naskah publikasi - Repository Poltekkes Semarang
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of naskah publikasi - Repository Poltekkes Semarang
1
NASKAH PUBLIKASI
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. Y
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DHARMA RINI
KABUPATEN TEMANGGUNG
Untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Program Studi Diploma III Kebidanan Magelang
Disusun oleh:
KHAFIDLOH NAILIROHMAH
P1337424218006
PRODI DIII KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KESEHATAN SEMARANG
2020/2021
2
Poltekkes Kemenkes Semarang
Program Studi Diploma III Kebidanan Magelang
2021
ABSTRAK
Khafidloh Nailirohmah1, Arum Lusiana, S.ST,.M.Keb2
Asuhan Kebidanan Koprehensif pada Ny. Y umur 22 tahun
di PKM Dharmarini
180 hal+ 1 lampiran
Proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga
berencana merupakan suatu hal yang fisiologis, namun dalam perjalanannya jika
tidak dipantau dan dikelola dengan baik, yang mulanya fisiologis dapat
berkembang menjadi masalah atau komplikasi yang dapat mengancam kesehatan
ibu dan bayi. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningatkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup
kebidanan yaitu melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan
(continuity of care) mulai dari ANC, INC, Asuhan BBL, Asuhan postpartum,
Asuhan Neonatus dan Pelayanan KB yang berkualitas (Diana, 2017; h. 2-7)
Laporan tugas akhir ini disusun dengan metode penelitian yang
menggunakan studi kasus, pendokumentasian dalam bentuk SOAP. Pada studi
kasus ini subyek adalah ibu hamil fisiologis trimester III usia kehamilan 36-40
minggu, diikuti sampai proses persalinan, nifas, bayi baru lahir dan penggunaan
KB didukung dengan ditunjukkannya lembar persetujuan, penyebutan dengan
inisial dan kerahasiaan. Asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan pada Ny.Y usia 22 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu fisiologis. Persalinan fisiologis pada usia
kehamilan 39 minggu, yang diikuti dengan nifas fisiologis, bayi baru lahir
fisiologis, dan konseling kontrasepsi pasca salin. Pada kehamilan ditemukan
kesenjangan TFU tidak sesuai usai kehamilan, nifas, dan bayi baru lahir tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan penatalaksanaan. Penatalaksanaan
pada persalinan telah sesuai dengan langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal
namun terdapat kesenjangan dimana saat menolong persalinan tidak
menggunakan APD dengan lengkap.
Kesimpulan dari laporan tugas akhir ini adalah penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada studi kasus Ny. Y telah dilaksanakan dan didokumentasikan
menggunakan metode SOAP. Terdapat kesenjangan pada ukuran TFU dengan
usia kehamilan dan penggunaan APD saat persalianan antara teori dan
penatalaksanaan di lahan akan tetapi kesenjangan tersebut tidak menjadi penyulit
dalam pemberian asuhan dan diharapkan asuhan yang diberikan dapat bermanfaat
untuk ibu dan bayi, sehingga dapat mengurangi AKI dan AKN.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas & KB, BBL
Pustaka : 39 pustaka (tahun 2010 s.d 2020)
3
Poltekkes Kemenkes Semarang
Magelang Midwifery Diploma III Study Program
2021
ABSTRACT
Khafidloh Nailirohmah1, Arum Lusiana, S.ST,.M.Keb2
Comprehensive Midwifery Care in Ny. Y 22 years old at PKM Dharmarini
180 pages + 1 attachments
The process of pregnancy, childbirth, newborns, childbirth and family
planning is a physiological thing, but in its journey, if it is not properly monitored
and managed, physiological problems can develop into problems or
complications that can threaten the health of the mother and baby. Efforts that
can be made to improve comprehensive and quality health services for mothers
and babies in the midwifery scope are continuous midwifery care (continuity of
care) starting from ANC, INC, BBL care, postpartum care, neonatal care and
quality family planning services ( Diana, 2017; pp. 2-7)
This final report is prepared using a research method using case studies,
documentation in the form of SOAP. In this case study the subjects were
physiologic pregnant women in the third trimester of gestational age 36-40 weeks,
followed until the process of delivery, childbirth, newborns and use of family
planning were supported by showing consent forms, initial mention and
confidentiality.
This comprehensive midwifery care was carried out at Mrs. Y, 22 years
old, G1P0A0, 38 physiological weeks of gestation. Physiological delivery at 39
weeks gestation, followed by physiological puerperium, physiological newborn,
and postpartum contraceptive counseling. In pregnancy, it was found that the
TFU gap was not appropriate after pregnancy, childbirth, and newborns, there
was no gap between theory and management. Management at delivery is in
accordance with the steps of Normal Delivery Care, but there are gaps where
when helping deliveries do not use PPE completely.
The conclusion of this final report is the management of midwifery care in
the case study Ny. Y has been implemented and documented using the SOAP
method. There is a gap in the size of the TFU with gestational age and the use of
PPE when combining theory and management in the field, but this gap does not
complicate the provision of care and it is hoped that the care provided can benefit
mothers and babies, thereby reducing MMR and IMR.
Keywords : Pregnancy Midwifery Care, Childbirth, Postpartum &
Family
Planning, Bayi new born,
References : 39 libraries (from 2010 to 2020)
4
1. Pendahuluan
Pembangunan keluarga
dilakukan dalam upaya untuk
mewujudkan keluarga
berkualitas yang hidup dalam
lingkungan yang sehat. Selain
lingkungan yang sehat, kondisi
kesehatan dari tiap anggota
keluarga sendiri juga merupakan
salah satu syarat dari keluarga
yang berkualitas. Ibu dan anak
merupakan anggota keluarga
yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan, karena ibu dan
anak merupakan kelompok
rentan terhadap keadaan
keluarga dan sekitarnya secara
umum. Sehingga penilaian
terhadap status kesehatan dan
kinerja upaya kesehatan ibu dan
anak penting untuk dilakukan (
Kemenkes RI, 2019; h.97).
Angka Kematian Ibu
(AKI) menjadi indikator
keberhasilan upaya kesehatan
ibu selama masa kehamilan,
persalinan, dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan,
persalinan, dan nifas atau
pengelolaan tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh disetiap
100.000 kelahiran hidup.
Indikator ini juga untuk menilai
derajat kesehatan masyarakat,
karena kepekaannya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan,
baik dari segi kemudahan akses
maupun kualitas. Periode tahun
2012 hingga 2015 tercatat terjadi
penurunan Angka Kematian Ibu
di Indonesia dari 359 ke 305 per
100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2019; h.111)
5
Menurut Kemenkes RI
(2018) Pelayanan kesehatan
masa kehamilann minimal di
tiap trimester, yaitu satu kali
pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu),
minimal satu kali pada trimester
kedua (usia kehamilan 12-24
minggu), dan minimal dua kali
pada trimester ketiga (usia
kehamilan 24 minggu sampai
menjelang persalinan).
Pelayanan kesehatan meliputi
penimbangan berta badan,
pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah,
pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LiLA), pemberian tablet
tambah darah minimal 90 tablet
selama kehamilan, penentuan
presentasi janin dan denyut
jantung janin (DJJ)(Kemenkes
RI, 2019). Penilaian terhadap
pelaksanaan pelayanan
kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat
cakupan K1 dan K4. Cakupan
kunjungan ibu hamul di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2017 K1
sebesar 92,53 persen dan
cakupan K4 sebesar 93,26
persen sudah diatas targer
Renstra 2017 yang sebesar 75
persen. Hasil cakupan K1 dan
K4 menunjukkan adanya
peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan
ibu yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. (Kemenkes RI,
2018).
Program yang dijalankan
untuk mencapai target
penurunan AKI salah satunya
Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi
(P4K). Program ini
6
menitiberatkan fokus monitoring
terhadap ibu hamil dan bersalin.
Dalam pelaksanaan P4K,
bertujuan agar masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang
aman dan persiapan menghadapi
komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas (Kemenkes
RI, 2018). Pada tahun 2018
sebanyak 94,16% puskesmas di
Indonesia teregistrasi telah
melaksanakan orientasi
P4K.(Kemenkes RI, 2019)
Pelayanan kesehatan ibu
nifas harus dilakukan minimal
tiga kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, yaitu enam jam
sampai tiga hari pasca
persalianan, pada hari ke empat
sampai dengan hari ke 28 pasca
persalinan, dan pada hari ke-29
sampai dengan hari ke-42 pasca
persalinan. (Profil Kesehatan
Indonesia, 2019). Cakupan ibu
nifas yang mendapat pelayanan
kesehatan nifas dari tahun 2013-
2017 terlihat bahwa sejak tahun
2013 cenderung meningkat
meskipun peningkatannya tidak
terlalu signifikan. Kabupaten/
Kota dengann cakupan
pelayanan nifas tertinggi adalah
Banyumas yaitu 100 persen dan
Demak 100 persen. Kabupaten/
kota dengan cakupan pelayanan
nifas terendah adalah Brebes
yaitu 85,6 persen, diikuti Kota
Semarang 90 persen, dan Pati
92,3 persen (Kemenkes RI,
2018).
Kunjungan neonatal
idealnya dilakukan 3 kali yaitu
pada umur 6-48 jam, umur 3-7
hari, dan umur 8-28 hari.
Indikator yang menggambarkan
upaya kesehatan yang dilakukan
7
untuk mengurangi risiko
kematian pada periode neonatal
yaitu 6-48 jam setelah lahir
adalah cakupan Kunjungan
Neonatal Pertama atau KN1
(Kemenkes RI, 2019). Menurut
(Kementerian Kesehatan RI
Badan Penelitian dan
Pengembangan, 2018)
persentase kunjungan neonatal
KN1 sebesar 84,1 %, persentase
KN2 sebesar 71,1%, persentase
KN3 sebesar 50,6%, dan
persentase KN lengkap sebesar
43,5%. (Kemenkes RI, 2018).
KB merupakan salah satu
strategi untuk mengurangi
kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T yaitu Terlalu
muda melahirkan (di bawah usia
20 tahun), Terlalu sering
melahirkan, Terlalu dekat jarak
melahirkan, dan Terlalu tua
melahirkan (di atas usia 35
tahun). KB juga merupakan
salah satu cara yang paling
efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan,
dan keselamatan ibu, anak, serta
perempuan. Cakupan peserta KB
aktif Provinsi Jawa Tengah
tahun 2017 sebesar 76,9 persen,
mengalami peningkatan
dibandingkan pencapaian tahun
2016 yaitu 78,6 persen.
Kabupaten/kota dengan cakupan
tertinggi adalah Rembang yaitu
84,1 persen, diikuti Semarang
83,1 persen, dan Temanggung
82,7 persen. Kabupaten/kota
dengan cakupan terrendah
Kudus yaitu 61,3 persen, diikuti
Jepara 63,1 persen, dan Brebes
68,4 persen (Kemenkes RI,
2018).
8
Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningatkan
pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dan bermutu kepada
ibu dan bayi dalam lingkup
kebidanan yaitu melakukan
asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (continuity of
care) mulai dari ANC, INC,
Asuhan BBL, Asuhan
postpartum, Asuhan Neonatus
dan Pelayanan KB yang
berkualitas (Diana, 2017; h. 2-7)
Berdasarkan hal tersebut maka
penulis tertarik akan melakukan
asuhan kebidanan secara
berkelanjutan pada ibu hamil
trimester III minimal usia
kehamilan 36 minggu hingga
proses persalinan, nifas, dan
sampai menjadi akseptor
keluarga berencana (KB) serta
asuhan pada bayi baru lahir
(BBL). Hal ini dilakukan untuk
mengaplikasikan ilmu teori serta
pengalaman yang telah didapat
dengan harapan asuhan yang
diberikan dapat meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan bayi
serta kualitas calon tenaga
kesehatan terutama Bidan.
9
2. Metode
Metode penelitian yang
digunakan dalam laporan ini
adalah jenis penelitian studi
kasus atau Case Study yaitu
dengan cara meneliti suatu
permasalahan melalui suatu
kasus yang terdiri dari unit
tunggal (Notoatmodjo, 2012; h.
