Pembelajaran Berbasis ICT

35
LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA Silvia Rahmelia 1 Prof. Dr. H. Endang Danial, M.Pd., M.Si. 2 Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.Si. 3 Email: [email protected] Abstract: The Environtment Base on ICT as Learning Resources within Fostering Student’s Civic Disposition Nowdays, development of ICT (information and communication technology) constitute to a non-negotiable matter. ICT become section from culture environtment that produced by dynamic society’s pattern. ICT character’s extremely powerful concerning to the social order of society included education, excatly teaching learning’s process. Civic Education as a branch of knowledge try to connect students for global competition by their ICT’s competence that can be equal with citizenship character. Grand theory that used in this research is learning theory by Winkel. He said that ‘learning as an active interaction with environtment, that produce value- attitude change’. Then, a research in SMKN 13 Bandung prove that utilization of ICT’s environtment already fostering student’s civic disposition that is character like honesty, be autonomous, responsible, discipline, democratic, and polite. Keywords: ICT, learning resources, civic disposition Abstrak: Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa Dewasa ini perkembangan ICT merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. ICT telah menjadi bagian dari 1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI 2 Penulis Penanggung Jawab, dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI 3 Penulis Penanggung Jawab, dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Transcript of Pembelajaran Berbasis ICT

LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAMMENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Silvia Rahmelia1

Prof. Dr. H. Endang Danial, M.Pd., M.Si.2

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.Si. 3

Email: [email protected]

Abstract: The Environtment Base on ICT as Learning Resources withinFostering Student’s Civic Disposition

Nowdays, development of ICT (information and communicationtechnology) constitute to a non-negotiable matter. ICT become sectionfrom culture environtment that produced by dynamic society’s pattern. ICTcharacter’s extremely powerful concerning to the social order of societyincluded education, excatly teaching learning’s process. Civic Education asa branch of knowledge try to connect students for global competition bytheir ICT’s competence that can be equal with citizenship character. Grandtheory that used in this research is learning theory by Winkel. He said that‘learning as an active interaction with environtment, that produce value-attitude change’. Then, a research in SMKN 13 Bandung prove thatutilization of ICT’s environtment already fostering student’s civicdisposition that is character like honesty, be autonomous, responsible,discipline, democratic, and polite.

Keywords: ICT, learning resources, civic disposition

Abstrak: Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajardalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa

Dewasa ini perkembangan ICT merupakan hal yang tidakdapat ditawar lagi. ICT telah menjadi bagian dari

1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI2 Penulis Penanggung Jawab, dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI3 Penulis Penanggung Jawab, dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan UPI

lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamikamasyarakat. Peranannya begitu kuat terhadap tatanankehidupan termasuk dunia pendidikan, khususnya prosesbelajar mengajar. PKn sebagai salah satu disiplin ilmuberusaha menjembatani siswa untuk dapat bersaing di eraglobal melalui kemampuan ICT yang dapat diimbangidengan bekal karakter kewarganegaraan. Grand teoriyang digunakan dalam penelitian ini ialah teori belajarWinkel. Dia menjelaskan bahwa “belajar adalah suatuinteraksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkanperubahan tingkah laku”. Penelitian ini dilakukan diSMKN 13 Bandung, dengan menggunakan pendekatankualitatif dan metode studi kasus. Kemudian, hasilpenelitian di SMKN 13 Bandung membuktikan bahwapenggunaan lingkungan berbasis ICT telah mengembangkancivic disposition siswa yakni berupa karakter jujur, mandiri,tanggung jawab, disiplin, demokratis, dan sopan santun.

Kata Kunci: ICT, Sumber Belajar, Civic Disposition

PENDAHULUANPendidikan pada hakikatnya harus dimaknai sebagai

proses belajar mengajar yang lebih dari sekadar

kegiatan guru dan siswa di kelas secara tertutup

(pengajaran). Akan tetapi, sudah selayaknya pendidikan

ditafsirkan secara aplikatif menjadi proses

pembelajaran yang tidak lagi mengenal kelas dalam arti

konvensional. Pembelajaran yang ideal dewasa ini

mencakup kegiatan belajar mengajar yang turut serta

menanamkan sejumlah aspek moral ke dalam jiwa peserta

didik dalam rangka pembentukan watak kewarganegaraan.

Interaksi edukatif berbasis moralitas sangat

dibutuhkan peserta didik. Hal ini mengingat kebutuhan

kompetensi masa depan peserta didik sebagaimana

diperinci dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013

tentang Implementasi Kurikulum, sebagai berikut.

Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaituantara lain kemampuan berkomunikasi, berpikirkritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilaidan moral Pancasila agar menjadi warga negara yangdemokratis dan bertanggung jawab, toleran dalamkeberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global,memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapanuntuk bekerja, kecerdasan sesuai denganbakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan.

Dalam menciptakan interaksi edukatif melalui

proses pembelajaran diperlukan sumber belajar yang

variatif. Dengan alasan bahwa setiap sumber belajar

menghasilkan kompetensi tertentu pada diri peserta

didik. Semakin variatif sumber belajar yang digunakan

guru, semakin besar pula peluang ketercapaian

kompetensi peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan

variasi sumber belajar yang digunakan guru dapat memacu

tingkat berpikir siswa melebihi tataran teoritis.

Dewasa ini, ICT (Information and Communication

Technology) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

istilah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)

merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan telah memacu perubahan

hampir di setiap aspek kehidupan termasuk di dalamnya

dunia pendidikan. Teknologi menjadi bagian dari

lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika

masyarakat. Kehadirannya telah melahirkan berbagai

kemudahan sehingga dapat memberikan peningkatan

efektifitas dan efisiensi kinerja.

Teknologi sebagai bentukan dari lingkungan budaya

telah menciptakan tatanan nilai dan norma yang baru

dalam masyarakat. Kemajuan ICT telah mempengaruhi

kehidupan warga negara. “.. ICTs do not necesarilly produce new

citizens but that they do provided for new and important citizenship

practice (Hermes 2006:295)”. ICT tidak selalu

menghasilkan warga negara baru tetapi ICT menyediakan

hal yang baru dan penting bagi praktik kewarganegaraan.

Dengan demikian, pendidikan harus mampu menjadi wadah

untuk membelajarkan peserta didik agar memiliki

kebiasaan baik dalam memanfaatkan kecanggihan

teknologi.

