Post on 16-Apr-2016
description
Kebisingan dan Getaran
Kebisingan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industrialisasi merupakan motor penggerak bagi peningkatan kemakmuran dan
menempati posisi sentral dalam kehidupan masyarakat modern terutama di negara maju.
Di negara berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan
pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat (Kristanto P, 2002).
Adanya industrialisasi terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk, hal ini dapat
dilihat dengan pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat. Dengan adanya
teknologi/mesin-mesin yang semakin modern, meringankan dan mempermudah manusia
dalam memenuhi kebutuhannya. Namun di sisi lain, bila tidak dikelola dengan baik maka
menimbulkan dampak yang membahayakan manusia antara lain keselamatan jiwa,
kecacatan, penurunan kualitas lingkungan, penurunan derajat kesehatan dan kerugian
ekonomi. Keuntungan besar yang didapat dari kegiatan industri, apabila tidak dikelola
dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan maka keuntungan sering kali lebih
sedikit bila dibandingkan biaya sosial yang dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif.
Kerugian sosial ini sebagian besar merupakan kerugian yang ditimbulkan pada
lingkungan karena lingkungan sebagai penopang kehidupan generasi sekarang dan
generasi penerus. Bila lingkungan rusak, efek negatif yang ditimbulkan tidak hanya
dirasakan oleh generasi sekarang, tetapi juga dirasakan generasi mendatang bahkan efek
ke generasi mendatang bisa lebih besar dibandingkan yang dialami generasi sekarang.
B. Perumusan Masalah
Kebisingan dapat menyebabkan ketulian bagi tenaga kerja, sehingga diperlukan untuk
membahas tentang kebisingan di tempat kerja.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber bising ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI KEBISINGAN
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
frekuensi pendengaran baik secara kuantitatif ( peningkatan ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki “, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang
menghalangi gaya hidup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara
yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menimbulkan ketulian.
B. SUMBER KEBISINGAN
Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pen-
dengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan
dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga,
alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga.
Di industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin
b. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan, atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda
gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain
c. Pergerakan udara, gas dan cairanKebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara,
gas, dan cairan dalamkegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur
cairan gas,outlet pipa, gas buang, jet. Flare boom, dan lain-lain.
C. KATEGORI KEBISINGAN
Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan te-
naga bunyi maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise, occupationalnoise,
dan impuls noise (Gabriel JF, 1996)
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi atau
31,5 – 8.000 Hz.
2. Occupational noise (bising berhubungan dengan pekerjaan), bising yangdisebabkan
oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3. Impuls Noise (impact noise = bising impulsive), bising yang terjadi akibatadanya
bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu, ledakan, mriam,tambakan bedil dan
lain–lain.
D. JENIS KEBISINGAN
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising inirelatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut–turut. Misalnya
mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga
relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja(pada frekuensi
500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katupgas.
c. Bising terputus–putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus–menerus,
melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,kebisingan di
lapangan terbang.
d. Bising Impulsif Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40
dB dalamwaktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya.
Misalnyatembakan, suara ledakan mercon, meriam.
e. Bising Impulsif BerulangSama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara
berulang–ulang. Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :
a. Bising yang mengganggu (Irritating noise),
Intensitas tidak terlalu keras, Misalnya mendengkur.
b. Bising yang menutupi (Masking Noise)
Merupakan bunyi yang menutupi pendengarn yang jelas. Secara tidak langsung
bunyi ini akan membahayakankesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena
teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
c. Bising yang merusak (damaging/ injurious noise) bunyi yang intensitasnya
melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak ataumenurunkan fungsi pendengaran.
E. NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
NAB kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja
bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Koperasi No. SE-01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja
ada;ahintensitas tertingi dan merupakan nilai rata–rata yang masih dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus
tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
Waktu maksimum untuk bekrja adalah sebagai berikut :a.
82 dB : 16 jam per hari b.
85 dB : 8 jam per haric.
88 dB : 4 jam per harid.
91 dB : 2 jam per harie.
97 dB : 1 jam per harif.
