naskah publikasi - Repository Poltekkes Semarang

67
1 NASKAH PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. Y DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DHARMA RINI KABUPATEN TEMANGGUNG Untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Program Studi Diploma III Kebidanan Magelang Disusun oleh: KHAFIDLOH NAILIROHMAH P1337424218006 PRODI DIII KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KESEHATAN SEMARANG 2020/2021

Transcript of naskah publikasi - Repository Poltekkes Semarang

1

NASKAH PUBLIKASI

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. Y

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DHARMA RINI

KABUPATEN TEMANGGUNG

Untuk memenuhi persyaratan

Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Program Studi Diploma III Kebidanan Magelang

Disusun oleh:

KHAFIDLOH NAILIROHMAH

P1337424218006

PRODI DIII KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KESEHATAN SEMARANG

2020/2021

2

Poltekkes Kemenkes Semarang

Program Studi Diploma III Kebidanan Magelang

2021

ABSTRAK

Khafidloh Nailirohmah1, Arum Lusiana, S.ST,.M.Keb2

Asuhan Kebidanan Koprehensif pada Ny. Y umur 22 tahun

di PKM Dharmarini

180 hal+ 1 lampiran

Proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga

berencana merupakan suatu hal yang fisiologis, namun dalam perjalanannya jika

tidak dipantau dan dikelola dengan baik, yang mulanya fisiologis dapat

berkembang menjadi masalah atau komplikasi yang dapat mengancam kesehatan

ibu dan bayi. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningatkan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup

kebidanan yaitu melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan

(continuity of care) mulai dari ANC, INC, Asuhan BBL, Asuhan postpartum,

Asuhan Neonatus dan Pelayanan KB yang berkualitas (Diana, 2017; h. 2-7)

Laporan tugas akhir ini disusun dengan metode penelitian yang

menggunakan studi kasus, pendokumentasian dalam bentuk SOAP. Pada studi

kasus ini subyek adalah ibu hamil fisiologis trimester III usia kehamilan 36-40

minggu, diikuti sampai proses persalinan, nifas, bayi baru lahir dan penggunaan

KB didukung dengan ditunjukkannya lembar persetujuan, penyebutan dengan

inisial dan kerahasiaan. Asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan pada Ny.Y usia 22 tahun

G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu fisiologis. Persalinan fisiologis pada usia

kehamilan 39 minggu, yang diikuti dengan nifas fisiologis, bayi baru lahir

fisiologis, dan konseling kontrasepsi pasca salin. Pada kehamilan ditemukan

kesenjangan TFU tidak sesuai usai kehamilan, nifas, dan bayi baru lahir tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan penatalaksanaan. Penatalaksanaan

pada persalinan telah sesuai dengan langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal

namun terdapat kesenjangan dimana saat menolong persalinan tidak

menggunakan APD dengan lengkap.

Kesimpulan dari laporan tugas akhir ini adalah penatalaksanaan asuhan

kebidanan pada studi kasus Ny. Y telah dilaksanakan dan didokumentasikan

menggunakan metode SOAP. Terdapat kesenjangan pada ukuran TFU dengan

usia kehamilan dan penggunaan APD saat persalianan antara teori dan

penatalaksanaan di lahan akan tetapi kesenjangan tersebut tidak menjadi penyulit

dalam pemberian asuhan dan diharapkan asuhan yang diberikan dapat bermanfaat

untuk ibu dan bayi, sehingga dapat mengurangi AKI dan AKN.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas & KB, BBL

Pustaka : 39 pustaka (tahun 2010 s.d 2020)

3

Poltekkes Kemenkes Semarang

Magelang Midwifery Diploma III Study Program

2021

ABSTRACT

Khafidloh Nailirohmah1, Arum Lusiana, S.ST,.M.Keb2

Comprehensive Midwifery Care in Ny. Y 22 years old at PKM Dharmarini

180 pages + 1 attachments

The process of pregnancy, childbirth, newborns, childbirth and family

planning is a physiological thing, but in its journey, if it is not properly monitored

and managed, physiological problems can develop into problems or

complications that can threaten the health of the mother and baby. Efforts that

can be made to improve comprehensive and quality health services for mothers

and babies in the midwifery scope are continuous midwifery care (continuity of

care) starting from ANC, INC, BBL care, postpartum care, neonatal care and

quality family planning services ( Diana, 2017; pp. 2-7)

This final report is prepared using a research method using case studies,

documentation in the form of SOAP. In this case study the subjects were

physiologic pregnant women in the third trimester of gestational age 36-40 weeks,

followed until the process of delivery, childbirth, newborns and use of family

planning were supported by showing consent forms, initial mention and

confidentiality.

This comprehensive midwifery care was carried out at Mrs. Y, 22 years

old, G1P0A0, 38 physiological weeks of gestation. Physiological delivery at 39

weeks gestation, followed by physiological puerperium, physiological newborn,

and postpartum contraceptive counseling. In pregnancy, it was found that the

TFU gap was not appropriate after pregnancy, childbirth, and newborns, there

was no gap between theory and management. Management at delivery is in

accordance with the steps of Normal Delivery Care, but there are gaps where

when helping deliveries do not use PPE completely.

The conclusion of this final report is the management of midwifery care in

the case study Ny. Y has been implemented and documented using the SOAP

method. There is a gap in the size of the TFU with gestational age and the use of

PPE when combining theory and management in the field, but this gap does not

complicate the provision of care and it is hoped that the care provided can benefit

mothers and babies, thereby reducing MMR and IMR.

Keywords : Pregnancy Midwifery Care, Childbirth, Postpartum &

Family

Planning, Bayi new born,

References : 39 libraries (from 2010 to 2020)

4

1. Pendahuluan

Pembangunan keluarga

dilakukan dalam upaya untuk

mewujudkan keluarga

berkualitas yang hidup dalam

lingkungan yang sehat. Selain

lingkungan yang sehat, kondisi

kesehatan dari tiap anggota

keluarga sendiri juga merupakan

salah satu syarat dari keluarga

yang berkualitas. Ibu dan anak

merupakan anggota keluarga

yang perlu mendapatkan

prioritas dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan, karena ibu dan

anak merupakan kelompok

rentan terhadap keadaan

keluarga dan sekitarnya secara

umum. Sehingga penilaian

terhadap status kesehatan dan

kinerja upaya kesehatan ibu dan

anak penting untuk dilakukan (

Kemenkes RI, 2019; h.97).

Angka Kematian Ibu

(AKI) menjadi indikator

keberhasilan upaya kesehatan

ibu selama masa kehamilan,

persalinan, dan nifas yang

disebabkan oleh kehamilan,

persalinan, dan nifas atau

pengelolaan tetapi bukan karena

sebab-sebab lain seperti

kecelakaan atau terjatuh disetiap

100.000 kelahiran hidup.

Indikator ini juga untuk menilai

derajat kesehatan masyarakat,

karena kepekaannya terhadap

perbaikan pelayanan kesehatan,

baik dari segi kemudahan akses

maupun kualitas. Periode tahun

2012 hingga 2015 tercatat terjadi

penurunan Angka Kematian Ibu

di Indonesia dari 359 ke 305 per

100.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2019; h.111)

5

Menurut Kemenkes RI

(2018) Pelayanan kesehatan

masa kehamilann minimal di

tiap trimester, yaitu satu kali

pada trimester pertama (usia

kehamilan 0-12 minggu),

minimal satu kali pada trimester

kedua (usia kehamilan 12-24

minggu), dan minimal dua kali

pada trimester ketiga (usia

kehamilan 24 minggu sampai

menjelang persalinan).

Pelayanan kesehatan meliputi

penimbangan berta badan,

pengukuran tinggi badan,

pengukuran tekanan darah,

pengukuran Lingkar Lengan

Atas (LiLA), pemberian tablet

tambah darah minimal 90 tablet

selama kehamilan, penentuan

presentasi janin dan denyut

jantung janin (DJJ)(Kemenkes

RI, 2019). Penilaian terhadap

pelaksanaan pelayanan

kesehatan ibu hamil dapat

dilakukan dengan melihat

cakupan K1 dan K4. Cakupan

kunjungan ibu hamul di Provinsi

Jawa Tengah tahun 2017 K1

sebesar 92,53 persen dan

cakupan K4 sebesar 93,26

persen sudah diatas targer

Renstra 2017 yang sebesar 75

persen. Hasil cakupan K1 dan

K4 menunjukkan adanya

peningkatan akses masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan

ibu yang diberikan oleh tenaga

kesehatan. (Kemenkes RI,

2018).

Program yang dijalankan

untuk mencapai target

penurunan AKI salah satunya

Program Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi

(P4K). Program ini

6

menitiberatkan fokus monitoring

terhadap ibu hamil dan bersalin.

Dalam pelaksanaan P4K,

bertujuan agar masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang

aman dan persiapan menghadapi

komplikasi kehamilan,

persalinan, dan nifas (Kemenkes

RI, 2018). Pada tahun 2018

sebanyak 94,16% puskesmas di

Indonesia teregistrasi telah

melaksanakan orientasi

P4K.(Kemenkes RI, 2019)

Pelayanan kesehatan ibu

nifas harus dilakukan minimal

tiga kali sesuai jadwal yang

dianjurkan, yaitu enam jam

sampai tiga hari pasca

persalianan, pada hari ke empat

sampai dengan hari ke 28 pasca

persalinan, dan pada hari ke-29

sampai dengan hari ke-42 pasca

persalinan. (Profil Kesehatan

Indonesia, 2019). Cakupan ibu

nifas yang mendapat pelayanan

kesehatan nifas dari tahun 2013-

2017 terlihat bahwa sejak tahun

2013 cenderung meningkat

meskipun peningkatannya tidak

terlalu signifikan. Kabupaten/

Kota dengann cakupan

pelayanan nifas tertinggi adalah

Banyumas yaitu 100 persen dan

Demak 100 persen. Kabupaten/

kota dengan cakupan pelayanan

nifas terendah adalah Brebes

yaitu 85,6 persen, diikuti Kota

Semarang 90 persen, dan Pati

92,3 persen (Kemenkes RI,

2018).

Kunjungan neonatal

idealnya dilakukan 3 kali yaitu

pada umur 6-48 jam, umur 3-7

hari, dan umur 8-28 hari.

Indikator yang menggambarkan

upaya kesehatan yang dilakukan

7

untuk mengurangi risiko

kematian pada periode neonatal

yaitu 6-48 jam setelah lahir

adalah cakupan Kunjungan

Neonatal Pertama atau KN1

(Kemenkes RI, 2019). Menurut

(Kementerian Kesehatan RI

Badan Penelitian dan

Pengembangan, 2018)

persentase kunjungan neonatal

KN1 sebesar 84,1 %, persentase

KN2 sebesar 71,1%, persentase

KN3 sebesar 50,6%, dan

persentase KN lengkap sebesar

43,5%. (Kemenkes RI, 2018).

KB merupakan salah satu

strategi untuk mengurangi

kematian ibu khususnya ibu

dengan kondisi 4T yaitu Terlalu

muda melahirkan (di bawah usia

20 tahun), Terlalu sering

melahirkan, Terlalu dekat jarak

melahirkan, dan Terlalu tua

melahirkan (di atas usia 35

tahun). KB juga merupakan

salah satu cara yang paling

efektif untuk meningkatkan

ketahanan keluarga, kesehatan,

dan keselamatan ibu, anak, serta

perempuan. Cakupan peserta KB

aktif Provinsi Jawa Tengah

tahun 2017 sebesar 76,9 persen,

mengalami peningkatan

dibandingkan pencapaian tahun

2016 yaitu 78,6 persen.

Kabupaten/kota dengan cakupan

tertinggi adalah Rembang yaitu

84,1 persen, diikuti Semarang

83,1 persen, dan Temanggung

82,7 persen. Kabupaten/kota

dengan cakupan terrendah

Kudus yaitu 61,3 persen, diikuti

Jepara 63,1 persen, dan Brebes

68,4 persen (Kemenkes RI,

2018).

