II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa...

17
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan 2.1.1. Pengertian Suara atau Bunyi Suara atau bunyi didefinisikan sebagai getaran yang ditransmisikan melalui suatu medium elastis (misalnya udara) yang kemudian diterima dan dipersepsi oleh telinga manusia. Suara atau bunyi juga merupakan bentuk gelombang getaran suara yang merambat sebagai gelombang longitudinal dalam medium padat, cair dan gas (Achmadi 1994). Bunyi mempunyai dua aspek yang menimbulkan ketulian pada pendengaran manusia, yaitu frekuensi dan intensitas. Adapun yang dimaksud frekuensi adalah banyaknya getaran perdetik (cps = cycle per second atau hertz). Pendengaran manusia berada pada kisaran bunyi antara 20-20.000 Hz, sedangkan kisaran frekuensi pembicaraan adalah 275-2.500 Hz (Peterson 1997 dalam Santosa 1992). Bunyi yang berada di bawah 20 Hz disebut infrasound, sedangkan bunyi yang berada diatas 20.000 Hz disebut ultrasound. Intensitas adalah variasi tekanan dari suatu bunyi dengan satuan yang dinyatakan dalam desibel (dB). Makin besar intensitas bunyi, makin keras pula bunyi itu terdengar. Terdapat 4 kondisi fisis yang dibutuhkan agar suara dapat terdengar oleh manusia (Pearce 2002) antara lain: 1) Ada tidaknya medium elastis yang memiliki inersia sehingga memungkinkan energi suara dapat merambat atau berpropagasi, dan medium tersebut mungkin berbentuk gas (udara), cairan atau padat. 2) Getaran ini berlanjut dari satu titik ke titik yang lain di dalam ruang (virtual) di sekitar sumber suara atau dapat disebutkan bahwa getaran akan mengalami propagasi dengan kecepatan tertentu. 3) Getaran yang dirambatkan melalui medium elastis tersebut kemudian tiba dan ditangkap oleh daun telinga (pina). Rambatan energi getaran ini di dalam telinga manusia mengalami proses yang cukup rumit sampai manusia disebut mendengar suara. a. Rambatan pada telinga bagian luar: energi gangguan dalam medium udara yang ditangkap oleh pina dirambatkan melalui liang telinga menuju genderang telinga.

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Suara dan Kebisingan 2.1.1. Pengertian Suara atau Bunyi

Suara atau bunyi didefinisikan sebagai getaran yang ditransmisikan

melalui suatu medium elastis (misalnya udara) yang kemudian diterima dan

dipersepsi oleh telinga manusia. Suara atau bunyi juga merupakan bentuk

gelombang getaran suara yang merambat sebagai gelombang longitudinal dalam

medium padat, cair dan gas (Achmadi 1994). Bunyi mempunyai dua aspek yang

menimbulkan ketulian pada pendengaran manusia, yaitu frekuensi dan

intensitas. Adapun yang dimaksud frekuensi adalah banyaknya getaran perdetik

(cps = cycle per second atau hertz). Pendengaran manusia berada pada kisaran

bunyi antara 20-20.000 Hz, sedangkan kisaran frekuensi pembicaraan adalah

275-2.500 Hz (Peterson 1997 dalam Santosa 1992). Bunyi yang berada di bawah

20 Hz disebut infrasound, sedangkan bunyi yang berada diatas 20.000 Hz

disebut ultrasound. Intensitas adalah variasi tekanan dari suatu bunyi dengan

satuan yang dinyatakan dalam desibel (dB). Makin besar intensitas bunyi, makin

keras pula bunyi itu terdengar.

Terdapat 4 kondisi fisis yang dibutuhkan agar suara dapat terdengar oleh

manusia (Pearce 2002) antara lain:

1) Ada tidaknya medium elastis yang memiliki inersia sehingga memungkinkan

energi suara dapat merambat atau berpropagasi, dan medium tersebut

mungkin berbentuk gas (udara), cairan atau padat.

2) Getaran ini berlanjut dari satu titik ke titik yang lain di dalam ruang (virtual) di

sekitar sumber suara atau dapat disebutkan bahwa getaran akan mengalami

propagasi dengan kecepatan tertentu.

3) Getaran yang dirambatkan melalui medium elastis tersebut kemudian tiba

dan ditangkap oleh daun telinga (pina). Rambatan energi getaran ini di dalam

telinga manusia mengalami proses yang cukup rumit sampai manusia disebut

mendengar suara.

a. Rambatan pada telinga bagian luar: energi gangguan dalam medium

udara yang ditangkap oleh pina dirambatkan melalui liang telinga

menuju genderang telinga.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

10

b. Rambatan pada telinga bagian tengah: pada bagian ini energi getaran

menyebabkan genderang telinga bergetar yang selanjutnya

menggetarkan tulang-tulang telinga.

c. Rambatan pada telinga bagian dalam: tulang pelana yang melekat

pada oval window di cochlea merambatkan energi getaran ke cairan

yang berada di dalam cochlea tersebut. Di dalam cochlea terdapat

pula basilar membrane yang berfungsi sebagai penganalisa amplitudo

dan frekuensi dari energi getaran. Di bagian telinga dalam ini pula

energi getaran yang telah mengalami proses analisa amplitudo dan

getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang

mengandung semua informasi akustik dari sumber getar yang diambil

oleh syaraf pendengaran yang menghubungkan bagian cochlea

dengan otak. Tanggapan yang dilakukan oleh otak merupakan proses

mendengar yang dilakukan oleh manusia.

