Post on 21-Feb-2023
MAKALAH AKUNTASI PERPAJAKAN
Disusun oleh:
Achmad Faiz Falachi 10.0724.E
Fitriana 10.0742.E
Muhammad sufi 10.0721.E
Uswatun nasiroh 10.0730.E
Isrifani 10.0736.E
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEKALONGAN1
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu
penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman.
Amin...
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………................…………...............
…......….....1
DAFTAR ISI……………………………………………..................…............…...
…….......3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………................................
………5
A. Latar
belakang.........................................................
.............................................................3
B.
Permasalahan.....................................................
.................................................................
..5
3
C. Pembatasan
masalah..........................................................
....................................................5
BAB II PEMBAHASAN MATERI.................
………………..........................................….6
A. Definisi akuntasi
perpajakan.......................................................
.................................……6
B. Self Assessment
System...........................................................
.....................................…...7
C. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan
Fiskal....................8
D. Pengakuan Pendapatan dan
Biaya..........................................................
...........................10
1 Pendapatan menurut UU Perpajakan ……………………………………........10
2 Beban menurut UU Perpajakan…….....................……...
…………..…..………..12
4
BAB III
PENUTUP..........................................................
.....................................................12
A.
Kesimpulan…………………………………………................................
.....…...……....14
B. Saran……………………….…...
….........................................................
...................….14
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................
.................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pengertian dari
Akuntansi Perpajakan ialah Akuntansi yang diterapkan sesuai
dengan peraturan perpajakan. Dan di dalam mata kuliah ini
terdapat salah satu bab yang membahas tentang akuntasi
perpajakan dan metode akuntansi. Maka dari itu semua disini
tim akan menyajikan pembahasan yang lebih mendalam tentang
akuntasi perpajakan dan metode akuntasi.5
Didalam semua laporan keuangan dipersiapkan untuk
memenuhi tujuantertentu dan tujuan ini pada akhirnya akan
mempengaruhi bentuk dan isi laporan keuangan dengan segala
keterbatasannya. Sesungguhnya perbedaan tersebut tidak saja
disebabkan oleh siapa “pemakainya”an melainkan pada metode
apa yang digunakan. Apakah menggunakan metode stesel kas
atau stesel akrual kas walaupun disusun dengan periode yang
sama dengan elemen-elemen yang sama namun tetap menunjukan
perbedaan-perbedaannya selama masing-masing laporan keuangan
tersebut masih mengggunakan metode penyusutan yang berbeda.
Metode akuntasi ini sangat bermanfaat terutma sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan.
Dalam makalah ini akan dilakukan hal hal yg berkaitan
erat dengan metode akutansi perpajakan yang meliputi
pengertian akutansi perpajakan seta metode akuntasi, jenis-
jenis metode akuntasi, manfaat metode akutansi perpajakan
bagi pihak pihak yang berkepentingan dan terkait
B. Permasalahan
6
Masalah yang akan di angkat dan di bahas dalam makalah
ini adalah tentang pengertian akutansi perpajakan, self
assessment, dan perbedaan laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal.
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup permasalahan yang akan di bahas dalam
makalah ini meliputi tentang pengertian akutansi perpajakan,
self assessment, dan perbedaan laporan keuangan komersial
dengan laporan keuangan fiskal.
7
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. Definisi Akuntasi Perpajakan
Pengertian dan Definisi Akuntansi perpajakan Akuntansi
perpajakan dirumuskan sebagai bagian dari akuntansi yang
menekankan kepada penyusunan surat pemberitahuan pajak (tax
return) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap
transaksi atau kegiatan perusahaan dalam rangka pemenuhan
kewajiban perpajakan (tax compliance).
Niswonger dan Fees (Accounting Principles, 2007).
Persyaratan teoritis dalam metode akuntasi untuk kepentingan
akuntasi perpajakan
1. Metode akuntasi haruslah sesuai pembukuan/ akuntasi pada
umumnya
2. Metode akuntasi haruslah mencerminkan penghasilan
perusahaan yang bersangkutan
3. Untuk memenuhi ketentuan 1 dan 2 hendaknya wajib pajak
menggunakan salah satu metode akuntasi berikut ini8
Stesel kas
Stesel akrual
Kombinasi antara stesel dan akrual kas sesuai ketentuan
perundang-undangan Perpajakan yang dikenakan metode
hybrid
Metode yang dikenakan oleh ketentuan perundang-undanga
seperti metode cicilan
4. Wajib pajak kegiatan usahanya sndiri terdiri dari
perdagangan dan bisnis dapat menggunakan akuntasi yang
berbeda-beda antara perdagangan dan bisnis lainnya
tersebut.
5. Terkecuali apabila diatur lain, perubahan akuntasi yang
digunakan wajib pajak, haruslah terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari DIRJEN PAJAK
B. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia saat ini
adalah sistem self assessment, adapun pengertian self
assessment system menurut Waluyo dan Wirawan B Ilyas dalam
bukunya Perpajakan Indonesia adalah sebagai berikut: “Self
Assessment System adalah pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
9
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar ” (2003:18),
Sedangkan Self Assessment System menurut Siti Resmi dalam
bukunya Perpajakan adalah sebagai berikut: “Self Assessment
System adalah system pemungutan pajak yang memberikan
wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak
terhutang setiap tahunnya sesuai dengan undang-undang
perpajakan yang berlaku” (2003:27).
