Post on 31-Jan-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi di Indonesia seharusnya sudah tumbuh
dengan baik dan berkembang dengan pesat karena
selama pemerintahan Orde Baru (ORBA) perhatian dan
keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan usaha-
usaha koperasi sangat nampak. Keberpihakan
pemerintah untuk memajukan koperasi tidaklah
berbeda dengan keberpihakannya dalam memajukan
dunia usaha sektor swasta dan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
Pemerintah dalam mendorong kemajuan usaha
koperasi telah diberikan berbagai kemudahan-
kemudahan, seperti misalnya kemudahan
mendirikan/membuka koperasi baru, kemudahan
mendapatkan status Badan Hukum (BH),
penyelenggaraan pelatihan dan bimbingan untuk
mendapatkan bantuan permodalan dalam bentuk
penyediaan fasilitas kredit murah dan lain-lain
sebagainya.
Khusus untuk kemudahan dalam memperoleh
bantuan permodalan atau fasilitas kredit,
pemerintah melalui sektor perbankan telah1
menyediakan atau menawarkan fasilitas kredit dengan
tingkat suku Harapan Bersama rendah atau mudah
dijangkau. Keberpihakan pemerintah untuk mendorong
kemajuan dan kemandirian koperasi bukan tanpa
alasan yang jelas, sebab di dalam Pasal 33 ayat 1
UUD 1945 dijelaskan bahwa perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan, kemakmuran masyarakat yang
diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang, dan
bangun usaha yang sesuai dengan itu ialah koperasi.
Selanjutnya dipertegas bahwa koperasi ditempatkan
baik dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian
maupun sebagai bagian integral dari tata
perekonomian nasional.
Namun dari keberpihakan pemerintah selama ini
untuk mendorong kemajuan dan kemandirian koperasi
yang tampak hasilnya adalah perkembangan jumlah-
jumlah koperasi. Dari segi kuantitas koperasi
semakin besar, akan tetapi dari segi kualitas dan
manajemen untuk mendorong kemajuan dan
kemandiriannya masih tertinggal apabila
dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya yakni
sektor usaha swasta dan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).
Apabila ditinjau dari aspek keuangan,
ketertinggalan tersebut tentunya tidak terlepas
2
dari kapasitas manajemen untuk mengelola keuangan
koperasi. Keberhasilan dalam hal ini, akan tampak
melalui parameter-parameter kesehatan finansial
maupun profitabilitasnya, sehingga dalam jangka
pendek kinerja koperasi akan semakin baik dan dalam
jangka panjang pertumbuhannya hanya akan mantap.
Untuk mengetahui tentang keberhasilan
manajemen dalam pengelolaan keuangan serta
permodalannya, dapat dilakukan analisis tentang
aspek-aspek yang relevan, baik secara historis
maupun komparatif dengan koperasi yang sejenis.
Berdasarkan hasil penelitian/analisis tersebut
nantinya dapat diperoleh suatu indikator dan
parameter tentang efektivitas pengelolaan keuangan
suatu koperasi. Hal tersebut tentunya disesuaikan
atas konsep-konsep yang relevan tentang manajemen
keuangan khususnya badan usaha yang berbentuk
koperasi.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut penulis
ingin mengungkap lebih jauh tentang efektivitas
pengelolaan keuangan koperasi dengan judul
”Evaluasi Kinerja Keuangan Pada Koperasi Pegawai
Negeri ”HARAPAN BERSAMA” Sekretariat Kabupaten
Bulungan dengan suatu studi kasus.
B. Perumusan Masalah
3
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka
yang menjadi masalah pokok untuk dibahas dalam
penulisan skripsi ini adalah
sejauhmana pemanfaatan sumber-sumber modal dapat
meningkatkan kinerja koperasi Pegawai Negeri
Harapan Bersama Sekretariat Kabupaten Bulungan.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan sumber-
sumber modal koperasi dalam meningkatkan kinerja
koperasi Pegawai Negeri Harapan Bersama Seretariat
Kabupaten Bulungan.
D. Kegunaan Penulisan
Sedangkan kegunaan dari penulisan ini adalah
diharapkan dapat menjadi :
1. Bahan masukan kepada para pengelola Koperasi
Unit Desa Sekabupaten Bulungan
2. Bahan informasi bagi penulis lainnya yang
berkeinginan untuk mengkaji obyek yang sama
dalam upaya untuk meningkatkan kinerja koperasi
E. Hipotesis
Dalam kaitannya dengan permasalahan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi Hipotesis
dalam penulisan ini adalah ”Diduga bahwa jika
4
pengelolaan keuangan atau pemanfaatan sumber-sumber
modal KUD yang ada pada wilayah Kabupaten Bulungan
diefektifkan maka kinerja keuangannya akan dapat
ditingkatkan”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Keuangan
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Dana dari sumber internal (pemilik
perusahaan) digunakan untuk membeli aktiva tetap
untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-
bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan,
untuk piutang dagang, untuk mengadakan persediaan
kas, untuk kepentingan transaksi, maupun untuk
menjaga likuiditas perusahaan.
Sedangkan perusahaan atau organisasi untuk
menjalankan aktifitas bisnisnya memerlukan aktiva
riil (Real Assets) baik yang berwujud (Tangible Assets)
seperti mesin, pabrik, kantor dan kendaraan,
maupun untuk aktiva yang tidak berwujud (Intangible
Assests) seperti keahlian tehnis, merek dagang dan
paten. Untuk memperoleh aktiva riil tersebut
5
perusahaan selalu mencari sumber-sumber dana dari
sumber lain. Sumber dana dari luar biasanya
seperti menjual saham, obligasi (PT) atau mencari
kredit dari lembaga-lembaga perbankan (Bank).
Menyangkut pengelolaan dana perusahaan adalah
merupakan tugas manajer keuangan yang dalam hal
ini adalah manajer perusahaan. Manajer perusahaan
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan
mengenai investasi dan pendanaan.
Menyangkut usaha perusahaan untuk mendapatkan
dana dan mengalokasikan dana tersebut oleh Bambang
Riyanto disebut sebagai pembelanjaan perusahaan
atau manajemen keuangan dalam arti yang luas
(financial management).lebih lanjut Bambang Riyanto
juga mengemukakan bahwa pembelanjaan (manajemen
keuangan) dalam arti yang sempit hanya meliputi
aktifitas atau usaha untuk mendapatkan dana saja.
Yang terpenting bagi manajemen perusahaan
adalah bahwa dana yang diperoleh dan dana yang
dialokasikan harus dikelolah secara efektif dan
efisien. Dari efektivitas dan efisiensi
pengelolaan dana oleh perusahaan ini maka dapatlah
ditarik pengertian sesungguhnya mengenai manajemen
keuangan, seperti menyangkut manajemen untuk
fungsi-fungsi seperti fungsi perencanaan,
pengarahan dan fungsi pengendalian.
6
2. Fungsi Manajemen Keuangan
Bambang Riyanto mengatakan bahwa pada
dasarnya ada 2 (dua) fungsi manajemen keuangan
(pembelanjaan) yaitu :
a. Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana.
b. Fungsi memperoleh dana.
Fungsi penggunaan atau pengalokasian dana
harus dijalankan secara efisien, artinya setiap
rupiah dana yang tertanam dalam aktiva harus
dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat
menghasilkan tingkat keuntungan investasi atau
rentabilitas yang maksimal. Fungsi penggunaan
dana terdiri atas perencanaan dan pengendalian
penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar
maupun aktiva tetap.
Fungsi penggunaan dana sangat penting karena
dapat menjaga likuiditas dan kontinuitas usaha.
Perencanaan pengalokasian dana yang cermat dan
teliti berdampak terhadap keamanan likuiditas dan
menghindari penganggaran dana (Idle). Efisiensi
penggunaan dapat langsung menentukan besar
kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari
investasi. Agar supaya efisien penggunaan dana
dapat dicapai, maka manajer keuangan harus mampu
mencari alternatif-alternatif investasi yang7
dapat menguntungkan usaha. Demikian halnya dengan
fungsi memperoleh dana juga harus dilakukan
dengan efisien artinya supaya dana yang diperoleh
perusahaan telah diperhitungkan dengan biaya
minimal termasuk syarat-syarat pengendaliannya
dianggap menguntungkan atau tidak memberatkan
perusahaan.
Manajer keuangan atau perusahaan sebagai
orang yang bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan mengenai investasi dan pendanaan
perusahaan harus terlibat langsung dalam
perencanaan dan pengendalian penggunaan dana.
Untuk mendanai investasi dan operasi perusahaan,
manajer keuangan bertanggung jawab dalam
memperoleh dana yang sesuai dengan tingkat
kebutuhannya, baik mengenai jangka waktu
penggunaan dana, persyaratan-persyaratan, maupun
terhadap pembiayaan yang harus digunakan untuk
memperoleh dana tersebut. Sumber-sumber dana
perusahaan dapat diperoleh dari luar perusahaan
seperti dari lembaga perbankan (bank-bank umum),
pasar modal maupun dari sumber-sumber dana
lainnya.
Oleh karena itu untuk memperlancar aliran
kas (dana) yang masuk dari luar ke dalam
perusahaan untuk membiayai investasi dan operasi
8
perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan
manajer keuangan dalam menjalankan fungsi
pendanaan. Kemudian setelah dana itu
diinvestasikan untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan, maka kembali tugas
manajer keuangan/manajer perusahaan untuk mampu
menghasilkan keuntungan. Dari hasil atau
keuntungan yang diraih perusahaan keputusannya
ditentukan oleh manajer keuangan atau perusahaan
mengenai besarnya yang akan dibayarkan kepada
pemilik perusahaan, dan berapa besar
diinvestasikan (Reinvestasi) untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan.
