Post on 25-Jun-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rumah adalah struktur fisik yang terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU
RI No. 4 Tahun 1992). Menurut World Health Organization (WHO), rumah adalah
struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna
untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu (Komisi WHO mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana
pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan
sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.2
Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat
Indonesia hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat. Hal ini merupakan salah
satu indikator Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goal (MDG)
tahun 2015.3
Menurut Depkes (2002), rumah sehat dapat dinilai berdasarkan komponen
rumah, sarana sanitasi dan perlaku penghuni yang ditinjau dari masing-masing
komponen memenuhi kriteria. Berdasarkan lapoan Depkes RI yang dicantumkan
pada profil Indonesia 2008, diketahui bahwa pada tahun 2007 keadaan rumah yang
1
memenuhi syarat sehat untuk tingkat nasional adalah 38,7% sedangkan untuk daerah
Kalimantan selatan sebesar 40,6%. Kondisi sarana pembuangan limbah yang
memenuhi syarat sebanyak 62,11% dan kondisi jamban yang memenuhi syarat
dengan menggunakan septic tank sebesar 53,33%. Keadaan tersebut menunjukkan
bahwa kondisi perumahan di Indonesia saat ini belum memenuhi syarat kesehatan.4
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi perumahan tidak sehat
mempunyai hubungan terhadap kejadian penyakit. Penelitian Wahyuni (2005), balita
yang menderita DBD 64% dari rumah yang tidak mempunyai sarana pembuangan air
limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hasil penelitian Sulistyorini dan
Nindya (2005), bahwa rumah yang mempunyai ventilasi tidak memenuhi syarat
kesehatan 74% berpotensi terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
pada balita. Menurut Panudju (1999), faktor yang mempengaruhi kepemilikan rumah
sehat diantaranya faktor pekerjaan dan pendapatan. Masyarakat kecil berpenghasilan
rendah tidak mampu memenuhi persyaratan mendapatkan perumahan yang layak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan meneliti jumlah
rumah sehat yang terdapat di Kelurahan Pasar Lama, Banjarmasin.
1.2 Perumusan Masalah
Berapa persentase rumah sehat yang terdapat di Kelurahan Pasar Lama?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
2
Mengetahui persentase rumah sehat yang terdapat di Kelurahan Pasar Lama,
Banjarmasin
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui komponen rumah sehat
2. Mengetahui sarana sanitasi yang terdapat dalam rumah sehat
3. Mengetahui perilaku penghuni rumah sehat
3.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin untuk
memberikan rekomendasi terhadap peningkatan keberadaan rumah sehat.
2. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi di Puskesmas S.Parman dalam
rangka meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang rumah sehat.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sehat
2.1.1 Definisi Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah bangunan rumah tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,
kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.
2,5
2.1.2 Syarat Rumah Sehat
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat
apabila7,8 :
1. Memenuhi kebutuhan fisik dasar, seperti temperature lebih rendah dari udara
luar, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman dan kebisingan 45-55
Dba.
2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan
3. Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular, yaitu memiliki
penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air
limbah yang saniter dan memenuhi sarana kesehatan
4
4. Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya
kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya
kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan ancaman kecelakaan
lalu lintas
Menurut WHO (2001) mengemukakan beberapa prinsip standar rumah sehat.