Proses pembelajaran dengan memanfaatkan ICT

sebagai sumber belajar sangat dibutuhkan, terutama

dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

terkait misi nasionalnya untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa melalui koridor value-based education. Karena

dituntut untuk melakukan pembelajaran berbasis nilai,

dalam Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan pula

kompetensi kewarganegaraan siswa terutama watak

kewarganegaraannya (civic disposition). Watak

kewarganegaraan ini mencakup nilai-nilai seperti

disiplin, bertanggung jawab, percaya diri, jujur,

mandiri, dan sebagainya.

Pembelajaran berbasis ICT terutama pada mata

pelajaran PKn, telah lama diterapkan di SMKN 13

Bandung. Penggunaan ICT ini tidak sekedar pengadaan LCD

proyektor atau perangkat komputer semata. Akan tetapi

sekolah ini telah lama mengembangkan jaringan sekolah

sendiri untuk berbagi informasi tentang materi

pembelajaran. Baik itu berupa penggunaan internet

sebagai sumber belajar, mengirim tugas lewat email,

forum diskusi pada web sekolah, hingga UJON (Ujian

Online) melalui jaringan On-LAN (local area network)

yang dikembangkan oleh sekolah secara swadaya.

Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh

Ella Dewi Latifah tentang ‘Pembelajaran PKn Berbasis

Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan

Siswa”, didapatkan hasil bahwa “pada akhirnya apabila

pemanfaatan media ICT berjalan dengan baik maka

kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan

media ICT dalam pembelajaran PKn akan berdampak

positif” (Latifah, 2013: 45).

Adapun hal yang menjadi perbedaan antara

penelitian terdahulu dengan penelitian yang baru saja

dilakukan oleh peneliti ialah pada posisi sumber

belajar dan media pembelajaran. Media pembelajaran pada

dasarnya dapat menjadi bagian dari sumber belajar

secara lebih luas. Disamping itu, variabel yang menjadi

dampak pemanfaatan ICT dari penelitian terdahulu ialah

kompetensi kewarganegaraan siswa secara generik.

Sedangkan dalam penelitian ini penekanannya berada pada

ranah spesifik mengenai civic disposition atau watak

kewarganegaraan. Sehingga hasil penelitian lebih fokus

pada memerinci serta membuktikan dalam prosentase

mengenai pemanfaatan ICT ke dalam satu per satu

karakter yang menjadi indikator civic disposition.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan, menggali, mengkaji, dan

mengorganisasikan informasi tentang pemanfaatan sekolah

berbudaya lingkungan berbasis ICT mencakup: (1) proses

pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber

belajar dalam mata pelajaran PKn, yakni bagaimana

proses dan kapabilitas guru dalam menafaatkan ICT

sebagai sumber belajar (2) pemanfaatan lingkungan

berbasis ICT sebagai sumber belajar dalam rangka

mengembangkan civic disposition siswa, yakni bagaimana guru

mengembangkan karakter siswa ketika memanfaatkan ICT

sebagai sumber belajar.

METODEPenelitian ini menggunakaan pendekatan kualitatif

dengan diperkuat data kuantitatif. Dalam penelitian

kualitatif terlihat perbedaan karaktersitik, salah

satunya ialah menyelidiki suatu permasalahan dan

mengembangkan suatu pemahaman yang terperinci dari

suatu fokus kejadian. Demi mempermudah dalam menjawab

pertanyaan penelitian dipilihlah pendekatan kualitatif

dengan alasan sebagai berikut.

Pertama, peneliti bermaksud mengungkap satu

fenomena mengenai perkembangan ICT sebagai suatu

lingkungan budaya jika digunakan dalam pembelajaran

PKn. Peneliti membutuhkan gambaran keseluruhan mengenai

perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan yang

digunakan sebagai sumber belajar. Demi mendapatkan

gambaran yang menyeluruh, pendekatan kualitatif dirasa

cocok untuk digunakan mengingat deskripsi data yang

dibutuhkan.

Kedua, peneliti menganggap pemanfaatan lingkungan

berbasis ICT sebagai sumber belajar merupakan salah

satu upaya dalam mengembangkan civic disposition siswa.

Dengan alasan bahwa ICT sebagai suatu lingkungan budaya

yang dihasilkan dari dinamika pengetahuan masyarakat

mengandung unsur-unsur nilai baru sebagai bentuk

pergeseran dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Ketiga, bahwa penelitian kualitatif mengungkap siapa

dan apa yang hendak diteliti mencakup berbagai contoh

kasus yang bersumber dari fenomena proses sosial.

Keempat, penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif, karena bertujuan untuk memahami masalah

atau keadaan dari sekelompok individu atau orang.

Sementara itu metode yang digunakan dalam

penelitian ini ialah studi kasus. Studi kasus terfokus

pada satu kesatuan tunggal untuk menghasilkan deskripsi

yang mendalam, beraneka ragam, dan holistik. Pertanyaan

yang mendasarinya adalah apa karakteristik dari suatu

kejadian khusus, fenomena, orang, atau keadaan. Studi

kasus secara khas memasukkan beragam sumber dari data

yang dikumpulkan sepanjang waktu penelitian. Sesuai

dengan aspek yang hendak diteliti mengenai lingkungan

berbasis ICT serta perannya dalam mengembangkan civic

disposition siswa, maka metode studi kasus ini dianggap

relevan untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti,

karena sifatnya mengungkap suatu interksi atau fenomena

tertentu.

Sementara untuk pengumpulan data, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi untuk data kualitatif.

Kemudian angket dan pengukuran sikap untuk data

kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HasilSMK Negeri 13 Bandung sebagai sekolah yang

memiliki visi “Menjadi Sekolah Menengah Kejuruan

Bertaraf Internasional yang Berbudaya Lingkungan”

berusaha meningkatkan proses pembelajaran dengan

menerapkan misi pembelajaran lingkungan berbasis ICT

(Information and Communication Technology) dan bilingual.

Berdasarkan data yang dicapai melalui proses observasi,

lingkungan yang ditemukan di SMKN 13 Bandung sendiri

meliputi lingkungan alam dan lingkungan budaya.

Lingkungan alam disini maksudnya adalah lingkungan

hidup sekitar sekolah yang dikembangkan dengan

pembiasaan program ekstrakurikuler Sistaling (Siswa

Pencinta Lingkungan) dan kegiatan “Rabu Bersih”.

