ANALISIS PUISI

25
ANALISIS PUISI "DENGAN PUISI, AKU" KARYA TAUFIQ ISMAIL DENGAN PUISI, AKU Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbatas cakrawala Dengan puisi aku mengenang Keabadian Yang Akan Datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris Dengan puisi aku mengutuk Nafas zaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya 1965 (Tirani dan Benteng, hlm. 62) Pembahasan Analisis yang dilakukan pada puisi “Dengan Puisi, Aku” mencakup beberapa aspek atau unsur dalam suatu puisi, antara lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi dan rima, (3) citraan dan (4) penafsiran puisi. Jenis Puisi Puisi “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail ini termasuk dalam jenis puisi diaphan. Hal ini karena pembaca dapat dengan mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan Taufiq Ismail. Walaupun menggunakan penggabungan kata-kata yang menyebabkan bahasa kias tetapi pembaca masih dapat dengan mudah menerjemahkan isi dari puisi tersebut. Berikut penggalan puisi yang menggunakan bahasa kias, tetapi masih dapat dipahami isinya oleh pembaca. Dengan puisi aku bernyanyi Dengan puisi aku bercinta

Transcript of ANALISIS PUISI

ANALISIS PUISI "DENGAN PUISI, AKU" KARYA TAUFIQ ISMAIL

DENGAN PUISI, AKU

Dengan puisi aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti

Dengan puisi aku bercinta

Berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang

Keabadian Yang Akan Datang

Dengan puisi aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi aku berdoa

Perkenankanlah kiranya

1965(Tirani dan Benteng, hlm. 62)

Pembahasan

Analisis yang dilakukan pada puisi “Dengan Puisi, Aku”

mencakup beberapa aspek atau unsur dalam suatu puisi, antara

lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi  dan rima, (3) citraan dan (4)

penafsiran puisi.

Jenis Puisi

            Puisi “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail ini

termasuk dalam jenis puisi diaphan. Hal ini karena pembaca dapat

dengan mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan Taufiq

Ismail. Walaupun menggunakan penggabungan kata-kata yang

menyebabkan bahasa kias tetapi pembaca masih dapat dengan mudah

menerjemahkan isi dari puisi tersebut. Berikut penggalan puisi

yang menggunakan bahasa kias, tetapi masih dapat dipahami isinya

oleh pembaca.      

Dengan puisi aku bernyanyi

Dengan puisi aku bercinta

Dengan puisi aku mengenang

Dengan puisi aku menangis

Bunyi dan Rima

Bunyi

Dalam sebuah puisi, bunyi tidak hanya memperindah bacaan

puisi bersangkutan. Tetapi juga dapat meciptakan gambaran dalam

angan-angan pembacanya. Bunyi juga dapat menciptakan suasana,

sehingga kesedihan, keterpencilan, kerisauan, dan suasana-suasana

yang lain yang diharapkan dapat dirasakan oleh pembacanya dapat

terpenuhi akibat pemilihan bunyi pada puisi bersangkutan

(Suharianto, 2005: 22).

Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” pembaca diharapkan merasakan

bagaimana kecintaan Taufiq Ismail dalam berpuisi. Karena Bagi

Taufiq, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi

sampai akhir hayat, karena nyanyian yang indah menyenangkan

pendengarnya (Sayuti, 2005:9).

Rima

Rima adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi yang

berguna untuk menambah keindahan suatu puisi. Dalam persajakan

rima dapat dibedakan menurut: bunyi dan letak dalam baris.

Rima Awal

Dengan puisi aku bernyanyi

.............................................

Dengan puisi aku bercinta

.............................................

Dengan puisi aku mengenang

.............................................

Dengan puisi aku menangis

............................................

Dengan puisi aku mengutuk

.........................................

Dengan puisi aku berdoa

.........................................

Rima Akhir

Dengan puisi aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti

Dengan puisi aku bercinta

Berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang

Keabadian Yang Akan Datang

Dengan puisi aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi aku berdoa

Perkenankanlah kiranya

Citraan

Citraan merupakan gambaran yang timbul dalam khayal atau

angan-angan pembaca puisi atau karya sastra umum. Gambaran dalam

angan-angan seperti itu sengaja diupayakan oleh penyair agar hal-

hal yang semula abstrak menjadi konkret, agar menimbulkan suasana

khusus dan mengesankan (Suharianto, 2005 : 40). Citraan yang

biasanya muncul dalam puisi antara lain: citraan penglihatan,

citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan

gerak, dan citraan pencecapan.