Dalam system ini terdapat pemberian kepercayaan
sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk melakukan self
assessment memberikan konsekuaensi yang berat bagi Wajib
Pajak, artinya jika Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban-
kewajiban Perpajakan yang dipikul kepadanya, sanksi yang
dijatuhkan akan lebih berat. Oleh karena itu system self
assessment mewajibkan wajib pajak untuk lebih mendalami
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku agar
Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya
dengan baik.
Sistem ini juga dapat memberikan biaya tambahan (dalam
arti luas) bagi Wajib Pajak karena Wajib Pajak akan
mengorbankan lebih banyak waktu dan usaha serta biaya untuk
membayar jasa konsultan pajak. Selain itu self assessment
menunjukkan proporsi yang lebih kecil dari yang telah
10
ditetapkan sebelumnya, sehingga sesuai dengan kenyataan yang
ada, jumlah pajak yang dianggarkan akan menurun pula.
Di lain pihak system ini mempunyai beberapa keunggulan
yaitu dapat meningkatkan produktifitas dan murah. Pemerintah
tidak lagi dibebankan kewajiban administrasi menghitung
jumlah pajak terutang Wajib Pajak dan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak untuk memberitahukan (sekaligus
memerintahkan pembayaran) jumlah tersebut kepada Wajib
Pajak, sehingga waktu, tenaga dan biaya sehubungan dengan
hal tersebut dapat dihemat atau dialihkan untuk melakukan
aktivitas pemerintahan lainnya. Selain itu system self
assessment akan mendorong Wajib Pajak untuk memahami dengan
baik atas system perpajakan yang berlaku terhadapnya.
Walaupun dewasa ini telah dianut sistem self
assessment, akan tetapi dalam rangka pembinaan, penelitian
dan pengawasn terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan
wajib pajak, Dirjen Pajak masih dapat mengeluarkan ketetapan
pajak yang disebut sebagai official assessment. Titik tolak
penelitian maupun pemeriksaan pajak, adalah ketetapan pajak
yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (Pajak Penghasilan) yang disampaikan
wajib pajak pada setiap akhir tahun pajak.
11
C. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan
Fiskal
Akuntansi yang menjembatani aktivitas ekonomis dengan
para pengambil keputusan, baik internal maupun eksternal,
menyajikan kepada para pengguna informasi tersebut dalam
bentuk laporan keuanga. Perbedaan kepentingan antar pengguna
kelompok pengguna laporan keuangan tersebut menyebabkan pula
ketidaksamaan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
tersebut.
Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis
akan menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan
keuangan komersial dengan laporan keuangan yang dilampirkan
pada SPT Pajak Penghasilan yang akan disampaikan ke Ditjen
Pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan-
tujuan tertentu, tetapi lebih cenderung kepada penyesuaian
dengan ketentuan perundang-undangan.
Perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiskal disebabkan antara lain, diantaranya :
1. Tujuan laporan keuangan komersial adalah pemberian
informasi penting kepada pengguna laporan keuangan
dan merupakan tanggung jawab para akuntan untuk
melindungi pihak-pihak tersebut dari informasi yang
menyesatkan, sedangkan tujuan sistem akuntansi pajak
12
adalah pemungutan pajak yang adil dan merupakan
tanggung jawab Ditjen Pajak untuk melindungi para
pembayar dari tindakan semena-mena.
2. Pada laporan keuangan komersial biasanya menganut
prinsip konservatif, sehingga kemungkinan
kesalahannya lebih cenderung kepada understatement
pelaporan penghasilan atas asetnya, sedangkan pada
laporan keuangan fiskal hal tersebut tidak dapat
dipakai sebagai dasar untuk menetapkan besarnya
pajak terutang.
3. Prinsip Harga Perolehan : Laporan keuangan komersil,
penentuan harga perolehan untuk barang yang
diproduksi sendiri boleh memasukkan unsur biaya
tenaga kerja yang berupa natura. Sedangkan dalam
laporan keuangan fiskal, pengeluaran dalam bentuk
natura tidak diakui sebagai pengurangan.
4. Prinsip pemadanan (matching) biaya dan manfaat :
dalam Laporan keuangan komersil mengakui biaya
penyusutan pada saat aset tersebut menghasilkan.
Dalam laporan keuangan fiskal, penyusutan dapat
dimulai sebelum menghasilkan.
5. Metode Penyusutan dan amortisasi : dalam laporan
keuangan komersial membolehkan memilih metode
penyusutan seperti straight line method, sum of the years digits
13
method, declining balance method, double declining balance
method, metode jam jasa, jumlah unit produksi dll.
Sedangkan pada laporan keuangan fiskal untuk asset
non bangunan, pemilihan metode penyusutan terbatas
pada metode garis lurus (straigth line method) dan Metode
saldo menurun (declining balance method). Sedangkan untuk
asset bangunan hanya metode garis lurus saja (straigth
linemethod).
6. Metode Penghapusan Piutang : Dalam laporan keuangan
komersial, penghapusan piutang ditentukan
berdasarkan metode cadangan. Sedangkan pada laporan
keuangan fiskal, penghapusan piutang dilakukan pada
saat piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
D. Pengakuan Pendapatan dan Biaya
1. Pendapatan menurut UU Perpajakan
Dalam UU PPh No. 7 Tahun 1983 yang diubah dengan UU PPh
No. 17 Tahun 2000 pasal 4 ayat (1) yang menjadi objek
pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
14
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Penghasilan yang termasuk objek pajak diantaranya :
a. Penggantian atau imbalan berkenaaan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh.
b. Hadiah dari undian, pekerjaan, kegiatan, dan
penghargaan laba usaha.
c. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan
harta.
d. Penerimaan kembali pembyaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya.
e. Bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena
jaminan pengembalian hutang.
f. Royalty, Deviden dengan nama dalam bentuk apapun.
g. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta.
h. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
i. Keuntungan karena pembebasan hutang.
j. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
k. Premi asuransi.
15
l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
m. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usahanya atau pekerjaan.
n. Tambahan kegiatan netto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak
Sedangkan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
antara lain:
a. Harta termasuk setoran tunai yang diterima Badan
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
b. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima
oleh badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah.
c. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
dan oleh badan atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
d. Warisan.
e. Dividen atau bagian laba yang diterima akibat
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
16
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
2) Pemilikan saham paling rendah 25% dari jumlah
modal disetor dari Perusahaan yang memberi
Dividen.
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kecelakaan,
kesehatan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa.
g. Iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menteri Keuangan.
h. Bagian laba yang diterima anggota perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.
i. Penghasilan yang sudah dikenakan PPh final.
j. Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksadana
selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan
atau pemberian ijin usaha.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali
jumlahnya tidak lebih dari 350 juta rupiah yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, termasuk:
1) KUKESRA (Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera)
2) KUT (Kredit Usaha Tani)
17
3) KPRSS (Kredit Pemilikan Rumah Sangat
Sederhana)
4) KUK (Kredit Usaha Kecil)
5) Kredit lainnya dalam rangka kebijakan
perkreditan BI dalam rangka mengembangkan usaha
kecil dan koperasi (yang merupakan jumlah
kumulatif dari satu atau beberapa bank kreditur)
2. Beban menurut UU Perpajakan
Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan
perusahaan dapat diakui sebagai pengurang, meskipun biaya
tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha. Hal ini
disebabkan karena meurut ketentuan pajak, biaya fiskal
digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yakni biaya-biaya yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dan biaya-biaya
yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan :
a.Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan
termasuk biaya pembelian bahan, biaya yang berkenaan
dengan
pekerjaan/jasa termasuk upah, dan lain-lain atau
biaya-biaya yang
18
lazimnya disebut dengan biaya sehari-hari yang
dibebankan pada
tahun pengeluaran yang diperlukan.
b.Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh hartaberwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak
atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
c.Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkanMenteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan/pengalihan harta.
e. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yangdilakukan di
Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang tak tertagih
i.Pemupukan dana cadangan.
j.Sumbangan yang dapat dibiayakan
19
Sedangkan biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan,
antara lain :
a. Pembayaran dividen, pembagian laba atau pembagian
sisa hasil
usaha (koperasi).
b. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.
c. Premi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi
dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
d. Pemberian kenikmatan.
e. Hibah, bantuan dan sumbangan.
f. Pajak Penghasilan.
g. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan
kepada pihak-
pihak tertentu.
h. Biaya atau pengeluaran untuk kepentingan pribadi.
i. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan yang
modalnya
tidak terbagi atas saham.
j. Sanksi Pajak
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akuntansi perpajakan dirumuskan sebagai bagian dari
akuntansi yang menekankan kepada penyusunan surat
pemberitahuan pajak (tax return) dan pertimbangan
konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan
perusahaan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan (tax
compliance).
“Self Assessment System adalah pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar
Akuntansi yang menjembatani aktivitas ekonomis dengan
para pengambil keputusan, baik internal maupun eksternal,
menyajikan kepada para pengguna informasi tersebut dalam
bentuk laporan keuanga. Perbedaan kepentingan antar pengguna
kelompok pengguna laporan keuangan tersebut menyebabkan pula
ketidaksamaan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
tersebut.
21
B. Saran
Penulis tidak membatasi kritikan maupun saran yang
ingin masuk. Karena Tak ada gading yang tak retak, maka dari
itu, penulis sendiri merasa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan sangat mengharapkan sekali kritikan dari
para pembaca.
,
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno, Estralita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan.
Jakarata: Salemba Empat. 2007
DR. Gunadi, M.Sc., Akt.1997. Akuntansi Pajak Sesuai dengan
Undang- Undang Pajak . Baru. Jakarta : Grasindo 1997
HARNANTO,2003. AKUNTASI PERPAJAKAN, YOGYAKARTA
:BPFE- YOGYAKARTA 2003
22