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa semua bagian-bagian telinga

yang merambatkan energi getaran tersebut mempunyai kesesuaian impedansi

sedemikian sehingga energi getaran dari telinga bagian luar sampai ke telinga

bagian dalam tidak mengalami penyusutan energi.

Menurut Sumitra (1997), suara merupakan energi mekanika yang

fluktuasinya dalam bentuk suara yang masuk ke dalam alat pendengaran dari

mulai auditory canals, masuk ke dalam telinga tengah lewat assicles, kemudian

masuk melalui oval window membrane dan melewati cairan di telinga dalam

(cochlea), yang selanjutnya diterima oleh reseptor organon corti, kemudian

dengan system yang sangat komplek dari sel-sel rambut pada membrana

basilaris ditransfer dalam bentuk impuls-impuls saraf diteruskan ke otak. Telah

dijelaskan sebalumnya bahwa manusia memiliki toleransi terhadap suara yang

diterima.

Dinamika lingkungan hidup adalah salah satu faktor yang berpengaruh

pada tingkah laku manusia yang sering tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu,

dinamika lingkungan, secara khusus yang menghasilkan suara, berpotensi

menimbulkan kebisingan. Satu diantara sumber kebisingan adalah mesin-mesin

modern yang digunakan berbagai industri yang menghasilkan suara atau bunyi

pada saat beroperasi. Penggunaan mesin-mesin modern tersebut untuk

meningkatkan produktivitas, dan memenuhi kebutuhan pasar. Disamping

penggunaan mesin-mesin modern, kinerja para karyawan perlu diperhatikan.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

11

2.1.2. Pengertian Kebisingan Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak diinginkan, mengganggu,

mempunyai sumber dan menjalar melalui media perantara (Hadjar 1971;

Lipscomb 1978). Lebih lanjut Canter seperti dikutip Mukono (1985) menyatakan

bising sebagai bunyi yang tidak diinginkan, sedangkan menurut Chanlet bising

adalah bunyi yang terjadi pada saat dan tempat atau keadaan yang tidak sesuai.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-15/MEN/1999,

kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari

alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bising

merupakan kumpulan nada dengan bermacam-macam intensitas dan suara

tersebut tidak dikehendaki sehingga terasa mengganggu ketentraman. Bising

dengan intensitas di atas 85 dB dapat menimbulkan ketulian. Hal ini telah

dibuktikan dari beberapa penelitian.

Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan

kesehatan lingkungan, pendekatan epidemiologi dapat digunakan untuk

meminimalkan dampak negatif kebisingan. Epidemiologi kebisingan dilakukan

untuk menyajikan data tentang kebisingan menurut lokasi pada suatu daerah,

menurut perjalanan waktu, tingkat dan jenis kebisingan, daerah yang terkena

kebisingan, jenis sumber bising, keluhan masyarakat tentang kebisingan, dan

jumlah masyarakat yang menderita gangguan terkait dengan kebisingan.

Pendekatan serupa juga dapat dilakukan di perusahaan-perusahaan dan/atau

pabrik-pabrik yang potensial menimbulkan kebisingan. Guna lebih memahami

mekanisme pemajanan bising pada manusia, maka beberapa fakktor yang

berpengaruh pada suara yang tidak dikehendaki tersebut perlu diketahui. Faktor-

faktor tersebut diantaranya sumber bising, tingkat bising, dan kemungkinan

keluhan yang muncul pada masyarakat dan/atau karyawan.

Sumber bising adalah lokasi dan/atau benda yang merupakan asal suara

yang tidak dikehendaki. Guna memaksimalkan pemantauan terhadap efektivitas

pengendalian kebisingan, maka sumber bising pada suatu daerah administrasi

tertentu hendaknya dicatat dan dilaporkan jumlahnya berdasarkan jenis sumber

bising tersebut. Kondisi tersebut menggambarkan jumlah sumber bising total di

wilayah tersebut dan jumlah dari masing-masing jenis sumber tersebut. Hal yang

sama juga perlu dilakukan pada berbagai perusahaan yang ada pada suatu

wilayah administratif (Departemen Kesehatan RI 1995). Sumber bising yang

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

12

dijadikan target pemantauan dapat dibagi menjadi sumber bising menurut lokasi

dan waktu. Mekanisme tersebut apabila diterapkan pada upaya pemantauan

kebisingan suatu perusahaan, maka lokasi bising difokuskan pada ruangan-

ruangan yang di dalamnya terdapat mesin-mesin dan/atau peralatan lain yang

potensial menimbulkan kebisingan, sedangkan sumber bising berdasarkan waktu

adalah jam kerja yang digunakan untuk mengoperasikan peralatan yang

potensial menimbulkan kebisingan.