Citraan penglihatan

            Citraan ini merupakan citraan saat penglihatan

digugah untuk mencoba merasakan apa yang ingin penyair sampaikan.

Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.

Citraan Pendengaran

Citraan ini merupakan citraan manakala indra pendengaran

akan digugah untuk merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh

penyair. Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan

jenis ini.

Citraan Perabaan

Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah

indra peraba, sehingga dapat merasakan maksud yang ingin

disampaikan oleh penyair.

..................................

Jarum waktu bila kejam mengiris

..................................

Pembaca diharapkan merasakan seperti teriris ketika mendengar dan

membaca baris puisi tersebut.

Citraan Penciuman

                   Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan

menggugah indra penciuman, sehingga dapat merasakan maksud yang

ingin disampaikan oleh penyair.

            .........................................

            Nafas zaman yang busuk

            .........................................

Citraan Gerak

              Citraan jenis ini merupakan citraan yang

menggambarkan gerak, atau menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya

tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. Dalam

puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.

Citraan Pencecapan

Citraan ini merupakan citraan saat pencecapan digugah untuk

mencoba merasakan apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi

karya Taufiq Ismail ini tidak terdapat citraan jenis ini.

Penafsiran Puisi

Dengan puisi aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti

Puisi ini adalah ungkapan seorang Taufiq Ismail,  puisi adalah

sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi sampai akhir hayatnya,

karena nyanyian yang indah dapat menyenangkan pendengarnya.

Dengan puisi aku bercinta

Berbatas cakrawala

Puisi adalah cinta, yang luas maknanya karena cinta itu universal

dan bisa disampaikan melalui puisi.

Dengan puisi aku mengenang

Keabadian Yang Akan Datang

            Puisi adalah bagian dari  keimanan, aku mengenang

artinya mengingat sang Pencipta untuk Keabadian yang akan datang,

untuk mengingatkan diri agar tak lekang mengenang hari akhir yang

abadi.

Dengan puisi aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris

            Puisi juga media untuk meratap, menangis, bila

kesedihan tak tertahankan yang diakibatkan diiris oleh waktu.

Ketika waktu itu terlewati dengan hal-hal yang tidak bermanfaat

tentunya kita akan menyesal bagai teriris pisau.

Dengan puisi aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk

Puisi adalah cara mengecam kezaliman, penindasan dan kesewenang-

wenangan yang terasa buruk dan busuk, sekaligus sebagai saksi

dari berbagai peristiwa sejarah.

Dengan puisi aku berdoa

Perkenankanlah kiranya

Puisi adalah cara berdoa, cara untuk mengingat serta mendekatkan

diri dengan sepenuh hati kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.

Penutup

Analisis yang dilakukan pada puisi “Dengan Puisi, Aku”

mencakup beberapa aspek atau unsur dalam suatu puisi, antara

lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi  dan rima, (3) citraan dan (4)

penafsiran puisi. Jenis puisi pada puisi “Dengan Puisi, Aku”

karya Taufiq Ismail ini berjenis puisi diaphan karena kata-kata

kias pada isi puisi mudah dipahami oleh pembacanya. Bunyi dan

rima puisi “Dengan Puisi, Aku” terdapat pada penempatan rima yang

khas, seperti terdapat rima awal dan rima akhir. Citraan yang

digunakan dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” hanya ada dua citraan

yaitu citraan penciuman dan citraan perabaan. Penafsiran puisi

“Dengan Puisi, Aku” adalah sepenuhnya bagaimana kita sebagai

pembaca puisi dapat memanfaatkan media puisi sebagai media yang

baik dan bermanfaat untuk kehidupan di sekitar kita.

http://dzaralbannasastra.blogspot.com/2010/04/analisis-puisi-dengan-puisi-aku-karay.html

Analisis Lapis Makna Puisi “Doa” Chairil AnwarOleh: Muh. Ardian kurniawan

Doa

Kepada pemeluk teguh

Tuhanku,

Dalam termangu

Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh

Menyebut Kau penuh seluruh

CahayaMu panas suci

Tinggal kerdip lilin

di kelam sunyi

Tuhanku,

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku,

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku,

Di pintuMu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

(Chairil Anwar: Deru Campur Debu)

Berbicara mengenai lapis makna suatu puisi yang membicarakan

tentang unsur intrinsik atau tubuh puisi tersebut, kita tidak

bisa terlepas dari unsur yang berada di luar struktur tersebut

(unsur intrinsik). Berkaitan dengan puisi Chairil Anwar ini,

perlu dijelaskan sedikit mengenai sejarah penulisan puisi ini.