47). Pada study kasus ini subyek
yang digunakan adalah diambil
satu sampel dari seorang ibu
hamil fisiologis trimester III usia
kehamilan 36-40 minggu, diikuti
sampai proses persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan penggunaan
KB.
3. Hasil dan Pembahasan
A. Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan TM III
Tanggal 01 Maret
2021 dilakukan pengkajian
pada pukul 09.00 WIB di
PKM Dharma Rini. Hasil
anamnesa klien adalah
seorang ibu hamil trimester
III dengan usia kehamilan
38 minggu, klien adalah
seorang pegawai pabrik
sepatu. Klien mengatakan
selama bekerja tidak terlalu
banyak berdiri, tidak
mengangkat beban dan saat
ini ibu sudah mengambil
cuti selama 1 bulan
Menurut (Romauli, 2015; h.
111). Pekerjaan ibu dikaji
berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh pada
kehamilan. Misalnya,
berdiri terlalu lama,
mengangkat barang berat,
dan paparan radiasi. Ny. S
mengatakan bahwa saat ini
tidak ada keluhan. Menurut
penelitian yang dilakukan
10
oleh Alwafi Ridho
Subarkah (2018), pekerjaan
fisik dengan waktu istirahat
singkat, posisi dalam
bekerja yang tidak
diperhatikan, pekerjaan
yang beresiko
menimbulkan kelelahan
memperbesar kemungkinan
terjadinya trauma dan
kelelahan pada ibu hamil,
maka dari itu pekerjaan ibu
perlu dikaji untuk
menentukan asuhan atau
konseling yang akan
diberikan.
Hal ini dapat dilihat
dari riwayat kesehatan,
riwayat kesehatan tidak ada
yang mengarah ke hal yang
bisa menyebabkan kerugian
atau gangguan kehamilan
pada ibu. Hasil anamnesa
menyebutkan bahwa ibu
mengatakan tidak ada
riwayat kesehatan baik dari
penyakit menurun (jantung,
hipertensi, asma, DM) dan
penyakit menular
(HIV/AIDS, PMS, TBC,
Hepatitis). Selain itu, dari
segi aktifitas ibu sudah
mengambil cuti selama 1
bulan sehingga aktifitas
sehari-hari ibu saat ini
melakukan pekerjaan
rumah tangga yang dibantu
oleh suaminya. Sehingga,
pekerjaan ibu tidak
beresiko mengalami
kerugian yang dapat
mengganggu tumbuh
kembang janin. Hal ini
mendukung untuk bayi
cepat masuk ke dalam
rongga panggul. Selain itu,
11
untuk data psikososialnya
klien mampu menerima
mampu menerima semua
jenis pelayanan yang
diberikan oleh tenaga
kesehatan laki-laki maupun
perempuan hal ini
mempermudah nakes untuk
melakukan asuhan dan
konseling.
Berdasarkan hal
tersebut selanjutnya yaitu
dilakukan pemeriksaan
leopold. Pemeriksaan
leopold I yaitu TFU 2 jari
dibawah px, bagian fundus
teraba satu bagian lunak
dan tidak melenting,
leopold II bagian kiri perut
ibu teraba panjang keras
seperti papan sedikit ada
tahanan bagian kiri perut
ibu teraba bagian
ekstremitas kecil terputus-
putus, leopold III teraba 1
bagian kepala, keras,
melenting, leopold IV
didapatkan bahwa hasil
pemeriksaan teraba satu
bagian kepala dan sudah
masuk pintu atas panggul.
Menurut teori
Widatiningsih (2017; h.
184), jika kepala janin
sudah masuk pintu atas
panggul, maka didapatkan
cara untuk menghitung
taksiran berat janin, yaitu
(TFU-12)x155. Pada hasil
pemeriksaan, TFU Ny. Y
adalah 30 cm. Karena
kepala janin sudah
memasuki panggul,
didapatkan TBJ dari Ny. Y
adalah ((30-11) x 155) =
29.45 gram).
12
Hasil pengukuran
TFU dalam sentimeter tidak
sesuai jika diasosiasikan
dengan usia kehamilan ibu,
dimana menurut teori
(Widatiningsih dan Dewi,
2017; h.184) umur
kehamilan 38 minggu
perkiraannya 31-35 cm.
Pada Ny. Y TFU 30 cm
didapatkan pada usia 38
minggu. Namun
perhitungan TBJ pada UK
yang terjadi
ketidaksesuaian antara teori
menunjukan bahwa TBJ
sudah berada di atas ukuran
minimal (minimal 2500gr)
sehingga janin tidak
dikhawatirkan mengalami
retradasi intrauteri maupun
lahir dengan BBLR akibat
ukuran TFU yang lebih
kecil dari seharusnya.
Pemeriksaan taksiran berat
janin menggunakan rumus
(TFU dalam cm – n) x 155n
=11 jika kepala sudah
masuk PAP. Pada Ny. Y
posisi kepala sudah mausk
PAP maka penghitungan
TBJ didapatkan hasil (30-
11) x155= 2945 gram.
Sehingga TBJ Ny. Y telah
masuk dalam kategori
normal menurut teori
Kosim (2007) dan Depkes
RI (2005) dalam Marmi
(2012:h.5) , yang
menyebutkan berat badan
BBL normal adalah 2500-
4000 gram. . Serta
pemeriksaan DJJ terdengar
1 DJJ di sebelah kanan
perut ibu 148x/menit. hal
tersebut dapat dikatakan
13
bahwa janin hidup, terdapat
satu janin (tunggal) dan
hasil DJJ dalam batas
normal. Hal ini sesuai
dengan teori (Marmi,
2016a) denyut jantung janin
normalnya 120-160x/menit.
Maka Dapat disimpulkan
bahwa keadaan ibu dan
janin dalam keadaan sehat,
normal
Keadaan ibu dan janin
normal didukung dari
pemeriksaan kehamilan
(ANC) yang rutin, sehingga
kehamilan ibu terus
terpantau serta mengurangi
kemungkinan terjadinya
komplikasi pada kehamilan.
Diketahui Ny. Y melakukan
pemeriksaan ANC selama
kehamilan sebanyak 10
kali, hal ini sesuai dengan
teori yaitu kunjungan
antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan
Menurut Sulistyowati
(2015), Kunjungan
antenatal dilakukan pada
Trimester I sebanyak 1 kali,
Trimester II sebanyak 1
kali, Trimester III sebanyak
2 kali. Dari hasil kunjungan
ANC, dapat dikatakan
kehamilan ibu normal
Berdasarkan hal
tersebut selama kehamilan
ibu telah mengkonsumsi 90
tablet Fe yang berarti sudah
terpenuhinya jumlah
minimal ibu hamil harus
mengonsumsi tablet Fe
selama kehamilannya.
Menurut Penelitian Indah
Oktaviani, dkk (2016)
14
Suplemen Fe yang
diberikan sesuai standar
pelayanan antenatal care
yaitu 90 tablet selama
kehamilan dan pola makan
baik maka akan
memberikan pengaruh pada
status Hb, dalam artian
meningkat secara
bermakna, dari yang
anemia menjadi tidak
anemia lagi. Diketahui
bahwa Ny. Y telah
mengkonsumsi zat besi
selama kehamilan, hal ini
sesuai dengan teori
sehingga tidak terdapat
kesenjangan. Pada kasus
didapatkan data kadar
haemoglobin pada ibu saat
Trimester III yaitu 13,4
gr/dl, serta hasil
pemeriksaan fisik Ny. Y
pada mata konjungtiva
bewarna merah dan muka
tidak pucat dan dapat
disimpulkan bahwa ibu
telah memenuhi kebutuhan
zat besi dan terhindar dari
resiko anemia.
Berkaitan
dpemeriksaan kesehatan
ibu, didapatkan hasil bahwa
ibu dalam keadaan normal.
Hal ini di dukung dengan
pemeriksaan tanda-tanda
vital dengan hasil tekanan
darah ibu 120/70 mmHg,
nadi: 82x/menit, suhu:
36,5o C, pernafasan:
20x/menit. Hal ini sesuai
dengan teori menurut
(Romauli, 2015; h. 173),
tekanan darah normalnya
sistol 110-140 mmHg dan
diastol 70-90 mmHg. Nadi
15
dihitung dalam satu menit,
normalnya 60-80x/menit.
Suhu tubuh normal 36-
37,5˚C dan pernapasan
normal dalam 1 menit
sebanyak 16-24 kali. Selain
itu, pemeriksaan yang
mendukung adalah
pemeriksaaan berat badan,
berat badan sebelum hamil
39kg dan sesudah hamil
menjadi 55kg hal ini
terdapat kenaikan 16 kg
dengan IMT normal yaitu
21,4. Hal ini sesuai dengan
teori menurut 2017; h. 180),
bahwa nilai IMT
mempunyai rentang sebagai
berikut : IMT 19,8 – 26,6
berarti normal yaitu berat
badan ibu sesuai dengan
tinggi badannya ; IMT
<19,8 berarti under weight
artinya berat badan ibu
terlalu rendah dibandingkan
tinggi badannya ; IMT 26,6
– 29,0 berarti berat badan
ibu berlebihan
dibandingkan dengan tinggi
badannya. Hal ini
menunjukkan bahwa
keadaan ibu dan janin sehat
dalam kondisi normal
Klien dengan
kehamilan pertamanya dan
saat ini usia kehamilannya
sudah mendekati
persalinan. Namun,
dikarenakan ini kehamilan
yang pertama kali sehingga
ibu belum pernah
mengalami tanda-tanda
persalinan dan persiapan
persalinan. Hal ini di
dukung dengan pasien
mengatakan belum
16
mengetahui tanda dan
persiapan persalinan.
Masalah tersebut menjadi
dasar dalam memberikan
konseling dengan asuhan
kepada klien. Sehubungan
dengan pemberian
konseling dan pelaksanaan
asuhan kepada klien. Klien
merupakan lulusan SMU
dan klien seorang yang
kooperatif jadi dalam
memberikan konseling dan
asuhan kepada klien lebih
mudah. Pendidikan
kesehatan yang diberikan
kepada klien, yaitu
memberitahu tentang
kondisi ibu dan janin, hal
ini dimaksudkan agar ibu
mengetahui tentang kondisi
diri dan janinnya.
Asuhan kehamilan
yang diberikan kepada
klien, hal ini telah
disesuaikan dengan
kebutuhan ibu. Untuk
pemeriksaan klien dan janin
dalam keadaan normal ibu
juga telah diberikan
beberapa konseling dan saat
ini usia kehamilan ibu 38
minggu, dimana kondisi
tersebut menunjukkan
bahwa kehamilan ibu sudah
cukup bulan. Sehingga,
klien diberikan konseling
tentang tanda- tanda
persalinan agar jika klien
mengerti salah satu tanda
persalinan tersebut maka
klien segera ke fasilitas
kese
hatan terdekat. Berkaitan
dengan persalinan yang
17
sudah didekat meastikan
pesiapan persalinan seperti
biaya, kebutuhan ibu dan
bayi seperti baju, popok,
bedong, kain jarik, alat
mandi. Hal ini bertujuan
agar klien segera
mempersiapkan apa saja
yang harus dibawa dan
diperlukan.
Berdasarkan asuhan
yang dilakukan pada ibu
hamil trimester III
diperoleh hasil evaluasi, ibu
mampu mengulang tanda-
tanda persalinan dan ibu
bersedia mempersiapkan
kebutuhan dirinya dan bayi
menjelang persalinan, serta
pada pemeriksaan yang
dilakukan kepada ibu
diperoleh hasil bahwa ibu
dalam keadaan sehat. Hal
ini di dukung dengan hasil
pemeriksaan keadaan
umum, tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik maupun
obstetri pada klien
didapatkan hasil yang
normal. Sehingga secara
keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa
kehamilan Ny. Y dalam
keadaan sehat dan normal.
B. Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Bersalin Normal
Pada tanggal 8 Maret
2021 pukul 12.00 WIB
dilakukan pengkajian
terhadap Ny. Y yang datang
ke PKM Dharma Rini
dengan keluhan merasa
kenceng-kenceng di perut
dan punggung bagian
bawah sejak tanggal 8
Maret 2020 sekitar jam
18
05.00 WIB, kencang-
kencang mulai sering dan
teratur sejak jam 12.00
WIB disertai keluarnya
lendir bercampur darah dari
kemaluannya sejak tanggal
4 Maret 2021 pukul 12.00
WIB. Kenceng-kenceng
yang terjadi secara teratur
hingga saat ini, serta
keluarnya lendir darah yang
ibu alami merupakan salah
satu tanda-tanda persalinan
normal, seperti teori
(Marmi, 2016a) tanda
persalinan yaitu adanya His
atau nyeri perut yang
menimbulkan pembukaan
serviks dan merasakan
kontraksi. His memiliki ciri
rasa sakit pada pinggang
yang menjalar ke depan,
teratur, jaraknya makin
pendek, semakit terasa
kuat, jika melakukan
mobilitas maka his akan
semakin terasa. Serta
keluarnya lendir darah
adalah lendir yang berasal
dari lepasnya lendir di
kanalis servikalis saat
pembukaan. Namun dalam
keadaan seperti ini, Ny. Y
terlihat tetap tenang
menjalani proses
pembukaan dengan
kontraksi yang teratur dan
semakin lama semakin
sering.
Keluhan yang ibu
rasakan maka dilakukanlah
pemeriksaan dalam
dilakukan untuk
menentukan konsistensi dan
pendataran serviks
(termasuk kondisi jalan
19
lahir, mengukur
pembukaan, menilai selaput
ketuban, menentukan
presentasi dan seberapa
jauh bagian terbawah janin
telah melalui jalan lahir,
serta menentukan
denominator). Hal ini
menunjukkan bahwa ibu
sudah mengalami tanda-
tanda persalinan, sehingga
perlu dipastikan apakah
sudah inpartu atau belum
dengan melakukan
pemeriksaan dalam dimana
menurut Rukiyah (2009;
h.42 Pada pemeriksaan
dalam yang dilakukan pada
Ny. Y diperoleh hasil yaitu,
vulva/vagina tenang, portio
tipis, effacement 70%,
pembukaan 7cm, kulit
ketuban utuh, POD belum
teraba, moulage 0, kepala
turun H 1, tidak teraba
bagian lain, STLD (+), dari
hasil pemeriksaan yang
dilakukan menunjukkan
bahwa Ny. Y sudah
memasuki inpartu kala I
fase aktif. Menurut
(Sulistyawati & Nugraheny,
2013) yang dikatakan fase
aktif kala I persalinan
adalah pembukaan serviks
4 cm sampai pembukaan
lengkap (10 cm). Sehingga
saat ini ibu sudah masuk
inpartu dan berada dalam
persalinan kala I fase aktif.
Kondisi ibu normal
dibuktikan dengan
dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital ibu
dengan hasil normal yaitu
tekanan darah 120/80
20
mmHg, nadi: 80x/menit,
suhu: 36,8o C, pernafasan:
22x/menit. Menurut
(Romauli, 2015) tekanan
darah normal yaitu sistol
110-140 mmHg dan diastol
70-90 mmHg. Nadi
dihitung dalam satu menit,
normalnya 60-80x/menit.
Suhu tubuh normal 36-
37,5˚C dan pernapasan
normal dalam 1 menit
sebanyak 16-24 kali.
Selanjutnya, klien Ny. Y
dan janinnya menunjukkan
kondisi normal didukung
oleh pemeriksaan leopold
yaitu leopold I teraba satu
bagian lunak dan tidak
melenting tinggi fundus
uteri 3 jari dibawah px,
leopold II bagian kiri perut
ibu teraba panjang keras
seperti papan ada tahanan,
bagian kanan perut ibu
teraba bagian kecil
terputus-putus, leopold III
teraba satu bagian keras,
melenting, leopold IV
didapatkan hasil teraba satu
bagian kepala yang sudah
masuk panggul (divergent)
dengan perlimaan 3/5,
sesuai dengan hasil periksa
dalam yang menunjukan
bagian terendah bayi sudah
di bidang hodge III. Data
yang mendukung adalah
Pemeriksaan DJJ
ditemukan 1 DJJ di sebelah
kanan perut ibu dengan
hasil 140x/menit hal
tersebut dapat dikatakan
bahwa janin hidup, terdapat
satu janin (tunggal) dan
hasil DJJ dalam batas
21
normal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Marmi,
2016a) denyut jantung janin
normalnya 120-160x/menit.
Dengan demikian, hasil
pemeriksaan, kondisi serta
kesejahteraan janin normal.
Berdasarkan hasil
pemeriksaan dan
pengkajian yang telah
dilakukan pada klien tidak
ditemukan adanya masalah
yang berpotensi menjadi
penyulit ibu dalam proses
persalinan. Maka
interpretasi data yang dapat
ditegakkan adalah Ny Y
usia 22 tahun G2P1A0 UK
39 minggu janin tunggal,
hidup, intrauterine,
presentasi belakang kepala,
puki, inpartu kala I fase
aktif, fisiologis.
Dalam
penatalaksanaannya serta
asuhan yang diberikan pada
Ny. Y memberikan
dukungan emosional
dengan menghadirkan
suami untuk mendampingi
ibu selama persalinan,
Menurut penelitian
(Darwati, 2018) Dukungan
dari suami sangat
diperlukan karena
berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa pemberian
dukungan secara fisik,
emosional dan psikologis
selama persalinan akan
dapat membantu
mempercepat proses
persalinan dan membantu
ibu memperoleh kepuasan
dalam melalui proses
persalinan normal,
22
mengajarkan ibu teknik
manajemen nyeri yaitu
relaksasi nafas dalam
dengan menarik nafas lewat
hidung lalu
menghembuskannya secara
perlahan lewat mulut dan
dilakukan berulang ulang
saat ada kontraksi dengan
tujuan untuk membuat ibu
lebih rileks, dan
menurunkan tingkat nyeri
yang dirasakan ibu,
menganjurkan ibu miring
ke kiri bertujuan untuk
mempercepat proses
persalinan.Kemudian
memantau secara berkala
kemajuan persalinan
dengan hasil patograf untuk
mendeteksi apakah proses
persalinan normal atau
tidak (Rohani, 2011).
Pemantauan melalui
partograf mulai dilakukan
pada 8 Maret 2021 jam
12.00 dari pembukaan 7 cm
sampai pembukaan 10 cm
(lengkap). Berdasarkan
hasil pemantauan partograf
Ny. Y didapatkan hasil
yang normal.
Setelah pukul 15.00
munculnya rasa ingin BAB
yang dirasakan Ny. Y
menjadi salah satu indikasi
bahwa Ny. Y sudah
memasuki inpartu kala II,
sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh
Sulistyawati dan
Nugraheny (2013; h.8)
dimana gejala kala II
seperti adanya his yang
semakin kuat dengan
interval 2-3 menit dengan
23
durasi 50 sampai 100 detik,
ketuban pecah, serta diikuti
dengan keinginan megejan
sedangkan menurut Marmi
(2016; h.13) kala II disebut
juga dengan kala
pengeluaran, kala ini
dmulai dari pembukaan
lengkap (10cm) sampai
bayi lahir. Dan menurut
Sulistyawati dan
Nugraheny (2013; h.234)
kala II dapat dilihat dari
ekspresi wajah pasien serta
bahasa tubuh (body
language) yang
menggambarkan suasana
fisik dan psikologis pasien
menghadapi kala II, vulva
dan anus membuka,
perineum menonjol, hasil
pemantauan kontraksi
menunjukkan durasi lebih
dari 40 detik, frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 10
menit, intensitasnya kuat,
dan hasil pemeriksaan
dalam menunjukkan bahwa
pembukaan serviks sudah
lengkap.
Berdasarkan hal
tersebut untuk memastikan
bahwa Ny. Y sudah benar
memasuki inpartu kala II
hal ini didukung dengan
hasil pemeriksaan dalam
sebagai berikut
vulva/vagina tenang, portio
tidak teraba, efficement
100%, pembukaan lengkap,
KK (-), POD UUK Kiri
Depan, molase 0, kepala
turun H4, bagian lain yang
menumbung tidak ada,
STLD (+), pemeriksaan
dalam yang dilakukan ini
24
atas indikasi adanya tanda
gejala kala II dan ketuban
pecah spontan, dimana
menurut teori Sulistyawati
(2013;h.66) ketuban akan
otomatis pecah dengan
sendirinya ketika
pembukaan hampir atau
sudah lengkap.
Pemeriksaan dalam
dilakukan pukul 15.00
WIB, yang didapatkan hasil
bahwa Ny. Y sudah
memasuki persalinan kala
II.
Berdasarkan hasil-
hasil pemeriksaan dan
pengkajian yang telah
dilakukan kondisi ibu
normal, serta tidak
ditemukan kondisi yang
akan memperburuk proses
persalinan Kala II, maka
interpretasi data yang dapat
ditegakkan adalah Ny. Y
usia 22 tahun, G1P0A0,
usia kehamilan 39 minggu,
janin tunggal, hidup,
intrauterine, puki,
presentasi belakang kepala,
inpartu kala II fisiologis.
Berdasarkan interpretasi
data tersebut maka
dilakukan penatalaksanaan
persalinana kala II.
Asuhan persalinan
kala II yang dilakukan pada
Ny. Y sesuai dengan
Asuhan persalinan kala II
menurut Marmi
(2017;h.196-198).
Pendampingan suami
dilakukan serta tetap
memberikan pemenuhan
nutrisi. Pertolongan
persalinan dimulai dengan
25
memberitahu ibu untuk
megejan saat ada his.
Kemudian saat kepala
sudah berada di vulva
dengan diameter 5-6 cm,
pasang handuk bersih untuk
mengeringkan bayi pada
perut ibu. Saat kepala turun,
tangan kanan menahan
perineum dengan arah
tahanan ke dalam dan ke
bawah sedangkan tangan
kiri menahan kepala bayi
agar tidak defleksi
maximal. Kemudian
memeriksa adakah lilitan
tali pusat, setelah kepala
lahir, menunggu putaran
paksi luar yang terjadi
dengan sendirinya. Setelah
putaran paksi luar selesai,
memegang kepala bayi
secara biparietal, dengan
pelan menggerakkan kearah
bawah dan distal hingga
bahu depan mencapai di
bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan ke arah
atas untuk melahirkan bahu
belakang. Setelah kedua
bahu lahir, geser tangan ke
bawah untuk menyangga
kepala dan bahu bayi
Telusuri bagian atas bahu
bayi dengan tangan yang
disebelah atas. Setelah
menyusuri bahu yang telah
lahir, maka dilanjutkan
menyusuri bokong dan kaki
lalu meyelipkan jari
telunjuk diantara kedua
tungkai bayi, setelah itu
mengeringkan bayi dan
melakukan rangsangan
taktil pada tubuh bayi
26
dengan kain atau selimut
diatas perut ibu.
Pastikan bahwa
kepala bayi tertutup dengan
baik lalu melakukan IMD
pada bayi dengan kontak
kulit dengan ibu yang
bertujuan untuk menjaga
kehangatan bayi serta
memperkuat hubungan ibu
dan bayi. Setelah dipimpin
mengejan selama 60 menit
bayi lahir spontan tanggal 8
Maret pukul 15.15 WIB.
Proses persalinan ibu
berjalan normal, tidak
ditemukan penyulit dalam
pertolangan persalinan kala
II ibu, keadaan umum bayi
baik, menangis kuat,
gerakan aktif, warna kulit
kemerahan jenis kelamin
perempuan.
