karya tulis ilmiah - Repository Poltekkes Kaltim

162
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERATIF APPENDISITIS DI RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN TAHUN 2021 Oleh : DAVID MIRZA MAHENDRA NIM. P07220118074 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA 2021

Transcript of karya tulis ilmiah - Repository Poltekkes Kaltim

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERATIF

APPENDISITIS DI RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO

BALIKPAPAN TAHUN 2021

Oleh :

DAVID MIRZA MAHENDRA

NIM. P07220118074

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2021

i

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERATIF

APPENDISITIS DI RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO

BALIKPAPAN TAHUN 2021

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)

Pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :

DAVID MIRZA MAHENDRA

NIM. P07220118074

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2021

ii

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

1. Nama : David Mirza Mahendra

2. Jenis kelamin : Laki-Laki

3. Tempat, tanggal lahir : Tanah Grogot, 16 November 2000

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Mahasiswa

6. Alamat : Jl. Samsul bahri, Desa Tepian batang, Tanah

Grogot

B. Riwayat Pendidikan

1. TK Kemala Bhayangkari Tanah Grogot Tahun 2005 - 2006

2. SDN 014 Tanah Grogot Tahun 2006 – 2012

3. SMP Muhammadiyah Tanah Grogot Tahun 2012 – 2015

4. SMK PGRI 2 Tanah Grogot Tahun 2015 – 2018

5. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2018 sampai

sekarang

vi

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNyalah

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam rangka

memenuhi persyaratan ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik

Kesehatan Jurusan Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Post Operatif Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun

2021” tepat pada waktunya.

Pada penyusunan KTI ini penulis banyak mengalami kesulitan namun

seemua itu bisa dilalui hingga tahap penyelesaian tugas akhir yang tidak lepas dari

dukungan dan motivasi dari berbagai pihak yang membantu baik dalam bentuk fisik

dan moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. DR. H. Supriadi B., S.Kp., M.Kep., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kaltim

2. Hj. Umi kalsum,S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim

3. Ns. Andi Lis AG, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim

4. Ns.Grace Carol Sipasulta, M.kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung jawab

Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kaltim.

vii

5. Ns. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd selaku Pembimbing I dalam

menyelesaikan KTI

6. Ns. Asnah, S.Kep.,M.Pd selaku Pembimbing II dalam menyelesaikan KTI.

7. Para dosen dan seluruh staf Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kaltim yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam masa

pendidikan.

8. Bapak Ardiansyah dan Ibu Kamariah yang telah membesarkan dan

mendidik serta selalu memberikan motivasi kepada penulis sampai ke tahap

ini.

9. Melda Silfiana yang senantiasa membantu, mendukung dan memberikan

semangat kepada penulis.

10. Teman-teman mahasiswa/i Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim Jurusan

Keperawatan.

Meskipun telah berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas akhir ini,

penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki kekurangan.Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang baik serta

membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam

penyusunan penelitian ini.Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah

ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Samarinda, 25 Juli 2021

Penulis

viii

ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERATIF

APPENDISITIS DI RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO

BALIKPAPAN TAHUN 2021”

Pendahuluan: Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus

buntu (apendiks). Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan.

Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu

merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian

awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar

kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Penelitian ini

bertujuan untuk lebih memahami secara mendalam tentang asuhan

keperawatan pada pasien post operatif Appendisitis.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan

pendekatan Asuhan Keperawatan dengan mengambil satu kasus sebagai

unit analisis. Unit analisis adalah klien dewasa dengan post operatif

appendisitis. Metode pengambilan data adalah dengan wawancara,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Instrument pengumpulan

data menggunakan format Asuhan Keperawatan sesuai ketentuan yang

berlaku di Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.

Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan analisa data dan pengkajian didapat

kesamaan dan kesenjangan. Perbedaan diagnose keperawatan pada pasien 1

yaitu resiko defisit nutrisi, sedangkan pada pasien 2 yaitu: defisit

pengetahuan. Namun seluruh intervensi dan implementasi yang di

rumuskan harus sesuai dengan keadaan pasien serta sarana dan fasilitas

yang memadai.

Kesimpulan dan Saran: Dapat di lihat bahwa setiap pasien dengan post

operatif Appendisitis tidak bisa disama ratakan respon dan keadaan terhadap

penyakitnya, hasil dari penelitian ini diharapkan para tenaga kesehatan bisa

meningkat pengetahuan dan kemampuannya dalam memberikan asuhan

keperawatan secara tepat dan menyeluruh dalam hal ini khususnya pada

pasien dengan post operatif appendicitis.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Post Operatif Appendisitis.

ix

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN....................................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

1. Tujuan Umum .............................................................................................. 5

2. Tujuan Khusus ............................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8

A. Konsep Dasar Medis Appendisitis ................................................................. 8

1. Definisi......................................................................................................... 8

2. Anatomi dan Fisiologi Appendiks ............................................................... 9

3. Etiologi Appendisitis ................................................................................. 11

4. Patofisiologis ............................................................................................. 12

5. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 12

6. Pathway ...................................................................................................... 13

7. Penatalaksanaan Medis .............................................................................. 14

8. Komplikasi ................................................................................................. 14

B. Konsep Masalah keperawatan ...................................................................... 15

x

1. Definisi....................................................................................................... 15

2. Kriteria Mayor dan Minor.......................................................................... 16

3. Faktor Yang Berhubungan ......................................................................... 16

C. Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................... 20

1. Pengkajian Keperawatan ............................................................................ 20

2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 24

3. Perencanaan Keperawatan ......................................................................... 24

4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ......................................................... 27

5. Evaluasi Keperawatan................................................................................ 28

BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 30

A. Pendekatan (Desain Penelitian).................................................................. 30

B. SubyekPenelitian ........................................................................................ 30

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ....................................................... 32

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 32

E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 33

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 34

G. Keabsahan Data .......................................................................................... 35

H. Analisis Data .............................................................................................. 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 38

A. Hasil ........................................................................................................... 38

1. Gambaran Lokasi Penelitian................................................................... 38

2. Data Asuhan Keperawatan ..................................................................... 39

B. Pembahasan ................................................................................................ 81

1. Pengkajian .............................................................................................. 82

2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 83

3. Intervensi keperawatan ........................................................................... 88

4. Implementasi keperawatan ..................................................................... 91

5. Evaluasi keperawatan ............................................................................. 92

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 94

A. Kesimpulan ................................................................................................ 94

B. Saran ........................................................................................................... 95

xi

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Post Operatif ............................................... 26

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pasien Post-op Appendicitis di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................................................. 41

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien dengan post-op. Appendisitis di RSUD

dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ........................... 46

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien Post-Opdi RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................................................. 53

Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pasien dengan Post-Op Appendisitis di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................ 54

Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pasien dengan Post-op. Appendisitis di RSUD

dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 .......................... 55

Tabel 4.6 Perencanaan Pasien dengan Post-op appendisitis di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................................................. 58

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan Pasien 1 dengan Post-op Appendisitis di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................ 65

Tabel 4.8 Implementasi keperawatan Pasien 2 dengan Post-op Appendisitis di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ................ 70

Tabel 4.9 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 1 Post-op Appendisitis di RSUD

dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ........................... 75

Tabel 4.10 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 2 dengan Post-op Appendisitis

di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021 ........... 79

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Appendiks............................................................... 9

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Pengkajian Keperawatan

Lampiran 2 Lembar Konsultasi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk

meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan di masyarakat.

Dewasa ini memulai gaya hidup sehat justru di anggap kegiatan yang

melelahkan bagi sebagian individu. Gaya hidup yang kurang sehat dapat

saja dipengaruhi oleh peningkatan kemakmuran dan kemajuan teknologi

yang mengakibatkan keburukan pola hidup masyarakat serta menjadi salah

satu penyebab munculnya penyakit-penyakit dalam tubuh kita

(Sulistiyawati, 2020).

Penerapan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari belum

sepenuhnya di terapkan terutama yang berkaitan dengan kesehatan

perorangan. Salah satu contohnya adalah kebiasaan masyarakat yang kurang

mengkonsumsi serat (diet rendah serat). Hal ini berakibat timbulnya

sumbatan fungsional Appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman,

sehingga terjadi peradangan pada Appendiks (Appendicitis) (Aprilia, 2020).

Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu

(apendiks). Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan. Bila

infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan

saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar

atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan

2

terletak di perut kanan bawah Smeltzer et al (2002) dalam (Setyaningrum,

2013).

Tindakan pengobatan terhadap apendisitis dapat dilakukan dengan

cara operasi. Operasi apendiks dilakukan dengan cara apendiktomi yang

merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun

respon yang timbul setelah tindakan apendiktomi untuk kerusakan jaringan

dan rusaknya ujung–ujung syaraf yang memyebabkan timbul masalah

keperawatan kerusakan intergritas jaringan (Saputro, 2018).

Beberapa literatur menyebutkan bahwa tindakan apendiktomi ini

dapat timbul berbagai masalah keperawatan, salah satu diantaranya

kerusakan intergritas jaringan. Kerusakan intergritas jaringan disebabkan

oleh luka operasi atau insisi yang menyebabkan rusaknya jaringan tubuh

dan putusnya ujung-ujung syaraf.

Penelitian menunjukkan 7% penduduk di negara Barat menderita

apendisitis dan terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di

Amerika Serikat setiap tahunnya (WHO 2014). Badan WHO (World Health

Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada

tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Di

Indonesia insiden appendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya

peningkatan jumlah pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Depkes (2016), kasus appendisitis pada tahun 2016 sebanyak

65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien appendisitis sebanyak

3

75.601 orang. Berdasarkan data menurut DEPKES RI jumlah klien yang

menderita penyakit appendisitis berjumlah sekitar 26% dari jumlah

penduduk di Kalimantan Timur. Sedangkan data yang di peroleh dari

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanudjoso Balikpapan, kasus Appendisitis

per tanggal 1 Februari 2021 sampai 1 Mei 2021 didapatkan sebanyak 37

kasus di ruangan Flamboyan B Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanudjoso

Balikpapan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurarif dan Kusuma (2015) pada

kasus klien dengan apendisitis dapat timbul berbagai masalah keperawatan

baik itu masalah selama pre operasi, maupun post operasi. Masalah

keperawatan yang mungkin muncul selama pre operasi diantaranya nyeri

akut, hipertermi, gangguan rasa nyaman dan ansietas. Selama periode post

operasi masalah keperawatan yang dapat timbul diantaranya nyeri akut,

resiko infeksi, resiko kekurangan volume cairan dan kurang pengetahuan

tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

Penatalaksanaan klien dengan appendisitis meliputi terapi

farmakologi dan terapi bedah. Terapi farmakologi yang diberikan adalah

antibiotik, cairan intravena dan analgetik. Antibiotik dan cairan intravena

diberikan sampai pembedahan dilakukan, analgetik dapat diberikan setelah

diagnosa ditegakkan (W. Sofiah, 2017). Masalah keperawatan yang akan

muncul pada kasus preoperatif appendisitis yaitu nyeri akut, hipertermia,

dan ansietas, sedangkan masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus

4

post operatif appendisitis yaitu nyeri akut, resiko infeksi, resiko

hypovolemia.

Sebelum dilakukan pembedahan perawat perlu memprioritaskan

tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan mengurangi nyeri,

mencegah terjadinya komplikasi pre operatif, dan memberikan informasi

tentang kondisi atau prognosis dan kebutuhan pengobatannya, terutama

yang akan menjalani tindakan operasi agar tidak menimbulkan kecemasan

bagi klien (Soewito, 2017). Beberapa literatur menyebutkan bahwa tindakan

pembedahan dapat menimbulkan berbagai masalah keperawatan salah

satunya nyeri. Nyeri akut pasca bedah dapat disebabkan oleh luka operasi

(Sjamsuhidajat, 2015).

Nyeri post operasi timbul dikarenakan oleh rangsangan mekanik

luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator kimia nyeri,

sehingga nyeri muncul pada klien post operasi. Berdasarkan lama waktu

nyeri, nyeri dapat dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronik

(Sjamsuhidajat, 2015). Nyeri akut dapat terjadi setelah cidera penyakit akut

dan intervensi bedah mendapatkan awitan yang cepat, dengan intensitas

bervariasi dan berlangsung untuk waktu yang singkat. Sedangkan nyeri

kronik berlangsung lebih dari enam bulan (Sjamsuhidajat, 2015).

Apabila nyeri pada klien post operasi tidak segera ditangani akan

mengakibatkan proses rehabilitasi klien akan tertunda, hospitalisasi klien

menjadi lebih lama, tingkat komplikasi yang tinggi dan membutuhkan lebih

5

banyak biaya, hal ini karena klien memfokuskan seluruh perhatiannya pada

nyeri yang dirasakan (Smeltzer dan Bare, 2018).

Berdasarkan uraian yang tertera diatas, dapat disimpulkan bahwa

pada kasus klien dengan apendisitis dapat timbul berbagai masalah

keperawatan khususnya pada post operasi dan ini merupakan masalah yang

cukup serius. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti post operasi

appendisitis sebagai kasus kelolaan dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien dengan Post Operasi Appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pasien

dengan post operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan pada tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah

mendapatkan gambaran untuk asuhan keperawatan pasien dengan

post operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan pada tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

6

a. Dapat melakukan pengkajian pasien dengan post operasi

appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

tahun 2021.

b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pasien dengan post

operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan tahun 2021.

c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan pasien dengan post

operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan tahun 2021.

d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pasien dengan post

operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan tahun 2021.

e. Dapat membuat evaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan

pasien dengan post operasi appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan informasi bagi peneliti tentang asuhan

keperawatan pasien dengan post operasi appendisitis, selain itu

tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara peneliti

dalam mengaplikasi kan ilmu yang diperoleh di dalam perkuliahan

khususnya asuhan keperawatan pasien dengan appendicitis.

7

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

atau saran dan bahan dalam merencanakan asuhan keperawatan di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran

tentang aplikasi teori asuhan keperawatan pasien dengan post

operasi appendisitis yang di rawat di rumah sakit sehingga dapat

mengurangi bertambahnya angka kasus yang terjadi.

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Appendisitis

1. Definisi

Apendisitis adalah penyebab utama inflamasi akut di kuadran

kanan bawah abdomen dan penyebab tersering pembedahan abdomen

darurat. Meskipun dapat dialami oleh semua kelompok usia,

apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Brunner

dan Suddarth, 2014).

Apendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus

buntu atau umbai cacing atau disebut apendiks. Infeksi ini bisa

mengakibatkan komplikasi apabila tidak segera mendapatkan

tindakan bedah segera untuk penanganannya. Apendisitis adalah

penyebab utama inflamasi akut di kuadran kanan bawah abdomen.