8

Upaya yang dapat

dilakukan untuk meningatkan

pelayanan kesehatan yang

menyeluruh dan bermutu kepada

ibu dan bayi dalam lingkup

kebidanan yaitu melakukan

asuhan kebidanan secara

berkesinambungan (continuity of

care) mulai dari ANC, INC,

Asuhan BBL, Asuhan

postpartum, Asuhan Neonatus

dan Pelayanan KB yang

berkualitas (Diana, 2017; h. 2-7)

Berdasarkan hal tersebut maka

penulis tertarik akan melakukan

asuhan kebidanan secara

berkelanjutan pada ibu hamil

trimester III minimal usia

kehamilan 36 minggu hingga

proses persalinan, nifas, dan

sampai menjadi akseptor

keluarga berencana (KB) serta

asuhan pada bayi baru lahir

(BBL). Hal ini dilakukan untuk

mengaplikasikan ilmu teori serta

pengalaman yang telah didapat

dengan harapan asuhan yang

diberikan dapat meningkatkan

derajat kesehatan ibu dan bayi

serta kualitas calon tenaga

kesehatan terutama Bidan.

9

2. Metode

Metode penelitian yang

digunakan dalam laporan ini

adalah jenis penelitian studi

kasus atau Case Study yaitu

dengan cara meneliti suatu

permasalahan melalui suatu

kasus yang terdiri dari unit

tunggal (Notoatmodjo, 2012; h.

47). Pada study kasus ini subyek

yang digunakan adalah diambil

satu sampel dari seorang ibu

hamil fisiologis trimester III usia

kehamilan 36-40 minggu, diikuti

sampai proses persalinan, nifas,

bayi baru lahir dan penggunaan

KB.

3. Hasil dan Pembahasan

A. Asuhan Kebidanan pada

Kehamilan TM III

Tanggal 01 Maret

2021 dilakukan pengkajian

pada pukul 09.00 WIB di

PKM Dharma Rini. Hasil

anamnesa klien adalah

seorang ibu hamil trimester

III dengan usia kehamilan

38 minggu, klien adalah

seorang pegawai pabrik

sepatu. Klien mengatakan

selama bekerja tidak terlalu

banyak berdiri, tidak

mengangkat beban dan saat

ini ibu sudah mengambil

cuti selama 1 bulan

Menurut (Romauli, 2015; h.

111). Pekerjaan ibu dikaji

berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh pada

kehamilan. Misalnya,

berdiri terlalu lama,

mengangkat barang berat,

dan paparan radiasi. Ny. S

mengatakan bahwa saat ini

tidak ada keluhan. Menurut

penelitian yang dilakukan

10

oleh Alwafi Ridho

Subarkah (2018), pekerjaan

fisik dengan waktu istirahat

singkat, posisi dalam

bekerja yang tidak

diperhatikan, pekerjaan

yang beresiko

menimbulkan kelelahan

memperbesar kemungkinan

terjadinya trauma dan

kelelahan pada ibu hamil,

maka dari itu pekerjaan ibu

perlu dikaji untuk

menentukan asuhan atau

konseling yang akan

diberikan.

Hal ini dapat dilihat

dari riwayat kesehatan,

riwayat kesehatan tidak ada

yang mengarah ke hal yang

bisa menyebabkan kerugian

atau gangguan kehamilan

pada ibu. Hasil anamnesa

menyebutkan bahwa ibu

mengatakan tidak ada

riwayat kesehatan baik dari

penyakit menurun (jantung,

hipertensi, asma, DM) dan

penyakit menular

(HIV/AIDS, PMS, TBC,

Hepatitis). Selain itu, dari

segi aktifitas ibu sudah

mengambil cuti selama 1

bulan sehingga aktifitas

sehari-hari ibu saat ini

melakukan pekerjaan

rumah tangga yang dibantu

oleh suaminya. Sehingga,

pekerjaan ibu tidak

beresiko mengalami

kerugian yang dapat

mengganggu tumbuh

kembang janin. Hal ini

mendukung untuk bayi

cepat masuk ke dalam

rongga panggul. Selain itu,

11

untuk data psikososialnya

klien mampu menerima

mampu menerima semua

jenis pelayanan yang

diberikan oleh tenaga

kesehatan laki-laki maupun

perempuan hal ini

mempermudah nakes untuk

melakukan asuhan dan

konseling.

Berdasarkan hal

tersebut selanjutnya yaitu

dilakukan pemeriksaan

leopold. Pemeriksaan

leopold I yaitu TFU 2 jari

dibawah px, bagian fundus

teraba satu bagian lunak

dan tidak melenting,

leopold II bagian kiri perut

ibu teraba panjang keras

seperti papan sedikit ada

tahanan bagian kiri perut

ibu teraba bagian

ekstremitas kecil terputus-

putus, leopold III teraba 1

bagian kepala, keras,

melenting, leopold IV

didapatkan bahwa hasil

pemeriksaan teraba satu

bagian kepala dan sudah

masuk pintu atas panggul.

Menurut teori

Widatiningsih (2017; h.

184), jika kepala janin

sudah masuk pintu atas

panggul, maka didapatkan

cara untuk menghitung

taksiran berat janin, yaitu

(TFU-12)x155. Pada hasil

pemeriksaan, TFU Ny. Y

adalah 30 cm. Karena

kepala janin sudah

memasuki panggul,

didapatkan TBJ dari Ny. Y

adalah ((30-11) x 155) =

29.45 gram).

12

Hasil pengukuran

TFU dalam sentimeter tidak

sesuai jika diasosiasikan

dengan usia kehamilan ibu,

dimana menurut teori

(Widatiningsih dan Dewi,

2017; h.184) umur

kehamilan 38 minggu

perkiraannya 31-35 cm.

Pada Ny. Y TFU 30 cm

didapatkan pada usia 38

minggu. Namun

perhitungan TBJ pada UK

yang terjadi

ketidaksesuaian antara teori

menunjukan bahwa TBJ

sudah berada di atas ukuran

minimal (minimal 2500gr)

sehingga janin tidak

dikhawatirkan mengalami

retradasi intrauteri maupun

lahir dengan BBLR akibat

ukuran TFU yang lebih

kecil dari seharusnya.

Pemeriksaan taksiran berat

janin menggunakan rumus

(TFU dalam cm – n) x 155n

=11 jika kepala sudah

masuk PAP. Pada Ny. Y

posisi kepala sudah mausk

PAP maka penghitungan

TBJ didapatkan hasil (30-

11) x155= 2945 gram.

Sehingga TBJ Ny. Y telah

masuk dalam kategori

normal menurut teori

Kosim (2007) dan Depkes

RI (2005) dalam Marmi

(2012:h.5) , yang

menyebutkan berat badan

BBL normal adalah 2500-

4000 gram. . Serta

pemeriksaan DJJ terdengar

1 DJJ di sebelah kanan

perut ibu 148x/menit. hal

tersebut dapat dikatakan

13

bahwa janin hidup, terdapat

satu janin (tunggal) dan

hasil DJJ dalam batas

normal. Hal ini sesuai

dengan teori (Marmi,

2016a) denyut jantung janin

normalnya 120-160x/menit.

Maka Dapat disimpulkan

bahwa keadaan ibu dan

janin dalam keadaan sehat,

normal

Keadaan ibu dan janin

normal didukung dari

pemeriksaan kehamilan

(ANC) yang rutin, sehingga

kehamilan ibu terus

terpantau serta mengurangi

kemungkinan terjadinya

komplikasi pada kehamilan.

Diketahui Ny. Y melakukan

pemeriksaan ANC selama

kehamilan sebanyak 10

kali, hal ini sesuai dengan

teori yaitu kunjungan

antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit 4

kali selama kehamilan

Menurut Sulistyowati

(2015), Kunjungan

antenatal dilakukan pada

Trimester I sebanyak 1 kali,

Trimester II sebanyak 1

kali, Trimester III sebanyak

2 kali. Dari hasil kunjungan

ANC, dapat dikatakan

kehamilan ibu normal

Berdasarkan hal

tersebut selama kehamilan

ibu telah mengkonsumsi 90

tablet Fe yang berarti sudah

terpenuhinya jumlah

minimal ibu hamil harus

mengonsumsi tablet Fe

selama kehamilannya.

Menurut Penelitian Indah

Oktaviani, dkk (2016)

14

Suplemen Fe yang

diberikan sesuai standar

pelayanan antenatal care

yaitu 90 tablet selama

kehamilan dan pola makan

baik maka akan

memberikan pengaruh pada

status Hb, dalam artian

meningkat secara

bermakna, dari yang

anemia menjadi tidak

anemia lagi. Diketahui

bahwa Ny. Y telah

mengkonsumsi zat besi

selama kehamilan, hal ini

sesuai dengan teori

sehingga tidak terdapat

kesenjangan. Pada kasus

didapatkan data kadar

haemoglobin pada ibu saat

Trimester III yaitu 13,4

gr/dl, serta hasil

pemeriksaan fisik Ny. Y

pada mata konjungtiva

bewarna merah dan muka

tidak pucat dan dapat

disimpulkan bahwa ibu

telah memenuhi kebutuhan

zat besi dan terhindar dari

resiko anemia.

Berkaitan

dpemeriksaan kesehatan

ibu, didapatkan hasil bahwa

ibu dalam keadaan normal.

Hal ini di dukung dengan

pemeriksaan tanda-tanda

vital dengan hasil tekanan

darah ibu 120/70 mmHg,

nadi: 82x/menit, suhu:

36,5o C, pernafasan:

20x/menit. Hal ini sesuai

dengan teori menurut

(Romauli, 2015; h. 173),

tekanan darah normalnya

sistol 110-140 mmHg dan

diastol 70-90 mmHg. Nadi

15

dihitung dalam satu menit,

normalnya 60-80x/menit.

Suhu tubuh normal 36-

37,5˚C dan pernapasan

normal dalam 1 menit

sebanyak 16-24 kali. Selain

itu, pemeriksaan yang

mendukung adalah

pemeriksaaan berat badan,

berat badan sebelum hamil

39kg dan sesudah hamil

menjadi 55kg hal ini

terdapat kenaikan 16 kg

dengan IMT normal yaitu

21,4. Hal ini sesuai dengan

teori menurut 2017; h. 180),

bahwa nilai IMT

mempunyai rentang sebagai

berikut : IMT 19,8 – 26,6

berarti normal yaitu berat

badan ibu sesuai dengan

tinggi badannya ; IMT

<19,8 berarti under weight

artinya berat badan ibu

terlalu rendah dibandingkan

tinggi badannya ; IMT 26,6

– 29,0 berarti berat badan

ibu berlebihan

dibandingkan dengan tinggi

badannya. Hal ini

menunjukkan bahwa

keadaan ibu dan janin sehat

dalam kondisi normal

Klien dengan

kehamilan pertamanya dan

saat ini usia kehamilannya

sudah mendekati

persalinan. Namun,

dikarenakan ini kehamilan

yang pertama kali sehingga

ibu belum pernah

mengalami tanda-tanda

persalinan dan persiapan

persalinan. Hal ini di

dukung dengan pasien

mengatakan belum

16

mengetahui tanda dan

persiapan persalinan.

Masalah tersebut menjadi

dasar dalam memberikan

konseling dengan asuhan

kepada klien. Sehubungan

dengan pemberian

konseling dan pelaksanaan

asuhan kepada klien. Klien

merupakan lulusan SMU

dan klien seorang yang

kooperatif jadi dalam

memberikan konseling dan

asuhan kepada klien lebih

mudah. Pendidikan

kesehatan yang diberikan

kepada klien, yaitu

memberitahu tentang

kondisi ibu dan janin, hal

ini dimaksudkan agar ibu

mengetahui tentang kondisi

diri dan janinnya.

Asuhan kehamilan

yang diberikan kepada

klien, hal ini telah

disesuaikan dengan

kebutuhan ibu. Untuk

pemeriksaan klien dan janin

dalam keadaan normal ibu

juga telah diberikan

beberapa konseling dan saat

ini usia kehamilan ibu 38

minggu, dimana kondisi

tersebut menunjukkan

bahwa kehamilan ibu sudah

cukup bulan. Sehingga,

klien diberikan konseling

tentang tanda- tanda

persalinan agar jika klien

mengerti salah satu tanda

persalinan tersebut maka

klien segera ke fasilitas

kese

hatan terdekat. Berkaitan

dengan persalinan yang

17

sudah didekat meastikan

pesiapan persalinan seperti

biaya, kebutuhan ibu dan

bayi seperti baju, popok,

bedong, kain jarik, alat

mandi. Hal ini bertujuan

agar klien segera

mempersiapkan apa saja

yang harus dibawa dan

diperlukan.