Sehubungan dengan
saat ini merupakan masa
pandemi COVID-19,
dimana pada kondisi ini
semua individu harus
melakukan pencegahan
dengan menerapkan
protokol kesehatan guna
mencegah penyebaran virus
covid dan perlu ditekankan
bahwa petugas kesehatan
harus meningkatkan level
pemakaian APD pada saat
menolong persalinan agar
tidak terjadi penularan
antara penolong dengan
klien ataupun sebaliknya.
(Kemenkes RI, 2020)
menyatakan pedoman
pemakaian APD pada saat
menolong persalinan di era
pandemi dengan ibu
bersalin tidak terkonfirmasi
27
covid-19 yaitu, memakai
APD Level 2 yang terdiri
dari penutup kepala,
kacamata, masker medis,
face shield, handscoen,
apron atau gown, sepatu
boot. Sedangkan pada ibu
bersalin dengan
terkonfirmasi covid-19
yaitu menggunakan APD
Level 3 yang terdiri dari
penutup kepala, kacamata,
masker N95, gown, apron,
sarung tangan bedah karet
steril, dan sepatu boots.
Pada kasus, saat menolong
persalinan penolong hanya
memakai face shield,
masker, clemek, gown, dan
sandal, tanpa memakai
sepatu, tutup kepala, dan
kacamata. Sehingga, hal
tersebut rentan terjadi
penularan virus covid-19
antara ibu dengan klien atau
sebaliknya.
Pada saat pertolongan
persalinan petugas tidak
menggunakan APD tingkat
2 secara lengkap, namun
sudah hampir lengkap yaitu
sudah menggunakan
celemek, masker, bot
kemudian menggunakan
handscoon steril saat
melakukan pemeriksaan
dalam tetapi tidak memakai
kaca mata pelindung /face
shield dan topi pelindung.
Hal ini terdapat
kesenjangan antar teori
menurut (Rukiah, dkk.,
2009; h. 105) bahwa
seorang bidan saat
melakukan pertolongan
persalinan harus
28
menggunakan APD tingkat
2 secara lengkap yaitu
clemek plastik, penutup
kepala, masker, pelindung
mata, sepatu bot, dan baju
gown, Hal ini karena cara
perpindahan infeksi dari
pasien ke tenaga kesehatan
melalui kontak langsung
dengan cairan darah,
ketuban dari pasien yang
terinfeksi juga untuk
mencegah penularan Covid
19. Oleh karena itu untuk
mengantisipasi masalah
tertularnya infeksi
hendaklah menyiapkan
APD secara lengkap saat
menolong peralinan.
Setelah kelahiran bayi
maka asuhan serta tindakan
selanjutnya adalah
membantu proses kelahiran
plasenta atau persalinan
kala III, berdasarkan hasil
pengkajian didapatkan data
bahwa ibu merasa senang
dan bersyukur bayinya
sudah lahir dan ibu
mengatakan perut bagian
bawahnya terasa mulas. Hal
ini sesuai dengan
pernyataan (Sulistyawati &
Nugraheny, 2013) bahwa
saat dimulainya persalinan
kala III pasien mengatakan
bayinya telah lahir, tetapi
ari-arinya belum lahir, serta
perutnya terasa mulas.
Keluhan perut mulas yang
dirasakan ibu adalah
kontraksi uterus yang
terjadi karena proses
kelahiran plasenta.
Sehingga kondisi ibu saat
ini normal.
29
Hal lain yang
mendukung pengkajian
adalah data objektif
persalinan kala III yang
didapatkan bayi telah lahir
normal spontan tanggal 8
Maret pukul 15.15 WIB
menangis kuat, gerakan
aktif, warna kulit
kemerahan jenis kelamin
perempuan, tampak tali
pusat memanjang, terdapat
semburan darah, plasenta
belum lahir, kontraksi
uterus keras, dan TFU
setinggi pusat.
(Sulistyawati & Nugraheny,
2013) menyatakan bahwa
terdapat tanda-tanda
pelepasan plasenta seperti
perubahan bentuk uterus,
tali pusat memanjang,
adanya semburan darah,
dan kontraksi uterus kuat
saat persalinan kala III
berlangsung.
Tanda-tanda tersebut
menjadi dasar
ditegakkannya interpretasi
data Ny. Y usia 22 tahun
P1A0 dalam persalinan kala
III fisiologis. Dengan
demikian, dapat dilakukan
penatalaksanaan
persalinana kala III secara
fisiologis sesuai teori
manajemen aktif kala III
(Sulistyawati & Nugraheny,
2013) adalah mengecek
adanya janin kedua
sebelum dilakukan
penyuntikan oksitosin 10
IU secara IM di 1/3 paha
atas bagian distal lateral.
Waktu penyuntikan
oksitosin masih dalam batas
30
normal, yaitu dalam 1
menit setelah bayi lahir.
Tujuan pemberian suntikan
oksitosin supaya uterus
berkontraksi dengan kuat
sehingga dapat membantu
pelepasan plasenta dan
mengurangi kehilangan
darah. Kemudian meminta
keluarga memberikan
minum kepada ibu untuk
memenuhi kebutuhan
cairannya setelah
sebelumnya melewati
proses persalinan.
Penatalaksanaan
selanjutnya menurut
(Sulistyawati & Nugraheny,
2013) adalah dilakukan
pengkleman dan
pemotongan tali pusat,
pada kasus Ny. S dilakukan
penjepitan dan pemotongan
tali pusat ± 2 menit setelah
bayi lahir, tali pusat sedini
mungkin akan
mempercepat proses
perubahan sirkulasi darah
pada bayi baru lahir.
Menurut penelitian
Batlajery, dkk (2014),
bahwa terdapat pengaruh
lama waktu penjepitan tali
pusat dengan kadar Hb
pada bayi usia 3 hari.
Semakin lama penundaan
waktu penjepitan tali pusat,
akan meningkatkan kadar
Hb bayi dan mengurangi
risiko anemia pada bayi
baru lahir. Hasil penelitian
didapatkan kadar Hb bayi
adalah 14-20,8 g/dl dan rata
rata 17,46 g/dl. Rata-rata
Hb bayi pada penjepitan tali
pusat < 2 menit adalah 15,9
31
gr/dl. Pada penjepitan tali
pusat 2-7 menit rata rata
kadar Hb nya 17,8 g/dl.
Penjepitan tali pusat > 7
menit, rata rata Hb bayi
adalah 19,66 gr/dl. Ada
perbedaan kadar Hb
diantara ketiga waktu
penjepitan tali pusat.
Kemudian dilakukan
Penegangan Tali Pusat
Terkendali (PTT) selama
uterus berkontraksi,
berguna untuk
mempersingkat proses kala
III dan mengurangi
terjadinya perdarahan.
Pada kasus Ny.Y
plasenta lahir 10 menit
setelah kelahiran bayi, yaitu
tanggal 8 Maret 2021 pukul
15.15 WIB dengan plasenta
lahir lengkap, utuh,
diameter ± 20 cm, tebal ± 2
cm, panjang tali pusat ± 40
cm. Hal ini normal
berdasarkan teori
(Sulistyawati & Nugraheny,
2013) panjang plasenta
normal ± 40 cm diameter ±
20 cm, tebal ± 3 cm
kotiledon 16-20 buah
Setelah plasenta lahir
dilakukan masase fundus
uteri dan pengecekan
kelengkapan plasenta,
kemudian mengevaluasi
pendarahan dan juga
laserasi. Pada pemeriksaan
jalan lahir ditemukan
laserasi derajat 2 pada
perineum Ny. Y, ditinjau
dari persalinan Ny. Y
penyebab terjadinya
laserasi jalan lahir adalah
bokong pasien diangkat
32
saat mengejan, sehingga
saat bagian kepala janin
lahir menyebabkan
terjadinya robekan Derajat
2 yaitu dibagian mukosa
vagina dan diotot perineum.
Perdarahan yang terjadi
pada kala III yaitu sebanyak
±200cc.Berkaitan dengan
keseluruhan
penatalkasanaan serta
asuhan pada persalinan kala
III, ditemukan bahwa
hasilnya normal sehingga
menjadi dasar
dilakukannnya asuhan
persalinana kala IV.
Setelah bayi dan
plasenta lahir ibu
mengatakan merasa
bersyukur ari-arinya telah
lahir, serta perutnya terasa
mulas. Hal ini menjadi
dasar dimulainya kala IV
(Sulistyawati & Nugraheny,
2013) yaitu klien akan
mengatakan ari-arinya telah
lahir. Serta perutnya terasa
mulas yang disebabkan
adanya kontraksi uterus
yang dapat mencegah
terjadinya perdarahan dan
normal terjadi. Hal lain
yang mendukung adalah
pemeriksaan umum pun
didapatkan hasil yang
normal yaitu kontraksi
uterus baik seperti menurut
(Sulistyawati & Nugraheny,
2013) kontraksi yang baik
ialah yang memiliki tonus
otot keras, bentuk uterus
yang globuler. Hasil TFU 2
jari di bawah pusat kandung
kemih kosong, tidak ada
laserasi jalan lahir,
33
pemeriksaan tanda-tanda
vital ibu normal TD: 110/70
mmHg, pernafasan
20x/menit Nadi: 80x/menit,
suhu 36,5oC serta tidak
ditemukan kondisi yang
menjadi penyulit dalam
proses persalinan kala IV.
Berdasarkan data-data
yang didapatkan maka
interpretasi data Ny. Y
umur 22 tahun P1A0 dalam
persalinan kala IV
fisiologis dan selanjutnya
dapat dilakukan
penatalaksanaan dan asuhan
persalinan kala IV
fisiologis menurut
(Prawirohardjo, 2016)
adalah mengajarkan ibu dan
keluarga cara melakukan
massase uterus dan menilai
kontraksi, yaitu melakukan
massase fundus uteri
selama 15 detik dengan
menggerakkan dengan arah
memutar bertujuan untuk
menjaga uterus tetap
berkontraksi dengan baik
atau tetap keras dan dapat
mencegah terjadinya
perdarahan postpartum.
Kemudian membersihkan
badan ibu menggunakan air
hangat. membersihkan sisa
cairan ketuban dan darah.
membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan
kering dan mengganti
underpad ibu.
Selanjutnya
melakukan pemberian
injeksi vitamin K1 1 mg
intramuskular IM di paha
kiri anterolateral bayi, yang
berdasarkan teori
34
(Sulistyawati & Nugraheny,
2013) memberikan injeksi
vitamin K kepada bayi
setelah 1 jam bayi lahir
dengan dosis 1 cc secara
IM pada paha kiri berguna
untuk mencegah perdarahan
pada otak, kemudian
melakukan pencegahan
infeksi mata bayi baru lahir
dengan pemberian salap
mata dan melakukan
pengukuran antopometri
bayi, dengan hasil BB 2800
gram, PB 49 cm, LK 31
cm, LD 32 cm, Lila 11 cm.
Dari data ditemukan hasil
pengukuran antopometri
bayi dalam batas normal
menurut (Marmi &
Rahardjo, 2018) berat
badan BBL normal adalah
2500 - 4000 gram, panjang
badan BBL normal adalah
48 – 52 cm, lingkar kepala
BBL normal adalah 33 - 35
cm, lingkar dada BBL
normal adalah 30-38 cm.
Berkaitan dengan
pencegahan komplikasi
serta kegawatdaruratan
persalinan maka sesuai
(Prawirohardjo, 2016)
dilakukan pemantauan kala
IV yang didokumentasikan
di patograf dengan
pemantauan setiap 15 menit
sekali selama 1 jam
pertama pascasalin dan
setiap 30 menit sekali
selama 1 jam kedua
pascasalin. Pemantauan 2
jam persalinan kala IV
Ny.Y didapatkan hasil
normal yaitu TD: 110/70
mmHg, pernafasan:
35
20x/menit, Nadi:
80x/menit, S: 36,5oC.
Menurut (Romauli, 2015),
tekanan darah normalnya
sistol 110-140 mmHg dan
diastol 70-90 mmHg. Nadi
dihitung dalam satu menit,
normalnya 60-80x/menit.
