingga ICT sejatinya berfungsi
untuk membuka akses informasi. ICT bisa berarti alat
komunikasi seperti halnya handphone, smartphone, komputer,
laptop, LCD proyektor, dan screen.Kemudian juga alat
audiovisual televisi, hingga yang abstrak seperti
internet.
b. Lingkungan BerbasisICT sebagai Sumber Belajar PKn
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,
fasilitas berbasis ICT yang diunggulkan di SMK Negeri
13 Bandung adalah jaringan on-LAN (Local Area Network)
mandiri yang dikembangkan secara swadaya oleh sekolah.
Bertolak dari pengembangan jaringan tersebut, proses
perencanaan pembelajaran PKn oleh guru dapat dengan
mudah dilakukan. Setelah pelaksanaan in house training
untuk perancangan pembelajaran secara keseluruhan, guru
kemudian melakukan langkah identifikasi terhadap tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai siswa. Tujuan
pembelajaran tersebut dituangkan menjadi materi
pembelajaran yang disiapkan guru dengan memanfaatkan
ICT, lebih khususnya menggunakan perangkat seperti
halnya laptop dan internet. Kedua fasilitas tersebut
telah tersedia di sekolah dan dapat digunakan oleh
semua guru secara teratur dan terjadwal. Setelah itu
baru guru memanfaatkan fasilitas e-learning yang
terintegrasi dengan website sekolah untuk meng-upload
materi pembelajaran baik dalam bentuk modul pdf maupun
power point. Setelah perencanaan, kemudian guru
melaksanaan pembelajaran PKn di kelas dengan
memanfaatkan fasilitas ICT yang telah tersedia di
sekolah, yaitu LCD proyektor dan screen. Dalam pelajaran
PKn memang lebih banyak materi yang dibutuhkan,
sehingga memerlukan media dan sumber belajar yang tepat
untuk menyampaikannya kepada siswa agar mudah diserap
dan dipahami. Maka ketersediaan LCD proyektor beserta
screen kemudian fasilitas internet yang dapat diakses di
setiap kelas telah melengkapi dan memudahkan guru PKn
dalam membelajarkan siswa dan memfasilitasi siswa saat
berdiskusi dan presentasi.
Sumber belajar seperti halnya e-learning yang
terintegrasi dengan website sekolah dapat diakses di
luar jaringan internet pada umumnya, sehingga aksesnya
dapat lebih cepat dan memudahkan semua penggunanya
terutama siswa dan guru. Kemudian dari jaringan on-LAN
tersebut sekolah telah mampu menyelenggarakan ujian
secara online atau lebih populer dengan istilah paperless
tanpa harus merasa khawatir akan keterlambatan akses.
Ujian on-LAN tersebut telah menjadi unggulan di SMK
Negeri 13 Bandung. Evaluasi belajar dalam jaringan
(ujian online) telah menjadi sumber belajar tidak
langsung bagi siswa terutama dalam mata pelajaran PKn.
Lingkungan berbasis ICT yang telah berkembang di SMK
Negeri 13 Bandung dan dimanfaatkan guru dari mulai
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi telah
menghasilkan pengembangan karakter yang menjadi ciri
khas siswa siswi SMK Negeri 13 Bandung sendiri, yakni
karakter jujur, mandiri, transparan, percaya diri, integritas, disiplin,
terbuka, kolaboratif, berpikir kritis, dan tanggung jawab. Karakter-
karakter yang terus dikembangkan tersebut merupakan
bagian dari pengalaman siswa sebagai sumber belajar.
c. Proses Pembelajaran PKn dengan Memanfaatkan
Lingkungan Berbasis ICT
Proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan ICT
sebagai sumber belajar sudah berjalan baik di SMK
Negeri 13 Bandung. Menurut keterangan guru PKn, memang
tidak setiap pertemuan guru menggunakan atau
memanfaatkan ICT. Seperti misalnya laptop dan LCD
proyektor, guru hanya menggunakannya ketika akan
menyampaikan materi di awal pembelajaran sebagai
pengantar atau pada kegiatan konfirmasi di akhir
pembelajaran. Kemudian untuk pemanfaatan internet, e-
learning, edmodo, serta e-mail, guru menyesuaikan dengan
indikator dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Guru juga sudah terbiasa mempersiapkan informasi
terbaru dari berbagai media online di internet terkait
materi pembelajaran yang hendak disampaikan sebagai
materi tambahan. Misalnya pada pembelajaran tentang
materi HAM guru mempersiapkan berbagai tayangan berupa
gambar-gambar pelanggaran HAM di Indonesia dan video
tentang contoh kasus HAM di Indonesia.
