Tgs Kebisingan

30
TUGAS TERSTRUKTUR RADIASI DAN KEBISINGAN OLEH: BUDI KUSUMA NINGRUM P17433210005 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Transcript of Tgs Kebisingan

Page 1: Tgs Kebisingan

TUGAS TERSTRUKTUR

RADIASI DAN KEBISINGAN

OLEH:

BUDI KUSUMA NINGRUM P17433210005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

PURWOKERTO

2010

Page 2: Tgs Kebisingan

KEBISINGAN

A. Pengertian kebisingan

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat

mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam

satuan desibel (dB).

Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai,

suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Predikat tidak

dikehendaki atau “unwanted” ini sebenarnya subyektif. Suara yang

dikehendaki seseorang mungkintidak disenangi orang lain. Kebisingan sering

mengganggu walaupun terdapat variasi dalam besarnya gangguan atau jenis

dan kekerasan suatu kebisingan. Bahkan suara yang sama yang hari ini

dikehendaki mungkin pada waktu yang lain dianggap mengganggu. Adapun

yang mempengaruhi sifat tersebut adalah: pengalaman yang lalu, derajat

kesehatan, kesenangan, pekerjaan, aktivitas: tidur, rekreasi, umur dan lain

sebagainya.

Menurut WHS (1993) kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak

dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran dan bahkan dapat

menurunkan daya dengar seseorang.

Kepmennaker No. 51 Tahun 1999 adalah semua suara yang tidak

dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan alat-alat kerja

yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Page 3: Tgs Kebisingan

B. Batas pemaparan kebisingan

Standar Kebisingan

Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah

kebisingan tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau

kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai pihak.

1. Keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999 tentang

nilai ambang batas kebisingan.

2. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No.SE

01/MEN/1978.

“Nilai Ambang Batas yang disingkat NAB untuk kebisingan di tempat

kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih

dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang

tetap untuk waktu kerja yang terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan

40 jam seminggu”

“NAB untuk kebisingan di tempat kerja ditetapkan 85 dB (A)”

 Nilai Ambang Kebisingan Menurut Kep Menaker No.

KEP-51/MEN/1999.

Waktu Pemaparan Intensitas (dB A)8

4

2

1

Jam 85

88

91

9430

15

Menit 97

100

Page 4: Tgs Kebisingan

7,5

3,75

1,88

0,94

103

106

109

11228,12

14,06

7,03

3,52

1,75

0,88

0,44

0,22

0,11

Detik 115

118

121

124

127

13

133

136

139

3.  Kriteria Kebisingan Menurut Department of Labor OSHA

Waktu (jam/hari) Tingkat Kebisingan (dB A)

8

6

4

3

2

90

92

95

97

100

Page 5: Tgs Kebisingan

1,5

1

0,5

<0,25

102

105

110

115

4. Standard Kebisingan Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, tentang kebisingan yang berhubungan dengan

kesehatan

Pembagian Zona Bising Oleh Menteri Kesehatan

No Zona Maksimum dianjurkan

(dBA)

Maksimum

diperbolehkan (dBA)

1 A 35 45

2 B 45 55

3 C 50 60

4 D 60 70

Keterangan:

Zona A = tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan dsb;

Zona B = perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya;

Zona C = perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya;

Zona D = industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.

Page 6: Tgs Kebisingan

5. Kriteria Kebisingan menurut Formula ACGIH dan NIOSH. Formula ini,

dengan menggunakan rumus tertentu, dipakai untuk menghitung waktu

maksimum yang diperkenankan bagi seorang pekerja untuk berada dalam

tempat kerja dengan tingkat kebisingan tidak aman.

Kriteria Kebisingan Menurut ACGIH dan NIOSH

DBWaktu Paparan yang

diperbolehkan (jam)DB

Waktu Paparan yang

diperbolehkan(jam)

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

25,4

20,16

16

12,7

10,08

8

6,35

5,04

4

3,17

2,52

2

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

37,5

2,98

2,36

1,88

1,49

1,18

0,94

0,74

0,59

0,47

0,37

0,3

Page 7: Tgs Kebisingan

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

1,59

1,26

1

0,79

0,63

0,5

0,4

0,31

0,25

0,2

0,16

0,13

0,1

0,08

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

0,23

0,19

0,15

0,12

0,09

0,07

0,06

0,05

0,04

0,03

0,02

0,02

0,01

C. Identifikasi bahaya kebisingan

Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi

sebagai berikut:

1. Bising yang kontinyu

Page 8: Tgs Kebisingan

Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak

putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas.

bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5

detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.

b. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi

hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000)

misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

2. Bising terputus-putus

Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising

yang berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada

periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang,

kereta api

3. Bising impulsif

Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB

dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya

seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam.