Berdasarkan asuhan

yang dilakukan pada ibu

hamil trimester III

diperoleh hasil evaluasi, ibu

mampu mengulang tanda-

tanda persalinan dan ibu

bersedia mempersiapkan

kebutuhan dirinya dan bayi

menjelang persalinan, serta

pada pemeriksaan yang

dilakukan kepada ibu

diperoleh hasil bahwa ibu

dalam keadaan sehat. Hal

ini di dukung dengan hasil

pemeriksaan keadaan

umum, tanda-tanda vital,

pemeriksaan fisik maupun

obstetri pada klien

didapatkan hasil yang

normal. Sehingga secara

keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa

kehamilan Ny. Y dalam

keadaan sehat dan normal.

B. Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Bersalin Normal

Pada tanggal 8 Maret

2021 pukul 12.00 WIB

dilakukan pengkajian

terhadap Ny. Y yang datang

ke PKM Dharma Rini

dengan keluhan merasa

kenceng-kenceng di perut

dan punggung bagian

bawah sejak tanggal 8

Maret 2020 sekitar jam

18

05.00 WIB, kencang-

kencang mulai sering dan

teratur sejak jam 12.00

WIB disertai keluarnya

lendir bercampur darah dari

kemaluannya sejak tanggal

4 Maret 2021 pukul 12.00

WIB. Kenceng-kenceng

yang terjadi secara teratur

hingga saat ini, serta

keluarnya lendir darah yang

ibu alami merupakan salah

satu tanda-tanda persalinan

normal, seperti teori

(Marmi, 2016a) tanda

persalinan yaitu adanya His

atau nyeri perut yang

menimbulkan pembukaan

serviks dan merasakan

kontraksi. His memiliki ciri

rasa sakit pada pinggang

yang menjalar ke depan,

teratur, jaraknya makin

pendek, semakit terasa

kuat, jika melakukan

mobilitas maka his akan

semakin terasa. Serta

keluarnya lendir darah

adalah lendir yang berasal

dari lepasnya lendir di

kanalis servikalis saat

pembukaan. Namun dalam

keadaan seperti ini, Ny. Y

terlihat tetap tenang

menjalani proses

pembukaan dengan

kontraksi yang teratur dan

semakin lama semakin

sering.

Keluhan yang ibu

rasakan maka dilakukanlah

pemeriksaan dalam

dilakukan untuk

menentukan konsistensi dan

pendataran serviks

(termasuk kondisi jalan

19

lahir, mengukur

pembukaan, menilai selaput

ketuban, menentukan

presentasi dan seberapa

jauh bagian terbawah janin

telah melalui jalan lahir,

serta menentukan

denominator). Hal ini

menunjukkan bahwa ibu

sudah mengalami tanda-

tanda persalinan, sehingga

perlu dipastikan apakah

sudah inpartu atau belum

dengan melakukan

pemeriksaan dalam dimana

menurut Rukiyah (2009;

h.42 Pada pemeriksaan

dalam yang dilakukan pada

Ny. Y diperoleh hasil yaitu,

vulva/vagina tenang, portio

tipis, effacement 70%,

pembukaan 7cm, kulit

ketuban utuh, POD belum

teraba, moulage 0, kepala

turun H 1, tidak teraba

bagian lain, STLD (+), dari

hasil pemeriksaan yang

dilakukan menunjukkan

bahwa Ny. Y sudah

memasuki inpartu kala I

fase aktif. Menurut

(Sulistyawati & Nugraheny,

2013) yang dikatakan fase

aktif kala I persalinan

adalah pembukaan serviks

4 cm sampai pembukaan

lengkap (10 cm). Sehingga

saat ini ibu sudah masuk

inpartu dan berada dalam

persalinan kala I fase aktif.

Kondisi ibu normal

dibuktikan dengan

dilakukan pemeriksaan

tanda-tanda vital ibu

dengan hasil normal yaitu

tekanan darah 120/80

20

mmHg, nadi: 80x/menit,

suhu: 36,8o C, pernafasan:

22x/menit. Menurut

(Romauli, 2015) tekanan

darah normal yaitu sistol

110-140 mmHg dan diastol

70-90 mmHg. Nadi

dihitung dalam satu menit,

normalnya 60-80x/menit.

Suhu tubuh normal 36-

37,5˚C dan pernapasan

normal dalam 1 menit

sebanyak 16-24 kali.

Selanjutnya, klien Ny. Y

dan janinnya menunjukkan

kondisi normal didukung

oleh pemeriksaan leopold

yaitu leopold I teraba satu

bagian lunak dan tidak

melenting tinggi fundus

uteri 3 jari dibawah px,

leopold II bagian kiri perut

ibu teraba panjang keras

seperti papan ada tahanan,

bagian kanan perut ibu

teraba bagian kecil

terputus-putus, leopold III

teraba satu bagian keras,

melenting, leopold IV

didapatkan hasil teraba satu

bagian kepala yang sudah

masuk panggul (divergent)

dengan perlimaan 3/5,

sesuai dengan hasil periksa

dalam yang menunjukan

bagian terendah bayi sudah

di bidang hodge III. Data

yang mendukung adalah

Pemeriksaan DJJ

ditemukan 1 DJJ di sebelah

kanan perut ibu dengan

hasil 140x/menit hal

tersebut dapat dikatakan

bahwa janin hidup, terdapat

satu janin (tunggal) dan

hasil DJJ dalam batas

21

normal. Hal ini sesuai

dengan pernyataan (Marmi,

2016a) denyut jantung janin

normalnya 120-160x/menit.

Dengan demikian, hasil

pemeriksaan, kondisi serta

kesejahteraan janin normal.

Berdasarkan hasil

pemeriksaan dan

pengkajian yang telah

dilakukan pada klien tidak

ditemukan adanya masalah

yang berpotensi menjadi

penyulit ibu dalam proses

persalinan. Maka

interpretasi data yang dapat

ditegakkan adalah Ny Y

usia 22 tahun G2P1A0 UK

39 minggu janin tunggal,

hidup, intrauterine,

presentasi belakang kepala,

puki, inpartu kala I fase

aktif, fisiologis.

Dalam

penatalaksanaannya serta

asuhan yang diberikan pada

Ny. Y memberikan

dukungan emosional

dengan menghadirkan

suami untuk mendampingi

ibu selama persalinan,

Menurut penelitian

(Darwati, 2018) Dukungan

dari suami sangat

diperlukan karena

berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa pemberian

dukungan secara fisik,

emosional dan psikologis

selama persalinan akan

dapat membantu

mempercepat proses

persalinan dan membantu

ibu memperoleh kepuasan

dalam melalui proses

persalinan normal,

22

mengajarkan ibu teknik

manajemen nyeri yaitu

relaksasi nafas dalam

dengan menarik nafas lewat

hidung lalu

menghembuskannya secara

perlahan lewat mulut dan

dilakukan berulang ulang

saat ada kontraksi dengan

tujuan untuk membuat ibu

lebih rileks, dan

menurunkan tingkat nyeri

yang dirasakan ibu,

menganjurkan ibu miring

ke kiri bertujuan untuk

mempercepat proses

persalinan.Kemudian

memantau secara berkala

kemajuan persalinan

dengan hasil patograf untuk

mendeteksi apakah proses

persalinan normal atau

tidak (Rohani, 2011).

Pemantauan melalui

partograf mulai dilakukan

pada 8 Maret 2021 jam

12.00 dari pembukaan 7 cm

sampai pembukaan 10 cm

(lengkap). Berdasarkan

hasil pemantauan partograf

Ny. Y didapatkan hasil

yang normal.

Setelah pukul 15.00

munculnya rasa ingin BAB

yang dirasakan Ny. Y

menjadi salah satu indikasi

bahwa Ny. Y sudah

memasuki inpartu kala II,

sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh

Sulistyawati dan

Nugraheny (2013; h.8)

dimana gejala kala II

seperti adanya his yang

semakin kuat dengan

interval 2-3 menit dengan

23

durasi 50 sampai 100 detik,

ketuban pecah, serta diikuti

dengan keinginan megejan

sedangkan menurut Marmi

(2016; h.13) kala II disebut

juga dengan kala

pengeluaran, kala ini

dmulai dari pembukaan

lengkap (10cm) sampai

bayi lahir. Dan menurut

Sulistyawati dan

Nugraheny (2013; h.234)

kala II dapat dilihat dari

ekspresi wajah pasien serta

bahasa tubuh (body

language) yang

menggambarkan suasana

fisik dan psikologis pasien

menghadapi kala II, vulva

dan anus membuka,

perineum menonjol, hasil

pemantauan kontraksi

menunjukkan durasi lebih

dari 40 detik, frekuensi

lebih dari 3 kali dalam 10

menit, intensitasnya kuat,

dan hasil pemeriksaan

dalam menunjukkan bahwa

pembukaan serviks sudah

lengkap.

Berdasarkan hal

tersebut untuk memastikan

bahwa Ny. Y sudah benar

memasuki inpartu kala II

hal ini didukung dengan

hasil pemeriksaan dalam

sebagai berikut

vulva/vagina tenang, portio

tidak teraba, efficement

100%, pembukaan lengkap,

KK (-), POD UUK Kiri

Depan, molase 0, kepala

turun H4, bagian lain yang

menumbung tidak ada,

STLD (+), pemeriksaan

dalam yang dilakukan ini

24

atas indikasi adanya tanda

gejala kala II dan ketuban

pecah spontan, dimana

menurut teori Sulistyawati

(2013;h.66) ketuban akan

otomatis pecah dengan

sendirinya ketika

pembukaan hampir atau

sudah lengkap.

Pemeriksaan dalam

dilakukan pukul 15.00

WIB, yang didapatkan hasil

bahwa Ny. Y sudah

memasuki persalinan kala

II.

Berdasarkan hasil-

hasil pemeriksaan dan

pengkajian yang telah

dilakukan kondisi ibu

normal, serta tidak

ditemukan kondisi yang

akan memperburuk proses

persalinan Kala II, maka

interpretasi data yang dapat

ditegakkan adalah Ny. Y

usia 22 tahun, G1P0A0,

usia kehamilan 39 minggu,

janin tunggal, hidup,

intrauterine, puki,

presentasi belakang kepala,

inpartu kala II fisiologis.

Berdasarkan interpretasi

data tersebut maka

dilakukan penatalaksanaan

persalinana kala II.

Asuhan persalinan

kala II yang dilakukan pada

Ny. Y sesuai dengan

Asuhan persalinan kala II

menurut Marmi

(2017;h.196-198).

Pendampingan suami

dilakukan serta tetap

memberikan pemenuhan

nutrisi. Pertolongan

persalinan dimulai dengan

25

memberitahu ibu untuk

megejan saat ada his.

Kemudian saat kepala

sudah berada di vulva

dengan diameter 5-6 cm,

pasang handuk bersih untuk

mengeringkan bayi pada

perut ibu. Saat kepala turun,

tangan kanan menahan

perineum dengan arah

tahanan ke dalam dan ke

bawah sedangkan tangan

kiri menahan kepala bayi

agar tidak defleksi

maximal. Kemudian

memeriksa adakah lilitan

tali pusat, setelah kepala

lahir, menunggu putaran

paksi luar yang terjadi

dengan sendirinya. Setelah

putaran paksi luar selesai,

memegang kepala bayi

secara biparietal, dengan

pelan menggerakkan kearah

bawah dan distal hingga

bahu depan mencapai di

bawah arkus pubis dan

kemudian gerakkan ke arah

atas untuk melahirkan bahu

belakang. Setelah kedua

bahu lahir, geser tangan ke

bawah untuk menyangga

kepala dan bahu bayi

Telusuri bagian atas bahu

bayi dengan tangan yang

disebelah atas. Setelah

menyusuri bahu yang telah

lahir, maka dilanjutkan

menyusuri bokong dan kaki

lalu meyelipkan jari

telunjuk diantara kedua

tungkai bayi, setelah itu

mengeringkan bayi dan

melakukan rangsangan

taktil pada tubuh bayi

26

dengan kain atau selimut

diatas perut ibu.

Pastikan bahwa

kepala bayi tertutup dengan

baik lalu melakukan IMD

pada bayi dengan kontak

kulit dengan ibu yang

bertujuan untuk menjaga

kehangatan bayi serta

memperkuat hubungan ibu

dan bayi. Setelah dipimpin

mengejan selama 60 menit

bayi lahir spontan tanggal 8

Maret pukul 15.15 WIB.