Suhu tubuh normal 36-
37,5˚C dan pernapasan
normal dalam 1 menit
sebanyak 16-24 kali.
Pemeriksaan TFU
didapatkan 2 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus
keras. (Sulistyawati &
Nugraheny, 2013)
menyatakan bahwa
kontraksi yang baik ialah
yang memiliki tonus otot
keras, bentuk uterus yang
globuler, kandung kemih
kosong, ibu sudah bisa
berkemih setelah 2 jam
pasca salin, jumlah
perdarahan ±100cc hal
tersebut normal. Menurut
(Marmi 2017) jumlah
perdarahan selama
persalinan kala IV
normalnya tidak lebih dari
500 cc. Dengan demikian
hasil pemantauan dan
penatalaksanaan
persalinana kala IV Ny. Y
adalah normal dan telah
dilakukan
pendokumentasian asuhan
dan temuan selama
persalinan kala IV di bagian
belakang partograf.
C. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal
1. Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas 6 jam
36
Pengkajian masa nifas
6 jam dilakukan pada
tanggal 8 Maret 2021 pukul
21.15 WIB. Seharusnya
masa nifas 6 jam pada Ny. S
pukul 02.00 WIB, Keluhan
yang dirasakan Ny. Y pada
masa nifas 6 jam yaitu ibu
mengatakan perutnya mulas.
Pada masa nifas 6 jam,
ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu disebabkan
oleh kontraksi rahim yang
merupakan proses
pengecilan bentuk rahim
agar seperti sebelum hamil,
keadaan ini biasanya disebut
dengan after pain bahwa
rasa mulas yang dirasakan
ibu nifas, disebabkan oleh
kontraksi uterus yang
merupakan proses involusi
uteri Handayani, Pujiastuti
(2016; h. 60). Sehingga
keluhan yang dirasakan
klien adalah hal yang
normal.
Hasil pengkajian
tersebut didukung dengan
data obyektif yaitu pada
pengukuran tinggi fundus
uteri Ny. Y yaitu 2 jari di
bawah pusat, kontraksi
keras hal ini sesuai dengan
teori Marmi (2015; h. 182)
bahwa ibu nifas 6 jam, TFU
2 jari di bawah pusat,
kontraksi baik, konsistensi
keras dan posisi uterus di
tengah. Data lain yang
mendukung adalah hasil
pemeriksaan genetalia yang
menunjukkan adanya
pengeluaran pervaginam
berupa darah berwarna
merah kehitaman (lokhea
37
rubra). Normalnya
pengeluaran pervaginam
pada hari pertama sampai
ketiga setelah persalinan
adalah lokhea rubra dengan
karakteristik lokhea
berwarna merah kehitaman
berisi jaringan yang sudah
mati (Marmi, 2017b).
Sehingga dikatakan keadaan
klien normal.
Kondisi kesehatan ibu
dalam keadaan normal juga
ditunjukkan dengan hasil
pemeriksaan tanda-tanda
vital yaitu tekanan darah ibu
110/70 mmHg, nadi
82x/menit, pernafasan
22x/menit, dan suhu 36,70C.
Tekanan darah normalnya
sistol 110-140 mmHg dan
diastol 70-90 mmHg. Nadi
dihitung dalam satu menit,
normalnya 60-80x/menit.
Suhu tubuh normal 36-
37,5˚C dan pernapasan
normal dalam 1 menit
sebanyak 16-24 kali
(Romauli, 2011a). Selain
itu, di dukung dengan hasil
anamnesa pada klien terkait
pola pemenuhan kebutuhan
ibu yang sudah terpenuhi.
Berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan masa
nifas 6 jam Dari kasus
diketahui bahwa Ny. Y
sudah mengkonsumsi nasi 1
piring, 1 piring nasi dan
sayur, lauk minum 1 gelas
air putih. Hal itu
membuktikan bahwa
kebutusan nutrisi ibu
sudah tercukupi. Ny. Y
juga telah mengonsumsi
tablet Fe dan Vitamin A
38
200000 IU. Ini berati Ny. Y
sudah mendapat suplemen
yang baik bagi ibu nifas.
Karena menurut
(Handayani, Pujiastuti
2016) ibu nifas yang
mengkonsumsi vitamin A
yaitu 2x 200000 IU yang
disalurkan melalui ASI agar
terhindar dari gangguan
penglihatan. Sehingga,
dapat disimpulkan kondisi
ibu dalam keadaan normal.
Selain itu, berkaitan dengan
pola pemenuhan nutrisi
pada bayi, dapat dikatakan
sudah terpenuhi.
Hal ini didukung
dengan pola pemenuhan
nutrisi pada bayi, menurut
(Marmi, 2017b) Dalam
pemberian ASI sangat
dianjurkan dilakukan
pemberian sesuai kebutuhan
bayi, setiap 2-3 jam sekali
pada payudara kanan dan
kiri secara bergantian
sampai payudara kosong
Menurut penelitian (Khoir,
2016). “Isapan Bayi yang
Efektif Meningkatkan
Produksi ASI pada Ibu
Nifas” menyatakan hasil
penelitian yang dapat
diketahui bahwa hampir
seluruhnya bayi melakukan
isapan efektif sebanyak 34
responden (85,0%) dan
hampir seluruhnya produksi
ASI ibu masa nifas yang
menyusui dalam kategori
baik sebanyak 34 responden
(85,0%). Hasil
Uji Spearman’s Rho ada
hubungan dengan nilai
korelasi 0,626 yang kuat.
39
Dalam kasus ini ibu
mengatakan bayinya sudah
dapat menghisap puting
dengan benar dan bayi
sudah menyusu. Hal ini
terbukti pada kasus bahwa
bayi sudah melakukan IMD
60 menit setelah lahir, serta
bayi sudah mampu menyusu
dengan seluruh bagian
putting dan hampir seluruh
areola ibu masuk kedalam
mulut bayi.
Kemudian, pada pola
eliminasi Ny. Y belum
BAB, tetapi sudah BAK 1x
warna kuning jernih, tidak
ada keluhan. Menurut
pernyataan (Handayani,
Pujiastuti 2016) kandung
kemih harus segera
dikosongkan paling lambat
dalam waktu 6 jam setelah
melahirkan. Selain itu,
Aktivitas yang telah ibu
lakukan dalam 6 jam pasca
salin kegiatan yang sudah
ibu lakukan adalah berlatih
duduk, mandi, berdiri dan
berjalan-jalan. Mobilisasi
dini dapat mempercepat
proses pengembalian alat-
alat reproduksi Setelah
melahirkan ibu pun sudah
istirahat tidur 1 jam dan
beristirahat sambil berbaring
di tempat tidur saat bayinya
tidak meminta ASI sehingga
tidak ditemukan gangguan
dalam hal pola istirahat ibu
sehingga dapat dikaji
adakah gangguan dalam
pola istirahat ibu. Sehingga,
dapat dikatakan ibu dalam
keadaan normal.
40
Psikolgis ibu, saat ini
ibu mengatakan masih
merasa lelah dan terlihat
sedang fokus dengan dirinya
sendiri disamping itu ibu
juga sesekali menggendong
bayinya. Hal ini terdapat
beberapa kesesuai dengan
pernyataan (Marmi, 2017b)
pada hari pertama sampai
hari kedua pasca melahirkan
normalnya fokus ibu akan
lebih banyak pada dirinya.
Berdasarkan hasil
anamnese dan pengkajian
pada klien maka interpretasi
data yang dapat ditegakkan
adalah Ny. Y usia 22 tahun
P1A0 dalam masa nifas 6
jam fisiologis. Masalah
yang dialami pada Ny. Y
saat ini adalah rasa mulas
pada perutnya. Masalah
tersebut adalah hal yang
wajar, kontraksi yang
berasal dari proses involusi
uteri yang merupakan
perubahan fisiologis organ
reproduksi pada masa nifas
Marmi (2017; h.180)
Selanjutnya dilakukan
penatalaksanaan dan asuhan
masa nifas 6 jam fisiologis
yaitu memberitahu hasil
pemeriksaan ibu yang
dimaksudkan agar ibu
mengetahui kondisi saat ini,
perawatan jahitan perineum
hal ini dimaksudkan agar
proses penyembuhan luka
jahitan jalan lahir cepat
kering, menyatu dengan
kulit, dan tidak muncul
tanda-tanda infeksi.
Menurut penelitian (Rumini,
2020) Perawatan perenium
41
adalah pemenuhan kebutuhan
untuk menyehatkan daerah
antara paha yang dibatasi
vulva dan anus pada ibu.
Perawatan luka perenium
sangatlah penting karena luka
bekas jahitan ini dapat menjadi
pintu masuk kuman yang
menimbulakan infeksi, ibu
menjadi demam, luka basah
dan jahitan terbuka, bahkan
ada yang mengeluarkan bau
busuk dari jalan lahir.
Perawatan luka ini dimulai
segera mungkin setelah 2 jam
dari persalinan normal.
Dengan cara melatih
menganjurkan ibu untuk mulai
bergerak duduk dan latihan
berjalan. Menganjurkan ibu
untuk istirahat cukup, yaitu
minimal 8 jam sehari,
dengan cara apabila bayi
tidur ibu juga ikut tidur dan
istiraha hal ini dimaksudkan
agar ibu dapat memulihkan
tenaga setelah persalinan,
lalu pemberian konseling
tanda bahaya masa nifas
yang bertujuan apabila ibu
mengalami salah satu tanda
bahaya tersebut ibu dapat
segera menghubungi tenaga
kesehatan.
Pemberian asuhan
selanjutnya yaitu diberikan
konseling ASI Ekslusif yang
bertujuan agar ibu
memberikan ASI saja
selama 6 bulan tanpa
tambahan makanan apapun.
Melakukan peningkatan
hubungan antara ibu dan
bayi dengan cara rooming
in, selain untuk bayi tetap
hangat, juga agar terjadi
ikatan batin antara ibu dan
bayi. Menurut penelitian
42
(Musafa’ah, Sestu Retno
D.A, 2017) ditemukan
adanya hubungan rawat
gabung dengan produksi
ASI, pada ibu nifas yang
dilakukan rawat gabung
lebih baik dari pada ibu
yang tidak dilakukan rawat
gabung. Serta memberikan
terapi tablet FE dan vitamin
A agar ibu tidak anemia dan
kebutuhan vitamin A bayi
terpenuhi.
Berkaitan dengan
pemberian asuhan kepada
ibu nifas 6 jam yang saat ini
masih dalam kondisi
pandemi covid-19, maka
bidan memberikan asuhan
dengan menerapkan
protokol kesehatan serta
memakai APD seperti
masker, gown, dan face
shield guna mencegah
penyebaran covid-19. Selain
itu, klien juga menerapkan
protokol kesehatan dengan
memakai masker.
(Kemenkes RI, 2020)
menyatakan pencegahan
covid-19 pada ibu nifas,
yaitu pada pelaksanaan
kunjungan nifas pertama
dilakukan di fasyankes.
Kunjungan nifas kedua,
ketiga dan keempat dapat
dilakukan dengan metode
kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan atau
pemantauan menggunakan
media online (disesuaikan
dengan kondisi daerah
terdampak COVID-19),
dengan melakukan upaya-
upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik
43
dari petugas, ibu dan
keluarga.
2. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas 6 Hari
Pengkajian masa nifas
6 hari dilakukan pada
tanggal 14 Maret 2021 jam
10.00 WIB di rumah Ny. Y
dan diperoleh data subjektif
yang menyatakan ibu tidak
ada keluhan. Hal ini di
dukung dari data objektif
yang menunjukan hasil
pemeriksaan tanda-tanda
vital ibu normal. Kemudian
dari data objektif didapatkan
hasil pemeriksaan obstetri
yang menunjukkan TFU
pertengahan pusat dan
simfisis, kontraksi baik,
kuat, dan kandung kemih
kosong. Pada masa nifas
hari ke 6 normalnya tinggi
fundus uteri berada di
pertengahan pusat dan
sympisis (Marmi, 2017b).
