Post on 12-Jan-2023
GREENPEACE DALAM MENGANGANI PENGHANCURAN HUTAN OLEH SINARMAS GRUP
Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PolitikInternasional yang dibimbing oleh M. Arjul, M.Si
oleh Nastasha S. Wardhani
0801511024
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
JAKARTA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berangkat dari persoalan tentang mempertimbangkan kembali
dampak kehidupan dan tindakan kita sehari-hari terhadap
lingkungan. Saya melihat kerusakan lingkungan yang bumi alami
kini sudah semakin parah. Eksploitasi lahan hijau serta
pencemaran udara yang sangat tinggi tingkatannya telah
menimbulkan suatu efek yang kita sebut pemanasan global (global
warming). Secara singkat dan awam adalah kondisi dimana terjadi
peningkatan suhu rata-rata dipermukaan bumi. Dampak dari global
warming ini berpengaruh besar kepada perubahan iklim dan cuaca
yang tidak menentu, menimbulkan banyak bencana alam seperti
banjir karena naiknya level permukaan air laut setelah mencairnya
ratusan kubik es di kutub utara dan selatan, bahkan es di
Greenland yang mencair telah sampai pada lebih dari dua trilliun
ton sejak tahun 2003. Tidak sampai disitu, hal ini juga
menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim. 1 Eropa, musim dingin pada
bulan Februari 2012 ini dikatan sebagai musim dingin paling
ekstrim sepanjang sejarah dengan mencapai rekor suhu terendahnya
yaitu mendekati -40 derajat celcius. Itulah suhu terdingin di
benua itu dalam beberapa dasawarsa. Di Polandia, kementerian
1 “Apa Dampak dari Pemanasan Global”, SOS Selamatkan Bumi, http://www.pemanasanglobal.net/faq/apa-dampak-dari-pemanasan-global.htm, terakhir diakses Kamis, 6/14/12 10:52
dalam negeri negara itu mengatakan, 20 orang tewas dalam 24 jam
terakhir karena cuaca beku. Total jumlah korban di negara itu
sampai Februari 2012 telah mencapai 100 orang. 2
Indonesia yang dikenal masyarakat internasional sebagai paru-
paru dunia nyatanya malah ikut memperburuk keadaan. Greenpeace
Asia Forest Campaigner sampai menempatkan Indonesia dalam The
Guinness Book of Records sebagai negara penghancur hutan tercepat
di dunia. Greenpeace menyebut Indonesia menghancurkan kira-kira
52 kilometer persegi hutan setiap hari, setara dengan luas 300
lapangan bola setiap jam. 3
Sinar Mas Grup yang kita tahu sebagai salah satu perusahaan
konglomerasi terbesar di Indonesia dengan usaha di bidang pulp
and paper, minyak kelapa sawit, dan pengembangan real estate,
disebut-sebut sebagai penghancur hutan terbesar. Pada Maret 2010,
Greenpeace mengajukan tuduhan terhadap perusahaan kertas dan
minyak kelapa sawit Sinar Mas. Perusahaan itu, menurut
Greenpeace, melakukan pengrusakan lingkungan hutan di Kalimatan
yang mengancam kelanggengan kehidupan habitat orangutan di
kawasan tersebut. 4 Tidak hanya sampai disitu, pada Juli 2010
hasil investigasi Greenpeace terhadap operasi Sinar Mas, salah
2 Egidius Patnistik , “FOTO: Suhu Beku Landa Eropa”, Kompas.com, http://internasional.kompas.com/read/2012/02/13/09444919/FOTO.Suhu.Beku.Landa.Eropa, terakhir diakses Kamis, 6/14/12 10:273 Burhanuddin Bella, “Ayo, Selamatkan Hutan Indonesia!”, Kabar Indonesia, http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20081031044344, terakhir diakses Kamis, 6/14/12 11:144 “Greenpeace Tuduh Sinar Mas”, RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP, http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/greenpeace-tuduh-sinar-mas, terakhir diakses Kamis, 6/14/12 11:18
satu perusak terbesar hutan Indonesia itu, mengungkapkan
bagaimana mereka masih terus saja melanggar komitmen lingkungan
mereka sendiri dalam melindungi hutan dan lahan gambut.5
Dikatakan beberapa perusahaan sudah memutuskan kontrak
kerjanya dengan Sinar Mas Grup karena perusahaanya tidak sesuai
dengan konsep kelestarian alam. Sinar Mas grup hanya memetingkan
pengerukan untung sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkannya berefek pada ketidakseimbangan ekosistem di
seluruh dunia, apalagi mengingat hutan Indonesia adalah sebagai
paru-paru dunia.