Disamping sumber bising, pemantauan kebisingan juga dilakukan pada

tingkat kebisingan, baik pada sumber bising dalam bentuk lokasi maupun pada

sumber bising dalam bentuk waktu. Pengukuran tingkat kebisingan dapat

dilakukan dengan pendekatan titik sampel pengamatan apabila luasan areal

yang akan dipantau relatif luas. Pendekatan titik pengamatan pada pengukuran

tingkat kebisingan relatif jarang digunakan bila dilakukan pada areal pabrik.

Sama halnya dengan sumber bising, pengukuran tingkat kebisingan juga dapat

dilakukan berdasarkan lokasi dan waktu. Pengukuran tingkat kebisingan pada

suatu perusahaan, khususnya pada areal operasional akan memberikan

gambaran upaya penangelolaan kebisingan terkait dengan program K3.

pemantauan efektifitas penanggelolaan kebisingan pada perusahaan tidak saja

pada sumber dan tingkat kebisingan tetapi juga terhadap kemungkinan keluhan

yang dialami oleh para karyawan selama bekerja pada perusahaan tersebut. Hal

ini perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya komitmen perusahaan untuk

memberikan penghargaan sebagai hak yang harus diberikan pada para

karyawan.

Faktor yang berpengaruh pada tingkat kebisingan, selanjutnya akan

berpengaruh pada jenis kebisingan yang dihasilkan. Menurut Rahman (1990),

jenis-jenis kebisingan yang sering dijumpai menurut sifat suaranya antara lain:

1) Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak

lebih dari 6 dB dan tidak terputus-putus. Kebisingan ini dibedakan menjadi

dua yaitu:

a) Wide spectrum adalah kebisingan dengan spektrum frekuensi

yang luas, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.

b) Narrow spectrum adalah kebisingan dengan spektrum sempit

seperti suara sirine, generator, gergaji sirkuler.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

13

2) Kebisingan yang terputus-putus (intermittent) adalah kebisingan yang

berlangsung secara tidak terus menerus, misalnya: lalu lintas kendaraan

bermotor, kereta api, kapal terbang.

3) Kebisingan impulsif sesaat (impulsive noise) adalah kebisingan dengan

intensitas yang agak cepat berubah, misalnya: pukulan palu, tembakan

meriam, ledakan bom.

4) Kebisingan impulsif yang berulang, sebagai contoh adalah kebisingan yang

ditimbulkan oleh mesin tempa pada pemancangan tiang beton.

2.2. Anatomi dan Fisiologi Indra Pendengaran Manusia 2.2.1. Anatomi Telinga

Telinga adalah salah satu organ vital manusia yang berfungsi sebagai

organ pendengaran. Berdasarkan fungsi dan sensitivitas organ pendengaran,

maka berbagai upaya secara langsung perlu dilakukan untuk meminimalkan

pengaruh suara dengan intensitas yang melebihi batas ambang. Organ

pendengaran tersebut dapat berfungsi dengan baik karena adanya saraf kranial

kedelapan atau nervus auditorius. Telinga, secara anatomi terbagi menjadi

beberapa bagian diantaranya telinga luar, telinga tengah, dan rongga telinga

dalam (Pearce 2002).

Telinga luar adalah bagian telinga yang terdiri atas aurikel atau pinna

yang berfungsi membantu mengumpulkan gelombang suara, dan meatus

auditorius externa yang menjorok kedalam menjauhi pinna dan berfungsi untuk

menghantarkan getaran suara menuju membrana timpani. Liang tersebut

memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm dan sepertiga bagian luarnya tersusun atas

tulang rawan, sementara dua pertiga bagiannya tersusun atas tulang. Bagian

tulang rawan ditutupi kulit dengan jaringan ikat bawah kulit lengkap dengan folikel

rambut, gl. sebacea dan gl. ceruminosa, sedangkan bagian tulang ditutupi oleh

kulit yang tipis dan langsung melekat pada periosteum (Pearce 2002).

Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung

udara dan terletak di sebelah dalam membran timpani atau gendang telinga.

rongga udara tersebut berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara

dalam atmosfir sehingga cidera akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat

dihindari. Berdasarkan susunannya, rongga telinga tengah tersusun atas

rangkaian tulang-tulang pendengaran yang berfungsi untuk mengalirkan getaran

suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam. Secara anatomis,

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

14

telinga tengah terdiri atas beberapa bagian diantaranya sebagai berikut

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995):

1) Gendang telinga (membran tympanical) adalah bagian telinga tengah yang

terdiri atas pars tensa dan pars flacida. Pars tensa mempunyai tiga lapisan

yaitu lapisan epitel luar, lapisan jaringan ikat, dan lapisan epitel dalam,

sedangkan pars flacida hanya terdiri atas dua lapisan tanpa jaringan ikat.