Prinsip dibedakan atas dua bagian, yaitu5:
1. Berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas :
a. Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum, sistem
sanitasi, pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan domestik,
penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman dengan
memberi perlindungan
b. Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis dengan
memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah, polusi udara
dalam rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada penggunaan
rumah sebagai tempat bekerja
c. Stress psikologis dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi,
nyaman, member rasa aman pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi dan
sarana komunitas pada perlindungan terhadap bunyi
2. Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan, terdiri atas :
5
a. Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas kesehatan
umumnya dan kelompok masyarakat melalui berbagai saluran media dan
kampanye
b. Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus mendukung
penggunaan tanah dan sumber daya perumahan untuk memaksimalkan aspek
fisik, mental dan sosial
c. Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus
mendukung penggunaan tanah dan sumber daya perumahan dan hunian harus
didasarkan pada proses perencanaan, formulasi dan pelaksanaan kebijakan
politik dan pemberian pelayanan dengan kerjasama intersektoral dalam
manajemen dan perencanaan pembangunan, perencanaan perkotaan dan
penggunaan tanah, standar rumah, desain dan konstruksi rumah, pengadaan
pelayanan bagi masyarakat dan monitoring serta analisis situasi secara terus
menerus
d. Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan, perencanaan dan
penentuan kebijakan akan pengadaan dan penggunaan rumah sebagai sarana
peningkatan kesehatan
e. Keikutserataan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kegiatan mandiri
diantara keluarga dan perkampungan
Menurut Depkes RI (2002), suatu rumah dikatakan sehat apabila9:
6
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota dan penghuni rumah
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan
dan penghawaan yang cukup
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan sempadan
jalan, komponen yang tidak roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat menurut Depkes RI adalah9:
1. Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, member
kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bangunan
dengan tanah
2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan
25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat
dari papan atau anyaman bambu
7
3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar
matahari dengan luas minimum 10% luas lantai
4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga
atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar,
serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya
5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4
m dari lantai, bias dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum
6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta
melindungi masuknya debu, angin dan air hujan
Adapun aspek konstruksi atau komponen rumah yang memenuhi syarat
rumah sehat adalah10:
1. Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan ebu
dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap kuda-
kuda penyangga dengan konstruksi bebas tikus, tinggi langit-langit sekurang-
kurangya 2,40 dari permukaan lantai kecuali dalam hal langit-langit miring
sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang
selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75 m, ruang cuci dan kamar
mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya sampai 2,40 m.
2. Dinding
8
Adapun syarat untuk dinding antara lain dinding harus tegak lurus agar dapat
memikul berat sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul
harus pula dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi
oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-kurangnya 15 cm dibawah permukaan
tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan agar tanah tidak dapat meresap naik
keatas sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak
bersih tidak berlumut, lubang jendela dan pintu pada dinding bila lebarnya
kurang dari 1 m dapat diberi susunan batu tersusun tegak di atas lubang harus
dipasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet.
Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku yang
terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.
3. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai
biasanya digunakan ubin, kayu plesteran atau bamboo dengan syarat-syarat tidak
licin, stabil, tidak lentur waktu dipijak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus
rata dan mudah dibersihkan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan
lantai adalah sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah
harus ada aliran tanah yang baik, lantai harus disusun dengan rapi dan rapat satu
sama lain sehingga tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan, untuk kayu-kayu
yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta untuk konstruksi di
atasnya agar digunakan lantai kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan, lantai
9
ubin yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan karena murah dan
tahan lama serta mudah dibersihkan dan tidak dirusak rayap.
4. Pembagian ruangan/tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan
fungsinya. Penataan ruang dalam rumah harus disesuaikan dengan persyaratan
kesehatan rumah. Rancangan runag termasuk peletakan dan pemilihan bahan
bangunan untuk jendela, pintu dan ventilasi di tiap ruang ikut menentukan
adanya kualitas udara yang baik dalam rumah.
Dalam persyaratan rumah sehat, rumah yang sehat harus mempunyai cukup
banyak ruangan-ruangan sperti ruang duduk/ruang makan, kamar tidur, kamar
mandi, jamban, dapur, tempat cuci pakaian, tempat berekreasi dan tempat
beristirahat dengan tujuan agar setiap penghuninya merasa nikmat dan merasa
betah tinggal di rumah tersebut. Adapun syarat-syarat pembagian ruangan yang
baik adalah :
a. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suami
istri) dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, terutama
anak-anak yang sudah dewasa
b. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan
perhubungan antara ruangan di dalam rumah dan juga menjamin kebebasan dan
kerahasiaan pribadi masing-masing terpenuhi
10
c. Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantai
sekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk
melakukan kegiatan kehidupan
d. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak boleh
kurang dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal ini
harus dipisah
e. Dapur luas minimal 14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2, apabila penghuni lebih dari
2 orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3 m2, di dapur harus tersedia alat-alat
pengolahan makanan, alat-alat masak tempat cuci peralatan dan air bersih,
tersedia tempat penyimpaan bahan makanan atau makanan yang sudah siap
disajikan yang dapat mencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu dan lain-
lain serta mencegah sinar matahari langsung
f. Kamar mandi dan jamban keluarga : setiap kamar mandi dan jamban paling
sedikit salah satu dari dindingnya yang berlubang ventilasi berhubungan dengan
udara luar. Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis untuk
mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut sehingga tidak
mengotori ruangan lain, pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang
cukup jumlahnya, jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7
orang bila jamban tersebut terpisah dari kamar mandi.
