Post on 29-Nov-2015
POLA DASAR MENEJEMEN BANK SYARIAH1
Bank syariah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasar-dasar syariah dengan kata lain,
pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada nilai, prinsip, dan konsep syariah. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka dalam artikel ini ditulis untuk memberikan gambaran mengenai aspek-
aspek penting dalam manajemen bank syariah, yang meliputi: pengertian manajemen dalam Islam,
dasar-dasar manajemen syariah, prinsip manajemen dalam syariah Islam, tujuan manajemen
syariah, implikasi pengelolaan bank syariah, perumusan kebijkaan, perencanaan dan pengembangan
organisasi, sistem manajemen bank syariah dan sound of syariah banking business.
Pengertian Manajemen Syariah
Secara istilah, sebagian pengamat mengartikan bahwa manajemen sebagai alat untuk
merealisasikan tujuan umum. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa manajemen itu adalah
suatu aktifitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahah, pengembangan, personal,
perencanaan dan pengawasan terhadap pekerja-pekerja yang berkenaan dengan unsur pokok dalam
suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat dicapai dengan cara yang
efektif dan efisian.
Berangkat dari uraian di atas, secara implisit dapat diketahui, bahwa hakikat manajemen yang
terkandung dalam Al-Quran adalah merenungkan atau memandang ke depan suatu urusan
(persoalan), agar persoalan itu terpuji dan baik akibatnya. Untuk menuju hakekat tersebut,
diperlukan adanya pengaturan dengan cara yang bijaksana.
Hakekat menejemen yang terkandung dalan Al-Quran ini, dengan demikian erat kaitannya
dengan pencapaian tujuan, pengambilan keputsan dan pelaksanaan manajerial itu sendiri. Karena
pada dasarnaya terbangunnya konsep manajemen disandarkan pada ketiga dasar pemikiran tersebut
(pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajemen).
Dasar-Dasar Manajemen Syariah
Dari hakikat manajemen yang terkandung dalan Al-Quran di atas, maka hal ini,
menderivasikan adanya prinsip-prinsip manajemen yang meliputi:
1. Keadilan
Meski benar bahwa keadilan dan ketidakadilan telah terlihat jelas semenjak manusia eksis di
muka bumi, manusia masih kabur dalam menggambarkan tapal batasnya. Artinya keadilah
tidak pernah dipahami secara lengkap. Keadilan merupakan satu prinsip fundamental dalam
idiologi Islam. Pengelolaan keadilan seharusnya tidak sepotong-potong, tanpa mengacu pada
status social, asset financial, kelas dan keyakinan religius seseorang. Al-Quran
memerintahkan pengenutnya untuk mengembil keputusan dengan berpegang pada kesamaan
derajat, keutuhan dan keterbukaan. Maka, keadilan adalah ideal untuk diterapkan dalam
hubungan dengan sesama manusia.
Kata kunci yang digunakan Al-Quran yang dijadikan dalam menjalankan konsep keadilan
adalah 'adl dan qist. Adalah mengandung pengertian sawiyyat, dan juga mengandung makna
pemerataan dan kesamaan. Pemerataan dan kesamaan ini berlawanan dengan kata Zulm dan
Jaur (kejahatan dan penindasan). Qist mengandung makna distridusi, angsuran, jarak yang
merata. Taqassata salah satu dari derivasinya juga bermakna distribusi yang merata bagi
masyarakat, dan qistas, kata turunan lainnya, berarti keseimbangan berat. Sehingga kedua kata
di dalam Al-quran yang digunakan menyatakan keadilan yakni 'adl dan Qist mengandung
makna distribusi yang merata. Keadilan yang terkandung dalam Al-Quran, juga bermakna
menempatkan sesuatu pada propersinya.
2. Amanah dan Bertanggung Jawab
Dalam hal amanah dan pertanggung jawaban, Islam menggariskan dalam firmannya, yang
artinya:" Dan sesunggunhnya kamu akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan".
Amanah yang menjadi bahasan dalam klausa ini merupakan berntuk masdar, secara laksikal
bermakna segala yang diperintahkan Allah SWT kepada hambanya.
Ibn Katsir mengemukakan bahwa ayat ini menyatakan sifat-sifat utusan Tuhan, yaitu:
menyampaikan seruhan Tuhan, memberi nasehat dan kepercayaan. Al_Marughi
mengklasifikasikan amanah terbagi atas: a) Tanggung jawab manusia kepada sesamanya b)
Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan c) Tanggung jawab manusia terhadap dirinya
sendiri.
Prinsip tersebut bermakna bahwa setiap bribadi yang mempunyai kedudukan fungsional
dalam interaksi antar manusia dituntut agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-
baiknya apabila ada kelalaian terhadap kewajiban tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi
dirinya sendiri. Persoalan lebih lanjut berkenaan dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi
tanggung jawab dan sumber tanggung jawab tersebut. Persoalan ini terkait dengan amanah
yang telah dikemukakan yaitu amanah dari Tuhan yang berupa kewajiban yang dibebankan
oleh agama, dan amanah dari sesama manusia, baik amanah yang berifat individual maupun
organisasional, amanah-amanah yang dibebankan tersebut, akan diminta pertanggung
jawabanuya.