2) Ruang telinga tengah (cavitas tympanical) adalah bagian telinga tengah yang

terletak antara telinga luar dan telinga dalam, dan merupakan bangunan

berbentuk kotak yang tipis memanjang dari atas ke bawah yang dilengkapi

dengan enam dinding. Di dalam ruang telinga tengah terdapat 3 buah tulang

pendengaran yaitu malleus, incus, dan stapes. Ketiga tulang pendengaran

tersebut saling berhubungan dengan persendian dan menghubungkan

gendang telinga dengan jendela lonjong pada telinga dalam.

3) Tuba auditiva.

4) Anrum mastoideum dan cellulae mastoidea.

Rongga telinga dalam adalah bagian telinga yang berada pada bagian os

petrosum tulang temporalis yang tersusun atas berbagai rongga yang

menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Saluran-saluran membran

ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran atau

keseimbangan. Gambaran umum telinga dan bagian-bagiannya sebagaimana

disajikan pada Gambar 3.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

15

Gambar 3. Irisan telinga dan bagian-bagian yang berfungsi sebagai

alat pendengar (Pearce 2002) 2.2.2. Fisiologi Telinga

Telinga manusia dapat menangkap getaran suara antara 20-20.000 Hz

dengan nada rendah yang diterima oleh organon corti pada membrana basilaris

pada bagian basal kokhlea, sedangkan untuk nada tinggi pada apex kokhlea.

Intensitas suara yang dapat didengar manusia adalah dengan kisaran 0-140 dB

(batas ambang sakit).Telinga sebagai indra pendengaran berfungsi ketika suara

yang ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara,

bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membrana timpani

bergetar. Getaran-getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan

stapes melalui malleus yang terkait pada membran timpani. Getaran-getaran

tersebut selanjutnya juga timbul pada setiap tulang yang ada, sehingga tulang-

tulang tersebut memperbesar getaran, yang kemudian disalurkan melalui

fenestra vestibuler menuju perilimfe. Getaran-getaran perilimfe dialihkan melalui

membran menuju endolimfe dalam saluran kokhlea, dan rangsangan tersebut

terus ada hingga mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ corti, untuk

selanjutnya diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius (Pearce 2002).

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

16

Suara yang berhasil ditangkap oleh indra pendengaran, baik tidaknya

proses penerimaan, dan respon manusia terhadap suara tersebut sangat

bergantung pada keberadaan organ-organ yang ada pada telinga sebagai indra

pendengaran manusia. Secara fisiologis, telinga dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu bagian yang berfungsi sebagai alat penghantar (conducting apparatus) dan

bagian yang berfungsi sebagai alat penerima (perceiving apparatus)

(Departemen Kesehatan RI 1995). Bagian telinga yang berfungsi sebagai alat

penghantar gelombang bunyi terdiri atas daun telinga, liang telinga luar gendang

telinga, tulang-tulang pendengaran, ruang telinga tengah, tuba auditiva, dan

jendela lonjong. Bagian-bagian tersebut sangat vital sehingga kerusakan pada

bagian-bagian tersebut dapat menyebabkan ketulian pada manusia. Disamping

adanya bagian telinga yang berfungsi sebagai penghantar gelombang suara,

telinga juga memiliki bagian yang berfungsi sebagai alat penerima gelombang

suara yang dikenal dengan perceiving apparatus.

Perceiving apparatus terdiri atas kokhlea dengan organ corti, ganglion

spirale, n. cochlearis. Kerusakan pada bagian-bagian tersebut akan

mengakibatkan tuli indera saraf (sensori-neuraral hearing loss, SNHL) atau

perceptive hearing loss. Mekanisme kerja bagian ini adalah menyambaikan

gelombang yang diterima pada perilimfe pada scalamedia selanjutnya diteruskan

ke helicotrema, scala tympani dan menggerakkan foramen rotundum untuk

membuang getaran tersebut ke telinga tengah. Akibat gelombang pada peri dan

endolympha ini maka terjadi pula gelombang yang sama pada membrana basalis

yang mengakibatkan cel rambut pada organon corti menyapu membrana tectoria

sampai membengkok dan terjadi loncatan potensial listrik yang diteruskan

sebagai rangsangan saraf ke otak untuk diolah dan disadari (Departemen

Kesehatan RI 1995).

2.3. Pemajanan Suara Bising di Lingkungan Risiko yang mungkin akan muncul pada manusia adalah bentuk umpan

balik dari bahan dan/atau benda yang memiliki peluang mengubah sebagian

dan/atau keseluruhan sistem manusia. Bahan dan/atau benda tersebut

mengalami mekanisme yang disebut dengan pemajanan dari sumbernya ke

lingkungan. Pemajanan dapat diartikan sebagai perkiraan derajat atau jumlah

kontak yang menggambarkan hubungan interaksi antara manusia secara individu

maupun kelompok dengan komponen lingkungan yang mengandung health risk

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

17

(Dinas Kesehatan Propinsi Dati I Jawa Barat 1997). Oleh karena itu, pemajanan

menggambarkan jumlah komponen lingkungan yang memiliki potensi dampak

yang diterima atau kontak dengan tubuh dan selanjutnya memberikan dampak

yang bervariasi tergantung pada panjangnya jalur paparan dan kesiapan individu

atau lingkungan untuk menerimanya.