Pada pelaksanaannya, pembelajaran PKn di SMK
Negeri 13 Bandung dilakukan dengan cara tatap muka dan
dengan cara non-tatap muka (online) melalui fasilitas
edmodo. Seperti yang pernah dilakukan oleh Ibu Maya
Kusumayanti saat beliau berhalangan hadir pada
penyampaian materi di kelas X. Dengan demikian, siswa
tidak lantas bebas dari tugas dan bisa berkeliaran di
tengah jam pelajaran. Guru memanfaatkan fasilitas
edmodo maupun e-learning untuk tetap melaksanakan proses
belajar mengajar. Sebagai bentuk evaluasi di akhir
pertemuan, guru biasanya langsung memberikan tindak
lanjut berupa tugas baik berupa soal latihan pada buku
maupun di e-learning. Jika tugas diberikan di e-learning,
biasanya guru memberi tahu dulu, waktu pengirimanpun
telah ditentukan sebelumnya sehingga tidak terlalu
menyulitkan siswa ketika harus mengakses internet.
d. Lingkungan Berbasis ICT dalam Mengembangkan Civic
Disposition Siswa
Lingkungan berbasis ICT membawa budaya keterbukaan
dan integritas, sehingga para siswa dituntut memiliki
karakter baik agar mampu berkontribusi dan
mengoptimalkan keuntungan peluang dari kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi. Proses pembiasaan
dalam mengembangkan civic disposition siswa dilakukan melalui
program-program sekolah sebagai berikut.
1)Pengembangan karakter religius dalam kegiatan
keagamaan seperti:
a) Berdoa sebelum dan setelah belajar
b) Membacakan Asmaul Husna sebelum kegiatan
belajar di mulai
c) Melaksanakan tadarus 5 menit sebelum kegiatan
belajar dimulai
d) Melaksanakan ibadah sholat Jumat di lingkungan
sekolah untuk laki-laki muslim, dan mengikuti
kegiatan Keputrian untuk perempuan muslim serta
kebaktian bagi non-muslim
e) Berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti
pesantren kilat dan perayaan hari-hari besar
Islam.
2)Pengembangan karakter sosial seperti halnya
karakter jujur, disiplin, kreatif, inovatif, peka,
tanggap, dan bertanggung jawab dalam kegiatan
pengembangan diri dan kegiatan peduli lingkungan
seperti:
a) Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib dan
pilihan seperti Pramuka, Paskibra, dan PMR
b) Mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling
c) Melaksanakan budaya 4S (Senyum, Sapa, Salam,
dan Santun)
d) Melaksanakan budaya PAB (Pungut, Ambil, Buang)
sampah yang ada dan dimasukkan ke tempat sampah
sesuai dengan kualifikasinya
e) Melaksanakan Prinsip 4R (Reuse, Reduce, Recycle, dan
Refill)
f) Melaksanakan budaya 7K (Keamanan, Kebersihan,
Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kerukunan,
dan Kerindangan) di lingkungan sekolah
g) Mengikuti senam dan membersihkan lingkungan
sekolah sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan (Rabu Bersih).
Berikut merupakan hasil angket sebagai gambaran
respon siswa terhadap perkembangan ICT.