Meskipun dapat dialami oleh semua kelompok usia, apendisitis paling

sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Awan Hariyanto dan Rini

Sulistyowati, 2015)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu

atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenernya adalah sekum

(cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga

memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang

umumnya berbahaya (Saputro, 2018).

9

Dari tiga pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang disebabkan karena

adanya sumbatan pada lumen apendiks. Apendisitis merupakan salah

satu penyebab nyeri abdomen akut. Apendisitis terjadi dalam jangka

waktu yang bervariasi. Semakin lama apendisitis dibiarkan maka

resiko komplikasi yang ditimbulkan akan semakin besar.

2. Anatomi dan Fisiologi Appendiks

a. Anatomi Appendisitis

Gambar 2.1

Anatomi Appendiks

Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai

apendiks adalah organ berbentuk tabung dan sempit yang

mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan limfoid.

Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13

cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial

caecum, 2,5 cm dibawah junctura iliocaecal dengan lainnya

bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di

bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014).

10

Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan

bawah abdomen di region iliaca dextra. Pangkalnya

diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik

sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior

superior dan umbilicus yang disebut titik McBurney (Siti

Hardiyanti Sibuea, 2014).

Pada apendiks posisi yang normal adalah apendiks yang

terletak pada dinding abdomen di bawah titik Mc. Burney.

Untuk menentukan titik Mc.Burney caranya adalah dengan

menarik garis semu dari umbilikal kanan ke anterior superior

iliac spina kanan dan 2/3 dari garis tersebut merupakan titik

Mc Burney.

b. Fisiologi Appendiks

Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2

ml per hari. Lendir normalnya dicurahkan ke dalam lumen

dan selanjutnya mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran

lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis

apendiks. Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh

GALT (Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat di

sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.

Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai

perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian,

pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun

11

tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika

dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan

diseluruh tubuh (Arifin, 2014).

3. Etiologi Appendisitis

Menurut Nuzulul (2009) dalam Sulekale (2016)menjelaskan

bahwa Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik

tetapi ada factor prediposisi dimana faktor yang tersering adalah

obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:

a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab

terbanyak.

b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.

c. Adanya benda asing seperti biji-bijian.

d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan

Streptococcus.

f. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur

15-30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena

peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.

g. Tergantung pada bentuk apendiks:

h. Appendik yang terlalu panjang.

i. Massa appendiks yang pendek.

j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.

k. Kelainan katup di pangkal appendiks.

12

4. Patofisiologis

Menurut Burkitt (2007) dalam Hidayat (2020)menjelaskan

bahwa Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen

yang disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini

sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis

berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah. Pada

stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi

mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan

melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat

fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke

beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau

dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal.

Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas

ke dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri

yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang

kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan

segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang

terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi.

5. Manifestasi Klinis

a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan

b. Mual, muntah

c. Anoreksia, malaise

d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney

13

e. Spasme otot

f. Konstipasi, diare

6. Pathway

Pasca operasi

Gangguan mobilitas

fisik

Resiko Hipovolumia

Sumber : (Nurarif & Kusuma,

2016)

Peristaltic usus

Distensi Abdomen

Mual Muntah

Pintu masuk

kuman

Resiko Infeksi

Nyeri

Dipersepsikan

Nyeri Akut

Cortex serebri

Pelepasan Prostgladin

Spinal cord

Kerusakan

jaringan

Ujung syaraf

terputus

Anastesi Luka insisi

Post Op

APPENDISITIS

OPERASI

14

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pasca operasi pada appendisits adalah

dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan.

Klien dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan baik bila

dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi

usus kembali normal.

Pada fase lanjutan dari Appendisitis yang sudah memberat dan

tidak ditangani dalam waktu lama biasanya akan menyebabkan

perforasi appendiks yaitu pecahnya apendiks yang sudah gangren yang

menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi

peritonitis umum. Pada fase ini biasanya tindakan yang akan dilakukan

adalah laparatomi, yaitu prosedur pembedahan yang melibatkan suatu

insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen yang

memberikan akses lebih untuk mengetahui penyebab dari masalah yang

menimbulkan nyeri khususnya pada bagian abdomen (Sjamsurihidayat

dan jong dalam Erianto, Fitriyani, Siswandi, dan Sukulima, 2020).

8. Komplikasi

Komplikasi menurut Deden Dermawan dan Tutik Rahayuningsih

(2010):

a. Perforasi apendiks

Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi

aman untuk dilakukan dalam masa tersebut. Tanda-tanda

15

perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding

perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau

abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise, dan leukositosis

semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau

pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertama kali datang,

diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.

b. Peritonitis

Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang

dilakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Bila

terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan

bawah yang cenderung menggelembung kearah rectum atau

vagina.

c. Dehidrasi

d. Sepsis

e. Elektrolit drah tidak seimbang

f. Pneumoni (Deden Dermawan dan Tutik Rahayuningsih, 2010)

B. Konsep Masalah keperawatan

1. Definisi

Masalah keperawatan merupakan label diagnosis keperawatan

yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya (PPNI, 2017).

16

2. Kriteria Mayor dan Minor

Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar

80%-100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah

tanda dan gejala yang tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung

penegakan diagnosis (PPNI, 2017).

3. Faktor Yang Berhubungan

Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah yang

dapat menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis

atau masalah keperawatan (PPNI, 2017).

Masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus post operatif

appendisitis yaitu:

a. Nyeri akut(D.0077)

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan. Adapun penyebabnya yaitu:

1) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,

neoplasma).

2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan).

3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan

fisik berlebihan).

17

Gejala dan kriteria:

1) Mayor:

a) Subjektif: Mengeluh nyeri.

b) Objektif: Tampak meringis, bersikap protektif (mis.

Waspada posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi

meningkat, sulit tidur.

2) Minor:

a) Subjektif:

b) Objektif: Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,

nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik

diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis

b. Resiko Hipovolemia (D.0034)

Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler,

interstisiel, dan atau intraseluler. Adapun faktor resikonya yaitu:

1) Kehilangan cairan secara aktif.

2) Gangguan absorsi cairan.

3) Usia lanjut.

4) Kelebihan berat badan.

5) Status hipermetabolik.

6) Kegagalan mekanisme regulasi.

7) Evaporasi.

8) Kekurangan intake dan output cairan.

9) Efek agen farmakologis

18

c. Resiko Infeksi(D.0142)

Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

Adapun faktor resikonya yaitu:

1) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus).

2) Efek prosedur infasif.

3) Malnutrisi.

4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.

5) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer :

a) Gangguan peristaltic.

b) Perubahan sekresi HP.

c) Kerusakan integritas kulit.

d) Penurunan kerja siliaris.

e) Ketuban pecah lama.

f) Ketuban pecah sebelum waktunya.

g) Merokok.

h) Status cairan tubuh.

6) Ketidak adekuatan pertahanan pertahanan tubuh sekunder :

a) Penurunan hemoglobin.

b) Imunosupresi.

c) Leukopenia.

d) Supresi respon inflamasi.

e) Vaksinasi tidak adekuat.

19

d. Gangguan Mobilitas Fisik(D.0054)

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas

secara mandiri. Adapun penyebabnya yaitu:

1) Kerusakan intergritas struktur tulang

2) Perubahan metabolism ketidakbugaran fisik

3) Penurunan kendali otot

4) Penurunan masa otot

5) Penurunan kekuatan otot

6) Keterlambatan perkembangan

7) Kekakuan sendi

8) Kotraktur

9) Malnutrisi

10) Gangguan musculoskeletal

11) Gangguan neuromuscular

12) Indeks masa tubuh diatas persentill ke-75 sesuai usia

13) Efek agen parmakologis

14) Program pembatasan gerak

15) Nyeri

16) Kurang terpapar informasi tentang aktvitas fisik

17) Kecemasan gangguan kognitif

18) Keengganan melakukan pergerakan

19) Gangguan sensoripersepsi

20

Gejala dan kriteria:

1) Mayor

a) Subjektif: mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.

b) Objektif: kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)

menurun.

2) Minor :

a) Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan

pergerakan, merasa cemas saat bergerak.

b) Objektif: sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi,

gerakan terbatas, fisik lemah.

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Data demografi

Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang

menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami

demam tinggi.

3) Riwayat kesehatan dahulu

21

Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang

sama.

c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)

1) Keadaan umum: Kesadaran composmentis, wajah tampak

menyeringai, konjungtiva anemis.

2) Sistem kardiovaskuler: Ada distensi vena jugularis, pucat, edema,

TD >110/70mmHg; hipertermi.

3) Sistem respirasi: Frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada

simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan

cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing,

stridor.

4) Sistem hematologi: Terjadi peningkatan leukosit yang merupakan

tanda adanya infeksi dan pendarahan.

5) Sistem urogenital: Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan

sakit pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar.

6) Sistem muskuloskeletal: Ada kesulitan dalam pergerakkan karena

proses perjalanan penyakit.

7) Sistem Integumen: Terdapat oedema, turgor kulit menurun,

sianosis, pucat.

8) Abdomen: Terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai

dengan distensi abdomen.

22

d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol

dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat

mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

2) Pola nutrisi dan metabolism

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi

akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai

peristaltik usus kembali normal.

3) Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi

kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat

tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi

akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena

pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.

4) Pola aktifitas

Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa

nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu

lamanya setelah pembedahan.

5) Pola sensorik dan kognitif.

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta

pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi

terhadap orang tua, waktu dan tempat.

23

6) Pola Tidur dan Istirahat

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga

dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

7) Pola Persepsi dan konsep diri

Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak

segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan

tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang

tidak stabil.

8) Pola hubungan

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa

melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.

Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

9) Pemeriksaan diagnostic

a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.

b) Foto polos abdomen dapat memperlihatkan distensi sekum,

kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan

abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca

pembedahan.

c) Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui adanya

peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.

d) Pemeriksaan Laboratorium

(1) Darah: Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 μ/ml.

(2) Urine: Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

24

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,

2017).

Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan

utama yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

(Prosedur oprasi).

b. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan

secara aktif (muntah).

c. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infasive.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah

perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan

pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan

keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., danamp; Kusuma, 2016).

25

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Post Operatif

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

1. Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

pencedera fisik

(Prosedur oprasi).

(D.0077)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

tingkat nyeri (L.08066)

menurun dengan

kriteria hasil:

1. Keluhan nyeri

menurun.

2. Meringis menurun.

3. Sikap protektif

menurun.

4. Gelisah menurun.

5. Frekuensi nadi

membaik.

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi:

1.1. Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas nyeri,

intensitas nyeri, skala

nyeri.

1.2. Identifikasi respon nyeri

non-verbal.

1.3. Identivikasi factor yang

memperberat dan

memperingan nyeri.

Terapeutik:

1.4. Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.5. Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri.

1.6. Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam

pemilihan strategi

meredakan nyeri.

Edukasi:

1.7. Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu

nyeri.

1.8. Jelaskan strategi

meredakan nyeri.

1.9. Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.10. Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu.

2. Risiko hipovolemia

ditandai dengan

efek agen

farmakologis

(D.0034)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

status cairan (L.0328)

membaik dengan

kriteria hasil:

1. Kekuatan nadi

meningkat.

Manajemen hypovolemia

(I.03116)

Observasi :

3.1.Periksa tanda dan gejala

hipovolemia.

3.2.Monitor intake dan output

cairan.

26

2. Membrane mukosa

lembab

3. Frekuensi nadi

membaik.

4. Tekanan darah

membaik.

5. Turgor kulit

membaik

Terapeutik:

3.3.Berikan asupan cairan

oral.

Edukasi:

3.4.Anjurkan memperbanyak

asupan cairan oral.

3.5.Anjurkan menghindari

perubahan posisi

mendadak.

Kolaborasi:

3.6.Kolaborasi peberian

cairan IV.

3. Risiko Infeksi

dibuktikan dengan

efek prosedur

infasive (D.0142)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

tingkat infeksi

(L.14137) dengan

kriteria hasil:

1. Kebersihan tangan

meningkat.

2. Kebersihan badan

meningkat.

3. Demam,

kemerahan, nyeri,

bengkak menurun.

4. Kadar sel darah

putih meningkat.

Pencegahan infeksi (I.14539)

Observasi :

3.1.Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan sistemik.

3.2.Batasi jumlah pengunjung

3.3.Berikan perawatan kulit

pada area edema.

3.4.Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan

klien dan lingkungan klien.

3.5.Pertahankan teknik aseptic

pada klien beresiko tinggi.

Edukasi:

3.6.Jelaskan tanda dan gejala

infeksi.

3.7.Ajarkan cara mencuci

tangan dengan benar.

kolaborasi

3.8.Kolaborasi pemberian

imunisasi jika perlu.

4. Gangguan

Mobilitas Fisik

(D.0054)

Setelah melakukan

tindakan keperawatan

mobilitas fisik

(L.05042) dengan

kriteria hasil:

1. Pergerakan

ekstremitas

meningkat

2. Kekuatan otot

meningkat

3. Nyeri menurun

4. Kecemasan

menurun

Dukungan mobilisasi

(I.05173)

Observasi:

3.1.Identifikasi adanya nyeri

atau keluhan fisik lainnya.

3.2.Monitor kondisi umum

selama melakukan

mobilisasi.

Terapeutik:

3.3.Fasilitasi melakukan

pergerakan, bila perlu

3.4.Libatkan keluarga untuk

membantu pasien.

Edukasi:

27

5. Kelemahan fisik

menurun

3.5.Jelaskan tujuan dan

prosedur mobilisasi

3.6.Anjurkan melakukan

mobilisasi dini

4.Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, P., dan Perry,

2014).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan

dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan

intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap

untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam

rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat

waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi

prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,

memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan

mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan

lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan

merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya

(Wilkinson.M.J, 2012).

28

Komponen tahap implementasi:

a. Tindakan keperawatan mandiri.

b. Tindakan keperawatan edukatif.

c. Tindakan keperawatan kolaboratif.

d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap

asuhan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan

keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang

telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan

melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa dua

jenis evaluasi:

a. Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan

dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan

segera setelah perawat mengimplementasikan rencana

keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4

komponen yang dikenal dengan istilah SOAP:

1) S (subjektif): Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali

pada klien yang afasia.

29

2) O (objektif): Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan

oleh perawat.

3) A (analisis): Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang

dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.

4) P (perencanaan): Perencanaan kembali tentang pengembangan

tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan

datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua

aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini

bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan

yang telah diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait

dengan pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:

1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan

perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau

klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien

menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah

ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien

hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan

sama sekali.

30

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan (Desain Penelitian)

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh

melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara

lainnya yang rnenggunakan ukuran angka. Penelitian kualitatif prinsipnya

untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam. Tujuan peneitian

kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang

dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian dan lokasi penelitian

(Rukajat, 2018).

Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dalam bentuk studikasus

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien dengan post

operatif appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

B. SubyekPenelitian

Subyek penelitian yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah

individu yang akan di kaji secara rinci dan mendalam. Adapun subjek yang

31

akan diteliti adalah klien dengan diagnosa medis appendicitis dengan

perawatan post operatif.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik atau persyaratan umum

yangdiharapkan peneliti untuk bisa memenuhi subjek penelitiannya (Sani,

2018).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a. Klien berjenis kelamin laki – laki maupun perempuan. .

b. Klien yang dirawat di ruang perawatan RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan

c. Klien yang dirawat di ruang perawatan penyakit dalam. .

d. Klien sadar penuh dengan tingkat kesadaran composmentis.

e. Klien bersedia menjadi responden selama penelitian study kasus

berlangsung.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah suatu karaktenstik dan populasi yang dapat

menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak

dapatdisertakan menjadi subjek penelitian (Sani, 2018).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Klien yang dirawat di ruang ICU (Intensive Care Unit).

b. Klien yang sedang rawat jalan.

32

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015) adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

1. Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks akibat infeksi

yang ditandai dengan nyeri pada kuadran kanan bawah sekitar titik

Mc.Burney. Pada kasus ini untuk menentukan appendicitis adalah

berdasarkan rekam medis klien yang telah di diagnosis oleh dokter.

2. Asuhan keperawatan klien dengan post operatif appendicitis adalah asuhan

keperawatan komprehensif yang diberikan melalui metode proses

keperawatan dari pengkajian, penegakan masalah keperawatan,

menentukan intervensi, melakukan intervensi, lalu evaluasi pada klien yang

mempunyai diagnose medis appendicitis pada perawatan post operatif.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian pada studi kasus ini dilakukan di ruang perawatan RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 26 April sampai tanggal 25 Juni tahun 2021 di ruang Flamboyan A dan

Flamboyan B.

33

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian dengan

menggunakanmetode study kasus.

2. Peneliti melakukan ujian proposal, setelah proposal disetujui oleh

penguji maka penelitian akan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan

data.

3. Poltekkes Kemenkes Kaltim mengirimkan surat pengajuan izin

pengumpulan data ke RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo.

4. Setelah surat dari Poltekkes Kemenkes Kaltim masuk, maka

mahasiswadapat melakukan study kasus.

5. Peneliti melapor kepada Kepala Ruangan dan CI (Clinical Instructure).

6. Bersama Kepala ruangan, CI serta penguji, mahasiswa menentukan

klienstudy kasus sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan

AsuhanKeperawatan.

7. Peneliti melakukan bina hubungan saling percaya kepada klien yang

telahditentukan.

8. Setelah bina hubungan saling percaya berhasil dilakukan, kemudian

mahasiswa melakukan pengkajian kepada klien melalui pengisian format

pengkajian, observasi, dan wawancara.

9. Setelah pengkajian telah dilakukan, peneliti mengumpulkan data focus

untuk menegakkan diagnosa.

34

10. Peneliti melakukan perencanaan asuhan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun.

11. Peneliti melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun.

12. Peneliti melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan

kepada klien.

13. Kemudian peneliti melakukan dokumentasi keperawatan.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data pada penyusunan studi kasus ini

antaralain:

a. Wawancara

Wawancara yaitu hasil anamnesa berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan

lain-lain. Sumber data yang didapat bisa dari klien, keluarga atau

rekam medic.

b. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi dan pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan

tehnikinspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada tubuh klien.

c. Study dokumentasi

Study dokumentasi merupakan data yang didapatkan dari

pemeriksaan diagnostik.

35

2. Instrument Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format pengkajian

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan

validitas. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument

utama), keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan

atau tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagi teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam penelitian

menggunakan tiga teknik triangulasi yaitu:

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda-beda dengan teknik yang sama. Misalnya melalui observasi

dan wawancara, peneliti bisa menggunakan observasi terlihat pada

dokumendokumen klien atau rekam medis, dan pemeriksaan penunjang

yang dapat berupa foto atau gambar.

36

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengmpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang

sama.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu juga dapat mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari saat

narasumber masih segar sehingga akan memungkinkan data yang lebih

valid.

H. Analisis Data

Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan study

dokumentasi selanjutnya menggunakan analisis data yang dilakukan sejak

peneliti di lahan penelitian, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua

data terkumpul. Teknik analisis data dapat dilakukan dengan cara

mengumpulkan data-data dari penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara

mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Kemudian dengan cara observasi oleh peneliti dan study dokumentasi

yang menghasilkan data untuk selanjutnya dikumpulkan oleh peneliti. Data

yang dikumpulkan tersebut dapat berupa data subjektif dan data objektif. Data

subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa suatu pendapat

terhadap situasi atau kejadian. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat

diobservasi dan diukur, yang diperoleh menggunakan panca indra (melihat,

mendengar, mencium, dan meraba) selama pemeriksaan fisik. Dari data

37

tersebut, selanjutnya peneliti menegakkan diagnosa keperawatan, kemudian

peneliti menyusun intervensi atau rencana keperawatan, melakukan

implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan serta mengevaluasi

asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

38

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan.

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah

Sakit Umum Balikpapan ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949.

Fasilitas yang tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi,

ruang rawat inap, fisioterapi, dan UGD 24 jam.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data dari kasus dari

praktek keperawatan medical bedah II di ruang Flamboyan B dan

Flamboyan A. Ruangan Flamboyan B adalah ruangan yang dikhususkan

merawat klien laki-laki sedangkan Flamboyan A adalah ruangan yang

dikhususkan merawat klien perempuan dan sama-sama untuk kasus bedah

dan non bedah.

Adapun batasan-batasan Ruangan Flamboyan B yaitu sebagai

berikut: sebelah timur berbatasan dengan jalan menuju tangga turun ke

lantai 1, sebelah utara berbatasan dengan Ruangan Isolasi, dan sebelah

selatan berbatasan dengan Ruangan Flamboyan C serta sebelah barat

berbatasan dengan Ruangan Flamboyan A dan flamboyan A sebagai

berikut : sebelah timur berbatasan dengan flamboyan B, sebelah barat

berbatasan denga flamboyan D.

39

Bangunan Ruang Flamboyan A dan B terdiri dari 8 Ruangan dan 32

tempat tidur, tempat tidur pasien yang terbagi menjadi 1 ruangan 4 tempat

tidur, 1 ruang tindakan, ruang makan dan ruang perawat (nurse station).

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pasien Post-op Appendicitis di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021.

DATA

ANAMNESIS

Pasien 1 Pasien 2

Nama Ny. N Tn. M

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki

Umur 39 Tahun 19 Tahun

Status Perkawinan Menikah Belum menikah

Pekerjaan - -

Agama Islam Islam

Pendidikan Terakhir SMP SMA

Alamat

Kariangau, perum

griya kariangau baru

RT 12

Jl. Provinsi, Gersik,

PPU

Diagnosa Medis Post-op

Appendictomi

(Appendicitis)

Post-op Laparatomi

(Appendicitis)

Nomor Register 00 XX XX 00 XX XX

MRS/ Tgl

Pengkajian

26 Mei 2021/ 27 mei

2021

15 Juni 2021/ 21 Juni

2021

Keluhan utama Nyeri perut kanan

bawah dan mual

muntah

Nyeri dibagian perut

kanan bawah

Riwayat penyakit

sekarang

Px mengatakan nyeri

sudah dirasakan

kurang lebih 4 bulan

namun dibiarkan

karena disangka

hanya sakit perut

maag, namun 2 hari

yang lalu dirasakan

nyeri yang lebih

hebat dari biasanya di

bagian perut kanan

Px mengatakan nyeri

pada perut kanan

bawah sejak 3 hari

yang lalu dan demam,

pasien dibawa ke

rumah sakit di ird dan

dibawa ke ruang

flamboyan B pada

tanggal 15 juni 2021

pada jam 00.37 wita.

Klien mengatakan

40

bawah demam dan

disertai mual dan

muntah yang

lumayan banyak,

sebelumnya pada

pagi hari sudah

dibawa ke IRD disini

namun pulang lagi

saat siang karna

sudah dirasa

membaik, namun

sehabis maghrib

dirasakan nyeri

memberat dan

dibawa lagi ke IRD

RS kanudjoso dan di

rawat untuk

direncanakan operasi

oleh dokter. Saat

pengkajian

ditemukan keluhan

nyeri dengan nilai :

- P : saat banyak

bergerak

- Q : seperti ditusuk-

tusuk

- R : terpusat di bekas

luka operasi

- S : 7

- T : hilang timbul

Serta mual muntah

yang sangat sering

(terhitung saat

pengkajian saja

muntah sebanyak 7x)

muntah 3x saat

dibawa ke IRD. Saat

pengkajian pasien

mengatakan sudah

operasi tanggal 15

juni 2021 sekitar jam

7 malam. Saat

pengkajian pasien

mengeluh nyeri di

bagian luka operasi

dengan nilai :

- P : meningkat saat

banyak bergerak

- Q : seperti di remas-

remas

- R : berfokus pada

daerah luka bekas

operasi

- S : 5

- T : hilang timbul

Dan juga kadang

disertai gatal didaerah

sekitar luka.

Riwayat penyakit

dahulu

px mengatakan tidak

ada penyakit

sebelumnya

Px mengatakan tidak

ada menderita

penyakit sebelumnya

Riwayat penyakit

keluarga

Klien mengatakan

Keluarga tidak ada

yang memiliki

penyakit bawaan atau

kelainan

Klien mengatakan

Keluarga tidak ada

yang memiliki

kelainan / kecacatan

dan menderita suatu

penyakit yang berat

41

Psikososial Klien dapat

berkomunikasi

dengan perawat

maupun orang lain

sangat baik dan

lancar serta

menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh

perawat. Orang yang

paling dekat dengan

Klien adalah

suaminya. Ekspresi

Klien terhadap

penyakitnya yaitu

tidak ada masalah.

Klien mengatakan

interaksi dengan

orang lain baik dan

tidak ada masalah.

Reaksi saat interaksi

dengan Klien

kooperatif dan tidak

ada gangguan konsep

diri.

Klien dapat

berkomunikasi

dengan perawat

maupun orang lain

sangat baik dan lancar

serta menjawab

pertanyaan yang

diajukan oleh

perawat. Orang yang

paling dekat dengan

Klien adalah ibunya.

Ekspresi Klien pada

penyakitnya tidak ada

masalah.

Klien mengatakan

interaksi dengan

orang lain baik dan

tidak ada masalah.

Reaksi saat interaksi

dengan Klien

kooperatif dan tidak

ada gangguan konsep

diri.

Personal Hygiene

dan Kebiasaan

Saat di rumah Klien

memiliki kebiasaan

mandi sebanyak 2

kali sehari, sikat gigi

sebanyak 2 kali

sehari dan keramas 3

kali seminggu,

memotong kuku

seminggu sekali.

Klien mengatakan

dirumah hanya

melakukan kegiatan

mengurus rumah dan

tidak ada bekerja

berat, namun semasa

masih sekolah dulu

sering mengkonsumsi

mie instan.Selama di

rumah sakit saat

pengkajian px

mengatakan belum

ada membersihkan

Saat di rumah Klien

memiliki kebiasaan

mandi sebanyak 2

kali sehari, dan sikat

gigi sebanyak 2 kali

sehari, memotong

kuku seminggu

sekali.

Selama di rumah sakit

klien mengatakan

diseka menggunakan

handuk oleh ibunya

dan menyikat gigi 2x

sehari dan mengganti

baju pada pagi dan

sore hari

42

diri namun sudah

mengganti baju

dikarenakan baru saja

selesai operasi

Spiritual Sebelum sakit Klien

sering untuk

beribadah selama

sakit klien tidak

beribadah.

Sebelum sakit Klien

sering untuk

beribadah selama

sakit klien tidak

beribadah.

Berdasarkan tabel 4.1 ditemukan data dari identitas pasien. Pada

pasien 1 bernama Ny. N berusia 39 tahun, berjenis kelamin

perempuan, masuk rumah sakit pada tanggal 26 Mei 2021 dan

dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Juni 2021 dengan diagnosa

medis post op appendictomi. Sedangkan pada pasien 2 bernama Tn.

M berusia 19 tahun, berjenis kelamin laki – laki, masuk rumah sakit

pada tanggal 15 Juni 2021 dan dilakukan pengkajian yaitu pada

tanggal 21 Juni 2021 dengan diagnosa medis post op Laparatomi .

Pada pengkajian riwayat kesehatan pada pasien 1 keluhan utama

yaitu ditemukan pasienmengatakan nyeri di bagian perut kanan bawah

di bekas luka operasi dan mual disertai muntah sedangkan pada pasien

2 keluhan utama ditemukan pasien mengatakan nyeri dibagian luka

opersi yaitu di perut seperti di remas dan disertai gatal. Pada riwayat

penyakit sekarang ditemukan data pasien 1 klien mengatakan bahawa

sudah merasakan nyeri di bagian perut selama kurang lebih 4 bulan

namun dibiarkan karna disangka hanya sakit perut maag, namun

beberapa hari sebelum dibawa ke rumah sakit nyeri dirasa memberat

43

dan disertai deman juga mual dan muntah lalu dibawa ke IRD dan di

ketahui melalui USG jika pasien menderita appendisitis akut.

Sedangkan pada pasien 2 didapatkan data dari riwayat penyakit

sekarang yaitu pasien mengatakan masuk IRD tanggal 15 juni 2021

jam setengah 1 malam dikarenakan nyeri yang dirasa sudah dari 3 hari

yang lalu dibagian perut kanan bawah memberat dan disertai demam

lalu pasien dibawa ke IRD dan didapatkan dari USG bahwa pasien

menderita appendicitis kronis dan direncanakan untuk segera operasi.

Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu ditemukan data pasien

1 dan pasien 2 mengatakan bahwa pasien tidak ada menderita penyakit

apapun sebelumnya. Pada riwayat penyakit keluarga pasien 1 dan

pasien 2 tidak ditemukan masalah, keluarga tidak ada yang memiliki

kelainan / kecacatan dan menderita suatu penyakit yang berat.

Pada pengkajian data psikososial pada pasien 1 dan pasien 2

tidak ditemukan masalah keperawatan pola komunikasinya baik,

pasien dapat berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada gangguan

pada konsep diri.

Pada pengkajian data Personal hygiene dan kebiasaan pasien 1

dan pasien 2 tidak mempunyai masalah personal hygiene.

44

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien dengan post-op.

Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2021.

Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2

1. Keadaan umum Sedang

Tampak terpasang

infuse RL di tangan

sebelah kiri

Sedang

Tampak terpasang

infuse di tangan

sebelah kiri

2. Kesadaran Compos Mentis

GCS : E4 M6 V5

Compos Mentis

GCS : E4 M6 V5

3. Tanda-tanda vital TD : 120/78

mmHg

Nadi : 78x/menit

Suhu : 37oC

RR : 20x/menit

TD : 117/84

mmHg

Nadi : 71x/menit

Suhu : 36,3oC

RR : 24x/menit

4. Kenyamanan/nyeri Klien mengatakan

nyeri dibagian bekas

luka operasi di perut

kanan bawah dengan

skala 7, seperti

ditusuk, hilang

timbul, memberat

saat dibawa banyak

bergerak.

Klien mengatakan

nyeri

di bagian perut

bekas operasi

dengan skala 5,

seperti ditusuk ,

hilang tinbul,

memberat saat

dibawa banyak

beraktifitas kadang

juga disertai gatal

5. Status Fungsional/

Aktivitas dan

Mobilisasi Barthel

Indeks

Nilai skor : 10

Kategori

ketergantungan :

sedang

Nilai skor : 17

Kategori

ketergantungan :

ringan

6. Pemeriksaan

kepala

a. Rambut

Bentuk kepala Klien

oval, tidak

ditemukan adanya

penonjolan pada

tulang kepala Klien,

fingerprint di tengah

frontal terhidrasi,

kulit kepala bersih,

tidak mempunyai

rambut.

Bentuk kepala Klien

bulat, tidak

ditemukan adanya

penonjolan pada

tulang kepala Klien,

kulit kepala bersih,

penyebaran rambut

merata, warna

hitam, tidak

bercabang.

b. Mata Mata lengkap dan Mata lengkap dan

45

simetris kanan dan

kiri, tidak ada

pembengkakan pada

kelopak mata, sclera

putih, konjungtiva

anemia, palpebra

tidak ada edema,

kornea jernih, reflek

+, pupil isokor

simetris kanan dan

kiri tidak ada

pembengkakan pada

kelopak mata, sclera

putih, konjungtiva

anemia, palpebra

tidak ada edema,

kornea jernih, reflek

+, pupil isokor

c. Hidung Tidak ada

pernafasan cuping

hidung, posisi

septum nasi di

tengah, tidak ada

secret atau sumbatan

pada lubang hidung,

ketajaman

penciuman normal,

dan tidak ada

kelainan

Tidak ada

pernafasan cuping

hidung, posisi

septum nasi di

tengah, tidak ada

secret atau sumbatan

pada lubang hidung,

ketajaman

penciuman normal,

dan tidak ada

kelainan

d. Rongga mulut Bibir berwarna

merah muda, lidah

berwarna merah

muda, mukosa

lembab, tonsil tidak

membesar

Bibir berwarna

merah muda, lidah

berwarna merah

muda, mukosa

lembab, tonsil tidak

membesar.

e. Telinga Telinga simetris

kanan dan kiri,

ukuran sedang,

kanalis telinga bersih

kanan dan kiri, tidak

ada benda asing dan

bersih pada lubang

telinga,

Telinga simetris

kanan dan kiri,

ukuran sedang,

kanalis telinga

bersih kanan dan

kiri, tidak ada benda

asing dan bersih

pada lubang telinga.

7. Pemeriksaan Leher Tidak ada lesi

jaringan parut, tidak

ada pembengkakan

kelenjar tiroid, Tidak

teraba adanya massa

di area leher, tidak

ada teraba

pembesaran kelenjar

tiroid, tidak ada

teraba pembesaran

kelenjar limfe

Tidak ada lesi

jaringan parut, tidak

ada pembengkakan

kelenjar tiroid,

Tidak teraba adanya

massa di area leher,

tidak ada teraba

pembesaran kelenjar

tiroid, tidak ada

teraba pembesaran

kelenjar limfe

46

8. Pemeriksaan

thorak: Sistem

Pernafasan

Tidak ada sesak,

tidak ada batuk.

Bentuk dada

simetris, frekuensi

20x/menit, tidak ada

pernafasan cuping

hidung, tidak ada

otot bantu nafas.

Vocal premitus

teraba sama kanan

dan kiri saat Klien

mengucap tujuh-

tujuh. Tidak ada alat

bantu nafas. Tidak

terdapat krepitasi.

Batas paru hepar

normal ICS ke 4

suara perkusi sonor

Suara nafas

vesikuler, suara

ucapan jelas, tidak

ada suara nafas

tambahan

Tidak ada sesak,

tidak ada batuk.

Bentuk dada

simetris, frekuensi

24x/menit, irama

nafas teratur, pola

nafas normal, tidak

ada pernafasan

cuping hidung, tidak

ada otot bantu

nafas,.Vocal

premitus teraba

sama kanan dan kiri

saat Klien mengucap

tujuh-tujuh, tidak

terdapat krepitasi.

Batas paru hepar

normal ICS ke 4

suara perkusi sonor

Suara nafas

vesikuler, suara

ucapan jelas, tidak

ada suara nafas

tambahan

9. Pemeriksaan

Jantung: Sistem

Kardiovaskuler

Tidak ada nyeri

dada, CRT kurang

lebih 2 detik, ujung

jari tidak tabuh.

Ictus cordis tidak

tampak, ictus cordis

teraba di ICS V linea

midclavikularis kiri,

basic jantung

terletak di ICS III

sternalis kanan dan

ICS III sternalis kiri,

suara perkusi redup,

pinggang jantung

terletak di ICS III

sampai V sternalis

kanan suara perkusi

redup, apeks jantung

terletak di ICS V

midclavikularis kiri

suara perkusi redup.

Bunyi jantung I

Tidak ada nyeri

dada, CRT kurang

lebih 2 detik, ujung

jari tidak tabuh.

Ictus cordis tidak

tampak, ictus cordis

teraba di ICS V

linea

midclavikularis kiri,

basic jantung

terletak di ICS III

sternalis kanan dan

ICS III sternalis kiri,

suara perkusi redup,

pinggang jantung

terletak di ICS III

sampai V sternalis

kanan suara perkusi

redup, apeks jantung

terletak di ICS V

midclavikularis kiri

suara perkusi redup.

47

terdengar lup dan

bunyi jantung II

terdengar dup. Tidak

ada bunyi jantung

tambahan

Bunyi jantung I

terdengar lup dan

bunyi jantung II

terdengar dup. Tidak

ada bunyi jantung

tambahan.

10. Pemeriksaan

sistem

pencernaan dan

status nutrisi

Abdomen

BB : 65 kg

TB : 158 cm

IMT : 21 (kategori :

normal),

Saat dirumah, pasien

BAB 1x sehari,

nafsu makan baik

dengan frekuensi 3x

sehari, porsi makan

habis. Saat dilakukan

pengkajian dirumah

sakit pasien belum

ada BAB dan belum

diizinkan untuk

makan.

Bentuk abdomen

datar, tidak ada

benjolan/masa, tidak

ada bayangan vena,

peristaltic usus 14x

/menit palpasi

abdomen teraba

lunak, tidak ada

pembesaran hepar,

tidak terdapat nyeri

lepas pada

Mc.Berney, suara

abdomen tympani,

tidak ada asites,

terdapat luka operasi

post appendictomidi

perut kanan bawah

dengan panjang

kurang lebih 6 cm

tertutup kassa dan

hepafix

BB : 60 kg

TB : 160 cm

IMT : 18,75

(kategori : normal),

Saat dirumah, pasien

makan 3x sehari dan

BAB 1-2x sehari

Saat di rumah sakit,

Klien BAB 1x

sehari, jenis diet

lunak ,nafsu makan

baik dengan

frekuensi 3x sehari,

porsi makan habis.

Bentuk abdomen

rata, tidak ada

benjolan/masa, tidak

ada bayangan vena,

peristaltic usus 15x

/menit, tidak ada

pembesaran hepar,

tidak terdapat nyeri

lepas pada

Mc.Berney, suara

abdomen tympani,

tidak ada asites.

Terdapat luka

post.op laparatomi

di bagian mid linear

abdomen dengan

panjang sekitar 14

cm tertutup kassa

dan hepafix

11. Sistem

Persyarafan

Status memori

panjang, perhatian

dapat mengulang,

Status memori

panjang, perhatian

dapat mengulang,

48

bahasa baik, dapat

berorientasi pada

orang, tempat dan

waktu, tidak ada

keluhan pusing,

istirahat tidur 6-

7jam/hari.

Pada pemeriksaan

saraf kranial, nervus

I Klien dapat

membedakan bau,

nervus II Klien dapat

melihat dan

membaca tanpa

memakai kacamata,

nervus III Klien

dapat menggerakkan

bola mata kebawah

dan kesamping,

nervus IV pupil

mengecil saat

dirangsang cahaya,

nervus V Klien dapat

merasakan sensasi

halus dan tajam,

nervus VI Klien

mampu melihat

benda tanpa

menoleh, nervus VII

Klien bisa senyum

dan menutup

kelopak mata dengan

tahanan, nervus VIII

Klien dapat

mendengar gesekan

jari, nervus IX uvula

berada ditengah dan

simetris, nervus X

Klien dapat menelan,

nervus XI Klien bisa

melawan tahanan

pada pipi dan bahu,

dan nervus XII Klien

dapat menggerakkan

lidah.

bahasa baik, dapat

berorientasi pada

orang, tempat dan

waktu, ada keluhan

pusing, istirahat

tidur 8-9 jam/hari.

Pada pemeriksaan

saraf kranial, nervus

I klien dapat

membedakan bau,

nervus II klien dapat

melihat dan

membaca tanpa

memakai kacamata,

nervus III Klien

dapat menggerakkan

bola mata kebawah

dan kesamping,

nervus IV pupil

mengecil saat

dirangsang cahaya,

nervus V Klien

dapat merasakan

sensasi halus dan

tajam, nervus VI

Klien mampu

melihat benda tanpa

menoleh, nervus VII

Klien bisa senyum

dan menutup

kelopak mata

dengan tahanan,

nervus VIII Klien

dapat mendengar

gesekan jari, nervus

IX uvula berada

ditengah dan

simetris, nervus X

Klien dapat

menelan, nervus XI

Klien bisa melawan

tahanan pada pipi

dan bahu, dan

nervus XII Klien

dapat menggerakkan

lidah.

49

Pada pemeriksaan

refleks fisiologis

ditemukan adanya

gerakan fleksi pada

tangan kanan dan

tangan kiri saat

dilakukan

pemeriksaan refleks

bisep dan ditemukan

adanya gerakan

ekstensi saat

dilakukan

pemeriksaan refleks

trisep. Pada

pemeriksaan refleks

patella ditemukan

adanya gerakan

tungkai ke depan

pada kaki kanan dan

kaki kiri. Pada

pemeriksaan refleks

patologis berupa

refleks babinsky

ditemukan adanya

gerakan fleksi pada

jari – jari.

Pada pemeriksaan

refleks fisiologis

ditemukan adanya

gerakan fleksi pada

tangan kanan dan

tangan kiri saat

dilakukan

pemeriksaan refleks

bisep dan ditemukan

adanya gerakan

ekstensi saat

dilakukan

pemeriksaan refleks

trisep. Pada

pemeriksaan refleks

patella ditemukan

adanya gerakan

tungkai ke depan

pada kaki kanan dan

kaki kiri. Pada

pemeriksaan refleks

patologis berupa

refleks babinsky

ditemukan adanya

gerakan fleksi pada

jari – jari.

12. Sistem

Perkemihan

Bersih, oliguria

berkemih. Produksi

urine ± 1 liter/hari,

warna kuning jernih

dan bau khas.

Bersih, tidak ada

keluhan berkemih.

Produksi urine ±

900-1000 ml/hari,

warna kuning dan

bau khas.

13. Sistem

Muskuloskeletal

dan Integumen

Pergerakan sendi

bebas, otot simetris

kanan dan kiri.

Pada pemeriksaan

tangan kanan, tangan

kiri dan kaki kanan,

kaki kiri didapatkan

kekuatan otot 5.

5 5

5 5

Penilaian edema

Pergerakan sendi

bebas, otot simetris

kanan dan kiri.

Pada pemeriksaan

tangan kanan,

tangan kiri dan kaki

kanan, kaki kiri

didapatkan kekuatan

otot 5.

5 5

5 5

50

tidak ada edema

ekstremitas dan tidak

ada pitting edema.

Tidak terdapat

peradangan dan

ruam pada kulit.

Total nilai pada

penilaian risiko

decubitus adalah 21

(kategori : low risk)

Penilaian edema

tidak ada edema

ekstremitas dan

tidak ada pitting

edema.

Tidak terdapat

peradangan dan

ruam pada kulit.

Total nilai pada

penilaian risiko

decubitus adalah 21

(kategori : low risk)

14. Sistem Endokrin Tidak ada

pembesaran pada

kelenjar tiroid, tidak

terdapat pembesaran

pada kelenjar getah

bening bagian leher.

Tidak terdapat

hipoglikemia dan

hiperglikemia. Tidak

terdapat riwayat luka

sebelumnya dan

tidak terdapat

riwayat amputasi

sebelumnya.

Tidak ada

pembesaran pada

kelenjar tiroid, tidak

terdapat pembesaran

pada kelenjar getah

bening bagian leher.

Tidak terdapat

hipoglikemia dan

hiperglikemia. Tidak

terdapat riwayat

luka sebelumnya

dan tidak terdapat

riwayat amputasi

sebelumnya.

15. Seksualitas dan

Reproduksi

tidak ada benjolan

pada payudara, tidak

ada kelainan pada

genetalia

Tidak ada benjolan

pada payudara

Tidak ada kelainan

pada prostat

16. Keamanan

Lingkungan

Total penilaian risiko

Klien jatuh dengan

skala morse adalah

20

(kategori: rendah)

Total penilaian

risiko Klien jatuh

dengan skala morse

adalah 20

(kategori: rendah)

Berdasarkan tabel 4.2 ditemukan data dari pemeriksaan fisik pada

pemeriksaan kenyamanan atau nyeri pasien 1 dan 2 memiliki keluhan

yang sama yaitu nyeri. Pada pasien 1 mengatakan nyeri dibagian

bekas luka operasi di perut kanan bawah dengan skala 7, seperti

ditusuk, hilang timbul, memberat saat dibawa banyak bergerak dan

51

pada pasien 2 klien mengatakan nyeri di bagian perut bekas operasi

dengan skala 5, seperti ditusuk , hilang tinbul, memberat saat dibawa

banyak beraktifitas kadang juga disertai gatal.