Ketika menulis puisi ini, Chairil Anwar melalui aku lirik

menceritakan pengalamannya yang telah melakukan suatu dosa

atau kesalahan yang membuat ia merasa jauh dari Tuhannya.

Tetapi, walau bagaimanapun, sebagai makhluk ciptaan Tuhan,

tiada lagi tempat berpaling selain kepada-Nya.

Chairil Anwar mengawali puisinya ini dengan kata Tuhanku.

Sama seperti seorang hamba yang bila berdoa sering kali

menyebut kata-kata pujian atau apa pun yang berkaitan dengan

Tuhannya. Misalnya, dalam agama Islam, sering muncul dalam doa

ucapan seperti yaa Allah atau yaa Rabbi. Begitu pula Chairil

melalui si aku lirik menyebut Tuhanku. Ini menguatkan judul

puisi Chairil Anwar yang memang tengah memanjatkan doa kepada

Tuhan aku lirik. Bahkan kata Tuhanku ini diulang-ulang Chairil

sampai empat kali dan itu pun selalu berdiri sendiri tanpa

didampingi oleh kata-kata lain. Ini dapat berarti dua hal,

pertama, Tuhan tidak dapat disejajarkan dengan apa pun. Kedua,

untuk memperkuat kekhusyukan aku lirik dalam berdoa.

Dalam termangu

Aku masih mengingat namaMu

Ini menunjukkan keteguhan hati aku lirik yang benar-benar

mengingat Tuhannya, walau dalam termangu sekali pun. Untuk

memperkuat hal itu, Chairil pun menambahkan biar susah sungguh/

menyebut kau penuh seluruh. Aku lirik, ketika menyebut nama

Tuhannya, tak sedikit pun dalam pikirannya terbersit untuk

memikirkan hal lain yang dapat merusak kedekatan dengan

Tuhannya itu.

Bait pertama puisi ini juga dapat berarti prolog sebuah doa.

Mengapa saya katakan sebagai prolog? Dalam setiap doa seorang

hamba kepada Tuahnnya, pujian kepada Tuhan biasa diucapkan

pendoa. Kembali kita ambil contoh orang Islam. Orang Islam

biasa memulai doanya dengan ucapan alhamdulillah yang notabene

merupakan pujian kepada Allah. Selanjutnya pendoa mengucapkan

pujian-pujian lain dan terima kasih pendoa atas segala yang

telah diberikan Tuhan kepadanya. Sebuah awal yang mirip basa-

basi. Barulah kemudian pendoa mengeluarkan keluhannya dan

segala permohonan yang diinginkannya. Rupanya Chairil

menghafal tata cara berdoa seperti ini yang merupakan cara

berdoa konvensional dan berlaku bagi semua makhluk (manusia)

di dunia. Ini dimaksud agar terjalin sinergitas dan kedekatan

antara Tuhan dengan hambanya.

Tetapi, benar-benar ingatkah aku lirik pada Tuhannya?

Manusia tidak pernah luput dari salah dan dosa. Begitu pula

aku lirik. Ia pun pernah melakukan kesalahan yang menurutnya

seakan-akan membuat ia merasa jauh dari Tuhannya. Bahkan

cahaya Tuhan yang panas suci memancar hanya tinggal kerdip lilin saja

pada aku lirik. Tertutup oleh dosa yang telah diperbuatnya

itu.

Chairil sadar bahwa akibat dosanya itu ia seakan merasa

bahwa ia sudah hilang bentuk dan remuk. Ia tak mengenali dirinya

lagi.

Akibat dari perbuatannya itu, ia merasa bahwa dirinya telah

jauh dari Tuhannya. Aku mengembara di negeri asing kata Chairil

melalui aku lirik, mengenang perbuatannya itu. Asing, karena

apa yang dikerjakannya itu bertentangan dengan apa yang sudah

diperintahkan Tuhannya.

Akan tetapi, bila sudah begitu, apakah aku lirik akan terus

mengurung diri dalam kubangan dosanya? Tidak! Ia harus kembali

kepada Tuhannya karena tidak ada tempat berpaling lagi jika

bukan padaNya. Oleh karena itu, di akhir puisinya, Chairil

menuliskan Di pintuMu aku mengetuk// Aku tidak bisa berpaling.

