Post on 24-Jun-2015
NAMA : ZAWIL KIRAM
NIM : 11.03.1.0786
JURUSN/SMTR : AGROTEKNOLOGI LOKAL IDI V (LIMA)
JUDUL : ISTILAH-ISTILAH DALAM RANCANGAN PERCOBAAN
UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA
FAKULTAS PERTANIAN / AGROTEKNOLOGI
TAHUN AKEDEMIK 2013/2014
1) Rancangan Perlakuan
Perlakuan dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertentu yang diberikan pada satuan
percobaan dan berkaitan dengan bagaimana perlakuan-perlakuan tersebut dibentuk
(Faktor tunggal, Faktorial, Split plot, Split blok).
Umumnya perlakuan dirancang dalam bentuk silang (crossed) atau tersarang (nested)
Perlakuan dirancang dalam struktur silang (crossed) atau pola faktorial apabila setiap
level dari salah satu perlakuan tampak pada setiap level perlakuan lainnya.
Jenis perlakuan menurut sifatnya, ada 2, yaitu:
kualitatif; misalnya jenis pupuk, varietas, cara pengolahan tanah, dll
kuantitatif; misalnya dosis pupuk, volume pestisida, dll
Jenis Perlakuan menurut jumlahnya, ada 2, yaitu:
Faktor tunggal; hanya satu faktor yang diteliti.
Faktorial; terdiri dari 2 atau lebih perlakuan.
2) Rancangan Lingkungan (Rancangan Percobaan)
Berkaitan dengan bagaimana perlakuan-perlakuan tersebut ditempatkan pada unit-unit
percobaan (RAL, RAK, RBSL, Lattice)
Rancangan percobaan merupakan pengaturan pemberian perlakuan kepada satuan-
satuan percobaan dengan maksud agar keragaman respons yang ditimbulkan oleh
keadaan lingkungan dan keheterogenan bahan percobaan yang digunakan dapat
diwadahi dan disingkirkan.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam Rancangan Lingkungan, yaitu:
Bahan Percobaan: dapat berupa organisme (hewan, tumbuhan, manusia), benda atau
substansi lainnya seperti pupuk, pestisida, tanah.
Satuan Percobaan. Satuan percobaan adalah satuan/obyek terkecil (petakan, pot,
polibag, hewan, tanaman) yang ditempatkan secara acak pada perlakuan. Misalnya:
Tanaman yang tumbuh dalam pot diberi perlakuan tiga tipe pemupukan yang
diberikan pada masing-masing pot. Respons yang diukur adalah bobot kering
tanaman. Satuan percobaan = pot; pemupukan yang diberikan pada pot-pot
percobaan dan bukan tanaman.
Peneliti ingin mempelajari pengaruh berbagai jenis ransum terhadap
pertambahan bobot ikan. Ransum tersebut ditempatkan dalam tank tempat
ikan itu berada. Satuan percobaan = tank, bukan ikan.
Satuan percobaan ada 2 macam, yaitu:
tunggal; satu bahan percobaan dalam satu satuan percobaan, misalnya dalam polybag.
kelompok; satuan percobaan dalam petakan
3) Rancangan Respons.
Perancangan respons berkaitan dengan pemilihan/penentuan sifat atau karakteristik
satuan percobaan yang akan digunakan untuk menilai atau mengukur pengaruh
perlakuan serta cara bagaimana cara penilaian atau pengukurannya.
Hal-hal yang perlu diketahui dalam Rancangan Respons :
Harus mencerminkan pengaruh yang dipelajari. Misalkan anda melakukan percobaan
tentang pengaruh pemberian pupuk kandang kotoran sapi terhadap pertumbuhan
jagung. Maka anda harus membuat rancangan respons yang seperti apa yang bisa
mencerminkan pengaruh pupuk kandang tersebut terhadap pertumbuhan jagung.
Misanya tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dsb.
Ada skala ukur;
Kualitatif: nominal dan ordinal (tidak bisa dianalisis ragam). Skala ini bersifat
subjektif serta pedoman pelaksanaan pengukurannnya kebanyakan belum baku.
Kuantitatif: interval/selang dan rasio/nisbah. Skala ini bersifat objektif dan alat
ukurnya sudah sering tersedia.
Ada satuan pengamatan, yaitu satuan terkecil yang dipergunakan dalam pengukuran.
Ada satuan evaluasi, yaitu satuan terkecil sebagai pewakil satuan percobaan yang
dipergunakan dalam analisis data atau satuan evaluasi adalah rata-rata dari satuan
pengamatan.
4) Pengulangan.