Proses persalinan ibu

berjalan normal, tidak

ditemukan penyulit dalam

pertolangan persalinan kala

II ibu, keadaan umum bayi

baik, menangis kuat,

gerakan aktif, warna kulit

kemerahan jenis kelamin

perempuan.

Sehubungan dengan

saat ini merupakan masa

pandemi COVID-19,

dimana pada kondisi ini

semua individu harus

melakukan pencegahan

dengan menerapkan

protokol kesehatan guna

mencegah penyebaran virus

covid dan perlu ditekankan

bahwa petugas kesehatan

harus meningkatkan level

pemakaian APD pada saat

menolong persalinan agar

tidak terjadi penularan

antara penolong dengan

klien ataupun sebaliknya.

(Kemenkes RI, 2020)

menyatakan pedoman

pemakaian APD pada saat

menolong persalinan di era

pandemi dengan ibu

bersalin tidak terkonfirmasi

27

covid-19 yaitu, memakai

APD Level 2 yang terdiri

dari penutup kepala,

kacamata, masker medis,

face shield, handscoen,

apron atau gown, sepatu

boot. Sedangkan pada ibu

bersalin dengan

terkonfirmasi covid-19

yaitu menggunakan APD

Level 3 yang terdiri dari

penutup kepala, kacamata,

masker N95, gown, apron,

sarung tangan bedah karet

steril, dan sepatu boots.

Pada kasus, saat menolong

persalinan penolong hanya

memakai face shield,

masker, clemek, gown, dan

sandal, tanpa memakai

sepatu, tutup kepala, dan

kacamata. Sehingga, hal

tersebut rentan terjadi

penularan virus covid-19

antara ibu dengan klien atau

sebaliknya.

Pada saat pertolongan

persalinan petugas tidak

menggunakan APD tingkat

2 secara lengkap, namun

sudah hampir lengkap yaitu

sudah menggunakan

celemek, masker, bot

kemudian menggunakan

handscoon steril saat

melakukan pemeriksaan

dalam tetapi tidak memakai

kaca mata pelindung /face

shield dan topi pelindung.

Hal ini terdapat

kesenjangan antar teori

menurut (Rukiah, dkk.,

2009; h. 105) bahwa

seorang bidan saat

melakukan pertolongan

persalinan harus

28

menggunakan APD tingkat

2 secara lengkap yaitu

clemek plastik, penutup

kepala, masker, pelindung

mata, sepatu bot, dan baju

gown, Hal ini karena cara

perpindahan infeksi dari

pasien ke tenaga kesehatan

melalui kontak langsung

dengan cairan darah,

ketuban dari pasien yang

terinfeksi juga untuk

mencegah penularan Covid

19. Oleh karena itu untuk

mengantisipasi masalah

tertularnya infeksi

hendaklah menyiapkan

APD secara lengkap saat

menolong peralinan.

Setelah kelahiran bayi

maka asuhan serta tindakan

selanjutnya adalah

membantu proses kelahiran

plasenta atau persalinan

kala III, berdasarkan hasil

pengkajian didapatkan data

bahwa ibu merasa senang

dan bersyukur bayinya

sudah lahir dan ibu

mengatakan perut bagian

bawahnya terasa mulas. Hal

ini sesuai dengan

pernyataan (Sulistyawati &

Nugraheny, 2013) bahwa

saat dimulainya persalinan

kala III pasien mengatakan

bayinya telah lahir, tetapi

ari-arinya belum lahir, serta

perutnya terasa mulas.

Keluhan perut mulas yang

dirasakan ibu adalah

kontraksi uterus yang

terjadi karena proses

kelahiran plasenta.

Sehingga kondisi ibu saat

ini normal.

29

Hal lain yang

mendukung pengkajian

adalah data objektif

persalinan kala III yang

didapatkan bayi telah lahir

normal spontan tanggal 8

Maret pukul 15.15 WIB

menangis kuat, gerakan

aktif, warna kulit

kemerahan jenis kelamin

perempuan, tampak tali

pusat memanjang, terdapat

semburan darah, plasenta

belum lahir, kontraksi

uterus keras, dan TFU

setinggi pusat.

(Sulistyawati & Nugraheny,

2013) menyatakan bahwa

terdapat tanda-tanda

pelepasan plasenta seperti

perubahan bentuk uterus,

tali pusat memanjang,

adanya semburan darah,

dan kontraksi uterus kuat

saat persalinan kala III

berlangsung.

Tanda-tanda tersebut

menjadi dasar

ditegakkannya interpretasi

data Ny. Y usia 22 tahun

P1A0 dalam persalinan kala

III fisiologis. Dengan

demikian, dapat dilakukan

penatalaksanaan

persalinana kala III secara

fisiologis sesuai teori

manajemen aktif kala III

(Sulistyawati & Nugraheny,

2013) adalah mengecek

adanya janin kedua

sebelum dilakukan

penyuntikan oksitosin 10

IU secara IM di 1/3 paha

atas bagian distal lateral.

Waktu penyuntikan

oksitosin masih dalam batas

30

normal, yaitu dalam 1

menit setelah bayi lahir.

Tujuan pemberian suntikan

oksitosin supaya uterus

berkontraksi dengan kuat

sehingga dapat membantu

pelepasan plasenta dan

mengurangi kehilangan

darah. Kemudian meminta

keluarga memberikan

minum kepada ibu untuk

memenuhi kebutuhan

cairannya setelah

sebelumnya melewati

proses persalinan.

Penatalaksanaan

selanjutnya menurut

(Sulistyawati & Nugraheny,

2013) adalah dilakukan

pengkleman dan

pemotongan tali pusat,

pada kasus Ny. S dilakukan

penjepitan dan pemotongan

tali pusat ± 2 menit setelah

bayi lahir, tali pusat sedini

mungkin akan

mempercepat proses

perubahan sirkulasi darah

pada bayi baru lahir.

Menurut penelitian

Batlajery, dkk (2014),

bahwa terdapat pengaruh

lama waktu penjepitan tali

pusat dengan kadar Hb

pada bayi usia 3 hari.

Semakin lama penundaan

waktu penjepitan tali pusat,

akan meningkatkan kadar

Hb bayi dan mengurangi

risiko anemia pada bayi

baru lahir. Hasil penelitian

didapatkan kadar Hb bayi

adalah 14-20,8 g/dl dan rata

rata 17,46 g/dl. Rata-rata

Hb bayi pada penjepitan tali

pusat < 2 menit adalah 15,9

31

gr/dl. Pada penjepitan tali

pusat 2-7 menit rata rata

kadar Hb nya 17,8 g/dl.

Penjepitan tali pusat > 7

menit, rata rata Hb bayi

adalah 19,66 gr/dl. Ada

perbedaan kadar Hb

diantara ketiga waktu

penjepitan tali pusat.

Kemudian dilakukan

Penegangan Tali Pusat

Terkendali (PTT) selama

uterus berkontraksi,

berguna untuk

mempersingkat proses kala

III dan mengurangi

terjadinya perdarahan.

Pada kasus Ny.Y

plasenta lahir 10 menit

setelah kelahiran bayi, yaitu

tanggal 8 Maret 2021 pukul

15.15 WIB dengan plasenta

lahir lengkap, utuh,

diameter ± 20 cm, tebal ± 2

cm, panjang tali pusat ± 40

cm. Hal ini normal

berdasarkan teori

(Sulistyawati & Nugraheny,

2013) panjang plasenta

normal ± 40 cm diameter ±

20 cm, tebal ± 3 cm

kotiledon 16-20 buah

Setelah plasenta lahir

dilakukan masase fundus

uteri dan pengecekan

kelengkapan plasenta,

kemudian mengevaluasi

pendarahan dan juga

laserasi. Pada pemeriksaan

jalan lahir ditemukan

laserasi derajat 2 pada

perineum Ny. Y, ditinjau

dari persalinan Ny. Y

penyebab terjadinya

laserasi jalan lahir adalah

bokong pasien diangkat

32

saat mengejan, sehingga

saat bagian kepala janin

lahir menyebabkan

terjadinya robekan Derajat

2 yaitu dibagian mukosa

vagina dan diotot perineum.

Perdarahan yang terjadi

pada kala III yaitu sebanyak

±200cc.Berkaitan dengan

keseluruhan

penatalkasanaan serta

asuhan pada persalinan kala

III, ditemukan bahwa

hasilnya normal sehingga

menjadi dasar

dilakukannnya asuhan

persalinana kala IV.

Setelah bayi dan

plasenta lahir ibu

mengatakan merasa

bersyukur ari-arinya telah

lahir, serta perutnya terasa

mulas. Hal ini menjadi

dasar dimulainya kala IV

(Sulistyawati & Nugraheny,

2013) yaitu klien akan

mengatakan ari-arinya telah

lahir. Serta perutnya terasa

mulas yang disebabkan

adanya kontraksi uterus

yang dapat mencegah

terjadinya perdarahan dan

normal terjadi. Hal lain

yang mendukung adalah

pemeriksaan umum pun

didapatkan hasil yang

normal yaitu kontraksi

uterus baik seperti menurut

(Sulistyawati & Nugraheny,

2013) kontraksi yang baik

ialah yang memiliki tonus

otot keras, bentuk uterus

yang globuler. Hasil TFU 2

jari di bawah pusat kandung

kemih kosong, tidak ada

laserasi jalan lahir,

33

pemeriksaan tanda-tanda

vital ibu normal TD: 110/70

mmHg, pernafasan

20x/menit Nadi: 80x/menit,

suhu 36,5oC serta tidak

ditemukan kondisi yang

menjadi penyulit dalam

proses persalinan kala IV.

Berdasarkan data-data

yang didapatkan maka

interpretasi data Ny. Y

umur 22 tahun P1A0 dalam

persalinan kala IV

fisiologis dan selanjutnya

dapat dilakukan

penatalaksanaan dan asuhan

persalinan kala IV

fisiologis menurut

(Prawirohardjo, 2016)

adalah mengajarkan ibu dan

keluarga cara melakukan

massase uterus dan menilai

kontraksi, yaitu melakukan

massase fundus uteri

selama 15 detik dengan

menggerakkan dengan arah

memutar bertujuan untuk

menjaga uterus tetap

berkontraksi dengan baik

atau tetap keras dan dapat

mencegah terjadinya

perdarahan postpartum.

Kemudian membersihkan

badan ibu menggunakan air

hangat. membersihkan sisa

cairan ketuban dan darah.

membantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan

kering dan mengganti

underpad ibu.

Selanjutnya

melakukan pemberian

injeksi vitamin K1 1 mg

intramuskular IM di paha

kiri anterolateral bayi, yang

berdasarkan teori

34

(Sulistyawati & Nugraheny,

2013) memberikan injeksi

vitamin K kepada bayi

setelah 1 jam bayi lahir

dengan dosis 1 cc secara

IM pada paha kiri berguna

untuk mencegah perdarahan

pada otak, kemudian

melakukan pencegahan

infeksi mata bayi baru lahir

dengan pemberian salap

mata dan melakukan

pengukuran antopometri

bayi, dengan hasil BB 2800

gram, PB 49 cm, LK 31

cm, LD 32 cm, Lila 11 cm.

Dari data ditemukan hasil

pengukuran antopometri

bayi dalam batas normal

menurut (Marmi &

Rahardjo, 2018) berat

badan BBL normal adalah

2500 - 4000 gram, panjang

badan BBL normal adalah

48 – 52 cm, lingkar kepala

BBL normal adalah 33 - 35

cm, lingkar dada BBL

normal adalah 30-38 cm.

Berkaitan dengan

pencegahan komplikasi

serta kegawatdaruratan

persalinan maka sesuai

(Prawirohardjo, 2016)

dilakukan pemantauan kala

IV yang didokumentasikan

di patograf dengan

pemantauan setiap 15 menit

sekali selama 1 jam

pertama pascasalin dan

setiap 30 menit sekali

selama 1 jam kedua

pascasalin. Pemantauan 2

jam persalinan kala IV

Ny.Y didapatkan hasil

normal yaitu TD: 110/70

mmHg, pernafasan:

35

20x/menit, Nadi:

80x/menit, S: 36,5oC.