Memang seperti kita ketahui selama hidupnya, Chairil Anwar

dikenal sebagai seorang sastrawan yang bohemian. Artinya,

hidupnya terkesan hura-hura. Sehingga dari kehidupannya itu ia

merasa bahwa ia telah melakukan kesalahan yang membuat ia

merasa jauh dari Tuhannya. Inilah yang melatarbelakangi

munculnya sajak Chairil Anwar berjudul “Doa” ini.

http://manusiabatu.wordpress.com/2009/03/03/analisis-lapis-makna-puisi-doa-chairil-anwar/

ANALISIS SAJAK BERDIRI AKU KARYA AMIR HAMZAH

(a) Diksi

dalam puisi Amir Hamzah dia selalu membuat pilihan kata yang

penuh konotasi. Selain itu Amir Hamsering menggunakan kata-kata

yang arkaik, sehingga pembaca akan merasa bernostalgia dengan

kata-kata yang di tulisnya. Kata kata seperti, senyap, mengurai,

mengempas, berayun-ayun dan sayap tergulung identik dengan

kesunyian. Kata-kata tersebut membentuk makna kasendirian yang

inigin digambarkan pengarang.

Kata ”maha sempurna” dalam akhir bait juga merupakan arti

konotasi dari tuhan yang maha sempurna. Kata ”menyecap” memiliki

arti impian yang ingin dirasakan. Permainan kata-kata yang

digunakan yang ditulis memang sebuah misteri untuk menyembunyikan

ide pengarang.

Kemisteriusan ini ditambah dengan pilihan kata arkaik seperti,

”marak” dan ”leka”. ”marak” itu berarti cahaya sedangkan ”leka”

berarti lengah atau lalai. Walaupun kata-kata itu sudah tidak

digunakan lagi dalam percakapan sehari-hari, mungkin saja kata-

kata tersebut masih ada dalam percakapan sehari-hari sewaktu Amir

menulis sajaknya. Selain itu dia juga menulis kata-kata yang

merupakan bahasa daerah yakni ”alas” yang berasal dari bahasa

Jawa yang berarti hutan. Meskipun kata-kata yang digunakan Amir

ini tidak dikenali lagi, bagi Amir kata-kata itu seperti sangat

puitis dan representatif untuk menyampaikan gagasannya.

(b) Efoni dan Irama

suasana kesedihan yang ditampilkan oleh pengarang memperlihatkan

efek efoni dan irama dalam puisi tersebut. Irama dan efek efoni

itu membuat puisi itu lebih merdu seandainya dibaca. Walaupun

banyak kata-kata yang menimbulkan kakafoni seperti aku, senja,

senyap, menepis, bakau, datang, terkembang, teluk, sunyi, di

atas, leka, sayap, merasa, sempurna, sentosa, tertentu, dan tuju.

Walaupun kata-kata tersebut memberi kesan tidak merdu tetapi

penggunan rima yang mantak dalam puisi tersebut membuat sajak

menimbulkan kesan menyenangkan. Seperti bunyi bumi-sunyi, emas-

alas, ujung-tergulung, corak-arak, sempurna-sentosa, kalbu-tuju

mrupakan rima yang membuat sajak itu akhirnya memiliki efek

efoni.

Selain itu aliterasi seperti berjulang-datang, menepuk teluk,

mengempas emas, di atas alas, naik marak menyerak corak serta

asonansi seperti dalam rupa maha sempurna, rindu-sedu mengharu

kalbu, merasa sentosa, bertentu tuju. Huruf-huruf yang sama

tersebut dapat menimbulkan kesan efoni walaupun banyak katayang

berbunyi tidak merdu dengan adanya bunyi k,p,t dan s.

Selain timbul efek efoni unsur bunyi yangb berpola tersebut

menimbulkan irama dalam sajak. Persamaan bunyi pada puisi ini

akan menyebabkan terdengar adanya pergantian bunyi pendek, lembut

dan rendah. Karena suasana kasunyian yang dituliskan penyair tak

mungkin memberi irama yang tinggi dan cepat tetapi irama yang

rendah atau lambat.

(c) Bahasa Kiasan

seperti halnya puisi lama pemilihan bahasa kiasan memang sangat

diperlukan untuk memperindah kata-katanya sehingga makna yang

diberikan bisa lebih kaya dan mendalam. Dalam puisi ”Berdiri

Aku”yang menojol adalah adanya personifikasi seperti:

Melayah bakau mengurai puncak

....................................................

angin pulang menyejuk bumi

Menepuk teluk mengempas emas

Lari ke gunung memuncak sunyi

Berayun-ayun di atas alas

............................................

Naik marak menyerak corak

..........................................