Pada dasarnya komponen lingkungan yang disebut memiliki potensi

dampak kesehatan adalah komponen lingkungan yang di dalamnya mengandung

berbagai agents penyakit yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok fisik,

mikroba maupun bahan kimia beracun. Oleh sebab itu, untuk menggambarkan

jumlah kontak dan potensi dampak perlu diperhatikan beberapa diantaranya jenis

agents dan perkiraan jumlah yang diperkirakan kontak dengan manusia (Dinas

Kesehatan Propinsi Dati I Jawa Barat 1997).

Jenis agents yang dimaksud adalah ada tidaknya komponen lingkungan

(yang merupakan wahana penyakit) yang hendak dikenakan pengukuran untuk

mengetahui besaran potensi dampak. Berdasarkan jenis agents terkait dengan

pemajanan terbagi menjadi tiga kelompok, diantaranya sebagai berikut:

1) Kelompok mikroba dalam bentuk virus, bakteri, parasit dan jamur. Masing-

masing jenis perlu dipelajari lebih lanjut tentang potensi dampaknya dan

kinetiknya.

2) Kelompok bahan kimia. Klasifikasi bahan kimia relatif sangat luas. Oleh

karena itu, untuk memudahkan mempelajari jalur pemajanan masing-masing

bahan kimia perlu dilakukan upaya untuk membatasi jenis bahan kimia yang

akan diamati dengan menggunakan material safety data sheet MSDS) atau

desk reference bahan kimia yang bersangkutan.

3) Kelompok fisik. Beberapa jenis bahan yang termasuk kelompok ini

diantaranya radiasi, elektromagnetik, kebisingan dan bahan lainnya. Untuk

mempelajari lebih lanjut maka perlu dilakukan pengamatan tentang

karakterisitik dan kinetik dari bahan-bahan yang akan diamati.

Disamping jenis agents, perkiraan jumlah yang diperkirakan kontak dengan

manusia adalah komponen penting pada upaya pendugaan risiko yang

ditimbulkannya.

Pada upaya perkiraan jumlah yang diperkirakan kontak dengan manusia,

terlebih dahulu perlu dipahami konsep dan pengertian exposure dan dosis.

Kedua konsep tersebut sangat berbeda. Dosis adalah ukuran yang hanya bisa

dikenakan pada bahan-bahan yang terukur dan biasanya digunakan

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

18

dilaboratorium, sedangkan di lapangan hanya merupakan perkiraan saja. Oleh

karena itu, pemajanan digunakan untuk memperkirakan jumlah kontak

(penggambaran interaksi) yang terbagi menjadi tiga kelompok (Dinas Kesehatan

Propinsi Dati I Jawa Barat 1997), diantaranya sebagai berikut:

1) Perkiraan jumlah pemajanan eksternal secara umum adalah konsentrasi

bahan dalam media bahan tertentu, sebagai contoh kandungan CO2, SO2

atau Pb dalam udara, dan merkuri dalam bulu bebek. Tahap selanjutnya

adalah memperkirakan jumlah masyarakat exposed yang ada, dengan

memperhatikan ada tidaknya riwayat kontak dengan bahan-bahan

tersebut.

2) Perkiraan jumlah pemajanan internal sederhana (intake). Perkiraan yang

dimaksud terkait dengan jumlah konsentrasi bahan dalam bahan/media

transmisi tertentu dan perkiraan pada jumlah kontak tersebut. Perkiraan

jumlah pemajanan internal sederhana dapat dilakukan dengan mudah

apabila kandungan bahan dalam media telah diketahui dengan pasti.

3) Perkiraan uptake (jumlah yang diarbsorpsi oleh tubuh) adalah perkiraan

pemajanan melalui media udara dengan teknis yang lebih akurat dengan

rumus Uptake = (inhaled - exhaled) x volume x t (Dinas Kesehatan

Propinsi Dati I Jawa Barat 1997).

Peterson (1977) dalam Santosa (1992) menyatakan, bunyi memiliki

beberapa karakteristik diantaranya pitch (tinggi nada), timbre (warna bunyi) dan

loudness (kenyaringan). Berdasarkan karakteristik tersebut, parameter utama

yang penting dalam kaitannya dengan gangguan kebisingan adalah frekuensi

dan amplitudo. Frekuensi dinyatakan sebagai julah getaran tiap detik (hertz),

sedangkan aplitudo menggambarkan besarnya kuantitas/intensitas bunyi yang

dinyatakan dalam satuan desible (dB).

Pada umumnya kebisingan muncul sebagai bagian baru yang terbentuk

dari campuran sejumlah gelombang sederhana yang memiliki frekuensi

bervariasi (Suma’mur 1992). Kuantitas atau amplitudo bunyi selalu dinyatakan

dalam suatu tingkat (level). Peterson (1977) dalam Santosa (1992) menyatakan,

tingkatan (level) tersebut dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran pada

tekanan bunyi (sound pressure meter) dan tingkatan bunyi (sound power level).