5 Siaran Pers, “Sang Perusak Hutan Lagi-lagi Terbukti Melanggar Janji”, Greenpeace Indonesia, http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/sinarmas-terbukti-melanggar-janji/, terakhir diakses Kamis, 6/14/12 11:33
1.2. Rumusan Masalah
Pemanasan global disini menurut saya diperburuk bukan secara
alami bumi yang menua namun oleh tangan-tangan manusia sendiri
seperti ulah Sinar Mas Grup yang membabat hutan Indonesia habis-
habisan. Negara Indonesia yang berniat mengurangi emisi gas
buangan, sama sekali tidak terbantu dengan ulah Sinar Mas Grup
yang kontinu melakukan perusakan hutan. Jika hal ini terus-
menerus terjadi, bukan saja habitat dan ekosistem di lahan gambut
atau hutan-hutan yang ditebangi oleh Sinar Mas Grup tanpa
memerhatikan kelesatrian alam yang akan terganggu, namun juga
akan berdampak pada kelangsungan hidup manusia. “Bagaimana reaksi
Greenpeace dalam memerangi perusakan alam oleh Sinar Mas Grup?”
1.3. Teori dan Pendekatan
Sebagai permulaan Karya Tulis ini dan untuk memudahkan
pengertian dan persamaan persepsi dalam identifikasi teori dan
pembahasan selanjutnya. Menurut perspektif Green Thought terdapat
dua cara memandang alam yaitu berdasarkan antroposentrisme dan
ekosentrisme, yang diperjelas dalam teori etika lingkungan.
A. Teori Etika Lingkungan
Teori etika lingkungan mungkin adalah suatu teori yang baru
terdengar beberapa tahun belakangan ini ketika permasalahan
tentang global warming menjadi ‘headline’ perbincangan global dari
berbagai generasi dan masyarakat beramai-ramai mengusung tema Go
Green. Terdapat dua model teori etika lingkungan yang digunakan
perpektif Green thought yang kita kenal sebagai Antroposentrisme,
dan Ekosentrisme.
1. Teori Antroposentrisme
Tokoh dari teori ini adalah Aristoteles. Teori ini
berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas manusia.
Maksudnya, dalam etika lingkungan, manusialah yang dijadikan
satu-satunya pusat pertimbangan, dan yang dianggap relevan dalam
pertimbangan moral. Nilai tertinggi adalah manusia dan
kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat
perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya
akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi
kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat
sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan
manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
Akibatnya, secara teleologis, diupayakan agar dihasilkan akibat
baik sebanyak mungkin bagi spesies manusia dan dihindari akibat
buruk sebanyak mungkin bagi spesies itu. Etika antroposentrisme
ini dalam pandangan Arne Naess dikategorikan sebagai Shallow
Ecology (kepedulian lingkungan yang dangkal).
2. Teori Ekosentrisme
Pada ekosentrisme pemakaian etika diperluas untuk mencakup
komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism). Disini manusia
tidak hanya dipandang sebagai makhluk sosial. Manusia pertama-
tama harus dipahami sebagai makhluk biologis, makhluk ekologis.6
6 A Keraf Sonny, Etika Lingkungan, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Greenpeace
Sebuah organisasi yang memprotes masalah lingkungan, yang
dapat ditelusuri kembali ke sebuah kelompok di Vancouver, Kanada,
pada tahun 1969 yang meluncurkan kampanye protes terhadap
pengujian SENJATA NUKLIR di pulau-pulau Atleutian. Didirikan pada
tahun 1971, organisasi itu menggambarkan dirinya sebagai
'organisasi, kampanye independen, yang menggunakan non-kekerasan,
konfrontasi kreatif untuk mengekspos masalah-masalah lingkungan
global, untuk memaksa solusi yang penting untuk depan yang hijau
dan damai'. Kampanye ini telah membahas berbagai isu, dari polusi
untuk perlindungan ikan paus, dan salah satu keterlibatan mereka
yang paling dikenangan yaitu atas melawan pengujian nuklir
Prancis di Pacifc. Kali yang akan saya bahas adalah aksi
Greenpeace di Indonesia melawan Sinar Mas Grup yang dikaitkan
dengan hancurnya hutan Indonesia dalam tempo yang relative
singkat.7
Seperti kebanyakan NGO, Greenpeace bergantung pada teknik
'mempermalukan' pemerintah dengan catatan lingkungan yang buruk.