3. Komunikatif
Sesungguhnnya dalam setiap gerak manusia tidak dapat menghindari untuk berkomunakasi.
Ketika pejabat mengatakan "No Comment" misalnya, sebelumnya ia telah menyampaikan
komentar. Dalam manajemen, komunikasi menjadi factor penting dalam melakukan
transformasi kebijakan atau keputusan dalam rangka pelaksanaan manajerial itu sendiri
menuju kehidupan yang diharapkan.
Uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa kodrat manusia sebagai makhluk
yang tergantung dan mahluk utama yang memiliki kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya
serta eksistensinya sebagai hamba Allah SWT dan Kholifah yang membawa misi kemakmur bumi
dan Amar ma'ruf nahi munar, erat kaitannya dengan pencapaian hakekat manajemen yang
terkandung dalam Al-Quran yakni memandang atau merenungkan suatu usaha (persoalan) agar
persoalan terebut terpuji dan baik akibatnya.
Prinsip Menajemen Syariah
Perubahan manusia menurut pendekatan syariah dapat berbentuk perbuatan ibadah dan dapat
berbentuk perbuatan muamalah. Suatu perbuatan ibadah pada asalnya tidak boleh dilakukan kecuali
ada dalil atau ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-hadits, yang menyatakan bahwa
perbuatan itu boleh dilakukan. Sedang dalam muamalah pada asalnya perbuatan itu boleh dilakukan
kecuali ada ketentuan dalam Al-Quran dan Al-Haits yang melarangnya.
Perbuatan ibadah adalah yang dinyataan oleh Al-Quran dan Al-hadits tentang cara-cara
beribadah sepertri sholat, puasa ibadah, haji, dan lain-lain. Baik tata caranya, waktunya, dan
tempatnya dengan tegas dan jelas telah ditetapkan dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Tidak boleh
ditambah, dikurangi atau diubah.
Sedang perbuatan muamalah adalah semua perbuatan yang bersifat duniawi yang asanya
adalah mubah, yaitu boleh dan dapat dilakukan dengan bebas, sepanjang tidak ada larangan dalam
Al-Quran dan Al-hadits, dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan akhlak.
Menurut kaidah Usul Fiqh, suatu perbuatan yang mubah bisa menjadi perbuatan yang wajib
jika tanpa perbuatan itu perbuatan wajib menjadi terlarang. Dengan kata lain, jika suatu perbuatan
itu wajib menjai tidak sempurna tanpa adanya perbuatan lain, maka perbuatan itu menjadi wajib.
Islam mewajibkan para penguasa dan para pengusaha untuk berbuat jujur, adil dan amanah
demi terciptanya kebahagiaan manusia dan kehidupan yang baik yang sangat menekankan aspek
persaudaraan, keadilan sosioekonomi, dan pemenuhan kebutuhan spiritual umet manusia. Umat
manusia yang memiliki kedudukan yang sama disisi Allah SWT sebagai Kholifah dan sekaligus
sebagai hamba-Nya tidak akan merasakan kebahagian dan ketenangan batin kecuali jika
kebutuhan-kebutuhan material dan spiritual telah terpenuhi. Tujuan utama syariah adalah
memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan keimanan, kehidupan, akal,
keturun dan harta benda mereka. Apa saja yang menjamin terlindungnya lima perkara itu adalah
maslahat bagi manusia dan dikehendaki.
Beberapa prinsip atau kaisdah dan teknik manajemen yang ada relevansinya dengan Al-Quran
atau Al-Hadits antara lain sebagai berikut:
a. Prinsip Amal Ma'rif Nahi Munkar
Setiap muslim harus melakukan pekerjaan yang ma'ruf yaitu perbuatan yang baik dan terpuji.
Sedangkan perbuatan munkar (keji) harus dijauhi bahkan harus diberantas.
b. Kewajiban Menegakkan Kebenaran
Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan menghabus kebatilan, dan
untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera serta diridloi Tuhan. Manajemen sebagai
suatu metode pengelolaan yang baik dan benar. Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan
dan menegakkan kebenaran.
c. Kewajiban Menegakkan Keadilah
Hukum syariat mewajiban kita untuk adil, kapan dan dimanapun, baik diwaktu senang atau
diwaktu susah.
d. Kewajiban Menyampaikan Amanah
Seorang manajer perusahaan adalah pemegang amanah dari pemegang sahamnya. Yang wajib
mengelola perusahaan dengan baik. Sehingga menguntungan pemegang saham dan
memuaskan konsumennya. Dengan demikian jelaslah bahwa hak dan kewajiban seseorang
dalam manajemen secara jelal diatur dalam hukum syariah.
Tujuan Manajeman Syariah
Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha swasta, badan Yang bersifat publik atau
lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan tentu mempuntai suatu tujuan sendiri-sendiri yang
merupakan motifasi dari pendiriannya. manajemen didalam suatu badan usaha, didorong motifsi
untuk mendapat keuntungan (profit). untuk mendapat keuntungan yang besar, manajemen haruslah
diselenggarakan dengan efisien. sikap ini harus dimliki oleh setiap pengusaha dimanapun mereka
berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan pablik, maupun organisasi sosial kemasyarakatan.