5. Ventilasi
11
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara
buatan. Vantilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk
yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu kediaman yang tertutup
atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengatuh buruk itu adalah berkuarangnya kadar
oksigen di udara dalam ruangan kediaman, bertambahnya kadar asam karbon
dioksida dari pernafasan manusia, bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit,
pakaian dan mulut manusia, suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena
panas yang dikeluarkan oleh badan manusia, kelembaban udara dalam ruang
kediaman bertambah karena penguapan air dan kulit pernafasan manusia.
Dengan adanya ventilasi silang akan terjamin adanya gerak udara yang lancar
dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan ke dalam ruangan
udara bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan
udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding yang
berhadapan.
Agar dalam ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih
banyak jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari
rintangan-rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-
kurangnya sama 1/10 dari luas lantai ruaagn dan setengah dari jumlah luas
jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas ke
arah atas sampai setinggi minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi lubang
12
hawa atau saluran angin di dekat permukaan langit-langit yang luas bersihnya
sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian lubang
hawa/saluran angin dekat dengan langit-langit berguna sekali untuk
mengeluarkan udara panas di bagian atas dalam ruangan tersebut.
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang
umum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah
tersebut. Untuk daerah pegunungan yang berhawa dingin dan banyak angin,
maka luas jendela/lubang angin dapat dikurangi 1/20 dari luas ruangan.
Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan
basah maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat
mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang
memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka
diperlukan suatu sistem pembaharuan udara mekanis. Untuk memperbaiki
keadaan udara daalam ruangan, system mekanis ini harus bekerja terus-menerus
selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa digunakan
untuk system pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan
atau exhauster) atau air conditioning.
13
Gambar 2.1. Ilustrasi Sirkulasi Udara Bagi Rumah Sehat11
6. Pencahayaan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan
kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya
buatan dan cahaya alam.
a. Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masiknya sinar matahari ke dalam
ruangan melalui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar
sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar
yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya alami yang memenuhi syarat kesehatan
14
untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara
menilai baik tidaknya peneranganalamm yang terdapat dalam sebuah rumah
adalah sebagai berikut baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil, cukup;
bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang
terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan
oleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada
pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur.
Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai.
Apabila luas jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas,
sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan
pengap.
Gambar 2.2. Ilustrasi Pencahayaan Bagi Rumah Sehat11
b. Pencahayaan buatan
15
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem
penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat
menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu fluoresen
(neon) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena
pada kuat penerangan yang relative rendah maumpu menghasilkan cahaya yang
baik bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan
lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dikombinasikan beberapa lampu
neon. Untuk penerangan malam hari dalam ruangan terutama untuk ruang baca
dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 watt
lampu TL atau 40 watt dengan lampu pijar.
2.1.3 Sarana Lingkungan Rumah Sehat
Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang
berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut7 :
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Per Men Kes No.416/MENKES/Per /IX/1990). Air minum adalah air yang syaratnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal dari
penyediaan air minum. 11
2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)
16
Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga
atau sejumlah keluarga untuk buang air besar.
a. Cara pembuangan tinja, prinsipnya yaitu 1) Kotoran manusia tidak mencemari
permukaan tanah 2) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan maupun air
tanah 3) Kotoran manusia tidak dijamah lalat 4) Jamban tidak menimbulkan sarang
nyamuk 5) Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu 6) Konstruksi jamban
tidak menimbulkan kecelakaan.
Ada 4 cara pembuangan tinja, yaitu 8:
1) Pembuangan tinja di atas tanah
2) Kakus lubang gali (pit privy)
3) Kakus air (aqua pravy)
4) Septic Tank
b. Hubungan tinja dengan kesehatan, dapat memberikan efek secara langsung dan tak
langsung. Secara langsung yaitu misalnya dapat mengurangi insiden dari penyakit
tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja. Sedangkan hubungan
tak langsung umumnya berkaitan dengan komponen- komponen lain dalam sanitasi
lingkungan.
c. Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah air yang tidak bersih mengandung berbagai zat yang
bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena
hasil perbuatan manusia.
17
Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah :
a) Berasal dari rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur. b) Berasal
dari perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang c) Berasal dari industri
seperti dari pabrik baja, pabrik tinta dan pabrik cat, dan lain sebagainya.
3. Sampah
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas
manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya
dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna.
Entjang berpendapat bahwa agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, sepeti penyimpanan sampah yaitu
tempat penyimpanan sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah
tersembuh dikumpulkan untuk diangkat serta dibuang (dimusnahkan). Untuk tempat
sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 meter kubik.