Tabel Rekapitulasi hasil pengukuran sikap siswa terkaitpenggunaan ICT sebagai sumber belajar PKn
No. Pernyataan SS S R TS ST
S%
1. Memaknai fungsi handphonesebagai perangkat ICTuntuk alat komunikasi
45 55 0 0 0
2. Memaknai fungsikomputer/laptop sebagaiperangkat ICT untukbelajar mengeksplorasi
20 80 0 0 0
3. Menjaga etika danidentitas ketikamenggunakan internet
45 50 5 0 0
4. Mengutamakan membaca bukupanduan untukmengembangkan sikapmandiri
22,5
50 17,5
7,5
2,5
5. Memanfaatkan lingkungansekitar sekolah untukbelajar dalam rangkamengembangkan sikapkreatif serta inisiatif
25 52,5
17,5
5 0
6. Mengembangkan sikappartisipatif denganberdiskusi melalui media
20 67,5
10 2,5
0
sosial7. Mengembangkan sikap
inisiatif dalam menolongteman meski tidak diminta
12,5
52,5
25 10 0
8. Mengembangkan sikaptanggap dan kritis denganmembiasakan diri memilahinformasi yang tersebardi internet
40 42,5
15 2,5
0
9. Mengembangkan sikapdisiplin dengan mematuhiperaturan mengenai bataswaktu akses internet disekolah
17,5
55 22,5
5 0
10.
Mengembangkan sikap sopandan saling menghargaidengan cara menghormatipengguna/user lain ketikamenggunakan internet
25 70 5 0 0
11.
Mengembangkan sikapinisiatif dalam belajardengan mencari materi PKndari situs-situs diinternet
15 70 12,5
2,5
0
12.
Mengcopy-paste materi dariinternet untuk tugas.Pengembangan sikapdisiplin dan bertanggungjawab
12,5
35 12,5
2,5
37,5
13.
Mengembangkan sikapmandiri dengan mencaritahu informasi tentangpemilu lewat internet
10 57,5
10 7,5
0
14.
Mengembangkan sikapdisiplin dan tepat waktuketika mengirimkan tugasmelalui email
22,5
67,5
7,5
2,5
0
15.
Mengembangkan sikap jujurdan objektif dengan
20 57,5
12,5
7,5
2,5
memilih pemimpinberdasarkan visi misi-nya
16.
Mengembangkan sikaptanggung jawab denganmenyusun tugas berbentuklaporan analisis kasusatau peristiwa
15 72,5
10 2,5
0
17.
Mengembangkan sikapmandiri dan inisiatifdengan mencari materipelajaran yang belumdiketahui
10 57,5
27,5
5 0
18.
Mengembangkan sikapterbuka dan kolaboratifterhadap isu-isu global
20 70 10 0 0
19.
Mengembangkan sikapdemokratis dan negosiasidengan mengikuti diskusidalam memecahkan suatupersoalan
17,5
67,5
15 0 0
20.
Mengembangkan sikappartisipatif dandemokratis dengan tidakmemaksakan pendapatketika bermusyawarah
27,5
67,5
5 5 0
Berdasarkan data pada di atas, siswa kelas XI SMK
Negeri 13 Bandung sebagian besar memperlihatkan sikap
positif terhadap pengembangan karakter kewarganegaraan
(civic disposition) meliputi sikap jujur, disiplin, mandiri,
tanggung jawab, demokratis, dan keberadaban
(kesopanan). Disamping itu, hasil pengukuran sikap pada
40 orang siswa kelas XI SMK Negeri 13 Bandung
menunjukkan hasil rentang skor sebagaimana diukur
menurut skala Likert, yaitu skor tertinggi 93 dan
terrendah 62.
Tabel Kategori skor dan rentang hasil pengukuran sikapsiswa
% Jumlahsiswa
Intervalskor
Kecenderungansikap
45 18 orang 80-100 Terpuji52,5
21 orang 65-79 Baik
2,5 1 orang 50-79 Cukup
Berdasarkan tabel di atas, yang telah dikonversi
sesuai interval skor, dapat disimpulkan bahwa siswa SMK
Negei 13 Bandung memiliki kecenderungan sikap ‘baik’
dalam memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar PKn,
yakni dengan rincian 52,5% siswa memiliki kecenderungan
sikap ‘baik’, 45% siswa memiliki kecenderungan sikap
‘terpuji’, dan sisanya 2,5% siswa memiliki
kecenderungan sikap ‘cukup’. Hal ini mencerminkan sikap
serta perilaku siswa terkait pemanfaatan ICT sebagai
sumber belajar PKn telah berperan mengembangkan civic
disposition siswa.
