Post on 08-Dec-2015
description
Dermatitis kontak alergi
Penegakkan diagnosis
• AnamnesaPenderita umumnya mengeluh gatal. Digali juga mengenai riwayat pekerjaan, hobi,
obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi, baik dari yang bersangkutan maupun keluarganya (Sularsito, 2010).
pemeriksaan fisik – lokasi terjadinya gatalTanganPekerjaan yang basah (‘Wet Work’) misalnya memasak makanan
(getah sayuran, pestisida) dan mencuci pakaian menggunakan deterjen.
LenganJam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman.
Ketiak Deodoran, anti-perspiran, formaldehid yang ada di pakaian.
WajahBahan kosmetik, spons (karet), obat topikal, alergen di udara (aero-
alergen), nikel (tangkai kacamata).
Bibir Lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.
Kelopak mataMaskara, eye shadow, obat tetes mata, salep mata.
TelingaAnting yang terbuat dari nikel, tangkai kacamata,
obat topikal, gagang telepon.
LeherKalung dari nikel, parfum, alergen di udara, zat
warna pakaian.
Badan Tekstil, zat warna, kancing logam, karet (elastis,
busa), plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian.
Genitalia Antiseptik, obat topikal, nilon, kondom,
pembalut wanita, alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi.
Paha dan tungkai bawahTekstil, kaus kaki nilon, obat topikal,
sepatu/sandal.
Pemeriksaan penunjang
• Uji tempel (patch test)• Pemeriksaan histopatologi
• Gold standard pada diagnosis dermatitis kontak alergika yaitu dilakukan uji tempel. Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung. Untuk melakukan uji tempel diperukan antigen standar buatan pabrik, misalnya Finn Chamber System Kit dan T.R.U.E Test.
Berbagai hal mengenai uji tempel• Dapat Menggunakan alergen sehari-hari,
seperti sabun mandi, pasta gigi, dll (bahan yg dicurigai sebagai alergen)
• Dibiarkan selama 2 hari dan pasien dilarang melakukan aktivitas yg dapat membuat lepas patch tersebut
• Tes dilakukan setidaknya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid sistemik dihentikan.
penatalaksanaan
Non medikamentosa• Memotong kuku – kuku jari tangan dan jaga
tetap bersih dan pendek serta tidak menggaruk lesi karena akan menimbulkan infeksi
• Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis kontak alergi
• Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang bersentuhan dengan alergen
• Memberi edukasi kepada pasien untuk tidak mengenakan perhiasan, aksesoris, pakaian atau sandal yang merupakan penyebab alergi
Medikamentosa• SimptomatisDiberi antihistamin yaitu Chlorpheniramine
Maleat (CTM) sebanyak 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali untuk dewasa dan 0,09 mg/dosis, sehari 3 kali untuk anak – anak untuk menghilangkan rasa gatal
Sistemik• Kortikosteroid yaitu prednison sebanyak 5 mg,
sehari 3 kali • Cetirizine tablet 1x10mg/hari• Bila terdapat infeksi sekunder diberikan
antibiotika (amoksisilin atau eritromisin) dengan dosis 3x500mg/hari, selama 5 hingga 7 hari
Topikal• Krim desoksimetason 0,25%, 2 kali sehari
komplikasi
• Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh bakteri terutama Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
• Selain itu dapat pula menyebabkan eritema multiforme (lecet) dan menyebabkan kulit berubah warna, tebal dan kasar atau disebut neurodermatitis (lichen simplex chronicus)
prognosis• Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya
baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila bersamaan dengan dermatitis yang disebabkan oleh faktor endogen(dermatitis atopik, dermatitis numularisatau psoriasia).
• Faktor lain yang membuat prognosis kurang baik adalah pajanan alergen yang tidak mungkin dihindari misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan penderita.
Djuanda, Suria dan Sularsito, Sri. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: FK UI
Morgan, Geri, Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik Edisi 2. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Siregar, R.S,. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC
Sularsito dan Djuanda. 2007. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5. Jakarta : FKUI