Sementara yang ditekankan dalam penelitian ini ialah

lingkungan budaya, yakni budaya sekolah berbasis ICT.

Sesuai salah satu program keahlian di sekolah ini yaitu

Teknik Komputer Jaringan dan Analis Kimia, sudah

merupakan kewajiban untuk melekatkan diri dengan

teknologi mengingat titel sekolah kejuruan yang juga

disandang sekolah ini.

Lingkungan berbasis ICT yang menjadi identitas SMK

Negeri 13 Bandung mulai mencuat ketika dicanangkannya

program UJON (Ujian Online). SMK Negeri 13 Bandung

sendiri merupakan sekolah pertama di kota Bandung yang

menyelenggarakan ujian secara online. Program UJON

dilaksanakan sebagai salah satu karakter yang

dimunculkan sekolah ini, yaitu paperless. Paperless sendiri

atau ujian tanpa kertas, dilatarbelakangi oleh

kekhawatiran akan penggandaan soal yang secara tidak

langsung membuang ribuan pohon untuk dijadikan bahan

baku kertas. Selain itu pula terkait efektifitas dan

efisiensi dari segi waktu dan pembiayaan yang

dikategorikan boros, ketika sekolah banyak menggunakan

kertas.

Program ujian on-LAN (Local Area Network) yang

dikembangkan SMK Negeri 13 Bandung sejak 2009.

Sebelumnya sekolah ini mencoba mengembangkan ujian

secara online, yakni melalui internet secara langsung.

Akan tetapi dikarenakan banyak kendala terkait

jaringan, maka guru-guru TIK berkoordinasi dengan

Koordinator Kompetensi TKJ dan Panja Laboratorium TKJ

untuk mengembangkan jaringan berbasis sekolah, inilah

yang dinamakan ujian secara on-LAN yakni dengan

melibatkan website sekolah. Guru dan siswa sendiri bisa

mengaksesnya melalui akun yang telah dibuat.

Selain karena pelaksanaan UJON yang telah

diidentikkan dengan SMK Negeri 13 Bandung, lingkungan

berbasis ICT yang ditemukan di sekolah ini ialah

fasilitas free hotspot di setiap penjuru sekolah. Hal ini

bertujuan memudahkan siswa mengakses internet. Maka

dari itu mengapa lingkungan berbasis ICT ini dikatakan

bagian dari lingkungan budaya, indikatornya dilihat

dari kebiasaan siswa yang mengakses internet di

koridor-koridor sekolah ketika jam-jam istirahat atau

bahkan hingga sepulang sekolah. Hal ini sudah menjadi

kebiasaan yang membudaya di SMK Negeri 13 Bandung

sebagai sekolah berbasis ICT.

Berdasarkan temuan hasil penelitian di lapangan

yang didapatkan melalui wawancara kepada 2 orang guru

PKn, yaitu Dra. Tini Sugiartini, M.Pd., dan Maya

Kusmayanti, S.Pd; kemudian Kepala Sekolah Anne

Sukmawati KD, M.M.Pd.; dan beberapa orang siswa siswi

SMK Negeri 13 Bandung. Hasil wawancara dijabarkan

sekaligus menjawab poin-poin rumusan masalah sebagai

berikut.

a. Kompetensi Guru PKn dalam Memahami Arti dan Fungsi

ICT

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

Ibu Anne Sukmawati KD, M.M.Pd, hampir seratus persen

guru-guru di SMK Negeri 13 Bandung telah memahami arti

dan fungsi ICT dalam pembelajaran. Hal ini dapat

dikategorikan ke dalam kompetensi kemelekan guru

terhadap ICT. Karena selain tuntutan sebagai seorang

guru yang harus menguasai perkembangan teknologi, di

SMK Negeri 13 Bandung yang berbasis ICT sudah tentu

merupakan kewajiban bagi guru untuk senantiasa

meningkatkan kompetensi dan kemelekannya terhadap ICT.

Hal ini dimaksudkan agar guru lebih interaktif dalam

pembelajaran. Kemudian akses informasi untuk tambahan

sumber belajar menjadi lebih kaya dan aktual, serta

dengan perangkat ICT yang tersedia guru lebih mudah

menyampaikan materi kepada siswa.

Sebagai seorang guru PKn, sudah merupakan

kewajiban untuk senantiasa memperkaya informasi

mengenai hukum, politik, kenegaraan, juga nilai dan

moral. Maka dari itu, kemelekan guru PKn terhadap ICT

sangatlah penting. Makna kemelekan disini sebagaimana

ditemukan dari hasil wawancara baik dengan Kepala

Sekolah maupun dengan guru PKn sendiri ialah meliputi

pemahaman guru mengenai perkembangan ICT, serta

pengetahuannya mengenai alat-alat yang menjadi komponen

ICT.

Menurut kacamata Ibu Tini Sugiartini, M.Pd., dan

Ibu Maya Kusmayanti, S.Pd., ICT atau TIK sendiri

merupakan bentuk perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dikembangkan manusia untuk memudahkan

segala bentuk aktivitas kehidupan. ICT juga merupakan

teknologi yang membuat informasi menjadi mudah untuk

diakses serta dapat menghubungkan manusia satu sama

lain. ICT mengubah bagaimana manusia belajar dan

mendapatkan informasi, sehingga ICT sejatinya berfungsi

untuk membuka akses informasi. ICT bisa berarti alat

komunikasi seperti halnya handphone, smartphone, komputer,

laptop, LCD proyektor, dan screen.Kemudian juga alat

audiovisual televisi, hingga yang abstrak seperti

internet.

b. Lingkungan BerbasisICT sebagai Sumber Belajar PKn

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,

fasilitas berbasis ICT yang diunggulkan di SMK Negeri

13 Bandung adalah jaringan on-LAN (Local Area Network)

mandiri yang dikembangkan secara swadaya oleh sekolah.

