Presesntasi POSTER : MDR TB

Post on 02-Jan-2016

81 views 4 download

description

MDR TB adalah Multi-Drug Resistance Tuberculosis, dimana penyakit ini terjadi akibat OAT (obat anti tuberkulosis) sudah tidak mempan melawan TB tersebut

Transcript of Presesntasi POSTER : MDR TB

Presentasi POSTER

“MDR TB”PBL B9

Fakultas Kedokteran

Universitas YARSI

2012/2013

Anggota Kelompok B9 :

1. Sarastania Oktatriana (1102010228)

2. Sofia Putri Nirmala (1102010271)

3. Rachmat Putra P (1102010225)

4. Mazaya Ekawati (1102011158)

5. Muhammad Fathan (1102011175)

6. Nuraga Wishnu Putra (1102011199)

7. Putri Nisrina Hamdan (1102011213)

8. Sausan Rasmiyyah (1102011255)

9. Widya Amalia Swastika (1102011290)

10. Yudisthira Pratama (1102011297)

AbstrakMulti Drug Resistant (MDR-TB) merupakan masalah

terbesar dalam pencegahan dan pemberantasan TB dunia. Indonesia berada diperingkat 8 dari 27 negara dengan MDR TB terbanyak didunia. WHO Global Report 2010 memperkirakan pasien MDR TB di Indonesia berjumlah 8900. MDR TB adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan isoniazid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor resiko MDR TB. Jenis penelitian yang digunakan adalah kasus control. Populasi kasus adalah penderita TB yang diuji dan terbukti resisten positif dan sample control adalah pendertia yang diuji dan terbukti resisten negative. Perbandingan kasus dibanding control sama dengan 32 : 33.

Abstrak (cont’d)

Analisis data dilakukan dengan analisisi univariat, bivariate, multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian MDR TB, yaitu motivasi penderita yang rendah dan ketidakteraturan berobat diperlukan berbagai dukungan khususnya yang berasal dari keluarga dan lingkungan pasien agar dapat memotivasi penderita TB paru bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dan melakukan pengobatan teratur.

PendahuluanTuberkulosis (Tb) merupakan penyebab terbesar

penyakit dan kematian di dunia khususnya di Asia dan Afrika dan sejak tahun 2005 terdapat peningkatan yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi di India, Cina, Indonesia, Afrika Selatan dan Nigeria. Menurut WHO prevalens kasus TB tahun 2006 ada 14,4 juta kasus dan multidrug resistant TB (MDR TB) ada 0,5 juta kasus dengan TB kasus baru MDR 23.353 kasus. Jumlah total kasus TB baru MDR yang diobati tahun 2007 dan 2008 sekitar 50.000 kasus. Prevalens TB di Indonesia tahun 2006 adalah 253/100.000 penduduk angka kematian 38/100.000 penduduk. TB kasus baru didapatkan MDR Tb 2% dan Tb kasus yang telah diobati didapatkan MDR TB 19%.

Pendahuluan (cont’d)

Timbulnya resistensi obat dalam terapi TB khususnya MDR TB merupakan masalah besar kesehatan masyarakat di berbagai negara dan fenomena MDR menjadi salah satu batu sandungan program pengendalian TB. Pengobatan pasien MDR TB lebih sulit, mahal, banyak efek samping dan angka kesembuhannya relatif rendah. Penyebaran resistensi obat di berbagai negara tidak diketahui dan tatalaksana pasien MDR TB masih tidak adekuat.

Pendahuluan (cont’d)

Tujuan

• Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat• Untuk memberikan penyuluhan agar masyarakat dapat

mencegah terjadi MDR Tb yang lebih berat• Membantu masyarakat untuk tahu bagaimana pencegahan

MDR Tb yang benar dan baik • Untuk menurunkan prevalensi kejadian MDR Tb di

Indonesia

Pembahasan

Memahami dasar ilmiah dari penanganan kemoterapi jangka pendek 6 bulan pada TB dapat membantu menjelaskan mengapa sensitivitas pada isoniazid dan rifampisin bisa berkurang, bahkan tanpa resistensi terhadap obat tambahan, memiliki efek demikian besar pada hasilnya. Sejumlah percobaan terkontrol telah menunjukkan bahwa regimen 6 bulan rifampisin dan isoniazid, dilengkapi dengan pirazinamid dan streptomisin atau etambutol untuk 2 bulan pertama, akan memberikan kesembuhan dalam> 95% kasus jika obat tersebut dikonsumsi dengan benar. Regimen yang demikian juga menyebabkan kasus non-infeksius menjadi infeksius dalam dua minggu. Masing-masing obat bervariasi dalam kemampuannya untuk membunuh basil tuberkulum (kemampuan bakterisida), untuk menangani organisme persisten yang hanya sesekali aktif secara metabolik (kemampuan sterilisasi) dan untuk mencegah munculnya resistensi obat.

Pembahasan (cont’d)

Isoniazid adalah obat bakterisidal terbaik dan jika monoresistensi untuk obat ini terjadi, pengobatan dengan rifampisin dan etambutol harus diperpanjang untuk 9-12 bulan, selain 2 bulan pyrazinamide. Awal Rifampicin adalah obat sterilisasi terbaik, dan monoresistensi terhadap obat ini memerlukan pengobatan dengan isoniazid dan etambutol selama 18 bulan, dengan 2 bulan awal pyrazinamide. Oleh karenanya, hilangnya respon terhadap kedua obat bakterisida utama dan obat sterilisasi utama berarti bahwa pasien tetap infeksius dalam waktu lebih lama, baik dalam masyarakat dan dalam rumah sakit, bahwa pengobatan diperlukan untuk setidaknya 12 dan mungkin lebih dari 24 bulan, dan obat lini kedua yang kurang efektif namun lebih toxic harus digunakan

Pembahasan (cont’d)

Kesimpulan

Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia dan diperparah dengan timbulnya masalah baru berupa MDR TB. Kebanyakan MDR TB terjadi karena kekurang patuhan dalam pengobatan TB. Resistensi yang terjadi dapat berupa resistensi primer dan resistensi sekunder. Deteksi awal MDR TB dan memulai terapi sedini mungkin merupakan faktor penting untuk tercapainya keberhasilan terapi.

Daftar Pustaka

• Hanafi, Arif Riswahyudi dan Prasenohadi : Mekanisme dan Diagnosis Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR Tb)

• Nurlaela, Sri; Sarwani, Dwi; dan Zahrotul, Isnani : Analisis Faktor Risiko Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) (Studi Kasus di BP4 Purwokerto)