keberhasilan dari Greenpeace telah mampu menggunakan taktik
seperti itu menunjukkan bagaimana kekuasaan dan pengaruh dalam
7 David Weigall, INTERNATIONAL RELATIONS A Concise Companion, Cambridge, 2002,hlm 105.
politik dunia berasal tidak hanya dari kemampuan militer atau
kekayaan ekonomi tetapi juga 'athourity moral' dari aktor-aktor
tertentu. Negara seringkali sangat peduli dengan dampak dari
kegiatan NGO, seperti Greenpeace contohnya. 8
Aksi ‘mempermalukan’ pemerintah dengan catatan lingkungan
yang buruk telah saya bahas di latar belakang masalah ini,
bagaimana Greenpeace Asia Forest Campaigner sampai menempatkan
Indonesia dalam The Guinness Book of Records sebagai Negara
penghancur hutan tercepat di dunia. 9 Tentu saja pemerintah
Indonesia tidak mungkin untuk tidak malu, dengan predikat
Indonesia sebagai paru-paru dunia yang namun malah tercatat pada
rekor dunia menjadi penghancur hutan terbesar. Industrialisasi
telah menjadikan Negara-negara di dunia ini yang termasuk
Indonesia melakukan eksploitasi sumber daya alam habis-habisan
karena industrialisasi yang sebelumnya telah diterapkan di Negara
barat menjadi kiblat adanya pembangunan. Industrialisasi juga
merupakan salah satu focus yang dipermasalahkan oleh Greenpeace.
Disini dapat saya katakan bahwa dalam pelaksanaan organisasi
internasional ini lebih menitik beratkan salah satunya pada teori
etika lingkungan yaitu ekosentrisme, dikarenakan Greenpeace
melihat keseluruhan aspek baik kelangsungan hidup manusia maupun
keberlangsungan alam untuk masa mendatang, bahwa ekosistem adalah
suatu keterkaitan yang kompleks.
2.1. Kerusakan Lingkungan oleh Sinar Mas Grup
8 Juanita Elias dan Peter Sutch, the basic international relations, hlm 92.9 Burhanuddin Bella, loc. cit.
Sudah bukan rahasia lagi, jika Sinar Mas ada di belakang
beberapa kasus perusakan lingkungan. Misalnya di Kalimantan.
Sinar Mas melakukan penggundulan hutan di sekitar Taman Nasional
Danau Sentarum, di lahan basah yang dilindungi International
Ramsar Convention (Konvensi Ramsar Internasional), sebagai bagian
dari kegiatan perluasan perkebunan kelapa sawit. Daerah penyangga
yang telah mengalami pembalakan itu sangat penting bagi
integritas dan keanekaragaman hayati taman nasional, salah satu
lahan basah terluas di Asia Tenggara dan rumah bagi ribuan jenis
spesies satwa langka, termasuk macan tutul, orang utan dan
sebagian besar populasi kera belanda (proboscis monkey).
Menurut pemberitaan, pada bulan Agustus 2008 Menteri
Kehutanan telah membatalkan izin operasi 12 perusahaan di daerah
tersebut, tujuh diantaranya milik Sinar Mas. Para pembalak telah
melanggar peraturan perundangan konseravsi alam dan keanekaragam
hayati, tapi alih-alih izinya dicabut, Sinar Mas malah terus
melakukan penggundulan hutan disekitar taman nasional, yang
menunjukkan sikap yang terang-terangan meremehkan peraturan dan
perundangan serta perjanjian konservasi internasional.
Di Provinsi Riau, Sinar Mas menguasai lebih dari 780.000
hektar perkebunan minyak kelapa sawit dan kertas. The World Wide
Fund for Nature (WWF) memperkirakan sejak 2001, 450.000 hektar
hutan atau setara dengan luas pulau Lombok, telah dirusak oleh
perusahaan Asia Pulp and Paper (APP) milik Sinar Mas Grup.
Greenpeace juga pernah meluncurkan laporan penelitian yang
mengestimasi bahwa kegiatan perusakan lahan gambut oleh Sinar Mas
Grup di Sumatera saja, melepaskan hingga 113 juta ton karbon
dioksida, atau sama dengan total emisi CO2 Belgia pada 2005.