Bertolak dari pengembangan jaringan tersebut, proses

perencanaan pembelajaran PKn oleh guru dapat dengan

mudah dilakukan. Setelah pelaksanaan in house training

untuk perancangan pembelajaran secara keseluruhan, guru

kemudian melakukan langkah identifikasi terhadap tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai siswa. Tujuan

pembelajaran tersebut dituangkan menjadi materi

pembelajaran yang disiapkan guru dengan memanfaatkan

ICT, lebih khususnya menggunakan perangkat seperti

halnya laptop dan internet. Kedua fasilitas tersebut

telah tersedia di sekolah dan dapat digunakan oleh

semua guru secara teratur dan terjadwal. Setelah itu

baru guru memanfaatkan fasilitas e-learning yang

terintegrasi dengan website sekolah untuk meng-upload

materi pembelajaran baik dalam bentuk modul pdf maupun

power point. Setelah perencanaan, kemudian guru

melaksanaan pembelajaran PKn di kelas dengan

memanfaatkan fasilitas ICT yang telah tersedia di

sekolah, yaitu LCD proyektor dan screen. Dalam pelajaran

PKn memang lebih banyak materi yang dibutuhkan,

sehingga memerlukan media dan sumber belajar yang tepat

untuk menyampaikannya kepada siswa agar mudah diserap

dan dipahami. Maka ketersediaan LCD proyektor beserta

screen kemudian fasilitas internet yang dapat diakses di

setiap kelas telah melengkapi dan memudahkan guru PKn

dalam membelajarkan siswa dan memfasilitasi siswa saat

berdiskusi dan presentasi.

Sumber belajar seperti halnya e-learning yang

terintegrasi dengan website sekolah dapat diakses di

luar jaringan internet pada umumnya, sehingga aksesnya

dapat lebih cepat dan memudahkan semua penggunanya

terutama siswa dan guru. Kemudian dari jaringan on-LAN

tersebut sekolah telah mampu menyelenggarakan ujian

secara online atau lebih populer dengan istilah paperless

tanpa harus merasa khawatir akan keterlambatan akses.

Ujian on-LAN tersebut telah menjadi unggulan di SMK

Negeri 13 Bandung. Evaluasi belajar dalam jaringan

(ujian online) telah menjadi sumber belajar tidak

langsung bagi siswa terutama dalam mata pelajaran PKn.

Lingkungan berbasis ICT yang telah berkembang di SMK

Negeri 13 Bandung dan dimanfaatkan guru dari mulai

tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi telah

menghasilkan pengembangan karakter yang menjadi ciri

khas siswa siswi SMK Negeri 13 Bandung sendiri, yakni

karakter jujur, mandiri, transparan, percaya diri, integritas, disiplin,

terbuka, kolaboratif, berpikir kritis, dan tanggung jawab. Karakter-

karakter yang terus dikembangkan tersebut merupakan

bagian dari pengalaman siswa sebagai sumber belajar.

c. Proses Pembelajaran PKn dengan Memanfaatkan

Lingkungan Berbasis ICT

Proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan ICT

sebagai sumber belajar sudah berjalan baik di SMK

Negeri 13 Bandung. Menurut keterangan guru PKn, memang

tidak setiap pertemuan guru menggunakan atau

memanfaatkan ICT. Seperti misalnya laptop dan LCD

proyektor, guru hanya menggunakannya ketika akan

menyampaikan materi di awal pembelajaran sebagai

pengantar atau pada kegiatan konfirmasi di akhir

pembelajaran. Kemudian untuk pemanfaatan internet, e-

learning, edmodo, serta e-mail, guru menyesuaikan dengan

indikator dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Guru juga sudah terbiasa mempersiapkan informasi

terbaru dari berbagai media online di internet terkait

materi pembelajaran yang hendak disampaikan sebagai

materi tambahan. Misalnya pada pembelajaran tentang

materi HAM guru mempersiapkan berbagai tayangan berupa

gambar-gambar pelanggaran HAM di Indonesia dan video

tentang contoh kasus HAM di Indonesia.

Pada pelaksanaannya, pembelajaran PKn di SMK

Negeri 13 Bandung dilakukan dengan cara tatap muka dan

dengan cara non-tatap muka (online) melalui fasilitas

edmodo. Seperti yang pernah dilakukan oleh Ibu Maya

Kusumayanti saat beliau berhalangan hadir pada

penyampaian materi di kelas X. Dengan demikian, siswa

tidak lantas bebas dari tugas dan bisa berkeliaran di

tengah jam pelajaran. Guru memanfaatkan fasilitas

edmodo maupun e-learning untuk tetap melaksanakan proses

belajar mengajar. Sebagai bentuk evaluasi di akhir

pertemuan, guru biasanya langsung memberikan tindak

lanjut berupa tugas baik berupa soal latihan pada buku

maupun di e-learning. Jika tugas diberikan di e-learning,

biasanya guru memberi tahu dulu, waktu pengirimanpun

telah ditentukan sebelumnya sehingga tidak terlalu

menyulitkan siswa ketika harus mengakses internet.

d. Lingkungan Berbasis ICT dalam Mengembangkan Civic

Disposition Siswa

Lingkungan berbasis ICT membawa budaya keterbukaan

dan integritas, sehingga para siswa dituntut memiliki

karakter baik agar mampu berkontribusi dan

mengoptimalkan keuntungan peluang dari kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi. Proses pembiasaan

dalam mengembangkan civic disposition siswa dilakukan melalui

program-program sekolah sebagai berikut.

1)Pengembangan karakter religius dalam kegiatan

keagamaan seperti:

a) Berdoa sebelum dan setelah belajar

b) Membacakan Asmaul Husna sebelum kegiatan

belajar di mulai

c) Melaksanakan tadarus 5 menit sebelum kegiatan

belajar dimulai

d) Melaksanakan ibadah sholat Jumat di lingkungan

sekolah untuk laki-laki muslim, dan mengikuti

kegiatan Keputrian untuk perempuan muslim serta

kebaktian bagi non-muslim

e) Berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti

pesantren kilat dan perayaan hari-hari besar

Islam.

2)Pengembangan karakter sosial seperti halnya

karakter jujur, disiplin, kreatif, inovatif, peka,

tanggap, dan bertanggung jawab dalam kegiatan

pengembangan diri dan kegiatan peduli lingkungan

seperti:

a) Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib dan

pilihan seperti Pramuka, Paskibra, dan PMR

b) Mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling

c) Melaksanakan budaya 4S (Senyum, Sapa, Salam,

dan Santun)

d) Melaksanakan budaya PAB (Pungut, Ambil, Buang)

sampah yang ada dan dimasukkan ke tempat sampah

sesuai dengan kualifikasinya

e) Melaksanakan Prinsip 4R (Reuse, Reduce, Recycle, dan

Refill)

f) Melaksanakan budaya 7K (Keamanan, Kebersihan,

Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kerukunan,

dan Kerindangan) di lingkungan sekolah

g) Mengikuti senam dan membersihkan lingkungan

sekolah sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan (Rabu Bersih).

