Post on 29-Jan-2023
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Manajemen dana bank syariah
Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki Bank ataupun aktiva
lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan
(Kasmir:2007). Menurut Muchdarsyah Sinungan (2000) manajemen
dana bank adalah sebagai suatu proses pengelolaan penghimpunan
dana-dana masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian dana-dana
tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada umumnya serta
pemupukannya secara optimal melalui penggerakan semua sumber
dana yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai
sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku.
Manajemen dana bank syari’ah adalah upaya yang d ilakukan
oleh lembaga bank syari’ah dalam mengelola atau mengatur posisi
dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada
aktivitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap
mampu memenuhi criteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan
solvabilitasnya. Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank
syari’ah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara
(intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-
unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan
unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit
8
Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara bank
syari’ah dengan nasabahnya bukan hubungan antara debitur dengan
kredit, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana
(shahibul mal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu,
tingkat laba Bank Syari’ah bukan saja berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh
terhadap hasil-hasil yang dapat diberikan kepada nasabah menyimpan
dana. Dengan demikian, kemampuan manajemen untuk melaksanakan
fungsinya sebagai penyimpan harta, pengusaha dan pengelola investasi
yang baik akan sangat nenentukan usahanya sebagai lembaga
intermediary dan kemampuanya menghasilkan laba.
Bank syari’ah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan
sebagai lembaga keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk
itu, bank syari’ah harus mengelola dana yang dapat digolongkan
sebagai berikut:
a. Kekayaan bank syari’ah dalam bentuk:
1) Kekayaan yang menghasilkan (Aktiva Produktif) yaitu
pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana dibank atau
investasi lain yang menghasilkan pendapatan.
2) Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan investasi
(harta tetap).
b. Modal bank syari’ah berasal dari:
9
1) Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan
hibah, infaq/shadaqah.
2) Simpanan/hutang dari pihak lain.
c. Pendapatan usaha keuangan bank syari’ah berupa bagi hasil atau
mark up dari pembiayaan yang diberikan dan biaya administrasi
serta jasa tabungan bank syari’ah di bank.
d. Biaya yang harus dipikul oleh bank syari’ah yaitu biaya operasi,
biaya gaji, manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah
penabung.
2. Laporan keuangan
Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank suatu waktu
(periode) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan
keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi suatu perusahaan
baik informasi mengenai jumlah dan jenis aktiva, kewajiban (hutang)
serta modal, yang kesemuanya ini tergambar dalam neraca. Laporan
keuangan juga memberikan gambaran hasil usaha perusahaan dalam
suatu periodetertentu yang dikeluarkan dalam laporan laba rugi.
Kemudian laporan keuangan juga memberikan gambaran arus kas
suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan arus kas (Kasmir,
2002).
Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-
10
pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan tersebut. Laporan
keuangan merupakan salah satu alat untuk memperoleh informasi
tentang kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dari
sebuah laporan keuangan dapat diketahui apakah kinerja perusahaan
tersebut baik atau buruk. Salah satu fungsi dari laporan keuangan
adalah untuk menyediakan informasi mengenai kinerja perusahaan.
Kinerja merupakan keadaan atau kondisi keuangan, hasil usaha, dan
kemajuan keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja perusahaan perlu di
analisis untuk mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan
yang terjadi dalam kondisi keuangan. Laporan keuangan juga
merupakan alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan tersebut.
Pihak-pihak tersebut antara lain adalah pemilik perusahaan, manajer,
investor, kreditur, karyawan, dan pemerintah (Munawir, 2002).
Menurut Kasmir (2015:16) dikatakan bahwa :
Laporan keuangan belum dapat dikatakan mencerminkan keadaaan
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan
adanya hal-hal yang belum atau tidak tercatat dalam laporan
keuangan tersebut. Sebagai contoh seperti adanya kontrak kontrak
penjualan atau pembeliaan yang telah disetujui, atau pesanan yang
tidak dapat dipengaruhi, namun belum dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode tersebut. Kemudian ada hal-hal yang tidak
dinyatakan dalam angka-angka seperti reputasi, prestasi
manajernya danlainnya.
Oleh karena itu, setiap laporan keuangan yang disusun pasti
memiliki keterbatasan tertentu. Berikut ini beberapa keterbatasan
laporan keuangan yang dimiliki perusahaan.
11
1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah
(historis), dimana ada data-data yang diambil dari masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang
bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
situasi ketidak pastian.
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut
pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang
terjadi bukan kepada sifat formalnya.
Berikut adalah secara umum ada lima jenis laporan keuangan
yang biasa disusun yaitu :
1. Neraca (balance sheet)
2. Laporan laba rugi (income statement)
3. Laporan perubahan modal
4. Laporan arus kas
5. Laporan catatan atas laporan keuangan
3. Analisis laporan keuangan
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat
dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilaksanakan
analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan
utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi
12
keuanagan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan
setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan
terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang sudah
direncanakan sebelumnya atau tidak.
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan
menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil
yang diharapkan benar benar tepat pula kesalahan dalam memasukn
angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang
hendak dicapai. Kemudian hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan
diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang
sesungguhnya.
Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan
adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa
tujuan –tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu
periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil
usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahanapa saja yang
menjadi kekurangan perusahaan
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang
perlu dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi
keuangan perusahaan saat ini.
13
5. Untuk melakukan penilain kinerjaa manajemen kedepan
apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap
berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan
perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Adapun langkah atau perosedur yang dilakukan dalam analisis
keuangan adalah :
1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang
diperlukan selengkap mungkin, baik untuk satu periode
maupun beberapa periode
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan dengan
rumus-rumus tertentu, sesuai dengan standar yang biasa
digunakan secara dan teliti, sehingga hasil yang diporeleh
benar benar tepat
3. Melakukan perhitungan dengan memasukan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan secara cermat
4. Memberikan interprestasi terhadap hasil perhitungan dan
pengukuran yang telah dihapus
5. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan
6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungkan
dengan hasil analisis tersebut
14
4. Dana Pihak Ketiga
a. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bagi sebuah bank sebagai lembaga keuangan, dana
merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan utama.
Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa- apa artinya tidak dapat
berfungsi sama sekali. Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki
bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu
dapat diuangkan. Dana yang dimiliki atau yang dikuasai bank
tidaklah berasal dari milik bank sendiri, tapi juga ada dana pihak
lain. Dana yang dikuasai bank bersumber dari:
1) Dana modal sendiri, dana yang bersumber dari modal bank
sendiriatau berasal dari para pemegang saham. Dana ini disebut
dana pihak pertama.
2) Dana pinjaman dari pihak luar. Ini disebut dana pihak kedua.
3) Dana dari masyarakat. Dana ini disebut dengan dana pihak
ketiga
Dana dari pihak luar atau dana dari pihak ketiga adalah dana
yang dimiliki bank secara tidak permanen. Dana tersebut yang
sewaktu-waktu ditarik kembali. Jadi, dana pihak ketiga adalah
sejumlah uang yang dimiliki bank dan berasal dari pihak luar yang
menyimpan uangnya. Denngan kata lain, uang yang dimiliki bukan
milik bank sendiri tapi titipan dari pihak luar. Bank hanya sebagai
15
lembaga yang menghimpun kemudian akan disalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.
b. Jenis – Jenis Produk Penghimpunan DPK
Pada Prinsipnya, proses pemnghimpunan dana dari
masyarakat yang dilakukann oleh bank syariah hampir sama
dengan bank konvensional, artinya dalam sistem perbankan syariah
dikenal produk-produk berupa giro (demand deposit), tabungan
(saving deposit), deposito (time deposit) sebagai sarana untuk
menghimpun dana masyarakat. Perbedaannya adalah bahwa dalam
sistem perbankan syariah tidak dikenal adanya bunga sebagai
kontraprestasi terhadap nasabah deposan, melainkan melalui
mekanisme bagi hasil dan bonus yang bergantung pada jenis
produk apa yang dipilih oleh nasabah. Dengan demikian, produk
penghimpunan dana (funding) yang ada dalam sistem perbankan
syariah adalah:
1) Tabungan, Sama seperti bank konvesional, pada bank syariah
terdapat produk tabungan. Meski sama, tentu saja ada
perbedaan yang ada pada tabungan syariah dimana tidak
menggunakan sistem bunga. Berdasarkan Fatwa DSN nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 bahwa terdapat dua jenis tabungan yang
dibenarkan sesuai dengan prinsip syariah, yaitu berdasarkan
prinsip wadiah dan mudharabah.
16
2) Deposito Melihat Fatwa DSN nomor 03/DSN-MUI/IV/2000,
deposito yang dibenarkan sesuai dengan prinsip syariah harus
berdasarkan akad mudharabah. Secara teori, deposito
mudharabah tidak begitu jauh berbeda dengan tabungan
mudharabah. Hanya saja, simpanan di bank penarikannya
hanya dapat dilakukan di waktu–waktu tertentu menurut
perjanjian antara pihak penyimpan dengan bank yang
bersangkutan, sedangkan tabungan mudharabah tidak.
Biasanya, waktu penyimpanan dana deposito dilakukan dalam
periode bulanan sebagaimana deposito di bank konvensional.
Maka dari itu, nasabah dapat melakukan penarikan dana hanya
saat tanggal jatuh tempo. Pada tanggal yang bersamaan juga
bagi hasil sesuai dengan nisbah dari hasil investasi yang telah
dilakukan oleh bank dibagikan.
3) Giro, Berdasarkan Undang – Undang no. 10 tahun 1998 pasal 1
ayat 6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.12 Jadi, melalui
produk giro, nasabah memungkinkan melakukan perintah
kepada pihak bank untuk melakukan pemindahbukuan
sejumlah uang dari rekening seseorang kepada rekening yang
dituju dalam surat tersebut. Dalam Fatwa DSN nomor 01/DSN-
17
MUI/IV/2000 dinyatakan bahwa terdapat dua jenis giro
berdasarkan prinsip syariah yang dibenarkan, yakni giro
wadiah dan giro mudharabah.
c. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Pembiayaan
Secara teknis yang dimaksud dengan simpanan adalah
seluruh dana yangdihasilkan dari produk penghimpunan dana dari
masyarakat pada bank syariah, seperti: giro wadiah, tabungan
wadiah dan deposito mudharabah. Salah satu sumber dana yang
bisa digunakan untuk menyalurkan pembiayaan adalah
simapanan, sehingga semakin meningkat sumber dana yang ada
maka akan dapat meningkatkan peyaluran pembiayaan kepada
masyarakat. Seperti teori pembiayaan yang menyebutkan salah
satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan
(financing) adalah modal sendiri (equity), sehingga semakin besar
sumber dana yang terkumpul maka bank dapat menyalurkan
pembiayaan dalam batas maksimum yang lebih besar pula.
Pembiayaan merupakan salah satu aktiva produktif yang
merupakan lawan daripada Dana Pihak Ketiga (DPK). Karenanya
permintaan dan penawaran terhadap pembiayaan juga haruslah
mempertimbangkan faktor likuiditas dalam penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (DPK), karena dengan semakin meningkatnya Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dikumpulkan maka kemungkinan
semakin meningkat pula pembiayaan atau penyaluran dana yang
18
akan diberikan bank kepada masyarakat.
d. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Return On Assets
(ROA)
Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan
dimana kegiatan sehari- harinya adalah bergerak di bidang
keuangan maka, sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari
bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual
uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli
uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah
bank memiliik keuntungan.
5. Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan yang digunakn oleh bank dengan perusahaan
non bank sebenarnya relatif tidak jauh berbeda. Perbedaannya
terutama terletak pada jenis rasio yang jumlahnya lebih banyak. Sama
seperti perusahan non bank, untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
bank, dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank
secara periodek. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja
bank selama periode tersebut. Laporan ini sangat berguna terutama
bagi pemilik, manajemen, pemerintah dan masyarakat sebagai nasabah
guna mengetahui kondisi bank tersebut pada waktu tertentu.
(Kasmir:2015)
19
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio adalah suatu rasio yang
menunjukkan sampai sejauh mana kemampuan permodalan suatu
bank untuk mampu menyerap risiko kegagalan kredit yang
mungkin terjadi sehingga semakin tinggi angka rasio ini, maka
menunjukkan bank tersebut semakin sehat begitu juga dengan
sebaliknya. Sementara menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR
(Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung
resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)
ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber diluar bank.
Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah
8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang
mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio
CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin
solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas
bank, maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada
meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
CAR = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑇𝑀𝑅 ................................................................ (1)
20
b. Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO)
Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan
membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan
operasi atau yang sering disebut BOPO. Rasio BOPO ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional
dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin
meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam
menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan
operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank
kurang efisien dalam mengelola usahanya. Bank Indonesia
menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah
90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati
angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak
efisien dalam menjalankan operasinya. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut :
BOPO = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 .................................. (2)
c. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah
21
pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK). Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR)
maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke Dana Pihak Ketiga
(DPK). Dengan penyaluran Dana Pihak Ketiga (DPK) yang besar
maka pendapatan bank Return on Asset (ROA) akan semakin
meningkat, sehingga Financing to Deposit Ratio (FDR)
berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA).
Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika
angka rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada
pada angka di bawah 80% (misalkan 60%), maka dapat
disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan
sebesar 60% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Karena
fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi (perantara)
antara pihak yan kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan
dana, maka dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) 60%
berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan
kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan
bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik.
Kemudian jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank
mencapai lebih dari 110%, berarti total pembiayaan yang
diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh
karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank
22
dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya
sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Semakin
tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin
riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah
Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya
efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Jika rasio
Financing to Deposit Ratio (FDR) bank berada pada standar yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh bank
tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan pembiayaannya dengan efektif). Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
FDR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 × 100 ....................... (3)
6. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan
kondisi keuangan perusahaan. Menurut Sukhemi bahwa kinerja
dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan
perusahaan tersebut. Kinerja merupakan hal penting yang harus
dicapai oleh setiap perusahaan karena mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
23
dayanya. Berdasakan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan
menjadi 8 macam, yaitu:
1) Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik
analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua
periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam
jumlah (absolut) maupun dalam presentase (relatif).
2) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis
untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3) Analisis Presentase per Komponen (common size), merupakan
teknik analisis untuk mengetahui presentasi investasi pada
masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva
maupun utang.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan
teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang
dibandingkan.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab
terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu
6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan
untuk mengetahui hubungan diantara pos tertentu dalam
24
neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun
secara simultan.
7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya
perubahan laba.
8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Profitabilitas
Profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mengahsilkan keuntungan. Rasio ini
menggambarkan kemampuan perusahaan mandapatkan laba
melalui senua kemampuan dan sumber daya yang ada, seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang
dan sebagainya. Selain itu, rasio profitabilitas digunakan sebagai
salah satu tolak ukur menilai kinerja manajemen dalam upaya
menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya.
Profitabilitas bank tidak hanya penting bagi pemilik, tetapi
juga bagi pihak- pihak lain. Bila bank berhasil meningkatkan laba
dan dana cadangan guna memperkuat posisi modal bank, maka
nasabah (deposan) tidak perlu merasa was-was terhadap keamanan
dananya di bank. Peningkatan laba bank juga penting bagi
25
pemerintah dan masyarakat karena bertambahnya laba bank
mencerminkan terjaminnya arus lalu lintas keuangan
(penghimpunan dan penyaluran dana dari dan ke masyarkat) secara
timbal balik dapat berjalan dengan baik. Bank syariah adalah salah
satu lembaga keuangan yang berorientasi laba (profit) dimana laba
tersebut bukan hanya untung kepentingan pemilik, tetapi juga
untuk pengembangan usaha bank syariah. Agar memperoleh hasil
yang optimal, bank syariah dituntut untuk meningkatkan
kapabilitasnya dalam mencetak laba termasuk mengelola dana
yang dikumpulkan secara efektif dan efisien. Hal tersebut sangat
penting dilakukan karena keuntungan yang rendah merupakan
hambatan bagi pertumbuhan bank yang dapat menurunkan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap bank. Begitupun sebaliknya.
c. Return On Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur
profitabilitas bank, karena Bank Indonesia sebagai pembina dan
pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu
bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari
dana simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan
semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat profitabilitas adalah ROA. ROA penting bagi bank karena
26
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan mamanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak
terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, kerena tingkat pengembalian (return)
semakin besar. Rumus perhitungan Return On Assets (ROA)
menurut Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut:
(ROA) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑆𝐸𝑇× 100% ........................................ (4)
Rentabilitas atau profitabilitas bank adalah suatu
kemampuan bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam
persentase. Profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat untuk
menganalisis atau mengukur tingka efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.12
Profitabilitas atau sering dis ebut juga dengan rentabilitas
menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning tetapi
juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas
earning. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif
terhadap rentabilitas atau profitabilitas bank yang diukur dengan
dua rasio yang bobot sama. Bank Indonesia menilai kondisi
profitabilitas perbankan di Indonesia didasarkan pada dua indikator
yaitu:
1) Return on Asset (ROA) atau tingkat pengembalian aset, dan
27
2) (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO).
Suatu bank dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi sehat apabila:
1) Rasio tingkat pengembalian atau Return on Asset (ROA)
mencapai sekurang-kurangnya 1,2% dan
2) Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak
melebihi 93,5%.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Return On Asset
(ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada
Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2011) ditulis oleh Wuri Arianti
N.P (2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Finance (NPF), dan Return On Asset (ROA) terhadap
besarnya pembiayaan perbankan syariah Dari hasil analisis menunjukkan
bahwa secara parsial hanya DPK yang berpengaruh signifikan positif
terhadap pembiayaan, sedangkan CAR, NPF, dan ROA tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan. Secara simultan variabel DPK, CAR, NPF, dan
ROA berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.
Dalam penelitian Dina Mardianingsih yang berjudul “Pengaruh
Dana Pihak Ketiga Terhadap Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum
Syariah (PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri),
28
(2013) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ini, dapat
disimpulkan bahwa dana pihak ketiga mempunyai pengaruh terhadap
pembiayaan mudharabah. Dari hasil perhitungan uji korelasi pengaruh
dana pihak ketiga, diperoleh r = 0,848 (korelasi positif). Sedangkan dari
hasil uji t dengan taraf kesalahan 5% dan df = 32-1- 1 =30 diperoleh harga
ttabel = 1,697 dan thitung = 8,762 artinya thitung lebih besar dari ttabel
(8,762>1,697), maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya terdapat
pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan mudharabah. Koefisien
determinasi sebesar 71,91% ini berarti pembiayaan mudharabah akan
berubah 71,91% karena dana pihak ketiga, sedangkan sisanya sebesar
28,09% dipengaruhi oleh faktor lain.
Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM Dan LDR
Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan ditulis oleh Pandu Hardian (2008)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, NIM, dan LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA serta BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sementara untuk
variabel NPL memiliki pengaruh negatif terhadap ROA, akan tetapi tidak
signifikan. Dari keempat variable yang signifikan, variable BOPO
mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap ROA yaitu dengan
koefisien -3,404. Dengan demikian pihak bank (emiten) diharapkan lebih
memperhatikan tingkat efisiensi operasinya untuk meningkatkan
profitabilitas pada kinerja keuangannya. Kemudian penjelasan mengenai