2. PembahasanICT sebagai produk globalisasi terbentuk atas
transfer informasi yang tidak lagi terbatas ruang dan
waktu. Kecepatan dan kemudahan akses informasi membuat
ICT terbentuk dan menjadi bagian dari lingkungan budaya
manusia. Pengaruhnya begitu kuat terhadap tatanan
kehidupan, sehingga telah melibatkan aspek nilai dan
moral tersendiri di dalamnya. Begitu pun ketika ICT
digunakan sebagai sumber belajar dalam dunia
pendidikan.
Guru sebagai ujung tombak pendidikan selain
dituntut untuk terus menggali dan mengembangkan
pembelajaran juga dituntut untuk mampu melibatkan
pengolahan sikap serta keterampilan dalam membelajarkan
siswa. Demikian pula ketika berkembangnya lingkungan
berbasis ICT maka guru dituntut mampu menggunakan ICT
dalam proses belajar mengajar. Terutama mengenai sumber
belajar, guru selayaknya memiliki pola pemanfaatan
lingkungan berbasis ICT di sekolah, sehingga proses
belajar mengajar bisa berjalan optimal. Tidak hanya
itu, lebih jauh lagi ICT telah menyediakan hal baru dan
penting bagi praktik kewarganegaraan. Dengan demikian,
dunia pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) harus mampu menjadi wadah untuk membelajarkan
peserta didik agar memiliki kebiasaan yang baik dalam
memanfaatkan kecanggihan teknologi terutama sebagai
sumber belajar.
Berkenaan dengan guru sebagai ujung tombak
pendidikan, guru PKn perlu turun tangan dalam hal
mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global dan
perkembangan ICT. Pemanfaatan ICT di sekolah baik
ketika belajar mengajar maupun kegiatan sekolah
lainnya, perlu diantisipasi guru dengan senantiasa
menumbuhkan serta membiasakan karakter positif pada
diri siswa ketika menggunakan ICT. Seperti misalnya,
mengingatkan siswa untuk senantiasa mencantumkan sumber
ketika mencari informasi di internet untuk digunakan
pada materi pelajaran. Sejalan dengan hal di atas,
Danial (2009: 3) telah melakukan penelitian tentang
‘Mengembangkan Karakter Masa Depan’. Dalam hasil
penelitiannya beliau berpendapat bahwa
Guru PKn yang bagaimanakah yang memiliki kemampuanmenjawab tantangan sosial dan dapat membina siswasebagai warga negara Indonesia yang bertaqwa,berkarakter, kreatif, mencintai bangsa dan negara,heroik, patriotik, demokratik, tanggung jawab,jujur, adil, sopan santun, dan kekeluargaan
Penulis dapat mempertegas penelitiannya melalui
hasil penelitian di atas. Melalui ICT guru PKn juga
harus mempelajari berbagai fenomena yang
diinternalisasikan dalam pembelajaran, sehingga dapat
menyeimbangkan dengan pembinaan karakter siswa yang
bersifat kontekstual. Pembinaan karakter ini tentu
dalam rangka mengembangkan civic disposition siswa. Jelas
pada dasarnya guru PKn perlu memahami bahwa proses
interaksi belajar mengajar dilakukan siswa dengan
lingkungannya. Dengan demikian guru justru harus mampu
mengeksplorasi semua unsur pembelajaran yang ada di
sekitar siswa termasuk lingkungan berbasis ICT. Guru
harus mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk
diterapkan dalam pembelajaran. Guru harus meninggalkan
pengajaran-pembelajaran cara lama yang dilakukan selama
ini, sebaliknya memikirkan pembelajaran dinamik dalam
kontkes penggunaan teknologi informasi.
Guru mau tidak mau harus bersedia melaksanakan
tugas baru mengembangkan dan memadukan pembelajaran
berbasis ICT. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis ICT ini bukan hanya sekedar memberikan
kemudahan kepada guru dalam proses pembelajaran semata.