Menurut (Romauli, 2015),

tekanan darah normalnya

sistol 110-140 mmHg dan

diastol 70-90 mmHg. Nadi

dihitung dalam satu menit,

normalnya 60-80x/menit.

Suhu tubuh normal 36-

37,5˚C dan pernapasan

normal dalam 1 menit

sebanyak 16-24 kali.

Pemeriksaan TFU

didapatkan 2 jari di bawah

pusat, kontraksi uterus

keras. (Sulistyawati &

Nugraheny, 2013)

menyatakan bahwa

kontraksi yang baik ialah

yang memiliki tonus otot

keras, bentuk uterus yang

globuler, kandung kemih

kosong, ibu sudah bisa

berkemih setelah 2 jam

pasca salin, jumlah

perdarahan ±100cc hal

tersebut normal. Menurut

(Marmi 2017) jumlah

perdarahan selama

persalinan kala IV

normalnya tidak lebih dari

500 cc. Dengan demikian

hasil pemantauan dan

penatalaksanaan

persalinana kala IV Ny. Y

adalah normal dan telah

dilakukan

pendokumentasian asuhan

dan temuan selama

persalinan kala IV di bagian

belakang partograf.

C. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Normal

1. Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Nifas 6 jam

36

Pengkajian masa nifas

6 jam dilakukan pada

tanggal 8 Maret 2021 pukul

21.15 WIB. Seharusnya

masa nifas 6 jam pada Ny. S

pukul 02.00 WIB, Keluhan

yang dirasakan Ny. Y pada

masa nifas 6 jam yaitu ibu

mengatakan perutnya mulas.

Pada masa nifas 6 jam,

ketidaknyamanan yang

dirasakan ibu disebabkan

oleh kontraksi rahim yang

merupakan proses

pengecilan bentuk rahim

agar seperti sebelum hamil,

keadaan ini biasanya disebut

dengan after pain bahwa

rasa mulas yang dirasakan

ibu nifas, disebabkan oleh

kontraksi uterus yang

merupakan proses involusi

uteri Handayani, Pujiastuti

(2016; h. 60). Sehingga

keluhan yang dirasakan

klien adalah hal yang

normal.

Hasil pengkajian

tersebut didukung dengan

data obyektif yaitu pada

pengukuran tinggi fundus

uteri Ny. Y yaitu 2 jari di

bawah pusat, kontraksi

keras hal ini sesuai dengan

teori Marmi (2015; h. 182)

bahwa ibu nifas 6 jam, TFU

2 jari di bawah pusat,

kontraksi baik, konsistensi

keras dan posisi uterus di

tengah. Data lain yang

mendukung adalah hasil

pemeriksaan genetalia yang

menunjukkan adanya

pengeluaran pervaginam

berupa darah berwarna

merah kehitaman (lokhea

37

rubra). Normalnya

pengeluaran pervaginam

pada hari pertama sampai

ketiga setelah persalinan

adalah lokhea rubra dengan

karakteristik lokhea

berwarna merah kehitaman

berisi jaringan yang sudah

mati (Marmi, 2017b).

Sehingga dikatakan keadaan

klien normal.

Kondisi kesehatan ibu

dalam keadaan normal juga

ditunjukkan dengan hasil

pemeriksaan tanda-tanda

vital yaitu tekanan darah ibu

110/70 mmHg, nadi

82x/menit, pernafasan

22x/menit, dan suhu 36,70C.

Tekanan darah normalnya

sistol 110-140 mmHg dan

diastol 70-90 mmHg. Nadi

dihitung dalam satu menit,

normalnya 60-80x/menit.

Suhu tubuh normal 36-

37,5˚C dan pernapasan

normal dalam 1 menit

sebanyak 16-24 kali

(Romauli, 2011a). Selain

itu, di dukung dengan hasil

anamnesa pada klien terkait

pola pemenuhan kebutuhan

ibu yang sudah terpenuhi.

Berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan masa

nifas 6 jam Dari kasus

diketahui bahwa Ny. Y

sudah mengkonsumsi nasi 1

piring, 1 piring nasi dan

sayur, lauk minum 1 gelas

air putih. Hal itu

membuktikan bahwa

kebutusan nutrisi ibu

sudah tercukupi. Ny. Y

juga telah mengonsumsi

tablet Fe dan Vitamin A

38

200000 IU. Ini berati Ny. Y

sudah mendapat suplemen

yang baik bagi ibu nifas.

Karena menurut

(Handayani, Pujiastuti

2016) ibu nifas yang

mengkonsumsi vitamin A

yaitu 2x 200000 IU yang

disalurkan melalui ASI agar

terhindar dari gangguan

penglihatan. Sehingga,

dapat disimpulkan kondisi

ibu dalam keadaan normal.

Selain itu, berkaitan dengan

pola pemenuhan nutrisi

pada bayi, dapat dikatakan

sudah terpenuhi.

Hal ini didukung

dengan pola pemenuhan

nutrisi pada bayi, menurut

(Marmi, 2017b) Dalam

pemberian ASI sangat

dianjurkan dilakukan

pemberian sesuai kebutuhan

bayi, setiap 2-3 jam sekali

pada payudara kanan dan

kiri secara bergantian

sampai payudara kosong

Menurut penelitian (Khoir,

2016). “Isapan Bayi yang

Efektif Meningkatkan

Produksi ASI pada Ibu

Nifas” menyatakan hasil

penelitian yang dapat

diketahui bahwa hampir

seluruhnya bayi melakukan

isapan efektif sebanyak 34

responden (85,0%) dan

hampir seluruhnya produksi

ASI ibu masa nifas yang

menyusui dalam kategori

baik sebanyak 34 responden

(85,0%). Hasil

Uji Spearman’s Rho ada

hubungan dengan nilai

korelasi 0,626 yang kuat.

39

Dalam kasus ini ibu

mengatakan bayinya sudah

dapat menghisap puting

dengan benar dan bayi

sudah menyusu. Hal ini

terbukti pada kasus bahwa

bayi sudah melakukan IMD

60 menit setelah lahir, serta

bayi sudah mampu menyusu

dengan seluruh bagian

putting dan hampir seluruh

areola ibu masuk kedalam

mulut bayi.

Kemudian, pada pola

eliminasi Ny. Y belum

BAB, tetapi sudah BAK 1x

warna kuning jernih, tidak

ada keluhan. Menurut

pernyataan (Handayani,

Pujiastuti 2016) kandung

kemih harus segera

dikosongkan paling lambat

dalam waktu 6 jam setelah

melahirkan. Selain itu,

Aktivitas yang telah ibu

lakukan dalam 6 jam pasca

salin kegiatan yang sudah

ibu lakukan adalah berlatih

duduk, mandi, berdiri dan

berjalan-jalan. Mobilisasi

dini dapat mempercepat

proses pengembalian alat-

alat reproduksi Setelah

melahirkan ibu pun sudah

istirahat tidur 1 jam dan

beristirahat sambil berbaring

di tempat tidur saat bayinya

tidak meminta ASI sehingga

tidak ditemukan gangguan

dalam hal pola istirahat ibu

sehingga dapat dikaji

adakah gangguan dalam

pola istirahat ibu. Sehingga,

dapat dikatakan ibu dalam

keadaan normal.

40

Psikolgis ibu, saat ini

ibu mengatakan masih

merasa lelah dan terlihat

sedang fokus dengan dirinya

sendiri disamping itu ibu

juga sesekali menggendong

bayinya. Hal ini terdapat

beberapa kesesuai dengan

pernyataan (Marmi, 2017b)

pada hari pertama sampai

hari kedua pasca melahirkan

normalnya fokus ibu akan

lebih banyak pada dirinya.

Berdasarkan hasil

anamnese dan pengkajian

pada klien maka interpretasi

data yang dapat ditegakkan

adalah Ny. Y usia 22 tahun

P1A0 dalam masa nifas 6

jam fisiologis. Masalah

yang dialami pada Ny. Y

saat ini adalah rasa mulas

pada perutnya. Masalah

tersebut adalah hal yang

wajar, kontraksi yang

berasal dari proses involusi

uteri yang merupakan

perubahan fisiologis organ

reproduksi pada masa nifas

Marmi (2017; h.180)

Selanjutnya dilakukan

penatalaksanaan dan asuhan

masa nifas 6 jam fisiologis

yaitu memberitahu hasil

pemeriksaan ibu yang

dimaksudkan agar ibu

mengetahui kondisi saat ini,

perawatan jahitan perineum

hal ini dimaksudkan agar

proses penyembuhan luka

jahitan jalan lahir cepat

kering, menyatu dengan

kulit, dan tidak muncul

tanda-tanda infeksi.

Menurut penelitian (Rumini,

2020) Perawatan perenium

41

adalah pemenuhan kebutuhan

untuk menyehatkan daerah

antara paha yang dibatasi

vulva dan anus pada ibu.

Perawatan luka perenium

sangatlah penting karena luka

bekas jahitan ini dapat menjadi

pintu masuk kuman yang

menimbulakan infeksi, ibu

menjadi demam, luka basah

dan jahitan terbuka, bahkan

ada yang mengeluarkan bau

busuk dari jalan lahir.

Perawatan luka ini dimulai

segera mungkin setelah 2 jam

dari persalinan normal.

Dengan cara melatih

menganjurkan ibu untuk mulai

bergerak duduk dan latihan

berjalan. Menganjurkan ibu

untuk istirahat cukup, yaitu

minimal 8 jam sehari,

dengan cara apabila bayi

tidur ibu juga ikut tidur dan

istiraha hal ini dimaksudkan

agar ibu dapat memulihkan

tenaga setelah persalinan,

lalu pemberian konseling

tanda bahaya masa nifas

yang bertujuan apabila ibu

mengalami salah satu tanda

bahaya tersebut ibu dapat

segera menghubungi tenaga

kesehatan.

Pemberian asuhan

selanjutnya yaitu diberikan

konseling ASI Ekslusif yang

bertujuan agar ibu

memberikan ASI saja

selama 6 bulan tanpa

tambahan makanan apapun.

Melakukan peningkatan

hubungan antara ibu dan

bayi dengan cara rooming

in, selain untuk bayi tetap

hangat, juga agar terjadi

ikatan batin antara ibu dan

bayi. Menurut penelitian

42

(Musafa’ah, Sestu Retno

D.A, 2017) ditemukan

adanya hubungan rawat

gabung dengan produksi

ASI, pada ibu nifas yang

dilakukan rawat gabung

lebih baik dari pada ibu

yang tidak dilakukan rawat

gabung. Serta memberikan

terapi tablet FE dan vitamin

A agar ibu tidak anemia dan

kebutuhan vitamin A bayi

terpenuhi.

Berkaitan dengan

pemberian asuhan kepada

ibu nifas 6 jam yang saat ini

masih dalam kondisi

pandemi covid-19, maka

bidan memberikan asuhan

dengan menerapkan

protokol kesehatan serta

memakai APD seperti

masker, gown, dan face

shield guna mencegah

penyebaran covid-19. Selain

itu, klien juga menerapkan

protokol kesehatan dengan

memakai masker.

(Kemenkes RI, 2020)

menyatakan pencegahan

covid-19 pada ibu nifas,

yaitu pada pelaksanaan

kunjungan nifas pertama

dilakukan di fasyankes.

Kunjungan nifas kedua,

ketiga dan keempat dapat

dilakukan dengan metode

kunjungan rumah oleh

tenaga kesehatan atau

pemantauan menggunakan

media online (disesuaikan

dengan kondisi daerah

terdampak COVID-19),

dengan melakukan upaya-

upaya pencegahan

penularan COVID-19 baik

43

dari petugas, ibu dan

keluarga.

2. Asuhan Kebidanan Pada Ibu

Nifas 6 Hari

Pengkajian masa nifas

6 hari dilakukan pada

tanggal 14 Maret 2021 jam

10.00 WIB di rumah Ny. Y

dan diperoleh data subjektif

yang menyatakan ibu tidak

ada keluhan. Hal ini di

dukung dari data objektif

yang menunjukan hasil

pemeriksaan tanda-tanda

vital ibu normal. Kemudian

dari data objektif didapatkan

hasil pemeriksaan obstetri

yang menunjukkan TFU

pertengahan pusat dan

simfisis, kontraksi baik,

kuat, dan kandung kemih

kosong. Pada masa nifas

hari ke 6 normalnya tinggi

fundus uteri berada di

pertengahan pusat dan

sympisis (Marmi, 2017b).