Demikian besarnya peranan manajer keuangan
dalam memperlancar aliran kas atau dana dalam
perusahaan sehingga kadang-kadang ia bertindak
sebagai intermediary atau perantara yang berada
pada posisi di antara sumber atau pemberi
dana/pasar modal, bank pemberi kredit (pinjaman)
dan lain-lain sebagainya di satu pihak dan
operasi perusahaan di lain pihak.
3. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan
Berdasarkan pengertian-pengertian dan
fungsi-fungsi pembelanjaan yang dikemukakan oleh
para ahli, terutama fungsi pembelanjaan9
(manajemen keuangan) yang dikemukakan oleh Ezra
Salomon dan Van Horne maka dapat dikatakan bahwa
ruang lingkup manajemen keuangan meliputi :
a. Pengalokasian dana (investasi) perusahaan,
b. Pemenuhan kebutuhan dana perushaan, dan
c. Kebijaksanaan dividen.
4. Laporan Keuangan (Financial Statement)
Akuntansi adalah seni daripada pencatatan
penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-
peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-
tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara
yang setepat-tepatnya dan dengan pentunjuk atau
dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap
hal-hal yang timbul daripadanya. Berdasarkan
definisi tersebut diketahui bahwa peringkasan
dalam hal ini dimaksudkan adalah pelaporan dari
peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan yang
dapat diartikan sebagai laporan keuangan.
Myer mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
laporan keuangan adalah dua faktor yang disusun
oleh akuntan pada akhir periode untuk satu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar
neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar
pendapatan atau daftar rugi laba.
10
Neraca menggambarkan jumlah aktiva, hutang,
dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal
tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi
laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi
selama periode tertentu. Dalam prinsip-prinsip
akuntansi Indonesia yang dikatakan laporan
keuangan adalah neraca dan perhitungan rugi laba
serta segala, keterangan-keterangan yang dimuat
dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan
sumber dan penggunaan dana-dana.
Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan keuangan
(Progress Report), secara periodik yang dilakukan
pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan
keuangan adalah bersifat historis serta
menyeluruh dan sebagai suatu progress report
laporan keuangan yang terdiri atas data-data
yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara
fakta-fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip
dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi dan
pendapat pribadi.
Fakta-fakta yang telah dicatat mengandung
arti bahwa laporan keuangan ini dibuat
berdasarkan fakta dari catatan akuntansi,
misalnya jumlah uang kas yang tersedia dalam
11
perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah
piutang, persediaan barang dagangan, hutang
maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di
dalam akuntansi mengandung arti bahwa data yang
dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun
anggaran-anggaran tertentu yang merupakan
prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan
pencatatan atau untuk keseragaman.
Sedangkan pendapat pribadi (Personal
Judgement) mengandung maksud bahwa walaupun
pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-
konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah
ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek
pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-
konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung
daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang
bersangkutan.
Jadi oleh karena itu laporan keuangan
(Financial Statement) merupakan hasil utama dari
akuntansi karena ia merupakan alat komunikasi
informasi akuntansi yang penting dan utama
kepada pemakainya.
Untuk mengkomunikasikan informnasi-
informasi yang diperlukan mengenai suatu
12
perusahaan digunakan 4 bentuk laporan keuangan,
yaitu :
1. Perhitungan rugi laba (income statement).
2. Ikhtisar perubahan modal (the statement of owner’s
equity).
3. Neraca (balance sheet).
4. Ihktisar perubahan posisi keuangan (the
statement of changes in financial position).
Namun menurut Munawir S. bahwa laporan
keuangan pada umumnya menjelaskan 2 (dua) hal
pokok yaitu; (a) neraca, dan (b) laporan rugi
laba (R/L).
a. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu.Neraca
memperlihatkan posisi keuangan suatu
perusahaan pada suatu tanggal tertentu, atau
dengan kata lain bahwa neraca memberikan
gambaran usaha sebagai pemilik sumber-sumber
atau harta yang sama besarnya dengan tuntutan
atas sumber-sumber atau harta tersebut.
b. Perhitungan Rugi Laba (Income Statement)
13
Perhitungan atau laporan rugi laba
adalah suatu laporan keuangan yang
memperlihatkan jumlah laba yang dihasilkan
suatu perusahaan selama satu periode. Banyak
orang beranggapan bahwa hal ini merupakan
laporan keuangan yang terpenting karena
tujuannya adalah untuk mengukur apakah suatu
perusahaan berhasil atau gagal mencapai
tujuan pokoknya yaitu mendapatkan laba yang
sesuai (Acceptable Income).
Jadi pada hakekatnya dapat dikatakan
bahwa laporan rugi laba (R/L) adalah
merupakan suatu laporan yang sistematis
tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang
diperoleh suatu perusahaan selama periode
tertentu.
c. Laporan Keuangan Koperasi
Laporan keuangan koperasi pada
prinsipnya tidak berbeda dengan laporan
keuangan perusahaan. Di dalam laporan
keuangan koperasi yang umum disajikan adalah
neraca dan laporan hasil usaha (SHU). Neraca
adalah laporan yang sistematis tentang
aktiva, hutang dan modal dari suatu
perusahaan atau koperasi pada suatu saat
14
tertentu. Tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu koperasi
pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada
waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan
sisanya pada suatu akhir tahun buku.
Ada 3 (tiga) hal atau bagian penting yang
terkandung di dalam neraca, yaitu :
a. Aktiva
b. Hutang, dan
c. Modal
Aktiva tidak terbatas pada kekayaan
perusahaan/koperasi yang berwujud saja,
tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran
yang belum dialokasikan atau biaya yang masih
harus dialokasikan pada perusahaan yang akan
datang serta aktiva yang tidak berwujud
lainnya. Aktiva perusahaan dapat dibedakan
menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar
dan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar.
Aktiva lancar di koperasi biasanya
terdiri atas kas, bank, piutang kredit
anggota, piutang kredit non anggota, piutang
usaha, piutang lain-lain, persediaan, dan
lain-lain sebagainya. Sedangkan aktiva tetap
di koperasi biasanya terdiri atas bangunan,
mesin dan peralatan, kendaraan dan inventaris
15
kantor. Ada yang berwujud dan ada yang tidak
berwujud.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan
koperasi kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber
dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditur. Hutang dapat dibedakan ke dalam
hutang lancar atau hutang jangka pendek, dan
hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek
koperasi biasanya berbentuk hutang usaha
(dagang), hutang biaya-biaya bank, dan hutang
kredit (pinjaman). Sedangkan hutang jangka
panjang koperasi biasanya berbentuk simpanan
sukarela, hutang kredit bank, hutang obligasi,
hutang hipotik dan hutang-hutang jangka
panjang lainnya.
Sedangkan modal koperasi adalah merupakan
nilai hak kepemilikan koperasi atas seluruh
kekayaan koperasi. Modal koperasi meliputi
simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan
modal, hibah/donasi dan modal penyertaan.
Modal koperasi dapat diperoleh dari sumber
internal dan dapat pula diperoleh dari sumber
eksternal yang meliputi anggota koperasi,
anggota koperasi lainnya, bank dan lembaga
keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan
16
surat hutang lainnya serta sumber-sumber
lainnya yang sah. (Revrisond Baswir, 1997).
5. Analisis Rasio Keuangan
Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah
membantu manajer keuangan memahami apa yang perlu
dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi
yang tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari
financial statement. Analisis rasio membiasakan
pimpinan membuat keputusan atau pertimbangan
tentang apa yang perlu dicapai oleh perusahaan dan
bagaimana prospek yang dihadapi oleh perusahaan di
masa yang akan datang. Fokus dari analisis ini
akan berbeda menurut kepentingan khususnya dari
analyst, atau pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya.
Analisis rasio tidak hanya berguna bagi
kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi
pihak luar. Pihak luar yang dimaksud adalah calon
investor atau kreditur yang akan menanamkan dana
usaha dalam perusahaan melalui pasar modal, dengan
cara membeli saham perusahaan yang go public.
Bagi manajer keuangan, dengan menghitung
rasio-rasio tertentu akan memperoleh suatu
informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang
dihadapi oleh perusahaan di bidang keuangan,17
sehingga dapat membuat keputusan-keputusan yang
penting bagi kepentingan perusahaan untuk masa
yang akan datang.
6. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Menurut Syafaruddin Alwi rasio-rasio keuangan
pada umumnya diklasifikasikan menjadi 4 (empat)
macam yaitu :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
yang jangka pendek yang berupa hutang-hutang
jangka pendeknya kurang 1 (satu) tahun. Rasio-
rasio yang tergolong ke dalam rasio likuiditas
adalah :
1). Rasio Lancar
Rasio lancar adalah perbandingan antara
aktivalancar dengan hutang lancar.
Rasio lancar = Aktiva LancarHutang Lancar
Hasil dari perbandingan ini menunjukkan
seberapa jauh tuntutan kreditor jangka
pendek dapat dipenuhi oleh harta perusahaan
yang diperkirakan dapat menjadi tunai dalam
periode yang sama dengan jatuh tempo hutang.
18
Aktiva lancar terdiri atas kas, surat
berharga, piutang dan persediaan, sehingga
kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang,
hutang bank jangka pendek, hutang jangka
panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu
tahun, termasuk juga kewajiban pajak dan
biaya-biaya lainnya yang masih harus dibayar
2). Rasio Cepat
Rasio cepat atau biasa juga disebut
rasio cair ialah perbandingan aktiva lancar
dikurang dengan persediaan dengan kewajiban
lancar.