4. Bising impulsif berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi

berulang-ulang, misalnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi

atas :

1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).

Page 9: Tgs Kebisingan

Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu

keras, misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking noise)

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas,

secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena

teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam

bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)

Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai

Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau

menurunkan fungsi pendengaran.

D. Dampak kesehatan paparan kebisingan

Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan

fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada

yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya

gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti

gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan

kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan

pekerja dijelaskan sebagai berikut:

1. Gangguan Fisiologis

Page 10: Tgs Kebisingan

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi

bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa

peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi

pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat

menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit

kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor

vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek

pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh

rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar

endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam

waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis,

jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi

yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan

suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.

Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada

kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau

Page 11: Tgs Kebisingan

tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung

membahayakan keselamatan seseorang.

4. Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di

ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan

fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

5. Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada

indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah

diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek

bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara

cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila

bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan

tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz

dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya

mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.

Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :

a. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi.

Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya

sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila

tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya

akan pulih kembali.

Page 12: Tgs Kebisingan

b. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)

Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di

pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

1) Tingginya level suara

2) Lama paparan

3) Spektrum suara

4) Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka

kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar

5) Kepekaan individu

6) Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat

(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan

dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat

lainnya

7) Keadaan Kesehatan

c. Trauma Akustik

Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian

atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan

tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang

sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti

suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,

merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.

d. Prebycusis

Page 13: Tgs Kebisingan

Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia

merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal

dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala

ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat

pajanan bising ditempat kerja.

e. Tinitus

Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan

pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging.

Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut

pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada

diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

E. Metode yang dapat Anda gunakan untuk mengendalikan paparan

kebisingan di tempat kerja

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya,

penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling

akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-

metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal

agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.

Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, adalah sebagai

berikut:

1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.

Contohnya: Pemeliharaan mesin (maintenance) yaitu mengganti,

Page 14: Tgs Kebisingan

mengencangkan bagian mesin yang longgar, mengganti mesin bising

tinggi ke yang bisingnya kurang, memberi pelumas secara teratur, dan

lain-lain.

2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.

Contohnya: mengurangi vibrasi atau getaran dengan cara mengurangi

tenaga mesin, kecepatan putaran atau isolasi, mengubah proses kerja

misal kompresi diganti dengan pukulan, mengurangi transmisi bising

yang dihasilkan benda padat, mengurangi turbulensi udara dan

mengurangi tekanan udara.

3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan

pekerja.

Contohnya: pengendalian kebisingan pada sumber suara dengan

mengisolasi mesin sehingga terpisah dengan pekerja, melakukan isolasi

operator dalam ruang yang relatif kedap suara, pengendalian kebisingan

pada transmisi kebisingan melapisi dinding dengan dengan menggunakan

lantai berpegas, menyerap suara pada dinding dan langit-langit kerja.

4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan

instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap

bahaya.

Pengendalian administratif dilakukan dengan cara : mengatur jadwal

produksi, rotasi tenaga kerja, penjadualan pengoperasian mesin, transfer

pekerja dengan keluhan pendengaran, mengikuti peraturan.

Page 15: Tgs Kebisingan

5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya

dengan menggunakan alat pelindung diri.

Contohnya:

a. Sumbat telinga (earplugs/insert device/aural insert protector)

Dimasukkan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga

suara tidak mencapai membran timpani. Beberapa tipe sumbat telinga:

formable type, custom-molded type, premolded type

Sumbat telinga bisa mengurangi bising s/d 30 dB lebih.

b. Tutup telinga (earmuff/protective caps/circumaural protectors)

Menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk

mengurangi bising s/d 40- 50 dB frekuensi 100 8000 Hz.

c. Helmet/ enclosure

Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi

maksimum 35 dBA pada 250 Hz sampai 50 dBA pada frekuensi

tinggi.