Selain itu, di dukung dengan

hasil pemeriksaan genetalia

yang menunjukkan adanya

pengeluaran pervaginam

berupa darah berwarna

merah kekuningan dan

berlendir (lochea

sanguinolenta). Pada hari ke

3 sampai hari ke 7

postpartum normal

pengeluaran pervaginam

berupa lochea

sanguinolenta yang

berwarna merah kekuningan

dan berlendir (Marmi,

2017b). Serta tidak

ditemukan tanda-tanda

infeksi pada perineum.

44

Pada perilaku

menyusui, didapatkan hasil

bahwa ASI sudah lancar dan

ibu sudah menyusui dengan

benar. Hal ini didukung

dengan tidak ditemukan

tanda-tanda penyulit saat

menyusui. Hal lain yang

mendukung yaitu pada pola

nutrisi dan istirahat, klien

mengatakan sudah terpenuhi

dan tidak ada keluhan.

Namun, terdapat

peningkatan pada frekuensi

pola nutrisi yang normal

akibat dari proses menyusui

membutuhkan asupan

nutrisi dan cairan yang

cukup. Ibu nifas

mengkonsumsi tambahan

makanan 500 kalori setiap

hari, makan dengan gizi

seimbang untuk

mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang

cukup, serta minum

sedikitnya 3 liter air setiap

hari. Sehingga pola nutrisi

dan istirahat pada klien

sudah tercukupi. Hal

tersebut dapat dikatakan

sebagai pendukung

meningkatkan produktivitas

ASI agar tetap lancar

(Wulandari, 2015; h. 101).

Ibu juga mengatakan

tentang pola tidurnya ia

tidak kekurangan waktu

tidur dan dapat beristirahat

di malam dan siang hari,

saat bayinya tertidur.

Berkaitan dengan

kondisi psikologis ibu, saat

ini ibu merasa senang

dengan kehadiran anak

pertamanya karena ini hal

45

yang ditunggu-tunggu. Serta

saat ini ibu sedang berusaha

menyesuaikan diri untuk

merawat anaknya. Keadaan

yang dialami ibu

menunjukkan keadaan yang

normal, dimana saat ini

ibu berada dalam fase

taking hold, fase yang pada

umumnya terjadi pada 3-10

hari pasca persalinan dan

terdapat kekhawatiran akan

ketidakmampuanya dan rasa

tanggung jawab dalam

merawat bayinya (Rini,

Susilo dan Kumala, 2016).

Oleh karena itu, ibu

memerlukan dukungan

suami dan keluarga agar

tumbuh rasa percaya diri

dalam merawat anaknya.

Pada kasus Ny.Y

didapatkan bahwa kondisi

nifas 6 hari Ny.Y dalam

keadaan normal dan tidak

terdapat masalah, maka

interpretasi data yang dapat

ditegakkan adalah Ny.Y

usia 22 tahun P1A0 post

partum 6 hari fisiologis.

Penatalaksanaan yang

dilakukan yaitu memberikan

konseling tentang tanda

bahaya masa nifas,

menganjurkan ibu untuk

menjaga kehangatan

bayinya, mengajarkan ibu

cara perawatan bayi sehari-

hari. Hal ini sesuai dengan

teori kunjungan nifas hari

ke-6 yaitu memastikan

involusi uterus berjalan

normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus,

tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau,

46

menilai adanya tanda- tanda

demam, infeksi atau

perdarahan abnormal,

memastikan ibu

mendapatkan cukup

makanan, cairan, dan

istirahat, memastikan ibu

menyusui dengan baik dan

tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit, memberikan

konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat, dan merawat

bayi sehari- hari

(Sulistyawati, 2015).

Berkaitan dengan

pemberian asuhan kepada

ibu nifas 6 hari yang saat ini

masih dalam kondisi

pandemi covid-19, maka

selama kunjungan rumah

klien, bidan memberikan

asuhan dengan menerapkan

protokol kesehatan serta

memakai APD seperti

masker dan face shield guna

mencegah penyebaran

covid-19. Selain itu, klien

juga menerapkan protokol

kesehatan dengan memakai

masker. (Kemenkes RI,

2020) menyatakan

pencegahan covid-19 pada

ibu nifas, yaitu pada

pelaksanaan kunjungan

nifas pertama dilakukan di

fasyankes. Kunjungan nifas

kedua, ketiga dan keempat

dapat dilakukan dengan

metode kunjungan rumah

oleh tenaga kesehatan atau

pemantauan menggunakan

media online (disesuaikan

dengan kondisi daerah

terdampak COVID-19),

47

dengan melakukan upaya-

upaya pencegahan

penularan COVID-19 baik

dari petugas, ibu dan

keluarga.

3. Asuhan Kebidanan Pada Ibu

Nifas 14 hari

Pengkajian masa nifas

2 minggu, dilakukan di

rumah Ny. Y pada tanggal

18 Maret 2021 jam 13.30

wib, dari hasil anamnese

diketahui ibu mengatakan

tidak ada keluhan. Hal

tersebut didukung dari hasil

pemeriksaan fisik serta

tanda-tanda vital ibu dalam

batas normal dari

pemeriksaan obstetric pun

menunjukkan hasil TFU

sudah tidak teraba, sama

halnya menurut (Marmi,

2017b) pada kondisi normal

masa nifas 14 hari tinggi

fundus uteri sudah tidak

teraba. Data lain yang

mendukung adalah hasil

pemeriksaan genetalia yang

menunjukkan adanya

pengeluaran pervaginam

berupa darah berwarna

kuning kecoklatan (lokhea

serosa), normalnya

pengeluaran pervaginam

hari ke 7-14 pasca

persalinan adalah lokhea

serosa yang berwarna

kuning atau kecoklatan serta

mengandung lebih banyak

serum, terdiri dari leukosit

dan robekan laserasi

plasenta (Marmi, 2017b)

Hasil penilaian proses

penyembuhan luka jahitan,

didapatkan hasil bahwa luka

jahitan ibu normal. Hal ini

48

di dukung dengan hasil

pemeriksaan yang

menunjukkan bahwa luka

jahitan ibu sudah kering,

menyatu, tidak ada nanah,

dan tidak ada tanda-tanda

infeksi. (Marmi, 2017; h.

182) menyatakan bahwa

pemeriksaan luka jahitan

pada ibu nifas 14 hari

dengan hasil kondisi luka

jahitan kering, menyatu,

tidak ada tanda-tanda

infeksi hal tersebut dapat

dikatakan normal. Hal ini

menunjukkan bahwa proses

penyembuhan luka ibu

berjalan dengan baik. Selain

itu, didukung dengan

psikologis ibu yang baik dan

normal. Hal ini di dasari

dengan ibu mengatakan

tidak ada pantangan

makanan apapun. Menurut

penelitian (Harahap, 2018)

yang berjudul “ Hubungan

Pola Pantang Makan dengan

Penyembuhan Luka

Perineum pada Ibu Nifas “

Berdasarkan hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara

pola pantang makan dengan

penyembuhan luka jahitan

perineum. Oleh karena itu,

sebaiknya seluruh

komponen masyarakat

termasuk tenaga kesehatan

perlu memberikan informasi

tentang pentingnya gizi

pada ibu nifas tanpa adanya

pantangan makanan tertentu

yang bertujuan untuk

mendukung penyembuhan

luka jahitan perineum.

(Jurnal Kesehatan Ibu dan

49

Anak, Vol. 4 No. 1 Tahun

2018)

Kondisi psikologis

Ny.Y, saat ini sedang dalam

fase letting go yaitu fase

menerima tanggung jawab

akan peran barunya. Fase ini

terjadi kurang lebih sepuluh

hari setelah melahirkan,

biasanya ibu akan menerima

tanggung jawab peran

barunya. Normalnya Ibu

sudah dapat menyesuaikan

diri, merawat diri dan

bayinya sudah meningkat

(Marmi, 2017b) . Hal ini

ditunjukan dari hasil

pengkajian bahwa saat ini

ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat

diri dan bayinya sudah

meningkat. Serta fokus

perhatian ibu sudah

sepenuhnya kepada bayinya.

Ibu dapat merawat bayinya

seperti memandikan bayi,

mengganti popok, menyusui

setiap kali bayi

menginginkan.

Dari kasus Ny. Y

didapatkan bahwa kondisi

nifas 14 hari Ny. Y dalam

keadaan normal dan tidak

terdapat masalah, maka

interpretasi data yang dapat

ditegakkan adalah Ny. Y

usia 22 tahun P1A0 post

partum 14 hari fisiologis.

Penatalaksanaan yang

dilakukan pada Ny. Y

adalah memastikan ibu

mendapat cukup nutrisi dan

istirahat serta memastikan

ibu menyusui dengan baik

kemudian pada asuhan nifas

14 hari ini diberikan

50

konseling tentang alat

kontrasepsi KB yang

bertujuan agr membantu ibu

memilih kontrasepsi yang

tepat sesuai dengan

keinginannya, dalam hal

mengatur kehamilan. Pada

pelaksanaan pemberian

konseling tentang KB, Ny.

Y didapatkan hasil yang

telah dibicarakan dengan

suaminya yaitu memilih KB

suntik progestin sebagai alat

kontrasepsi yang akan

digunakan ibu (Marmi,

2017b)

Berdasarkan

keseluruhan asuhan dan

pengkajian pada ibu nifas

evaluasi hasil akhir dalam

kasus ini adalah

tercukupinya tercukupinya

kebutuhan ibu mulai dari

gizi dan istirahat, proses

involusi uterus yang normal,

tidak ditemukan penyulit

dalam menyusui bayi, serta

tidak ditemukan tanda

bahaya masa nifas dan ibu

sudah memilih alat

kontrasepsi yaitu suntik

progestin.

Berkaitan dengan

pemberian asuhan kepada

ibu nifas 14 hari yang saat

ini masih dalam kondisi

pandemi covid-19, maka

selama kunjungan rumah

klien, bidan memberikan

asuhan dengan menerapkan

protokol kesehatan serta

memakai APD seperti

masker dan face shield guna

mencegah penyebaran

covid-19. Selain itu, klien

juga menerapkan protokol

51

kesehatan dengan memakai

masker. (Kemenkes RI,

2020) menyatakan

pencegahan covid-19 pada

ibu nifas, yaitu pada

pelaksanaan kunjungan

nifas pertama dilakukan di

fasyankes. Kunjungan nifas

kedua, ketiga dan keempat

dapat dilakukan dengan

metode kunjungan rumah

oleh tenaga kesehatan atau

pemantauan menggunakan

media online (disesuaikan

dengan kondisi daerah

terdampak COVID-19),

dengan melakukan upaya-

upaya pencegahan

penularan COVID-19 baik

dari petugas, ibu dan

keluarga. Selain itu, pada

pelayanan KB tetap

dilaksanakan sesuai jadwal

dengan membuat perjanjian

dengan bidan.

D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru

Lahir Normal

1.Asuhan Kebidanan pada

Bayi Baru Lahir 6 Jam

Bayi Ny. Y lahir pukul

15.15 WIB tanggal 08

Maret 2021. Pada

pengkajian bayi Ny. Y yang

dilakukan pada pukul 21.15

WIB. Bayi belum diberi

nama sehingga identitas

bayi dicantumkan Bayi Ny.

P. Menurut (Marmi &

Rahardjo, 2018). Identitas

merupakan alat pengenal

bayi agar tidak tertukar

maka untuk

membedakannya bayi diberi

identitas bayi Ny. Y sebagai

ibu dari bayi tersebut. Pada

pemeriksaan bayi baru lahir

52

Ny. Y didapatkan data

subyektif. Pada riwayat

kehamilan ibu mengatakan

usia ibu saat hamil yaitu 22

tahun. bayi lahir pada usia

kehamilan 39 minggu.

Menurut Marmi dan

Rahardjo (2015, h.49)

menyatakan lamanya masa

gestasi untuk tiap neonatus

sangat penting karena faktor

maturasi bayi sangat

berpengaruh pada

morbiditas dan mortalitas

perinatal, serta penting

untuk penatalaksanaan tiap

neonatus. Pada kasus, bayi

Ny. S lahir saat usia

kehamilan 39 minggu,

termasuk kehamilan aterm

sesuai dengan teori

Kemenkes RI (2013; h. 36)

bahwa persalinan dan

kelahiran dikatakan normal

apabila usia kehamilan

cukup bulan (36-40

minggu). Sehingga pada

bayi Ny. Y dalam keadaan

normal.