Berikut merupakan hasil angket sebagai gambaran

respon siswa terhadap perkembangan ICT.

Tabel Rekapitulasi hasil pengukuran sikap siswa terkaitpenggunaan ICT sebagai sumber belajar PKn

No. Pernyataan SS S R TS ST

S%

1. Memaknai fungsi handphonesebagai perangkat ICTuntuk alat komunikasi

45 55 0 0 0

2. Memaknai fungsikomputer/laptop sebagaiperangkat ICT untukbelajar mengeksplorasi

20 80 0 0 0

3. Menjaga etika danidentitas ketikamenggunakan internet

45 50 5 0 0

4. Mengutamakan membaca bukupanduan untukmengembangkan sikapmandiri

22,5

50 17,5

7,5

2,5

5. Memanfaatkan lingkungansekitar sekolah untukbelajar dalam rangkamengembangkan sikapkreatif serta inisiatif

25 52,5

17,5

5 0

6. Mengembangkan sikappartisipatif denganberdiskusi melalui media

20 67,5

10 2,5

0

sosial7. Mengembangkan sikap

inisiatif dalam menolongteman meski tidak diminta

12,5

52,5

25 10 0

8. Mengembangkan sikaptanggap dan kritis denganmembiasakan diri memilahinformasi yang tersebardi internet

40 42,5

15 2,5

0

9. Mengembangkan sikapdisiplin dengan mematuhiperaturan mengenai bataswaktu akses internet disekolah

17,5

55 22,5

5 0

10.

Mengembangkan sikap sopandan saling menghargaidengan cara menghormatipengguna/user lain ketikamenggunakan internet

25 70 5 0 0

11.

Mengembangkan sikapinisiatif dalam belajardengan mencari materi PKndari situs-situs diinternet

15 70 12,5

2,5

0

12.

Mengcopy-paste materi dariinternet untuk tugas.Pengembangan sikapdisiplin dan bertanggungjawab

12,5

35 12,5

2,5

37,5

13.

Mengembangkan sikapmandiri dengan mencaritahu informasi tentangpemilu lewat internet

10 57,5

10 7,5

0

14.

Mengembangkan sikapdisiplin dan tepat waktuketika mengirimkan tugasmelalui email

22,5

67,5

7,5

2,5

0

15.

Mengembangkan sikap jujurdan objektif dengan

20 57,5

12,5

7,5

2,5

memilih pemimpinberdasarkan visi misi-nya

16.

Mengembangkan sikaptanggung jawab denganmenyusun tugas berbentuklaporan analisis kasusatau peristiwa

15 72,5

10 2,5

0

17.

Mengembangkan sikapmandiri dan inisiatifdengan mencari materipelajaran yang belumdiketahui

10 57,5

27,5

5 0

18.

Mengembangkan sikapterbuka dan kolaboratifterhadap isu-isu global

20 70 10 0 0

19.

Mengembangkan sikapdemokratis dan negosiasidengan mengikuti diskusidalam memecahkan suatupersoalan

17,5

67,5

15 0 0

20.

Mengembangkan sikappartisipatif dandemokratis dengan tidakmemaksakan pendapatketika bermusyawarah

27,5

67,5

5 5 0

Berdasarkan data pada di atas, siswa kelas XI SMK

Negeri 13 Bandung sebagian besar memperlihatkan sikap

positif terhadap pengembangan karakter kewarganegaraan

(civic disposition) meliputi sikap jujur, disiplin, mandiri,

tanggung jawab, demokratis, dan keberadaban

(kesopanan). Disamping itu, hasil pengukuran sikap pada

40 orang siswa kelas XI SMK Negeri 13 Bandung

menunjukkan hasil rentang skor sebagaimana diukur

menurut skala Likert, yaitu skor tertinggi 93 dan

terrendah 62.

Tabel Kategori skor dan rentang hasil pengukuran sikapsiswa

% Jumlahsiswa

Intervalskor

Kecenderungansikap

45 18 orang 80-100 Terpuji52,5

21 orang 65-79 Baik

2,5 1 orang 50-79 Cukup

Berdasarkan tabel di atas, yang telah dikonversi

sesuai interval skor, dapat disimpulkan bahwa siswa SMK

Negei 13 Bandung memiliki kecenderungan sikap ‘baik’

dalam memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar PKn,

yakni dengan rincian 52,5% siswa memiliki kecenderungan

sikap ‘baik’, 45% siswa memiliki kecenderungan sikap

‘terpuji’, dan sisanya 2,5% siswa memiliki

kecenderungan sikap ‘cukup’. Hal ini mencerminkan sikap

serta perilaku siswa terkait pemanfaatan ICT sebagai

sumber belajar PKn telah berperan mengembangkan civic

disposition siswa.

2. PembahasanICT sebagai produk globalisasi terbentuk atas

transfer informasi yang tidak lagi terbatas ruang dan

waktu. Kecepatan dan kemudahan akses informasi membuat

ICT terbentuk dan menjadi bagian dari lingkungan budaya

manusia. Pengaruhnya begitu kuat terhadap tatanan

kehidupan, sehingga telah melibatkan aspek nilai dan

moral tersendiri di dalamnya. Begitu pun ketika ICT

digunakan sebagai sumber belajar dalam dunia

pendidikan.

Guru sebagai ujung tombak pendidikan selain

dituntut untuk terus menggali dan mengembangkan

pembelajaran juga dituntut untuk mampu melibatkan

pengolahan sikap serta keterampilan dalam membelajarkan

siswa. Demikian pula ketika berkembangnya lingkungan

berbasis ICT maka guru dituntut mampu menggunakan ICT

dalam proses belajar mengajar. Terutama mengenai sumber

belajar, guru selayaknya memiliki pola pemanfaatan

lingkungan berbasis ICT di sekolah, sehingga proses

belajar mengajar bisa berjalan optimal. Tidak hanya

itu, lebih jauh lagi ICT telah menyediakan hal baru dan

penting bagi praktik kewarganegaraan. Dengan demikian,

dunia pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) harus mampu menjadi wadah untuk membelajarkan

peserta didik agar memiliki kebiasaan yang baik dalam

memanfaatkan kecanggihan teknologi terutama sebagai

sumber belajar.