Akan tetapi dengan hal seperti ini guru dituntut untuk
mampu memadukan kecanggihan ICT ini sekaligus dengan
menanamkan nilai-nilai yang mulai berubah dalam
paradigma kebudayaan masyarakat sebelumnya. Karena
sebenarnya dengan kecanggihan ICT ini manusia telah
mendapati suatu ilmu pengetahuan baru yang perlu
kemahiran dalam mengelolanya. Tanpa kepandaian
mengolah, teknologi dan informasi (ICT) tidak ada
artinya.
Hanyalah informasi yang diolah dengan baik yang
menghasilkan pengetahuan. Karena ketika informasi itu
tidak diolah dengan baik akan membahayakan dan berujung
pada penyalahgunaan. Kemudian hanyalah pengetahuan yang
diolah dengan baik yang akan menghasilkan kearifan atau
kebijaksanaan. Karena dengan pengetahuan yang baik maka
akan tumbuh kebiasaan-kebiasaan baik pada diri siswa.
Nilai-nilai yang ikut tumbuh seiring perkembangan ICT
ini tidak lain adalah sikap kritis dalam menyelesaikan
permasalahan di sekitar.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mukhadis
tentang ‘Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam
Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup’. Melalui hasil
penelitiannya Mukhadis menyimpulkan bahwa “tuntutan
utama peradaban teknologi pada era global adalah kiat
menyinergikan berbagai informasi dijadikan proposisi
sebagai kerangka pikir dalam pemecahan masalah”
(Mukhadis, 2013: 115). Perkembangan ICT telah menyentuh
semua aspek kehidupan termasuk dunia persekolahan,
sehingga diistilahkan sebagai suatu tuntutan hidup.
Karena tanpa mengikuti perkembangan ICT tentu akan
mengakibatkan ketertinggalan informasi dan menjauhkan
kita dari segi efisiensi dan efektifitas pekerjaan.
Demikian halnya juga dalam kegiatan pembelajaran, hanya
saja tetap perlu memperhatikan sinergitas informasi dan
kerangka berpikir yang holistik terutama ketika
memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar bagi siswa.
Sinergitas inilah yang dapat diwujudkan melalui
pengembangan civis disposition siswa.
Pengelolaan informasi disini begitu penting untuk
diajarkan dan dibiasakan pada siswa karena pada
kenyataannya konten negatif tetap membahayakan dan
berdampak buruk bagi karakter. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan oleh Bachtiar Yusuf tentang “Resistensi
Bangunan Karakter Manusia Indonesia di Era Digital”. Era ICT telah
membawa dunia ke era digital. Semuanya serba digital,
dari cara berkomunikasi antar perseorangan hingga antar
lembaga. Di sekolah, siswa masa kini dinamakan sebagai
‘generasi digital’ karena mereka lahir di tengah
perkembangan teknologi yang begitu pesat. Di sekolah
mereka tidak lagi menggunakan buku sebagai rujukan
utama, mereka hanya tinggal mengetikan kata kunci pada
search engine maka konten yang diinginkan dapat seketika
muncul. Namun kekhawatiran orang tua dan guru hadir
ketika semuanya terasa instan. Maka siswa tetap perlu
diajarkan untuk tertib, disiplin, jujur, serta mandiri
dalam mengolah semua kecanggihan tersebut.
Dalam pemanfaatannya, internet dapat membuatseseorang, termasuk anak-anak memperoleh segalamacam informasi dengan lebih mudah. Namun keamananinternet yang lemah bisa membuat anak mendapatkaninformasi yang salah; informasi yang tidakseharusnya diketahui (Bachtiar, 2013: 359)
Sebagian besar masalah keamanan internet untuk
anak-anak tersebut adalah seputar informasi tentang
seks termasuk pornografi dan juga kekerasan. Jika
Informasi yang diterima anak-anak tersebut berlangsung
secara intens dalam kurun waktu yang relatif lama, hal
ini bisa mempengaruhi perilakunya; merusak bangunan
karakter anak. Dengan demikian, pemanfaatan ICT
terutama internet tetap membutuhkan filterisasi dengan
senantiasa menyadarkan siswa akan dampak dari konten
negatif yang tidak ada manfaatnya sama sekali dalam
proses belajar.