Dalam puisi tersebut Amir Hamzah menghidupkan ombak dan angin

yang bertujuan ingin menambah rasa kesunyian dan kesendirian

penyair. Seperti halnya dengan mengagumi ombak yang menerpa

pohon-pohon bakau serta desir angin yang mengempakkan semuanya

terlihat kalau penyair benar-benar merasa sepi dan hanya mampu

melihat pemandangan sekitarnya saja.

Selain personifikasi yang dominan ada juga gaya metafora yang

terlihat dari kalimat benang raja mencelup ujung dan dalam rupa

maha sempurna. Penyair membandingkan apa yang dilihat dan dialami

dengan kata ”benang raja” dan ”maha sempurna.

Hiperbola juga nampak dalam kalimat Rindu-sedu mengharu kalbu

yang menggambarkan kesedihan dan rindu yang benar-benar mendalam.

Gaya bahasa yang digunakan membuat makna puisi itu lebih mendalam

dan lebih padat.

(d) Citraan

sajak Berdiri aku ini menimbulkan imaji penglihatan ”visual

imagery”, seolah-olah kita milihat suasana pantai yang indah.

Keindahan terlihat dari

Camar melayang manepis buih

Melayah bakau mengurai puncak

Berjulang datang ubur terkembang

.....................................................

Benang raja mencelup ujung

............................................

Elang leka sayap tergulung

Dari kalimat tersebut kita disuruh melihat keindahan pantai pada

sore hari yang digambarkan perngarang lewat kata-katanya. Dengan

bermainnya khayal visual kita, kita akan mampu membayangkan

keindahan pantai pada waktu sore yang sunyi sehingga kesedihan

akan semakin terasa mencekam. Sesunyian ini ditambah lagi dengan

imaji perasa yang terlihat pada bait kedua

Angin pulang menyejuk bumi

Menepuk teluk mengempas emas

Lari ke gunung memuncak sunyi

Berayun-ayun di atas alas

Dalam kalimat pertama imaji kita akan merasakan kesejukan dengan

kata-kata tersebuit teatapi sayang angin itulah yang

menghempaskan harapan dan membawa lari sehingga yang terasa

hanyalah sunyi yang semakin dalam. Dengan berbagai citraan yang

mampu ditampilkan penyair ini pembaca akan ikut merasakan apa

yang di tulis oleh penyair dengan inderanya sendiri.

(e) Pemikiran dalam Sajak

Sajak ”Berdiri Aku” ini merupakan ekspresi kesedihan yang

ditampilkan penyair dengan suasana sunyi. Kesedihan ini tidak

lain dikarenakan oleh perpisahannya dengan kekasihnya dan dia

harus pulang ke Medan dan menikah dengan putri pamannya. Perasaan

sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan suasana

sunyi pantai di sore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu

melihat keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan

telah hilang.

Kesedihan yang mendalam ini juga wujud perasaan galau penyair

yang digambarkan dengan perasaannya yang dipermainkan ombak dan

angin. Sehingga hanya merenungi hiduplah yang mampu dilakukannya.

Sebagai orang yang memiliki agama yang kuat dalam setiap akhirnya

dia hanya bisa menyerahkan semua yang dia alami ini kepada Tuhan.

Dengan merenungi hidupnya selama ini Amir berusaha untuk

mengembalikan kepada Tuhan yang memberikan kepastian dalam

hidupnya. Seperti yang tergambar dalam Rindu sendu mengharu kalbu

/ ingin datang merasa sentosa / menyerap hidup tertentu tuju.

Dalam sajak ini tergambar suasana pesimis penyair dalam

menghadapi segala permasalahan hidupnya. Suasana pesimis ini

menjadikannya menjadi melankolis. Karena dari kebanyakan sajak

adalah sebuah ratapan akan hidupnya dan kesedihannya dalam

memikirkan nasib hidup yang baginya sudah benar-benar hancur.

Dengan sajak ini Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan

pemikirannya melalui puisi yang dia tulis. Dia menginginkan

apapun yang terjadi dalam hidup kita ini harus mernyerahkan

terhadap Tuhan karena hanya dialah yang mampu memberi kepastian

dalam kahidupan ini.

http://adiel87.blogspot.com/2009/01/analisis-sajak-berdiri-aku-

karya-amir.html

Analisis Puisi Doa Orang Lapar Karya W.S. Rendra

Puisi Doa Orang Lapar

Kelaparan adalah burung gagak

yang licik dan hitam

jutaan burung-burung gagak

bagai awan yang hitam

Allah !