Pada pemeriksaan abdomen juga ditemukan kesamaan yaitu

terdapat luka bekas operasi. Pada pasien 1 terdapat luka operasi post

appendictomi di perut kanan bawah dengan panjang kurang lebih 6

cm, pada pasien 2 Terdapat luka post.op laparatomi di bagian mid

linear abdomen dengan panjang sekitar 14 cm dan keduanya tertutup

kassa dan hepafix.

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien Post-Opdi RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021.

Pemeriksaan

Penunjang Klien 1 Klien 2

Laboratorium Pada tanggal 25 Mei

2021

Pukul : 21.24 WITA

Antigen (Negatif)

Hematologi Lengkap

Hemoglobin: 13.1

g/dL

(13.0 – 18.0)

Leukosit: 13.25

10^3/uL (4.00 -

10.00)

Eritrosit: 4.72

10^6/uL (4.50 – 6.20)

Hematokrit: 39 %

(40.0 – 54.0)

Trombosit: 369

10^3/uL (150 - 450)

Pada tanggal 15 Juni

2021 Pukul : 10.00

WITA

Antigen (Negatif)

Hematologi Lengkap

Hemoglobin: 15.72

g/dL

(13.0 – 18.0)

Leukosit: 14.1

10^3/uL (4.00 -

10.00)

Eritrosit: 5.20

10^6/uL (4.50 – 6.20)

Hematokrit: 35 %

(40.0 – 54.0)

Trombosit: 345

10^3/uL (150 - 450)

Rontgen Tidak ada Tidak ada

52

EKG Tidak ada Tidak ada

USG Kesan : Appendisits

Akut

Gambaran

Appendisits Kronis

Lain-lain :

Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan data pada Klien 1 dan klien 2

dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan USG. Pada klien 1 pemeriksaan laboratorium

terdapat hasil yang menunjukkan leukosit 13.25 (high) dan

pemeriksaan laboratorium pada klien 2 juga menunjukkan Leukosit

14.1 (high), lalu pada pemeriksaan USG klien 1 ditemukan hasil

Appendiksitis Akut dan hasil USG klien 2 ditemukan hasil Gambaran

Appendisitis Kronis.

Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pasien dengan Post-Op

Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2021.

Klien 1 Klien 2

Pada tanggal 27 Juni 2021

- Metronidazole 2x1 100 ml 16

Tpm (IV line/infus)

- Ketorolac 3x30 mg (IV)

- Metoklopramid 2x1ml (IV)

Pada tanggal 28 Juni 2021

- Sulcrafat syr 3x5 ml (oral)

Pada tanggal 21 Juni 2021

- Ceftriaxone 2x1gr (IV)

- Omeprazole 2x40 gr (IV)

- Metronidazole 2x1 100 ml

16 Tpm (IV line/infus)

53

Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan data penatalaksanan terapi

pemberian obat pada pasien 1 yaitu sulcrafat syr, metronidazole kolf,

ketorolac dan metoklopramid. Sedangkan terapi pemberian obat pada

pasien 2 yaitu: ceftriaxone, omeprazole dan metronidazole.

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pasien dengan Post-op. Appendisitis

di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun

2021.

No

Uru

t

Klien 1 Klien 2

Hari/

Tanggal

ditemuka

n

Diagnosa

Keperawatan

(Kode SDKI)

Hari/

Tanggal

ditemukan

Diagnosa

Keperawatan

(Kode SDKI)

1. Kamis, 27

Mei 2021

Nyeri akut b.d

Agen pencedera

fisiologis

(prosedur

operasi)

(D.0077)

Batasan

karakteristik

(kriteria mayor

dan minor) :

b. Subjektif : px

mengeluh

nyeri pada

luka bekas

operasi di

perut kanan

bawah, skala

7, seperti

ditusuk,

hilang timbul,

memberat

saat dibawa

banyak

bergerak.

c. Objektif :

- Klien

tampak

sesekali

meringis

Senin, 21

Juni 2021

Nyeri akut b.d

Agen pencedera

fisiologis

(prosedur operasi)

(D.0077)

Batasan

karakteristik

(kriteria mayor

dan minor) :

a. Subjektif : px

mengeluh

nyeri pada

luka bekas

operasi di

perut bagian

tengah , skala

5, seperti

diremas-

remas, hilang

timbul,

memberat saat

dibawa banyak

bergerak dan

beraktifitas.

b. Objektif :

- Klien tampak

lemas dan

sesekali

54

- KU :

Sedang,

kesadaran

Compos

mentis

- TD : 120/78

mmhg, Nadi

: 78x/menit,

RR:

20x/menit,

Suhu : 37oC

memegang

perut

- KU : Sedang,

kesadaran

Compos

mentis

- TD : 117/84

mmhg, Nadi :

71x/menit,

RR:

24x/menit,

Suhu : 36,3oC

2. Kamis, 27

Mei 2021

Resiko defisit

nutrisi b.d

ketidakmampuan

menelan

makanan (mual-

muntah)

(D.0032)

Batasan

karakteristik

(kriteria mayor

dan minor) :

a. Subjektif :

- Pasien

mengatakan

mual dan

muntah

sudah

beberapa

kali

- Pasien

mengatakan

belum

diizinkan

makan

b. Objektif :

- Pasien

Nampak

lemas

- Saat

pengkajian

terhitung

pasien

muntah

sebanyak

3x,

kebanyakan

Senin, 21

Juni 2021

Resiko infeksi b.d

efek prosedur

invasif (D.0142)

Batasan

Karaktristik

(factor risiko) :

- Tindakan

Invasif

55

muntah

hanya

sekedar

cairan

berwarna

kuning

3 Kamis, 27

Mei 2021

Resiko infeksi

b.d efek prosedur

invasif (D.0142)

Batasan

Karaktristik

(factor risiko) :

Tindakan Invasif

Senin, 21

Juni 2021

Gangguan

Mobilitas Fisik b.d

keengganan

melakukan

pergerakan(D.005

4)

Batasan

karakteristik

(Kriteria mayor

dan minor) :

a. Subjektif :

- Pasien

mengatakan

jika px takut

melakukan

mobilisasi

karerna takut

jahitan pada

lukanya

terbuka

- Pasien

mengatakan

masih terasa

nyeri saat

bergerak

b. Objektif :

-Pasien

nampak

lemas

- Saat

pengkajian

pemerikasaa

n kekuatan

otot pasien

baik

Berdasarkan tabel 4.5 setelah melakukan pengkajian dan

menganalisis data pada pasien 1 ditegakkan 3 diagnosa keperawatan.

Urutan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis (prosedur operasi), resiko defisit nutrisi

56

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan (mual-

muntah) dan resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

Sedangkan pada pasien 2 juga ditegakkan 3 diagnosa keperawatan.

Urutan diagnosa keperawatan yaitu, nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis (prosedur operasi), resiko infeksi

berhubungan dengan efek prosedur invasif dan gangguan mobilitas

fisik berhubungan dengan keengganan melakukan pergerakan.

Pada pasien 1 dan 2 terdapat masalah yang harus diperhatikan

selain nyeri karena pasca operasi dan resiko infeksi yaitu pada pasien

1 adalah resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

menelan makanan dikarenakan mual dan muntah yang aktif, lalu pada

pasien 2 terdapat gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

keengganan melakukan pergerakan yang dibuktikan dengan data

subjektif dari pasien yang mengatakan takut unutk melakukan

mobilisasi karena takut jahitan pada lukanya akan terbuka.

c. Perencanaan

Tabel 4.6 Perencanaan Pasien dengan Post-op appendisitis di RSUD

dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021.

Hari/Tangg

al

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria Hasil

Intervensi

Pasien 1

Kamis, 27

Mei 2021

Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

pencedera fisik

(Prosedur

operasi).

(D.0077)

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatans 1x1

jamdiharapkan

tingkat nyeri

(L.08066)

menurun dengan

Kriteria Hasil :

Manajemen nyeri

(I.08238)

Observasi:

1.1 Identifikasi

lokasi ,

karakteristik,

durasi

frekuensi,

57

1. Keluhan nyeri

menurun.

2. Meringis

menurun.

3. Sikap protektif

menurun.

4. Gelisah

menurun.

5. Frekuensi nadi

membaik

kulaitas nyeri,

intensitas

nyeri, skala

nyeri.

1.2 Identifikasi

respon nyeri

non-verbal.

1.3 Identivikasi

factor yang

memperberat

dan

memperingan

nyeri.

Terapeutik:

1.4 Berikan teknik

non

farmakologis

untuk

mengurangi

rasa nyeri.

1.5 Kontrol

lingkungan

yang

memperberat

rasa nyeri.

1.6 Pertimbangka

n jenis dan

sumber nyeri

dalam

pemilihan

strategi

meredakan

nyeri.

Edukasi:

1.7 Jelaskan

penyebab,

periode, dan

pemicu nyeri.

1.8 Jelaskan

strategi

meredakan

nyeri.

1.9 Ajarkan teknik

non

farmakologis

untuk

58

mengurangi

rasa nyeri.

Kolaborasi :

1.10 Kolaborasi

pemberian

analgetik bila

perlu.

Kamis, 27

Mei 2021

Resiko defist

nutrisi

berhubungan

dengan ketidak

mampuan

menelan

makanan (mual-

muntah)(D.0032

)

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1x 1 jam

diharapkan tingkat

nausea menurun

dan ontrol

mual/muntah

meningkat

(L.08065) dengan

Kriteria Hasil :

1. Muntah

menurun

2. Keluhan mual

menurun

3. Perasaan

ingin muntah

menurun

I.0 3118

Manajemen

muntah.

Observasi :

2.1 Identifikasi

karakteristik

muntah

(warna,konsi

stensi,adanya

darah,waktu,

frekuensi dan

durasi)

2.2 Identifikasi

faktor

penyebab

muntah

Terapeutik

2.3 Kontrol

faktor

lingkungan

penyebab

2.4 Bersihkan

mulut dan

hidung

Edukasi

2.5 Anjurkan

membawa

kantong

plastic untuk

menampung

muntah

2.6 Anjurkan

memperbany

ak istirahat

Kolaborasi

2.7 Kolaborasi

pemberia

59

antiemetic,ji

ka perlu

Kamis, 27

Mei 2021

Risiko Infeksi

berhubungan

dengan efek

prosedur infasive

(D.0142).

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

tingkat infeksi

(L.14137) dengan

kriteria hasil:

1. Kebersihan

tangan

meningkat.

2. Kebersihan

badan

meningkat.

3. Demam,

kemerahan,

nyeri,

bengkak

menurun.

4. Kadar sel

darah putih

meningkat.

Pencegahan

infeksi (I.14539)

Observasi :

2.1 Monitor tanda

dan gejala

infeksi local

dan sistemik.

2.2 Batasi jumlah

pengunjung

2.3 Berikan

perawatan kulit

pada area

edema.

2.4 Cuci tangan

sebelum dan

sesudah kontak

dengan klien

dan lingkungan

klien.

2.5 Pertahankan

teknik aseptic

pada klien

beresiko tinggi.

Edukasi:

2.6 Jelaskan tanda

dan gejala

infeksi.

3.7 Ajarkan cara

mencuci

tangan dengan

benar.

Pasien 2

Senin, 21

Juni 2021

Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

pencedera fisik

(Prosedur

oprasi). (D.0077)

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatans 1x1

jam diharapkan

tingkat nyeri

(L.08066)

Manajemen nyeri

(I.08238)

Observasi:

1.1 Identifikasi

lokasi,

karakteristik,

durasi

60

menurun dengan

Kriteria Hasil :

1. Keluhan nyeri

menurun.

2. Meringis

menurun.

3. Sikap protektif

menurun.

4. Gelisah

menurun.

5. Frekuensi nadi

membaik

frekuensi,

kulaitas

nyeri,

intensitas

nyeri, skala

nyeri.

1.2 Identifikasi

respon nyeri

non-verbal.

1.3 Identivikasi

factor yang

memperberat

dan

memperingan

nyeri.

Terapeutik:

1.4 Berikan

teknik non

farmakologis

untuk

mengurangi

rasa nyeri.

1.5 Kontrol

lingkungan

yang

memperberat

rasa nyeri.

1.6 Pertimbangka

n jenis dan

sumber nyeri

dalam

pemilihan

strategi

meredakan

nyeri.

Edukasi:

1.7 Jelaskan

penyebab,

periode, dan

pemicu nyeri.

1.8 Jelaskan

strategi

meredakan

nyeri.

1.9 Ajarkan

teknik non

61

farmakologis

untuk

mengurangi

rasa nyeri.

Kolaborasi :

1.10 Kolaborasi

pemberian

analgetik bila

perlu

Senin, 21

Juni 2021

Risiko Infeksi

ditandai dengan

efek prosedur

infasive

(D.0142).

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

tingkat infeksi

(L.14137) dengan

kriteria hasil:

1. Kebersihan

tangan

meningkat.

2. Kebersihan

badan

meningkat.

3. Demam,

kemerahan,

nyeri,

bengkak

menurun.

4. Kadar sel

darah putih

meningkat.

Pencegahan

infeksi (I.14539)

Observasi :

2.1 Monitor tanda

dan gejala

infeksi local

dan sistemik.

2.2 Batasi jumlah

pengunjung

2.3 Berikan

perawatan kulit

pada area

edema.

2.4 Cuci tangan

sebelum dan

sesudah kontak

dengan klien

dan lingkungan

klien.

2.5 Pertahankan

teknik aseptic

pada klien

beresiko tinggi.

Edukasi:

2.6 Jelaskan tanda

dan gejala

infeksi.

Ajarkan cara

mencuci tangan

dengan benar.

62

Senin, 21

Juni 2021

Gangguan

Mobilitas Fisik b.d

keengganan

melakukan

pergerakan(D.005

4)

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan

Tingkat

pengetahuan

(L.12111)dapat

meningkat dengan

Kriteria Hasil :

1. Perilaku

sesuai

anjuran

2. Perilaku

sesuai

dengan

pengetahuan

3. Inisiatif

meningkat

4. Motivasi

meningkat

Dukungan

mobilisasi

(I.05173)

Observasi:

3.1.Identifikasi

adanya nyeri

atau keluhan

fisik lainnya.

3.2.Monitor

kondisi umum

selama

melakukan

mobilisasi.

Terapeutik:

3.3.Fasilitasi

melakukan

pergerakan,

bila perlu

3.4.Libatkan

keluarga untuk

membantu

pasien.

Edukasi:

3.5.Jelaskan tujuan

dan prosedur

mobilisasi

3.6.Anjurkan

melakukan

mobilisasi dini

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menjelaskan setelah membuat

perencanaan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masing-

masing diagnosa yang ditemukan pada pasien 1 dan pasien 2,

selanjutnya melakukan pelaksanaan tindakan keperawatan pada

pasien 1 dan pasien 2.

63

d. Pelaksanaan

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan Pasien 1 dengan Post-op

Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2021.