Mata pelajaran PKn diberikan dengan tujuan agar
siswa memiliki bekal cukup dalam menyeimbangkan hak dan
kewajiban kelak sebagai warga negara. Melalui
pengetahuan tentang kenegaraan, moral, dan sejarah
kebangsaan, siswa diharapkan mampu menumbuhkan sikap
cinta tanah air tidak dengan hanya mengikuti upacara
bendera semata. Siswa dibentuk agar mampu mengembangkan
pribadi yang memiliki kepribadian luhur, watak
kewarganegaraan, sikap publik dan sikap privat yang
seimbang. Hal ini dikemukakan oleh Sadeli dan
Kartikawati dalam artikel ilmiahnya, bahwa
Pembelajaran PKn memiliki implikasi dalamkehidupan siswa, pembelajaran PKn di jenjangpersekolahan memiliki tujuan selain memberikanbekal pengetahuan, tetapi juga diharapkan mampumembentuk karakter siswa. Pembentukan karakter inipenting, karena melalui materi PKn siswa diajarkanakan hak dan kewajiban, tanggung jawab, demokrasi,dan juga Hak Asasi Manusia (HAM). Diharapkanmelalui pembelajaran ini karakter yang akandibangun adalah bersikap demokratis dan kritis(2013: 2).
Mata pelajaran PKn tidak hanya menyediakan sumber
belajar baku berupa tambahan informasi dari internet.
Akan tetapi harus juga mengembangkan sumber belajar
yang membuahkan karakter pada diri siswa. Dengan
demikian, lingkungan berbasis ICT yang telah mengubah
siswa menjadi bagian dari generasi digital yang sudah
seharusnya juga menumbuhkan karakter siswa agar
memiliki nilai dasar yang kuat sebagaimana tujuan mata
pelajaran PKn sendiri, yaitu membentuk warga negara
yang cerdas, baik, berkarakter dan mampu ikut serta
dalam kompetensi perkembangan jaman yang kian global.
Penelitian ini membahas bagaimana pemanfaatan ICT
sebagai sumber belajar oleh guru dapat berperan dalam
pengembangan civic disposition siswa. Hasil penelitian di
lapangan membuktikan bahwa pemanfaatan lingkungan
berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung telah berperan
dalam pengembangan civic disposition siswa. Adapun perangkat
ICT yang sudah dimanfaatkan di SMK Negeri 13 Bandung
ialah berupa smartphone, PC/laptop, LCD proyektor beserta
screen, internet, pembelajaran online lewat edmudo dan e-
learning yang terintegrasi dengan web sekolah. Peneliti
menemukan berbagai keunikan dengan berkembangnya budaya
berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung. Termasuk
kaitannya dengan pengembangan karakter siswa atau civic
disposition siswa. Pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar,
perannya terhadap pengembangan civic disposition siswa dapat
terlihat dari perolehan data angket dan pengukuran
sikap siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa proses belajar
mengajar yang difasilitasi oleh guru telah membentuk
civic disposition siswa berupa karakter mandiri dan
keberadaban (sopan santun, pen). Kemudian sebagaimana
temuan peneliti melalui hasil observasi, bahwa delapan
karakter utama di SMK Negeri 13 Bandung telah
berkembang seiring dengan pemanfaatan lingkungan
berbasis ICT. Karakter tersebut yaitu disiplin, jujur,
kreatif, inovatif, peka, tanggap, dan bertanggung
jawab. Adapun peran pengembangan civic disposition siswa
tersebut ialah seputar pemanfaatan ICT sebagai sumber
belajar. Dengan demikian, karakter yang dikembangkan
pun ialah mencakup karakter dalam penggunaan ICT.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Feriyansyah pada tahun 2014 tentang warga negara
digital. Dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa
dalam mengoptimalkan penggunaan TIK, maka harus
dibentuk karakteristik warga negara yang sesuai dengan
kebutuhan di era digital, yaitu melek TIK, memahami
etika TIK, memiliki kecerdasan berteknologi berpikir
kritis dan solutif, serta mampu berkolaborasi menjadi
pembelajar yang dilingkupi oleh nilai dasar yang kuat.
Sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam
menggunakan ICT sebagai sumber belajar pun dibutuhkan
etika dan karakter yang kuat pada diri siswa.
Melanjutkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Ella Dewi Latifah tentang “Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi
Kewarganegaraan di SMK Negeri 13 Bandung” penekanan kompetensi
kewarganegaraan dalam penelitian tersebut dispesifikasi
melalui pengukuran sikap yang dilakukan oleh penulis
untuk mengetahui pengembangan karakter kewarganegaraan
(civic disposition) siswa terkait pemanfaatan ICT.
Pemanfaatan tersebut juga tidak hanya dalam
pembelajaran PKn saja, namun juga menyelami kebiasaan-
kebiasaan di luar kegiatan belajar mengajar secara
formal.
Berkaitan dengan fungsi dan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan, materi keilmuan pendidikan
kewarganegaraan telah dibagi menjadi tiga komponen,
yaitu civic knowledge, civic skill, dan civic disposition. Berikut
pendapat Winataputra (dalam Adnan, 2005: 73)
Komponen civic disposition menunjuk pada ciri-ciri watakpribadi dan watak kemasyarakatan yang diperlukanbagi pemeliharaan dan perbaikan demokrasikonstitusional. Komponen ini meliputi ciri-ciriwatak pribadi seperti tanggung jawab moral,disiplin diri, dan rasa hormat terhadap peraturanhukum, berpikir kritis, hasrat untuk mendengarkan,bernegosiasi, dan berkompromi sangat diperlukanbagi keberhasila demokrasi
Kecanggihan teknologi membentuk siswa aktif dalam
mengembangkan berbagai karya, baik dalam ranah program
keahliannya maupun dalam pengkayaan wawasan informasi
dan softskill nya. Bagi guru PKn di SMK Negeri 13 Bandung
sendiri, mereka menilai apa yang didapat siswa di
internet merupakan sumber belajar yang variatif. Siswa
bertarung dengan limpahan informasi dan kecanggihan
alat yang ada di genggaman mereka. Maka dari itu timbul
karakter-karakter yang dikembangkan dari pemanfaatan
lingkungan berbasis ICT sendiri. Secara umum, dalam
mewujudkan kompetensi kewarganegaraan termasuk civic
disposition terdapat rincian kompetensi-kompetensi yang
hendak diwujudkan melalui mata pelajaran PKn yang
dibagi dalam tiga kelompok oleh Pusat Kurikulum, salah
satu diantaranya, yaitu
Kompetensi untuk menghayati dan mengembangkankarakter kewarganegaraan. a. Memberdayakan dirinya sebagai warganegara yang
independen, aktif, kritis, well-informed, danbertanggung jawab untuk berpartisipasi secaraefektif dan efisien dalam berbagai aktifitasmasyarakat, politik dan pemerintahan pada semuatingkatan (daerah dan nasional).
b. Memahami bagaimana warganegara melaksanakanperanan, hak, dan tanggung jawab personal untukberpartisipasi dalam kehidupan masyarakat padasemua tingkatan (daerah dan nasional).
c. Memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti, demokrasi, hak asasimanusia, dan nasionalisme dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hakasasi manusia dalam kehidupan sehari-hari(dalam Adnan, 2005: 74).
Sementara itu civic disposition terbagi menjadi karakter
publik dan karakter privat sebagaimana pendapat Sapriya
dan Winataputra (2003: 13) dan pendapat Cholisin (2010:
3-4) dalam jurnalnya. Kemudian diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ratna Dewi (2013:
35) bahwa komponen civic disposition antara lain ialah
berupa karakter mandiri, disiplin, tanggung jawab,
jujur, demokratis, dan keberadaban atau sopan santun.
Karakter ini sesuai dengan hasil penelitian terhadap
pengukuran sikap siswa di SMK Negeri 13 Bandung, bahwa
karakter yang muncul dari pemanfaatan lingkungan
berbasis ICT sebagai sumber belajar adalah karakter
jujur, disiplin, tanggung jawab, demokratis, disiplin,
dan mandiri.