Selain itu, di dukung dengan
hasil pemeriksaan genetalia
yang menunjukkan adanya
pengeluaran pervaginam
berupa darah berwarna
merah kekuningan dan
berlendir (lochea
sanguinolenta). Pada hari ke
3 sampai hari ke 7
postpartum normal
pengeluaran pervaginam
berupa lochea
sanguinolenta yang
berwarna merah kekuningan
dan berlendir (Marmi,
2017b). Serta tidak
ditemukan tanda-tanda
infeksi pada perineum.
44
Pada perilaku
menyusui, didapatkan hasil
bahwa ASI sudah lancar dan
ibu sudah menyusui dengan
benar. Hal ini didukung
dengan tidak ditemukan
tanda-tanda penyulit saat
menyusui. Hal lain yang
mendukung yaitu pada pola
nutrisi dan istirahat, klien
mengatakan sudah terpenuhi
dan tidak ada keluhan.
Namun, terdapat
peningkatan pada frekuensi
pola nutrisi yang normal
akibat dari proses menyusui
membutuhkan asupan
nutrisi dan cairan yang
cukup. Ibu nifas
mengkonsumsi tambahan
makanan 500 kalori setiap
hari, makan dengan gizi
seimbang untuk
mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang
cukup, serta minum
sedikitnya 3 liter air setiap
hari. Sehingga pola nutrisi
dan istirahat pada klien
sudah tercukupi. Hal
tersebut dapat dikatakan
sebagai pendukung
meningkatkan produktivitas
ASI agar tetap lancar
(Wulandari, 2015; h. 101).
Ibu juga mengatakan
tentang pola tidurnya ia
tidak kekurangan waktu
tidur dan dapat beristirahat
di malam dan siang hari,
saat bayinya tertidur.
Berkaitan dengan
kondisi psikologis ibu, saat
ini ibu merasa senang
dengan kehadiran anak
pertamanya karena ini hal
45
yang ditunggu-tunggu. Serta
saat ini ibu sedang berusaha
menyesuaikan diri untuk
merawat anaknya. Keadaan
yang dialami ibu
menunjukkan keadaan yang
normal, dimana saat ini
ibu berada dalam fase
taking hold, fase yang pada
umumnya terjadi pada 3-10
hari pasca persalinan dan
terdapat kekhawatiran akan
ketidakmampuanya dan rasa
tanggung jawab dalam
merawat bayinya (Rini,
Susilo dan Kumala, 2016).
Oleh karena itu, ibu
memerlukan dukungan
suami dan keluarga agar
tumbuh rasa percaya diri
dalam merawat anaknya.
Pada kasus Ny.Y
didapatkan bahwa kondisi
nifas 6 hari Ny.Y dalam
keadaan normal dan tidak
terdapat masalah, maka
interpretasi data yang dapat
ditegakkan adalah Ny.Y
usia 22 tahun P1A0 post
partum 6 hari fisiologis.
Penatalaksanaan yang
dilakukan yaitu memberikan
konseling tentang tanda
bahaya masa nifas,
menganjurkan ibu untuk
menjaga kehangatan
bayinya, mengajarkan ibu
cara perawatan bayi sehari-
hari. Hal ini sesuai dengan
teori kunjungan nifas hari
ke-6 yaitu memastikan
involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus,
tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau,
46
menilai adanya tanda- tanda
demam, infeksi atau
perdarahan abnormal,
memastikan ibu
mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan
istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit, memberikan
konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan merawat
bayi sehari- hari
(Sulistyawati, 2015).
Berkaitan dengan
pemberian asuhan kepada
ibu nifas 6 hari yang saat ini
masih dalam kondisi
pandemi covid-19, maka
selama kunjungan rumah
klien, bidan memberikan
asuhan dengan menerapkan
protokol kesehatan serta
memakai APD seperti
masker dan face shield guna
mencegah penyebaran
covid-19. Selain itu, klien
juga menerapkan protokol
kesehatan dengan memakai
masker. (Kemenkes RI,
2020) menyatakan
pencegahan covid-19 pada
ibu nifas, yaitu pada
pelaksanaan kunjungan
nifas pertama dilakukan di
fasyankes. Kunjungan nifas
kedua, ketiga dan keempat
dapat dilakukan dengan
metode kunjungan rumah
oleh tenaga kesehatan atau
pemantauan menggunakan
media online (disesuaikan
dengan kondisi daerah
terdampak COVID-19),
47
dengan melakukan upaya-
upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik
dari petugas, ibu dan
keluarga.
3. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas 14 hari
Pengkajian masa nifas
2 minggu, dilakukan di
rumah Ny. Y pada tanggal
18 Maret 2021 jam 13.30
wib, dari hasil anamnese
diketahui ibu mengatakan
tidak ada keluhan. Hal
tersebut didukung dari hasil
pemeriksaan fisik serta
tanda-tanda vital ibu dalam
batas normal dari
pemeriksaan obstetric pun
menunjukkan hasil TFU
sudah tidak teraba, sama
halnya menurut (Marmi,
2017b) pada kondisi normal
masa nifas 14 hari tinggi
fundus uteri sudah tidak
teraba. Data lain yang
mendukung adalah hasil
pemeriksaan genetalia yang
menunjukkan adanya
pengeluaran pervaginam
berupa darah berwarna
kuning kecoklatan (lokhea
serosa), normalnya
pengeluaran pervaginam
hari ke 7-14 pasca
persalinan adalah lokhea
serosa yang berwarna
kuning atau kecoklatan serta
mengandung lebih banyak
serum, terdiri dari leukosit
dan robekan laserasi
plasenta (Marmi, 2017b)
Hasil penilaian proses
penyembuhan luka jahitan,
didapatkan hasil bahwa luka
jahitan ibu normal. Hal ini
48
di dukung dengan hasil
pemeriksaan yang
menunjukkan bahwa luka
jahitan ibu sudah kering,
menyatu, tidak ada nanah,
dan tidak ada tanda-tanda
infeksi. (Marmi, 2017; h.
182) menyatakan bahwa
pemeriksaan luka jahitan
pada ibu nifas 14 hari
dengan hasil kondisi luka
jahitan kering, menyatu,
tidak ada tanda-tanda
infeksi hal tersebut dapat
dikatakan normal. Hal ini
menunjukkan bahwa proses
penyembuhan luka ibu
berjalan dengan baik. Selain
itu, didukung dengan
psikologis ibu yang baik dan
normal. Hal ini di dasari
dengan ibu mengatakan
tidak ada pantangan
makanan apapun. Menurut
penelitian (Harahap, 2018)
yang berjudul “ Hubungan
Pola Pantang Makan dengan
Penyembuhan Luka
Perineum pada Ibu Nifas “
Berdasarkan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara
pola pantang makan dengan
penyembuhan luka jahitan
perineum. Oleh karena itu,
sebaiknya seluruh
komponen masyarakat
termasuk tenaga kesehatan
perlu memberikan informasi
tentang pentingnya gizi
pada ibu nifas tanpa adanya
pantangan makanan tertentu
yang bertujuan untuk
mendukung penyembuhan
luka jahitan perineum.
(Jurnal Kesehatan Ibu dan
49
Anak, Vol. 4 No. 1 Tahun
2018)
Kondisi psikologis
Ny.Y, saat ini sedang dalam
fase letting go yaitu fase
menerima tanggung jawab
akan peran barunya. Fase ini
terjadi kurang lebih sepuluh
hari setelah melahirkan,
biasanya ibu akan menerima
tanggung jawab peran
barunya. Normalnya Ibu
sudah dapat menyesuaikan
diri, merawat diri dan
bayinya sudah meningkat
(Marmi, 2017b) . Hal ini
ditunjukan dari hasil
pengkajian bahwa saat ini
ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat
diri dan bayinya sudah
meningkat. Serta fokus
perhatian ibu sudah
sepenuhnya kepada bayinya.
Ibu dapat merawat bayinya
seperti memandikan bayi,
mengganti popok, menyusui
setiap kali bayi
menginginkan.
Dari kasus Ny. Y
didapatkan bahwa kondisi
nifas 14 hari Ny. Y dalam
keadaan normal dan tidak
terdapat masalah, maka
interpretasi data yang dapat
ditegakkan adalah Ny. Y
usia 22 tahun P1A0 post
partum 14 hari fisiologis.
Penatalaksanaan yang
dilakukan pada Ny. Y
adalah memastikan ibu
mendapat cukup nutrisi dan
istirahat serta memastikan
ibu menyusui dengan baik
kemudian pada asuhan nifas
14 hari ini diberikan
50
konseling tentang alat
kontrasepsi KB yang
bertujuan agr membantu ibu
memilih kontrasepsi yang
tepat sesuai dengan
keinginannya, dalam hal
mengatur kehamilan. Pada
pelaksanaan pemberian
konseling tentang KB, Ny.
Y didapatkan hasil yang
telah dibicarakan dengan
suaminya yaitu memilih KB
suntik progestin sebagai alat
kontrasepsi yang akan
digunakan ibu (Marmi,
2017b)
Berdasarkan
keseluruhan asuhan dan
pengkajian pada ibu nifas
evaluasi hasil akhir dalam
kasus ini adalah
tercukupinya tercukupinya
kebutuhan ibu mulai dari
gizi dan istirahat, proses
involusi uterus yang normal,
tidak ditemukan penyulit
dalam menyusui bayi, serta
tidak ditemukan tanda
bahaya masa nifas dan ibu
sudah memilih alat
kontrasepsi yaitu suntik
progestin.
Berkaitan dengan
pemberian asuhan kepada
ibu nifas 14 hari yang saat
ini masih dalam kondisi
pandemi covid-19, maka
selama kunjungan rumah
klien, bidan memberikan
asuhan dengan menerapkan
protokol kesehatan serta
memakai APD seperti
masker dan face shield guna
mencegah penyebaran
covid-19. Selain itu, klien
juga menerapkan protokol
51
kesehatan dengan memakai
masker. (Kemenkes RI,
2020) menyatakan
pencegahan covid-19 pada
ibu nifas, yaitu pada
pelaksanaan kunjungan
nifas pertama dilakukan di
fasyankes. Kunjungan nifas
kedua, ketiga dan keempat
dapat dilakukan dengan
metode kunjungan rumah
oleh tenaga kesehatan atau
pemantauan menggunakan
media online (disesuaikan
dengan kondisi daerah
terdampak COVID-19),
dengan melakukan upaya-
upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik
dari petugas, ibu dan
keluarga. Selain itu, pada
pelayanan KB tetap
dilaksanakan sesuai jadwal
dengan membuat perjanjian
dengan bidan.
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru
Lahir Normal
1.Asuhan Kebidanan pada
Bayi Baru Lahir 6 Jam
Bayi Ny. Y lahir pukul
15.15 WIB tanggal 08
Maret 2021. Pada
pengkajian bayi Ny. Y yang
dilakukan pada pukul 21.15
WIB. Bayi belum diberi
nama sehingga identitas
bayi dicantumkan Bayi Ny.
P. Menurut (Marmi &
Rahardjo, 2018). Identitas
merupakan alat pengenal
bayi agar tidak tertukar
maka untuk
membedakannya bayi diberi
identitas bayi Ny. Y sebagai
ibu dari bayi tersebut. Pada
pemeriksaan bayi baru lahir
52
Ny. Y didapatkan data
subyektif. Pada riwayat
kehamilan ibu mengatakan
usia ibu saat hamil yaitu 22
tahun. bayi lahir pada usia
kehamilan 39 minggu.
Menurut Marmi dan
Rahardjo (2015, h.49)
menyatakan lamanya masa
gestasi untuk tiap neonatus
sangat penting karena faktor
maturasi bayi sangat
berpengaruh pada
morbiditas dan mortalitas
perinatal, serta penting
untuk penatalaksanaan tiap
neonatus. Pada kasus, bayi
Ny. S lahir saat usia
kehamilan 39 minggu,
termasuk kehamilan aterm
sesuai dengan teori
Kemenkes RI (2013; h. 36)
bahwa persalinan dan
kelahiran dikatakan normal
apabila usia kehamilan
cukup bulan (36-40
minggu). Sehingga pada
bayi Ny. Y dalam keadaan
normal.