Waktu

Pelaksanaan

Tindakan Keperawatan Evaluasi

Hari 1

Kamis , 27

Mei 2021

20.10 WITA

Melakukan Pengkajian

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kualitas nyeri,

intensitas nyeri, skala

nyeri.

1.2 Identifikasi respon nyeri

non-verbal.

1.3 Identivikasi factor yang

memperberat dan

memperingan nyeri.

1.4 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.5 Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri.

1.6 Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam

pemilihan strategi

meredakan nyeri.

1.7 Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu nyeri.

1.8 Jelaskan strategi

meredakan nyeri.

1.9 Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.10 Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu

DS :

- Pasien mengatakan

nyeri di bagian luka

operasi di perut kanan

bawah dengan skala 7

- Pasien mengatakan

nyeri meningkat saat

banyak bergerak.

- Pasien mengatakan

nyeri seperti terusuk

tusuk.

- Pasien mengatakan

nyeri dirasa hilang

timbul

- Pasien mengatakan

faham diajarkan teknik

nafas dalahm

DO :

- Pasien tampak gelisah

- Pasien tampak meringis

- Pasien mencoba

mempraktekkan teknik

nafas dalam

- TD : 120/78 mmHg

Nadi : 78x/menit

Suhu : 36,8 ⁰C

RR : 20x/menit

2.1 Identifikasi karakkteristik

muntah

(warna,konsistensi,adanya

darah,waktu,frekuensi

dan durasi)

2.2 Identifikasi faktor

penyebab muntah

2.3 Kontrol faktor lingkungan

penyebab

DS :

- Pasien mengatakan

muntah hanya berupa

cairan, tidak ada

darah

- Pasien mengatakan

perasaan mual tidak

dirasakan terus

menerus namun

64

2.4 Bersihkan mulut dan

hidung

2.5 Anjurkan membawa

kantong plastik untuk

menampung muntah

2.6 Anjurkan memperbanyak

istirahat

2.7 Kolaborasi pemberian

antiemetic,jika perlu

sering muncul secara

tiba tiba

- Pasien bersedia

untuk selalu

berkumur sehabis

muntah

- Pasien setuju untuk

menyediakan

kantung plastic

- Pasien bersedia

untuk

memperbanyak

istirahat

- Pasien mengatakan

sudah coba meminta

obat untuk

mengurangi mual

dan muntahnya

namun belum

diizinkan untuk

makan dan minum.

DO :

- KU pasien : sedang,

kesadaran Compos

mentis

- Pasien tampak lemas

- Pasien dalam posisi

supinasi

- Saat muntah,pasien

meminta untuk

diposisikan duduk

3.1.Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan sistemik.

3.2.Batasi jumlah pengunjung

3.3.Berikan perawatan kulit

pada area edema.

3.4.Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan

pasien dan lingkungan

pasien.

3.5.Pertahankan teknik aseptic

pada pasien beresiko tinggi.

3.6.Jelaskan tanda dan gejala

infeksi.

DS:

- Pasien mengatakan

mengerti atas apa yang

dijelaskan.

- Pasien mengatakan

tidak ada tanda infeksi

seperti yang

dijelaskan.

DO: - Pasien nampak

mengerti tentang apa

yang dijelaskan

65

3.7. Ajarkan cara mencuci

tangan dengan benar.

- Pasien dan keluarga

pasien melakukan

teknik cuci tangan 6

langkah

Hari 2

Jumat, 28

Mei 2021

20.30

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas nyeri,

intensitas nyeri, skala

nyeri.

1.2 Identifikasi respon nyeri

non-verbal.

1.3 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

a. Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri.

1.10 Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu

DS :

- Pasien mengatakan

nyeri masih di rasakan

di bagian luka operasi

di perut kanan bawah

- Pasien mengatakan

nyeri tidak seberat

kemarin, skala 4

- Pasien mengatakan

nyeri masih seperti

terusuk tusuk.

- Pasien mengatakan

nyeri masih hilang

timbul

- Pasien mengatakan

faham kapan harus

melakukan teknik

nafas dalam

DO :

- Klien tampak masih

sesekali meringis

- Klien telah bisa

mempraktekkan teknik

nafas dalam

- TD : 121/80 mmHg

Nadi : 78x/menit

Suhu : 36,8 ⁰C

RR : 20x/menit 2.1 Identifikasi karakkteristik

muntah

(warna,konsistensi,adanya

darah,waktu,frekuensi

dan durasi)

2.4. Bersihkan mulut dan

hidung

2.5. Anjurkan membawa

kantong plastik untuk

menampung muntah

2.6. Anjurkan memperbanyak

istirahat

DS :

- Pasien mengatakan

hari ini masih

muntah muntah

namun hanya pada

saat makan, terhitung

mulai pagi sekitar 6x

dan muntahnya

berupa makanan

yang masuk dan

makanan yang masuk

hanya sedikit

- Pasien mengatakan

jika muntah masih di

66

2.7. Kolaborasi pemberian

antiemetic,jika perlu

kantung plastic dan

langsung berkumur

dan hari ini pasien

sudah sanggup

kekamar mandi

untuk menyikat gigi

- Pasien mengatakan

kalau hari ini

diberikan obat

sulcrafat syrup untuk

menurunkan asam

lambung dan

mengurangi mual

dan muntah.

DO :

- Pasien nampak lebih

segar

- Pasien dalam posisi

semi fowler

3.1.Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan sistemik.

3.2.Batasi jumlah pengunjung

3.4. Cuci tangan sebelum

dan sesudah kontak dengan

pasien dan lingkungan

pasien.

3.7. Ajarkan cara mencuci

tangan dengan benar.

DS :

- Pasien mengatakan

tidak ada merasakan

gejala infeksi yang

dijelaskan

- Pasien dan keluarga

pasien juga tidak

ingin dijenguk

bangak orang

- Pasien dan keluarga

pasien paham dan

bias melakukan cuci

tangan dengan benar

DO :

- Tidak tampak tanda

dan gejala infeksi

lokal dan sistemik

seperti kemerahan

pada sekitar luka

operasi, terasa panas

pada luka, dan juga

demam

- Pasien sangat

kooperatif dan

terlihat lebih nyaman

67

Hari 3

Sabtu, 29

Mei 2021

09.45 WITA

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas nyeri,

intensitas nyeri, skala

nyeri.

1.2Identifikasi respon nyeri

non-verbal.

1.10 Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu

DS:

- Pasien mengatakan

nyeri jauh

berkurang skala 2-3

- Pasien mengatkan

nyeri sudah jarang

timbul

- Pasien mengatakan

jauuh lebih nyaman

dan bisa beristirahat

dengan nyaman

DO:

- Pasien nampak

lebih nyaman

- Pasien sudah tidak

ada meringis lagi

- TD : 120/80

N : 74x/menit

RR : 20x/menit

S : 36,5 ⁰C

2.1 Identifikasi karakkteristik

muntah

(warna,konsistensi,adanya

darah,waktu,frekuensi

dan durasi)

2.4. Bersihkan mulut dan

hidung

2.6. Anjurkan memperbanyak

istirahat

2.7. Kolaborasi pemberian

antiemetic,jika perlu

DS :

- Pasien menyatakan

mulai bangun tadi

pagi sekitar jam 7

tidak ada merasa

mual dan muntah

- Pasien mengatakan

tadi pagi sarapan

dan tidak ada

muntah dan sudah

tidak ada nyeri di

ulu hati

DO :

- KU : Baik,

kesadaran Compos

mentis

- Pasien nampak

lebih segar

3.3.Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan sistemik.

DS :

- Pasien mengatakan

tidak ada

merasakan tanda

dan gejala infeksi

DO :

- Tidak nampak

tanda dan gejala

68

infeksi local dan

sitemik pada pasien

Pada tabel 4.7 implementasi keperawatan dilakukan untuk

mengatasi masalah – masalah yang ditemukan pada pasien 1 sesuai

dengan perencanaan tindakan keperawatan masing – masing diagnosa

yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 1

selama 3 hari. Implementasi dilakukan pada tanggal 27 Mei 2021

sampai 29 Mei 2021.

Tabel 4.8 Implementasi keperawatan Pasien 2 dengan Post-op

Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2021.

Waktu

Pelaksanaan

Tindakan Keperawatan Evaluasi

Hari 1

Senin,21 Juni

2021

15.00 WITA

Melakukan Pengkajian

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kualitas

nyeri, intensitas nyeri,

skala nyeri.

1.2 Identifikasi respon

nyeri non-verbal.

1.3 Identivikasi factor

yang memperberat dan

memperingan nyeri.

1.4 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.5 Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa

nyeri.

1.6 Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan

strategi meredakan

nyeri.

DS :

- Pasien mengatakan nyeri

di bagian luka operasi di

perut bagian tengah

dengan skala 5

- Pasien mengatakan nyeri

meningkat saat banyak

bergerak.

- Pasien mengatakan nyeri

seperti di remas-remas

- Pasien mengatakan nyeri

dirasa hilang timbul

- Pasien mengatakan

faham diajarkan teknik

nafas dalahm

DO :

- Pasien tampak gelisah

- Pasien tampak sesekali

meringis

69

1.7 Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu

nyeri.

1.8 Jelaskan strategi

meredakan nyeri.

1.9 Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.10 Kolaborasi

pemberian analgetik

bila perlu

- Pasien mencoba

mempraktekkan teknik

nafas dalam

- TD : 117/84 mmHg

Nadi : 71x/menit

Suhu : 36,3⁰C

RR : 24x/menit

2.1 Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan

sistemik.

2.2 Batasi jumlah

pengunjung

2.3 Berikan perawatan kulit

pada area edema.

2.4 Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan

pasien dan lingkungan

pasien.

2.5 Pertahankan teknik

aseptic pada klien

beresiko tinggi.

2.6 Jelaskan tanda dan gejala

infeksi.

2.7 Ajarkan cara mencuci

tangan dengan benar.

DS:

- Pasien mengatakan

daerah luka dirasa hangat

dan disekitar daerah luka

juga sering gatal.

- Pasien mengatakan tidak

ada demam.

- Pasien akan

menyampaikan jika ada

gejala yang dirasakan

DO: - Pasien nampak mengerti

tentang apa yang

dijelaskan

- Pasien dan keluarga

pasien melakukan teknik

cuci tangan 6 langkah

3.1. Identifikasi adanya

nyeri atau keluhan fisik

lainnya

3.2. Monitor kondisi umum

selama melakukan

mobilisasi

3.3. Fasilitasi melakukan

pergerakan, bila perlu

3.4. Libatkan keluarga untuk

membantu pasien

3.5. Jelaskan tujuan dan

prosedur mobilisasi

3.6. Anjurkan mobilisasi

dini

DS :

- Pasien mengatakan nyeri

di daerah luka operasi

saat mencoba

beraktifitas

- Pasien mengatakan

bahwa takut untuk

mencoba berjalan karena

takut jahitan di luka

akan terbuka

- Pasien mengatakan

faham tentang apa yang

dijelaskan

- Pasien mengatakan

bersedia untuk mencoba

berjalan tapi ditemani

70

- Keluarga pasien

bersedia untuk

membantu proses

ambulasi pasien

DO :

- KU: sedang, kesadaran :

Compos mentis

- Pasien nampak lemas

Hari 2

Selasa, 22

Juni 2021

15.30 WITA

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas

nyeri, intensitas nyeri,

skala nyeri.

1.2 Identifikasi respon

nyeri non-verbal.

1.3 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.5 Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa

nyeri.

1.10 Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu

- Pasien mengatakan masih

nyeri di bagian luka

operasi namun tidak

seperti kemarin skala

sekitar 3-4 namun masih

dirasa mengganggu

- Pasien mengatakan masih

nyeri meningkat saat

banyak beraktifitas.

- Pasien mengatakan nyeri

masih seperti di remas-

remas

- Pasien mengatakan nyeri

sudah jarang muncul

DO :

- Pasien masih tampak

sesekali meringis

- Pasien sudah bisa

mempraktekkan teknik

nafas dalam tanpa

instruksi

- TD : 110/70 mmHg

Nadi : 74x/menit

Suhu : 36,5⁰C

RR : 24x/menit 2.1 Monitor tanda dan

gejala infeksi local dan

sistemik.

2.2 Batasi jumlah

pengunjung

2.4 Cuci tangan sebelum

dan sesudah kontak

dengan pasien dan

lingkungan pasien.

2.7Ajarkan cara mencuci

tangan dengan benar.

- Pasien mengatakan

tidak ada demam,

namun luka kadang

dirasa hangat dan

disertai gatal di sekitar

daerah luka

- Pasien dan keluarga

pasien juga tidak ingin

dijenguk bangak orang

- Pasien dan keluarga

pasien paham dan bias

71

melakukan cuci tangan

dengan benar

DO :

- Suhu : 36,5⁰C

- Tidak tampak tanda

dan gejala infeksi lokal

dan sistemik seperti

kemerahan pada sekitar

luka operasi, terasa

panas pada luka, dan

juga demam

- Pasien terlihat lebih

nyaman

- Pasien dan keluarga

terlihat sudah bisa

mencuci tangan dengan

6 langkah

3.1. Identifikasi adanya

nyeri atau keluhan fisik

lainnya

3.2. Monitor kondisi umum

3.4. Libatkan keluarga untuk

membantu pasien

3.6. Anjurkan mobilisasi

dini

DS :

- Pasien mengatakan

sudah berani berjalan

perlahan ke kamar

mandi walau masih

ditemani oleh keluarga

- Pasien mengatakan

masih merasa nyeri

seperti perasaan tegang

di daerah luka operasi

saat bergerak atau

berjalan dan

mengganggu

- Keluarga pasien

bersedia untuk

memberikan dukungan

dan menemani pasien

untuk proses ambulasi

DO :

- KU pasien Baik,

kekuatan otot kuat,

- Pasien bisa menekuk

kedua lutut

Hari 3

Rabu,23 Juni

2021

14.30 WITA

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas

nyeri, intensitas nyeri,

skala nyeri.

DS:

- Pasien mengatakan

nyeri sudah sangat

jauh berkurang, skala

1-2

72

1.2 Identifikasi respon

nyeri non-verbal.

- Pasien mengatakan

nyeri sudah jarang

timbul

- Pasien mengatakan

jauh lebih nyaman dan

bisa beraktifitas

dengan nyaman

DO:

- KU : Baik, kesadaran :

compos mentis

- Pasien sudah tidak ada

meringis lagi

- TD : 120/80

N : 78x/menit

RR : 20x/menit

S : 36,2⁰C

2.1 Monitor tanda dan

gejala infeksi local dan

sistemik.