Berkenaan dengan guru sebagai ujung tombak

pendidikan, guru PKn perlu turun tangan dalam hal

mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global dan

perkembangan ICT. Pemanfaatan ICT di sekolah baik

ketika belajar mengajar maupun kegiatan sekolah

lainnya, perlu diantisipasi guru dengan senantiasa

menumbuhkan serta membiasakan karakter positif pada

diri siswa ketika menggunakan ICT. Seperti misalnya,

mengingatkan siswa untuk senantiasa mencantumkan sumber

ketika mencari informasi di internet untuk digunakan

pada materi pelajaran. Sejalan dengan hal di atas,

Danial (2009: 3) telah melakukan penelitian tentang

‘Mengembangkan Karakter Masa Depan’. Dalam hasil

penelitiannya beliau berpendapat bahwa

Guru PKn yang bagaimanakah yang memiliki kemampuanmenjawab tantangan sosial dan dapat membina siswasebagai warga negara Indonesia yang bertaqwa,berkarakter, kreatif, mencintai bangsa dan negara,heroik, patriotik, demokratik, tanggung jawab,jujur, adil, sopan santun, dan kekeluargaan

Penulis dapat mempertegas penelitiannya melalui

hasil penelitian di atas. Melalui ICT guru PKn juga

harus mempelajari berbagai fenomena yang

diinternalisasikan dalam pembelajaran, sehingga dapat

menyeimbangkan dengan pembinaan karakter siswa yang

bersifat kontekstual. Pembinaan karakter ini tentu

dalam rangka mengembangkan civic disposition siswa. Jelas

pada dasarnya guru PKn perlu memahami bahwa proses

interaksi belajar mengajar dilakukan siswa dengan

lingkungannya. Dengan demikian guru justru harus mampu

mengeksplorasi semua unsur pembelajaran yang ada di

sekitar siswa termasuk lingkungan berbasis ICT. Guru

harus mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk

diterapkan dalam pembelajaran. Guru harus meninggalkan

pengajaran-pembelajaran cara lama yang dilakukan selama

ini, sebaliknya memikirkan pembelajaran dinamik dalam

kontkes penggunaan teknologi informasi.

Guru mau tidak mau harus bersedia melaksanakan

tugas baru mengembangkan dan memadukan pembelajaran

berbasis ICT. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

berbasis ICT ini bukan hanya sekedar memberikan

kemudahan kepada guru dalam proses pembelajaran semata.

Akan tetapi dengan hal seperti ini guru dituntut untuk

mampu memadukan kecanggihan ICT ini sekaligus dengan

menanamkan nilai-nilai yang mulai berubah dalam

paradigma kebudayaan masyarakat sebelumnya. Karena

sebenarnya dengan kecanggihan ICT ini manusia telah

mendapati suatu ilmu pengetahuan baru yang perlu

kemahiran dalam mengelolanya. Tanpa kepandaian

mengolah, teknologi dan informasi (ICT) tidak ada

artinya.

Hanyalah informasi yang diolah dengan baik yang

menghasilkan pengetahuan. Karena ketika informasi itu

tidak diolah dengan baik akan membahayakan dan berujung

pada penyalahgunaan. Kemudian hanyalah pengetahuan yang

diolah dengan baik yang akan menghasilkan kearifan atau

kebijaksanaan. Karena dengan pengetahuan yang baik maka

akan tumbuh kebiasaan-kebiasaan baik pada diri siswa.

Nilai-nilai yang ikut tumbuh seiring perkembangan ICT

ini tidak lain adalah sikap kritis dalam menyelesaikan

permasalahan di sekitar.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mukhadis

tentang ‘Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam

Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup’. Melalui hasil

penelitiannya Mukhadis menyimpulkan bahwa “tuntutan

utama peradaban teknologi pada era global adalah kiat

menyinergikan berbagai informasi dijadikan proposisi

sebagai kerangka pikir dalam pemecahan masalah”

(Mukhadis, 2013: 115). Perkembangan ICT telah menyentuh

semua aspek kehidupan termasuk dunia persekolahan,

sehingga diistilahkan sebagai suatu tuntutan hidup.

Karena tanpa mengikuti perkembangan ICT tentu akan

mengakibatkan ketertinggalan informasi dan menjauhkan

kita dari segi efisiensi dan efektifitas pekerjaan.

Demikian halnya juga dalam kegiatan pembelajaran, hanya

saja tetap perlu memperhatikan sinergitas informasi dan

kerangka berpikir yang holistik terutama ketika

memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar bagi siswa.

Sinergitas inilah yang dapat diwujudkan melalui

pengembangan civis disposition siswa.

Pengelolaan informasi disini begitu penting untuk

diajarkan dan dibiasakan pada siswa karena pada

kenyataannya konten negatif tetap membahayakan dan

berdampak buruk bagi karakter. Sebagaimana penelitian

yang dilakukan oleh Bachtiar Yusuf tentang “Resistensi

Bangunan Karakter Manusia Indonesia di Era Digital”. Era ICT telah

membawa dunia ke era digital. Semuanya serba digital,

dari cara berkomunikasi antar perseorangan hingga antar

lembaga. Di sekolah, siswa masa kini dinamakan sebagai

‘generasi digital’ karena mereka lahir di tengah

perkembangan teknologi yang begitu pesat. Di sekolah

mereka tidak lagi menggunakan buku sebagai rujukan

utama, mereka hanya tinggal mengetikan kata kunci pada

search engine maka konten yang diinginkan dapat seketika

muncul. Namun kekhawatiran orang tua dan guru hadir

ketika semuanya terasa instan. Maka siswa tetap perlu

diajarkan untuk tertib, disiplin, jujur, serta mandiri

dalam mengolah semua kecanggihan tersebut.

Dalam pemanfaatannya, internet dapat membuatseseorang, termasuk anak-anak memperoleh segalamacam informasi dengan lebih mudah. Namun keamananinternet yang lemah bisa membuat anak mendapatkaninformasi yang salah; informasi yang tidakseharusnya diketahui (Bachtiar, 2013: 359)

Sebagian besar masalah keamanan internet untuk

anak-anak tersebut adalah seputar informasi tentang

seks termasuk pornografi dan juga kekerasan. Jika

Informasi yang diterima anak-anak tersebut berlangsung

secara intens dalam kurun waktu yang relatif lama, hal

ini bisa mempengaruhi perilakunya; merusak bangunan

karakter anak. Dengan demikian, pemanfaatan ICT

terutama internet tetap membutuhkan filterisasi dengan

senantiasa menyadarkan siswa akan dampak dari konten

negatif yang tidak ada manfaatnya sama sekali dalam

proses belajar.