Kondisi bayi normal
didukung dengan pola
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi
pemenuhan nutrisi,
eliminasi, istirahat. Pada
pola nutrisi Bayi Ny. Y
telah berhasil dilakukan
IMD selama 1 jam, setelah
IMD satu jam ibu menyusui
bayinya sesuai keinginan
bayi atau setiap bayi
menangis, bayi menyusu
dengan kuat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Marmi dan
Rahardjo (2015; h. 73)
bahwa bayi menyusu sesuai
53
dengan kehendak atau
kebutuhannya yaitu setiap
2-3 jam (paling sedikit
setiap 4 jam), dan bayi dapat
menyusu 12-15 kali dalam
24 jam. Sehingga
menunjukkan bahwa reflek
rooting (mencari), sucking
(menghisap), swallowing
(menelan), sudah baik.
Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) tepat mampu
mencegah hipotermi dan
menjaga kestabilan suhu
bayi baru lahir hingga 24
jam kehidupan pertamanya.
Hal yang dikaji
selanjutnya, yaitu pola
eliminasi, pola eliminasi
dikatakan normal
ditunjukkan dari data
setelah bayi lahir bayi Ny. Y
telah BAK 1x, warna jernih
dan BAB mekonium 1x.
Berdasarkan pernyataan
(Marmi & Rahardjo, 2018)
bayi baru lahir normalnya
sudah BAK dalam waktu 24
jam pertama, dan bayi
dengan pencernaan normal
akan BAB pada 24 jam
pertama setelah lahir, BAB
pertama ini disebut
mekonium, berwarna hitam
kehijauan dan lengket
seperti aspal yang
merupakan produk dari sel-
sel yang diproduksi dalam
saluran cerna selama bayi
berada dalam kandungan
sehingga dapat dikatakan
sistem pencernaan bayi Ny.
Y dalam keadaan normal.
Selain itu, kondisi bayi
normal juga didukung
dengan pola Pola tidur,
54
menurut Marmi dan
Rahardjo (2015; h.12 ; 81)
tidur bayi baru lahir setelah
kelahiran yaitu 2 jam dan
berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam. Pada
kasus, bayi Ny. Y tidur
setelah lahir dan hanya
terbangun saat BAK, BAB
dan ingin menyusu. Hal ini
membuktikan bahwa pola
istirahat bayi Ny. Y
termasuk normal. Dan untuk
pola hygiene Bayi Ny. Y
belum dimandikan karena
hari sudah malam.
Penundaan memandikan
bayi selama minimal 6 jam
bertujuan untuk
menghindari dan
meminimalkan terjadinya
hipotermi pada bayi. Hal ini
membuktikan bayi dalam
keadaan normal.
Kondisi janin baik
didukung berdasarkan data
objektif yang menunjukan
kondisi bayi dalam keadaan
sehat. Hal ini didasarkan
pada pemeriksaan sekilas
dan keadaan umum bayi
menangis keras dan nada
sedang, gerakan aktif, kulit
kemerah-merahan (Marmi
& Rahardjo, 2018). Data
lain juga didapatkan pada
pemeriksaan tanda-tanda
vital yaitu nadi 135
kali/menit, respirasi 40
kali/menit dan suhu 36,80 C.
Tanda-tanda vital normal
pada bayi baru lahir
menurut (Marmi, 2018),
denyut jantung 120-160
kali/menit, pernafasan 40-60
55
kali/menit, suhu normalnya
36,5o C - 37,5oC. Hal ini
menunjukkan tanda vital
bayi dalam keadaan normal.
Data yang menunjang
selanjutnya adalah
pemeriksaan antropometri
bayi dengan hasil BB 2800
gram, PB 49 cm, LK 31 cm,
LD 32 cm, Lila 11 cm.
Dari data ditemukan
hasil pengukuran
antopometri bayi dalam
batas normal. Menurut
(Marmi & Rahardjo, 2018)
berat badan BBL normal
adalah 2500 - 4000 gram,
panjang badan BBL normal
adalah 48 – 52 cm, lingkar
kepala BBL normal adalah
33 - 35 cm, lingkar dada
BBL normal adalah 30-38
cm. Kemudian pemeriksaan
fisik pun didapatkan
keadaan bayi normal dan
tidak ada kelainan
kongenital, pemeriksaan
abdomen ditemukan bahwa
tali pusat tidak ada
perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak sedap
atau kemerahan.
Diagnosa kebidanan
yang muncul pada kasus
bayi Ny. Y ini adalah Bayi
Ny. Y usia 6 jam fisiologis.
Diagnosa ini sesuai dengan
teori Marmi dan Rahardjo
(2012; h. 493) bahwa
assesment ditegakkan
berdasarkan pengkajian data
subjektif dan objektif.
Selanjutnya dilakukakan
pelaksanaan asuhan.
Pelaksanaan asuhan
BBL 6 jam yang telah
56
dilakukan pada bayi Ny. Y
yaitu menyampaikan hasil
pemeriksaan bayi Ny. Y
dalam keadaan normal.
Selanjutnya memberikan
suntikan imunisasi Hepatitis
B di paha kanan
anterolateral bayi satu jam
setelah pemberian vitamin
K1. Menurut (Marmi &
Rahardjo, 2018) Dalam
waktu 24 jam untuk
meningkatkan efektifitas
vaksin berikanimunisasi
Hepatitis B pada bayi atau
sebelum ibu dan bayi pulang
ke rumah hal ini yang
berguna untuk memberi
kekebalan pada bayi
terhadap penyakit Hepatitis
B.
Penatalaksanaan lain
adalah memberikan
konseling mengenai
perawatan tali pusat hal ini
dimaksudkan agar bayi
terhindar dari infeksi
dengan cara membiarkan
tali pusat terbuka tanpa
diberi kassa atau betadine,
menurut penelitian yang
dilakukan oleh Reni, dkk
(2018) didapatkan bahwa
perawatan tali pusat dengan
kassa kering dibandingkan
dengan perawatan tali pusat
terbuka maka proses
pelepasannya akan lebih
cepat pada tali pusat
terbuka. Hal tersebut terjadi
akibat dari aktifitas udara
yang mempercepat
penguapan air pada jelly
Wharton yang terdapat pada
tali pusat sehingga lebih
cepat kering dan mengalami
57
mumifikasi sehingga
berubah secara morfologi
dan terlepas dari umilikus
bayi. Selain itu, serta
tentang tanda bahaya bayi
baru lahir yaitu bercak biru
kehitaman di daerah
punggung atau bokong,
bercak kemerahan di kulit
yang makin lama makin
membesar, mutah tiap kali
minum ASI, bercak putih
pada mulut, bruntusan, dan
diare yang terus menerus
disertai muntah sesuai teori
tinjunya (Marmi &
Rahardjo, 2018).
2. Asuhan Kebidanan pada
Neonatus 6 Hari
Pengkajian bayi umur 6
hari dilakukan pada tanggal
14 Maret 2021 pukul 10.15
WIB di Rumah Ny. Y. Hasil
anamnese didapatkan tidak
ada keluhan yang terjadi
pada Bayi. Ny Y. Hal ini
dibuktikan dari data objektif
hasil pemeriksaan fisik bayi
bahwa tali pusat sudah lepas
dan tidak ada tanda infeksi.
Menurut (Marmi, 2018), tali
pusat mulai kering dan
mengkerut atau mengecil
dan akhirnya lepas setelah
7-10 hari Bayi Ny. Y masih
berumur 6 hari, sehingga
masuk dalam keadaan
normal jika tali pusat telah
lepas.
Kondisi janin baik
diperkuat dengan pola
nutrisi By.Ny.Y bahwa ibu
mengatakan bayinya minum
ASI setiap 2 jam atau
ketika bayi lapar, setiap kali
menyusu bayi
58
menghabiskan waktu ± 30
menit. Sesuai dengan
(Marmi, 2017b) yang
menyatakan dalam
pemberian ASI sangat
dianjurkan dilakukan
pemberian sesuai kebutuhan
bayi, setiap 2-3 jam sekali
pada payudara kanan dan
kiri secara bergantian
sampai payudara kosong
(Marmi, 2017b).
Pola eliminasi By.Ny.Y
didapatkan hasil normal,
Bayi.Ny.Y BAB 4-5x/ hari,
warna kekuningan, lembek,
bau khas juga tidak ada
keluhan. Ibu juga
mengatakan dalam sehari
bayi BAK 8-9x/hari warna
jernih kekuningan, bau
khas, keluhan tidak ada.
Sesuai pernyataan (Marmi
& Rahardjo, 2018) Bayi
yang pencernaannya normal
akan BAB 4-5x sehari BAK
7-10 kali sehari. Pemenuhan
istirahat pada Bayi Ny.Y
tidak ditemukan penyulit
didasari dari pernyataan ibu
yang mengatakan bayi tidur
kira-kira 16 jam dalam
sehari. Normalnya dalam 2
minggu pertama setelah
lahir, bayi akan sering tidur,
bayi baru lahir sampai usia
3 bulan rata-rata tidur
selama 16 jam sehari
(Marmi & Rahardjo, 2018).
Kondisi By.Ny.Y
dalam keadaan normal dan
tidak terdapat masalah,
maka interpretasi data yang
dapat ditegakkan adalah
Bayi Ny. Y usia 6 hari
fisiologis, yang kemudian
59
dilakukan penatalaksanaan
asuhan pada neonatus 6 hari
fisiologis
Pelaksanaan yang
dilakukan pada bayi Ny. Y
sesuai dengan kebutuhan
neonatus usia 6 hari
fisiologis. yaitu mendeteksi
adanya tanda bahaya pada
bayi seperti pernafasan lebih
dari 60x/menit, suhu bayi
terlalu hangat (>38℃) atau
terlalu dingin (<36℃), Kulit
bayi kering (terutama 24
jam pertama), biru, pucat
atau memar, hisapan bayi
saat menyusu lemah,
muntah, mengantuk
berlebihan, tali pusat bayi
merah, bengkak, keluar
cairan, berbau busuk, Tinja
lembek, hijau tua, ada lendir
atau darah, Menggigil,
rewel, lemas, mengantuk,
kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus-menerus.
(Marmi & Rahardjo, 2018).
Hasil pengkajian tidak
ditemukan tanda bahaya
pada Neonatus Ny Y ,
sehingga ibu diberikan
konseling tentang menjaga
kebersihan kulit bayi,
pelaksanaan ini
dimaksudkan agar ibu
mengetahui cara merawat
kulit bayi, sehingga kulit
bayi tetap bersih dan sehat
(Marmi & Rahardjo, 2018).
Mendokumentasikan hasil
tindakan di buku KIA.
3. Asuhan Kebidanan pada
Neonatus 14 Hari
Asuhan bayi baru
lahir 2 minggu dilakukan
pada tanggal 22 Maret 2021
60
pukul 14.00 WIB. Hasil
anamnesa yang dilakukan di
rumah Ny. Y, didapatkan
ibumengatakan bayi tidak
ada keluhan. Untuk pola
pemenuhan nutrisi bayi, ibu
mengatakan bayi menyusu
kuat setiap 2 jam sekali atau
ketika bayi menangis karena
lapar. Pemberian ASI sangat
dianjurkan dilakukan
pemberian sesuai kebutuhan
bayi, setiap 2-3 jam sekali
pada payudara kanan dan
kiri secara bergantian
sampai payudara kosong
(Marmi, 2017b). Pola
Eliminasi Bayi. Ny Y pun
berjalan lancar yaitu bayi
BAB 5x sehari, warna
kuning, konsistensi lembek
dan BAK 8-10x sehari,
warna jernih kekuningan.
Menurut (Marmi &
Rahardjo, 2018) bayi baru
lahir BAK 7-10 kali sehari
dengan volume 15-16 ml/kg
BB pada bayi cukup bulan.