Syarat tempat sampah adalah
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan. Kuat sehingga tidak mudah bocor,
kedap air
b. Tempat sampat harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan
agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan
c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oelh satu
orang dan ditutup
18
d. Harus ditutup rapat sehinggs tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.
2.2 Dampak Rumah Tidak Sehat
Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak sehat dapat menyebabkan dan
menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti sakit batuk-batuk, pilek, sakit mata,
demam, sakit kulit, maupun kecelakaan.12
Kebiasaan tidur beramai-ramai dalam satu kamar tidur atau terlalu padat
penghuni adalah kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena dapat menularkan
penyakit dengan cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk dan pilek maka
semua yang tidur bersama-sama dengan orang tersebut akan tertular sakit batuk dan
pilek. Penyakit-penyakit lain yang dapat menular akibat tidur ramai-ramai yaitu sakit
mata, kulit, batuk darah (TB). 12
Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok tersebut,
apalagi dilakukan di dalam rumah maka akibatnya dapat mengenai penghuni rumah
lainnya. Asap yang dikeluarkan dari rokok mengandung zat yang sifatnya racun bagi
tubuh dan dapat mennyebabkan sakit kanker, jantung dan gannguan janin pada ibu
hamil. 12
19
Gambar 2.3 Diagram Penularan Penyakit Terkait Rumah Tidak Sehat12
Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan dan
menyimpan makanan, kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu-ibu sambil
menggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa menggendong anak
sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama untuk sang anak karena
dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran bahan bakar (minyak, kayu,
arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak sambil menggendong anak dapat
terkena sakit saluran pernafasan seperti batuk-batuk. Menjamah makanan tanpa cuci
tangan pakai sabun terlebih dahulu adalah sangat berbahaya karena di tangan terdapat
banyak kotoran setelah tangan melakukan banyak kegiatan. 12
20
Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan tangan, sehingga tangan
dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang dapat ditularkan melalui
tangan antara lain diare, kecacingan, keracunan, sakit kulit dan lain lain. Secara
ringkas keadaan rumah yang tidak sehat dapat menjadi sumber penularan penyakit
seperti terlihat pada alur penularan penyakit dibawah ini. 12,13
21
BAB III
LANDASAN TEORI
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum
komponen rumah dan sarana sanitasi dari 3 komponen (Komponen rumah, sarana sanitasi
dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Secara umum rumah dapat
dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria dari Depkes RI (2002) sebagai berikut: 9
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vector
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan
dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Kondisi rumah yang baik sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang
sehat. Kepadatan hunian (in-house overcrowding) akan meningkatkan risiko dan
22
tingkat keparahan penyakit-penyakit berbasis lingkungan khususnya lingkungan
rumah. Penyakit tersebut misalnya ISPA, Diare, Demam berdarah, Disentri, Hepatitis
A, Kolera, Tiphus, Cacingan, dan Malaria. 12,13
Gambar 3.1. Bagan Landasan Teori
_________ Variabel yang diteliti
_________ Variabel yang tidak diteliti
23
Faktor yang mempengaruhi:
• Status Ekonomi Masyarakat
• Keadaan lingkungan
Kondisi Rumah RUMAH SEHAT
•Komponen Rumah
•Sarana Sanitasi
•Perilaku Penghuni
Penyakit Berbasis Lingkungan
•ISPA•Diare•Demam berdarah•Disentri•Hepatitis A•Kolera•Tiphus•Cacingan•Malaria
•Memenuhi kebutuhan fisiologis
•Memenuhi kebutuhan psikologis
•Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
•Memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat
survei deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian ini adalah
cross sectional study, dimana data dikumpulkan pada waktu tertentu. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan persentase rumah sehat di wilayah kerja puskesmas
S.Parman.
4.2. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh kepala keluarga di Kelurahan Pasar Lama
Banjarmasin yang berjumlah 1853 kepala keluarga.