DS :

- Pasien mengatakan

tidak ada demam

- Pasien mengatakan

sudah tidak ada

gatal dan perasaan

hangat di luka

DO :

- Tidak ada tanda dan

gejala infeksi yang

terlihat di pasien

3.1. Identifikasi adanya

nyeri atau keluhan fisik

lainnya

3.2. Monitor kondisi umum

3.4. Libatkan keluarga untuk

membantu pasien

DS :

- Pasien mengatakan

sudah berani ke kamar

mandi sendiri walau

kadang masih dipantau

oleh keluarga

- Pasien mengatakan

kadang masi terasa

seperti tertarik atau

tegang didaerah luka

namun tidak dirasa

mengganggu

- Pasien mengatakan

dirinya jauh lebih baik

dari sebelumnya

DO :

- KU : Baik

- Pasien nampak lebih

segar

73

Pada tabel 4.8 implementasi keperawatan dilakukan untuk

mengatasi masalah – masalah yang ditemukan pada pasien 2 sesuai

dengan perencanaan tindakan keperawatan masing – masing diagnosa

yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 2

dilaksanakan selama 3 hari yaitu, tanggal 21 Juni 2021 sampai 23 Juni

2021 yang dilakukan secara komperhensif.

e. Evaluasi

Tabel 4.9 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 1 Post-op Appendisitis

di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun

2021.

Hari /

Tanggal

Diagnosa

Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

Hari Ke 1

Kamis, 27

Mei 2021

21.15

Dx 1

Nyeri akut

berhubungan dengan

agen pencedera fisik

(Prosedur operasi).

(D.0077)

S :

- keluhan nyeri meningkat di

bagian luka operasi, skala 7,

seperti ditusuk dan hilang

timbul

O :

- Pasien masih tampak

meringis

- Sikap protektif meningkat

- Pasien terlihat gelisah

- Frekuensi nadi belum

membaik

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas nyeri,

intensitas nyeri, skala

nyeri.

1.2 Identifikasi respon nyeri

non-verbal.

1.3 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

74

1.5 Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri.

1.10 Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu

Dx 2

Resiko defist nutrisi

berhubungan

dengan ketidak

mampuan menelan

makanan (mual-

muntah) (D.0032)

S :

- keluhan mual dan muntah

meningkat

O :

- Perasaan ingin muntah

meningkat

A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

2.1 Identifikasi karakkteristik

muntah (warna,

konsistensi, adanya darah,

waktu, frekuensi dan

durasi)

2.4. Bersihkan mulut dan

hidung

2.5. Anjurkan membawa

kantong plastik untuk

menampung muntah

2.6. Anjurkan memperbanyak

istirahat

2.7. Kolaborasi pemberian

antiemetic, jika perlu

Dx 3

Risiko Infeksi

berhubungan dengan

efek prosedur infasive

(D.0142).

S :

- Pasien mengatakan nyeri

dibagian luka operasi dan

belum ada berganti baju

serta membersihkan diri

O :

- Pasien nampak gelisah

- Pasien nampak kurang

nyaman

- Tidak tampak tanda dan

gejala infeksi yang

menonjol pada pasien

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

3.1.Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan sistemik.

3.2.Batasi jumlah pengunjung

75

3.4.Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan

pasien dan lingkungan pasien

3.7.Ajarkan cara mencuci tangan

dengan benar.

Hari Ke 2

Jumat, 28

Mei 2021

21.00 WITA

Dx 1

Nyeri akut

berhubungan dengan

agen pencedera fisik

(Prosedur operasi).

(D.0077)

S :

- Keluhan nyeri menurun

(skala 4)

O :

- Pasien masih sesekali

meringis

- Frekuensi nadi membaik

- Sikap protektif meningkat

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

1.2 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas nyeri,

intensitas nyeri, skala nyeri.

1.3Identifikasi respon nyeri

non-verbal.

1.10 Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu

Hari Ke 2

Kamis, 10

Juni 2021

Dx 2

Resiko defist nutrisi

berhubungan

dengan ketidak

mampuan menelan

makanan (mual-

muntah) (D.0032)

S :

- Keluhan muntah menurun

- Keluhan mual meningkat

O :

- Perasaan ingin muntah

meningkat

A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

2.1 Identifikasi karakkteristik

muntah

(warna,konsistensi,adanya

darah,waktu,frekuensi dan

durasi)

2.4. Bersihkan mulut dan

hidung

2.6. Anjurkan memperbanyak

istirahat

2.7. Kolaborasi pemberian

antiemetic,jika perlu

Hari Ke 2 Dx 3 S :

76

Kamis, 10

Juni 2021

Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasive (D.0142).

- Pasien mengatakan masih

nyeri dibagian luka operasi

dan sudah seka –seka dan

berganti baju

O :

- Pasien nampak lebih

nyaman

- Tidak tampak tanda dan

gejala infeksi yang

menonjol pada pasien

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

3.1.Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan sistemik.

Hari Ke 3

Sabtu, 29 Mei

2021

10.20

Dx 1

Nyeri akut

berhubungan dengan

agen pencedera fisik

(Prosedur operasi).

(D.0077)

S :

- Keluhan nyeri menurun

(skala 2-3)

O :

- Meringis menurun

- Sikap protektif menurun

- Gelisah menurun

- Frekuensi nadi membaik

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

(pasien pulang)

Dx 2

Resiko defist nutrisi

berhubungan

dengan ketidak

mampuan menelan

makanan (mual-

muntah) (D.0032)

S :

- Muntah menurun

- Mual menurun

O :

- Perasaan ingin muntah

menurun

A : Masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

(Pasien Pulang)

Dx 3

Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasive (D.0142).

S :

- Pasien mengatakan nyeri

berkurang

- Pasieng mengatakan tidak

ada gejala infeksi yang

dirasakan

O :

- Pasien nampak lebih

nyaman

77

- Tidak tampak tanda dan

gejala infeksi yang

menonjol pada pasien

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

(Pasien pulang)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas bahwa pada pasien 1 dilakukan

asuhan keperawatan selama 3 hari di rumah sakit. Pada hari ke 1

ditemukan 3 masalah keperawatan dan mempunyai masalah teratasi

sebagian dan intervensi dipertahankan di hari selanjutnya. Pada hari

ke 2 ditemukan 3 masalah keperawatan yang sama, masalah

keperawatan tersebut teratasi sebagian sehingga intervensi di

pertahankan di hari selanjutnya. Pada hari ke 3 yaitu diagnosa nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Prosedur

operasi), resiko defisit nutrisi berhbungan dengan ketidakmampuan

menelan makanan (Mual-muntah) dan resiko infeksi berhubungan

dengan efek prosedur invasif didapatkan intervensi dihentikan karena

pasien pulang.

Tabel 4.10 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 2 dengan Post-op

Appendisitis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2021.

Hari Ke Diagnosa

Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

Hari 1

Senin, 21

Juni 2021

15.45 WITA

Dx 1

Nyeri akut

berhubungan dengan

agen pencedera fisik

(Prosedur operasi).

(D.0077)

S :

- Keluhan nyeri meningkat

(skala 5)

O :

- Keluhan meringis meningkat

- Sikap protektif meningkat

- Gelisah meningkat

78

- Frekuensi nadi membaik

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas nyeri,

intensitas nyeri, skala nyeri.

1.2 Identifikasi respon nyeri

non-verbal.

1.3 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.4 Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri.

1.5 Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu

Dx 2

Risiko Infeksi

berhubungan dengan

efek prosedur infasive

(D.0142).

S :

- Pasien mengatakan nyeri

dibagian luka operasi kadang

disertai rasa gatal dan hangat

- Pasien mengatakan tidak ada

demam

O :

- Pasien nampak gelisah

- Pasien nampak kurang

nyaman

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

2.1 Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan sistemik.

2.2 Batasi jumlah pengunjung

2.3 Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan pasien

dan lingkungan pasien.

2.4 Ajarkan cara mencuci tangan

dengan benar.

Dx 3 Gangguan Mobilitas

Fisik b.d keengganan

melakukan

pergerakan(D.0054)

S : -

O :

- Perilaku belum sesuai

anjuran

- Perilaku belum sesuai

dengan pengetahuan

- Inisiatif menurun

- Motivasi menurun

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

79

3.1. Identifikasi adanya nyeri

atau keluhan fisik lainnya

3.2. Monitor kondisi umum

3.3. Libatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam

meningkatkan ambulasi

3.4. Anjurkan ambulasi dini

Hari 2

Selasa, 22

Juni 2021

16.00 WITA

Dx 1

Nyeri akut

berhubungan dengan

agen pencedera fisik

(Prosedur operasi).

(D.0077)

S :

- Keluhan nyeri menurun

(skala 4)

O :

- Keluhan meringis meningkat

- Sikap proteketif meningkat

- Gelisah menurun

- Frekuensi nadi membaik

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

1.1 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi

frekuensi, kulaitas nyeri,

intensitas nyeri, skala nyeri.

1.2 Identifikasi respon nyeri

non-verbal.

Dx 2

Risiko Infeksi

berhubungan dengan

efek prosedur infasive

(D.0142).

S :

- Pasien mengatakan masih

nyeri dibagian luka operasi,

sudah tidak gatal namun

masih dirasa hangat

- Pasien mengatakan tidak ada

demam

O :

- Pasien sudah tidak nampak

gelisah

- Pasien nampak lebih nyaman

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2.1 Monitor tanda dan gejala

infeksi local dan sistemik

Dx 3 Gangguan Mobilitas

Fisik b.d keengganan

melakukan

pergerakan(D.0054)

S :

O :

- Perilaku sesuai anjuran

- Perilaku sesuai dengan

pengetahuan

- Inisiatif menurun

80

- Motivasi menurun

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

3.1. Identifikasi adanya nyeri

atau keluhan fisik lainnya

3.2. Monitor kondisi umum

3.3. Libatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam

meningkatkan ambulasi

Hari 3

Rabu,23 Juni

2021

15.00 WITA

Dx 1

Nyeri akut

berhubungan dengan

agen pencedera fisik

(Prosedur operasi).

(D.0077)

S :

- Keluhan nyeri menurun

(skala 1-2)

O :

- Meringis menurun

- Sikap protektif menurun

- Gelisah menurun

- Frekuensi nadi membaik

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan (Pasien

Pulang)

Hari 3

12 Juni 2021

Dx 2

Risiko Infeksi

berhubungan dengan

efek prosedur infasive

(D.0142).

S :

- Pasien mengatakan nyeri

sudah berkurang dan tidak

gatal lagi

- Pasien mengatakan tidak ada

demam

O :

- Pasien sudah tidak nampak

gelisah

- Pasien nampak lebih nyaman

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Hari 3

12 Juni 2021

Dx 3 Gangguan Mobilitas

Fisik b.d keengganan

melakukan

pergerakan(D.0054)

)

S :

O :

- Perilaku sesuai anjuran

- Perilaku sesuai dengan

pengetahuan

- Inisiatif meningkat

- Motivasi meningkat

A : Masalah teratasi

P : intervensi di hentikan (pasien

pulang)

81

Berdasarkan tabel 4.10 di atas bahwa pada pasien 2 dilakukan

asuhan keperawatan selama 3 hari di rumah sakit. Pasien 2

menunjukkan 3 masalah keperawatan yaitu nyeri akut, resiko infeksi

dan gangguan mobilitasi fisik yang ditangani pada hari pertama

menunjukkan masalah belum teratasi dan diagnosa gangguan

mobilitas fisik teratasi sebagian sehingga intervensi dilanjutkan di hari

selanjutnya. Hari ke 2 ketiga diagnosa menunjukkan masalah teratasi

sebagian sehingga intervensi dilanjutkan di hari selanjutnya dan

diagnosa gangguan mobilitas fisik menunjukan masalah teratasi. Hari

ke 3, ketiga diagnosa yang telah ditegakkan menunjukkan masalah

teratasi dan pasien direncanakan pulang sehingga intervensi

dihentikan.

B. Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya

kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan

pada pasien 1 dengan kasus post-op Appendisits yang telah dilakukan sejak

tanggal 27 s/d 29 mei 2021 di Ruang Flamboyan A danmulai tanggal 21 s/d

23 juni 2021 di Ruang Flamboyan BRSUD dr Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.

82

Berdasarkan dari hasil pengkajian pada pasien 1 dan pasien 2

ditemukan beberapa perbedaan yaitu pasien 1 berusia 39 tahun dan pasien 2

berusia 19 tahun dengan jenis kelamin pasien 1 perempuan dan pasien 2

laki-laki.

Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan keperawatan pada

klien dengan Post-op Appendisitis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yaitu meliputi:

pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan yang dihadapi klien baik fisik, mental, sosial maupun

spiritual dapat ditentukan.

Pengkajian pada pasien 1 dilakukan pada hari Kamis 27 mei 2021

dan pasien 2 dilakukan pada hari Senin 21 Juni 2021. Pasien 1 berusia

39 tahun dan pasien 2 berusia 19 tahun, terdapat kesamaan pada

keluhan pasien 1 dan 2 yaitu nyeri di bagian luka operasi, hanya saja

pada pasien 2 nyeri disertai gatal didaerah sekitar luka dan terasa hangat

di bagian luka hal ini sesuai dengan latar belakang dalam bab 1 yang

menyebutkan bahwa bahwa tindakan pembedahan dapat menimbulkan

berbagai masalah keperawatan salah satunya nyeri. Nyeri akut pasca

bedah dapat disebabkan oleh luka operasi (Sjamsuhidajat, 2015).

83

Menurut penulis berdasarkan hasil dari pengkajian pada klien 2

terdapat kesenjangan antara hasil pengkajian pada klien dengan teori

yang ada, dimana klien 2 mengatakan tidak ada mual muntah sedangkan

pada manifestasi klinis terdapat mual dan muntah.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,

2017).

Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan

utama yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur

oprasi).

b. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara

aktif (muntah).

c. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Dengan ini, adapun diagnosa keperawatan pada pasien 1 dan

pasien 2 yang sesuai dengan teori antara lain:

a. Nyeri akut

Menurut PPNI (2017) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik

atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

84

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.

Pada pasien 1 diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis (prosedur operasi). Saat pengkajian didapatkan data

subjektif dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri dibagian luka

operasi di perut kanan bawah Post-op appendictomi dengan skala 7. Pada

pasien 2 diagnosa nyeri akut juga berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis (Prosedur operasi). Saat pengkajian didapatkan data subjektif

dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri di bagian luka operasi di

perut Post-op Laparatomi dengan skala 5.

Hidayat (2020) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa pada

kasus post-operatif masalah nyeri akut timbul dikarenakan proses operasi

yang menyebabkan rusaknya jaringan kulit sehingga mengakibatkan

rangsangan nyeri.