Adam et al. (1960) dalam Santosa (1992) menyatakan, sifat-sifat kebisingan

yang penting diantaranya adalah radiasi intensitas kebisingan, frekuensi,

kebisingan dan distribusinya dalam ruangan. Oleh karena itu, desain ruangan

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

19

dan upaya pengendalian kebisingan dengan menggunakan alat pelindung telinga

adalah upaya efektif untuk meminimalkan dampak kebisingan pada lingkungan

pabrik.

2.4. Kebisingan dan Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat didefinisikan oleh Winslow pada tahun 1920

diantaranya bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat (art) untuk

mencegah penyakit, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan

kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui usaha masyarakat yang terorganisir

untuk sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendidikan higiene

perseorangan, dan membangun mekanisme sosial sehingga setiap instan dapat

menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk memelihara kesehatan

manusia pada khususnya, dan kesehatan masyarakat pada umumnya pada

tempat hidup yang memadai.

Beberapa kalangan (orang) menyadari bahwa penyakit ditimbulkan oleh

berbagai faktor, antara lain adalah prilaku masyarakat itu sendiri. Norma dan

budaya, dijelaskan juga menentukan gaya hidup masyarakat akan menciptakan

keadaan lingkungan yang sesuai dengannya dan menimbulkan penyakit yang

sesuai dengan gaya hidupnya. Dengan demikian untuk mencapai standar

kesehatan tertentu, tidak cukup hanya pencegahan berbagai jenis penyakit

secara perorangan melainkan juga melihat dan mengelola masyarakat sebagai

satu kesatuan bersama lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, kesehatan erat

sekali hubungannya dengan suberdaya sosial ekonomi dan tidak hanya

bergantung pada fasilitas kesehatan semata. Berdasarkan pertimbangan

tersebut maka muncullah ilmu kesehatan masyarakat sebagai satu bidang yang

lebih luas lagi daripada ilmu kedokteran pencegahan (Slamet 2002).

Menurut Slamet (2002), istilah kesehatan itu sendiri di dalam Undang-

undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan, Bab I pasal 2

didefinisikan: yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang-undang ini ialah

keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial dan bukan

hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Istilah

kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

1992 tentang Kesehatan Bab I pasal 1, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara

sosial ekonomi (Slamet 2002).

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

20

Berdasarkan uraian tersebut, kesehatan para karyawan memiliki korelasi

positif terhadap kinerja selama melaksanakan kegiatan produksi. Hal ini

berdasarkan pertimbangan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu aspek

yang perlu diperhatikan pada proses produksi. Gangguan kesehatan pada para

pekerja, secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh pada

proses produksi. Penurunan tingkat pendengaran merupakan salah satu

gangguan kesehatan yang potensial diserita para karyawan terkait dengan

kemungkinan munculnya suara bising selama proses produksi. Upaya

perlindungan terhadap para karyawan telah dilakukan diantaranya dengan

dikeluarkannya kebijakan perlindungan kerja melalui program K3, termasuk

didalamnya mengatur perlindungan dari kebisingan. Pada akhirnya, komitmen

perusahaan pada upaya perlindungan dan/atau upaya minimalisasi dampak

kebisingan akan mempengaruhi produkstivitas perusahaan selama

melaksanakan proses produksi.

2.4.1. Kebisingan dan Regulasi Industri adalah salah satu sektor pembangunan yang dapat dijadikan

sebagai sumber pendapatan daerah. Kebutuhan masyarakat yang semakin

meningkat dan beragam, berpeluang untuk meningkatkan permintaan pasar

terhadap berbagai bentuk barang dan jasa. Berbagai upaya dilakukan oleh

perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan kualitas yang dikehendaki

oleh pasar. Seiring dengan berkembangnya teknologi, khususnya munculnya

mesin-mesin modern, memberikan kemudahan pada perusahaan untuk

mencapai target produksi yang telah ditetapkan.

Tercapainya terget produksi memberikan dampak positif dalam bentuk

peningkatan pendapatan perusahaan, terpenuhinya kebutuhan masyarakat, dan

secara tidak langsung meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Namun

demikian, penggunaan mesin-mesin modern juga berpotensi menimbulkan

dampak negatif dalam bentuk pencemaran lingkungan. Salah satu pencemaran

lingkungan yang muncul dari digunakannya mesin-mesin modern pada proses

produksi adalah kebisingan. Kebisingan, apabila tidak dikendalikan dengan baik

akan berdampak negatif pada kesehatan lingkungan, khususnya kesehatan di

lingkungan kerja.