Pemilihan alat pelindung telinga :

1) Earplug bila bising antara 85-95 dBA

2) Earmuff bila di atas 100 dBA

F. Hubungan antara paparan kebisingan dengan gangguan pendengaran

Berkurangnya pendengaran akibat kebisingan terjadi perlahan-lahan

dalam waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Hal ini sering tidak

disadari oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh

Page 16: Tgs Kebisingan

berkurang pendengarannya biasanya sudah dalam stadium irreversible.

Dalam hubungan ini, jalan yang paling baik adalah mencegah terjadinya

ketulian sedini mungkin. Kecepatan penurunan pendengaran tergantung pada

tingkat kebisingan, lamanya pemaparan dan tingkat kepekaan individu.

Beberapa kondisi lain ikut berperan pada gangguan pendengaran seperti

intoksikasi, trauma pada usia 55 tahun keatas juga presbiakusis

G. Jenis dan penggunaan pelindung pendengaran

Usaha terakhir untuk mengendalikan kebisingan dengan melakukan

usaha proteksi secara personal. Proteksi personal yang bisa diterapkan adalah

penggunaan earplugs dan earmuffs. Pemilihan antara kedua proteksi ini

disesuaikan dengan kondisi. Secara umum, penggunaan earmuffs bisa

mengurangi desibel yang masuk ke telinga lebih besar dari earplugs. Namun

juga harus diingat bahwa proteksi yang berlebihan sangat dimungkinkan

dapat mengurangi efektifitas proses.

Berikut beberapa penjelasan yang terkait dengan Earmuffs dan Earplugs.

1. Earmuffs, terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs bisa digunakan untuk

intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga, ukurannya

bisa disesuaikan untuk berbagai ukran telinga, mudah diawasi dan

walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai.

Kekurangannya, penggunaan earmuffs menimbulkan ketidaknyamanan,

rasa panas dan pusing, harga relatif lebih mahal, sukar dipasang pada

Page 17: Tgs Kebisingan

kacamata dan helm, membatasi gerakan kepala dan kurang praktis

karena ukurannya besar. Earmuffs lebih protektif daripada earplugs jika

digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif jika penggunaannya kurang

pas dan pekerja menggunakan kaca mata.

Gambar 1.1 Earmuffs

2. Earplugs, digunakan untuk tingkat kebisingan sedang (80-95 dB),

dengan waktu paparan 8 jam. Terdapat berbagai macam earplugs, baik

bentuk padat maupun berongga. Bahannya terbuat dari karet lunak,

karet keras, lilin, plastik atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut.

Pengunaan ear plug mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah

dibawa karena bentuknya yang kecil, tidak membatasi gerakan kepala,

lebih nyaman digunakan pada tempat panas, juga lebih murah

(dibandingkan ear muff), Ear Plug juga lebih mudah dipakai bersama

dengan kacamata dan helm. Sedangkan kekurangan ear plug atenuasi

Page 18: Tgs Kebisingan

lebih kecil, sukar mengontrol atau diawasi, resiko infeksi pada saluran

telinga.

Gambar 1.2 Ear plug

Pengendalian pada penerima kebisingan dapat dilakukan dengan

pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta melengkapi

karyawan dengan alat pelindung diri (ear muff dan ear plug).

H. Mengukur kebisingan tempat kerja

Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.

1. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang

batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat

dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu

peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran

dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter.

Page 19: Tgs Kebisingan

Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang

digunakan.

2. Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam

mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar

tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan

dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan

pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk

menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan

dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan

yang tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan

intensitas antara 85 – 90 dBA.

3. Pengukuran dengan Grid

Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data

kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat

dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran

lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama,

misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom

untuk memudahkan identitas.

I. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kebisingan

Page 20: Tgs Kebisingan

Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi

paparan). Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama

paparan dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja.

Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound

survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band

analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level

meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan informasi.

1. Sound Level Meter (SLM)

Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran

kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik

termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan

amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM.

Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam

pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara

bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga

kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas

yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon

manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut

berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia.

Page 21: Tgs Kebisingan

Gambar 1.3 Sound Level Meter

2. Octave Band Analyzer (OBA)

Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang

berbeda-beda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di

SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif.

Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat

yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu

oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat

digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 –

75, 75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600

Hz.