Rasio cepat = Aktiva Lancar- Persediaan
Hutang Lancar
Persediaan termasuk dalam unsur aktiva
lancar yang paling tidak likuid dan sering
menimbulkan kerugian.
b. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
apabila perusahaan tersebut di likuidasi. Jika
perusahaan di likuidasi, apakah kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut cukup untuk
memenuhi semua hutang-hutangnya.
19
Rasio solvabilitas (Leverage) menggambarkan
perbandingan antara dana yang disediakan oleh
pemilik perusahaan dengan dana dari kreditor.
Perusahaan dengan rasio solvabilitas atau rasio
leverage yang rendah akan memiliki rasio rugi
yang lebih kecil. Jika kondisi ekonomi sedang
fluktuatif atau menurun, tapi juga memberikan
hasil pengembalian yang lebih rendah pada waktu
ekonomi sudah membaik. Sebaliknya perusahaan
dengan rasio solvabilitas (Leverage) yang tinggi
akan mempunyai kerugian yang besar demikian pula
dapat memberikan prospek untuk mendapatkan laba
yang tinggi. Keputusan manajemen untuk
menggunakan Leverage hendaknya mengembangkan
hasil pengembalian yang lebih tinggi terhadap
peningkatan resiko.
1). Rasio Hutang
Rasio Hutang (Leverage) dihitung sebagai rasio
hutang. Artinya jumlah hutang dibagi dengan
jumlah harta.
Rasio Hutang = Jumlah HutangJumlah Harta
Yang termasuk rasio hutang adalah semua hutang
lancar dan semua obligasi (hutang jangka
panjang).
2). Laba terhadap biaya Harapan Bersama.
20
Rasio leverage (Solvabilitas) dihitung sebagai
laba terhadap biaya Harapan Bersama, adalah
membagi laba sebelum Harapan Bersama dan pajak
(EBIT) dengan biaya Harapan Bersama.
Laba terhadap biaya Harapan Bersama =Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Biaya Bunga
3). Penutupan beban tetap.
Rasio Leverage (solvabilitas) dihitung sebagai
penutupan biaya tetap, hampir sama dengan
rasio laba terhadap biaya Harapan Bersamaa,
tetapi ditambahkan biaya-biaya lain misalnya
biaya sewa peralatan (Leasing) dan menanggung
kewajiban jangka panjang atas dasar kontrak
sewa.
Penutupan biaya tetap =Laba Sebelum Pajak + Biaya Bunga + Kewajiban Sewa
Biaya Bunga + Kewajiban Sewa
c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menggambarkan seberapa jauh
perusahaan menggunakan sumber daya yang
dimilikinya secara efektif. Rasio efektivitas
membandingkan antara tingkat penjualan dan
investasi pada berbagai jenis harta. Kalau rasio
aktifitas dijadikan sebagai patokan maka dengan
sendirinya diperlukan adanya keseimbangan yang
layak antara penjualan dengan beberapa unsur harta21
seperti misalnya persediaan, piutang, harta tetap
dan harta-harta lainnya.
Rasio-rasio aktifitas dapat meliputi :
1). Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio aktifitas artinya rasio yang
membandingkan antara penjualan dengan
persediaan.
Perputaran Persediaan = Penjualan
Persediaan
Makin tinggi angka ratio perputaran
persediaan berarti makin baik karena perusahaan
tersebut tidak menyimpan persediaan dalam
jumlah yang berlebihan. Penyimpanan harta dalam
jumlah yang berlebihan membiarkan harta tidak
produktif atau merupakan investasi dengan
tingkat pengembalian rendah atau bahkan mungkin
sama dengan nol. Dalam menghitung rasio
perputaran persediaan ada 2 (dua) masalah yang
perlu diperhatikan, yang pertama adalah
menyangkut kesesuaian satuan dari penjualan dan
persediaan. Penjualan biasanya dihitung sesuai
dengan harga pasar. Sedangkan persediaan
dihitung atas dasar biaya. Untuk mengatasi hal
tersebut maka ada beberapa perusahaan yang
menggunakan harga pokok penjualan (HPP) sebagai
pengganti harga penjualan pasar. masalah
22
lainnya adalah bahwa penjualan terjadi
sepanjang tahun sedangkan untuk persediaan
menunjukkan angka pada saat tertentu. Oleh
karena itu untuk mengatasi hal seperti ini maka
digunakan angka rata-rata atau angka persediaan
awal ditambah persediaan akhir kemudian dibagi
dua. Apabila kegiatan perusahaan bersifat
musiman atau mengalami kenaikan dan penurunan
penjualan yang sangat tajam sepanjang tahun
maka perlu diadakan beberapa kebijakan-
kebijakan atau penyesuaian-penyesuaian.
2). Perputaran Harta Tetap (Fixed Assets Turn Over)
Perputaran harta tetap membandingkan antara
penjualan dengan harta tetap bersih.
Perputaran Harta Tetap = Penjualan
Harta Tetap Bersih
Semakin tinggi tingkat perputaran harta tetap
berarti semakin baik, maksudnya penggunaan
peralatan dan mesin untuk berproduksi semakin
efisien.
3). Perputaran Harta (Total Assets Turn Over)
Rasio aktifitas juga dapat dihitung sebagai
perputaran harta yang memperlihatkan
perputaran Harapan Bersamaan dengan cara
memperbandingkan seluruh penjualan dengan
seluruh harta.
23
Perputaran Harta = Penjualan
Jumlah Harta
Hasil perhitungan ini menunjukkan volume
bisnis yang dihasilkan perharta yang
diinvestasikan. Makin tinggi angka yang
dihasilkan berarti perusahaan tersebut makin
baik karena menghasilkan volume bisnis yang
relatif tinggi.
D. Rasio Profitabilitas atau Rasio Rentabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan
efektivitas manajemen jika dilihat dari laba yang
dihasilkan terhadap penjualan dan investasi yang
dihasilkan. Profitabilitas merupakan kinerja yang
dihasilkan oleh manajemen. Profitabilitas dapat
dilihat sebagai marjun laba atas penjualan dan
hasil pengembalian modal sendiri (Return On Net
Worth).
1). Margin Laba Atas Penjualan
Rasio profitabilitas dihitung sebagai
margin laba atas penjualan. Margin (Profit
Margin On Sales) dihitung dari laba bersih
sesudah pajak dibagi dengan penjualan,
menghasilkan laba untuk setiap rupiah (atau
satuan moneter lain).
Margin Laba Atas Penjualan =Laba Bersih (SHU)
Penjualan24
Makin tinggi angka yang diperoleh dari
pembagian tersebut berarti makin baik karena
dihasilkan laba (SHU bagi koperasi) yang
relatif besar terhadap penjualan.
2). Hasil Pengembalian Modal Sendiri (Return On
Net Worth).
Rasio profitabilitas ini menggambarkan
tingkat hasil pengembalian dari investasi
pemegang saham atau pemilik modal. Besar
kecilnya tingkat pengembalian modal
ditentukan dari hasil pembagian antara rasio
laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
Hasil Pengembalian Modal Sendiri = Laba BersihModal Sendiri
3). Hasil Pengembalian Harta (Return On Total
Assets).
Rasio profitabilitas dihitung sebagai hasil
pengembalian harta merupakan suatu ukuran
dari efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumber dayanya. Kadang-
kadang disebut dengan hasil pengembalian atas
investasi,ROI(Return On Investment) Berdasarkan
perhitungan sebelum pajak maka rasionya
adalah EBIT (Earning Before Interest and Tax)/Total
25
Assets), laba sebelum Harapan Bersamaa dan
pajak dibagi dengan jumlah harta.
Apabila dalam perhitungan, diperhitungkan
faktor pajak, maka formula perhitungannya
menjadi sebagai berikut :
Hasil pengembalian harta =Laba bersih - Bunga (1- T)
Jumlah harta
Menurut I. Fred Weston, Thomas E.
Copeland dalam buku Manajemen Keuangan
secara garis besar rasio-rasio keuangan
di samping rasio likuiditas, rasio
leverage (solvabilitas), rasio aktifitas,
rasio profitabilitas dapat pula dihitung
rasio pertumbuhan dan rasio penilaian.
Rasio pertumbuhan memberikan gambaran
tentang kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan posisi ekonominya baik di
dalam industrinya maupun di dalam
kegiatan ekonomi secara menyeluruh.
Pertumbuhan ekonomi, industri dan
pertumbuhan perusahaan mencerminkan
adanya faktor-faktor inflasi dan faktor-
faktor lainnya yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan riil. Sedangkan rasio
penilaian menggambarkan kemampuan
26
manajemen dalam menciptakan nilai pasar
yang melampaui biaya investasi. Rasio
penilaian merupakan ukuran prestasi
perusahaan yang terkadang dianggap paling
lengkap karena mencerminkan rasio resiko
dan rasio hasil pengembalian. Sebagai
contoh rasio penilaian misalnya rasio
harga terhadap laba (Price to Earning) dari
saham. Rasio penilaian yang lain yang
tidak kala pentingnya adalah rasio harga
pasar saham dibandingkan dengan nilai
buku. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai
pasar keuangan berkaitan erat dengan
manajemen dan organisasi perusahaan yang
sedang beroperasi. Sedangkan dalam
pengertian lain, nilai buku merupakan
nilai historis dari harta fisik suatu
perusahaan. Perusahaan yang sehat dengan
manajemen dan organisasi yang kuat akan
berfungsi secara efisien serta akan
memiliki nilai pasar yang lebih tinggi
daripada nilai buku harta fisiknya atau
paling tidak sama.
27
7. Penggunaan Rasio Keuangan Dan
Keterbatasannya
a. Penggunaan Rasio-Rasio Keuangan
Telah diuraikan sebelumnya bahwa analisa
rasio keuangan dapat dipergunakan untuk
menganalisis dan mengevaluasi kinerja usaha
dari suatu perusahaan atau koperasi. Hal
tersebut diterapkan untuk kepentingan
intern dan atau kepentingan ekstern.
Maksudnya penggunaan rasio analisis
keuangan tersebut untuk mengevaluasi
kinerja usaha dari perusahaan sendiri atau
perusahaan lain yang akan atau sedang dalam
huHarapan Bersamaan bisnis atau usaha.
Dalam analisis rasio keuangan dapat dipilih
jenis rasio-rasio yang paling sesuai dengan
tujuan analisis. Jenis-jenis analisis
tersebut dianggap saling melengkapi.
Sedangkan yang tidak saling menunjang atau
28
yang tidak begitu jelas pada rasio tertentu
dapat diperkuat dengan rasio yang lain.
Sebagai contoh misalnya seorang manajer
perkreditan dari suatu lembaga perbankan
dalam melaporkan perkembangan keuangannya
umunya hanya memilih tiga jenis rasio-rasio
keuangan dari suatu perusahaan/koperasi
yang bertujuan memanfaatkan fasilitas
kredit dari bank sebagai dasar untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan tersebut.
Ketiga rasio yang dimaksud adalah rasio
utang terhadap jumlah harta, salah satu
rasio dari rasio likuiditas misalnya rasio
lancar atau rasio cepat dan rasio
profitabilitasnya. Dengan demikian manajer
perkreditan dari bank akan dapat dengan
mudah mengetahui besarnya modal sendiri
yang dimiliki, besarnya kewajiban jangka
pendeknya demikian pula terhadap prospek
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba29
pada kegiatan bisnis atau usaha dari
perusahaan itu. Berdasarkan kondisi-kondisi
seperti itu maka manajer kredit dapat
mempertimbangkan kinerja dari perusahaan
yang akan mengambil kredit apakah layak
untuk dikabulklan atau direalisasikan
permohonannya atau tidak direalisasikan
permohonan kreditnya.
b.Keterbatasan Penggunaan Analisis Rasio
Keuangan
Walaupun rasio keuangan dianggap
sangat berguna akan tetapi tidak terlepas
dari keterbatasan-keterbatasan sehingga
hendaknya dipergunakan dengan sangat hati-
hai atau bijaksana. Salah satu keterbatasan
penggunaan analisis rasio keuangan adalah
berawal dari data keuangan itu sendiri.
Rasio-rasio keuangan disusun dari data-data
akuntansi dan data tersebut dipengaruhi
30
oleh cara-cara penafsiran yang berbeda dan
bahkan dapat merupakan hasil manifulasi.
Sebagai contoh misalnya jika ada dua
perusahaan yang menggunakan metode
penyusutan dan penilaian pesediaan yang
berbeda maka tentu hal ini sangat
tergantung dari prosedur-prosedur yang
dianut, dan sebagai akibatnya adalah laba
yang dilaporkan dapat lebih tinggi dan
dapat pula lebih rendah. Perbedaan-
perbedaan lainnya misalnya pada prosedur
pengeluaran dana untuk kegiatan penelitian
dan pengembangan, pengeluaran dana untuk
dana pensiun, pengeluaran dana untuk
jaminan produk atau pada piutang macet,
pada perbedaan tahun fiskal dan lain-lain
sebagainya. Jadi pada prinsipnya jika rasio
kedua perusahaan dibandingkan maka
diperlukan adanya analisis data akuntansi
yang dipergunakan sebagai dasar untuk31
perhitungan rasio dan mengadakan studi
perbandingan atas berbagai bentuk
perbedaan-perbedaan yang dianggap sebagai
perbedaan pokok atau utama.
Seorang manajer keuangan harus sangat
berhati-hati dalam menentukan atau
menetapkan apakah suatu rasio tertentu
dianggap baik atau buruk sehingga
diperlukan tambahan data untuk dapat
melengkapinya. Salah satu contoh misalnya
rasio perputaran persediaan yang sangat
tinggi dapat menunjukkan adanya kekurangan
jumlah persediaan dan besar kemungkinannya
terjadi kehabisan persediaan. Dalam hal
seperti ini jika ditemukan perbedaan rasio
keuangan dengan rasio standar dari rata-
rata industri maka sebaiknya diperlukan
penelitian yang lebih mendalam untuk
menentukan faktor-faktor penyebabnya.
Sebaliknya jika rasio keuangan sesuai atau32
sama dengan rasio-rasio industri tidak
menjamin bahwa perusahaan tersebut telah
berjalan normal atau memiliki manajemen
yang baik karena dalam waktu singkat banyak
cara untuk membuat rasio-rasio keuangan
perusahaan yang sesuai atau sama dengan
rasio keuangan rata-rata industri, ini
berarti bahwa telah terjadi manifulasi
data. Untuk menghindari hal semacam ini
maka para analis harus mengembangkan
informasi dari tangan pertama untuk menguji
data yang ada, kegiatan operasi perusahaan
dan sistem manajemen yang sesungguhnya yang
diterapkan. Para analis hendaknya tidak
dapat terlena atau langsung mempercayai
data-data yang seusia dengan data standar
industri (rasio-rasio industri).
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa analisis rasio-rasio keuangan
merupakan alat yang sangat berguna seperti33
misalnya metode analisis yang lain dimana
alat tersebut harus digunakan dengan hati-
hati serta bijaksana. Analisis rasio-rasio
keuangan adalah merupakan suatu bagian
penting dari proses penelitian untuk
mengevaluasi kinerja suatu perusahaan, akan
tetapi masih harus dilengkapi dengan
informasi-informasi lain yang menunjang dan
dapat diperoleh apabila para analis terjun
langsung ke perusahaan-perusahaan yang
dimaksud.
8. Kinerja Keuangan
9. Evaluasi Kinerja Keuangan
Untuk mendapatkan data tentang
perkembangan usaha perusahaan perlu diadakan
interprestasi atau analisis tentang data-data
keuangan perusahaan yang bersangkutan. Data-
data keuangan itu tercermin di dalam laporan
keuangannya.
34
Laporan keuangan (Financial) memberikan
ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan dimana neraca mencerminkan nilai
aktiva utang dan modal sendiri pada suatu saat
tertentu. Sedangkan laporan rugi laba
mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal
sendiri pada saat tertentu, dan laporan
keuangan mencerminkan hasil-hasil yang dicapai
selama periode tertentu.
Menganalisis laporan keuangan perusahaan
sangat bermanfaat bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui keadaan dan perkembangan
perusahaan yang dipimpinnya artinya diketahui
hasil-hasil keuangan yang telah dicapai di
waktu-waktu yang lalu maupun keadaan sekarang,
atau yang sedang berjalan. Di samping itu dapat
pula diketahui kelemahan-kelemahan dan hasil-
hasil yang sudah dianggap cukup baik.
Hasil-hasil analisis tentang keadaan
keuangan perusahaan dapat pula bermanfaat35
untuk memperbaiki penyusunan rencana
perusahaan untuk tahun-tahun yang akan datang.
Banyak pihak yang kepentingan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Pihak-pihak yang
dimaksud adalah di samping untuk kebutuhan
internal perusahaan juga terhadap para
kreditur dan para investor atau pihak di luar
perusahaan.
Analisis/evaluasi kinerja keuangan pada
dasarnya dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara
yaitu analisis historis dan analisis
komparatif.
a. Analisis Historis (Data Periode Lalu)
Analisis historis membandingkan rasio-
rasio dari beberapa tahun lalu dengan rasio
keuangan sekarang maupun terhadap rasio-
rasio untuk waktu-waktu yang akan datang
dari perusahaan yang sama. Misalnya Current
Ratio tahun 2012 dibandingkan dengan tahun-
36
tahun sebelumnya. Dengan membandingkan
rasio-rasio tersebut dari tahun-tahun ke
tahun akan diketahui perubahan-perubahan
yang terjadi dari tahun ke tahun.
b. Analisis Komparatif (Rata-rata Industri)
Analisis komparatif dimaksudkan adalah
untuk membandingkan rasio-rasio dari suatu
perusahaan (koperasi) dengan rasio-rasio
keuangan dari perusahaan lain yang sejenis
atau industri untuk waktu yang sama. Dengan
membandingkan rasio-rasio
perusahaan/koperasi dengan rasio industri
dapat diketahui apakah perusahaan/koperasi
dalam aspek keuangan (finansial) berada di
atas rata-rata rasio industri atau di
bawahnya. Rasio-rasio industri yang
dijadikan pembanding (Syafaruddin Alwi,
1997) dapat dilihat pada tabel berikut :
37
Tabel 2.1. Rasio-rasio Keuangan Standar (Rata-
rata Industri)
No
.Komponen
Persentase (Rata-rata
Industri)
1.
2.
3.
4.
Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar
b. Rasio Cepat
Rasio Solvabilitas
a. Debt Equity Ratio
b. Debt/Total Assets
Ratio
Ratio Aktivitas
Perputaran persediaan
(TotalAssets Turn
Over)
Rasio Profitabilitas
a.Profit Margin On
Sales
b.Hasil pengembalian
atas modal
250 %
150 %
200 %
50 %
2,5 kali
6 %
40 %
38
Sumber : Alat-alat Analisis Dalam
Pembelanjaan.
Sedangkan untuk menilai kesehatan
koperasi digunakan rasio standar yang
ditetapkan oleh Dirjen Pembinaan Koperasi yang
meliputi komponen-komponen penilaian seperti
Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas atau
yang disingkat RLS dengan standar dan bobot
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Rasio Standar Keuangan Koperasi
NO KOMPONENSTANDAR
(%)
REALISAS
I
(%)
BOBOT
(%)
NILA
I
(%)
1.
2.
3.
Rentabili
tas
Likuidita
s
Solvabili
tas
10
125
110
-
-
-
40
30
30
-
-
-
39
Jumlah 100
Sumber : Koperasi Kabupaten Bulungan
Dari komponen penilaian yang ditetapkan
dari Direktorat Jenderal Pembinaan Koperasi
tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila
rentabilitas koperasi mencapai 10 %,
likiuditas dicapai sebesar 125 % dan
Solvabilitasnya sebesar 110 % maka koperasi
yang bersangkutan dinilai baik dan dapat
memperoleh peringkat B (baik). Semakin tinggi
rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas
yang dicapai oleh koperasi maka semakin
tergolong sehat koperasi yang bersangkutan.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
deskriptif studi kasus, artinya suatu penelitian
yang mempelajari secara mendalam tentang Koperasi
Pegawai Negeri “Harapan Bersama” Sekretariat
Kabupaten Bulungan sekarang dan interaksinya pada
tahun-tahun yang lalu.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Adapun yang menjadi obyek penelitian pada
penulisan skripsi ini adalah pada Koperasi Pegawai
Negeri “Harapan Bersama” Kantor Sekretariat
Kabupaten Bulungan . Dan waktu penelitian kurang
lebih tiga bulan dari Bulan Januari – Maret.
C. Rincian Data Yang Diperlukan
Adapun rincian data yang diperlukan untuk
penulisan ini adalah sebagai berikut :
41
1. Gambaran umum KPN “Harapan Bersama” Kantor
Sekretariat Kabupaten Bulungan.
2. Struktur Organisasi
3. Penyajian data penelitian
4. Gambaran manajemen keuangan dan variabel
penelitian Koperasi Pegawai Negeri “Harapan
Bersama” Kabupaten Bulungan.
D. Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode sebagai berikut :
a. Penelitian Kepustakaan ( Library Research ) . Teknik
ini dilakukan dengan cara membaca atau
mempelajari buku-buku literature yang erat
kaitannya dengan penulisan skripsi ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research) meliputi :
a. Observasi dilakukan dengan menetapkan sasaran
pengamatan terlebih dahulu. Sasaran pengamatan
meliputi unit-unit usaha yang menunjang42
kemajuan usaha koperasi yang meliputi usaha
Wartel, waserda serta kegiatan-kegiatan
organisasi koperasi lainnya.
b. Interview atau wawancara adalah merupakan
suatu metode yang dilakukan dengan jalan
wawancara langsung dengan manajer koperasi,
dan sejumlah anggotanya yang “Harapan Bersama”
dengan penulisan skripsi ini.
E. Alat Analisis Data
Alat analisis data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Neraca dan Laporan rugi laba (R/L)
komparatif/historis Koperasi ”HARAPAN BERSAMA”
Kantor Sekretariat Kabupaten Bulungan dari
tahun buku 2010 sampai dengan tahun buku 2012.
2. Menghitung rasio-rasio keuangan Koperasi Pegawai
Negeri (KPN) ”Harapan Bersama” Kantor Sekretariat
Kabupaten Bulungan dari tahun buku 2010 sampai
dengan tahun buku 2012, yang meliputi kelompok :
43
a. Rasio likuiditas.
b. Rasio solvabilitas atau leverage.
c. Rasio aktivitas.
d. Rasio profitabilitas.
3. Analisis Dan Evaluasi
a. Analisis Historis dan Komparatif
Dari penyusunan neraca dan laporan rugi
laba (Laporan Hasil Usaha) bagi KPN ”HARAPAN
BERSAMA” selama 4 (empat) tahun yakni dari
tahun buku 2008 sampai dengan tahun buku 2011
maka dapat dihitung rasio-rasio keuangan
perusahaan/koperasi yang meliputi rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
aktivitas dan rasio profitabilitas.
Perhitungan rasio-rasio tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui perkembangan finansiil
Koperasi Pegawai Negeri (KPN) ”Harapan
Bersama” Kantor Sekretariat Kabupaten
Bulungan. Hasil-hasil perhitungan rasio-rasio
keuangan tersebut kemudian dianalisis untuk44
menentukan kinerja Koperasi Pegawai Negeri
(KPN) ”Harapan Bersama” Kantor Sekretariat
Kabupaten Bulungan.
b. Evaluasi Kinerja Keuangan Koperasi Pegawai
Negeri (KPN) ”Harapan Bersama” Kantor
Sekretariat Kabupaten Bulungan
Kinerja keuangan Koperasi Pegawai Negeri
(KPN) ”Harapan Bersama” Kantor Sekretariat
Kabupaten Bulungan dapat dilihat dari
perkembangan laporan finansial (keuangan)
selama 1 tahun yakni dari tahun 2010 buku
sampai dengan tahun buku 2011 setelah
dibandingkan dengan rasio-rasio standar, baik
terhadap rasio standar yang ditetapkan oleh
Departemen Koperasi maupun rasio-rasio standar
perusahaan atau rasio rata-rata industri.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.Profil KPN “HARAPAN BERSAMA” Sekretariat Daerah
Kabupaten Bulungan.
KPN ”HARAPAN BERSAMA”Sekretariat Daerah
Kabupaten Bulungan berdiri pada tahun 1987.
mendapatkan status sebagai Badan Hukum (BH)
Koperasi dari Kantor Wilayah Departemen Koperasi
Propinsi Kalimantan Timur pada tanggal 25 Juli
1987, dengan No. 4725/BH/VII/1987. Sejak berdiri
hingga sekarang telah 14 kali menyelenggarakan
Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan sudah 5 kali
mengalami penggantian pengurus.
a. Organisasi Dan Manajemen
Jumlah pengurus dan pengawas KPN ”HARAPAN
BERSAMA” sebanyak 5 orang, sedangkan karyawan
sebanyak 11 orang. Karena anggota KPN ”HARAPAN
BERSAMA” jumlahnya relatif besar, pengurus46
mengangkat manajer untuk menjalankan dan
mengelola koperasi setiap hari. Pengurus dan
pengelola bekerja berdasarkan job description
(pembagian kerja) supaya dapat efektif dan
efisien. Struktur organisasi KPN ”HARAPAN
BERSAMA” dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 1. Struktur Organisasi KPN ”HARAPAN BERSAMA”
Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan
47
PembinaPengurus
Pengelola/Manajer
BagianAdministrasiDan Keuangan
Bagian Operasional
Bagian U S P
Akuntansi
Kasir
Administrasi
Pertokoan
Foto copy
Beras
UnitS P
Penjualan/Pemasaran
Pembukuan
Sumber : KPN ”HARAPAN BERSAMA” Sekretariat Daerah
Kabupaten Bulungan
b. Keanggotaan
Jumlah anggota KPN ”HARAPAN BERSAMA”
Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan selama 2
tahun terakhir; (a) Tahun buku 2010 (265
orang), (b) tahun buku 2011 (276 orang)
Penurunan jumlah anggota tersebut
disebabkan oleh antara lain pindah tugas ke
Sekretariat Daerah lain, meninggal dunia, dan
pensiun. Di samping itu penyebab lainnya adalah
karena tidak adanya penerimaan dosen-dosen baru
di lingkungan Sekretarian Daerah selama 2 (dua)
tahun terakhir. Walaupun jumlah anggota48
menurun, tetapi jumlah kekayaan (modal) KPN
”HARAPAN BERSAMA” semakin meningkat, hal itu
disebabkan karena simpanan wajib naik terus
seiring dengan kenaikan golongan masing-masing
anggota. Makin tinggi golongan anggota makin
tinggi simpanan wajibnya.
c. Adminsitrasi
Kegiatan adminsitrasi dikelompokkan ke
dalam 2 (dua) jenis kegiatan.
1.Adminsitrasi Umum
Kegiatan adminsitrasi umum terlaksana
baik karena mengacu kepada UU No. 25 Tahun
1997 tentang Perkoperasian dan didukung
dengan sistem komputerisasi.
2 .Adminsitrasi Keuangan/Akuntansi
Kegiatan adminsitrasi
keuangan/akuntansi dapat berjalan baik karena
diddukung oleh tenaga-tenaga akuntan yang
berpengalaman. Adminsitrasi49
keuangan/akuntansi dikelola dengan sistem
komputerisasi akuntansi secara penuh. Berbeda
di waktu awal pendirian proses akuntansi
berjalan lamban karena dikerjakan secara
manual.
d. Permodalan
Sumber permodalan KPN ”HARAPAN BERSAMA”
Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan
didapatkan dari 2 (dua) sumber yaitu :
a. Sumber internal yang terdiri atas simpanan
pokok, simpanan wajib, cadangan koperasi,
simpanan sukarela, donasi dan sumber-
sumber internal lainnya yang sah.
b. Sumber eksternal terdiri atas kredit-
kredit yang diperoleh dari lembaga-lembaga
perbankan (bank).
Selama 2 (dua) tahun (2010 – 2011)
terakhir jumlah modal yang dioperasikan KPN
”HARAPAN BERSAMA”Seretariat Daerah
menurun, disebabkan karena selama 2 tahun50
terakhir modal pinjaman dari bank untuk
sementara dihentikan karena tingkat suku
Harapan Bersamaa bank masih relatif tinggi.
Kerjasama dengan lembaga perbankan nanti
dilanjutkan lagi pada tahun buku 2010
karena tingkat suku Harapan Bersamaa sudah
berangsur-angsur sudah mulai menurun yakni
antara 15 % sampai 17 % pertahun.
e. Unit Usaha
Unit-unit usaha yang dijalankan oleh
KPN ”HARAPAN BERSAMA” Kabupaten Bulungan
meliputi :
1. Unit usaha simpan-pinjam (perkreditan).
2. Unit usaha pertokoan.
3. Unit usaha perberasan.
4. Unit usaha foto copy.
Unit usaha yang memberikan kontribusi
terbesar kepada KPN ”HARAPAN BERSAMA” adalah
usaha simpan pinjam (perkreditan) dan unit
usaha pertokoan. Unit usaha foto copy dan51
unit usaha beras kontribusinya masih rendah
karena harga beras dan tarif foto copy sudah
sangat bersaing dengan usaha-usaha foto copy
lainnya di tempat yang tidak berjauhan.
B. Laporan Keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA” Kabupaten
Bulungan
Untuk mengetahui gambaran perkembangan kemajuan
keuangan Koperasi Pegawai Negeri (KPN) ”HARAPAN
BERSAMA” di bawah ini disajikan data atau neraca dan
laporan hasil usaha (Laporan R/L) KPN ”HARAPAN
BERSAMA” dari tahun 2010 sampai dengan tahun buku
2011 sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Sedangkan Laporan Sisa Hasil Usaha (laporan R/L)
KPN ”HARAPAN BERSAMA” selama tahun 2011, 2010, 2009
dan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 4 berikut :
1. Pembahasan dan Analisis52
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari
hasil penelitian khususnya data tentang Laporan
Keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA” Sekretariat Daerah
Kabupaten Bulungan yang terangkum dalam neraca dan
Laporan Hasil Usaha (R/L) selama 4 tahun buku yakni
dari tahun buku 2008 hingga tahun buku 2011 maka
dapat dihitung rasio keuangan sebagai berikut.
2. Perhitungan Rasio-Rasio Keuangan KPN ”HARAPAN
BERSAMA” Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan.
Rasio-rasio keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA”
kopertis Wilayah Kabupaten Bulungan yang dihitung
meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas
(leverage), rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas atau rentabilitas.
1. Rasio Keuangan Tahun 2010
Berdasarkan neraca dan laporan sisa hasil
usaha KPN ”HARAPAN BERSAMA” Kopertis
sebagaimana yang tertera dalam tabel 3 dan
53
tabel 4,maka dapat dihitung rasio-rasio sebagai
berikut
a. Rasio Likuiditas
- Dihitung sebagai rasio lancar.
Rasio Lancar =Aktiva LancarHutang Lancar
=1.602.084.584,731.460.356.597,41
= 109 % (1,09 kali)
- Dihitung sebagai rasio cepat.
Rasio Cepat =Aktiva Lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
=
1.602.084.584,73−40.933.487,001.460.356.597,41
= 106 % (1,06 kali)
b. Rasio Solvabilitas
- Dihitung sebagai rasio solvabilitas
atau leverage.
Rasio Solvabilitas=Jumlah AktivaJumlah Hutang
54
=3.018.783.513,732.618.387.577,41
= 115 %
Rasio Hutang =Jumlah HutangJumlah Aktiva
=2.618.387.577,413.018.783.513,73
= 71,24 %
c. Rasio Aktifitas
- Dihitung sebagai perputaran
persediaan (Inventory Turn Over).
Perputaran Persediaan =PenjualanPersediaan
=244.852.383,0040.933.487,00
= 5,98 kali
d. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
- Dihitung sebagai margin laba atas
penjualan (Profit Margin On Sales).
Margin Laba Atas Penjualan =
SHU BersihPenjualan
55
=14.798.396,91244.852.283,00
= 6 %
- Dihitung sebagai hasil pengembalian
modal sendiri (Return On Net Worth).
Hasil Pengembalian Atas Modal :
=SHUBersih
Modal
=14.798.396,66400.395.936,72
= 3,6 %
2. Rasio Keuangan Tahun 2009
Berdasarkan neraca dan laporan Hasil
Usaha (R/L) tahun 1998 sebagaimana tabel 3
dan tabel 4 maka dapat dihitung rasio-rasio
sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas
- Dihitung sebagai rasio lancar.
Rasio Lancar =Aktiva lancarHutang Lancar
=1.303.464.109,56950.457.886,22
56
= 137 %
- Dihitung sebagai rasio cepat.
Rasio Cepat =Aktiva Lancar - Persediaan
Hutang Lancar
=1.303.464.109,53−53.865.916,00
950.457.886,22
= 131 %
b. Rasio Solvabilitas
- Dihitung sebagai rasio solvabilitas atau
leverage.
Rasio Solvabilitas =Jumlah aktivaJumlah Hutang
=1.519.437.550,001.082.453.024,22
= 140 %
Rasio hutang =Jumlah HutangJumlah Aktiva
=1.082.453.024,221.519.437.550,00
= 71 %
c. Rasio Aktifitas
57
- Dihitung sebagai perputaran persediaan
(Inventory Turn Order).
Perputaran Persediaan=PenjualanPersediaan
=138.915.170,0053.865.916,50
= 2,57 kali
d. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
- Dihitung sebagai margin laba atas
penjualan (profit margin on sales).
Margin Laba Atas Penjualan =
SHU BersihPenjualan
=22.732.469,37138.915.170,00
= 16 %
- Dihitung sebagai hasil pengembalian
modal sendiri (return on net worth).
Hasil Pengembalian Atas Modal :
=SHU Bersih
Modal
58
=22.732.469,37436.984.526,64
= 5,2 %
3. Rasio Keuangan Tahun 2010
Berdasarkan neraca dan laporan Hasil
Usaha (R/L) KPN ”HARAPAN BERSAMA”
Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan tahun
2010 sebagaimana tabel 3 dan 4 maka dapat
dihitung rasio-rasio sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas
- Dihitung sebagai rasio likuiditas atau
lancar.
Rasio Likuiditas =Aktiva LancarHutang Lancar
=791.720.412,50341.322.369,05
= 231 %
- Dihitung sebagai rasio cepat.
Rasio Cepat =Aktiva Lancar - Persediaan
Hutang Lancar
=791.720.412,50−52.666.421,00
341.322.369,0559
= 216 %
b. Rasio Solvabilitas atau Rasio Hutang
- Dihitung sebagai rasio solvabilitas
atau leverage.
Rasio Solvabilitas=Jumlah HartaJumlah Hutang
=867.792.151,04341.322.369,05
= 254 %
Rasio Hutang =Jumlah HutangJumlah Aktiva
=341.322.369,05867.792.151,04
= 39,33 %
c. Rasio Aktifitas
- Dihitung sebagai perputaran
persediaan (Inventory Turn Order).
Perputaran Persediaan =PenjualanPersediaan
60
=195.753.525.0052.866.421,00
= 3,70 kali
d. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
- Dihitung sebagai margin laba atas
penjualan (Profit Margin On Sales).
Margin Laba Atas Penjualan =
SHU BersihPenjualan
=74.169.480,75195.753.525,00
= 37,8 %
- Dihitung sebagai hasil pengembalian
modal sendiri (Return On Net Worth).
Hasil Pengembalian Atas Modal :
=SHU Bersih
Modal
=74.169.480,75526.469.781,99
= 14,08 %
4. Rasio Keuangan Tahun 201161
Berdasarkan neraca dan Laporan Hasil
Usaha KPN ”HARAPAN BERSAMA” Sekretariat
Daerah Kabupaten Bulungan tahun 2011
sebagaimana tabel 3 dan 4 maka dapat
dihitung rasio-rasio sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas
- Dihitung sebagai rasio likuiditas atau
rasio lancar.
Rasio Lancar =Aktiva LancarHutang Lancar
=740.946.627,00211.632.074,51
= 350 %
- Dihitung sebagai rasio cepat.
Rasio Cepat =
Aktiva Lancar - PersediaanHutang Lancar
=740.946.627,20−47.371.534,00
211.632.074,51
= 327 %
b. Rasio Solvabilitas
62
- Dihitung sebagai rasio solvabilitas
atau leverage.
Rasio Solvabilitas =Jumlah aktivaJumlah Hutang
=812.906.143,20211.632.074,51
= 140 %
Rasio Hutang =Jumlah HutangJumlah Aktiva
=211.632.074,20812.906.143,20
= 26 %
c. Rasio Aktifitas
- Dihitung sebagai perputaran
persediaan (inventory turn order).
Perputaran Persediaan =PenjualanPersediaan
=138.915.170,0053.865.916,00
= 2,57 kali
d. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
63
- Dihitung sebagai margin laba atas
penjualan (Profit Margin On Sales).
Margin Laba Atas Penjualan =
SHU BersihPenjualan
=95.085.528,06180.711.000,00
= 52,6 %
- Dihitung sebagai hasil pengembalian
modal sendiri (Return On Net Worth).
Hasil Pengembalian Atas Modal :
=SHU Bersih
Modal
=95.085.528,06601.274.068,69
= 15,8 %
C. Analisis Historis
Untuk mengetahui perkembangan keadaan keuangan
KPN ”HARAPAN BERSAMA” Sekretariat Daerah Kabupaten
Bulungan dapat digunakan analisis historis.
64
Analisis historis membandingkan rasio-rasio
keuangan sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio
keuangan sebelumnya atau di waktu-waktu yang lalu.
Di dalam analisis historis dapat dilihat kenaikan
atau penurunan kinerja keuangan yang dicapai oleh
setiap organisasi setiap tahunnya.
1. Rekapitulasi Hasil-hasil Perhitungan Rasio-Rasio
Keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA” Sekretariat Daerah
Kabupaten Bulungan dari Tahun 2008 sampai dengan
Tahun 2011
Rekapitulasi hasil perhitungan rasio-rasio
keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA” Sekretariat Daerah
Kabupaten Bulungan dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 5 berikut
2. Analisis Perkembangan Rasio-rasio keuangan KPN
”HARAPAN BERSAMA” Kopertis Wilayah Kabupaten
Bulungan (2008 – 2011)
65
Dari rangkuman atau rekapitulasi perhitungan
rasio-rasio keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA” dari
tahun buku 2008 sampai dengan tahun buku 2011,
maka dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Rasio likuiditas KPN ”HARAPAN BERSAMA”
disajikan dalam 2 (dua) jenis yaitu rasio
lancar dan rasio cepat. Kedua jenis rasio ini
paling umum digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi/membayar kewajiban
jangka pendeknya. Rasio likuiditas KPN
”HARAPAN BERSAMA” pada tahun 1997 sangat
rendah yakni rasio lancar 109 % atau 1,09
kali, sedangkan rasio cepat hanya 106 % atau
1,06 kali. Jika dibandingkan dengan rasio-
rasio penilaian (rasio tertimbang) yang
ditetapkan oleh Dinas Koperasi untuk menilai
kesehatan koperasi yaitu untuk rasio
likuiditas paling rendah 125 % atau 1,25 kali.
Maka rasio likuiditas KPN ”HARAPAN BERSAMA”
baik rasio lancarnya maupun terhadap rasio
cepatnya tergolong agak rendah (kurang sehat).
Penyebab rendahnya rasio likuiditas disebabkan
karena di samping krisis moneter yang
menyebabkan harga-harga sangat berfluktuasi
tinggi, juga karena kesalahan kebijakan
pengurus yang menyalurkan pinjaman (kredit)
66
kepada non anggota. Piutang kepada non anggota
tidak efektif pengembaliannya. Pada tahun buku
1998 rasio likuiditas KPN ”HARAPAN BERSAMA”
sudah mulai membaik yakni rasio lancar sebesar
137 % atau 1,37 kali dan rasio cepat sebesar
131 % atau 1,31 kali. Naiknya rasio likuiditas
dipengaruhi oleh karena di samping
pengembalian pinjaman (kredit) dari non
anggota walaupun masih rendah jumlahnya, juga
disebabkan karena kebijakan pengurus untuk
lebih efektif dalam pengadaan barang-barang
kebutuhan anggota. Jika dibandingkan dengan
rasio standar yang ditetapkan oleh Dinas
(departemen) Koperasi, maka rasio likuiditas
KPN ”HARAPAN BERSAMA” sudah tergolong baik.
Namun jika dibandingkan dengan rasio-rasio
industri, maka rasio likuiditas KPN ”HARAPAN
BERSAMA” masih tergolong rendah. Pada tahun
buku 2010 rasio likuiditas KPN ”HARAPAN
BERSAMA” semakin membaik yakni rasio lancar
234 % (2,34 kali), sedangkan rasio cepatnya
sebesar 216 % (2,16 kali). Membaiknya rasio
likuiditas disebabkan karena piutang kepada
non anggota semakin berkurang, juga karena
akumulasi modal dari anggota (simpanan wajib)
yang bertumbuh setiap bulan, serta usaha-usaha
67
baik usaha simpan pinjam (perkreditan) dan
volume penjualan koperasi semakin meningkat.
Selain dari perbaikan usaha pengurus juga
senantiasa menjaga agar beban usaha koperasi
tidak terlalu tinggi. Pada tahun buku 2011
rasio likuiditas semakin membaik yakni rasio
lancar 350 % (3,50 kali) sedangkan rasio cepat
sebesar 327 % (3,27 kali). Membaiknya rasio
likuiditas KPN ”HARAPAN BERSAMA” disebabkan
karena pengembalian/pembayaran kredit
(pinjaman) dari non anggota yang jumlahnya
cukup besar, juga karena diversifikasi
kebutuhan anggota yang disediakan oleh KPN
”HARAPAN BERSAMA” semakin nampak. Barang-
barang elektronik sudah dapat ditingkatkan
untuk memenuhi barang-barang kebutuhan anggota
sudah dapat dipastikan, sehingga kegiatan
operasional koperasi secara berangsur-angsur
hidup dan memberi kepuasan kepada anggota.
Rasio likuiditas KPN ”HARAPAN BERSAMA” telah
melampaui rasio-rasio standar koperasi;
demikian halnya dengan rasio-rasio industri
atau di atas 200 %.
b. Rasio solvabilitas atau leverage KPN ”HARAPAN
BERSAMA” pada tahun 2008 sangat rendah yakni
115 %, artinya setiap Rp. 1 hutang hanya
68
dijamin dengan aktiva Rp. 1,15. pada tahun
buku 2008 KPN ”HARAPAN BERSAMA” Sekretariat
Daerah Kabupaten Bulungan benar-benar kurang
sehat. Besarnya hutang mencapai 86 % dari
total aktiva. Alternatif yang harus ditempuh
pengurus untuk menghindari keadaan insolvabel
adalah mengurangi hutang untuk tahun buku
berikutnya, dan meningkatkan penagihan kepada
peminjam yang berasal dari non anggota. Pada
tahun buku 2009 rasio solvabilitas KPN
”HARAPAN BERSAMA” cenderung naik, yakni
mencapai 140 %, sudah baik jika rasio standar
(tertimbang) dari Departemen Koperasi yang
besarnya 110 %, tetapi rendah jika
dibandingkan dengan rasio-rasio industri yaitu
200 %. Pada tahun buku 2010 dan 2011, rasio
solvabilitas atau leverage KPN ”HARAPAN
BERSAMA” semakin membaik, yaitu 254 % (2010)
dan 384 % (2011). Sedangkan rasio hutang
masing-masing sebesar 39,33 % (2010) dan 26 %
pada tahun buku 2011. rendahnya rasio hutang
tersebut menunjukkan bahwa hutang-hutang KPN
”HARAPAN BERSAMA” sangat aman dan mudah
dikembalikan.
c. Rasio aktifitas KPN ”HARAPAN BERSAMA” selama
tahun 2008 sampai dengan tahun buku 2011
69
relatif stabil, atau cukup baik. Khusus untuk
tahun buku 2008 rasio aktivitas mencapai 5,98
kali, karena volume penjualan memang cukup
tinggi khususnya pada barang-barang kebutuhan
anggota yang tergolong kebutuhan sehari-hari
(sembilan bahan pokok). Pada tahun buku 2009
rasio aktifitas 2,57 kali, demikian halnya
pada tahun buku 2010 dan tahun buku 2000 rasio
aktifitas masing-masing sebesar 3,70 kali dan
3,81 kali. Rasio-rasio tersebut menyimpan
persediaan dalam jumlah besar atau berlebihan.
Pada prinsipnya bahwa untuk koperasi tidak
perlu menyimpan persediaan dalam jumlah besar
karena hal itu tidak produktif. Di samping hal
tersebut anggota sebagai konsumen atau
pelanggan di koperasi sangat membutuhkan
barang-barang yang relatif baru, sehingga
kalau menyimpan barang-barang cukup lama di
koperasi kemungkinan untuk tidak laku. Rasio-
rasio industri yaitu 2,50 kali berarti rasio
efektivitas KPN ”HARAPAN BERSAMA” termasuk
baik artinya selama 4 tahun lebih tinggi dari
rasio industri.
d. Rasio profitabilitas atau rentabilitas.
- Rasio ini dinyatakan sebagai margin laba
bersih atas penjualan mempunyai
70
kecenderungan semakin tinggi dari tahun
ke tahun (2008 – 2011), dimana pada
tahun buku 2008 sebesar 6 %, pada tahun
buku 2009 sebesar 16 %, pada tahun buku
2010 sebesar 37,8 % dan pada tahun buku
2011 sebesar 52,6 %. Margin laba atas
penjualan pada tahun buku 2008 tergolong
rendah (6 %) hal itu disebabkan karena
adanya piutang ke non anggota yang
tergolong tidak efektif pengembaliannya
sehingga mempengaruhi kegiatan operasi
koperasi. Di samping hal tersebut, juga
merupakan tahun-tahun awal krisis moneter
sehingga kepastian harga barang-barang
kebutuhan anggota sulit untuk
ditanggulangi dalam jangka pendek.
Berbeda halnya pada tahun buku berikutnya
2009, 2010 dan tahun buku 2011, walaupun
harga barang-barang masih berfluktuasi,
namun dapat dengan mudah untuk
disesuaikan. Bila dibandingkan dengan
rasio industri yaitu 50 % maka dapat
dikatakan bahwa laba (SHU) per rupiah
penjualan cukup baik (2008) dan
berangsur-angsur semakin baik untuk tahun
buku 2008 sampai dengan tahun buku 2011.
71
- Sedangkan untuk rasio yang dinyatakan
sebagai hasil pengembalian atas modal
pada KPN ”HARAPAN BERSAMA” ada
kencederungan semakin membaik dari tahun
ke tahun. Walaupun pada tahun 2008 dan
tahun buku 2010 cukup rendah yakni hanya
3,6 % dan 5,2 %. Rendahnya hasil
pengembalian atas modal pada tahun 2008
dan tahun 2009 adalah akibat dari piutang
dari non anggota yang tidak lancar
pengembaliannya dan juga akibat dari
fluktuasi harga-harga barang yang tidak
menentu. Sedangkan pada tahun buku 2010
dan tahun buku 2011 mengalami kenaikan
tajam yang diakibatkan dari adanya
pengembalian pinjaman (kredit) dari non
anggota yang cukup besar dan kebijakan
pengurus dan pengelola dalam penataan
unit-unit usaha koperasi yang meliputi
baik sistem peminjaman (kredit) baik
kepada anggota maupun terhadap non
anggota dibanding dengan unit simpan
pinjam, sedangkan untuk unit usaha
pertokoan diadakan penganekaragaman
barang-barang yang dapat menyentuh
langsung kebutuhan anggota. Sedangkan
72
barang-barang yang relatif mahal harganya
ditangguhkan kembali sementara sambil
menunggu stabilnya harga barang-barang
(harga pasar).
D. Kesimpulan Analisis
Berdasarkan hasil-hasil perhitungan dan
analisis rasio-rasio keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA”
Kopertis Wilayah Kabupaten Bulungan, maka dapat
ditarik kesimpulan sementara, yakni sebagai
berikut :
1. Rasio likuiditas KPN ”HARAPAN BERSAMA”
Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan yang
disajikan ke dalam 2 jenis rasio yaitu rasio
lancar dan rasio cepat cenderung meningkat dari
tahun ke tahun atau dari tahun 2008 sampai dengan
tahun buku 2011 cenderung meningkat. Bila
dibandingkan dengan rasio standar penilaian
kesehatan koperasi, rasio likuiditas pada tahun
buku 2008 berada di bawah rasio standar koperasi.
Namun pada tahun buku 2008 sampai dengan 2011
rasio likuiditas KPN ”HARAPAN BERSAMA” cukup baik
artinya cukup mampu untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya sedangkan kalau dibandingkan
dengan rasio-rasio industri maka rasio likuiditas
KPN digolongkan cukup aman pada tahun buku 2010
73
dan tahun buku 2011 artinya berada di atas rasio-
rasio industri (di atas 250 %). Gambar rasio-rasio
likuiditas dapat dilihat pada lampiran 7.
2. Rasio solvabilitas atau leverage KPN ”HARAPAN
BERSAMA” sangat riskan (rendah) pada tahun 2008
dan tahun buku 1998 artinya jumlah di bawah rasio
industri (200 %). Rasio hutang cenderung turun
pada tahun buku 2010 dan tahun buku 2000 artinya
cukup aman untuk memenuhi semua hutangnya jika
dilikuidasi pada saat itu. Jumlah hutang hanya
39,33 % dan 26 % dari total aktiva. Berbeda dengan
tahun 1997 dan tahun buku 2009 jumlah hutang
mendekati sama dengan jumlah aktivanya yakni 86 %
dan 71 %. Gambar rasio solvabilitas dapat dilihat
pada lampiran 8.
3. Rasio aktivitas KPN ”HARAPAN BERSAMA” cukup baik
karena sejak dari tahun buku 2008 sampai dengan
tahun buku 2011 rata-rata berada di atas rasio
industri atau 2,5 kali. Dan itu berarti bahwa KPN
”HARAPAN BERSAMA” tidak menyimpan persediaan
secara berlebihan karena dianggap tidak produktif.
Grafik rasio aktivitas dapat dilihat pada lampiran
9.
4. Rasio profitabilitas atau rentabilitas KPN
”HARAPAN BERSAMA” cenderung naik (2008 –
2011) artinya peningkatan penjualan cenderung naik
74
dari tahun ke tahun yang menyebabkan Sisa Hasil
Usaha (SHU) juga turut meningkat. Profit margin
naik dari 6 % (2008) naik menjadi 16 % (2009) dan
naik tajam pada tahun 1999 dan tahun 2010 yaitu
37,8 % (2010) dan 52,6 % (2011). Rasio
pengembalian atas modal juga semakin membaik dari
tahun ke tahun yaitu dari tahun buku 2008 sebesar
3,6 %, naik menjadi 5,2 % (2009). Demikian halnya
pada tahun 2010 dan tahun buku 2011 yaitu sebesar
14,09 % dan 15,81 %. Rasio profitabilitas akan
dapat semakin ditingkatkan jika hutang non anggota
dapat dikembalikan dalam waktu tidak lama
(segera). Gambar rasio profitabilitas dapat
dilihat pada lampiran 10.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan75
Berdasarkan latar belakang, landasan teori dan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. rasio likuiditas KPN ”HARAPAN BERSAMA”
menunjukkan bahwa KPN ”HARAPAN BERSAMA” cukup
mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
Walaupun rasio lancar dan rasio cepat hanya
dicapai 109 % dan 106 %, itu pun tidak terlalu
membahayakan.
2. Rasio solvabilitas atau rasio hutang KPN
”HARAPAN BERSAMA” sangat rendah selama 2 (dua)
periode tahun buku yakni 2008 dan 2009. rasio
hutang mencapai 86 % (2008) dan 71 (2009). Namun
pada tahun buku 2010 dan tahun 2011 sangat
solvabel yaitu mencapai 254 % dan 384 % (2011).
Sedangkan rasio hutang semakin baik karena hanya
39,33 % dan 26 % dari total aktiva koperasi.
3. Rasio aktifitas cukup baik karena berada di atas
rasio industri artinya selama 2008 – 2011 KPN
”HARAPAN BERSAMA” tidak memiliki persediaan yang
berlebihan yang tergolong tidak produktif.
4. Rasio profitabilitas dan rentabilitas KPN
”HARAPAN BERSAMA” yang dinyatakan sebagai margin
laba (SHU) atas penjualan, maupun yang
dinyatakan sebagai hasil pengembalian atas modal
76
cukup baik dan memiliki kecenderungan untuk naik
dari tahun ke tahun. Margin laba (SHU) atas
penjualan agak rendah pada tahun 2008 dan tahun
2009, tetapi pada tahun 2010 dan tahun buku 2011
naik tajam yakni mencapai 14,09 % dan 15,81 %
pada tahun 2011. ini berarti bahwa kecenderungan
penggunaan modal dari SHU sudah tergolong besar.
B. Saran
Dari hasil analisis dan pembahasan rasio-
rasio keuangan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa kinerja keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA”
Kopertis Wilayah Kabupaten Bulungan cukup baik
dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun,
walaupun pada tahun tertentu masih didapati
rasio-rasio keuangan yang agak rendah. Untuk
mengantisipasi hal itu atau untuk meningkatkan
kinerja keuangan KPN ”HARAPAN BERSAMA” di masa-
masa yang akan datang utamanya dalam
meningkatkan profit koperasi disarankan
sebagai berikut :
1. Pengurus KPN ”HARAPAN BERSAMA” sedapat
mungkin menghindari pemberian pinjaman
(kredit) kepada non anggota (masyarakat umum)
karena dapat beresiko tinggi artinya sangat
77
sulit untuk ditagih dan berakibat menurunkan
likuiditas koperasi.
2. Untuk meningkatkan laba (SHU) koperasi perlu
diadakan penganekaragaman produk-produk
(penyediaan barang-barang) yang banyak
digemari atau yang menyentuh langsung
kebutuhan anggotanya serta keluarganya dan
masyarakat di sekitarnya.
3. Agar kegiatan operasional koperasi tidak
terganggu, maka pengawasan terhadap jalannya
maka koperasi perlu ditingkatkan atau
dijalankan secara berkesinambungan.
78
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi Syafaruddin, 1993. Alat-alat Analisis Dalam
Pembelajaan, Edisi Ketiga, Penerbit Andi
Offset, Yogyakarta.
2. Alwi Syafaruddin, 1994. Alat-alat Analisis Dalam
Pembelanjaan, Edisi Keempat, Penerbit Andi
Offset, Yogyakarta.
3. Anonim, 1985. Buku petunjuk Klasifikasi Koperasi
(yang disempurnakan), Penerbit Departemen
Koperasi, Jakarta.
79
4. Anonim, 1994/1995. Pedoman dan Petunjuk Teknis
Sistem Penilaian Koperasi Karyawan Mandiri,
Departemen Koperasi dan PPK, Dirjen Pembinaan
Koperasi Perkotaan, Jakarta.
5. Arikunto Suharsimi, 1993. Manajemen Penelitian,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
6. Assauri Sofyan, 1996. Manajemen Pemasaran, Penerbit
Rajawali Pers.
7. Baswir Rerrisond, 1997. Koperasi Indonesia, Edisi
Pertama, Penerbit BP-FE, Yogyakarta.
8. Bedford, Deorden, Anthony, Terjemahan oleh Agus
Maulana, 1992. Sistem Pengendalian Manajemen,
Cetakan Pertama, Penerbit Binarupa Hesora,
Jakarta.
9. Bowman Cliff (1993), Diterjemahkan Oleh Dodi Pakar,
Intisari Manajemen Strategik, Penerbit Ganeca
Exact Bandung.
10. Hamami Oemar, 1993. Psikologi Manajemen, Cetakan
Pertama, Penerbit Trigenda Karya, Bandung.
80
11. Handoko, Hani T, 1994. Dasar-dasar Manajemen
Produksi dan Operasi, Cetakan Kedelapan,
Penerbit BP-FE, Yogyakarta.
12. Kartadinata, Abbas, 1981. Pembelanjaan Perusahaan
(Pengantar Manajemen Keuangan), Cetakan
Pertama, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.
13. Kenangasari, Ani dkk, 1996. Sekitar Tentang Modal
dan Kemandirian Koperasi, Penerbit CV. Pionir
jaya, Bandung.
14. Narbuko Cholid dan Ahmadi Abu, 1997. Metode
Penelitian, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi
Aksara, Bandung.
15. S. Munawir, 1993. Analisa Laporan Keuangan, Edisi
Keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
16. Sukamdiyo, Ign (1996). Manajemen Koperasi, Cetakan
Pertama, Penerbit Erlangga, Jakarta.
17. Sumarni Murti, Soeprikanto John, 1997. Pengantar
Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan), Edisi
Keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
81