Satu dari beberapa dampak negatif yang muncul sebagai bentuk interaksi

antara kebisingan dan objek yang terkena dampak adalah penurunan tingkat

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

21

pendengaran. Penurunan tingkat pendengaran merupakan permasalahan serius

yang dialami oleh masyarakat, khususnya para karyawan pada suatu

perusahaan yang memiliki sumber kebisingan. Menurut Elefterion (2001),

dampak kebisingan secara umum pada tingkat pendengaran para karyawan

adalah permasalahan yang terus mendapat perhatian dari para ahli. Lebih lanjut

dijelaskan, dampak kebisingan pada penurunan tingkat pendengaran telah

dilakukan pada tahun 1996 dan 1999 di Cyprus yang menunjukkan adanya

pengaruh nyata antara kebisingan dan penurunan tingkat pendengaran sebesar

27,8% (7,7% karyawan mengalami penurunan tingkat pendengaran yang sangat

serius) atau lebih dari 200 para karyawan pada 90 industri. Guna mengantisipasi

pengaruh yang lebih serius, maka penyusunan kebijakan atau regulasi yang

mengatur tingkat minimal frekuensi yang dapat ditoleransi pada berbagai industri

telah dilakukan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, ambang batas yang

diperbolehkan adalah 80/90 dBA selama 8 jam kerja.

Elefterion (2001) menyatakan, kebisingan merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran pada aktivitas industri,

namun masih sangat sedikit penentu kebijakan yang memprioritaskan kebisingan

sebagai permasalahan serius. Komitmen yang kuat antara pemberi kerja dan

para pekerja untuk secara bersama-sama meminimalkan dampak kebisingan

merupakan faktor penentu keberhasilan upaya pengendalian kebisingan pada

lingkungan kerja. Guna memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan

kerja, termasuk perlindungan para karyawan dari kebisingan, Pemerintah

Republik Indonesia mengeluarkan program keselamatan dan kesehatan kerja

yang dikenal dengan program K3. Program tersebut juga disertai dengan

beberapa regulasi untuk memberikan kepastian hukum pada implementasi

program K3.

Satu diantara upaya pelaksanaan program K3 adalah program

perlindungan pendengaran untuk meminimalkan dampak negatif akibat

kebisingan di tempat kerja bagi para karyawan. Berdasarkan program

perlindungan pendengaran, semua lokasi kerja yang bising harus dirancang dan

dibangun berdasarkan program perlindungan pendengaran (HCP) perusahaan.

Sasaran HCP diantaranya penataan yang efektif, pemantauan lingkungan

(survey kebisingan), pemantauan administrasi dan teknik rekayasa, perlindungan

telinga, pendidikan dan latihan, pengawasan dan supervisi, dan pemeriksaan

adiometri. Program perlindungan pendengaran ini harus di dukung oleh

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

22

manajemen puncak dari perusahaan dan program atau ketentuan tertulis yang

menetapkan tujuan kegiatan, tanggungjawab perusahaan dan beberapa

ketentuan lainnya. Perusahaan juga berkewajiban untuk mensosialisasikan

program tersebut pada para karyawan (Departemen Kesehatan RI 1995).

Keputusan perusahaan untuk menggunakan alat pelindung telinga

merupakan satu bentuk kepedulian perusahaan pada kesehatan dan

keselamatan kerja karyawan untuk meminimalkan dampak kebisingan.

Berdasarkan tipenya, alat pelindung telinga terbagi atas tipe sumbat telinga (ear

plug) dan sungkup telinga (ear muff). Sumbat telinga adalah segumpal bahan

lembut yang dirancang tepat dengan bentuk liang telinga sehingga dapat

menyumbat telinga tanpa kebocoran, sedangkan sungkup telinga adalah

sepasang sungkup (cup) yang dihubungkan oleh suatu bando (headband)

sehingga dapat menutupi seluruh telinga dan mencegah masukknya bunyi

(bising) (Departemen Kesehatan RI 1995).

2.4.2. Kebisingan dan Risiko pada Pendengaran Manusia Pada dasarnya, pengaruh bising pada jasmani para pekerja dapat dibagi

menjadi dua golongan (Soemanegara 1975) diantaranya sebagai berikut:

1) Tidak mempengaruhi indera pendengaran tetapi memberikan pengaruh

berupa keluhan-keluhan samar-samar dan tidak jelas berwujud penyakit

(not ill defined);

2) Berpengaruh nyata pada indera pendengaran, baik bersifat sementara

dan/atau permanen, yang selanjutnya terbagi menjadi beberapa bagian

diantaranya sebagai berikut:

a). Acoustic trauma terjadi pada adanya proses luka (perlukaan)

insidentil yang merusak sebagian dan/atau seluruh alat-alat

pendengaran yang disebabkan oleh letupan senjata api, ledakan-

ledakan atau suara dasyat lainnya;

b). Occupational deafness yaitu hilangnya sebagian dan/atau seluruh

pendengaran seseorang yang bersifat permanen pada salah satu

satu dan/atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising atau

suara gaduh yang terus menerus di lingkungan kerja. Medical Advisory Committee di Wisconsin, USA menentukan bahwa kehilangan

pendengaran yang disebabkan karena berada pada daerah bising dapat

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

23

dianggap permanen apabila seseorang masih kurang daya pendengarannya

setelah 6 bulan dipindahkan dari suasan bising ke suasana sepi (Santosa 1992).