Dalam laporan Greenpeace disebutkan, setiap tahun, perusahaan
Sinar Mas berhutang 3,4 miliar Euro atau sekitar Rp.48,5 triliun,
jika mengacu pada rata-rata harga 30 Euro per ton karbon
(berdasarkan perhitungan Kyoto Phase II oleh lembaga riset pasar
karbon terkemuka).
Di Jakarta, Sinar Mas justru muncul dengan kemasan pahlawan.
Sinar Mas maju sebagai salah satu pilar Greenfest 2009. Sinar Mas
berusaha menjahit isu-isu lingkungan menjadi baju yang indah. Dan
menutupi aurat kejahatan lingkungan yang mereka lakukan. 10
2.1. Upaya Greenpeace Menghentikan Perusakan Hutan oleh Sinar Mas
Grup
Pada Oktober 2009, Greenpeace China menunjuk Intergrated
Paper Services Inc (IPS) untuk melakukan tes laboratorium guna
menganalisa serat pada lima tipe sampel kertas. Hasilnya
menunjukkan bahwa tiga dari lima jenis kertas itu mengandung pulp
tropis campuran yang berasal dari hutan alam. Greenpeace
memperkirakan bahwa proses produksi setiap ton pulp APP
(Indonesia) pada 2007 menghasilkan emisi hingga 5,1 ton CO210 Suwandi Ahmad, “Ketika Penjahat Menjadi Penjahit: Sebuah Catatan untuk Greenfest 2009”, Greenpeace Indonesia, http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/ketika-penjahat-menjadi-penjahit-sebuah-catat/blog/19263/, terakhir diakses Kamis, 6/15/12 08:39
akibat perusakan hutan alam dan memperkirakan 29 ton CO2 berasal
dari perusakan hutan di lahan gambut yang kaya karbon. Pada 2007,
tujuh perusahaan APP (China) mengimpor 309.000 ton pulp dari
Indonesia untuk memproduksi 4,39 juta ton produk kertas.
Laporan Greenpeace mengenai harga yang harus dibayar akibat
operasi bisnis APP China, dalam hubungannya dengan perusakan
hutan dan dampak iklim, memperkuat reputasi Sinar Mas Grup
sebagai penjahat hutan dan iklim. Pekan lalu Greenpeace
meluncurkan laporan "Kegiatan Perusakan Hutan Ilegal dan RSPO
Greenwash" (1) yang menunjukkan bagaimana operasi perusahaan ini
di Kalimantan melangar hukum dan juga melanggar beberapa prinsip
Perkumpulan Perusahaan Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan -
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), dimana Sinar Mas
menjadi anggotanya (2). dengan cara membabat hutan dan
mengeringkan serta mengkonversi lahan gambut dalam tanpa Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan yang menyeluruh serta izin yang benar.
Sinar Mas adalah produsen terbesar minyak kelapa sawit, menyuplai
perusahaan multinasional seperti Nestle, Kraft dan
Procter&Gamble. Sinar Mas juga telah dikenal dalam
keterlibatannya membabat hutan ilegal melalui perusahaan subsider
mereka Asia Pulp and Paper (APP). Sebagai hasil dari laporan ini,
Unilever -pembeli terbesar minyak kelapa sawit di dunia- telah
menghentikan segala pembelian minyak kelapa sawit dari Sinar Mas.
Indonesia adalah satu negara dengan tingkat deforestasi
tercepat di dunia. Kerusakan hutan lahan gambut di negara ini
saja tercatat sebagai 4% penyumbang emisi gas rumah kaca dunia
(2), menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga
penyumbang emisi global setelah Amerika Serikat dan China (3).
Perusahaan Selandia Baru Spicers Papers juga mengeluarkan
siaran pers yang mengatakan bahwa akan menghentikan pembelian
sebagai upaya perusahaan ini untuk membantu suplier Indonesia
menunaikan kewajibannya memperbaiki performa lingkungan mereka.
Laporan Greenpeace terhadap kegiatan ilegal Sinar Mas ini
diluncurkan saat pertemuan iklim penting PBB di Kopenhagen dimana
perlindungan hutan untuk menurunkan emisi global didiskusikan.
Greenpeace merekomendasikan terbentuknya dana global untuk
menghentikan deforestasi di negara seperti Indonesia dan Brasil,
dimana negara maju harus menginvestasikan dana 45 miliar US$
pertahun untuk perlindungan hutan. 11
Sebuah headline menyebutkan bahwa Nestle telah memutuskan
kontrak dengan Sinar Mas Grup setelah didesak oleh 100 aktivis
Greenpeace yang sebagian besar mengenakan kostum orang utan
datang ke kantor pusat Nestle di Inggris, Jerman, dan Belanda,
dan meminta perusahaan itu berhenti menggunakan minyak kelapa
sawit yang berasal dari perusak hutan.
11 Berita, “Greenpeace Luncurkan Lagi Bukti Lain Kejahatan Hutan Sinar Mas Grup, Perusahaan Selandia Baru Hentikan Kontrak”, Greenpeace Indonesia, http://www.greenpeace.org/seasia/id/news/sinarmas-bukti-kejahatan-hutan/, terakhir diakses Kamis, 6/15/12 09:10
Aksi unjuk rasa juga dibarengi dirilisnya video parodi iklan
Kitkat di laman jaringan sosial YouTube. Nestle akhirnya
menanggapi aksi tersebut dengan menghentikan kontrak langsung ke
Sinar Mas Group. Sayangnya, ujar Bustar, Nestle justru mendesak
pihak YouTube untuk menghapus video tersebut. Hal tersebut
menguatkan dugaan bahwa Nestle masih menyebunyikan fakta.
Laporan Greenpeace Caught Red Handed menunjukkan, Sinar Mas
Group terus melakukan ekspansi pada lahan gambut dan hutan alam,
termasuk habitat orang utan. Grup ini memiliki kebun kelapa sawit
seluas 406 ribu hektare dan mengklaim punya cadangan lahan
terbesar di dunia untuk kelapa sawit dan industri bubur kayu dan
kertas, seluas 1,3 juta hektare. Cadangan lahan ini, dalam
laporan Greenpeace disebutkan, sebagian besar berada di Papua dan
Kalimantan.
Suplai minyak kelapa sawit ke Nestle selama tiga tahun
terkakhir mencapai 320 ribu ton. Greenpeace telah mengirim surat
beserta bukti Sinar Mas melanggar hukum Indoneisa ke Nestle, tapi
justru diabaikan. Padahal dua perusahaan penyedia barang konsumsi
lainnya yakni Unilever dan Kraft sudah membatalkan kontrak dengan
Sinar Mas. Ironisnya meski memutus kontrak langsung yang hanya
memasok 30 persen kebutuhan minyak sawit, Nestle masih
menggunakan minyak sawit produksi Sinar Mas dari pihak ketiga,
seperti Cargill dan IOI Group. Sebesar 70 persen kebutuhan minyak
sawit Nestle disuplai dari pihak ketiga. 12
12TEMPO Interaktif, Jakarta, “Nestle Putuskan Kontrak dengan Sinar Mas”, Tempo.co bisnis, http://www.tempo.co/read/news/2010/03/18/090233551/Nestle-Putuskan-Kontrak-dengan-Sinar-Mas, terakhir diakses Kamis, 6/15/12 09:51
Bicara soal Cargill yang menjadi pihak ketiga antara Nestle
dan Sinar Mas dalam suplai minyak kelapa sawit, dalam headline
sebuah web berita soal perusahaan beberapa hari setelah berita
soal Nestle di lansir pada harian online, dikatakan Cargill ancam
putus kontrak dengan Sinar Mas. Cargill, perusahaan industri agro
yang berkantor di Amerika Serikat, bersiap-siap memutus kontrak
pembelian minyak goreng dari PT Sinar Mas Agro Resources and
Technology (SMART). 13
13 Indonesian Companies News Indonesia business spotlight, “Cargill Ancam Putus Kontrak dengan Sinar Mas”, Tempo.co bisnis, http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2010/03/23/cargill-ancam-putus-kontrak-dengan-sinar-mas/, terakhir diakses Kamis, 6/15/12 09:55
BAB III
KESIMPULAN
Dapat saya simpulkan atas analisa dari berbagai sumber
berita dan laporan mengenai kasus yang terjadi antara Greenpeace
dan Sinar Mas Grup bahwa, disini berdasarkan teori etika
lingkungan, terjadi perbedaan sub-teori yang menjadi perspektif
yang digunakan antara Greenpeace dengan Sinar Mas. Sinar Mas Grup
percaya kepada teori antroposentrisme yang kita sebut dengan
kepedulian lingkungan yang dangkal. Bagi Sinar Mas Grup yang
menganut teori antroposentrisme, tidak masalah untuk membabat
hutan dan mengkesplorasi sumber daya alam, karena baginya hanya
manusia yang relevan mendapat pertimbangan moral, sedangkan alam
sudah hakikatnya sebagai objek pemenuh kebutuhan hidup manusia,
dan mempunyai nilai selama dapat menunjang kehidupan spesies
manusia. Sedangkan Greenpeace berpegang teguh pada teori
ekosentrisme yang berpandangan tentang keselarasan dan
keseimbangan ekosistem. Manusia ataupun alam menjadi
pertimbangan. Manusia tetap membutuhkan alam sebagai pemenuh
kebutuhan hidupnya, namun jika alam tidak dijaga dan di
lestarikan dengan baik melainkan hanya di eksploitasi, pada
saatnya alam tidak mampu lagi menunjang kebutuhan hidup manusia
maka manusia itu sendiri yang akan kesulitan dan bisa saja punah.
Disini dalam penyelesain masalah Greenpeace seperti organisasi
lainnya adalah ‘mempermalukan’ pemerintah dengan catatan
lingkungan yang buruk. Dengan pertimbangan moral, tentu
pemerintah tergerak dalam mendukung upaya Greenpeace menghentikan
penghancuran hutan oleh Sinar Mas Grup.
Greenpeace juga seperti yang disebut dalam pembahasan
melakukan konfrontasi kreatif untuk mengekspos masalah-masalah
dan isu lingkungan. Dengan meluncurkan fakta-fakta serta bukti
atas tindakan bersalah Sinar Mas Grup, banyak dari perusahaan
yang telah memutus kontrak dengan Sinar Mas Grup, tentu selain
melihat dari teori etika lingkungan yaitu ekosentrisme,
perusahaan ini juga melihat dari pertimbangan moral untuk
menjalin kerjasama dengan perusahaan dengan reputasi buruk,
karena dikatakan juga sebagian masyarakat berhenti membeli produk
keluaran maupun ada hubungan kerjasama dengan Sinar Mas Grup.
Daftar Pustaka
Buku :
- A Keraf Sonny, Etika Lingkungan, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, 2002
- David Weigall, INTERNATIONAL RELATIONS A Concise Companion,
Cambridge, 2002
- Juanita Elias dan Peter Sutch, the basic international
relations
Database Online :
- Greenpeace Tuduh Sinar Mas”, RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP,
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/greenpeace-tuduh-
sinar-mas, terakhir diakses Kamis, 6/14/12 11:18
- Apa Dampak dari Pemanasan Global”, SOS Selamatkan Bumi,
http://www.pemanasanglobal.net/faq/apa-dampak-dari-
pemanasan-global.htm, terakhir diakses Kamis, 6/14/12 10:52
- Berita, “Greenpeace Luncurkan Lagi Bukti Lain Kejahatan
Hutan Sinar Mas Grup, Perusahaan Selandia Baru Hentikan
Kontrak”, Greenpeace Indonesia,
http://www.greenpeace.org/seasia/id/news/sinarmas-bukti-
kejahatan-hutan/, terakhir diakses Kamis, 6/15/12 09:10
- Burhanuddin Bella, “Ayo, Selamatkan Hutan Indonesia!”, Kabar
Indonesia, http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?
id=20081031044344, terakhir diakses Kamis, 6/14/12 11:14
- Burhanuddin Bella, loc. cit.
- Egidius Patnistik , “FOTO: Suhu Beku Landa Eropa”,
Kompas.com,
http://internasional.kompas.com/read/2012/02/13/09444919/FOT
O.Suhu.Beku.Landa.Eropa, terakhir diakses Kamis, 6/14/12
10:27
- Indonesian Companies News Indonesia business spotlight,
“Cargill Ancam Putus Kontrak dengan Sinar Mas”, Tempo.co
bisnis,
http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2010/03/23/cargill
-ancam-putus-kontrak-dengan-sinar-mas/, terakhir diakses
Kamis, 6/15/12 09:55Siaran Pers, “Sang Perusak Hutan Lagi-
lagi Terbukti Melanggar Janji”, Greenpeace Indonesia,
http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/sinarmas-
terbukti-melanggar-janji/, terakhir diakses Kamis, 6/14/12
11:33
- Suwandi Ahmad, “Ketika Penjahat Menjadi Penjahit: Sebuah
Catatan untuk Greenfest 2009”, Greenpeace Indonesia,
http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/ketika-penjahat-
menjadi-penjahit-sebuah-catat/blog/19263/, terakhir diakses
Kamis, 6/15/12 08:39
- TEMPO Interaktif, Jakarta, “Nestle Putuskan Kontrak dengan
Sinar Mas”, Tempo.co bisnis,