Post on 04-Aug-2015
LAPORAN PRAKTIKUM
PARASITOLOGI
DISUSUN OLEH :
HEGAR SUKMA PRIBADI
G1G010050
KELOMPOK : 3
GELOMBANG : 2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi parasit di Indonesia masih tinggi prevelansinya terutama pada penduduk
di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan masalah yang cukup besar bagi bidang
kesehatan masyarakat. Untuk mengurangi dan menanggulangi penyakit akibat cacing dapat
dilakukan penelitian dan pemeriksaan melalui fesses/tinja. Pemeriksaan feses pada praktikum
ini menggunakan metode apung, pemeriksaan ini bertujuan mengidentifikasi cacing parasit
yang terdapat pada feses.
Praktikum parasitologi ini dilakukan di laboraturium parasitologi komplek RSUD
Margono Soekarjo, pada pukul 10.00 Wib.
BAB II
DASAR TEORI
.Pemeriksaan fesses dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif dilakukan dengan metode natif, metode apung, metode harada mori, dan Metode
kato. Metode ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit usus, sedangkan secara kuantitatif
dilakukan dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing yang ada didalam usus. Pada
pemeriksaan pada kesempatan ini akan menggunakan metode apung.
Metode apung menggunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh
yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah
diamati. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya telur cacing parasit untuk infeksi
ringan. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma,
Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala
ataupun telur Ascaris yang infertil.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
I. Alat dan Bahan
Bahan :
1. Fesses
2. Larutan Nacl jenuh 33%
Alat :
1. Mikroskop
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
4. Cover glass
5. Objek glass
6. Pipet tetes
7. Beker glass
8. Saringan teh
9. Lidi
10. Baskom plastik
11. Sabun cair
12. Lap pel
13. Lisol
14. Baki plastik
15. Kresek
III. Cara kerja
1. Ambil kurang lebih 10 gram tinja lalu campurkan dengan larutan NaCl jenuh,
aduk hingga homogen.
2. Saring dengan saringan teh jika terdapat serat-serat selulosa.
3. Tuangkan kedalam dua tabung reaksi sampai penuh, sampai permukaan terlihat
cembung.
4. Diamkan kurang lebih 10 menit.
5. Tempelkan cover glass pada permukaan tabung reaksi dan segera diangkat.
6. Kemudian letakan di objek glass.
7. Selanjutnya amati dengan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10 / dengan
menggunakan objektif cincin kuning.
8. Carilah telur-telur cacing yang mungkin terdapat pada fesses tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Dari penelitian menggukan metode apung didapatkan hasil sebagai berikut :
Cacing Hasil
A. Limbricoides
T. trichiura
E. Vermicularis
C. Tambang
Keterangan :
= tidak ada
+ = ada
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan cacing parasit yang terdapat di feses. Hal ini
mungkin dikarenakan kesalahan pada saat praktikum, telur-telur yang terdapat pada fesses
tidak terapung sehingga tidak menempel pada objek glass, tidak ditemukanya cacing parasit
pada fesses yg diperiksa juga mungkin memang fesses yang diperiksa tidak terinfeksi atau
bebas dari cacing parasit, dalam kata lain anak yang fessesnya kami teliti dalam keadaan sehat,
tidak terinfeksi cacing. Anak yang diperiksa fesesnya bernama M. Ajid kelas 4 SD, di SDN 02
purwanegara, dia tinggal di desa watumas kec. Purwokerto utara.
BAB VI
KESIMPULAN
Pemeriksaan fesses dengan metode apung, perlu ketelitian tinggi agar telur di permukaan
larutan tidak turun lagi, sehingga dalam melakukan pemeriksaan dibutuhkan kecermatan, agar
kita dapat memperoleh hasil yang maksimal
Ascaris lumbricoides
Morfologi :
- Cacing jantan berukuran 10-31 cm, ekor melingkar, memiliki spikula.
- Cacing betina berukuran 22-35 cm, ekor lurus, pada 1/3 bagian anterior memiliki
cincin kopulasi
- Mulut terdiri atas 3 buah bibir
- Telur yang di buahi berukuran 60 x 45 mikron, berbentuk oval, berdinding tebal
dengan 3 lapisan dan berisi embrio
- Telur yang tidak dibuahi berukuran 90 x 40 mikron, berbentuk bulat lonjong atau
tidak teratur, dindingnya terdiri atas dua lapisan dan dalamnya bergranula.
Tricius trichiura
Morfologi :
- Cacing jantan panjangnya 4 cm, bagian anterior halus seperti cambuk, bagian ekor
melingkar.
- Cacing betina panjangnya 5 cm, bagian anterior halus seperti cambuk, bagian ekor
lurus dan nerujung tumpul
- Telurnya berukuran 50 x 22 mikron, bentuk seperti tempayan dengan kedua ujung
menonjol, berdinding tebal dan berisi larva.
Enterobius vermicularis
Morfologi :
- Cacing jantan panjangnya 2-5 mm, ekor melengkung
- Cacing betina panjangnya 10 mm, uterus berisi telur, ekor runcing
- Baik jantan dan betina mempunyai “ cephalic alae “
- Telurnya berukuran 55 x 25 mikron, bentuk lonjong asimetris, berdinding tebal,
berisi larva
Cacing tambang
Ancylostoma duodenale
Morfologi :
- Panjang badanya 1 cm, menyerupai huruf C.
- Dibagian mulut terdapat dua pasang gigi
- Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks pada bagian ekornya
- Cacing betina ekornya runcing
Necator americanus
Morfologi :
- Panjang badanya 1 cm, menyerupai huruf S
- Bagian mulutnya mempunyai benda kitin
- Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks pada ekornya
- Cacing betina ekornya runcing
- Telurnya berukuran 70 x 45 mikron, bulat, lonjong, berdinding tipis, kedua kutub
mendatar. Didalamnya terdapat beberapa sel.
DAFTAR PUSTAKA
http://kanker-serviks.info/search/metode-apung-feses
http:// google.co.id/search
prianto, juli L.A, 1995, atlas parasitologi kedokteran, Jakarta, Gramedia pustaka utama