Mata pelajaran PKn diberikan dengan tujuan agar

siswa memiliki bekal cukup dalam menyeimbangkan hak dan

kewajiban kelak sebagai warga negara. Melalui

pengetahuan tentang kenegaraan, moral, dan sejarah

kebangsaan, siswa diharapkan mampu menumbuhkan sikap

cinta tanah air tidak dengan hanya mengikuti upacara

bendera semata. Siswa dibentuk agar mampu mengembangkan

pribadi yang memiliki kepribadian luhur, watak

kewarganegaraan, sikap publik dan sikap privat yang

seimbang. Hal ini dikemukakan oleh Sadeli dan

Kartikawati dalam artikel ilmiahnya, bahwa

Pembelajaran PKn memiliki implikasi dalamkehidupan siswa, pembelajaran PKn di jenjangpersekolahan memiliki tujuan selain memberikanbekal pengetahuan, tetapi juga diharapkan mampumembentuk karakter siswa. Pembentukan karakter inipenting, karena melalui materi PKn siswa diajarkanakan hak dan kewajiban, tanggung jawab, demokrasi,dan juga Hak Asasi Manusia (HAM). Diharapkanmelalui pembelajaran ini karakter yang akandibangun adalah bersikap demokratis dan kritis(2013: 2).

Mata pelajaran PKn tidak hanya menyediakan sumber

belajar baku berupa tambahan informasi dari internet.

Akan tetapi harus juga mengembangkan sumber belajar

yang membuahkan karakter pada diri siswa. Dengan

demikian, lingkungan berbasis ICT yang telah mengubah

siswa menjadi bagian dari generasi digital yang sudah

seharusnya juga menumbuhkan karakter siswa agar

memiliki nilai dasar yang kuat sebagaimana tujuan mata

pelajaran PKn sendiri, yaitu membentuk warga negara

yang cerdas, baik, berkarakter dan mampu ikut serta

dalam kompetensi perkembangan jaman yang kian global.

Penelitian ini membahas bagaimana pemanfaatan ICT

sebagai sumber belajar oleh guru dapat berperan dalam

pengembangan civic disposition siswa. Hasil penelitian di

lapangan membuktikan bahwa pemanfaatan lingkungan

berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung telah berperan

dalam pengembangan civic disposition siswa. Adapun perangkat

ICT yang sudah dimanfaatkan di SMK Negeri 13 Bandung

ialah berupa smartphone, PC/laptop, LCD proyektor beserta

screen, internet, pembelajaran online lewat edmudo dan e-

learning yang terintegrasi dengan web sekolah. Peneliti

menemukan berbagai keunikan dengan berkembangnya budaya

berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung. Termasuk

kaitannya dengan pengembangan karakter siswa atau civic

disposition siswa. Pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar,

perannya terhadap pengembangan civic disposition siswa dapat

terlihat dari perolehan data angket dan pengukuran

sikap siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa proses belajar

mengajar yang difasilitasi oleh guru telah membentuk

civic disposition siswa berupa karakter mandiri dan

keberadaban (sopan santun, pen). Kemudian sebagaimana

temuan peneliti melalui hasil observasi, bahwa delapan

karakter utama di SMK Negeri 13 Bandung telah

berkembang seiring dengan pemanfaatan lingkungan

berbasis ICT. Karakter tersebut yaitu disiplin, jujur,

kreatif, inovatif, peka, tanggap, dan bertanggung

jawab. Adapun peran pengembangan civic disposition siswa

tersebut ialah seputar pemanfaatan ICT sebagai sumber

belajar. Dengan demikian, karakter yang dikembangkan

pun ialah mencakup karakter dalam penggunaan ICT.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Feriyansyah pada tahun 2014 tentang warga negara

digital. Dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa

dalam mengoptimalkan penggunaan TIK, maka harus

dibentuk karakteristik warga negara yang sesuai dengan

kebutuhan di era digital, yaitu melek TIK, memahami

etika TIK, memiliki kecerdasan berteknologi berpikir

kritis dan solutif, serta mampu berkolaborasi menjadi

pembelajar yang dilingkupi oleh nilai dasar yang kuat.

Sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam

menggunakan ICT sebagai sumber belajar pun dibutuhkan

etika dan karakter yang kuat pada diri siswa.

Melanjutkan penelitian yang telah dilakukan oleh

Ella Dewi Latifah tentang “Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi

Kewarganegaraan di SMK Negeri 13 Bandung” penekanan kompetensi

kewarganegaraan dalam penelitian tersebut dispesifikasi

melalui pengukuran sikap yang dilakukan oleh penulis

untuk mengetahui pengembangan karakter kewarganegaraan

(civic disposition) siswa terkait pemanfaatan ICT.

Pemanfaatan tersebut juga tidak hanya dalam

pembelajaran PKn saja, namun juga menyelami kebiasaan-

kebiasaan di luar kegiatan belajar mengajar secara

formal.

Berkaitan dengan fungsi dan tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan, materi keilmuan pendidikan

kewarganegaraan telah dibagi menjadi tiga komponen,

yaitu civic knowledge, civic skill, dan civic disposition. Berikut

pendapat Winataputra (dalam Adnan, 2005: 73)

Komponen civic disposition menunjuk pada ciri-ciri watakpribadi dan watak kemasyarakatan yang diperlukanbagi pemeliharaan dan perbaikan demokrasikonstitusional. Komponen ini meliputi ciri-ciriwatak pribadi seperti tanggung jawab moral,disiplin diri, dan rasa hormat terhadap peraturanhukum, berpikir kritis, hasrat untuk mendengarkan,bernegosiasi, dan berkompromi sangat diperlukanbagi keberhasila demokrasi