Kondisi bayi normal

didukung dengan pola

pemenuhan kebutuhan

sehari-hari yang meliputi

pemenuhan nutrisi,

eliminasi, istirahat. Pada

pola nutrisi Bayi Ny. Y

telah berhasil dilakukan

IMD selama 1 jam, setelah

IMD satu jam ibu menyusui

bayinya sesuai keinginan

bayi atau setiap bayi

menangis, bayi menyusu

dengan kuat. Hal ini sesuai

dengan pendapat Marmi dan

Rahardjo (2015; h. 73)

bahwa bayi menyusu sesuai

53

dengan kehendak atau

kebutuhannya yaitu setiap

2-3 jam (paling sedikit

setiap 4 jam), dan bayi dapat

menyusu 12-15 kali dalam

24 jam. Sehingga

menunjukkan bahwa reflek

rooting (mencari), sucking

(menghisap), swallowing

(menelan), sudah baik.

Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) tepat mampu

mencegah hipotermi dan

menjaga kestabilan suhu

bayi baru lahir hingga 24

jam kehidupan pertamanya.

Hal yang dikaji

selanjutnya, yaitu pola

eliminasi, pola eliminasi

dikatakan normal

ditunjukkan dari data

setelah bayi lahir bayi Ny. Y

telah BAK 1x, warna jernih

dan BAB mekonium 1x.

Berdasarkan pernyataan

(Marmi & Rahardjo, 2018)

bayi baru lahir normalnya

sudah BAK dalam waktu 24

jam pertama, dan bayi

dengan pencernaan normal

akan BAB pada 24 jam

pertama setelah lahir, BAB

pertama ini disebut

mekonium, berwarna hitam

kehijauan dan lengket

seperti aspal yang

merupakan produk dari sel-

sel yang diproduksi dalam

saluran cerna selama bayi

berada dalam kandungan

sehingga dapat dikatakan

sistem pencernaan bayi Ny.

Y dalam keadaan normal.

Selain itu, kondisi bayi

normal juga didukung

dengan pola Pola tidur,

54

menurut Marmi dan

Rahardjo (2015; h.12 ; 81)

tidur bayi baru lahir setelah

kelahiran yaitu 2 jam dan

berlangsung beberapa menit

sampai beberapa jam. Pada

kasus, bayi Ny. Y tidur

setelah lahir dan hanya

terbangun saat BAK, BAB

dan ingin menyusu. Hal ini

membuktikan bahwa pola

istirahat bayi Ny. Y

termasuk normal. Dan untuk

pola hygiene Bayi Ny. Y

belum dimandikan karena

hari sudah malam.

Penundaan memandikan

bayi selama minimal 6 jam

bertujuan untuk

menghindari dan

meminimalkan terjadinya

hipotermi pada bayi. Hal ini

membuktikan bayi dalam

keadaan normal.

Kondisi janin baik

didukung berdasarkan data

objektif yang menunjukan

kondisi bayi dalam keadaan

sehat. Hal ini didasarkan

pada pemeriksaan sekilas

dan keadaan umum bayi

menangis keras dan nada

sedang, gerakan aktif, kulit

kemerah-merahan (Marmi

& Rahardjo, 2018). Data

lain juga didapatkan pada

pemeriksaan tanda-tanda

vital yaitu nadi 135

kali/menit, respirasi 40

kali/menit dan suhu 36,80 C.

Tanda-tanda vital normal

pada bayi baru lahir

menurut (Marmi, 2018),

denyut jantung 120-160

kali/menit, pernafasan 40-60

55

kali/menit, suhu normalnya

36,5o C - 37,5oC. Hal ini

menunjukkan tanda vital

bayi dalam keadaan normal.

Data yang menunjang

selanjutnya adalah

pemeriksaan antropometri

bayi dengan hasil BB 2800

gram, PB 49 cm, LK 31 cm,

LD 32 cm, Lila 11 cm.

Dari data ditemukan

hasil pengukuran

antopometri bayi dalam

batas normal. Menurut

(Marmi & Rahardjo, 2018)

berat badan BBL normal

adalah 2500 - 4000 gram,

panjang badan BBL normal

adalah 48 – 52 cm, lingkar

kepala BBL normal adalah

33 - 35 cm, lingkar dada

BBL normal adalah 30-38

cm. Kemudian pemeriksaan

fisik pun didapatkan

keadaan bayi normal dan

tidak ada kelainan

kongenital, pemeriksaan

abdomen ditemukan bahwa

tali pusat tidak ada

perdarahan, pembengkakan,

nanah, bau yang tidak sedap

atau kemerahan.

Diagnosa kebidanan

yang muncul pada kasus

bayi Ny. Y ini adalah Bayi

Ny. Y usia 6 jam fisiologis.

Diagnosa ini sesuai dengan

teori Marmi dan Rahardjo

(2012; h. 493) bahwa

assesment ditegakkan

berdasarkan pengkajian data

subjektif dan objektif.

Selanjutnya dilakukakan

pelaksanaan asuhan.

Pelaksanaan asuhan

BBL 6 jam yang telah

56

dilakukan pada bayi Ny. Y

yaitu menyampaikan hasil

pemeriksaan bayi Ny. Y

dalam keadaan normal.

Selanjutnya memberikan

suntikan imunisasi Hepatitis

B di paha kanan

anterolateral bayi satu jam

setelah pemberian vitamin

K1. Menurut (Marmi &

Rahardjo, 2018) Dalam

waktu 24 jam untuk

meningkatkan efektifitas

vaksin berikanimunisasi

Hepatitis B pada bayi atau

sebelum ibu dan bayi pulang

ke rumah hal ini yang

berguna untuk memberi

kekebalan pada bayi

terhadap penyakit Hepatitis

B.

Penatalaksanaan lain

adalah memberikan

konseling mengenai

perawatan tali pusat hal ini

dimaksudkan agar bayi

terhindar dari infeksi

dengan cara membiarkan

tali pusat terbuka tanpa

diberi kassa atau betadine,

menurut penelitian yang

dilakukan oleh Reni, dkk

(2018) didapatkan bahwa

perawatan tali pusat dengan

kassa kering dibandingkan

dengan perawatan tali pusat

terbuka maka proses

pelepasannya akan lebih

cepat pada tali pusat

terbuka. Hal tersebut terjadi

akibat dari aktifitas udara

yang mempercepat

penguapan air pada jelly

Wharton yang terdapat pada

tali pusat sehingga lebih

cepat kering dan mengalami

57

mumifikasi sehingga

berubah secara morfologi

dan terlepas dari umilikus

bayi. Selain itu, serta

tentang tanda bahaya bayi

baru lahir yaitu bercak biru

kehitaman di daerah

punggung atau bokong,

bercak kemerahan di kulit

yang makin lama makin

membesar, mutah tiap kali

minum ASI, bercak putih

pada mulut, bruntusan, dan

diare yang terus menerus

disertai muntah sesuai teori

tinjunya (Marmi &

Rahardjo, 2018).

2. Asuhan Kebidanan pada

Neonatus 6 Hari

Pengkajian bayi umur 6

hari dilakukan pada tanggal

14 Maret 2021 pukul 10.15

WIB di Rumah Ny. Y. Hasil

anamnese didapatkan tidak

ada keluhan yang terjadi

pada Bayi. Ny Y. Hal ini

dibuktikan dari data objektif

hasil pemeriksaan fisik bayi

bahwa tali pusat sudah lepas

dan tidak ada tanda infeksi.

Menurut (Marmi, 2018), tali

pusat mulai kering dan

mengkerut atau mengecil

dan akhirnya lepas setelah

7-10 hari Bayi Ny. Y masih

berumur 6 hari, sehingga

masuk dalam keadaan

normal jika tali pusat telah

lepas.

Kondisi janin baik

diperkuat dengan pola

nutrisi By.Ny.Y bahwa ibu

mengatakan bayinya minum

ASI setiap 2 jam atau

ketika bayi lapar, setiap kali

menyusu bayi

58

menghabiskan waktu ± 30

menit. Sesuai dengan

(Marmi, 2017b) yang

menyatakan dalam

pemberian ASI sangat

dianjurkan dilakukan

pemberian sesuai kebutuhan

bayi, setiap 2-3 jam sekali

pada payudara kanan dan

kiri secara bergantian

sampai payudara kosong

(Marmi, 2017b).

Pola eliminasi By.Ny.Y

didapatkan hasil normal,

Bayi.Ny.Y BAB 4-5x/ hari,

warna kekuningan, lembek,

bau khas juga tidak ada

keluhan. Ibu juga

mengatakan dalam sehari

bayi BAK 8-9x/hari warna

jernih kekuningan, bau

khas, keluhan tidak ada.

Sesuai pernyataan (Marmi

& Rahardjo, 2018) Bayi

yang pencernaannya normal

akan BAB 4-5x sehari BAK

7-10 kali sehari. Pemenuhan

istirahat pada Bayi Ny.Y

tidak ditemukan penyulit

didasari dari pernyataan ibu

yang mengatakan bayi tidur

kira-kira 16 jam dalam

sehari. Normalnya dalam 2

minggu pertama setelah

lahir, bayi akan sering tidur,

bayi baru lahir sampai usia

3 bulan rata-rata tidur

selama 16 jam sehari

(Marmi & Rahardjo, 2018).

Kondisi By.Ny.Y

dalam keadaan normal dan

tidak terdapat masalah,

maka interpretasi data yang

dapat ditegakkan adalah

Bayi Ny. Y usia 6 hari

fisiologis, yang kemudian

59

dilakukan penatalaksanaan

asuhan pada neonatus 6 hari

fisiologis

Pelaksanaan yang

dilakukan pada bayi Ny. Y

sesuai dengan kebutuhan

neonatus usia 6 hari

fisiologis. yaitu mendeteksi

adanya tanda bahaya pada

bayi seperti pernafasan lebih

dari 60x/menit, suhu bayi

terlalu hangat (>38℃) atau

terlalu dingin (<36℃), Kulit

bayi kering (terutama 24

jam pertama), biru, pucat

atau memar, hisapan bayi

saat menyusu lemah,

muntah, mengantuk

berlebihan, tali pusat bayi

merah, bengkak, keluar

cairan, berbau busuk, Tinja

lembek, hijau tua, ada lendir

atau darah, Menggigil,

rewel, lemas, mengantuk,

kejang, tidak bisa tenang,

menangis terus-menerus.

(Marmi & Rahardjo, 2018).

Hasil pengkajian tidak

ditemukan tanda bahaya

pada Neonatus Ny Y ,

sehingga ibu diberikan

konseling tentang menjaga

kebersihan kulit bayi,

pelaksanaan ini

dimaksudkan agar ibu

mengetahui cara merawat

kulit bayi, sehingga kulit

bayi tetap bersih dan sehat

(Marmi & Rahardjo, 2018).

Mendokumentasikan hasil

tindakan di buku KIA.

3. Asuhan Kebidanan pada

Neonatus 14 Hari

Asuhan bayi baru

lahir 2 minggu dilakukan

pada tanggal 22 Maret 2021

60

pukul 14.00 WIB. Hasil

anamnesa yang dilakukan di

rumah Ny. Y, didapatkan

ibumengatakan bayi tidak

ada keluhan. Untuk pola

pemenuhan nutrisi bayi, ibu

mengatakan bayi menyusu

kuat setiap 2 jam sekali atau

ketika bayi menangis karena

lapar. Pemberian ASI sangat

dianjurkan dilakukan

pemberian sesuai kebutuhan

bayi, setiap 2-3 jam sekali

pada payudara kanan dan

kiri secara bergantian

sampai payudara kosong

(Marmi, 2017b). Pola

Eliminasi Bayi. Ny Y pun

berjalan lancar yaitu bayi

BAB 5x sehari, warna

kuning, konsistensi lembek

dan BAK 8-10x sehari,

warna jernih kekuningan.

Menurut (Marmi &

Rahardjo, 2018) bayi baru

lahir BAK 7-10 kali sehari

dengan volume 15-16 ml/kg

BB pada bayi cukup bulan.

Warna urine yang agak

pucat menunjukkan bahwa

asupan cairan bayi cukup.

Hal ini menunjukkan pola

eliminasi dan kebutuhan

nutrisi bayi tidak ada

masalah.

Hal ini diperkuat

dengan hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital yang

normal yaitu nadi 136

kali/menit, respirasi 52

kali/menit dan suhu 36,80 C.

Tanda-tanda vital normal

pada bayi baru lahir

menurut (Marmi, 2018),

denyut jantung 120-160

kali/menit, pernafasan 40-60

61

kali/menit, suhu normalnya

36,5o C - 37,5oC. Hasil

pemeriksaan fisik juga tidak

ditemukan tanda-tanda

infesksi pada pusat dan

perut bayi tidak kembung.

Kasus Bayi. Ny. Y

didapatkan bahwa kondisi

bayi dalam keadaan normal

dan tidak terdapat masalah,

maka interpretasi data yang

dapat ditegakkan adalah

Bayi.Ny. Y usia 14 hari

fisiologis. Maka selanjutnya

akan dilakukan

penatalaksanaan pada masa

nifas 14 hari normal.

Asuhan yang

dilakukan pada bayi baru

lahir usia 2 minggu

disesuaikan dengan

kebutuhan bayi yaitu

mendeteksi adanya tanda-

tanda bahaya pada bayi,

memotivasi ibu untuk selalu

memberikan ASI pada

bayinya tanpa tambahan

makanan apapun selama 6

bulan, mengingatkan ibu

untuk tetap menjaga

kebersihan dan melakukan

perawatan bayi. Selain itu,

menganjurkan ibu untuk

membawa bayinya secara

rutin ke posyandu untuk

memantau tumbuh

kembangnya serta menerima

imunisasi BCG dan polio 1

diumurnya yang 1 bulan

nanti (Marmi & Rahardjo,

2018). Berdasarkan

penelitian (Rhesa Dwi

Arianti Rachim, 2014)

Pemberian imunisasi BCG

merupakan bagian dari

faktor imunisasi yang

62

dianalisa untuk

memprediksi kejadian

tuberkulosis pada anak.

Imunisasi BCG dapat

melindungi anak dari

meningitis TB dan TB

milier dengan efek proteksi

atau efektivitas BCG

bervariasi dari 0-80%, dari

berbagai negara (Said &

Boediman, 2010).

Pelaksanaan asuhan

BBL dalam 2 minggu di

lahan praktek telah

dilakukan. Evaluasi hasil

akhir setelah dilakuakan

asuhan pada BBL adalah

didapatkannya hasil bahwa

bayi mendapatkan cukup

ASI yang ditandai dengan

kenaikan BB dan tidak

adanya masalah lain.

4. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan

asuhan manajemen kebidanan

dengan menggunakan

pendekatan komprehensif dan

pendokumentasian scara SOAP

pada Ny. Y dari kehamilan,

bersalin, nifas, dan bayi baru

lahir yang dimulai dari tanggal

01 Maret 2021-23 Maret 2021.

Maka dapat disimpulkan:

a. Asuhan Kehamilan pada Ny.

Y dengan usia kehamilan 38

minggu dimulai dari

pengkajian, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan obsetri,

pada tanggal 01 Maret 2021.

Dari hasil pengkajian dan

pemeriksaan pada masa

kehamilan 38 minggu, Ny. Y

belum mngetahui tanda-tanda

persalinan, oleh karena itu

bidan memberikan asuhan

sesuai kebutuhan ibu yaitu

63

memberikan pendidikan

kesehatan tentang tanda-tanda

persalinan. Pada saat

memberikan asuhan

kebidanan kehamilan tidak

ditemukan adanya penyulit

karena Ny. Y cukup

kooperatif sehingga

memudahkan bidan dalam

memberikan asuhan

kehamilan. Kehamilan Ny. Y

fisiologis dan tidak ada

penyulit.

b. Pada asuhan kebidanan

persalinan pada Ny. Y usia

22 tahun G1P0A0 dengan usia

kehamilan 39 minggu, dalam

penatalaksanaannya

dilakukan tidak dengan 60

langkah asuhan persalinan

Normal (APN). Asuhan

persalinan pada Ny. Y Ini

dilakukan tanggal 08 Maret

2021, karena pada proses

persalinan ditemukan adanya

laserasi perineum derajat 2

sehingga dilakukan

penjahitan. Persalinan

berjalan dengan normal tanpa

hambatan dan keadaan ibu

serta bayi sehat.

c. Pada masa nifas, dilakukan

pemantauan KF1 pada 6 jam

postpartum, KF2 pada 6 hari

postpartum dan KF3 pada 2

minggu postpartum. Selama

pemantauan tidak ditemukan

keluhan. Proses involusi uteri

berlangsung normal yang

tidak disertai dengan infeksi

puerperalis dengan hasil

pemeriksaan TFU pada 2

minggu postpartum sudah

tidak teraba. Luka jahit pada

perineum juga sudah kering

serta menyatu tanpa ada

64

abses. Hasil konseling KB

pasca persalinan yang

dilakukan pada KF 3, ibu

memilih untuk menggunakan

metode kontrasepsi Suntik.

d. Asuhan bayi baru lahir

kepada bayi Ny. Y dengan

jenis kelamin laki-laki

dengan berat lahir 2800 gram

dan panjang badan 48 cm.

Tidak ditemukan adanya

cacat bawaan serta tanda

bahaya bayi baru lahir. Pada

pengkajian Bayi Ny. Y usia 6

hari berat badan bayi

mengalami peningkatan 200

gr, dan pada pengkajian bayi

usia 2 minggu mengalami

peningkatan lagi berat badan

sebanyak 350 gr, hal ini

menunjukkan bahwa nutrisi

bayi telah tercukupi karena

bayi selalu diberikan ASI

secara on demand sehingga

berat badan bayi terus

bertambah setiap minggunya.

5. Saran

a. Klien

Dengan dilakukan asuhan

kebidanan komprehensif,

diharapkan pasien lebih

berperan aktif dalam

mendeteksi dini penyulit pada

masa kehamilan, bersalin,

nifas, dan BBL.

b. Bagi Bidan

Terkait dengan prosedur

kepatuhan menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) saat

menolong persalinan. APD

sangat penting untuk

menghidari penularan

penyakit dan kontaminasi,

diharapkan bidan mampu

mematuhi standar operasional

yang berlaku, sehingga akan

65

terwujud persalinan yang

aman, mengingat saat ini kita

sedang dalam pandemic

covid-19.

c. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa lebih

kooperatif dan meningkatkan

kemampuannya dalam setiap

penatalaksanaan dan

pengkajian asuhan kebidanan

komprehensif dari hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir

serta KB.

DAFTAR PUSTAKA

Alwafi Ridho Subarkah. (2018).

Gambaran Kesehatan Ibu Hamil

Berdasarkan Aktivitas Kerja Di,

151(2), 10–17.

Arfiana, & Lusiana, A. (2016).

Asuhan Neonatus Bayi Balita

dan Anak Pra Sekolah. Trans

Medika.

Darwati, L. (2018). Pengaruh

Dukungan Suami Terhadap

Pengurangan Nyeri Kala I.

10(2).

Dewi, V. N. L., & Sunarsih, T.

(2011). ASUHAN KEHAMILAN

untuk KEBIDANAN (S.

Carolina (ed.)). Salemba

Medika.

Diana, S. (2017). Model Asuhan

Kebidanan Continuity of Care.

In e-BOOK STIKES-

POLTEKKES MAJAPAHIT.

http://103.38.103.27/repository/i

ndex.php/E-

POL/article/download/839/640

Handayani, E., & Pujiastuti, W.

(2016). Asuhan Holistik Masa

Nifas dan Menyusui. Trans

Medika.

Handayani, & Mulyanti. (2017).

Dokumentasi Kebidanan.

Kemenkes RI.

Harahap, K. D. (2018). Hubungan

Pantang Makanan Dan Personal

Hygiene Dengan Penyembuhan

Luka Perineum Pada Ibu Nifas

Di Klinik Niar Medan Tahun

2018. In POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES

MEDAN JURUSAN

KEBIDANAN MEDAN PRODI

D-IV.

IBI. (2016). Buku Acuan Midwifery

Update. Pengurus Pusat IBI.

Imron. (2014). METODOLOGI

PENELITIAN BIDANG

KESEHATAN.

JPNK-KR. (2014). ASUHAN

PERSALINAN NORMAL

ASUAHAN ESENSIAL BAGI

IBU BERSALIN DAN BAYI

BARU LAHIR SERTA

PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI SEGERA PASCA

PERSALINAN DAN NIFAS (G.

Adriaansz (ed.)).

66

Kemenkes RI. (2018). Profil

Kesehatan Indonesia 2017.

Kementrian Kesehatan RI.

https://doi.org/10.1002/qj

Kemenkes RI. (2019). PROFIL

KESEHATAN 2018.pdf.

Kementrian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI Badan

Penelitian dan Pengembangan.

(2018). Hasil Utama Riset

Kesehatan Dasar. Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia,

1–100.

M.Alamsyah aziz dkk. (2020). No

Title. Universal Testing Swab

RT-PCR, 18.

Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan

pada Antenatal.

Marmi. (2016a). Intranatal Care

(Kedua). Pustaka Pelajar.

Marmi. (2016b). INTRANATAL

CARE Asuhan Kebidanan Pada

Persalinan (Kedua). Pustaka

Pelajar.

Marmi. (2017a). Asuhan Kebidanan

pada masa Antenatal. Pustaka

Pelajar.

Marmi. (2017b). Asuhan Kebidanan

pada Masa Nifas “Peuperium

Care” (S. Riyadi (ed.); ke

empat). Pustaka Pelajar.

Marmi. (2018). Asuhan Neonatus

Bayi, Balita, dan Anak

Prasekolah.pdf (VI). Pustaka

Pelajar.

Marmi, & Rahardjo, K. (2018).

Asuhan Neonatus, Bayi, Balita,

dan Anak Prasekolah. Pustaka

Pelajar.

Musafa’ah, Sestu Retno D.A, A. H.

K. (2017). DI RUANG MELATI

RSUD KABUPATEN

JOMBANG ( The Correlation

Of Rooming In With The

Production Of Breast Milk For

Postpartum Mother In The

Room Of Melati Rsud In

Jombang District ) Musafa ’ ah

, Sestu Ret no D . A , Anja H .

Kholis STIKES PEMKAB

JOMBANG. 3(2).

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018).

METODOLOGI PENELITIAN

KESEHATAN (ke tiga). Rineka

Cipta.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu

Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo, Edisi Empat

(Empat). PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu

Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo (IV). PT Bina

Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Rhesa Dwi Arianti Rachim. (2014).

No Title. HUBUNGAN

PEMBERIAN IMUNISASI BCG

DENGAN KEJADIAN

TUBERKULOSIS PADA ANAK

DI PUSKESMAS PANDIAN

KABUPATEN SUMENEP.

Ri, K. K. (2020). Pedoman bagi ibu

hamil, bersalin, nifas, dan bayi

baru lahir.

RI, K. K. (2019). Profit Kesehatan

Indonesia. Kemenkes RI.

Rini, Susilo dan Kumala, F. (2016).

Panduan Asuhan Nifas dan

Evidence Based Practice

(pertama). Deepublish.

Rohani, Saswita, R., & Marisah.

67

(2011). Asuhan Kebidanan

pada Masa Persalinan.

Salemba Medika.

Romauli, S. (2011a). Asuhan

Kebidanan 1.pdf (Pertama).

Nuha Medika.

Romauli, S. (2011b). Buku Ajar

Asuhan Kebidanan 1 Konsep

Dasar Asuhan Kehamilan.

Nuha Medika.

Romauli, S. (2015). Asuhan

Kebidanan Konsep Dasar

Asuhan Kehamilan.

Rumini, T. J. (2020). No Title.

Pengetahuan Ibu Postpartum

Tentang Perawatan Luka

Perineum Dengan Pencegahan

Infeksi.

Sulistyawati, A., & Nugraheny, E.

(2013). Asuhan Kebidanan

Pada Ibu Bersalin (R. Ervina

(ed.); Kelima). Salemba

Medika.

Widatiningsih, S., & Dewi, C. H. T.

(2017). Praktik Terbaik Asuhan

Kebidanan. Trans Medika.

Wulandari, A. (2015). Asuhan

Kebidanan Nifas (kedua).