Lingkungan berbasis ICT memang telah berperan
besar dalam dunia pendidikan. Demikian halnya dalam
tataran aplikatif seperti proses belajar mengajar yang
melibatkan guru dan siswa. Tidak hanya itu, sekolah pun
harus turut serta mengembangkan budaya berbasis ICT.
Agar dalam pemanfaatan dan pengaplikasian ICT dapat
sejalan dengan pembiasaan yang mengarah terhadap
pembentukan karakter siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan
pembahasan penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa
lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar telah
berperan dalam pengembangan civic disposition siswa. ICT
yang merupakan kependekan dari Information Communication
and Technology atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
memberikan dampak terhadap proses belajar mengajar
termasuk pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Lingkungan berbasis ICT muncul sebagai akibat dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan dinamika kehidupan
manusia. Penggunaannya yang sudah merasuki hampir
seluruh aspek kehidupan membuat lingkungan berbasis ICT
menjadi suatu bentuk respon baru terhadap budaya atau
kebiasaan peserta didik. Kebiasaan inilah yang
semestinya dihadapi secara positif. Dengan demikian
pemanfaatan ICT dalam proses belajar mengajar
diharapkan mampu menumbuhkan karakter kewarganegaraan,
terutama ketika ICT digunakan sebagai sumber belajar
PKn untuk membuka gerbang informasi yang seluas-
luasnya.
DAFTAR RUJUKAN
Adnan, F.M. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan (CivicEducation) pada Era Demokrasi. Jurnal DemokrasiVol.IV No.1 Th.2005: page 63-76
Bachtiar, Y. (2013). Resistensi Bangunan Karakter ManusiaIndonesia di Era Digital. Jurnal Edutech ISSN 0852-1190.Tahun 12, Vol.1, No.3 Oktober 2013: page 347-362
Cholisin. (2010). Penerapan Civic Skill dan Civic Disposition dalamMata Kuliah Prodi PKn. Disampaikan dalam DiskusiTerbatas Jurusan PKn dan Hukum FISE UNY (25September 2010).
Danial, E. (2009). Aktualisasi Guru Pendidikan KewarganegaraanUntuk Membina WNI Masa Depan. Jurnal Civicus “MengembangkanKarakter Masa Depan” ISSN 1412-5436. Vol.12 Januari2009: page 1-6
Dewi, D.R. (2012). Kajian tentang Budaya Demokrasi di Pesantrendalam Mengembangkan Civic Disposition Santri (Studi Deskriptif diPesantren Al-Basyariah Bandung). Skripsi JurusanPendidikan Kewarganegaraan. Universitas PendidikanIndonesia.
Feriyansyah. (2014). Warga Negara Digital sebagai InstrumenMenuju Warga Negara Global (Penelitian Grounded Theory tentangDampak Kemajuan TIK terhadap Praktik Kewarganegaraan. TesisProgram Studi Pendidikan Kewarganegaraan SekolahPasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Hermes, J. (2006) Citizenship in the Age of the Internet. EuropanJournal of Communication: Vol 21:page 295-309 (diakses5 April 2014).
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013. (2013).Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran.Jakarta: Kemendikbud.
Latifah, E.D. (2013). Pembelajaran PendidikanKewarganegaraan Berbasis Media ICT dalam MeningkatkanKompetensi Kewarganegaraan di SMK Negeri 13 Bandung. JurnalCivicus ISSN 1412-5463. Vol. 18, No.1 Juni 2014:page 29-45.
Mohamad dan Sidin. (2007). ICT dalam Pendidikan: Prospek danCabaran dalam Pembaharuan Pedagogi. Jurnal Pendidikan32 (2007): page 139-152 (diakses pada 4 Februari2014)
Mukhadis. A. (2013). Sosok Manusia Indonesia Unggul danBerkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup.Jurnal Pendidikan Karakter Tahun III, Nomor 2,
Juni 2013. FT Universitas Negeri Malang (diakses 5April 2014).
Sadeli dan Kartikawati. (2013). Peran PembelajaranPendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan KeterampilanBerpikir Kritis pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto.Purwokerto: FKIP
Sapriya dan Winataputra, U. (2003). PendidikanKewarganegaraan: Model Pengembangan Materi danPembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS.