Post on 17-Jan-2023
ANALISIS PUISI "DENGAN PUISI, AKU" KARYA TAUFIQ ISMAIL
DENGAN PUISI, AKU
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
1965(Tirani dan Benteng, hlm. 62)
Pembahasan
Analisis yang dilakukan pada puisi “Dengan Puisi, Aku”
mencakup beberapa aspek atau unsur dalam suatu puisi, antara
lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi dan rima, (3) citraan dan (4)
penafsiran puisi.
Jenis Puisi
Puisi “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail ini
termasuk dalam jenis puisi diaphan. Hal ini karena pembaca dapat
dengan mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan Taufiq
Ismail. Walaupun menggunakan penggabungan kata-kata yang
menyebabkan bahasa kias tetapi pembaca masih dapat dengan mudah
menerjemahkan isi dari puisi tersebut. Berikut penggalan puisi
yang menggunakan bahasa kias, tetapi masih dapat dipahami isinya
oleh pembaca.
Dengan puisi aku bernyanyi
Dengan puisi aku bercinta
Dengan puisi aku mengenang
Dengan puisi aku menangis
Bunyi dan Rima
Bunyi
Dalam sebuah puisi, bunyi tidak hanya memperindah bacaan
puisi bersangkutan. Tetapi juga dapat meciptakan gambaran dalam
angan-angan pembacanya. Bunyi juga dapat menciptakan suasana,
sehingga kesedihan, keterpencilan, kerisauan, dan suasana-suasana
yang lain yang diharapkan dapat dirasakan oleh pembacanya dapat
terpenuhi akibat pemilihan bunyi pada puisi bersangkutan
(Suharianto, 2005: 22).
Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” pembaca diharapkan merasakan
bagaimana kecintaan Taufiq Ismail dalam berpuisi. Karena Bagi
Taufiq, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi
sampai akhir hayat, karena nyanyian yang indah menyenangkan
pendengarnya (Sayuti, 2005:9).
Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi yang
berguna untuk menambah keindahan suatu puisi. Dalam persajakan
rima dapat dibedakan menurut: bunyi dan letak dalam baris.
Rima Awal
Dengan puisi aku bernyanyi
.............................................
Dengan puisi aku bercinta
.............................................
Dengan puisi aku mengenang
.............................................
Dengan puisi aku menangis
............................................
Dengan puisi aku mengutuk
.........................................
Dengan puisi aku berdoa
.........................................
Rima Akhir
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
Citraan
Citraan merupakan gambaran yang timbul dalam khayal atau
angan-angan pembaca puisi atau karya sastra umum. Gambaran dalam
angan-angan seperti itu sengaja diupayakan oleh penyair agar hal-
hal yang semula abstrak menjadi konkret, agar menimbulkan suasana
khusus dan mengesankan (Suharianto, 2005 : 40). Citraan yang
biasanya muncul dalam puisi antara lain: citraan penglihatan,
citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan
gerak, dan citraan pencecapan.
Citraan penglihatan
Citraan ini merupakan citraan saat penglihatan
digugah untuk mencoba merasakan apa yang ingin penyair sampaikan.
Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.
Citraan Pendengaran
Citraan ini merupakan citraan manakala indra pendengaran
akan digugah untuk merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh
penyair. Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan
jenis ini.
Citraan Perabaan
Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah
indra peraba, sehingga dapat merasakan maksud yang ingin
disampaikan oleh penyair.
..................................
Jarum waktu bila kejam mengiris
..................................
Pembaca diharapkan merasakan seperti teriris ketika mendengar dan
membaca baris puisi tersebut.
Citraan Penciuman
Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan
menggugah indra penciuman, sehingga dapat merasakan maksud yang
ingin disampaikan oleh penyair.
.........................................
Nafas zaman yang busuk
.........................................
Citraan Gerak
Citraan jenis ini merupakan citraan yang
menggambarkan gerak, atau menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya
tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. Dalam
puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.
Citraan Pencecapan
Citraan ini merupakan citraan saat pencecapan digugah untuk
mencoba merasakan apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi
karya Taufiq Ismail ini tidak terdapat citraan jenis ini.
Penafsiran Puisi
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Puisi ini adalah ungkapan seorang Taufiq Ismail, puisi adalah
sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi sampai akhir hayatnya,
karena nyanyian yang indah dapat menyenangkan pendengarnya.
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Puisi adalah cinta, yang luas maknanya karena cinta itu universal
dan bisa disampaikan melalui puisi.
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Puisi adalah bagian dari keimanan, aku mengenang
artinya mengingat sang Pencipta untuk Keabadian yang akan datang,
untuk mengingatkan diri agar tak lekang mengenang hari akhir yang
abadi.
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Puisi juga media untuk meratap, menangis, bila
kesedihan tak tertahankan yang diakibatkan diiris oleh waktu.
Ketika waktu itu terlewati dengan hal-hal yang tidak bermanfaat
tentunya kita akan menyesal bagai teriris pisau.
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Puisi adalah cara mengecam kezaliman, penindasan dan kesewenang-
wenangan yang terasa buruk dan busuk, sekaligus sebagai saksi
dari berbagai peristiwa sejarah.
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
Puisi adalah cara berdoa, cara untuk mengingat serta mendekatkan
diri dengan sepenuh hati kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.
Penutup
Analisis yang dilakukan pada puisi “Dengan Puisi, Aku”
mencakup beberapa aspek atau unsur dalam suatu puisi, antara
lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi dan rima, (3) citraan dan (4)
penafsiran puisi. Jenis puisi pada puisi “Dengan Puisi, Aku”
karya Taufiq Ismail ini berjenis puisi diaphan karena kata-kata
kias pada isi puisi mudah dipahami oleh pembacanya. Bunyi dan
rima puisi “Dengan Puisi, Aku” terdapat pada penempatan rima yang
khas, seperti terdapat rima awal dan rima akhir. Citraan yang
digunakan dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” hanya ada dua citraan
yaitu citraan penciuman dan citraan perabaan. Penafsiran puisi
“Dengan Puisi, Aku” adalah sepenuhnya bagaimana kita sebagai
pembaca puisi dapat memanfaatkan media puisi sebagai media yang
baik dan bermanfaat untuk kehidupan di sekitar kita.
http://dzaralbannasastra.blogspot.com/2010/04/analisis-puisi-dengan-puisi-aku-karay.html
Analisis Lapis Makna Puisi “Doa” Chairil AnwarOleh: Muh. Ardian kurniawan
Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku,
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Menyebut Kau penuh seluruh
CahayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin
di kelam sunyi
Tuhanku,
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku,
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku,
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
(Chairil Anwar: Deru Campur Debu)
Berbicara mengenai lapis makna suatu puisi yang membicarakan
tentang unsur intrinsik atau tubuh puisi tersebut, kita tidak
bisa terlepas dari unsur yang berada di luar struktur tersebut
(unsur intrinsik). Berkaitan dengan puisi Chairil Anwar ini,
perlu dijelaskan sedikit mengenai sejarah penulisan puisi ini.
Ketika menulis puisi ini, Chairil Anwar melalui aku lirik
menceritakan pengalamannya yang telah melakukan suatu dosa
atau kesalahan yang membuat ia merasa jauh dari Tuhannya.
Tetapi, walau bagaimanapun, sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
tiada lagi tempat berpaling selain kepada-Nya.
Chairil Anwar mengawali puisinya ini dengan kata Tuhanku.
Sama seperti seorang hamba yang bila berdoa sering kali
menyebut kata-kata pujian atau apa pun yang berkaitan dengan
Tuhannya. Misalnya, dalam agama Islam, sering muncul dalam doa
ucapan seperti yaa Allah atau yaa Rabbi. Begitu pula Chairil
melalui si aku lirik menyebut Tuhanku. Ini menguatkan judul
puisi Chairil Anwar yang memang tengah memanjatkan doa kepada
Tuhan aku lirik. Bahkan kata Tuhanku ini diulang-ulang Chairil
sampai empat kali dan itu pun selalu berdiri sendiri tanpa
didampingi oleh kata-kata lain. Ini dapat berarti dua hal,
pertama, Tuhan tidak dapat disejajarkan dengan apa pun. Kedua,
untuk memperkuat kekhusyukan aku lirik dalam berdoa.
Dalam termangu
Aku masih mengingat namaMu
Ini menunjukkan keteguhan hati aku lirik yang benar-benar
mengingat Tuhannya, walau dalam termangu sekali pun. Untuk
memperkuat hal itu, Chairil pun menambahkan biar susah sungguh/
menyebut kau penuh seluruh. Aku lirik, ketika menyebut nama
Tuhannya, tak sedikit pun dalam pikirannya terbersit untuk
memikirkan hal lain yang dapat merusak kedekatan dengan
Tuhannya itu.
Bait pertama puisi ini juga dapat berarti prolog sebuah doa.
Mengapa saya katakan sebagai prolog? Dalam setiap doa seorang
hamba kepada Tuahnnya, pujian kepada Tuhan biasa diucapkan
pendoa. Kembali kita ambil contoh orang Islam. Orang Islam
biasa memulai doanya dengan ucapan alhamdulillah yang notabene
merupakan pujian kepada Allah. Selanjutnya pendoa mengucapkan
pujian-pujian lain dan terima kasih pendoa atas segala yang
telah diberikan Tuhan kepadanya. Sebuah awal yang mirip basa-
basi. Barulah kemudian pendoa mengeluarkan keluhannya dan
segala permohonan yang diinginkannya. Rupanya Chairil
menghafal tata cara berdoa seperti ini yang merupakan cara
berdoa konvensional dan berlaku bagi semua makhluk (manusia)
di dunia. Ini dimaksud agar terjalin sinergitas dan kedekatan
antara Tuhan dengan hambanya.
Tetapi, benar-benar ingatkah aku lirik pada Tuhannya?
Manusia tidak pernah luput dari salah dan dosa. Begitu pula
aku lirik. Ia pun pernah melakukan kesalahan yang menurutnya
seakan-akan membuat ia merasa jauh dari Tuhannya. Bahkan
cahaya Tuhan yang panas suci memancar hanya tinggal kerdip lilin saja
pada aku lirik. Tertutup oleh dosa yang telah diperbuatnya
itu.
Chairil sadar bahwa akibat dosanya itu ia seakan merasa
bahwa ia sudah hilang bentuk dan remuk. Ia tak mengenali dirinya
lagi.
Akibat dari perbuatannya itu, ia merasa bahwa dirinya telah
jauh dari Tuhannya. Aku mengembara di negeri asing kata Chairil
melalui aku lirik, mengenang perbuatannya itu. Asing, karena
apa yang dikerjakannya itu bertentangan dengan apa yang sudah
diperintahkan Tuhannya.
Akan tetapi, bila sudah begitu, apakah aku lirik akan terus
mengurung diri dalam kubangan dosanya? Tidak! Ia harus kembali
kepada Tuhannya karena tidak ada tempat berpaling lagi jika
bukan padaNya. Oleh karena itu, di akhir puisinya, Chairil
menuliskan Di pintuMu aku mengetuk// Aku tidak bisa berpaling.
Memang seperti kita ketahui selama hidupnya, Chairil Anwar
dikenal sebagai seorang sastrawan yang bohemian. Artinya,
hidupnya terkesan hura-hura. Sehingga dari kehidupannya itu ia
merasa bahwa ia telah melakukan kesalahan yang membuat ia
merasa jauh dari Tuhannya. Inilah yang melatarbelakangi
munculnya sajak Chairil Anwar berjudul “Doa” ini.
http://manusiabatu.wordpress.com/2009/03/03/analisis-lapis-makna-puisi-doa-chairil-anwar/
ANALISIS SAJAK BERDIRI AKU KARYA AMIR HAMZAH
(a) Diksi
dalam puisi Amir Hamzah dia selalu membuat pilihan kata yang
penuh konotasi. Selain itu Amir Hamsering menggunakan kata-kata
yang arkaik, sehingga pembaca akan merasa bernostalgia dengan
kata-kata yang di tulisnya. Kata kata seperti, senyap, mengurai,
mengempas, berayun-ayun dan sayap tergulung identik dengan
kesunyian. Kata-kata tersebut membentuk makna kasendirian yang
inigin digambarkan pengarang.
Kata ”maha sempurna” dalam akhir bait juga merupakan arti
konotasi dari tuhan yang maha sempurna. Kata ”menyecap” memiliki
arti impian yang ingin dirasakan. Permainan kata-kata yang
digunakan yang ditulis memang sebuah misteri untuk menyembunyikan
ide pengarang.
Kemisteriusan ini ditambah dengan pilihan kata arkaik seperti,
”marak” dan ”leka”. ”marak” itu berarti cahaya sedangkan ”leka”
berarti lengah atau lalai. Walaupun kata-kata itu sudah tidak
digunakan lagi dalam percakapan sehari-hari, mungkin saja kata-
kata tersebut masih ada dalam percakapan sehari-hari sewaktu Amir
menulis sajaknya. Selain itu dia juga menulis kata-kata yang
merupakan bahasa daerah yakni ”alas” yang berasal dari bahasa
Jawa yang berarti hutan. Meskipun kata-kata yang digunakan Amir
ini tidak dikenali lagi, bagi Amir kata-kata itu seperti sangat
puitis dan representatif untuk menyampaikan gagasannya.
(b) Efoni dan Irama
suasana kesedihan yang ditampilkan oleh pengarang memperlihatkan
efek efoni dan irama dalam puisi tersebut. Irama dan efek efoni
itu membuat puisi itu lebih merdu seandainya dibaca. Walaupun
banyak kata-kata yang menimbulkan kakafoni seperti aku, senja,
senyap, menepis, bakau, datang, terkembang, teluk, sunyi, di
atas, leka, sayap, merasa, sempurna, sentosa, tertentu, dan tuju.
Walaupun kata-kata tersebut memberi kesan tidak merdu tetapi
penggunan rima yang mantak dalam puisi tersebut membuat sajak
menimbulkan kesan menyenangkan. Seperti bunyi bumi-sunyi, emas-
alas, ujung-tergulung, corak-arak, sempurna-sentosa, kalbu-tuju
mrupakan rima yang membuat sajak itu akhirnya memiliki efek
efoni.
Selain itu aliterasi seperti berjulang-datang, menepuk teluk,
mengempas emas, di atas alas, naik marak menyerak corak serta
asonansi seperti dalam rupa maha sempurna, rindu-sedu mengharu
kalbu, merasa sentosa, bertentu tuju. Huruf-huruf yang sama
tersebut dapat menimbulkan kesan efoni walaupun banyak katayang
berbunyi tidak merdu dengan adanya bunyi k,p,t dan s.
Selain timbul efek efoni unsur bunyi yangb berpola tersebut
menimbulkan irama dalam sajak. Persamaan bunyi pada puisi ini
akan menyebabkan terdengar adanya pergantian bunyi pendek, lembut
dan rendah. Karena suasana kasunyian yang dituliskan penyair tak
mungkin memberi irama yang tinggi dan cepat tetapi irama yang
rendah atau lambat.
(c) Bahasa Kiasan
seperti halnya puisi lama pemilihan bahasa kiasan memang sangat
diperlukan untuk memperindah kata-katanya sehingga makna yang
diberikan bisa lebih kaya dan mendalam. Dalam puisi ”Berdiri
Aku”yang menojol adalah adanya personifikasi seperti:
Melayah bakau mengurai puncak
....................................................
angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
............................................
Naik marak menyerak corak
..........................................
Dalam puisi tersebut Amir Hamzah menghidupkan ombak dan angin
yang bertujuan ingin menambah rasa kesunyian dan kesendirian
penyair. Seperti halnya dengan mengagumi ombak yang menerpa
pohon-pohon bakau serta desir angin yang mengempakkan semuanya
terlihat kalau penyair benar-benar merasa sepi dan hanya mampu
melihat pemandangan sekitarnya saja.
Selain personifikasi yang dominan ada juga gaya metafora yang
terlihat dari kalimat benang raja mencelup ujung dan dalam rupa
maha sempurna. Penyair membandingkan apa yang dilihat dan dialami
dengan kata ”benang raja” dan ”maha sempurna.
Hiperbola juga nampak dalam kalimat Rindu-sedu mengharu kalbu
yang menggambarkan kesedihan dan rindu yang benar-benar mendalam.
Gaya bahasa yang digunakan membuat makna puisi itu lebih mendalam
dan lebih padat.
(d) Citraan
sajak Berdiri aku ini menimbulkan imaji penglihatan ”visual
imagery”, seolah-olah kita milihat suasana pantai yang indah.
Keindahan terlihat dari
Camar melayang manepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
.....................................................
Benang raja mencelup ujung
............................................
Elang leka sayap tergulung
Dari kalimat tersebut kita disuruh melihat keindahan pantai pada
sore hari yang digambarkan perngarang lewat kata-katanya. Dengan
bermainnya khayal visual kita, kita akan mampu membayangkan
keindahan pantai pada waktu sore yang sunyi sehingga kesedihan
akan semakin terasa mencekam. Sesunyian ini ditambah lagi dengan
imaji perasa yang terlihat pada bait kedua
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
Dalam kalimat pertama imaji kita akan merasakan kesejukan dengan
kata-kata tersebuit teatapi sayang angin itulah yang
menghempaskan harapan dan membawa lari sehingga yang terasa
hanyalah sunyi yang semakin dalam. Dengan berbagai citraan yang
mampu ditampilkan penyair ini pembaca akan ikut merasakan apa
yang di tulis oleh penyair dengan inderanya sendiri.
(e) Pemikiran dalam Sajak
Sajak ”Berdiri Aku” ini merupakan ekspresi kesedihan yang
ditampilkan penyair dengan suasana sunyi. Kesedihan ini tidak
lain dikarenakan oleh perpisahannya dengan kekasihnya dan dia
harus pulang ke Medan dan menikah dengan putri pamannya. Perasaan
sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan suasana
sunyi pantai di sore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu
melihat keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan
telah hilang.
Kesedihan yang mendalam ini juga wujud perasaan galau penyair
yang digambarkan dengan perasaannya yang dipermainkan ombak dan
angin. Sehingga hanya merenungi hiduplah yang mampu dilakukannya.
Sebagai orang yang memiliki agama yang kuat dalam setiap akhirnya
dia hanya bisa menyerahkan semua yang dia alami ini kepada Tuhan.
Dengan merenungi hidupnya selama ini Amir berusaha untuk
mengembalikan kepada Tuhan yang memberikan kepastian dalam
hidupnya. Seperti yang tergambar dalam Rindu sendu mengharu kalbu
/ ingin datang merasa sentosa / menyerap hidup tertentu tuju.
Dalam sajak ini tergambar suasana pesimis penyair dalam
menghadapi segala permasalahan hidupnya. Suasana pesimis ini
menjadikannya menjadi melankolis. Karena dari kebanyakan sajak
adalah sebuah ratapan akan hidupnya dan kesedihannya dalam
memikirkan nasib hidup yang baginya sudah benar-benar hancur.
Dengan sajak ini Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan
pemikirannya melalui puisi yang dia tulis. Dia menginginkan
apapun yang terjadi dalam hidup kita ini harus mernyerahkan
terhadap Tuhan karena hanya dialah yang mampu memberi kepastian
dalam kahidupan ini.
http://adiel87.blogspot.com/2009/01/analisis-sajak-berdiri-aku-
karya-amir.html
Analisis Puisi Doa Orang Lapar Karya W.S. Rendra
Puisi Doa Orang Lapar
Kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam
Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
Allah !
kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin
Allah !
kami berlutut
mata kami adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca
Allah !
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam
Allah !
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu
Ws Rendra
Dari Kumpulan Puisi “Sajak – Sajak Sepatu Tua” ( Pustaka Jaya – 1995 )
Analisis :
Puisi, menurut kamus Wikipedia Indonesia, berasal dari bahasa
Yunani kuno poieo/poio yang berarti I create atau saya menciptakan.
Adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain aerti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rhyme adalah yang membedakan puisi dari
prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan karena beberapa
ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak
sebagia jenis literature tetapi sebagai perwujudan imajinasi
manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Sedangkan penyair adalah seseorang yang menulis/mengarang karya
puisi. Karya ini biasanya dipengaruhi oleh tradisi budaya dan
intelektual dan ditulis dalam suatu bahasa tertentu. Beberapa
kalangan menganggap bahwa puisi yang terbaik memiliki ciri-ciri
yang luas, tidak lekang oleh waktu dan memiliki gambaran umum
bagi seluruh umat manusia. Kalangan lainnya lebih mementingkan
kualitas dari fakta dan keindahan yang terkandung dalam puisi
tersebut.
Penggunaan gaya bahasa yang sangat dominan dalam puisi disebabkan
oleh adanya media yang sangat terbatas. Kesatuan puisi, yang
disebut sebagai bait adalah totalitas yang sama dengan bentuk
cerpen, novel, dan drama. Perbedaannya, satu bait puisi terdiri
dari satu atau dua halaman, sedangkan sebuah novel terdiri atas
ratusan bahkan ribuan halaman. Dalam puisi Doa Orang Lapar dan Doa
Seorang Serdadu Sebelum Perang karya W.S Rendra, setiap bait memiliki
totalitasnya. Berikut analisis dari kedua puisi diatas:
Dalam kedua puisi diatas, bunyi puisi juga sangat ditonjolkan.
Keduanya memiliki bunyi Kakofoni (cacophony) yaitu bunyi yang
tidak merdu dan cenderung parau. Puisi Doa Orang Lapar cenderung
Dominasi bunyi-bunyi k, p, t, s sehingga rima puisi sangat tidak
teratur sehingga Suasana kacau, tidak teratur, tidak menyenangkan
sangat tergambar pada puisi tersebut. Walaupun keduanya sama
mengandung bunti kakofoni namun pada puisi Doa Seorang Serdadu
Sebelum Perang, Vokal a, o, u lebih mendominasi, sehingga perasaan
murung, sedih, gundah, kecewa tergambar jelas.
Pada puisi diatas, pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan
sangatlah berbeda. Puisi Doa Orang Lapar menggunakan gaya bahasa
hiperbola yang dominan yaitu gaya bahasa yang memberikan
pernyataan yang berlebih-lebihan. Seperti pada bait berikut:
Kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitam
Pengarang menggambarkan kelaparan dengan sangat mengerikan, dapat
terbayang oleh kita bagaiimana jutaan burung gagak terbang sangat
benyak. Kemudian selain itu pada puisi Doa Orang Lapar pengarang
juga menggunakan gaya bahasa Metafora yaitu gaya bahasa yang
membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang
mempunyai sifat sama. Seperti nampak pada bait berikut :
Kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatanSeorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparankelaparan adalah ibliskelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
Kelaparan digambarkan seperti iblis dan batu-batu karang yang
menakutkan.
Analisis yang pertama akan dimulai dengan puisi yang pertama
puisi Doa Orang lapar.
Kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitamAllah !burung gagak menakutkandan kelaparan adalah burung gagakselalu menakutkankelaparan adalah pemberontakanadalah penggerak gaibdari pisau-pisau pembunuhanyang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin Kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan
Dalam penggalan puisi diatas, kelaparan digambarkan seperti
seekor burung gagak yang licik dan hitam. Kita bisa perhatikan
seekor burung gagak yang lapar mereka akan memakan apa saja yang
ada dihadapan mereka, tidak peduli lawan atau kawan yang penting
burung itu merasa kenyang. Dan kelaparan digambarkan seperti
demikian, karena jika seseorang lapar akan berbuat layaknya
burung gagak tersebut. Kelaparan juga dapat membuat seseorang
menjadi pemberontak dan menjadi pembunuh. Jika kita lihat berita-
berita di televisi, seseorang tega menghabisi rekan atau sanak
saudaranya sendiri kebanyakan disebabkan oleh orang-orang miskin
yang kesulitan ekonomi dan pastinya lapar. Mengapa dalam puisi
tersebut digambarkan orang miskin? Itu disebabkan karena
kebanyakan orang yang kelaparan adalah orang miskin dan orang
kaya tidak pernah merasakan apa itu kelaparan. Kelaparan juga
digambarkan seperti batu karang yang tenang tetapi dapat melahap
siapa saja.
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparan
Dari bait diatas, dapat kita lihat jikalau kelaparan juga membuat
seseorang yang gagah dapat menangis. Intinya kelaparan dapat
merusak siapa saja, tua-muda ataupun gagah-lemah. Tak peduli
bagaimana kehormatan itu yang penting kenyang.
http://revirevoltworld.blogspot.com/2011/03/analisis-puisi-doa-
orang-lapar-karya-ws.html
Analisis Puisi Doa serdadu Sebelum Perang Karya W.S Rendra
Doa Serdadu Sebelum Perang
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
W.S Rendra
Mimbar Indonesia Th. XIV, No. 25 , 18 Juni 1960
Analisis :Ragam puisi Indonesia sangatlah banyak. salah satunyaadalah puisi perjuangan. Puisi perjuangan adalah puisi yangberbicara tentang perlawanan, yaitu sebuah usaha untukmemperebutkan hak yang semestinya kita dapatkan akan tetapidiganggu olah pihak lain. Puisi perjuangan tak melulu bicaratantang perang, tentang peluru ataupun senapan.Tetapi lebih luas lagi, puisi perjuangan berbicara tentang usahaorang-orang pinggiran untuk merebut kembali haknya, tentangpenindasan yang dilakukan oleh pihak yang kuat kepada pihak yanglemah, dan lain sebagainya.Salah satu penyair yang seringkali menulis tentang perjuanganhidup orang-orang kecil adalah WS Rendra. WS. Rendra dikenalsebagai penyair yang konsisten memperjuangkan hak-hak orang-orangkecil. Rendra seringkali mengangkat tema tentang orang-orang yangterlantar, kaum miskin, bahkan para pelacur sekali pun.Rendra menuangkan kegelisahannya dalam bentuk puisi, puisi yangjujur tanpa banyak menggunakan istilah-istilah rumit yang tidakmudah dipahami orang lain.Dalam sebuah sajaknya yang berjudul Orang-Orang Miskin WS Rendrabegitu gamblang menceritakan tentang penderitaan hidup mereka.
Penggunaan gaya bahasa yang sangat dominan dalam puisi disebabkan
oleh adanya media yang sangat terbatas. Kesatuan puisi, yang
disebut sebagai bait adalah totalitas yang sama dengan bentuk
cerpen, novel, dan drama. Perbedaannya, satu bait puisi terdiri
dari satu atau dua halaman, sedangkan sebuah novel terdiri atas
ratusan bahkan ribuan halaman. Dalam puisi Doa Seorang Serdadu
Sebelum Perang Sebelum Perang karya W.S Rendra, setiap bait memiliki
totalitasnya. Berikut analisis puisi diatas :
Dalam puisi diatas, bunyi puisi juga sangat ditonjolkan. Puisinya
memiliki bunyi Kakofoni (cacophony) yaitu bunyi yang tidak merdu
dan cenderung parau. Pada puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang,
Vokal a, o, u lebih mendominasi, sehingga perasaan murung,
sedih, gundah, kecewa tergambar jelas.
Puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang, menggunakan pilihan kata
yang amat lembut. Seperti seseorang yang meminta pengampunan dosa
dan memang begitu isinya. Gaya bahasa yang dominan adalah gaya
bahasa hiperbola, seperti yang nampak pada bait berikut:
Tuhanku,WajahMu membayang di kota terbakardan firmanMu terguris di atas ribuankuburan yang dangkalAnak menangis kehilangan bapaTanah sepi kehilangan lelakinyaBukannya benih yang disebar di bumi subur initapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Makna Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang lebih ditekankan kepada
seorang yang meminta diampuni dosanya karena sudah membunuh
orang-orang yang bersalah maupun tidak bersalah. Ini dapat
terlihat dari penggalan puisi berikut :
Malam dan wajahkuadalah satu warnaDosa dan nafaskuadalah satu udara.Tak ada lagi pilihankecuali menyadari-biarpun bersama penyesalan-Apa yang bisa diucapkanoleh bibirku yang terjajah ?Sementara kulihat kedua lengaMu yang capaimendekap bumi yang mengkhianatiMuTuhankuErat-erat kugenggam senapankuPerkenankan aku membunuhPerkenankan aku menusukkan sangkurku
Serdadu tersebut menerima nasib sebagai serdadu yang tugasnya
membunuh orang dimedan perang. Ada sedikit penyesalan dalam
dirinya membunuh orang lain yang dianggap musuh. Tetapi ia mesti
melaksanakan tugasnya itu. Mungkin dalam hal ini serdadu itu
menyesali mengapa tugasnya demikian.
tify;l) a h i Z l'> Kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparankelaparan adalah ibliskelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
Kelaparan digambarkan seperti iblis dan batu-batu karang yang
menakutkan.
Analisis yang pertama akan dimulai dengan puisi yang pertama
puisi Doa Orang lapar.
Kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitamAllah !burung gagak menakutkandan kelaparan adalah burung gagakselalu menakutkankelaparan adalah pemberontakanadalah penggerak gaibdari pisau-pisau pembunuhanyang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin Kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan
Dalam penggalan puisi diatas, kelaparan digambarkan seperti
seekor burung gagak yang licik dan hitam. Kita bisa perhatikan
seekor burung gagak yang lapar mereka akan memakan apa saja yang
ada dihadapan mereka, tidak peduli lawan atau kawan yang penting
burung itu merasa kenyang. Dan kelaparan digambarkan seperti
demikian, karena jika seseorang lapar akan berbuat layaknya
burung gagak tersebut. Kelaparan juga dapat membuat seseorang
menjadi pemberontak dan menjadi pembunuh. Jika kita lihat berita-
berita di televisi, seseorang tega menghabisi rekan atau sanak
saudaranya sendiri kebanyakan disebabkan oleh orang-orang miskin
yang kesulitan ekonomi dan pastinya lapar. Mengapa dalam puisi
tersebut digambarkan orang miskin? Itu disebabkan karena
kebanyakan orang yang kelaparan adalah orang miskin dan orang
kaya tidak pernah merasakan apa itu kelaparan. Kelaparan juga
digambarkan seperti batu karang yang tenang tetapi dapat melahap
siapa saja.
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparan
Dari bait diatas, dapat kita lihat jikalau kelaparan juga membuat
seseorang yang gagah dapat menangis. Intinya kelaparan dapat
merusak siapa saja, tua-muda ataupun gagah-lemah. Tak peduli
bagaimana kehormatan itu yang penting kenyang.
http://revirevoltworld.blogspot.com/2011/03/analisis-puisi-doa-
serdadu-sebelum.html
Berdiri Aku-Amir Hamzah
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang.
Angin pulang menyeduk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas.
Benang raja mencelup ujung
Naik marak mengerak corak
Elang leka sayap tergulung
dimabuk wama berarak-arak.
Dalam rupa maha sempuma
Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.