2. Sampel
Sampel adalah rumah penduduk di Kelurahan Pasar Lama yang merupakan
wilayah kerja puskesmas S.Parman dan pemiliknya bersedia menjadi responden
penelitian. Sampel yang diambil sebanyak 108 rumah yang diperoleh melalui
pendekatan Solvin, yaitu:
n = N ___ 1 + N(e)2
Ket : n : Jumlah Sampel Minimum
N : Jumlah Populasi
24
e : Taraf kepercayaan
Pada penelitian ini jumlah populasi (N) yang diketahui adalah 1853 KK
dan taraf kepercayaan (e) yang diambil adalah 10%, sehingga :
n = 1853 ___ 1 + 1853(10%)2
= 94,87 KK
Sampel diambil dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
cluster random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling
unit, dimana sampling unitnya terdiri atas satu kelompok (cluster). Tiap item di
dalam kelompok yang terpilih akan dijadikan sebagai sampel.
4.3. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Bulan Nopember 2010
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pasar Lama dengan pertimbangan
merupakan kelurahan yang paling padat di wilayah kerja puskesmas S.Parman.
4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi :
1. Variabel Bebas
a. Pendidikan, yaitu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh responden
dengan mendapatkan ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar.
25
b. Pekerjaan, yaitu kegiatan rutin yang dilakukan responden yang menghasilkan
pendapatan keluarga.
c. Pendapatan, yaitu penghasilan keluarga setiap bulan dari hasil pekerjaan utama
maupun tambahan (Rupiah) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Variabel Terikat
a. Komponen rumah
1) Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, member
kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bangunan
dengan tanah
2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan
25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat
dari papan atau anyaman bamboo
3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya
sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai
4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga
atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar,
serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya
5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4
m dari lantai, bias dari bahan papan, anyaman bamboo, tripleks atau gypsum
6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta
melindungi masuknya debu, angin dan air hujan
26
b. Sarana Sanitasi
1) Sarana Air Bersih adalah fasilitas untuk penggunaan dan pengelolaan air bersih
sebelum dikonsumsi atau dipergunakan untuk hal lain yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan.
2) Jamban (sarana pembuangan kotoran) adalah suatu pembuangan yang
digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar yang
memenuhi syarat kesehatan.
3) Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah sarana pembuangan air yang
tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia ataupun hewan, dan lazimnya berasal dari rumah tangga yang berada
dalam keadaan tertutup dan tidak tergenang di halaman atau tidak
4) Sarana pembuangan sampah adalah tempat penampungan sampah sementara di
rumah dalam keadaan tertutup, kedap air dan memenuhi syarat kesehatan.
c. Perilaku penghuni adalah sikap, kebiasaan dan tidakan penghuni terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah sehat.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, yaitu suatu
cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya
banyak menyangkut kepentingan dalam hal ini digunakan angket berbentuk pilihan
dengan jawaban yang telah disediakan.
27
Kuesioner terdiri dari 4 bagian yaitu: bagian 1 berisi biodata responden,
bagian 2 berisi item pertanyaan mengenai komponen rumah, bagian 3 berisi item
pertanyaan mengenai sarana sanitasi rumah, bagian 4 berisi item pertanyaan tentang
perilaku penghuni rumah di Kelurahan Pasar Lama Banjarmasin.
4.6. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan nilai yang
didapatkan. Setelah itu data ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Mukono HJ. 2000. Prinsip dasar kesehatan lingkungan. Airlangga University
Press. Surabaya.
2. Komisi WHO mengenai kesehatan dan lingkungan. 2001. Planet Kita Kesehatan
Kita. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
3. Depkes RI. 2004. Indikator Indonesia Sehat 2010. Depkes RI. Jakarta
4. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI. Jakarta
5. Retnaningsih, Ekowati. Survei Rumah Sehat di Kota Palembang Tahun 2007.
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 Tahun 2009.
6. Sanropie D. 1992. Pedoman Bidang Studi Perencanaan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. Departemen Kesehatan RI.Jakarta
7. Blaang C.D.1996. Perumahan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Pokok.
Yayasan Obor Indonesia.Jakarta
8. Azwar A.1996.Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.Mutiara Sumber
Widya.Jakarta
9. Departemen Kesehatan RI.2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Ditjen
PPM dan PL. Jakarta
10. Entjang.1993.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung
29
11. Wirawan K. 2010. Tentang Rumah Sehat. P2KP.
http://www.p2kp.org/wartaarsip.asp?catid=2&.
12. Pamsimas. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan Penyakit Berbasis Lingkungan.
Field Book. http://pamsimas.org/index.php?
option=com_phocadownload&view=category&id=48:pedum-strategi-
clts&download=300:phbs-kesling-penyakit&Itemid=12
13. Dimsum. Kesehatan Lingkungan. ITS. 2008. http://www.dimsum.its.ac.id/id/?
page_id=6
30