burung gagak menakutkan

dan kelaparan adalah burung gagak

selalu menakutkan

kelaparan adalah pemberontakan

adalah penggerak gaib

dari pisau-pisau pembunuhan

yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin

Kelaparan adalah batu-batu karang

di bawah wajah laut yang tidur

adalah mata air penipuan

adalah pengkhianatan kehormatan

Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu

melihat bagaimana tangannya sendiri

meletakkan kehormatannya di tanah

karena kelaparan

kelaparan adalah iblis

kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

Allah !

kelaparan adalah tangan-tangan hitam

yang memasukkan segenggam tawas

ke dalam perut para miskin

Allah !

kami berlutut

mata kami adalah mata Mu

ini juga mulut Mu

ini juga hati Mu

dan ini juga perut Mu

perut Mu lapar, ya Allah

perut Mu menggenggam tawas

dan pecahan-pecahan gelas kaca

Allah !

betapa indahnya sepiring nasi panas

semangkuk sop dan segelas kopi hitam

Allah !

kelaparan adalah burung gagak

jutaan burung gagak

bagai awan yang hitam

menghalang pandangku

ke sorga Mu

Ws Rendra

Dari Kumpulan Puisi “Sajak – Sajak Sepatu Tua” ( Pustaka Jaya – 1995 )

Analisis :

Puisi, menurut kamus Wikipedia Indonesia, berasal dari bahasa

Yunani kuno poieo/poio yang berarti I create atau saya menciptakan.

Adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas

estetiknya untuk tambahan, atau selain aerti semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja

pengulangan, meter dan rhyme adalah yang membedakan puisi dari

prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan karena beberapa

ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak

sebagia jenis literature tetapi sebagai perwujudan imajinasi

manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Sedangkan penyair adalah seseorang yang menulis/mengarang karya

puisi. Karya ini biasanya dipengaruhi oleh tradisi budaya dan

intelektual dan ditulis dalam suatu bahasa tertentu. Beberapa

kalangan menganggap bahwa puisi yang terbaik memiliki ciri-ciri

yang luas, tidak lekang oleh waktu dan memiliki gambaran umum

bagi seluruh umat manusia. Kalangan lainnya lebih mementingkan

kualitas dari fakta dan keindahan yang terkandung dalam puisi

tersebut.

Penggunaan gaya bahasa yang sangat dominan dalam puisi disebabkan

oleh adanya media yang sangat terbatas. Kesatuan puisi, yang

disebut sebagai bait adalah totalitas yang sama dengan bentuk

cerpen, novel, dan drama. Perbedaannya, satu bait puisi terdiri

dari satu atau dua halaman, sedangkan sebuah novel terdiri atas

ratusan bahkan ribuan halaman. Dalam puisi Doa Orang Lapar dan Doa

Seorang Serdadu Sebelum Perang karya W.S Rendra, setiap bait memiliki

totalitasnya. Berikut analisis dari kedua puisi diatas:

Dalam kedua puisi diatas, bunyi puisi juga sangat ditonjolkan.

Keduanya memiliki bunyi Kakofoni (cacophony) yaitu bunyi yang

tidak merdu dan cenderung parau. Puisi Doa Orang Lapar cenderung

Dominasi bunyi-bunyi k, p, t, s sehingga rima puisi sangat tidak

teratur sehingga Suasana kacau, tidak teratur, tidak menyenangkan

sangat tergambar pada puisi tersebut. Walaupun keduanya sama

mengandung bunti kakofoni namun pada puisi Doa Seorang Serdadu

Sebelum Perang, Vokal a, o, u lebih mendominasi, sehingga perasaan

murung, sedih,  gundah, kecewa tergambar jelas.

Pada puisi diatas, pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan

sangatlah berbeda. Puisi Doa Orang Lapar menggunakan gaya bahasa

hiperbola yang dominan yaitu gaya bahasa yang memberikan

pernyataan yang berlebih-lebihan. Seperti pada bait berikut:

Kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitam

Pengarang menggambarkan kelaparan dengan sangat mengerikan, dapat

terbayang oleh kita bagaiimana jutaan burung gagak terbang sangat

benyak. Kemudian selain itu pada puisi Doa Orang Lapar pengarang

juga menggunakan gaya bahasa Metafora yaitu gaya bahasa yang

membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang

mempunyai sifat sama. Seperti nampak pada bait berikut :

Kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatanSeorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparankelaparan adalah ibliskelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

Kelaparan digambarkan seperti iblis dan batu-batu karang yang

menakutkan.

Analisis yang pertama akan dimulai dengan puisi yang pertama

puisi Doa Orang lapar.

Kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitamAllah !burung gagak menakutkandan kelaparan adalah burung gagakselalu menakutkankelaparan adalah pemberontakanadalah penggerak gaibdari pisau-pisau pembunuhanyang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin Kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan

Dalam penggalan puisi diatas, kelaparan digambarkan seperti

seekor burung gagak yang licik dan hitam. Kita bisa perhatikan

seekor burung gagak yang lapar mereka akan memakan apa saja yang

ada dihadapan mereka, tidak peduli lawan atau kawan yang penting

burung itu merasa kenyang. Dan kelaparan digambarkan seperti

demikian, karena jika seseorang lapar akan berbuat layaknya

burung gagak tersebut. Kelaparan juga dapat membuat seseorang

menjadi pemberontak dan menjadi pembunuh. Jika kita lihat berita-

berita di televisi, seseorang tega menghabisi rekan atau sanak

saudaranya sendiri kebanyakan disebabkan oleh orang-orang miskin

yang kesulitan ekonomi dan pastinya lapar. Mengapa dalam puisi

tersebut digambarkan orang miskin? Itu disebabkan karena

kebanyakan orang yang kelaparan adalah orang miskin dan orang

kaya tidak pernah merasakan apa itu kelaparan. Kelaparan juga

digambarkan seperti batu karang yang tenang tetapi dapat melahap

siapa saja.

Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparan

Dari bait diatas, dapat kita lihat jikalau kelaparan juga membuat

seseorang yang gagah dapat menangis. Intinya kelaparan dapat

merusak siapa saja, tua-muda ataupun gagah-lemah. Tak peduli

bagaimana kehormatan itu yang penting kenyang.

http://revirevoltworld.blogspot.com/2011/03/analisis-puisi-doa-

orang-lapar-karya-ws.html

Analisis Puisi Doa serdadu Sebelum Perang Karya W.S Rendra

Doa Serdadu Sebelum Perang

Tuhanku,

WajahMu membayang di kota terbakar

dan firmanMu terguris di atas ribuan

kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa

Tanah sepi kehilangan lelakinya

Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini

tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti

sempurnalah sudah warna dosa

dan mesiu kembali lagi bicara

Waktu itu, Tuhanku,

perkenankan aku membunuh

perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku

adalah satu warna

Dosa dan nafasku

adalah satu udara.

Tak ada lagi pilihan

kecuali menyadari

-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan

oleh bibirku yang terjajah ?

Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai

mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku

Erat-erat kugenggam senapanku

Perkenankan aku membunuh

Perkenankan aku menusukkan sangkurku

W.S Rendra

Mimbar Indonesia Th. XIV, No. 25 , 18 Juni 1960

Analisis :Ragam puisi Indonesia sangatlah banyak. salah satunyaadalah puisi perjuangan. Puisi perjuangan adalah puisi yangberbicara tentang perlawanan, yaitu sebuah usaha untukmemperebutkan hak yang semestinya kita dapatkan akan tetapidiganggu olah pihak lain. Puisi perjuangan tak melulu bicaratantang perang, tentang peluru ataupun senapan.Tetapi lebih luas lagi, puisi perjuangan berbicara tentang usahaorang-orang pinggiran untuk merebut kembali haknya, tentangpenindasan yang dilakukan oleh pihak yang kuat kepada pihak yanglemah, dan lain sebagainya.Salah satu penyair yang seringkali menulis tentang perjuanganhidup orang-orang kecil adalah WS Rendra. WS. Rendra dikenalsebagai penyair yang konsisten memperjuangkan hak-hak orang-orangkecil. Rendra seringkali mengangkat tema tentang orang-orang yangterlantar, kaum miskin, bahkan para pelacur sekali pun.Rendra menuangkan kegelisahannya dalam bentuk puisi, puisi yangjujur tanpa banyak menggunakan istilah-istilah rumit yang tidakmudah dipahami orang lain.Dalam sebuah sajaknya yang berjudul Orang-Orang Miskin WS Rendrabegitu gamblang menceritakan tentang penderitaan hidup mereka.

Penggunaan gaya bahasa yang sangat dominan dalam puisi disebabkan

oleh adanya media yang sangat terbatas. Kesatuan puisi, yang

disebut sebagai bait adalah totalitas yang sama dengan bentuk

cerpen, novel, dan drama. Perbedaannya, satu bait puisi terdiri

dari satu atau dua halaman, sedangkan sebuah novel terdiri atas

ratusan bahkan ribuan halaman. Dalam puisi Doa Seorang Serdadu

Sebelum Perang Sebelum Perang karya W.S Rendra, setiap bait memiliki

totalitasnya. Berikut analisis puisi diatas :

Dalam puisi diatas, bunyi puisi juga sangat ditonjolkan. Puisinya

memiliki bunyi Kakofoni (cacophony) yaitu bunyi yang tidak merdu

dan cenderung parau. Pada puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang,

Vokal a, o, u lebih mendominasi, sehingga perasaan murung,

sedih,  gundah, kecewa tergambar jelas.

Puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang, menggunakan pilihan kata

yang amat lembut. Seperti seseorang yang meminta pengampunan dosa

dan memang begitu isinya. Gaya bahasa yang dominan adalah gaya

bahasa hiperbola, seperti yang nampak pada bait berikut:

Tuhanku,WajahMu membayang di kota terbakardan firmanMu terguris di atas ribuankuburan yang dangkalAnak menangis kehilangan bapaTanah sepi kehilangan lelakinyaBukannya benih yang disebar di bumi subur initapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Makna Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang lebih ditekankan kepada

seorang yang meminta diampuni dosanya karena sudah membunuh

orang-orang yang bersalah maupun tidak bersalah. Ini dapat

terlihat dari penggalan puisi berikut :

Malam dan wajahkuadalah satu warnaDosa dan nafaskuadalah satu udara.Tak ada lagi pilihankecuali menyadari-biarpun bersama penyesalan-Apa yang bisa diucapkanoleh bibirku yang terjajah ?Sementara kulihat kedua lengaMu yang capaimendekap bumi yang mengkhianatiMuTuhankuErat-erat kugenggam senapankuPerkenankan aku membunuhPerkenankan aku menusukkan sangkurku

Serdadu tersebut menerima nasib sebagai serdadu yang tugasnya

membunuh orang dimedan perang. Ada sedikit penyesalan dalam

dirinya membunuh orang lain yang dianggap musuh. Tetapi ia mesti

melaksanakan tugasnya itu. Mungkin dalam hal ini serdadu itu

menyesali mengapa tugasnya demikian.

tify;l) a h i Z l'> Kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan

Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparankelaparan adalah ibliskelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

Kelaparan digambarkan seperti iblis dan batu-batu karang yang

menakutkan.

Analisis yang pertama akan dimulai dengan puisi yang pertama

puisi Doa Orang lapar.

Kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitamAllah !burung gagak menakutkandan kelaparan adalah burung gagakselalu menakutkankelaparan adalah pemberontakanadalah penggerak gaibdari pisau-pisau pembunuhanyang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin Kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan

Dalam penggalan puisi diatas, kelaparan digambarkan seperti

seekor burung gagak yang licik dan hitam. Kita bisa perhatikan

seekor burung gagak yang lapar mereka akan memakan apa saja yang

ada dihadapan mereka, tidak peduli lawan atau kawan yang penting

burung itu merasa kenyang. Dan kelaparan digambarkan seperti

demikian, karena jika seseorang lapar akan berbuat layaknya

burung gagak tersebut. Kelaparan juga dapat membuat seseorang

menjadi pemberontak dan menjadi pembunuh. Jika kita lihat berita-

berita di televisi, seseorang tega menghabisi rekan atau sanak

saudaranya sendiri kebanyakan disebabkan oleh orang-orang miskin

yang kesulitan ekonomi dan pastinya lapar. Mengapa dalam puisi

tersebut digambarkan orang miskin? Itu disebabkan karena

kebanyakan orang yang kelaparan adalah orang miskin dan orang

kaya tidak pernah merasakan apa itu kelaparan. Kelaparan juga

digambarkan seperti batu karang yang tenang tetapi dapat melahap

siapa saja.

Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparan

Dari bait diatas, dapat kita lihat jikalau kelaparan juga membuat

seseorang yang gagah dapat menangis. Intinya kelaparan dapat

merusak siapa saja, tua-muda ataupun gagah-lemah. Tak peduli

bagaimana kehormatan itu yang penting kenyang.

http://revirevoltworld.blogspot.com/2011/03/analisis-puisi-doa-

serdadu-sebelum.html

Berdiri Aku-Amir Hamzah

Berdiri aku di senja senyap

Camar melayang menepis buih

Melayah bakau mengurai puncak

Berjulang datang ubur terkembang.

Angin pulang menyeduk bumi

Menepuk teluk mengempas emas

Lari ke gunung memuncak sunyi

Berayun-ayun di atas alas.

Benang raja mencelup ujung

Naik marak mengerak corak

Elang leka sayap tergulung

dimabuk wama berarak-arak.

Dalam rupa maha sempuma

Rindu-sendu mengharu kalbu

Ingin datang merasa sentosa

Menyecap hidup bertentu tuju.