100 dB : ¼ jam per hari
NAB Kebisingan menurut SK Menteri Tenaga Kerja No : Kep-51/Men/1999tentang NAB
batas faktor fisik di tempat kerja :
Sedangkan menurut OSHA untuk batas waktu pemaparan bising yangdiperkenankan adalah
F. FAK
TOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAYA KEBISINGAN
Bahaya bising dihubungkan dengan beberapa faktor :
1. Intensitas Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat
didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma dalam desibel
(dB)
2. Frekuensi Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16
hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalm rentang 250–4.000 Hz.Bunyi
frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya
3. Durasi Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan
kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.
Jadi perlu untuk mengukur semua elemen lingkungan akustik. Untuk tujuan ini
digunakan pengukur bising yang dapat merekam dan memadukan bunyi.
4. Sifat Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil,
berfluktuasi,intermiten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi
dengandurasi kurang 1 detik) sangat berbahaya.
G. GANGGUAN PENDENGARAN
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang ber-
akibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami
pembicaraan. Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut :
Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal
Jika peningkatan ambang dengar antara 26–40 dB, disebut tuli ringan
Jika peningkatan ambang dengar antara 41–60 dB, disebut tuli sedang
Jika peningkatan ambang dengar antara 61–90 dB, disebut tuli berat
Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,susah tidur,
emosi dan lain–lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,
psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain–lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Ganggu-
an komunikasi ini secara tidak langsung akanmengakibatkan bahaya terhadap keselamat-
an dan kesehatan tenaga kerja,karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya
dan tentunyaakan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis sepertikepala pusing,
mual dan lain-lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,gangguan terhadap
pendengaran adalah gangguan yang paling seiruskarena dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat
sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar
akan menghilang secara menetap atau tuli.
Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :
a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS) Diakibatkan pemaparan terhadap
bising dengan intensitas tinggi,tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar
yang sifatnya sementara. Biasanya waktu pemaparan nya terlalu singkat. Apabila
kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup. Daya dengarnya akan
pulih kembali kepada ambang dengar semula dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)Biasanya akibat waktu paparan yang
lama (kronis). Besarnya PTSdipengaruhi oleh faktor–faktor berikut :
Tingginya level suara
Lama pemaparan
Spektrum suara
Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu makakemungkinan terjadinya TTS
akan lebih besar.
Kepekaan individu
Pengaruh Obat–Obatan Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh
sinergestik)ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara.Misalnya
quinine, aspirin, streptomycin, dan beberapa obatlainnya.
Keadaan kesehatan
Menghindari kebisingan
Pengendalian secara Administratif ( Administrative control ) dengan cara :
1. Melakukan shift kerja
2. Mengurangi waktu kerja
3. Melakukan trainning
4. Alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan helmet)
Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu
dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur.
Alat Pelindung Pendengaran
Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terkahir yangharus dilakukan. Alat
pelindung diri yang dipakai harus mampumengurangi kebisingan hingga mencapai level
TWA atau kurang dari itu,yaitu 85 dB. Ada 3 janis alat pelindung pendengaran, yaitu :
a. Sumbat telinga (Earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB.Biasanya digunakan
untuk proteksi sampai dengan 100 dB.Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain :
Formable type,Costum molded ty\pe, Premoled type
b. Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25–40 dB.Digunakan untuk
proteksi sampai dengan 110 dB.
c. Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40–50 dB
Pendidikan dan Motivasi
Semua pekerja yang berhak mengikuti progam konservasi pendengaran, harus mendapatkan
pendidikan dan training yang cukup setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak
pada program pemeliharaan pendengaran. pendidikan dan edukasi pada dasarnya sasarannya
adalah perilaku pekerja.
Hal–hal yang relevan dan harus ada dalam program pendidikan iniadalah sebagai berikut :
a. Standart penanganan dampak kebisingan akibat kerja yang rasionaldan jelas.
b. Dampak kebisingan terhadap pendengaran
c. Policy / kebijakan perusahaan dengan pengontrolan yang baik yangtelah dilaksanakan
maupun rencana kedepan
d. Audiometri yaitu menjelaskan bagaimana peranan audiometri dalam mencegah hilang
nya pendengaran akibat kebisingan, bagaimana melakukan test itu sendiri
interpretasinya sertaimplikasi yang timbul dari hasil test.
e. Tanggung jawab individual, dengan diskusi mengenai sumberkebisingan, bagaimana
mengontrolnya serta usaha mencegahnyaagar tidak mengganggu kesehatan
dikemudian hari.