Berdasarkan keluhan yang didapatkan peneliti pada pasien 1 dan

pasien 2 terdapat perbedaan keluhan nyeri yaitu pada pasien 1 post

operatif appendictomi, pasien mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka

operasi dengan skala 7 yang dirasa seperti ditusuk tusuk sedangkan pada

pasien 2 post operatif laparatomi pasien mengeluh nyeri di daerah luka

operasi dengan skala 5 yang dirasa seperti diremas-remas.

Dengan ditemukannya hasil penelitian yang di dapatkan, peneliti

berasumsi bahwa perbedaan keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien 1

dan pasien 2 disebabkan oleh perbedaan kondisi post operatif dan

85

perbedaan proses operasi dimana pasien 1 dengan post operatif

appendicitis dan pasien 2 dengan post operatif laparatomi sehingga

terdapat perbedaan tingkat dan jenis nyeri yang dirasakan.

b. Resiko infeksi

Diagnosa yang sama dengan teori dan ditemukan pada kedua

pasien selanjutnya adalah resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur

invasif. Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data objektif pada

kedua pasien yaitu terdapat luka hasil operasi dibagian perut.

Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang

organisme patogenik. Faktor resiko dari resiko infeksi adalah penyakit

kronis, efek prosedur infasif, mall nutrisi, peningkatan paparan

organisme pathogen lingkungan, ketidak adekuatan pertahanan tubuh

primer, ketidak ada kuatan pertahanan tubuh sekunder (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017).

Nurarif dan Kusuma (2015) menyebutkan bahwa masalah

keperawatan yang dapat timbul pada pasien post operasi salah satunya

resiko infeksi, dimana terbukanya jaringan kulit karena proses operasi

yang menyebabkan terbukanya jalan masuk kuman dan bakteri yang

beresiko menimbulkan resiko infeksi.

Menurut peneliti, masalah keperawatan resiko infeksi muncul pada

pasien 1 dan pasien 2 karena efek dari prosedur operasi dan sesuai dengan

tanda faktor yang didapatkan dari diagnosa SDKI (Standar Diagnosa

86

Keperawatan Indonesia), yaitu dari faktor resiko adalah efek prosedur

invasive.

c. Gangguan mobilitas fisik

Gangguan mobilitas fisik adalah Keterbatasan dalam gerakan fisik

dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Pada pasien 2 ditemukan

diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan

untuk melakukan pergerakan dibuktikan dengan data subjektif yaitu

pasien mengatakan takut untuk melakukan mobilisasi karna takut jahitan

pada luka akan terbuka dan terasa nyeri saat melakukan aktifitas dan data

objektif kekuatan otot normal.

Penelitian yang dilakukan Nurarif dan Kusuma (2015) masalah

keperawatan yang biasa timbul pada post operatif salah satunya adalah

gangguan mobilitas fisik yang timbul karena kurangnya kesiapan dan

adaptasi dengan kondisi post operasi yang menyebabkan keterbasan dan

gangguan pada proses mobilisasi.

Peneliti berasumsi masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik

yang timbul pada pasien 2 berdasarkan keluhan yang disampaikan dan

ditemukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesiapan pasien

menghadapi proses pasca operasi.

Diagnosa keperawatan yang memiliki kesenjangan dengan teori

hanya ditemukan pada pasien 1, yaitu:

a. Resiko defisit nutrisi

87

Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2017). Jadi, resiko defisit adalah resiko terjadinya kekurangan

nutrisi untuk mencukupi kebutuhan metabolisme.

Pada pasien 1 diagnosa resiko defisit nutrisi berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan makanan (mual-muntah) dengan

data subjektif pasien mengatakan mual dan muntah beberapa kali

dan belum diizinkan makan dikarenakan baru selesai operasi dan

pada data objektif ditemukan saat pengkajian terhitung pasien sudah

muntah 7x dan pasien terlihat lemas.

Nurarif dan Kusuma (2015) menyebutkan resiko defisit nutrisi

dapat timbul karena pada saat pasca operasi keadaan sistem

pencernaan belum berfungsi dengan stabil sehingga menimbulkan

masalah seperti mual, muntah dan tidak nafsu makan.

Peneliti memiliki asumsi bahwa pada pasien 1 ditemukan

masalah resiko defisit nutrisi disebabkan karena sistem pencernaan

belum bekerja dengan stabil serta juga ditimbulkan karena efek dari

anastesi yang dirasakan.

Berdasarkan semua diagnosa yang telah ditemukan, peneliti

berasumsi bahwa masalah keperawatan pada kedua pasien timbul

karena adanya keluhan yang dialami pasien. Sejalan dengan keluhan

yang dirasakan, maka peneliti menyimpulkan bahwa masalah

88

keperawatan yang timbul disebabkan oleh perbedaan kondisi pasca

operasi pada masing-masing pasien.

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah

perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan

keperawatan pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah

kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., danamp;

Kusuma, 2016).

Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan,

perencanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 disusun

setelah semua data yang terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan.

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan ini terdiri dari:

menegakkan diagnosa keperawatan, menentukan sasaran dan tujuan,

menentukan kriteria dan evaluasi, menyusun intervensi dan tindakan

keperawatan.

a. Nyeri akut

Rencana tindakan keperawatan pada post operatif

appendisitis yang akan dilakukan pada pasien 1 dan 2 dengan

masalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

(prosedur operasi) antara lain: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,

durasi frekuensi, kualitas nyeri, intensitas nyeri, skala nyeri, 2.

Identifikasi respon nyeri non-verbal, 3. Identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri, 4. Berikan teknik non

89

farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. 5. Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa nyeri. 6. Pertimbangkan jenis dan sumber

nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri. 7. Jelaskan

penyebab, periode, dan pemicu nyeri. 8. Jelaskan strategi meredakan

nyeri. 9. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri. 10. Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.

Menurut peneliti kelebihan dari penerapan intervensi

tindakan nyeri akut yang telah disusun pada klien 1 dan klien 2

sudah sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan

kolaborasi. Dan pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada

klien 1 dan klien 2 sudah sesuai dengan SLKI (Standar Luaran

Keperawatan Indonesia).

b. Resiko infeksi

Rencana tindakan keperawatan pada post operatif

appendisitis yang akan dilakukan pada pasien 1 dan 2 dengan

masalah resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

antara lain : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik,

2. Batasi jumlah pengunjung, 3. Berikan perawatan kulit pada area

edema, 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

dan lingkungan pasien, 5. Pertahankan teknik aseptic pada klien

beresiko tinggi, 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi, 7. Ajarkan cara

90

mencuci tangan dengan benar, 8. Kolaborasi pemberian imunisasi,

bila perlu.

Menurut peneliti kelebihan dari penerapan intervensi

tindakan resiko infeksi yang telah disusun pada pasien 1 dan 2 sudah

sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Dan

pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada klien 1 sudah

sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).

c. Resiko defisit nutrisi

Rencana tindakan keperawatan pada post operatif

appendisitis yang akan dilakukan pada pasien 1 dengan masalah

resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

menelan makanan (mual-muntah) antara lain: 1. Identifikasi

karakkteristik muntah (warna, konsistensi, adanya darah, waktu,

frekuensi dan durasi), 2. Identifikasi faktor penyebab muntah, 3.

Kontrol faktor lingkungan penyebab, 4. Bersihkan mulut dan

hidung, 5. Anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung

muntah, 6. Anjurkan memperbanyak istirahat, 7. Kolaborasi

pemberian antiemetic, jika perlu.

Menurut peneliti kelebihan dari penerapan intervensi

tindakan resiko defisit nutrisi yang telah disusun pada pasien 1

sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Dan

91

pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada klien 1 sudah

sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).

d. Gangguan mobilitas fisik

Rencana tindakan keperawatan pada post operatif

appendisitis yang akan dilakukan pada pasien 2 dengan masalah

defisit nutrisi berhubungan dengan kurang terpapar informasi

antara lain: 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,

2. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi, 3.

Fasilitasi melakukan pergerakan, bila perlu, 4. Libatkan keluarga

untuk membantu pasien, 5. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi,

6. Anjurkan ambulasi dini.

Menurut peneliti kelebihan dari penerapan intervensi

tindakan defisit pengetahuan yang telah disusun pada pasien 1

sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Dan

pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada klien 2 sudah

sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter dan

Perry, 2011).

92

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 dan pasien

2 dilakukan pada tempat yang berbeda yaitu pada pasien 1 dilakukan

pada tanggal 27 s/d 29 Mei 2021 di ruang Flamboyan A . Sedangkan

pada pasien 2 dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 21 s/d

23 Juni 2021 di ruang Flamboyan B. Implementasi dilakukan sesuai

dengan intervensi yang dibuat dan disesuaikan dengan masalah

keperawatan yang ditemukan pada pasien.

Intervensi post operatif yang tidak diterapkan pada pasien 1

dan 2 yaitu pada intervensi resiko infeksi: Kolaborasi pemberian

imunisasi, bila perlu karena pada kasus pasien 1 dan 2 adalah

prosedur operasi.

5. Evaluasi keperawatan

Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan

asuhan keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah

perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan

pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya.

Hasil evaluasi keperawatan pada post operatif pasien 1 dan

2, dari 3 diagnosa yang muncul, ketiga diagnosa dapat teratasi dan

intervensi dihentikan karena kedua pasien pulang. Diagnosa dari

pasien 1 antara lain : nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis (prosedur operasi), resiko defisit nutrisi berhubungan

93

dengan ketidakmampuan menelan makanan (mual-muntah) dan

resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif sedangkan

diagnose pada pasien 2 yaitu : nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis (prosedur operasi), resiko infeksi dibuktikan

dengan efek prosedur invasif dan ganggguan mobilitas fisik

berhubungan dengan keengganan untuk melakukan pergerakan.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien

1 dan klien 2 pada klien post operatif appendicitis di Ruangan Flamboyan A

dan B di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Kalimantan Timur peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dan peneliti

pada klien 2 sesuai dengan teori. Salah satu focus utama pengkajian pada

klien dengan post operatif appendisitis adalah pengkajian nyeri dengan

menggunakan metode PQRST (Provokes/Palliates, Quality,

Region/Radian, Scale/Severity, Time).

2. Diagnosa keperawatan

Menurut teori yang dikemukakan peneliti di bab sebelumnya,

terdapat 4 diagnosa yang biasa muncul pada kasus post operatif

Appendisitis. Namun pada pasien 1 dan 2 peneliti hanya menemukan 2

diagnosa yang dengan teori pada bab sebelumnya.

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan atau intervensi keperawatan yang digunakan dalam

kasus pada kedua pasien dirumuskan berdasarkan prioritas masalah

dengan teori yang ada, Intervensi setiap diagnosa dapat sesuai dengan

94

95

kebutuhan klien dan memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan

keluarga dalam kejasama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu

intervensi yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi.

4. Implementasi keperawatan

Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang sudah di buat namun ada beberapa intervensi yang tidak

dilakukan, sesuai dengan kebutuhan kedua pasien dengan post operatif

Appendisitis.

5. Evaluasi keperawatan

Proses akhir dari asuhan keperawatan adalah evaluasi terhadap

asuhan keperawatan yang dilakukan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti

pada pasien 1 dan 2 selama 3 hari oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk

SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik,

pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dan 2 menunjukan

bahwa masalah yang dialami pada kedua klien teratasi sepenuhnya.

B. Saran

1. Bagi peneliti

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operatif

appendisitis yang dilakukan secara benar dan bias mencapai tujuan,

peneliti selanjutnya harus benar-benar paham, mengerti serta menguasai

konsepyang berkaitan dengan Appendicitis, baik itu konsep anatomi dan

fisiologi etiologi dan patofisiologi tentang appendicitis serta konsep

96

asuhan keperawatan itu sendiri, selain itu peneliti juga harus melakukan

pengkajian dengan tepat dan komperhensif agar tersusun asuhan

keperawatan yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada pasien

serta tidak ada masalah yang lepas dari perhatian dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien.

Untuk menegakkan diagnose keperawatan diharapkan peneliti juga

harus teliti dalam mengangkat diagnosa keperawatan yang ada pada

pasien sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)

agar masalah keperawatan yang muncul pada klien dapat ditangani dengan

sempurna, serta diharapkan juga peneliti melakukan tindakan yang sesuai

dengan yang direncanakan dengan acuan SIKI (Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia) agar tindakan yang dilakukan dalam asuhan

keperawatan tersusun dengan baik serta tepat sasaran. Dan didalam

penilaian evaluasi akhir pun diharapkan untuk peneliti selanjutnya benar

benar menilai secara keseluruhan tentang segala yang tercakup dalam

sebuah proses asuhan keperawatan yang diberikan agar tercipta sebuah

asuhan keperawatan yang komperhensif dan menyeluruh

2. Bagi tempat penelitian

Sebagai tempat penelitian sebaiknya suatu instansi khususnya

fasilitas kesehatan dapat meningkatkan kualitas dari sumber daya agar dapat

meningkatkan kualitas dari sebuah sarana sebagai tempat penelitian

97

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Peneliti sangat berharap agar hasil penelitian ini bisa menjadi

sumber ilmu pengetahuan yang bisa menambah wawasan dalam ilmu

keperawatan serta membantu perkembangan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien Post operatif Appendisitis dengan sumber dan

referensi referensi terbaru.

98

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Laparatomi

Eksplorasi A.I. Apendisitis Akut Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut

Di Ruang Melati 4 Rsud Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Universitas

Bhakti Kencana.

Arianto, F. M. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cholelithiasis

yang dirawat di Rumah Sakit. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur.

Erianto, M., Fitriyani, N., Siswandi, A., dan Sukulima, A. P. (2020). Perforasi

pada Penderita Apendisitis Di RSUD DR.H.Abdul Moeloek Lampung.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 490–496.

https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.335

HIDAYAT, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis

Yang Di Rawat Di Rumah Sakit (POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENKES KALIMANTAN TIMUR). Retrieved from

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066

Saputro, N. E. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendisitis

Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan (STIKKES

Insan Cendikia Medika Jombang). Retrieved from

http://awsassets.wwfnz.panda.org/downloads/earth_summit_2012_v3.pdf%0

Ahttp://hdl.handle.net/10239/131%0Ahttps://www.uam.es/gruposinv/meva/p

ublicaciones jesus/capitulos_espanyol_jesus/2005_motivacion para el

aprendizaje Perspectiva alumnos.pdf%0Ahttps://ww

Setyaningrum, W. A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post

Operasi Appendektomi Hari Ke-1 Di Ruang Dahlia RSUD Banyudono.

Naskah Publikasi, 16.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:

Alfabeta.

Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus

Apendisitis Di Rumah Sakit Santa Anna Kendari Tahun 2015 Karya.

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI.

Sulistiyawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non

Hemoragik Yang Di Rawat Di Rumah Sakit (POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR). Retrieved from

http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/

99

LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Pengkajian Keperawatan

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146