Ganggguan pendengaran yang mungkin terjadi bergantung pada

beberapa faktor yang mempengaruhi kebisingan. Menurut Widyapura (1991),

tingkat kebisingan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebagai berikut:

1) Sumber bising. Kuat lemahnya bunyi tidak selalu menentukan apakah

bunyi tersebut merupakan bising atau tidak, tetapi hal ini lebih banyak

ditentukan oleh perasaan dan persepsi seseorang. Dengan demikian

bunyi yang sama dapat merupakan bising bagi seseorang tetapi belum

tentu merupakan bising bagi orang lain.

2) Jarak dengan sumber bising. Semakin jauh sumber bunyi semakin kecil

tingkat kebisingannya.

3) Suhu udara. Jika suhu udara tinggi maka kecepatan rambat bunyi yang

sampai ke telinga akan melambat sehingga bunyi terdengar lemah.

4) Arah dan kecepatan angin. Bunyi akan diterima lebih lama dan lebih

keras oleh orang yang berada pada down stream (searah dengan angin)

dibandingkan dengan bunyi yang diterima oleh orang yang berada pada

arah yang berlawanan dengan arah mata angin, karena getaran bunyi

dari sumber bunyi dihambat oleh angin.

5) Kelembaban udara. Semakin lembab udara, suara yang didengar

semakin jelas, tetapi pengaruhnya terhadap kebisingan di dalam ruangan

tidak besar.

6) Penghalang/barier. Dinding-dinding dapat merupakan penghalang bagi

transmisi suara dalam ruangan. Dengan adanya penghalang maka

transmisi suara akan dihambat atau diserap sehingga suara yang

dihasilkan akan berkurang. Jarak antara penghalang dan sumber

menentukan besar kecilnya suara yang dihasilkan. Letak penghalang

yang baik adalah di dekat sumber dan yang paling buruk adalah di

tengah-tengah antara sumber dan pendengaran.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Samudro dan Prasetyo (2001) menyatakan,

dalam pengendalian kebisingan diperlukan pemahaman terhadap karakteristik

sumber-sumber getaran dan kebisingan yang ditimbulkan.

Kebisingan suara masih harus dilakukan pembobotan lagi mengingat

telinga manusia tidak memberikan reaksi yang sama pada semua frekuensi.

Telinga manusia kurang memberikan reaksi pada frekuensi rendah dan frekuensi

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

24

tinggi dibandingkan dengan frekuensi suara yang biasa digunakan untuk

berbicara. Untuk itu perlu dilakukan pembobotan yaitu dengan slaka “A-weighted

sound level” dan hasilnya disebut sebagai desibel dB (A). Adapun faktor penentu

kualitas bunyi diantaranya adalah:

1) Frekuensi, yang dinyatakan dalam satuan getaran perdetik atau disebut

Hertz yaitu jumlah dari gelombang-gelombang yang sampai di telinga

setiap detiknya;

2) Intensitas, yaitu arus energi persatuan luas, biasanya dinyatakan dalam

suatu logaritma yang disebut desibel (dB) dengan memperbandingkannya

dengan kekuatan dasar sebesar 0,0002 dyne/cm² yaitu kekuatan dari bunyi

dengan frekuensi 1000 Hertz yang tepat dapat didengar oleh telinga

normal.

Pemajanan terhadap bising yang berlebihan dapat menimbulkan keadaan

stress, dan lebih lanjut lagi menyebabkan gangguan fisik dan psikologis.

Pemajanan yang terus menerus terhadap suara yang sangat bising dapat

merusak sel-sel rambut getar yang terletak di bagian cochlea (rumah siput)

telinga bagian dalam. Bagian yang berbentuk saluran melingkar dan berisi cairan

ini berfungsi untuk merubah enersi suara menjadi rangsangan saraf-saraf

pendengaran dan disalurkan ke bagian tertentu dari otak untuk kemudian

didengar dan diinterpretasikan.

Bising yang cukup keras, diatas sekitar 70 dB, dapat menyebabkan

kegelisahan (nervousness), kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit

lambung dan masalah peredaran darah (Doelle 1993). Selanjutnya dikatakannya

pula bahwa bising yang sangat keras, di atas 85 dB dapat menyebabkan

kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada umumnya, bila

berlebihan dan berkepanjangan dapat menimbulkan masalah seperti kelainan

jantung, tekanan darah tinggi, dan luka perut.

Grandjean (1988) menyatakan bahwa tekanan fisiologis yang ditimbulkan

oleh pengaruh bising dalam ruang kerja meliputi:

a. Meningkatnya tekanan darah

b. Mempercepat detak jantung

c. Penyempitan pembuluh darah pada kulit

d. Meningkatnya metabolisme

e. Melambatnya fungsi organ pencerna makanan

f. Ketegangan otot meningkat

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id II... · getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang ... Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan

25

Kebisingan mempunyai pengaruh pada kesehatan masyarakat pada

umumnya, dan kesehatan manusia secara khusus kesehatan para pekerja.

Suratmo (1988) menyatakan kebisingan mempunyai pengaruh terhadap

kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup masyarakat, prilaku hewan ternak,

satwa liar dan/atau ekosistem alam.