Pencatatan dan pelaporan
Informasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan yaitu :
a. Data hasil pengukuran kebisingan :
1. Departemen dan lokasi yang disurvey beserta hasilnya
2. Alat yang dipakai serta kalibrasinya
3. Daftar nama karyawan yang terpapar di atas 85 dBA
4. Daftar area karyawan yang terpapar di atas 85 dBA b. Data kontrol terikat /
administrative
5. Data instalasi kontrol teknik secara lengkap beserta evaluasinya
6. Data perawatan mesin secara teratur
7. Data karyawan yang mendapatkan perlakuan secara administrativec. Data hasil
Audiometri
8. Data hasil pemeriksaan audiometri dari masing–masing karyawanlengkap dengan
nama, umur, job description, tanggal pelaksanaanaudiometri dsb.
9. Pre–employment atau pre–exposure audiogram
10. Termination atau exit audiogram
11. Hasil review dari audiogram
12. Nama teknisi yang melaksanakan audiometri serta sertifikasi yangdimilikinya
H. MENGUKUR TINGKAT KEBISINGAN
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingakt pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.
Sound level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk.
Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogra, adalah chart hasil pemeriksaan audiometer. Nilai Ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapat didengar telinga.
I. PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN ( HEARING CONSERVATION PROGRAM)
Program ini mencakup aktifitas berikut :
a. Survey Paparan Kebisingan
Identifikasi area dimana pekerja terekspose dengan level kebisingan yang berbahaya. Pada daerah kerja yang telah ditetapkan tadi, dilakukan penelitan tingkat kebisingan (analisis kebisingan).
Untuk mengukur tingkt intensitas digunakan Sound Level Meter, tetapi bila ingin pengukuran lebih detail, maka menggunakan sound Level Meter yang dilengkapi Octave Band Analyzer atau dengan menggunakan Noise Dose Meter.\
b. Test Pendengaran
Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan pemeriksaan pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum diperiksa karyawan harus dibebaskan dari kebisingan di tempat kerjanya selama 16 jam. Dalam usaha memberikan perlindungan secara maksimum terhadap pekerja NIOSH menyarankan untuk melakukan pemeriksaan audiometri sebagai berikut :
1). Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah yang bising2). Secara berkala (periodik / tahunan)Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB selama 8 jam sehari, pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas bising.3) Secara khusus pada waktu tertentu4) Pada akhir masa kerja.
Ada beberapa macam audiogram untuk pemeliharaan pendengaran yaitu :
1) Audiogram dasar (Baseline Audiogram), pada awal pekerja bekerja dikebisingan.
2) Monitor ( Monitoring Audiogram), dilakukan kurang dari setahun setelah audiogram sebelumnya.
3) Test Ulangan (Retest Audiogram)
4) Test Konfirmasi ( Confirmation Audiogram), dilakukan bagi pekerja yang retest audiogramnya konsisten menunjukkan adanya perubahan tingkat pendengaran.
5) Test Akhir ( Exit Audiogram), dilakukan bilamana pekerja brhenti bekerja.
c. Pengendalian kebisingan
Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakuakn terhadap :
Terhadap Sumbernya dengan cara :
Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya.
Substitusi alat
Mengubah proses kerja
Terhadap Perjalanannya dengan cara :
Jarak diperjauh
Akustik ruangan
Enclosure
Terhadap Penerimanya dengan cara :
Alat Pelindung telinga
Enclosure ( misal dalam control room)
Administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerja
Selain dari ketiga diatas, dapat juga dilakukan dengan melakukan :
a). Pengendalian secara teknis ( Engineering control) dengan cara :
Pemilihan equipment/tools/ peralatan yang lebih sedikit menimbulkan bising
Dengan melakukan perawatan (Maintenance)
Melakukan pemasangan penyerap bunyi
Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik)
Menghindari kebisingan
b). Pengendalian secara Administratif (Administrative control) dengan cara :
Melakukan shift kerja
Mengurangi waktu kerja
Melakukan trainning
Langkah terakhir dalam pengendalian kebisingan adalah dengan menggunakan alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan helmet). Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur.
d. Alat Pelindung Pendengaran
Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terkahir yang harus dilakukan. Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga mencapai level TWA atau kurang dari itu, yaitu 85 dB. Ada 3 janis alat pelindung pendengaran, yaitu :
Sumbat telinga (Earplug), dapat mengurangi kebisingan 8 – 30 dB. Biasanya
digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB. Beberapa tipe dari sumbat
telinga antara lain : Formable type, Costum molded ty\pe, Premoled type
Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25 – 40 dB. Digunakan
untuk proteksi sampai dengan 110 dB.
Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40 – 50 dB
e. Pendidikan dan Motivasi
Semua pekerja yang berhak mengikuti progam konservasi pendengaran, harus mendapatkan pendidikan dan training yang cukup setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak pada program pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan edukasi pada dasarnya sasarannya adalah perilaku pekerja.
Hal – hal yang relevan dan harus ada dalam program pendidikan ini adalah sebagai berikut :
Standart penanganan dampak kebisingan akibat kerja yang rasional dan jelas.
Dampak kebisingan terhadap pendengaran
Policy / kebijakan perusahaan dengan pengontrolan yang baik yang telah
dilaksanakan maupun rencana kedepan
Audiometri yaitu menjelaskan bagaimana peranan audiometri dalam
mencegah hilangnya pendengaran akibat kebisingan, bagaimana melakukan
test itu sendiri interpretasinya serta implikasi yang timbul dari hasil test.
Tanggung jawab individual, dengan diskusi mengenai sumber kebisingan,
bagaimana mengontrolnya serta usaha mencegahnya agar tidak mengganggu
kesehatan dikemudian hari.
f. Pencatatan dan pelaporan
Informasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan yaitu :
a. Data hasil pengukuran kebisingan
Departemen dan lokasi yang disurvey beserta hasilnya
Alat yang dipakai serta kalibrasinya
Daftar nama karyawan yang terpapar di atas 85 dBA
Daftar area karyawan yang terpapar di atas 85 dBA
b. Data kontrol terikat / administrative
Data instalasi kontrol teknik secara lengkap beserta evaluasinya
Data perawatan mesin secara teratur
Data karyawan yang mendapatkan perlakuan secara administrative
c. Data hasil Audiometri
Data hasil pemeriksaan audiometri dari masing – masing karyawan lengkap
dengan nama, umur, job description, tanggal pelaksanaan audiometri dsb.
Pre – employment atau pre – exposure audiogram
Termination atau exit audiogram
Hasil review dari audiogram
Nama teknisi yang melaksanakan audiometri serta sertifikasi yang dimilikinya
d. Data Alat Pelindung Diri
Tanggal mulai pemberian APD pada karyawan
Merk dan ukuran APD yang dipakai
Data pendidikan penggunaan dan perawatan APD
Data hasil inspeksi penggunaan APD
Kalkulasi efek penurunan level kebisingan dari APD yang dipakai, untuk melihat
efektivitas alat.
e. Data Pendidikan dan Pelatihan
Isi program pendidikan dan pelatihan tahunan
Nnama presenter serta metode pelatihan yang digunakan
Nama – nama peserta pelatihan
Hasil evaluasi pelatihan
f. Data Evaluasi Program
Dokumentasi tahunan berkenaan pengukuran kebisingan, perfomance dari APD,
serta review hasil audiometri
Data usulan perubahan atau tambahan dalam pedoman program konservasi
pendengaran
g. Evaluasi Program
Mereview apakah program pemeliharaan pendengaran diatas sudah dilakukan
secara menyeluruh dan juga kulaitas pelaksanaan masing – masing komponennya.
Membandingkan baseline audiogram lainnya untuk menngukur keberhasilan
usaha pencegahan tersebut.
Identifikasikan apakah ada daerah yang dikontrol lebih lanjut.
Buat check list yang spesifik untuk masing – masing daerah kerja untuk
meyakinkan apakah semua komponen program telah ditindak lanjuti sesuai
standart yang berlaku.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki “, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau
yang menghalangi gaya hidup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan,
kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis meminta
kritik dan saran dari pembaca. Kebisingan di tempat kerja seharusnya di kendalikan
dengan baik agar dampak kronis yang ditimbulkan dapat ditanggulangi. Terima kasih atas
perhatian pembaca.