Ulangan dilakukan dengan memberikan perlakuan yang sama pada satuan percobaan lebih
dari satu kali. Fungsi dari ulangan :
Pendugaan galat.Jika suatu percobaan tidak mengandung ulangan, maka galat
percobaan tidak dapat diduga. Kita tidak dapat menjelaskan secara tepat apakah
perbedaan yang timbul disebabkan oleh perbedaan diantara perlakuan atau perbedaan
di antara satuan-satuan percobaan
Meningkatkan ketelitian percobaanPengguaan teknik-teknik yang kurang teliti atau
pegnggunaan satuan percobaan yang kurang homogen dapat diatasi dengan
menambah jumlah ulangan. Dengan bertambahnya ulangan, dugaan mean populasi
akan semakin teliti.
Memperluas cakupan kesimpulan. Hal ini dilakukan melalui pemilihan satuan
percobaan yang lebih bervariasi, misalnya ulangan yang dilakukan dalam waktu yang
berbeda.
Mengendalikan ragam galat. Dengan membuat kelompok sebagai ulangan, maka
satuan percobaan di dalam kelompok mempunyai keragaman minimum dan satuan
percobaan antar kelompok mempunyai keragaman maksimum, sehingga usaha untuk
melihat perbedaan perlakuan di dalam kelompok akan lebih teliti. Dengan cara ini
keragaman galat dapat dikendalikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah ulangan
keragaman alat, bahan, media, dan lingkungan percobaan. Untuk bahan yg sudah
terdeskripsi secara jelas seperti pupuk buatan, pestisida, benih varietas unggul, maka
diperlukan ulangan yang kecil. Untuk bahan yg belum terdeskripsi seperti pupuk
kandang, pupuk alami, benih varietas lokal, maka perlu jumlah ulangan yang besar,
biaya dan tenaga yang tersedia.
5) Model Tetap.
Percobaan yang perlakuannya atau taraf faktornya ditetapkan sebelum penelitian oleh
peneliti, dalam hal ini peneliti tentunya mempunyai suatu alasan berdasarkan bidang
ilmunya menetapkan bahwa, taraf-taraf faktor tersebut mempunyai suatu ciri tertentu
yang dapat membedakan dengan taraf yang lain. Jadi tiap taraf dapat mewakili
populasi yang dihipotesiskan atau dibayangkan ada.
Sebagai teladan, penelitian pengaruh pejantan sapi Bali terhadap berat lahir anak dari
induk yang dikawini. Misalnya digunakan 4 ekor pejantan yang masing-masing
dikawinkan dengan 5 ekor sapi betina yang seragam, maka faktor pejantan bisa model
tetap bisa juga model acak.
Pejantan sapi Bali dikatakan model tetap, jika tiap-tiap pejantan dapat diidentifikasi
mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti sebelum penelitian
dilakukan. Misalnya pejantan pertama umur 2 tahun, pejantan kedua umur 2,5
tahun,pejantan ketiga umur 3 tahun dan pejantan keempat umur 3,5 tahun. Bisa juga
diidentifikasi berdasarkan bobot tubuhnya pada umur yang sama, misalkan bobotnya
masing-masing 250, 300, 350, dan 400 kg. jadi tiap-tiap pejantan dapat mewakili
himpunan populasi yang dihipotesiskan atau dibayangkan oleh peneliti.
Sebaliknya pejantan sapi Bali dikatakan model acak, jika peneliti tidak menetapkan
ciri-ciri tertentu dari pejantan yang digunakan sebelum penelitian dilakukan. Peneliti
menambil 4 ekor pejantan secara acak dari suatu populasi sapi jantan. Jadi, tiap
pejantan tidak dapat mewakili suatu populasi hipotetik, melainkan mewakili populasi
sapi jantan. Dalam penelitian ini peneliti ingin menguji apakah ada variasi dari
pejantan dalam memberikan berat lahir anak sapi dari induk yang dikawininya.
Kesimpulan ditunjukkan kepada populasi pejantan, bukan himpunan dari sapi jantan
dengan ciri tertentu.
Pada model tetap, peneliti sebenarnya telah mendefinisikan T=t populasi inferensinya,
dalam hal ini dibayangkan ada T=t populasi. Secara statistika suatu faktor model tetap
dicirikan sebagai berikut. Misalkan αi (i=1,2,3,…..t) melambangkan pengaruh tetap
taraf ke-I factor A. Karena αi dianggap konstan, maka E(αi)= αi, yaitu rataan
sebenarnya αi.
6) Model Acak.
Seperti teladan pada model tetap suatu faktor termasuk dalam model acak, jika
peneliti mengambil t taraf dari suatu factor (t
Dalam pengertian statistika , suatu faktor model acak dicirikan sebagai berikut.
Misalkan Ai (I,1, 2, 3,……..,t) melambangkan pengaruh acak taraf ke-I faktor A,
rataan sebenarnya Ai=E(Ai)=0, untuk semua I, karena Ai dianggap sebagai peubah
acak. Pengulangan untuk memperoleh t taraf faktor A mengandung unsur
ketakpastian. Keragaman timbul bukan karena keragaman nilai-nilai Ai, tetapi juga
oleh keragaman contoh-contoh berukuran t berdasarkan penarikan dengan pemilihan.
Dalam pengujian hipotesis model acak ditunjukkan kepada variasi antar taraf yang
diteliti, bukan perbedaan anta taraf yang diteliti, dengan kata lain uji-uji lanjutan antar
taraf ke-I tidak diperlukan lagi.
Dalam percobaan yang melibatkan lebih dari satu factor, baik klasifikasi silang,
tersaranr maupun berjanjang yang salah satu faktornya factor tetap dan faktor yang
lain faktor acak disebut model campuran.
7) Pengacakan.
Pengacakan adalah proses memasangkan masing masing level pada tiap faktor dengan
acak dalam sebuah percobaan. Pengacakan dilakukan sebagai jaminan akan peluang yang
sama bagi setiap satuan percobaan untuk mendapat suatu perlakuan. Lebih jauh lagi, tanpa
pengacakan hampir semua rumusan statistika yang diterapkan dalam analisis akan menjadi
tidak valid karena digunakannya asumsi independensi dalam setiap pengaruh galat yang
muncul. Tanpa pengacakan tidak ada jaminan bagi munculnya kovariansantargalat.
Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama pada tiap satuan
percobaan untuk dikenakan perlakuan Terkadang konsep pengacakan ini dilakukan untuk
menghilangkan bias.
8) Blocking
Blocking adalah mengatur percobaan menjadi beberapa group (block) yang masing
masing group berisi faktor yang sejenis. Blocking membantu untuk mengetahui apakah ada
pengaruh block terhadap hasil percobaan.
9) Ortgonal (Orthogonality)
Ortogonalitas adalah prinsip yang penting dalam hal rancangan-rancangan berblok
tidak lengkap atau data tidak setimbang (unbalanced). Ortogonalitas menjamin bahwa
pendugaan (estimation) dapat dilakukan. Selain itu, ortogonalitas akan menjaga agar efisiensi
suatu rancangan tetap tinggi.
Contoh design yang ortogonal
10) Factorial experiments
Factorial experiment berati, dalam percobaan semua level dari tiap faktor di
perhitungkan, bukan mengubah satu persatu faktor yang ada. Metode ini membuat percobaan
menjadi lebih efisien.
11) Perlakuan (Treatment)
Perlakuan dapat diartikan sebagai kondisi yang pengaruhnya diamati dalam
penelitian. Perlakuan selalu terkait dengan pertanyaan atau hipothesis yang akan dijawab atau
dibuktikan dalam percobaan.
12) Aras (level)
Aras merupakan perbedaan kondisi suatu perlakuan. Aras biasanya merupakan
perluasan atau pengembangan dari perlakuan. Terdapat aras kualitatif dan aras kuantitatif.
Aras kualitatif misalnya dalam kajian jenis obat dikaji obat sejenis tapi lain pabrik atau lain
jenis molekulnya. Sedangkan aras kuantitatif adalah kadar dari obat yang diuji misalnya 1, 2
dan 3 ppm.
13) Kontrol (control)
Kontrol adalah standar perlakuan yang biasanya digunakan sebagai pembanding
dalam mengkaji pengaruh perlakuaan. Kontrol pada umumnya diartikan sebagai tanpa
perlakuan. Penggunaan kontrol dalam suatu percobaan sangat embantu dalam melihat
pengaruh suatu perlakuan. Penggunaan kontrol memungkinkan peneliti dapat segera melihat
kelemahan atau keunggulan dari perlakuan yang sedang dikaji.
14) Satuan percobaan (experimental unit/plot)
Satuan percobaan adalah individu atau kelompok individu yang mendapat satu
perlakuan. Pengukuran peubah dilakukan pada setiap satuan percobaan. Berbagai jenis
pengukuran dapat dilakukan dalam setiap satu satuan percobaan.
15) Peubah (variable)
Peubah adalah penampilan unit percobaan yang diamati dan merupakan respon
terhadap perlakuan. Contoh peubah adalah konsumsi ransum, produksi susu, bobot badan
atau pertambahan bobot badan. Peubah yang diukur harus disesuaikan dengan tujuan
penelitian atau hipothesis yang diuji dalam penelitian.
16) Keragaman (variation)
Keragaman adalah perbedaan nilai suatu peubah hasil pengukuran antara satu individu
dengan individu lainnya yang diamati. Jika suatu kelompok ternak mempunyai keragaman
genetis tinggi maka tampilan produksi ternak akan sangat beragam walaupun kondisi
lingkungannya sama.
17) Kelompok (group/block)
Kelompok adalah sejumlah individu yang mempunyai kesamaan sifat tertentu. Pada
percobaan biasanya dikenal pengelompokan satuan percobaan. Pengelompokan satuan
percobaan dilakukan untuk mengurangi atau memisahkan sumber keragaman dalam suatu
percobaan agar pengaruh perlakuan yang diuji lebih terlihat
DOSEN PEMBIMBIG IDI, OKTOBER 2013
IR.ZAKARIA PENULIS
ZAWIL KIRAM