Warna urine yang agak
pucat menunjukkan bahwa
asupan cairan bayi cukup.
Hal ini menunjukkan pola
eliminasi dan kebutuhan
nutrisi bayi tidak ada
masalah.
Hal ini diperkuat
dengan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital yang
normal yaitu nadi 136
kali/menit, respirasi 52
kali/menit dan suhu 36,80 C.
Tanda-tanda vital normal
pada bayi baru lahir
menurut (Marmi, 2018),
denyut jantung 120-160
kali/menit, pernafasan 40-60
61
kali/menit, suhu normalnya
36,5o C - 37,5oC. Hasil
pemeriksaan fisik juga tidak
ditemukan tanda-tanda
infesksi pada pusat dan
perut bayi tidak kembung.
Kasus Bayi. Ny. Y
didapatkan bahwa kondisi
bayi dalam keadaan normal
dan tidak terdapat masalah,
maka interpretasi data yang
dapat ditegakkan adalah
Bayi.Ny. Y usia 14 hari
fisiologis. Maka selanjutnya
akan dilakukan
penatalaksanaan pada masa
nifas 14 hari normal.
Asuhan yang
dilakukan pada bayi baru
lahir usia 2 minggu
disesuaikan dengan
kebutuhan bayi yaitu
mendeteksi adanya tanda-
tanda bahaya pada bayi,
memotivasi ibu untuk selalu
memberikan ASI pada
bayinya tanpa tambahan
makanan apapun selama 6
bulan, mengingatkan ibu
untuk tetap menjaga
kebersihan dan melakukan
perawatan bayi. Selain itu,
menganjurkan ibu untuk
membawa bayinya secara
rutin ke posyandu untuk
memantau tumbuh
kembangnya serta menerima
imunisasi BCG dan polio 1
diumurnya yang 1 bulan
nanti (Marmi & Rahardjo,
2018). Berdasarkan
penelitian (Rhesa Dwi
Arianti Rachim, 2014)
Pemberian imunisasi BCG
merupakan bagian dari
faktor imunisasi yang
62
dianalisa untuk
memprediksi kejadian
tuberkulosis pada anak.
Imunisasi BCG dapat
melindungi anak dari
meningitis TB dan TB
milier dengan efek proteksi
atau efektivitas BCG
bervariasi dari 0-80%, dari
berbagai negara (Said &
Boediman, 2010).
Pelaksanaan asuhan
BBL dalam 2 minggu di
lahan praktek telah
dilakukan. Evaluasi hasil
akhir setelah dilakuakan
asuhan pada BBL adalah
didapatkannya hasil bahwa
bayi mendapatkan cukup
ASI yang ditandai dengan
kenaikan BB dan tidak
adanya masalah lain.
4. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan
asuhan manajemen kebidanan
dengan menggunakan
pendekatan komprehensif dan
pendokumentasian scara SOAP
pada Ny. Y dari kehamilan,
bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir yang dimulai dari tanggal
01 Maret 2021-23 Maret 2021.
Maka dapat disimpulkan:
a. Asuhan Kehamilan pada Ny.
Y dengan usia kehamilan 38
minggu dimulai dari
pengkajian, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan obsetri,
pada tanggal 01 Maret 2021.
Dari hasil pengkajian dan
pemeriksaan pada masa
kehamilan 38 minggu, Ny. Y
belum mngetahui tanda-tanda
persalinan, oleh karena itu
bidan memberikan asuhan
sesuai kebutuhan ibu yaitu
63
memberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda-tanda
persalinan. Pada saat
memberikan asuhan
kebidanan kehamilan tidak
ditemukan adanya penyulit
karena Ny. Y cukup
kooperatif sehingga
memudahkan bidan dalam
memberikan asuhan
kehamilan. Kehamilan Ny. Y
fisiologis dan tidak ada
penyulit.
b. Pada asuhan kebidanan
persalinan pada Ny. Y usia
22 tahun G1P0A0 dengan usia
kehamilan 39 minggu, dalam
penatalaksanaannya
dilakukan tidak dengan 60
langkah asuhan persalinan
Normal (APN). Asuhan
persalinan pada Ny. Y Ini
dilakukan tanggal 08 Maret
2021, karena pada proses
persalinan ditemukan adanya
laserasi perineum derajat 2
sehingga dilakukan
penjahitan. Persalinan
berjalan dengan normal tanpa
hambatan dan keadaan ibu
serta bayi sehat.
c. Pada masa nifas, dilakukan
pemantauan KF1 pada 6 jam
postpartum, KF2 pada 6 hari
postpartum dan KF3 pada 2
minggu postpartum. Selama
pemantauan tidak ditemukan
keluhan. Proses involusi uteri
berlangsung normal yang
tidak disertai dengan infeksi
puerperalis dengan hasil
pemeriksaan TFU pada 2
minggu postpartum sudah
tidak teraba. Luka jahit pada
perineum juga sudah kering
serta menyatu tanpa ada
64
abses. Hasil konseling KB
pasca persalinan yang
dilakukan pada KF 3, ibu
memilih untuk menggunakan
metode kontrasepsi Suntik.
d. Asuhan bayi baru lahir
kepada bayi Ny. Y dengan
jenis kelamin laki-laki
dengan berat lahir 2800 gram
dan panjang badan 48 cm.
Tidak ditemukan adanya
cacat bawaan serta tanda
bahaya bayi baru lahir. Pada
pengkajian Bayi Ny. Y usia 6
hari berat badan bayi
mengalami peningkatan 200
gr, dan pada pengkajian bayi
usia 2 minggu mengalami
peningkatan lagi berat badan
sebanyak 350 gr, hal ini
menunjukkan bahwa nutrisi
bayi telah tercukupi karena
bayi selalu diberikan ASI
secara on demand sehingga
berat badan bayi terus
bertambah setiap minggunya.
5. Saran
a. Klien
Dengan dilakukan asuhan
kebidanan komprehensif,
diharapkan pasien lebih
berperan aktif dalam
mendeteksi dini penyulit pada
masa kehamilan, bersalin,
nifas, dan BBL.
b. Bagi Bidan
Terkait dengan prosedur
kepatuhan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) saat
menolong persalinan. APD
sangat penting untuk
menghidari penularan
penyakit dan kontaminasi,
diharapkan bidan mampu
mematuhi standar operasional
yang berlaku, sehingga akan
65
terwujud persalinan yang
aman, mengingat saat ini kita
sedang dalam pandemic
covid-19.
c. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih
kooperatif dan meningkatkan
kemampuannya dalam setiap
penatalaksanaan dan
pengkajian asuhan kebidanan
komprehensif dari hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir
serta KB.
DAFTAR PUSTAKA
Alwafi Ridho Subarkah. (2018).
Gambaran Kesehatan Ibu Hamil
Berdasarkan Aktivitas Kerja Di,
151(2), 10–17.
Arfiana, & Lusiana, A. (2016).
Asuhan Neonatus Bayi Balita
dan Anak Pra Sekolah. Trans
Medika.
Darwati, L. (2018). Pengaruh
Dukungan Suami Terhadap
Pengurangan Nyeri Kala I.
10(2).
Dewi, V. N. L., & Sunarsih, T.
(2011). ASUHAN KEHAMILAN
untuk KEBIDANAN (S.
Carolina (ed.)). Salemba
Medika.
Diana, S. (2017). Model Asuhan
Kebidanan Continuity of Care.
In e-BOOK STIKES-
POLTEKKES MAJAPAHIT.
http://103.38.103.27/repository/i
ndex.php/E-
POL/article/download/839/640
Handayani, E., & Pujiastuti, W.
(2016). Asuhan Holistik Masa
Nifas dan Menyusui. Trans
Medika.
Handayani, & Mulyanti. (2017).
Dokumentasi Kebidanan.
Kemenkes RI.
Harahap, K. D. (2018). Hubungan
Pantang Makanan Dan Personal
Hygiene Dengan Penyembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Nifas
Di Klinik Niar Medan Tahun
2018. In POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES
MEDAN JURUSAN
KEBIDANAN MEDAN PRODI
D-IV.
IBI. (2016). Buku Acuan Midwifery
Update. Pengurus Pusat IBI.
Imron. (2014). METODOLOGI
PENELITIAN BIDANG
KESEHATAN.
JPNK-KR. (2014). ASUHAN
PERSALINAN NORMAL
ASUAHAN ESENSIAL BAGI
IBU BERSALIN DAN BAYI
BARU LAHIR SERTA
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI SEGERA PASCA
PERSALINAN DAN NIFAS (G.
Adriaansz (ed.)).
66
Kemenkes RI. (2018). Profil
Kesehatan Indonesia 2017.
Kementrian Kesehatan RI.
https://doi.org/10.1002/qj
Kemenkes RI. (2019). PROFIL
KESEHATAN 2018.pdf.
Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI Badan
Penelitian dan Pengembangan.
(2018). Hasil Utama Riset
Kesehatan Dasar. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia,
1–100.
M.Alamsyah aziz dkk. (2020). No
Title. Universal Testing Swab
RT-PCR, 18.
Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan
pada Antenatal.
Marmi. (2016a). Intranatal Care
(Kedua). Pustaka Pelajar.
Marmi. (2016b). INTRANATAL
CARE Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan (Kedua). Pustaka
Pelajar.
Marmi. (2017a). Asuhan Kebidanan
pada masa Antenatal. Pustaka
Pelajar.
Marmi. (2017b). Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas “Peuperium
Care” (S. Riyadi (ed.); ke
empat). Pustaka Pelajar.
Marmi. (2018). Asuhan Neonatus
Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah.pdf (VI). Pustaka
Pelajar.
Marmi, & Rahardjo, K. (2018).
Asuhan Neonatus, Bayi, Balita,
dan Anak Prasekolah. Pustaka
Pelajar.
Musafa’ah, Sestu Retno D.A, A. H.
K. (2017). DI RUANG MELATI
RSUD KABUPATEN
JOMBANG ( The Correlation
Of Rooming In With The
Production Of Breast Milk For
Postpartum Mother In The
Room Of Melati Rsud In
Jombang District ) Musafa ’ ah
, Sestu Ret no D . A , Anja H .
Kholis STIKES PEMKAB
JOMBANG. 3(2).
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018).
METODOLOGI PENELITIAN
KESEHATAN (ke tiga). Rineka
Cipta.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu
Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo, Edisi Empat
(Empat). PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu
Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo (IV). PT Bina
Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rhesa Dwi Arianti Rachim. (2014).
No Title. HUBUNGAN
PEMBERIAN IMUNISASI BCG
DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PADA ANAK
DI PUSKESMAS PANDIAN
KABUPATEN SUMENEP.
Ri, K. K. (2020). Pedoman bagi ibu
hamil, bersalin, nifas, dan bayi
baru lahir.
RI, K. K. (2019). Profit Kesehatan
Indonesia. Kemenkes RI.
Rini, Susilo dan Kumala, F. (2016).
Panduan Asuhan Nifas dan
Evidence Based Practice
(pertama). Deepublish.
Rohani, Saswita, R., & Marisah.
67
(2011). Asuhan Kebidanan
pada Masa Persalinan.
Salemba Medika.
Romauli, S. (2011a). Asuhan
Kebidanan 1.pdf (Pertama).
Nuha Medika.
Romauli, S. (2011b). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan 1 Konsep
Dasar Asuhan Kehamilan.
Nuha Medika.
Romauli, S. (2015). Asuhan
Kebidanan Konsep Dasar
Asuhan Kehamilan.
Rumini, T. J. (2020). No Title.
Pengetahuan Ibu Postpartum
Tentang Perawatan Luka
Perineum Dengan Pencegahan
Infeksi.
Sulistyawati, A., & Nugraheny, E.
(2013). Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin (R. Ervina
(ed.); Kelima). Salemba
Medika.
Widatiningsih, S., & Dewi, C. H. T.
(2017). Praktik Terbaik Asuhan
Kebidanan. Trans Medika.
Wulandari, A. (2015). Asuhan
Kebidanan Nifas (kedua).