Kecanggihan teknologi membentuk siswa aktif dalam

mengembangkan berbagai karya, baik dalam ranah program

keahliannya maupun dalam pengkayaan wawasan informasi

dan softskill nya. Bagi guru PKn di SMK Negeri 13 Bandung

sendiri, mereka menilai apa yang didapat siswa di

internet merupakan sumber belajar yang variatif. Siswa

bertarung dengan limpahan informasi dan kecanggihan

alat yang ada di genggaman mereka. Maka dari itu timbul

karakter-karakter yang dikembangkan dari pemanfaatan

lingkungan berbasis ICT sendiri. Secara umum, dalam

mewujudkan kompetensi kewarganegaraan termasuk civic

disposition terdapat rincian kompetensi-kompetensi yang

hendak diwujudkan melalui mata pelajaran PKn yang

dibagi dalam tiga kelompok oleh Pusat Kurikulum, salah

satu diantaranya, yaitu

Kompetensi untuk menghayati dan mengembangkankarakter kewarganegaraan. a. Memberdayakan dirinya sebagai warganegara yang

independen, aktif, kritis, well-informed, danbertanggung jawab untuk berpartisipasi secaraefektif dan efisien dalam berbagai aktifitasmasyarakat, politik dan pemerintahan pada semuatingkatan (daerah dan nasional).

b. Memahami bagaimana warganegara melaksanakanperanan, hak, dan tanggung jawab personal untukberpartisipasi dalam kehidupan masyarakat padasemua tingkatan (daerah dan nasional).

c. Memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti, demokrasi, hak asasimanusia, dan nasionalisme dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hakasasi manusia dalam kehidupan sehari-hari(dalam Adnan, 2005: 74).

Sementara itu civic disposition terbagi menjadi karakter

publik dan karakter privat sebagaimana pendapat Sapriya

dan Winataputra (2003: 13) dan pendapat Cholisin (2010:

3-4) dalam jurnalnya. Kemudian diperkuat oleh

penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ratna Dewi (2013:

35) bahwa komponen civic disposition antara lain ialah

berupa karakter mandiri, disiplin, tanggung jawab,

jujur, demokratis, dan keberadaban atau sopan santun.

Karakter ini sesuai dengan hasil penelitian terhadap

pengukuran sikap siswa di SMK Negeri 13 Bandung, bahwa

karakter yang muncul dari pemanfaatan lingkungan

berbasis ICT sebagai sumber belajar adalah karakter

jujur, disiplin, tanggung jawab, demokratis, disiplin,

dan mandiri.

Lingkungan berbasis ICT memang telah berperan

besar dalam dunia pendidikan. Demikian halnya dalam

tataran aplikatif seperti proses belajar mengajar yang

melibatkan guru dan siswa. Tidak hanya itu, sekolah pun

harus turut serta mengembangkan budaya berbasis ICT.

Agar dalam pemanfaatan dan pengaplikasian ICT dapat

sejalan dengan pembiasaan yang mengarah terhadap

pembentukan karakter siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan

pembahasan penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa

lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar telah

berperan dalam pengembangan civic disposition siswa. ICT

yang merupakan kependekan dari Information Communication

and Technology atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

memberikan dampak terhadap proses belajar mengajar

termasuk pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

Lingkungan berbasis ICT muncul sebagai akibat dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan dinamika kehidupan

manusia. Penggunaannya yang sudah merasuki hampir

seluruh aspek kehidupan membuat lingkungan berbasis ICT

menjadi suatu bentuk respon baru terhadap budaya atau

kebiasaan peserta didik. Kebiasaan inilah yang

semestinya dihadapi secara positif. Dengan demikian

pemanfaatan ICT dalam proses belajar mengajar

diharapkan mampu menumbuhkan karakter kewarganegaraan,

terutama ketika ICT digunakan sebagai sumber belajar

PKn untuk membuka gerbang informasi yang seluas-

luasnya.

DAFTAR RUJUKAN

Adnan, F.M. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan (CivicEducation) pada Era Demokrasi. Jurnal DemokrasiVol.IV No.1 Th.2005: page 63-76

Bachtiar, Y. (2013). Resistensi Bangunan Karakter ManusiaIndonesia di Era Digital. Jurnal Edutech ISSN 0852-1190.Tahun 12, Vol.1, No.3 Oktober 2013: page 347-362

Cholisin. (2010). Penerapan Civic Skill dan Civic Disposition dalamMata Kuliah Prodi PKn. Disampaikan dalam DiskusiTerbatas Jurusan PKn dan Hukum FISE UNY (25September 2010).

Danial, E. (2009). Aktualisasi Guru Pendidikan KewarganegaraanUntuk Membina WNI Masa Depan. Jurnal Civicus “MengembangkanKarakter Masa Depan” ISSN 1412-5436. Vol.12 Januari2009: page 1-6

Dewi, D.R. (2012). Kajian tentang Budaya Demokrasi di Pesantrendalam Mengembangkan Civic Disposition Santri (Studi Deskriptif diPesantren Al-Basyariah Bandung). Skripsi JurusanPendidikan Kewarganegaraan. Universitas PendidikanIndonesia.

Feriyansyah. (2014). Warga Negara Digital sebagai InstrumenMenuju Warga Negara Global (Penelitian Grounded Theory tentangDampak Kemajuan TIK terhadap Praktik Kewarganegaraan. TesisProgram Studi Pendidikan Kewarganegaraan SekolahPasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Hermes, J. (2006) Citizenship in the Age of the Internet. EuropanJournal of Communication: Vol 21:page 295-309 (diakses5 April 2014).

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013. (2013).Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran.Jakarta: Kemendikbud.

Latifah, E.D. (2013). Pembelajaran PendidikanKewarganegaraan Berbasis Media ICT dalam MeningkatkanKompetensi Kewarganegaraan di SMK Negeri 13 Bandung. JurnalCivicus ISSN 1412-5463. Vol. 18, No.1 Juni 2014:page 29-45.

Mohamad dan Sidin. (2007). ICT dalam Pendidikan: Prospek danCabaran dalam Pembaharuan Pedagogi. Jurnal Pendidikan32 (2007): page 139-152 (diakses pada 4 Februari2014)

Mukhadis. A. (2013). Sosok Manusia Indonesia Unggul danBerkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup.Jurnal Pendidikan Karakter Tahun III, Nomor 2,

Juni 2013. FT Universitas Negeri Malang (diakses 5April 2014).

Sadeli dan Kartikawati. (2013). Peran PembelajaranPendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan KeterampilanBerpikir Kritis pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto.Purwokerto: FKIP

Sapriya dan Winataputra, U. (2003). PendidikanKewarganegaraan: Model Pengembangan Materi danPembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS.