Post on 10-May-2023
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERATIF
APPENDISITIS DI RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN TAHUN 2021
Oleh :
DAVID MIRZA MAHENDRA
NIM. P07220118074
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2021
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERATIF
APPENDISITIS DI RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN TAHUN 2021
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)
Pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Oleh :
DAVID MIRZA MAHENDRA
NIM. P07220118074
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2021
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
1. Nama : David Mirza Mahendra
2. Jenis kelamin : Laki-Laki
3. Tempat, tanggal lahir : Tanah Grogot, 16 November 2000
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Jl. Samsul bahri, Desa Tepian batang, Tanah
Grogot
B. Riwayat Pendidikan
1. TK Kemala Bhayangkari Tanah Grogot Tahun 2005 - 2006
2. SDN 014 Tanah Grogot Tahun 2006 – 2012
3. SMP Muhammadiyah Tanah Grogot Tahun 2012 – 2015
4. SMK PGRI 2 Tanah Grogot Tahun 2015 – 2018
5. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2018 sampai
sekarang
vi
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam rangka
memenuhi persyaratan ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik
Kesehatan Jurusan Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Post Operatif Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun
2021” tepat pada waktunya.
Pada penyusunan KTI ini penulis banyak mengalami kesulitan namun
seemua itu bisa dilalui hingga tahap penyelesaian tugas akhir yang tidak lepas dari
dukungan dan motivasi dari berbagai pihak yang membantu baik dalam bentuk fisik
dan moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. DR. H. Supriadi B., S.Kp., M.Kep., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kaltim
2. Hj. Umi kalsum,S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim
3. Ns. Andi Lis AG, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim
4. Ns.Grace Carol Sipasulta, M.kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung jawab
Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kaltim.
vii
5. Ns. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd selaku Pembimbing I dalam
menyelesaikan KTI
6. Ns. Asnah, S.Kep.,M.Pd selaku Pembimbing II dalam menyelesaikan KTI.
7. Para dosen dan seluruh staf Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kaltim yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam masa
pendidikan.
8. Bapak Ardiansyah dan Ibu Kamariah yang telah membesarkan dan
mendidik serta selalu memberikan motivasi kepada penulis sampai ke tahap
ini.
9. Melda Silfiana yang senantiasa membantu, mendukung dan memberikan
semangat kepada penulis.
10. Teman-teman mahasiswa/i Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim Jurusan
Keperawatan.
Meskipun telah berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas akhir ini,
penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki kekurangan.Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang baik serta
membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan penelitian ini.Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah
ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Samarinda, 25 Juli 2021
Penulis
viii
ABSTRAK
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERATIF
APPENDISITIS DI RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN TAHUN 2021”
Pendahuluan: Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus
buntu (apendiks). Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan.
Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu
merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian
awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Penelitian ini
bertujuan untuk lebih memahami secara mendalam tentang asuhan
keperawatan pada pasien post operatif Appendisitis.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan
pendekatan Asuhan Keperawatan dengan mengambil satu kasus sebagai
unit analisis. Unit analisis adalah klien dewasa dengan post operatif
appendisitis. Metode pengambilan data adalah dengan wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Instrument pengumpulan
data menggunakan format Asuhan Keperawatan sesuai ketentuan yang
berlaku di Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan analisa data dan pengkajian didapat
kesamaan dan kesenjangan. Perbedaan diagnose keperawatan pada pasien 1
yaitu resiko defisit nutrisi, sedangkan pada pasien 2 yaitu: defisit
pengetahuan. Namun seluruh intervensi dan implementasi yang di
rumuskan harus sesuai dengan keadaan pasien serta sarana dan fasilitas
yang memadai.
Kesimpulan dan Saran: Dapat di lihat bahwa setiap pasien dengan post
operatif Appendisitis tidak bisa disama ratakan respon dan keadaan terhadap
penyakitnya, hasil dari penelitian ini diharapkan para tenaga kesehatan bisa
meningkat pengetahuan dan kemampuannya dalam memberikan asuhan
keperawatan secara tepat dan menyeluruh dalam hal ini khususnya pada
pasien dengan post operatif appendicitis.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Post Operatif Appendisitis.
ix
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN....................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
1. Tujuan Umum .............................................................................................. 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
A. Konsep Dasar Medis Appendisitis ................................................................. 8
1. Definisi......................................................................................................... 8
2. Anatomi dan Fisiologi Appendiks ............................................................... 9
3. Etiologi Appendisitis ................................................................................. 11
4. Patofisiologis ............................................................................................. 12
5. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 12
6. Pathway ...................................................................................................... 13
7. Penatalaksanaan Medis .............................................................................. 14
8. Komplikasi ................................................................................................. 14
B. Konsep Masalah keperawatan ...................................................................... 15
x
1. Definisi....................................................................................................... 15
2. Kriteria Mayor dan Minor.......................................................................... 16
3. Faktor Yang Berhubungan ......................................................................... 16
C. Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................... 20
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................................ 20
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 24
3. Perencanaan Keperawatan ......................................................................... 24
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ......................................................... 27
5. Evaluasi Keperawatan................................................................................ 28
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 30
A. Pendekatan (Desain Penelitian).................................................................. 30
B. SubyekPenelitian ........................................................................................ 30
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ....................................................... 32
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 32
E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 33
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 34
G. Keabsahan Data .......................................................................................... 35
H. Analisis Data .............................................................................................. 36
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 38
A. Hasil ........................................................................................................... 38
1. Gambaran Lokasi Penelitian................................................................... 38
2. Data Asuhan Keperawatan ..................................................................... 39
B. Pembahasan ................................................................................................ 81
1. Pengkajian .............................................................................................. 82
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 83
3. Intervensi keperawatan ........................................................................... 88
4. Implementasi keperawatan ..................................................................... 91
5. Evaluasi keperawatan ............................................................................. 92
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 94
A. Kesimpulan ................................................................................................ 94
B. Saran ........................................................................................................... 95
xi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Post Operatif ............................................... 26
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pasien Post-op Appendicitis di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................................................. 41
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien dengan post-op. Appendisitis di RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ........................... 46
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien Post-Opdi RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................................................. 53
Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pasien dengan Post-Op Appendisitis di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................ 54
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pasien dengan Post-op. Appendisitis di RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 .......................... 55
Tabel 4.6 Perencanaan Pasien dengan Post-op appendisitis di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................................................. 58
Tabel 4.7 Implementasi keperawatan Pasien 1 dengan Post-op Appendisitis di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................ 65
Tabel 4.8 Implementasi keperawatan Pasien 2 dengan Post-op Appendisitis di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................ 70
Tabel 4.9 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 1 Post-op Appendisitis di RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ........................... 75
Tabel 4.10 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 2 dengan Post-op Appendisitis
di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ........... 79
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Appendiks............................................................... 9
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk
meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan di masyarakat.
Dewasa ini memulai gaya hidup sehat justru di anggap kegiatan yang
melelahkan bagi sebagian individu. Gaya hidup yang kurang sehat dapat
saja dipengaruhi oleh peningkatan kemakmuran dan kemajuan teknologi
yang mengakibatkan keburukan pola hidup masyarakat serta menjadi salah
satu penyebab munculnya penyakit-penyakit dalam tubuh kita
(Sulistiyawati, 2020).
Penerapan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari belum
sepenuhnya di terapkan terutama yang berkaitan dengan kesehatan
perorangan. Salah satu contohnya adalah kebiasaan masyarakat yang kurang
mengkonsumsi serat (diet rendah serat). Hal ini berakibat timbulnya
sumbatan fungsional Appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman,
sehingga terjadi peradangan pada Appendiks (Appendicitis) (Aprilia, 2020).
Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu
(apendiks). Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan. Bila
infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar
atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan
2
terletak di perut kanan bawah Smeltzer et al (2002) dalam (Setyaningrum,
2013).
Tindakan pengobatan terhadap apendisitis dapat dilakukan dengan
cara operasi. Operasi apendiks dilakukan dengan cara apendiktomi yang
merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun
respon yang timbul setelah tindakan apendiktomi untuk kerusakan jaringan
dan rusaknya ujung–ujung syaraf yang memyebabkan timbul masalah
keperawatan kerusakan intergritas jaringan (Saputro, 2018).
Beberapa literatur menyebutkan bahwa tindakan apendiktomi ini
dapat timbul berbagai masalah keperawatan, salah satu diantaranya
kerusakan intergritas jaringan. Kerusakan intergritas jaringan disebabkan
oleh luka operasi atau insisi yang menyebabkan rusaknya jaringan tubuh
dan putusnya ujung-ujung syaraf.
Penelitian menunjukkan 7% penduduk di negara Barat menderita
apendisitis dan terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di
Amerika Serikat setiap tahunnya (WHO 2014). Badan WHO (World Health
Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada
tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Di
Indonesia insiden appendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya
peningkatan jumlah pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Depkes (2016), kasus appendisitis pada tahun 2016 sebanyak
65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien appendisitis sebanyak
3
75.601 orang. Berdasarkan data menurut DEPKES RI jumlah klien yang
menderita penyakit appendisitis berjumlah sekitar 26% dari jumlah
penduduk di Kalimantan Timur. Sedangkan data yang di peroleh dari
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanudjoso Balikpapan, kasus Appendisitis
per tanggal 1 Februari 2021 sampai 1 Mei 2021 didapatkan sebanyak 37
kasus di ruangan Flamboyan B Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanudjoso
Balikpapan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurarif dan Kusuma (2015) pada
kasus klien dengan apendisitis dapat timbul berbagai masalah keperawatan
baik itu masalah selama pre operasi, maupun post operasi. Masalah
keperawatan yang mungkin muncul selama pre operasi diantaranya nyeri
akut, hipertermi, gangguan rasa nyaman dan ansietas. Selama periode post
operasi masalah keperawatan yang dapat timbul diantaranya nyeri akut,
resiko infeksi, resiko kekurangan volume cairan dan kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Penatalaksanaan klien dengan appendisitis meliputi terapi
farmakologi dan terapi bedah. Terapi farmakologi yang diberikan adalah
antibiotik, cairan intravena dan analgetik. Antibiotik dan cairan intravena
diberikan sampai pembedahan dilakukan, analgetik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan (W. Sofiah, 2017). Masalah keperawatan yang akan
muncul pada kasus preoperatif appendisitis yaitu nyeri akut, hipertermia,
dan ansietas, sedangkan masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus
4
post operatif appendisitis yaitu nyeri akut, resiko infeksi, resiko
hypovolemia.
Sebelum dilakukan pembedahan perawat perlu memprioritaskan
tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan mengurangi nyeri,
mencegah terjadinya komplikasi pre operatif, dan memberikan informasi
tentang kondisi atau prognosis dan kebutuhan pengobatannya, terutama
yang akan menjalani tindakan operasi agar tidak menimbulkan kecemasan
bagi klien (Soewito, 2017). Beberapa literatur menyebutkan bahwa tindakan
pembedahan dapat menimbulkan berbagai masalah keperawatan salah
satunya nyeri. Nyeri akut pasca bedah dapat disebabkan oleh luka operasi
(Sjamsuhidajat, 2015).
Nyeri post operasi timbul dikarenakan oleh rangsangan mekanik
luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator kimia nyeri,
sehingga nyeri muncul pada klien post operasi. Berdasarkan lama waktu
nyeri, nyeri dapat dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronik
(Sjamsuhidajat, 2015). Nyeri akut dapat terjadi setelah cidera penyakit akut
dan intervensi bedah mendapatkan awitan yang cepat, dengan intensitas
bervariasi dan berlangsung untuk waktu yang singkat. Sedangkan nyeri
kronik berlangsung lebih dari enam bulan (Sjamsuhidajat, 2015).
Apabila nyeri pada klien post operasi tidak segera ditangani akan
mengakibatkan proses rehabilitasi klien akan tertunda, hospitalisasi klien
menjadi lebih lama, tingkat komplikasi yang tinggi dan membutuhkan lebih
5
banyak biaya, hal ini karena klien memfokuskan seluruh perhatiannya pada
nyeri yang dirasakan (Smeltzer dan Bare, 2018).
Berdasarkan uraian yang tertera diatas, dapat disimpulkan bahwa
pada kasus klien dengan apendisitis dapat timbul berbagai masalah
keperawatan khususnya pada post operasi dan ini merupakan masalah yang
cukup serius. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti post operasi
appendisitis sebagai kasus kelolaan dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan Post Operasi Appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pasien
dengan post operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan pada tahun 2021.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
mendapatkan gambaran untuk asuhan keperawatan pasien dengan
post operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan pada tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
6
a. Dapat melakukan pengkajian pasien dengan post operasi
appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
tahun 2021.
b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pasien dengan post
operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan tahun 2021.
c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan pasien dengan post
operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan tahun 2021.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pasien dengan post
operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan tahun 2021.
e. Dapat membuat evaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan
pasien dengan post operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan tahun 2021.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan informasi bagi peneliti tentang asuhan
keperawatan pasien dengan post operasi appendisitis, selain itu
tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara peneliti
dalam mengaplikasi kan ilmu yang diperoleh di dalam perkuliahan
khususnya asuhan keperawatan pasien dengan appendicitis.
7
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
atau saran dan bahan dalam merencanakan asuhan keperawatan di
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran
tentang aplikasi teori asuhan keperawatan pasien dengan post
operasi appendisitis yang di rawat di rumah sakit sehingga dapat
mengurangi bertambahnya angka kasus yang terjadi.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis Appendisitis
1. Definisi
Apendisitis adalah penyebab utama inflamasi akut di kuadran
kanan bawah abdomen dan penyebab tersering pembedahan abdomen
darurat. Meskipun dapat dialami oleh semua kelompok usia,
apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Brunner
dan Suddarth, 2014).
Apendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus
buntu atau umbai cacing atau disebut apendiks. Infeksi ini bisa
mengakibatkan komplikasi apabila tidak segera mendapatkan
tindakan bedah segera untuk penanganannya. Apendisitis adalah
penyebab utama inflamasi akut di kuadran kanan bawah abdomen.
Meskipun dapat dialami oleh semua kelompok usia, apendisitis paling
sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Awan Hariyanto dan Rini
Sulistyowati, 2015)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenernya adalah sekum
(cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya (Saputro, 2018).
9
Dari tiga pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang disebabkan karena
adanya sumbatan pada lumen apendiks. Apendisitis merupakan salah
satu penyebab nyeri abdomen akut. Apendisitis terjadi dalam jangka
waktu yang bervariasi. Semakin lama apendisitis dibiarkan maka
resiko komplikasi yang ditimbulkan akan semakin besar.
2. Anatomi dan Fisiologi Appendiks
a. Anatomi Appendisitis
Gambar 2.1
Anatomi Appendiks
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai
apendiks adalah organ berbentuk tabung dan sempit yang
mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan limfoid.
Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13
cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial
caecum, 2,5 cm dibawah junctura iliocaecal dengan lainnya
bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di
bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014).
10
Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan
bawah abdomen di region iliaca dextra. Pangkalnya
diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik
sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior
superior dan umbilicus yang disebut titik McBurney (Siti
Hardiyanti Sibuea, 2014).
Pada apendiks posisi yang normal adalah apendiks yang
terletak pada dinding abdomen di bawah titik Mc. Burney.
Untuk menentukan titik Mc.Burney caranya adalah dengan
menarik garis semu dari umbilikal kanan ke anterior superior
iliac spina kanan dan 2/3 dari garis tersebut merupakan titik
Mc Burney.
b. Fisiologi Appendiks
Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2
ml per hari. Lendir normalnya dicurahkan ke dalam lumen
dan selanjutnya mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis
apendiks. Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh
GALT (Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat di
sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian,
pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun
11
tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan
diseluruh tubuh (Arifin, 2014).
3. Etiologi Appendisitis
Menurut Nuzulul (2009) dalam Sulekale (2016)menjelaskan
bahwa Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik
tetapi ada factor prediposisi dimana faktor yang tersering adalah
obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus.
f. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur
15-30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena
peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
g. Tergantung pada bentuk apendiks:
h. Appendik yang terlalu panjang.
i. Massa appendiks yang pendek.
j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
k. Kelainan katup di pangkal appendiks.
12
4. Patofisiologis
Menurut Burkitt (2007) dalam Hidayat (2020)menjelaskan
bahwa Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen
yang disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini
sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis
berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah. Pada
stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi
mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan
melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat
fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke
beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau
dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal.
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas
ke dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri
yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang
kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan
segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang
terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi.
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
b. Mual, muntah
c. Anoreksia, malaise
d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
13
e. Spasme otot
f. Konstipasi, diare
6. Pathway
Pasca operasi
Gangguan mobilitas
fisik
Resiko Hipovolumia
Sumber : (Nurarif & Kusuma,
2016)
Peristaltic usus
Distensi Abdomen
Mual Muntah
Pintu masuk
kuman
Resiko Infeksi
Nyeri
Dipersepsikan
Nyeri Akut
Cortex serebri
Pelepasan Prostgladin
Spinal cord
Kerusakan
jaringan
Ujung syaraf
terputus
Anastesi Luka insisi
Post Op
APPENDISITIS
OPERASI
14
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pasca operasi pada appendisits adalah
dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan.
Klien dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan baik bila
dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal.
Pada fase lanjutan dari Appendisitis yang sudah memberat dan
tidak ditangani dalam waktu lama biasanya akan menyebabkan
perforasi appendiks yaitu pecahnya apendiks yang sudah gangren yang
menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi
peritonitis umum. Pada fase ini biasanya tindakan yang akan dilakukan
adalah laparatomi, yaitu prosedur pembedahan yang melibatkan suatu
insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen yang
memberikan akses lebih untuk mengetahui penyebab dari masalah yang
menimbulkan nyeri khususnya pada bagian abdomen (Sjamsurihidayat
dan jong dalam Erianto, Fitriyani, Siswandi, dan Sukulima, 2020).
8. Komplikasi
Komplikasi menurut Deden Dermawan dan Tutik Rahayuningsih
(2010):
a. Perforasi apendiks
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi
aman untuk dilakukan dalam masa tersebut. Tanda-tanda
15
perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding
perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau
abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise, dan leukositosis
semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau
pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertama kali datang,
diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
b. Peritonitis
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang
dilakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Bila
terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan
bawah yang cenderung menggelembung kearah rectum atau
vagina.
c. Dehidrasi
d. Sepsis
e. Elektrolit drah tidak seimbang
f. Pneumoni (Deden Dermawan dan Tutik Rahayuningsih, 2010)
B. Konsep Masalah keperawatan
1. Definisi
Masalah keperawatan merupakan label diagnosis keperawatan
yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya (PPNI, 2017).
16
2. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar
80%-100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah
tanda dan gejala yang tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung
penegakan diagnosis (PPNI, 2017).
3. Faktor Yang Berhubungan
Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah yang
dapat menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis
atau masalah keperawatan (PPNI, 2017).
Masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus post operatif
appendisitis yaitu:
a. Nyeri akut(D.0077)
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. Adapun penyebabnya yaitu:
1) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma).
2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan).
3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan
fisik berlebihan).
17
Gejala dan kriteria:
1) Mayor:
a) Subjektif: Mengeluh nyeri.
b) Objektif: Tampak meringis, bersikap protektif (mis.
Waspada posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur.
2) Minor:
a) Subjektif:
b) Objektif: Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,
nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik
diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis
b. Resiko Hipovolemia (D.0034)
Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler,
interstisiel, dan atau intraseluler. Adapun faktor resikonya yaitu:
1) Kehilangan cairan secara aktif.
2) Gangguan absorsi cairan.
3) Usia lanjut.
4) Kelebihan berat badan.
5) Status hipermetabolik.
6) Kegagalan mekanisme regulasi.
7) Evaporasi.
8) Kekurangan intake dan output cairan.
9) Efek agen farmakologis
18
c. Resiko Infeksi(D.0142)
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Adapun faktor resikonya yaitu:
1) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus).
2) Efek prosedur infasif.
3) Malnutrisi.
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.
5) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer :
a) Gangguan peristaltic.
b) Perubahan sekresi HP.
c) Kerusakan integritas kulit.
d) Penurunan kerja siliaris.
e) Ketuban pecah lama.
f) Ketuban pecah sebelum waktunya.
g) Merokok.
h) Status cairan tubuh.
6) Ketidak adekuatan pertahanan pertahanan tubuh sekunder :
a) Penurunan hemoglobin.
b) Imunosupresi.
c) Leukopenia.
d) Supresi respon inflamasi.
e) Vaksinasi tidak adekuat.
19
d. Gangguan Mobilitas Fisik(D.0054)
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri. Adapun penyebabnya yaitu:
1) Kerusakan intergritas struktur tulang
2) Perubahan metabolism ketidakbugaran fisik
3) Penurunan kendali otot
4) Penurunan masa otot
5) Penurunan kekuatan otot
6) Keterlambatan perkembangan
7) Kekakuan sendi
8) Kotraktur
9) Malnutrisi
10) Gangguan musculoskeletal
11) Gangguan neuromuscular
12) Indeks masa tubuh diatas persentill ke-75 sesuai usia
13) Efek agen parmakologis
14) Program pembatasan gerak
15) Nyeri
16) Kurang terpapar informasi tentang aktvitas fisik
17) Kecemasan gangguan kognitif
18) Keengganan melakukan pergerakan
19) Gangguan sensoripersepsi
20
Gejala dan kriteria:
1) Mayor
a) Subjektif: mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.
b) Objektif: kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun.
2) Minor :
a) Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan, merasa cemas saat bergerak.
b) Objektif: sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi,
gerakan terbatas, fisik lemah.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi
Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami
demam tinggi.
3) Riwayat kesehatan dahulu
21
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama.
c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
1) Keadaan umum: Kesadaran composmentis, wajah tampak
menyeringai, konjungtiva anemis.
2) Sistem kardiovaskuler: Ada distensi vena jugularis, pucat, edema,
TD >110/70mmHg; hipertermi.
3) Sistem respirasi: Frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan
cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing,
stridor.
4) Sistem hematologi: Terjadi peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan.
5) Sistem urogenital: Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar.
6) Sistem muskuloskeletal: Ada kesulitan dalam pergerakkan karena
proses perjalanan penyakit.
7) Sistem Integumen: Terdapat oedema, turgor kulit menurun,
sianosis, pucat.
8) Abdomen: Terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai
dengan distensi abdomen.
22
d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
3) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi
akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
4) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu
lamanya setelah pembedahan.
5) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
23
6) Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
7) Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak
segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
8) Pola hubungan
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
9) Pemeriksaan diagnostic
a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
b) Foto polos abdomen dapat memperlihatkan distensi sekum,
kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan
abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.
c) Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui adanya
peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
d) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Darah: Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 μ/ml.
(2) Urine: Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.
24
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,
2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan
utama yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(Prosedur oprasi).
b. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif (muntah).
c. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infasive.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., danamp; Kusuma, 2016).
25
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Post Operatif
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
1. Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera fisik
(Prosedur oprasi).
(D.0077)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
tingkat nyeri (L.08066)
menurun dengan
kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri
menurun.
2. Meringis menurun.
3. Sikap protektif
menurun.
4. Gelisah menurun.
5. Frekuensi nadi
membaik.
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi:
1.1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala
nyeri.
1.2. Identifikasi respon nyeri
non-verbal.
1.3. Identivikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik:
1.4. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
1.6. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi:
1.7. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
1.8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
1.9. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.10. Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu.
2. Risiko hipovolemia
ditandai dengan
efek agen
farmakologis
(D.0034)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
status cairan (L.0328)
membaik dengan
kriteria hasil:
1. Kekuatan nadi
meningkat.
Manajemen hypovolemia
(I.03116)
Observasi :
3.1.Periksa tanda dan gejala
hipovolemia.
3.2.Monitor intake dan output
cairan.
26
2. Membrane mukosa
lembab
3. Frekuensi nadi
membaik.
4. Tekanan darah
membaik.
5. Turgor kulit
membaik
Terapeutik:
3.3.Berikan asupan cairan
oral.
Edukasi:
3.4.Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral.
3.5.Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak.
Kolaborasi:
3.6.Kolaborasi peberian
cairan IV.
3. Risiko Infeksi
dibuktikan dengan
efek prosedur
infasive (D.0142)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
tingkat infeksi
(L.14137) dengan
kriteria hasil:
1. Kebersihan tangan
meningkat.
2. Kebersihan badan
meningkat.
3. Demam,
kemerahan, nyeri,
bengkak menurun.
4. Kadar sel darah
putih meningkat.
Pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi :
3.1.Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik.
3.2.Batasi jumlah pengunjung
3.3.Berikan perawatan kulit
pada area edema.
3.4.Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
klien dan lingkungan klien.
3.5.Pertahankan teknik aseptic
pada klien beresiko tinggi.
Edukasi:
3.6.Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
3.7.Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
kolaborasi
3.8.Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu.
4. Gangguan
Mobilitas Fisik
(D.0054)
Setelah melakukan
tindakan keperawatan
mobilitas fisik
(L.05042) dengan
kriteria hasil:
1. Pergerakan
ekstremitas
meningkat
2. Kekuatan otot
meningkat
3. Nyeri menurun
4. Kecemasan
menurun
Dukungan mobilisasi
(I.05173)
Observasi:
3.1.Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya.
3.2.Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi.
Terapeutik:
3.3.Fasilitasi melakukan
pergerakan, bila perlu
3.4.Libatkan keluarga untuk
membantu pasien.
Edukasi:
27
5. Kelemahan fisik
menurun
3.5.Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
3.6.Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
4.Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, P., dan Perry,
2014).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap
untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat
waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi
prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
(Wilkinson.M.J, 2012).
28
Komponen tahap implementasi:
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan keperawatan edukatif.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa dua
jenis evaluasi:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan
segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP:
1) S (subjektif): Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia.
29
2) O (objektif): Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan
oleh perawat.
3) A (analisis): Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan): Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan
datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan
yang telah diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait
dengan pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan
perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau
klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien
menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien
hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan
sama sekali.
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan (Desain Penelitian)
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara
lainnya yang rnenggunakan ukuran angka. Penelitian kualitatif prinsipnya
untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam. Tujuan peneitian
kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang
dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian dan lokasi penelitian
(Rukajat, 2018).
Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dalam bentuk studikasus
untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien dengan post
operatif appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
B. SubyekPenelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
individu yang akan di kaji secara rinci dan mendalam. Adapun subjek yang
31
akan diteliti adalah klien dengan diagnosa medis appendicitis dengan
perawatan post operatif.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik atau persyaratan umum
yangdiharapkan peneliti untuk bisa memenuhi subjek penelitiannya (Sani,
2018).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Klien berjenis kelamin laki – laki maupun perempuan. .
b. Klien yang dirawat di ruang perawatan RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan
c. Klien yang dirawat di ruang perawatan penyakit dalam. .
d. Klien sadar penuh dengan tingkat kesadaran composmentis.
e. Klien bersedia menjadi responden selama penelitian study kasus
berlangsung.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah suatu karaktenstik dan populasi yang dapat
menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak
dapatdisertakan menjadi subjek penelitian (Sani, 2018).
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Klien yang dirawat di ruang ICU (Intensive Care Unit).
b. Klien yang sedang rawat jalan.
32
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)
Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015) adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
1. Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks akibat infeksi
yang ditandai dengan nyeri pada kuadran kanan bawah sekitar titik
Mc.Burney. Pada kasus ini untuk menentukan appendicitis adalah
berdasarkan rekam medis klien yang telah di diagnosis oleh dokter.
2. Asuhan keperawatan klien dengan post operatif appendicitis adalah asuhan
keperawatan komprehensif yang diberikan melalui metode proses
keperawatan dari pengkajian, penegakan masalah keperawatan,
menentukan intervensi, melakukan intervensi, lalu evaluasi pada klien yang
mempunyai diagnose medis appendicitis pada perawatan post operatif.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian pada studi kasus ini dilakukan di ruang perawatan RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 26 April sampai tanggal 25 Juni tahun 2021 di ruang Flamboyan A dan
Flamboyan B.
33
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian dengan
menggunakanmetode study kasus.
2. Peneliti melakukan ujian proposal, setelah proposal disetujui oleh
penguji maka penelitian akan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan
data.
3. Poltekkes Kemenkes Kaltim mengirimkan surat pengajuan izin
pengumpulan data ke RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo.
4. Setelah surat dari Poltekkes Kemenkes Kaltim masuk, maka
mahasiswadapat melakukan study kasus.
5. Peneliti melapor kepada Kepala Ruangan dan CI (Clinical Instructure).
6. Bersama Kepala ruangan, CI serta penguji, mahasiswa menentukan
klienstudy kasus sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan
AsuhanKeperawatan.
7. Peneliti melakukan bina hubungan saling percaya kepada klien yang
telahditentukan.
8. Setelah bina hubungan saling percaya berhasil dilakukan, kemudian
mahasiswa melakukan pengkajian kepada klien melalui pengisian format
pengkajian, observasi, dan wawancara.
9. Setelah pengkajian telah dilakukan, peneliti mengumpulkan data focus
untuk menegakkan diagnosa.
34
10. Peneliti melakukan perencanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun.
11. Peneliti melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun.
12. Peneliti melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan
kepada klien.
13. Kemudian peneliti melakukan dokumentasi keperawatan.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data pada penyusunan studi kasus ini
antaralain:
a. Wawancara
Wawancara yaitu hasil anamnesa berisi tentang identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan
lain-lain. Sumber data yang didapat bisa dari klien, keluarga atau
rekam medic.
b. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi dan pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
tehnikinspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada tubuh klien.
c. Study dokumentasi
Study dokumentasi merupakan data yang didapatkan dari
pemeriksaan diagnostik.
35
2. Instrument Pengumpulan Data
Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format pengkajian
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data atau
informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan
validitas. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument
utama), keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan
atau tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga
sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagi teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam penelitian
menggunakan tiga teknik triangulasi yaitu:
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama. Misalnya melalui observasi
dan wawancara, peneliti bisa menggunakan observasi terlihat pada
dokumendokumen klien atau rekam medis, dan pemeriksaan penunjang
yang dapat berupa foto atau gambar.
36
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengmpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang
sama.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu juga dapat mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari saat
narasumber masih segar sehingga akan memungkinkan data yang lebih
valid.
H. Analisis Data
Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan study
dokumentasi selanjutnya menggunakan analisis data yang dilakukan sejak
peneliti di lahan penelitian, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua
data terkumpul. Teknik analisis data dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data dari penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara
mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.
Kemudian dengan cara observasi oleh peneliti dan study dokumentasi
yang menghasilkan data untuk selanjutnya dikumpulkan oleh peneliti. Data
yang dikumpulkan tersebut dapat berupa data subjektif dan data objektif. Data
subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa suatu pendapat
terhadap situasi atau kejadian. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat
diobservasi dan diukur, yang diperoleh menggunakan panca indra (melihat,
mendengar, mencium, dan meraba) selama pemeriksaan fisik. Dari data
37
tersebut, selanjutnya peneliti menegakkan diagnosa keperawatan, kemudian
peneliti menyusun intervensi atau rencana keperawatan, melakukan
implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan serta mengevaluasi
asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
38
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan.
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah
Sakit Umum Balikpapan ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949.
Fasilitas yang tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi,
ruang rawat inap, fisioterapi, dan UGD 24 jam.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data dari kasus dari
praktek keperawatan medical bedah II di ruang Flamboyan B dan
Flamboyan A. Ruangan Flamboyan B adalah ruangan yang dikhususkan
merawat klien laki-laki sedangkan Flamboyan A adalah ruangan yang
dikhususkan merawat klien perempuan dan sama-sama untuk kasus bedah
dan non bedah.
Adapun batasan-batasan Ruangan Flamboyan B yaitu sebagai
berikut: sebelah timur berbatasan dengan jalan menuju tangga turun ke
lantai 1, sebelah utara berbatasan dengan Ruangan Isolasi, dan sebelah
selatan berbatasan dengan Ruangan Flamboyan C serta sebelah barat
berbatasan dengan Ruangan Flamboyan A dan flamboyan A sebagai
berikut : sebelah timur berbatasan dengan flamboyan B, sebelah barat
berbatasan denga flamboyan D.
39
Bangunan Ruang Flamboyan A dan B terdiri dari 8 Ruangan dan 32
tempat tidur, tempat tidur pasien yang terbagi menjadi 1 ruangan 4 tempat
tidur, 1 ruang tindakan, ruang makan dan ruang perawat (nurse station).
2. Data Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pasien Post-op Appendicitis di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021.
DATA
ANAMNESIS
Pasien 1 Pasien 2
Nama Ny. N Tn. M
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Umur 39 Tahun 19 Tahun
Status Perkawinan Menikah Belum menikah
Pekerjaan - -
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SMP SMA
Alamat
Kariangau, perum
griya kariangau baru
RT 12
Jl. Provinsi, Gersik,
PPU
Diagnosa Medis Post-op
Appendictomi
(Appendicitis)
Post-op Laparatomi
(Appendicitis)
Nomor Register 00 XX XX 00 XX XX
MRS/ Tgl
Pengkajian
26 Mei 2021/ 27 mei
2021
15 Juni 2021/ 21 Juni
2021
Keluhan utama Nyeri perut kanan
bawah dan mual
muntah
Nyeri dibagian perut
kanan bawah
Riwayat penyakit
sekarang
Px mengatakan nyeri
sudah dirasakan
kurang lebih 4 bulan
namun dibiarkan
karena disangka
hanya sakit perut
maag, namun 2 hari
yang lalu dirasakan
nyeri yang lebih
hebat dari biasanya di
bagian perut kanan
Px mengatakan nyeri
pada perut kanan
bawah sejak 3 hari
yang lalu dan demam,
pasien dibawa ke
rumah sakit di ird dan
dibawa ke ruang
flamboyan B pada
tanggal 15 juni 2021
pada jam 00.37 wita.
Klien mengatakan
40
bawah demam dan
disertai mual dan
muntah yang
lumayan banyak,
sebelumnya pada
pagi hari sudah
dibawa ke IRD disini
namun pulang lagi
saat siang karna
sudah dirasa
membaik, namun
sehabis maghrib
dirasakan nyeri
memberat dan
dibawa lagi ke IRD
RS kanudjoso dan di
rawat untuk
direncanakan operasi
oleh dokter. Saat
pengkajian
ditemukan keluhan
nyeri dengan nilai :
- P : saat banyak
bergerak
- Q : seperti ditusuk-
tusuk
- R : terpusat di bekas
luka operasi
- S : 7
- T : hilang timbul
Serta mual muntah
yang sangat sering
(terhitung saat
pengkajian saja
muntah sebanyak 7x)
muntah 3x saat
dibawa ke IRD. Saat
pengkajian pasien
mengatakan sudah
operasi tanggal 15
juni 2021 sekitar jam
7 malam. Saat
pengkajian pasien
mengeluh nyeri di
bagian luka operasi
dengan nilai :
- P : meningkat saat
banyak bergerak
- Q : seperti di remas-
remas
- R : berfokus pada
daerah luka bekas
operasi
- S : 5
- T : hilang timbul
Dan juga kadang
disertai gatal didaerah
sekitar luka.
Riwayat penyakit
dahulu
px mengatakan tidak
ada penyakit
sebelumnya
Px mengatakan tidak
ada menderita
penyakit sebelumnya
Riwayat penyakit
keluarga
Klien mengatakan
Keluarga tidak ada
yang memiliki
penyakit bawaan atau
kelainan
Klien mengatakan
Keluarga tidak ada
yang memiliki
kelainan / kecacatan
dan menderita suatu
penyakit yang berat
41
Psikososial Klien dapat
berkomunikasi
dengan perawat
maupun orang lain
sangat baik dan
lancar serta
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
perawat. Orang yang
paling dekat dengan
Klien adalah
suaminya. Ekspresi
Klien terhadap
penyakitnya yaitu
tidak ada masalah.
Klien mengatakan
interaksi dengan
orang lain baik dan
tidak ada masalah.
Reaksi saat interaksi
dengan Klien
kooperatif dan tidak
ada gangguan konsep
diri.
Klien dapat
berkomunikasi
dengan perawat
maupun orang lain
sangat baik dan lancar
serta menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh
perawat. Orang yang
paling dekat dengan
Klien adalah ibunya.
Ekspresi Klien pada
penyakitnya tidak ada
masalah.
Klien mengatakan
interaksi dengan
orang lain baik dan
tidak ada masalah.
Reaksi saat interaksi
dengan Klien
kooperatif dan tidak
ada gangguan konsep
diri.
Personal Hygiene
dan Kebiasaan
Saat di rumah Klien
memiliki kebiasaan
mandi sebanyak 2
kali sehari, sikat gigi
sebanyak 2 kali
sehari dan keramas 3
kali seminggu,
memotong kuku
seminggu sekali.
Klien mengatakan
dirumah hanya
melakukan kegiatan
mengurus rumah dan
tidak ada bekerja
berat, namun semasa
masih sekolah dulu
sering mengkonsumsi
mie instan.Selama di
rumah sakit saat
pengkajian px
mengatakan belum
ada membersihkan
Saat di rumah Klien
memiliki kebiasaan
mandi sebanyak 2
kali sehari, dan sikat
gigi sebanyak 2 kali
sehari, memotong
kuku seminggu
sekali.
Selama di rumah sakit
klien mengatakan
diseka menggunakan
handuk oleh ibunya
dan menyikat gigi 2x
sehari dan mengganti
baju pada pagi dan
sore hari
42
diri namun sudah
mengganti baju
dikarenakan baru saja
selesai operasi
Spiritual Sebelum sakit Klien
sering untuk
beribadah selama
sakit klien tidak
beribadah.
Sebelum sakit Klien
sering untuk
beribadah selama
sakit klien tidak
beribadah.
Berdasarkan tabel 4.1 ditemukan data dari identitas pasien. Pada
pasien 1 bernama Ny. N berusia 39 tahun, berjenis kelamin
perempuan, masuk rumah sakit pada tanggal 26 Mei 2021 dan
dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Juni 2021 dengan diagnosa
medis post op appendictomi. Sedangkan pada pasien 2 bernama Tn.
M berusia 19 tahun, berjenis kelamin laki – laki, masuk rumah sakit
pada tanggal 15 Juni 2021 dan dilakukan pengkajian yaitu pada
tanggal 21 Juni 2021 dengan diagnosa medis post op Laparatomi .
Pada pengkajian riwayat kesehatan pada pasien 1 keluhan utama
yaitu ditemukan pasienmengatakan nyeri di bagian perut kanan bawah
di bekas luka operasi dan mual disertai muntah sedangkan pada pasien
2 keluhan utama ditemukan pasien mengatakan nyeri dibagian luka
opersi yaitu di perut seperti di remas dan disertai gatal. Pada riwayat
penyakit sekarang ditemukan data pasien 1 klien mengatakan bahawa
sudah merasakan nyeri di bagian perut selama kurang lebih 4 bulan
namun dibiarkan karna disangka hanya sakit perut maag, namun
beberapa hari sebelum dibawa ke rumah sakit nyeri dirasa memberat
43
dan disertai deman juga mual dan muntah lalu dibawa ke IRD dan di
ketahui melalui USG jika pasien menderita appendisitis akut.
Sedangkan pada pasien 2 didapatkan data dari riwayat penyakit
sekarang yaitu pasien mengatakan masuk IRD tanggal 15 juni 2021
jam setengah 1 malam dikarenakan nyeri yang dirasa sudah dari 3 hari
yang lalu dibagian perut kanan bawah memberat dan disertai demam
lalu pasien dibawa ke IRD dan didapatkan dari USG bahwa pasien
menderita appendicitis kronis dan direncanakan untuk segera operasi.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu ditemukan data pasien
1 dan pasien 2 mengatakan bahwa pasien tidak ada menderita penyakit
apapun sebelumnya. Pada riwayat penyakit keluarga pasien 1 dan
pasien 2 tidak ditemukan masalah, keluarga tidak ada yang memiliki
kelainan / kecacatan dan menderita suatu penyakit yang berat.
Pada pengkajian data psikososial pada pasien 1 dan pasien 2
tidak ditemukan masalah keperawatan pola komunikasinya baik,
pasien dapat berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada gangguan
pada konsep diri.
Pada pengkajian data Personal hygiene dan kebiasaan pasien 1
dan pasien 2 tidak mempunyai masalah personal hygiene.
44
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien dengan post-op.
Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2021.
Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2
1. Keadaan umum Sedang
Tampak terpasang
infuse RL di tangan
sebelah kiri
Sedang
Tampak terpasang
infuse di tangan
sebelah kiri
2. Kesadaran Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5
Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5
3. Tanda-tanda vital TD : 120/78
mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 37oC
RR : 20x/menit
TD : 117/84
mmHg
Nadi : 71x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 24x/menit
4. Kenyamanan/nyeri Klien mengatakan
nyeri dibagian bekas
luka operasi di perut
kanan bawah dengan
skala 7, seperti
ditusuk, hilang
timbul, memberat
saat dibawa banyak
bergerak.
Klien mengatakan
nyeri
di bagian perut
bekas operasi
dengan skala 5,
seperti ditusuk ,
hilang tinbul,
memberat saat
dibawa banyak
beraktifitas kadang
juga disertai gatal
5. Status Fungsional/
Aktivitas dan
Mobilisasi Barthel
Indeks
Nilai skor : 10
Kategori
ketergantungan :
sedang
Nilai skor : 17
Kategori
ketergantungan :
ringan
6. Pemeriksaan
kepala
a. Rambut
Bentuk kepala Klien
oval, tidak
ditemukan adanya
penonjolan pada
tulang kepala Klien,
fingerprint di tengah
frontal terhidrasi,
kulit kepala bersih,
tidak mempunyai
rambut.
Bentuk kepala Klien
bulat, tidak
ditemukan adanya
penonjolan pada
tulang kepala Klien,
kulit kepala bersih,
penyebaran rambut
merata, warna
hitam, tidak
bercabang.
b. Mata Mata lengkap dan Mata lengkap dan
45
simetris kanan dan
kiri, tidak ada
pembengkakan pada
kelopak mata, sclera
putih, konjungtiva
anemia, palpebra
tidak ada edema,
kornea jernih, reflek
+, pupil isokor
simetris kanan dan
kiri tidak ada
pembengkakan pada
kelopak mata, sclera
putih, konjungtiva
anemia, palpebra
tidak ada edema,
kornea jernih, reflek
+, pupil isokor
c. Hidung Tidak ada
pernafasan cuping
hidung, posisi
septum nasi di
tengah, tidak ada
secret atau sumbatan
pada lubang hidung,
ketajaman
penciuman normal,
dan tidak ada
kelainan
Tidak ada
pernafasan cuping
hidung, posisi
septum nasi di
tengah, tidak ada
secret atau sumbatan
pada lubang hidung,
ketajaman
penciuman normal,
dan tidak ada
kelainan
d. Rongga mulut Bibir berwarna
merah muda, lidah
berwarna merah
muda, mukosa
lembab, tonsil tidak
membesar
Bibir berwarna
merah muda, lidah
berwarna merah
muda, mukosa
lembab, tonsil tidak
membesar.
e. Telinga Telinga simetris
kanan dan kiri,
ukuran sedang,
kanalis telinga bersih
kanan dan kiri, tidak
ada benda asing dan
bersih pada lubang
telinga,
Telinga simetris
kanan dan kiri,
ukuran sedang,
kanalis telinga
bersih kanan dan
kiri, tidak ada benda
asing dan bersih
pada lubang telinga.
7. Pemeriksaan Leher Tidak ada lesi
jaringan parut, tidak
ada pembengkakan
kelenjar tiroid, Tidak
teraba adanya massa
di area leher, tidak
ada teraba
pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada
teraba pembesaran
kelenjar limfe
Tidak ada lesi
jaringan parut, tidak
ada pembengkakan
kelenjar tiroid,
Tidak teraba adanya
massa di area leher,
tidak ada teraba
pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada
teraba pembesaran
kelenjar limfe
46
8. Pemeriksaan
thorak: Sistem
Pernafasan
Tidak ada sesak,
tidak ada batuk.
Bentuk dada
simetris, frekuensi
20x/menit, tidak ada
pernafasan cuping
hidung, tidak ada
otot bantu nafas.
Vocal premitus
teraba sama kanan
dan kiri saat Klien
mengucap tujuh-
tujuh. Tidak ada alat
bantu nafas. Tidak
terdapat krepitasi.
Batas paru hepar
normal ICS ke 4
suara perkusi sonor
Suara nafas
vesikuler, suara
ucapan jelas, tidak
ada suara nafas
tambahan
Tidak ada sesak,
tidak ada batuk.
Bentuk dada
simetris, frekuensi
24x/menit, irama
nafas teratur, pola
nafas normal, tidak
ada pernafasan
cuping hidung, tidak
ada otot bantu
nafas,.Vocal
premitus teraba
sama kanan dan kiri
saat Klien mengucap
tujuh-tujuh, tidak
terdapat krepitasi.
Batas paru hepar
normal ICS ke 4
suara perkusi sonor
Suara nafas
vesikuler, suara
ucapan jelas, tidak
ada suara nafas
tambahan
9. Pemeriksaan
Jantung: Sistem
Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri
dada, CRT kurang
lebih 2 detik, ujung
jari tidak tabuh.
Ictus cordis tidak
tampak, ictus cordis
teraba di ICS V linea
midclavikularis kiri,
basic jantung
terletak di ICS III
sternalis kanan dan
ICS III sternalis kiri,
suara perkusi redup,
pinggang jantung
terletak di ICS III
sampai V sternalis
kanan suara perkusi
redup, apeks jantung
terletak di ICS V
midclavikularis kiri
suara perkusi redup.
Bunyi jantung I
Tidak ada nyeri
dada, CRT kurang
lebih 2 detik, ujung
jari tidak tabuh.
Ictus cordis tidak
tampak, ictus cordis
teraba di ICS V
linea
midclavikularis kiri,
basic jantung
terletak di ICS III
sternalis kanan dan
ICS III sternalis kiri,
suara perkusi redup,
pinggang jantung
terletak di ICS III
sampai V sternalis
kanan suara perkusi
redup, apeks jantung
terletak di ICS V
midclavikularis kiri
suara perkusi redup.
47
terdengar lup dan
bunyi jantung II
terdengar dup. Tidak
ada bunyi jantung
tambahan
Bunyi jantung I
terdengar lup dan
bunyi jantung II
terdengar dup. Tidak
ada bunyi jantung
tambahan.
10. Pemeriksaan
sistem
pencernaan dan
status nutrisi
Abdomen
BB : 65 kg
TB : 158 cm
IMT : 21 (kategori :
normal),
Saat dirumah, pasien
BAB 1x sehari,
nafsu makan baik
dengan frekuensi 3x
sehari, porsi makan
habis. Saat dilakukan
pengkajian dirumah
sakit pasien belum
ada BAB dan belum
diizinkan untuk
makan.
Bentuk abdomen
datar, tidak ada
benjolan/masa, tidak
ada bayangan vena,
peristaltic usus 14x
/menit palpasi
abdomen teraba
lunak, tidak ada
pembesaran hepar,
tidak terdapat nyeri
lepas pada
Mc.Berney, suara
abdomen tympani,
tidak ada asites,
terdapat luka operasi
post appendictomidi
perut kanan bawah
dengan panjang
kurang lebih 6 cm
tertutup kassa dan
hepafix
BB : 60 kg
TB : 160 cm
IMT : 18,75
(kategori : normal),
Saat dirumah, pasien
makan 3x sehari dan
BAB 1-2x sehari
Saat di rumah sakit,
Klien BAB 1x
sehari, jenis diet
lunak ,nafsu makan
baik dengan
frekuensi 3x sehari,
porsi makan habis.
Bentuk abdomen
rata, tidak ada
benjolan/masa, tidak
ada bayangan vena,
peristaltic usus 15x
/menit, tidak ada
pembesaran hepar,
tidak terdapat nyeri
lepas pada
Mc.Berney, suara
abdomen tympani,
tidak ada asites.
Terdapat luka
post.op laparatomi
di bagian mid linear
abdomen dengan
panjang sekitar 14
cm tertutup kassa
dan hepafix
11. Sistem
Persyarafan
Status memori
panjang, perhatian
dapat mengulang,
Status memori
panjang, perhatian
dapat mengulang,
48
bahasa baik, dapat
berorientasi pada
orang, tempat dan
waktu, tidak ada
keluhan pusing,
istirahat tidur 6-
7jam/hari.
Pada pemeriksaan
saraf kranial, nervus
I Klien dapat
membedakan bau,
nervus II Klien dapat
melihat dan
membaca tanpa
memakai kacamata,
nervus III Klien
dapat menggerakkan
bola mata kebawah
dan kesamping,
nervus IV pupil
mengecil saat
dirangsang cahaya,
nervus V Klien dapat
merasakan sensasi
halus dan tajam,
nervus VI Klien
mampu melihat
benda tanpa
menoleh, nervus VII
Klien bisa senyum
dan menutup
kelopak mata dengan
tahanan, nervus VIII
Klien dapat
mendengar gesekan
jari, nervus IX uvula
berada ditengah dan
simetris, nervus X
Klien dapat menelan,
nervus XI Klien bisa
melawan tahanan
pada pipi dan bahu,
dan nervus XII Klien
dapat menggerakkan
lidah.
bahasa baik, dapat
berorientasi pada
orang, tempat dan
waktu, ada keluhan
pusing, istirahat
tidur 8-9 jam/hari.
Pada pemeriksaan
saraf kranial, nervus
I klien dapat
membedakan bau,
nervus II klien dapat
melihat dan
membaca tanpa
memakai kacamata,
nervus III Klien
dapat menggerakkan
bola mata kebawah
dan kesamping,
nervus IV pupil
mengecil saat
dirangsang cahaya,
nervus V Klien
dapat merasakan
sensasi halus dan
tajam, nervus VI
Klien mampu
melihat benda tanpa
menoleh, nervus VII
Klien bisa senyum
dan menutup
kelopak mata
dengan tahanan,
nervus VIII Klien
dapat mendengar
gesekan jari, nervus
IX uvula berada
ditengah dan
simetris, nervus X
Klien dapat
menelan, nervus XI
Klien bisa melawan
tahanan pada pipi
dan bahu, dan
nervus XII Klien
dapat menggerakkan
lidah.
49
Pada pemeriksaan
refleks fisiologis
ditemukan adanya
gerakan fleksi pada
tangan kanan dan
tangan kiri saat
dilakukan
pemeriksaan refleks
bisep dan ditemukan
adanya gerakan
ekstensi saat
dilakukan
pemeriksaan refleks
trisep. Pada
pemeriksaan refleks
patella ditemukan
adanya gerakan
tungkai ke depan
pada kaki kanan dan
kaki kiri. Pada
pemeriksaan refleks
patologis berupa
refleks babinsky
ditemukan adanya
gerakan fleksi pada
jari – jari.
Pada pemeriksaan
refleks fisiologis
ditemukan adanya
gerakan fleksi pada
tangan kanan dan
tangan kiri saat
dilakukan
pemeriksaan refleks
bisep dan ditemukan
adanya gerakan
ekstensi saat
dilakukan
pemeriksaan refleks
trisep. Pada
pemeriksaan refleks
patella ditemukan
adanya gerakan
tungkai ke depan
pada kaki kanan dan
kaki kiri. Pada
pemeriksaan refleks
patologis berupa
refleks babinsky
ditemukan adanya
gerakan fleksi pada
jari – jari.
12. Sistem
Perkemihan
Bersih, oliguria
berkemih. Produksi
urine ± 1 liter/hari,
warna kuning jernih
dan bau khas.
Bersih, tidak ada
keluhan berkemih.
Produksi urine ±
900-1000 ml/hari,
warna kuning dan
bau khas.
13. Sistem
Muskuloskeletal
dan Integumen
Pergerakan sendi
bebas, otot simetris
kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan
tangan kanan, tangan
kiri dan kaki kanan,
kaki kiri didapatkan
kekuatan otot 5.
5 5
5 5
Penilaian edema
Pergerakan sendi
bebas, otot simetris
kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan
tangan kanan,
tangan kiri dan kaki
kanan, kaki kiri
didapatkan kekuatan
otot 5.
5 5
5 5
50
tidak ada edema
ekstremitas dan tidak
ada pitting edema.
Tidak terdapat
peradangan dan
ruam pada kulit.
Total nilai pada
penilaian risiko
decubitus adalah 21
(kategori : low risk)
Penilaian edema
tidak ada edema
ekstremitas dan
tidak ada pitting
edema.
Tidak terdapat
peradangan dan
ruam pada kulit.
Total nilai pada
penilaian risiko
decubitus adalah 21
(kategori : low risk)
14. Sistem Endokrin Tidak ada
pembesaran pada
kelenjar tiroid, tidak
terdapat pembesaran
pada kelenjar getah
bening bagian leher.
Tidak terdapat
hipoglikemia dan
hiperglikemia. Tidak
terdapat riwayat luka
sebelumnya dan
tidak terdapat
riwayat amputasi
sebelumnya.
Tidak ada
pembesaran pada
kelenjar tiroid, tidak
terdapat pembesaran
pada kelenjar getah
bening bagian leher.
Tidak terdapat
hipoglikemia dan
hiperglikemia. Tidak
terdapat riwayat
luka sebelumnya
dan tidak terdapat
riwayat amputasi
sebelumnya.
15. Seksualitas dan
Reproduksi
tidak ada benjolan
pada payudara, tidak
ada kelainan pada
genetalia
Tidak ada benjolan
pada payudara
Tidak ada kelainan
pada prostat
16. Keamanan
Lingkungan
Total penilaian risiko
Klien jatuh dengan
skala morse adalah
20
(kategori: rendah)
Total penilaian
risiko Klien jatuh
dengan skala morse
adalah 20
(kategori: rendah)
Berdasarkan tabel 4.2 ditemukan data dari pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan kenyamanan atau nyeri pasien 1 dan 2 memiliki keluhan
yang sama yaitu nyeri. Pada pasien 1 mengatakan nyeri dibagian
bekas luka operasi di perut kanan bawah dengan skala 7, seperti
ditusuk, hilang timbul, memberat saat dibawa banyak bergerak dan
51
pada pasien 2 klien mengatakan nyeri di bagian perut bekas operasi
dengan skala 5, seperti ditusuk , hilang tinbul, memberat saat dibawa
banyak beraktifitas kadang juga disertai gatal.
Pada pemeriksaan abdomen juga ditemukan kesamaan yaitu
terdapat luka bekas operasi. Pada pasien 1 terdapat luka operasi post
appendictomi di perut kanan bawah dengan panjang kurang lebih 6
cm, pada pasien 2 Terdapat luka post.op laparatomi di bagian mid
linear abdomen dengan panjang sekitar 14 cm dan keduanya tertutup
kassa dan hepafix.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien Post-Opdi RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021.
Pemeriksaan
Penunjang Klien 1 Klien 2
Laboratorium Pada tanggal 25 Mei
2021
Pukul : 21.24 WITA
Antigen (Negatif)
Hematologi Lengkap
Hemoglobin: 13.1
g/dL
(13.0 – 18.0)
Leukosit: 13.25
10^3/uL (4.00 -
10.00)
Eritrosit: 4.72
10^6/uL (4.50 – 6.20)
Hematokrit: 39 %
(40.0 – 54.0)
Trombosit: 369
10^3/uL (150 - 450)
Pada tanggal 15 Juni
2021 Pukul : 10.00
WITA
Antigen (Negatif)
Hematologi Lengkap
Hemoglobin: 15.72
g/dL
(13.0 – 18.0)
Leukosit: 14.1
10^3/uL (4.00 -
10.00)
Eritrosit: 5.20
10^6/uL (4.50 – 6.20)
Hematokrit: 35 %
(40.0 – 54.0)
Trombosit: 345
10^3/uL (150 - 450)
Rontgen Tidak ada Tidak ada
52
EKG Tidak ada Tidak ada
USG Kesan : Appendisits
Akut
Gambaran
Appendisits Kronis
Lain-lain :
Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan data pada Klien 1 dan klien 2
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan USG. Pada klien 1 pemeriksaan laboratorium
terdapat hasil yang menunjukkan leukosit 13.25 (high) dan
pemeriksaan laboratorium pada klien 2 juga menunjukkan Leukosit
14.1 (high), lalu pada pemeriksaan USG klien 1 ditemukan hasil
Appendiksitis Akut dan hasil USG klien 2 ditemukan hasil Gambaran
Appendisitis Kronis.
Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pasien dengan Post-Op
Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2021.
Klien 1 Klien 2
Pada tanggal 27 Juni 2021
- Metronidazole 2x1 100 ml 16
Tpm (IV line/infus)
- Ketorolac 3x30 mg (IV)
- Metoklopramid 2x1ml (IV)
Pada tanggal 28 Juni 2021
- Sulcrafat syr 3x5 ml (oral)
Pada tanggal 21 Juni 2021
- Ceftriaxone 2x1gr (IV)
- Omeprazole 2x40 gr (IV)
- Metronidazole 2x1 100 ml
16 Tpm (IV line/infus)
53
Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan data penatalaksanan terapi
pemberian obat pada pasien 1 yaitu sulcrafat syr, metronidazole kolf,
ketorolac dan metoklopramid. Sedangkan terapi pemberian obat pada
pasien 2 yaitu: ceftriaxone, omeprazole dan metronidazole.
b. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pasien dengan Post-op. Appendisitis
di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun
2021.
No
Uru
t
Klien 1 Klien 2
Hari/
Tanggal
ditemuka
n
Diagnosa
Keperawatan
(Kode SDKI)
Hari/
Tanggal
ditemukan
Diagnosa
Keperawatan
(Kode SDKI)
1. Kamis, 27
Mei 2021
Nyeri akut b.d
Agen pencedera
fisiologis
(prosedur
operasi)
(D.0077)
Batasan
karakteristik
(kriteria mayor
dan minor) :
b. Subjektif : px
mengeluh
nyeri pada
luka bekas
operasi di
perut kanan
bawah, skala
7, seperti
ditusuk,
hilang timbul,
memberat
saat dibawa
banyak
bergerak.
c. Objektif :
- Klien
tampak
sesekali
meringis
Senin, 21
Juni 2021
Nyeri akut b.d
Agen pencedera
fisiologis
(prosedur operasi)
(D.0077)
Batasan
karakteristik
(kriteria mayor
dan minor) :
a. Subjektif : px
mengeluh
nyeri pada
luka bekas
operasi di
perut bagian
tengah , skala
5, seperti
diremas-
remas, hilang
timbul,
memberat saat
dibawa banyak
bergerak dan
beraktifitas.
b. Objektif :
- Klien tampak
lemas dan
sesekali
54
- KU :
Sedang,
kesadaran
Compos
mentis
- TD : 120/78
mmhg, Nadi
: 78x/menit,
RR:
20x/menit,
Suhu : 37oC
memegang
perut
- KU : Sedang,
kesadaran
Compos
mentis
- TD : 117/84
mmhg, Nadi :
71x/menit,
RR:
24x/menit,
Suhu : 36,3oC
2. Kamis, 27
Mei 2021
Resiko defisit
nutrisi b.d
ketidakmampuan
menelan
makanan (mual-
muntah)
(D.0032)
Batasan
karakteristik
(kriteria mayor
dan minor) :
a. Subjektif :
- Pasien
mengatakan
mual dan
muntah
sudah
beberapa
kali
- Pasien
mengatakan
belum
diizinkan
makan
b. Objektif :
- Pasien
Nampak
lemas
- Saat
pengkajian
terhitung
pasien
muntah
sebanyak
3x,
kebanyakan
Senin, 21
Juni 2021
Resiko infeksi b.d
efek prosedur
invasif (D.0142)
Batasan
Karaktristik
(factor risiko) :
- Tindakan
Invasif
55
muntah
hanya
sekedar
cairan
berwarna
kuning
3 Kamis, 27
Mei 2021
Resiko infeksi
b.d efek prosedur
invasif (D.0142)
Batasan
Karaktristik
(factor risiko) :
Tindakan Invasif
Senin, 21
Juni 2021
Gangguan
Mobilitas Fisik b.d
keengganan
melakukan
pergerakan(D.005
4)
Batasan
karakteristik
(Kriteria mayor
dan minor) :
a. Subjektif :
- Pasien
mengatakan
jika px takut
melakukan
mobilisasi
karerna takut
jahitan pada
lukanya
terbuka
- Pasien
mengatakan
masih terasa
nyeri saat
bergerak
b. Objektif :
-Pasien
nampak
lemas
- Saat
pengkajian
pemerikasaa
n kekuatan
otot pasien
baik
Berdasarkan tabel 4.5 setelah melakukan pengkajian dan
menganalisis data pada pasien 1 ditegakkan 3 diagnosa keperawatan.
Urutan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis (prosedur operasi), resiko defisit nutrisi
56
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan (mual-
muntah) dan resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Sedangkan pada pasien 2 juga ditegakkan 3 diagnosa keperawatan.
Urutan diagnosa keperawatan yaitu, nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis (prosedur operasi), resiko infeksi
berhubungan dengan efek prosedur invasif dan gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan keengganan melakukan pergerakan.
Pada pasien 1 dan 2 terdapat masalah yang harus diperhatikan
selain nyeri karena pasca operasi dan resiko infeksi yaitu pada pasien
1 adalah resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan dikarenakan mual dan muntah yang aktif, lalu pada
pasien 2 terdapat gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
keengganan melakukan pergerakan yang dibuktikan dengan data
subjektif dari pasien yang mengatakan takut unutk melakukan
mobilisasi karena takut jahitan pada lukanya akan terbuka.
c. Perencanaan
Tabel 4.6 Perencanaan Pasien dengan Post-op appendisitis di RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021.
Hari/Tangg
al
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Pasien 1
Kamis, 27
Mei 2021
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera fisik
(Prosedur
operasi).
(D.0077)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatans 1x1
jamdiharapkan
tingkat nyeri
(L.08066)
menurun dengan
Kriteria Hasil :
Manajemen nyeri
(I.08238)
Observasi:
1.1 Identifikasi
lokasi ,
karakteristik,
durasi
frekuensi,
57
1. Keluhan nyeri
menurun.
2. Meringis
menurun.
3. Sikap protektif
menurun.
4. Gelisah
menurun.
5. Frekuensi nadi
membaik
kulaitas nyeri,
intensitas
nyeri, skala
nyeri.
1.2 Identifikasi
respon nyeri
non-verbal.
1.3 Identivikasi
factor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri.
Terapeutik:
1.4 Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri.
1.5 Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri.
1.6 Pertimbangka
n jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri.
Edukasi:
1.7 Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
1.8 Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri.
1.9 Ajarkan teknik
non
farmakologis
untuk
58
mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi :
1.10 Kolaborasi
pemberian
analgetik bila
perlu.
Kamis, 27
Mei 2021
Resiko defist
nutrisi
berhubungan
dengan ketidak
mampuan
menelan
makanan (mual-
muntah)(D.0032
)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x 1 jam
diharapkan tingkat
nausea menurun
dan ontrol
mual/muntah
meningkat
(L.08065) dengan
Kriteria Hasil :
1. Muntah
menurun
2. Keluhan mual
menurun
3. Perasaan
ingin muntah
menurun
I.0 3118
Manajemen
muntah.
Observasi :
2.1 Identifikasi
karakteristik
muntah
(warna,konsi
stensi,adanya
darah,waktu,
frekuensi dan
durasi)
2.2 Identifikasi
faktor
penyebab
muntah
Terapeutik
2.3 Kontrol
faktor
lingkungan
penyebab
2.4 Bersihkan
mulut dan
hidung
Edukasi
2.5 Anjurkan
membawa
kantong
plastic untuk
menampung
muntah
2.6 Anjurkan
memperbany
ak istirahat
Kolaborasi
2.7 Kolaborasi
pemberia
59
antiemetic,ji
ka perlu
Kamis, 27
Mei 2021
Risiko Infeksi
berhubungan
dengan efek
prosedur infasive
(D.0142).
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
tingkat infeksi
(L.14137) dengan
kriteria hasil:
1. Kebersihan
tangan
meningkat.
2. Kebersihan
badan
meningkat.
3. Demam,
kemerahan,
nyeri,
bengkak
menurun.
4. Kadar sel
darah putih
meningkat.
Pencegahan
infeksi (I.14539)
Observasi :
2.1 Monitor tanda
dan gejala
infeksi local
dan sistemik.
2.2 Batasi jumlah
pengunjung
2.3 Berikan
perawatan kulit
pada area
edema.
2.4 Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan klien
dan lingkungan
klien.
2.5 Pertahankan
teknik aseptic
pada klien
beresiko tinggi.
Edukasi:
2.6 Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi.
3.7 Ajarkan cara
mencuci
tangan dengan
benar.
Pasien 2
Senin, 21
Juni 2021
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera fisik
(Prosedur
oprasi). (D.0077)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatans 1x1
jam diharapkan
tingkat nyeri
(L.08066)
Manajemen nyeri
(I.08238)
Observasi:
1.1 Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi
60
menurun dengan
Kriteria Hasil :
1. Keluhan nyeri
menurun.
2. Meringis
menurun.
3. Sikap protektif
menurun.
4. Gelisah
menurun.
5. Frekuensi nadi
membaik
frekuensi,
kulaitas
nyeri,
intensitas
nyeri, skala
nyeri.
1.2 Identifikasi
respon nyeri
non-verbal.
1.3 Identivikasi
factor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri.
Terapeutik:
1.4 Berikan
teknik non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri.
1.5 Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri.
1.6 Pertimbangka
n jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri.
Edukasi:
1.7 Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
1.8 Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri.
1.9 Ajarkan
teknik non
61
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi :
1.10 Kolaborasi
pemberian
analgetik bila
perlu
Senin, 21
Juni 2021
Risiko Infeksi
ditandai dengan
efek prosedur
infasive
(D.0142).
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
tingkat infeksi
(L.14137) dengan
kriteria hasil:
1. Kebersihan
tangan
meningkat.
2. Kebersihan
badan
meningkat.
3. Demam,
kemerahan,
nyeri,
bengkak
menurun.
4. Kadar sel
darah putih
meningkat.
Pencegahan
infeksi (I.14539)
Observasi :
2.1 Monitor tanda
dan gejala
infeksi local
dan sistemik.
2.2 Batasi jumlah
pengunjung
2.3 Berikan
perawatan kulit
pada area
edema.
2.4 Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan klien
dan lingkungan
klien.
2.5 Pertahankan
teknik aseptic
pada klien
beresiko tinggi.
Edukasi:
2.6 Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi.
Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar.
62
Senin, 21
Juni 2021
Gangguan
Mobilitas Fisik b.d
keengganan
melakukan
pergerakan(D.005
4)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan
Tingkat
pengetahuan
(L.12111)dapat
meningkat dengan
Kriteria Hasil :
1. Perilaku
sesuai
anjuran
2. Perilaku
sesuai
dengan
pengetahuan
3. Inisiatif
meningkat
4. Motivasi
meningkat
Dukungan
mobilisasi
(I.05173)
Observasi:
3.1.Identifikasi
adanya nyeri
atau keluhan
fisik lainnya.
3.2.Monitor
kondisi umum
selama
melakukan
mobilisasi.
Terapeutik:
3.3.Fasilitasi
melakukan
pergerakan,
bila perlu
3.4.Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien.
Edukasi:
3.5.Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
3.6.Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menjelaskan setelah membuat
perencanaan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masing-
masing diagnosa yang ditemukan pada pasien 1 dan pasien 2,
selanjutnya melakukan pelaksanaan tindakan keperawatan pada
pasien 1 dan pasien 2.
63
d. Pelaksanaan
Tabel 4.7 Implementasi keperawatan Pasien 1 dengan Post-op
Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2021.
Waktu
Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari 1
Kamis , 27
Mei 2021
20.10 WITA
Melakukan Pengkajian
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kualitas nyeri,
intensitas nyeri, skala
nyeri.
1.2 Identifikasi respon nyeri
non-verbal.
1.3 Identivikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
1.4 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.5 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
1.6 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
1.7 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri.
1.8 Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
1.9 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.10 Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu
DS :
- Pasien mengatakan
nyeri di bagian luka
operasi di perut kanan
bawah dengan skala 7
- Pasien mengatakan
nyeri meningkat saat
banyak bergerak.
- Pasien mengatakan
nyeri seperti terusuk
tusuk.
- Pasien mengatakan
nyeri dirasa hilang
timbul
- Pasien mengatakan
faham diajarkan teknik
nafas dalahm
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak meringis
- Pasien mencoba
mempraktekkan teknik
nafas dalam
- TD : 120/78 mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,8 ⁰C
RR : 20x/menit
2.1 Identifikasi karakkteristik
muntah
(warna,konsistensi,adanya
darah,waktu,frekuensi
dan durasi)
2.2 Identifikasi faktor
penyebab muntah
2.3 Kontrol faktor lingkungan
penyebab
DS :
- Pasien mengatakan
muntah hanya berupa
cairan, tidak ada
darah
- Pasien mengatakan
perasaan mual tidak
dirasakan terus
menerus namun
64
2.4 Bersihkan mulut dan
hidung
2.5 Anjurkan membawa
kantong plastik untuk
menampung muntah
2.6 Anjurkan memperbanyak
istirahat
2.7 Kolaborasi pemberian
antiemetic,jika perlu
sering muncul secara
tiba tiba
- Pasien bersedia
untuk selalu
berkumur sehabis
muntah
- Pasien setuju untuk
menyediakan
kantung plastic
- Pasien bersedia
untuk
memperbanyak
istirahat
- Pasien mengatakan
sudah coba meminta
obat untuk
mengurangi mual
dan muntahnya
namun belum
diizinkan untuk
makan dan minum.
DO :
- KU pasien : sedang,
kesadaran Compos
mentis
- Pasien tampak lemas
- Pasien dalam posisi
supinasi
- Saat muntah,pasien
meminta untuk
diposisikan duduk
3.1.Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik.
3.2.Batasi jumlah pengunjung
3.3.Berikan perawatan kulit
pada area edema.
3.4.Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien.
3.5.Pertahankan teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi.
3.6.Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
DS:
- Pasien mengatakan
mengerti atas apa yang
dijelaskan.
- Pasien mengatakan
tidak ada tanda infeksi
seperti yang
dijelaskan.
DO: - Pasien nampak
mengerti tentang apa
yang dijelaskan
65
3.7. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
- Pasien dan keluarga
pasien melakukan
teknik cuci tangan 6
langkah
Hari 2
Jumat, 28
Mei 2021
20.30
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala
nyeri.
1.2 Identifikasi respon nyeri
non-verbal.
1.3 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
a. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
1.10 Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu
DS :
- Pasien mengatakan
nyeri masih di rasakan
di bagian luka operasi
di perut kanan bawah
- Pasien mengatakan
nyeri tidak seberat
kemarin, skala 4
- Pasien mengatakan
nyeri masih seperti
terusuk tusuk.
- Pasien mengatakan
nyeri masih hilang
timbul
- Pasien mengatakan
faham kapan harus
melakukan teknik
nafas dalam
DO :
- Klien tampak masih
sesekali meringis
- Klien telah bisa
mempraktekkan teknik
nafas dalam
- TD : 121/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,8 ⁰C
RR : 20x/menit 2.1 Identifikasi karakkteristik
muntah
(warna,konsistensi,adanya
darah,waktu,frekuensi
dan durasi)
2.4. Bersihkan mulut dan
hidung
2.5. Anjurkan membawa
kantong plastik untuk
menampung muntah
2.6. Anjurkan memperbanyak
istirahat
DS :
- Pasien mengatakan
hari ini masih
muntah muntah
namun hanya pada
saat makan, terhitung
mulai pagi sekitar 6x
dan muntahnya
berupa makanan
yang masuk dan
makanan yang masuk
hanya sedikit
- Pasien mengatakan
jika muntah masih di
66
2.7. Kolaborasi pemberian
antiemetic,jika perlu
kantung plastic dan
langsung berkumur
dan hari ini pasien
sudah sanggup
kekamar mandi
untuk menyikat gigi
- Pasien mengatakan
kalau hari ini
diberikan obat
sulcrafat syrup untuk
menurunkan asam
lambung dan
mengurangi mual
dan muntah.
DO :
- Pasien nampak lebih
segar
- Pasien dalam posisi
semi fowler
3.1.Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik.
3.2.Batasi jumlah pengunjung
3.4. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien.
3.7. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
DS :
- Pasien mengatakan
tidak ada merasakan
gejala infeksi yang
dijelaskan
- Pasien dan keluarga
pasien juga tidak
ingin dijenguk
bangak orang
- Pasien dan keluarga
pasien paham dan
bias melakukan cuci
tangan dengan benar
DO :
- Tidak tampak tanda
dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
seperti kemerahan
pada sekitar luka
operasi, terasa panas
pada luka, dan juga
demam
- Pasien sangat
kooperatif dan
terlihat lebih nyaman
67
Hari 3
Sabtu, 29
Mei 2021
09.45 WITA
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala
nyeri.
1.2Identifikasi respon nyeri
non-verbal.
1.10 Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu
DS:
- Pasien mengatakan
nyeri jauh
berkurang skala 2-3
- Pasien mengatkan
nyeri sudah jarang
timbul
- Pasien mengatakan
jauuh lebih nyaman
dan bisa beristirahat
dengan nyaman
DO:
- Pasien nampak
lebih nyaman
- Pasien sudah tidak
ada meringis lagi
- TD : 120/80
N : 74x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 ⁰C
2.1 Identifikasi karakkteristik
muntah
(warna,konsistensi,adanya
darah,waktu,frekuensi
dan durasi)
2.4. Bersihkan mulut dan
hidung
2.6. Anjurkan memperbanyak
istirahat
2.7. Kolaborasi pemberian
antiemetic,jika perlu
DS :
- Pasien menyatakan
mulai bangun tadi
pagi sekitar jam 7
tidak ada merasa
mual dan muntah
- Pasien mengatakan
tadi pagi sarapan
dan tidak ada
muntah dan sudah
tidak ada nyeri di
ulu hati
DO :
- KU : Baik,
kesadaran Compos
mentis
- Pasien nampak
lebih segar
3.3.Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik.
DS :
- Pasien mengatakan
tidak ada
merasakan tanda
dan gejala infeksi
DO :
- Tidak nampak
tanda dan gejala
68
infeksi local dan
sitemik pada pasien
Pada tabel 4.7 implementasi keperawatan dilakukan untuk
mengatasi masalah – masalah yang ditemukan pada pasien 1 sesuai
dengan perencanaan tindakan keperawatan masing – masing diagnosa
yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 1
selama 3 hari. Implementasi dilakukan pada tanggal 27 Mei 2021
sampai 29 Mei 2021.
Tabel 4.8 Implementasi keperawatan Pasien 2 dengan Post-op
Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2021.
Waktu
Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari 1
Senin,21 Juni
2021
15.00 WITA
Melakukan Pengkajian
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kualitas
nyeri, intensitas nyeri,
skala nyeri.
1.2 Identifikasi respon
nyeri non-verbal.
1.3 Identivikasi factor
yang memperberat dan
memperingan nyeri.
1.4 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.5 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri.
1.6 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
DS :
- Pasien mengatakan nyeri
di bagian luka operasi di
perut bagian tengah
dengan skala 5
- Pasien mengatakan nyeri
meningkat saat banyak
bergerak.
- Pasien mengatakan nyeri
seperti di remas-remas
- Pasien mengatakan nyeri
dirasa hilang timbul
- Pasien mengatakan
faham diajarkan teknik
nafas dalahm
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sesekali
meringis
69
1.7 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
1.8 Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
1.9 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.10 Kolaborasi
pemberian analgetik
bila perlu
- Pasien mencoba
mempraktekkan teknik
nafas dalam
- TD : 117/84 mmHg
Nadi : 71x/menit
Suhu : 36,3⁰C
RR : 24x/menit
2.1 Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan
sistemik.
2.2 Batasi jumlah
pengunjung
2.3 Berikan perawatan kulit
pada area edema.
2.4 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien.
2.5 Pertahankan teknik
aseptic pada klien
beresiko tinggi.
2.6 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
2.7 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
DS:
- Pasien mengatakan
daerah luka dirasa hangat
dan disekitar daerah luka
juga sering gatal.
- Pasien mengatakan tidak
ada demam.
- Pasien akan
menyampaikan jika ada
gejala yang dirasakan
DO: - Pasien nampak mengerti
tentang apa yang
dijelaskan
- Pasien dan keluarga
pasien melakukan teknik
cuci tangan 6 langkah
3.1. Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
3.2. Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
3.3. Fasilitasi melakukan
pergerakan, bila perlu
3.4. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien
3.5. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
3.6. Anjurkan mobilisasi
dini
DS :
- Pasien mengatakan nyeri
di daerah luka operasi
saat mencoba
beraktifitas
- Pasien mengatakan
bahwa takut untuk
mencoba berjalan karena
takut jahitan di luka
akan terbuka
- Pasien mengatakan
faham tentang apa yang
dijelaskan
- Pasien mengatakan
bersedia untuk mencoba
berjalan tapi ditemani
70
- Keluarga pasien
bersedia untuk
membantu proses
ambulasi pasien
DO :
- KU: sedang, kesadaran :
Compos mentis
- Pasien nampak lemas
Hari 2
Selasa, 22
Juni 2021
15.30 WITA
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas
nyeri, intensitas nyeri,
skala nyeri.
1.2 Identifikasi respon
nyeri non-verbal.
1.3 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.5 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri.
1.10 Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu
- Pasien mengatakan masih
nyeri di bagian luka
operasi namun tidak
seperti kemarin skala
sekitar 3-4 namun masih
dirasa mengganggu
- Pasien mengatakan masih
nyeri meningkat saat
banyak beraktifitas.
- Pasien mengatakan nyeri
masih seperti di remas-
remas
- Pasien mengatakan nyeri
sudah jarang muncul
DO :
- Pasien masih tampak
sesekali meringis
- Pasien sudah bisa
mempraktekkan teknik
nafas dalam tanpa
instruksi
- TD : 110/70 mmHg
Nadi : 74x/menit
Suhu : 36,5⁰C
RR : 24x/menit 2.1 Monitor tanda dan
gejala infeksi local dan
sistemik.
2.2 Batasi jumlah
pengunjung
2.4 Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien.
2.7Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
- Pasien mengatakan
tidak ada demam,
namun luka kadang
dirasa hangat dan
disertai gatal di sekitar
daerah luka
- Pasien dan keluarga
pasien juga tidak ingin
dijenguk bangak orang
- Pasien dan keluarga
pasien paham dan bias
71
melakukan cuci tangan
dengan benar
DO :
- Suhu : 36,5⁰C
- Tidak tampak tanda
dan gejala infeksi lokal
dan sistemik seperti
kemerahan pada sekitar
luka operasi, terasa
panas pada luka, dan
juga demam
- Pasien terlihat lebih
nyaman
- Pasien dan keluarga
terlihat sudah bisa
mencuci tangan dengan
6 langkah
3.1. Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
3.2. Monitor kondisi umum
3.4. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien
3.6. Anjurkan mobilisasi
dini
DS :
- Pasien mengatakan
sudah berani berjalan
perlahan ke kamar
mandi walau masih
ditemani oleh keluarga
- Pasien mengatakan
masih merasa nyeri
seperti perasaan tegang
di daerah luka operasi
saat bergerak atau
berjalan dan
mengganggu
- Keluarga pasien
bersedia untuk
memberikan dukungan
dan menemani pasien
untuk proses ambulasi
DO :
- KU pasien Baik,
kekuatan otot kuat,
- Pasien bisa menekuk
kedua lutut
Hari 3
Rabu,23 Juni
2021
14.30 WITA
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas
nyeri, intensitas nyeri,
skala nyeri.
DS:
- Pasien mengatakan
nyeri sudah sangat
jauh berkurang, skala
1-2
72
1.2 Identifikasi respon
nyeri non-verbal.
- Pasien mengatakan
nyeri sudah jarang
timbul
- Pasien mengatakan
jauh lebih nyaman dan
bisa beraktifitas
dengan nyaman
DO:
- KU : Baik, kesadaran :
compos mentis
- Pasien sudah tidak ada
meringis lagi
- TD : 120/80
N : 78x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,2⁰C
2.1 Monitor tanda dan
gejala infeksi local dan
sistemik.
DS :
- Pasien mengatakan
tidak ada demam
- Pasien mengatakan
sudah tidak ada
gatal dan perasaan
hangat di luka
DO :
- Tidak ada tanda dan
gejala infeksi yang
terlihat di pasien
3.1. Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
3.2. Monitor kondisi umum
3.4. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien
DS :
- Pasien mengatakan
sudah berani ke kamar
mandi sendiri walau
kadang masih dipantau
oleh keluarga
- Pasien mengatakan
kadang masi terasa
seperti tertarik atau
tegang didaerah luka
namun tidak dirasa
mengganggu
- Pasien mengatakan
dirinya jauh lebih baik
dari sebelumnya
DO :
- KU : Baik
- Pasien nampak lebih
segar
73
Pada tabel 4.8 implementasi keperawatan dilakukan untuk
mengatasi masalah – masalah yang ditemukan pada pasien 2 sesuai
dengan perencanaan tindakan keperawatan masing – masing diagnosa
yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 2
dilaksanakan selama 3 hari yaitu, tanggal 21 Juni 2021 sampai 23 Juni
2021 yang dilakukan secara komperhensif.
e. Evaluasi
Tabel 4.9 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 1 Post-op Appendisitis
di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun
2021.
Hari /
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi (SOAP)
Hari Ke 1
Kamis, 27
Mei 2021
21.15
Dx 1
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen pencedera fisik
(Prosedur operasi).
(D.0077)
S :
- keluhan nyeri meningkat di
bagian luka operasi, skala 7,
seperti ditusuk dan hilang
timbul
O :
- Pasien masih tampak
meringis
- Sikap protektif meningkat
- Pasien terlihat gelisah
- Frekuensi nadi belum
membaik
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala
nyeri.
1.2 Identifikasi respon nyeri
non-verbal.
1.3 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
74
1.5 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
1.10 Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu
Dx 2
Resiko defist nutrisi
berhubungan
dengan ketidak
mampuan menelan
makanan (mual-
muntah) (D.0032)
S :
- keluhan mual dan muntah
meningkat
O :
- Perasaan ingin muntah
meningkat
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
2.1 Identifikasi karakkteristik
muntah (warna,
konsistensi, adanya darah,
waktu, frekuensi dan
durasi)
2.4. Bersihkan mulut dan
hidung
2.5. Anjurkan membawa
kantong plastik untuk
menampung muntah
2.6. Anjurkan memperbanyak
istirahat
2.7. Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
Dx 3
Risiko Infeksi
berhubungan dengan
efek prosedur infasive
(D.0142).
S :
- Pasien mengatakan nyeri
dibagian luka operasi dan
belum ada berganti baju
serta membersihkan diri
O :
- Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak kurang
nyaman
- Tidak tampak tanda dan
gejala infeksi yang
menonjol pada pasien
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3.1.Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik.
3.2.Batasi jumlah pengunjung
75
3.4.Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
3.7.Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
Hari Ke 2
Jumat, 28
Mei 2021
21.00 WITA
Dx 1
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen pencedera fisik
(Prosedur operasi).
(D.0077)
S :
- Keluhan nyeri menurun
(skala 4)
O :
- Pasien masih sesekali
meringis
- Frekuensi nadi membaik
- Sikap protektif meningkat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.2 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala nyeri.
1.3Identifikasi respon nyeri
non-verbal.
1.10 Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu
Hari Ke 2
Kamis, 10
Juni 2021
Dx 2
Resiko defist nutrisi
berhubungan
dengan ketidak
mampuan menelan
makanan (mual-
muntah) (D.0032)
S :
- Keluhan muntah menurun
- Keluhan mual meningkat
O :
- Perasaan ingin muntah
meningkat
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
2.1 Identifikasi karakkteristik
muntah
(warna,konsistensi,adanya
darah,waktu,frekuensi dan
durasi)
2.4. Bersihkan mulut dan
hidung
2.6. Anjurkan memperbanyak
istirahat
2.7. Kolaborasi pemberian
antiemetic,jika perlu
Hari Ke 2 Dx 3 S :
76
Kamis, 10
Juni 2021
Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasive (D.0142).
- Pasien mengatakan masih
nyeri dibagian luka operasi
dan sudah seka –seka dan
berganti baju
O :
- Pasien nampak lebih
nyaman
- Tidak tampak tanda dan
gejala infeksi yang
menonjol pada pasien
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3.1.Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik.
Hari Ke 3
Sabtu, 29 Mei
2021
10.20
Dx 1
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen pencedera fisik
(Prosedur operasi).
(D.0077)
S :
- Keluhan nyeri menurun
(skala 2-3)
O :
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
(pasien pulang)
Dx 2
Resiko defist nutrisi
berhubungan
dengan ketidak
mampuan menelan
makanan (mual-
muntah) (D.0032)
S :
- Muntah menurun
- Mual menurun
O :
- Perasaan ingin muntah
menurun
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
(Pasien Pulang)
Dx 3
Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasive (D.0142).
S :
- Pasien mengatakan nyeri
berkurang
- Pasieng mengatakan tidak
ada gejala infeksi yang
dirasakan
O :
- Pasien nampak lebih
nyaman
77
- Tidak tampak tanda dan
gejala infeksi yang
menonjol pada pasien
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
(Pasien pulang)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas bahwa pada pasien 1 dilakukan
asuhan keperawatan selama 3 hari di rumah sakit. Pada hari ke 1
ditemukan 3 masalah keperawatan dan mempunyai masalah teratasi
sebagian dan intervensi dipertahankan di hari selanjutnya. Pada hari
ke 2 ditemukan 3 masalah keperawatan yang sama, masalah
keperawatan tersebut teratasi sebagian sehingga intervensi di
pertahankan di hari selanjutnya. Pada hari ke 3 yaitu diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Prosedur
operasi), resiko defisit nutrisi berhbungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan (Mual-muntah) dan resiko infeksi berhubungan
dengan efek prosedur invasif didapatkan intervensi dihentikan karena
pasien pulang.
Tabel 4.10 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 2 dengan Post-op
Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2021.
Hari Ke Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi (SOAP)
Hari 1
Senin, 21
Juni 2021
15.45 WITA
Dx 1
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen pencedera fisik
(Prosedur operasi).
(D.0077)
S :
- Keluhan nyeri meningkat
(skala 5)
O :
- Keluhan meringis meningkat
- Sikap protektif meningkat
- Gelisah meningkat
78
- Frekuensi nadi membaik
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala nyeri.
1.2 Identifikasi respon nyeri
non-verbal.
1.3 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.4 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
1.5 Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu
Dx 2
Risiko Infeksi
berhubungan dengan
efek prosedur infasive
(D.0142).
S :
- Pasien mengatakan nyeri
dibagian luka operasi kadang
disertai rasa gatal dan hangat
- Pasien mengatakan tidak ada
demam
O :
- Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak kurang
nyaman
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2.1 Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik.
2.2 Batasi jumlah pengunjung
2.3 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien.
2.4 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
Dx 3 Gangguan Mobilitas
Fisik b.d keengganan
melakukan
pergerakan(D.0054)
S : -
O :
- Perilaku belum sesuai
anjuran
- Perilaku belum sesuai
dengan pengetahuan
- Inisiatif menurun
- Motivasi menurun
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
79
3.1. Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
3.2. Monitor kondisi umum
3.3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
3.4. Anjurkan ambulasi dini
Hari 2
Selasa, 22
Juni 2021
16.00 WITA
Dx 1
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen pencedera fisik
(Prosedur operasi).
(D.0077)
S :
- Keluhan nyeri menurun
(skala 4)
O :
- Keluhan meringis meningkat
- Sikap proteketif meningkat
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala nyeri.
1.2 Identifikasi respon nyeri
non-verbal.
Dx 2
Risiko Infeksi
berhubungan dengan
efek prosedur infasive
(D.0142).
S :
- Pasien mengatakan masih
nyeri dibagian luka operasi,
sudah tidak gatal namun
masih dirasa hangat
- Pasien mengatakan tidak ada
demam
O :
- Pasien sudah tidak nampak
gelisah
- Pasien nampak lebih nyaman
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
2.1 Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
Dx 3 Gangguan Mobilitas
Fisik b.d keengganan
melakukan
pergerakan(D.0054)
S :
O :
- Perilaku sesuai anjuran
- Perilaku sesuai dengan
pengetahuan
- Inisiatif menurun
80
- Motivasi menurun
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3.1. Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
3.2. Monitor kondisi umum
3.3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Hari 3
Rabu,23 Juni
2021
15.00 WITA
Dx 1
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen pencedera fisik
(Prosedur operasi).
(D.0077)
S :
- Keluhan nyeri menurun
(skala 1-2)
O :
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (Pasien
Pulang)
Hari 3
12 Juni 2021
Dx 2
Risiko Infeksi
berhubungan dengan
efek prosedur infasive
(D.0142).
S :
- Pasien mengatakan nyeri
sudah berkurang dan tidak
gatal lagi
- Pasien mengatakan tidak ada
demam
O :
- Pasien sudah tidak nampak
gelisah
- Pasien nampak lebih nyaman
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Hari 3
12 Juni 2021
Dx 3 Gangguan Mobilitas
Fisik b.d keengganan
melakukan
pergerakan(D.0054)
)
S :
O :
- Perilaku sesuai anjuran
- Perilaku sesuai dengan
pengetahuan
- Inisiatif meningkat
- Motivasi meningkat
A : Masalah teratasi
P : intervensi di hentikan (pasien
pulang)
81
Berdasarkan tabel 4.10 di atas bahwa pada pasien 2 dilakukan
asuhan keperawatan selama 3 hari di rumah sakit. Pasien 2
menunjukkan 3 masalah keperawatan yaitu nyeri akut, resiko infeksi
dan gangguan mobilitasi fisik yang ditangani pada hari pertama
menunjukkan masalah belum teratasi dan diagnosa gangguan
mobilitas fisik teratasi sebagian sehingga intervensi dilanjutkan di hari
selanjutnya. Hari ke 2 ketiga diagnosa menunjukkan masalah teratasi
sebagian sehingga intervensi dilanjutkan di hari selanjutnya dan
diagnosa gangguan mobilitas fisik menunjukan masalah teratasi. Hari
ke 3, ketiga diagnosa yang telah ditegakkan menunjukkan masalah
teratasi dan pasien direncanakan pulang sehingga intervensi
dihentikan.
B. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya
kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan
pada pasien 1 dengan kasus post-op Appendisits yang telah dilakukan sejak
tanggal 27 s/d 29 mei 2021 di Ruang Flamboyan A danmulai tanggal 21 s/d
23 juni 2021 di Ruang Flamboyan BRSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.
82
Berdasarkan dari hasil pengkajian pada pasien 1 dan pasien 2
ditemukan beberapa perbedaan yaitu pasien 1 berusia 39 tahun dan pasien 2
berusia 19 tahun dengan jenis kelamin pasien 1 perempuan dan pasien 2
laki-laki.
Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan keperawatan pada
klien dengan Post-op Appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yaitu meliputi:
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi klien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian pada pasien 1 dilakukan pada hari Kamis 27 mei 2021
dan pasien 2 dilakukan pada hari Senin 21 Juni 2021. Pasien 1 berusia
39 tahun dan pasien 2 berusia 19 tahun, terdapat kesamaan pada
keluhan pasien 1 dan 2 yaitu nyeri di bagian luka operasi, hanya saja
pada pasien 2 nyeri disertai gatal didaerah sekitar luka dan terasa hangat
di bagian luka hal ini sesuai dengan latar belakang dalam bab 1 yang
menyebutkan bahwa bahwa tindakan pembedahan dapat menimbulkan
berbagai masalah keperawatan salah satunya nyeri. Nyeri akut pasca
bedah dapat disebabkan oleh luka operasi (Sjamsuhidajat, 2015).
83
Menurut penulis berdasarkan hasil dari pengkajian pada klien 2
terdapat kesenjangan antara hasil pengkajian pada klien dengan teori
yang ada, dimana klien 2 mengatakan tidak ada mual muntah sedangkan
pada manifestasi klinis terdapat mual dan muntah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,
2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan
utama yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur
oprasi).
b. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif (muntah).
c. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Dengan ini, adapun diagnosa keperawatan pada pasien 1 dan
pasien 2 yang sesuai dengan teori antara lain:
a. Nyeri akut
Menurut PPNI (2017) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
84
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.
Pada pasien 1 diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (prosedur operasi). Saat pengkajian didapatkan data
subjektif dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri dibagian luka
operasi di perut kanan bawah Post-op appendictomi dengan skala 7. Pada
pasien 2 diagnosa nyeri akut juga berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (Prosedur operasi). Saat pengkajian didapatkan data subjektif
dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri di bagian luka operasi di
perut Post-op Laparatomi dengan skala 5.
Hidayat (2020) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa pada
kasus post-operatif masalah nyeri akut timbul dikarenakan proses operasi
yang menyebabkan rusaknya jaringan kulit sehingga mengakibatkan
rangsangan nyeri.
Berdasarkan keluhan yang didapatkan peneliti pada pasien 1 dan
pasien 2 terdapat perbedaan keluhan nyeri yaitu pada pasien 1 post
operatif appendictomi, pasien mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka
operasi dengan skala 7 yang dirasa seperti ditusuk tusuk sedangkan pada
pasien 2 post operatif laparatomi pasien mengeluh nyeri di daerah luka
operasi dengan skala 5 yang dirasa seperti diremas-remas.
Dengan ditemukannya hasil penelitian yang di dapatkan, peneliti
berasumsi bahwa perbedaan keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien 1
dan pasien 2 disebabkan oleh perbedaan kondisi post operatif dan
85
perbedaan proses operasi dimana pasien 1 dengan post operatif
appendicitis dan pasien 2 dengan post operatif laparatomi sehingga
terdapat perbedaan tingkat dan jenis nyeri yang dirasakan.
b. Resiko infeksi
Diagnosa yang sama dengan teori dan ditemukan pada kedua
pasien selanjutnya adalah resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur
invasif. Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data objektif pada
kedua pasien yaitu terdapat luka hasil operasi dibagian perut.
Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik. Faktor resiko dari resiko infeksi adalah penyakit
kronis, efek prosedur infasif, mall nutrisi, peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan, ketidak adekuatan pertahanan tubuh
primer, ketidak ada kuatan pertahanan tubuh sekunder (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017).
Nurarif dan Kusuma (2015) menyebutkan bahwa masalah
keperawatan yang dapat timbul pada pasien post operasi salah satunya
resiko infeksi, dimana terbukanya jaringan kulit karena proses operasi
yang menyebabkan terbukanya jalan masuk kuman dan bakteri yang
beresiko menimbulkan resiko infeksi.
Menurut peneliti, masalah keperawatan resiko infeksi muncul pada
pasien 1 dan pasien 2 karena efek dari prosedur operasi dan sesuai dengan
tanda faktor yang didapatkan dari diagnosa SDKI (Standar Diagnosa
86
Keperawatan Indonesia), yaitu dari faktor resiko adalah efek prosedur
invasive.
c. Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik adalah Keterbatasan dalam gerakan fisik
dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Pada pasien 2 ditemukan
diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan
untuk melakukan pergerakan dibuktikan dengan data subjektif yaitu
pasien mengatakan takut untuk melakukan mobilisasi karna takut jahitan
pada luka akan terbuka dan terasa nyeri saat melakukan aktifitas dan data
objektif kekuatan otot normal.
Penelitian yang dilakukan Nurarif dan Kusuma (2015) masalah
keperawatan yang biasa timbul pada post operatif salah satunya adalah
gangguan mobilitas fisik yang timbul karena kurangnya kesiapan dan
adaptasi dengan kondisi post operasi yang menyebabkan keterbasan dan
gangguan pada proses mobilisasi.
Peneliti berasumsi masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik
yang timbul pada pasien 2 berdasarkan keluhan yang disampaikan dan
ditemukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesiapan pasien
menghadapi proses pasca operasi.
Diagnosa keperawatan yang memiliki kesenjangan dengan teori
hanya ditemukan pada pasien 1, yaitu:
a. Resiko defisit nutrisi
87
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017). Jadi, resiko defisit adalah resiko terjadinya kekurangan
nutrisi untuk mencukupi kebutuhan metabolisme.
Pada pasien 1 diagnosa resiko defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan (mual-muntah) dengan
data subjektif pasien mengatakan mual dan muntah beberapa kali
dan belum diizinkan makan dikarenakan baru selesai operasi dan
pada data objektif ditemukan saat pengkajian terhitung pasien sudah
muntah 7x dan pasien terlihat lemas.
Nurarif dan Kusuma (2015) menyebutkan resiko defisit nutrisi
dapat timbul karena pada saat pasca operasi keadaan sistem
pencernaan belum berfungsi dengan stabil sehingga menimbulkan
masalah seperti mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Peneliti memiliki asumsi bahwa pada pasien 1 ditemukan
masalah resiko defisit nutrisi disebabkan karena sistem pencernaan
belum bekerja dengan stabil serta juga ditimbulkan karena efek dari
anastesi yang dirasakan.
Berdasarkan semua diagnosa yang telah ditemukan, peneliti
berasumsi bahwa masalah keperawatan pada kedua pasien timbul
karena adanya keluhan yang dialami pasien. Sejalan dengan keluhan
yang dirasakan, maka peneliti menyimpulkan bahwa masalah
88
keperawatan yang timbul disebabkan oleh perbedaan kondisi pasca
operasi pada masing-masing pasien.
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., danamp;
Kusuma, 2016).
Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan,
perencanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 disusun
setelah semua data yang terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan.
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan ini terdiri dari:
menegakkan diagnosa keperawatan, menentukan sasaran dan tujuan,
menentukan kriteria dan evaluasi, menyusun intervensi dan tindakan
keperawatan.
a. Nyeri akut
Rencana tindakan keperawatan pada post operatif
appendisitis yang akan dilakukan pada pasien 1 dan 2 dengan
masalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(prosedur operasi) antara lain: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi frekuensi, kualitas nyeri, intensitas nyeri, skala nyeri, 2.
Identifikasi respon nyeri non-verbal, 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, 4. Berikan teknik non
89
farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. 5. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri. 6. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri. 7. Jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu nyeri. 8. Jelaskan strategi meredakan
nyeri. 9. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri. 10. Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.
Menurut peneliti kelebihan dari penerapan intervensi
tindakan nyeri akut yang telah disusun pada klien 1 dan klien 2
sudah sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan
kolaborasi. Dan pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada
klien 1 dan klien 2 sudah sesuai dengan SLKI (Standar Luaran
Keperawatan Indonesia).
b. Resiko infeksi
Rencana tindakan keperawatan pada post operatif
appendisitis yang akan dilakukan pada pasien 1 dan 2 dengan
masalah resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
antara lain : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik,
2. Batasi jumlah pengunjung, 3. Berikan perawatan kulit pada area
edema, 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien, 5. Pertahankan teknik aseptic pada klien
beresiko tinggi, 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi, 7. Ajarkan cara
90
mencuci tangan dengan benar, 8. Kolaborasi pemberian imunisasi,
bila perlu.
Menurut peneliti kelebihan dari penerapan intervensi
tindakan resiko infeksi yang telah disusun pada pasien 1 dan 2 sudah
sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Dan
pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada klien 1 sudah
sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
c. Resiko defisit nutrisi
Rencana tindakan keperawatan pada post operatif
appendisitis yang akan dilakukan pada pasien 1 dengan masalah
resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan (mual-muntah) antara lain: 1. Identifikasi
karakkteristik muntah (warna, konsistensi, adanya darah, waktu,
frekuensi dan durasi), 2. Identifikasi faktor penyebab muntah, 3.
Kontrol faktor lingkungan penyebab, 4. Bersihkan mulut dan
hidung, 5. Anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung
muntah, 6. Anjurkan memperbanyak istirahat, 7. Kolaborasi
pemberian antiemetic, jika perlu.
Menurut peneliti kelebihan dari penerapan intervensi
tindakan resiko defisit nutrisi yang telah disusun pada pasien 1
sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Dan
91
pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada klien 1 sudah
sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
d. Gangguan mobilitas fisik
Rencana tindakan keperawatan pada post operatif
appendisitis yang akan dilakukan pada pasien 2 dengan masalah
defisit nutrisi berhubungan dengan kurang terpapar informasi
antara lain: 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,
2. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi, 3.
Fasilitasi melakukan pergerakan, bila perlu, 4. Libatkan keluarga
untuk membantu pasien, 5. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi,
6. Anjurkan ambulasi dini.
Menurut peneliti kelebihan dari penerapan intervensi
tindakan defisit pengetahuan yang telah disusun pada pasien 1
sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Dan
pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada klien 2 sudah
sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter dan
Perry, 2011).
92
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 dan pasien
2 dilakukan pada tempat yang berbeda yaitu pada pasien 1 dilakukan
pada tanggal 27 s/d 29 Mei 2021 di ruang Flamboyan A . Sedangkan
pada pasien 2 dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 21 s/d
23 Juni 2021 di ruang Flamboyan B. Implementasi dilakukan sesuai
dengan intervensi yang dibuat dan disesuaikan dengan masalah
keperawatan yang ditemukan pada pasien.
Intervensi post operatif yang tidak diterapkan pada pasien 1
dan 2 yaitu pada intervensi resiko infeksi: Kolaborasi pemberian
imunisasi, bila perlu karena pada kasus pasien 1 dan 2 adalah
prosedur operasi.
5. Evaluasi keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan
asuhan keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya.
Hasil evaluasi keperawatan pada post operatif pasien 1 dan
2, dari 3 diagnosa yang muncul, ketiga diagnosa dapat teratasi dan
intervensi dihentikan karena kedua pasien pulang. Diagnosa dari
pasien 1 antara lain : nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (prosedur operasi), resiko defisit nutrisi berhubungan
93
dengan ketidakmampuan menelan makanan (mual-muntah) dan
resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif sedangkan
diagnose pada pasien 2 yaitu : nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (prosedur operasi), resiko infeksi dibuktikan
dengan efek prosedur invasif dan ganggguan mobilitas fisik
berhubungan dengan keengganan untuk melakukan pergerakan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien
1 dan klien 2 pada klien post operatif appendicitis di Ruangan Flamboyan A
dan B di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Kalimantan Timur peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dan peneliti
pada klien 2 sesuai dengan teori. Salah satu focus utama pengkajian pada
klien dengan post operatif appendisitis adalah pengkajian nyeri dengan
menggunakan metode PQRST (Provokes/Palliates, Quality,
Region/Radian, Scale/Severity, Time).
2. Diagnosa keperawatan
Menurut teori yang dikemukakan peneliti di bab sebelumnya,
terdapat 4 diagnosa yang biasa muncul pada kasus post operatif
Appendisitis. Namun pada pasien 1 dan 2 peneliti hanya menemukan 2
diagnosa yang dengan teori pada bab sebelumnya.
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan atau intervensi keperawatan yang digunakan dalam
kasus pada kedua pasien dirumuskan berdasarkan prioritas masalah
dengan teori yang ada, Intervensi setiap diagnosa dapat sesuai dengan
94
95
kebutuhan klien dan memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan
keluarga dalam kejasama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu
intervensi yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi.
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan
intervensi yang sudah di buat namun ada beberapa intervensi yang tidak
dilakukan, sesuai dengan kebutuhan kedua pasien dengan post operatif
Appendisitis.
5. Evaluasi keperawatan
Proses akhir dari asuhan keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang dilakukan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti
pada pasien 1 dan 2 selama 3 hari oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk
SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik,
pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dan 2 menunjukan
bahwa masalah yang dialami pada kedua klien teratasi sepenuhnya.
B. Saran
1. Bagi peneliti
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operatif
appendisitis yang dilakukan secara benar dan bias mencapai tujuan,
peneliti selanjutnya harus benar-benar paham, mengerti serta menguasai
konsepyang berkaitan dengan Appendicitis, baik itu konsep anatomi dan
fisiologi etiologi dan patofisiologi tentang appendicitis serta konsep
96
asuhan keperawatan itu sendiri, selain itu peneliti juga harus melakukan
pengkajian dengan tepat dan komperhensif agar tersusun asuhan
keperawatan yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada pasien
serta tidak ada masalah yang lepas dari perhatian dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien.
Untuk menegakkan diagnose keperawatan diharapkan peneliti juga
harus teliti dalam mengangkat diagnosa keperawatan yang ada pada
pasien sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
agar masalah keperawatan yang muncul pada klien dapat ditangani dengan
sempurna, serta diharapkan juga peneliti melakukan tindakan yang sesuai
dengan yang direncanakan dengan acuan SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia) agar tindakan yang dilakukan dalam asuhan
keperawatan tersusun dengan baik serta tepat sasaran. Dan didalam
penilaian evaluasi akhir pun diharapkan untuk peneliti selanjutnya benar
benar menilai secara keseluruhan tentang segala yang tercakup dalam
sebuah proses asuhan keperawatan yang diberikan agar tercipta sebuah
asuhan keperawatan yang komperhensif dan menyeluruh
2. Bagi tempat penelitian
Sebagai tempat penelitian sebaiknya suatu instansi khususnya
fasilitas kesehatan dapat meningkatkan kualitas dari sumber daya agar dapat
meningkatkan kualitas dari sebuah sarana sebagai tempat penelitian
97
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Peneliti sangat berharap agar hasil penelitian ini bisa menjadi
sumber ilmu pengetahuan yang bisa menambah wawasan dalam ilmu
keperawatan serta membantu perkembangan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Post operatif Appendisitis dengan sumber dan
referensi referensi terbaru.
98
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Laparatomi
Eksplorasi A.I. Apendisitis Akut Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut
Di Ruang Melati 4 Rsud Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Universitas
Bhakti Kencana.
Arianto, F. M. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cholelithiasis
yang dirawat di Rumah Sakit. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Kalimantan Timur.
Erianto, M., Fitriyani, N., Siswandi, A., dan Sukulima, A. P. (2020). Perforasi
pada Penderita Apendisitis Di RSUD DR.H.Abdul Moeloek Lampung.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 490–496.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.335
HIDAYAT, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis
Yang Di Rawat Di Rumah Sakit (POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES KALIMANTAN TIMUR). Retrieved from
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066
Saputro, N. E. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendisitis
Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan (STIKKES
Insan Cendikia Medika Jombang). Retrieved from
http://awsassets.wwfnz.panda.org/downloads/earth_summit_2012_v3.pdf%0
Ahttp://hdl.handle.net/10239/131%0Ahttps://www.uam.es/gruposinv/meva/p
ublicaciones jesus/capitulos_espanyol_jesus/2005_motivacion para el
aprendizaje Perspectiva alumnos.pdf%0Ahttps://ww
Setyaningrum, W. A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post
Operasi Appendektomi Hari Ke-1 Di Ruang Dahlia RSUD Banyudono.
Naskah Publikasi, 16.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus
Apendisitis Di Rumah Sakit Santa Anna Kendari Tahun 2015 Karya.
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI.
Sulistiyawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non
Hemoragik Yang Di Rawat Di Rumah Sakit (POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR). Retrieved from
http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/