Istilah Dan Ejaan

Post on 11-Aug-2015

145 views 32 download

description

Perkembangan Istilah dan Ejaan di Indonesia

Transcript of Istilah Dan Ejaan

ISTILAH DAN EJAAN

Kelompok 6 :

Pungky Hardika (105090300111036)

Devi Ariesta (105090301111002)

Cinantya Nirmala D (105090301111006)

Hasnisa’ (105090301111008)

Fitria Ning Rosita (105090303111002)

Selly Yeri A.E (105090307111006)

Tahapan Dalam Proses Pembakuan Bahasa

Indonesia

Pada tahun 1966 Depatermen Pendidikan dan

Kebudayaan memperkenalkan pembaharuan ejaan

dengan tujuan memodernisasi sistem ejaan yang

telah ada dan menyatukan ejaan Indonesia dengan

ejaan Malaysia. Sistem ejaan baru itu akhirnya

diumumkan secara resmi oleh Presiden Soekarno

pada tanggal 17 Agustus 1972.

Ejaan baku pertama bahasa Melayu,dilembagakan oleh

Ch.A.van Ophuijsen dan diterbitkan dalam karyanya

Kitab Logat Melajoe pada tahun 1901.

Dalam kongres Bahasa Indonesia I, di Surakarta pada

tahun 1938 yaitu 10 tahun setelah para pemuda

mengucapkan sumpah bahwa bahasa Indonesia adalah

bahasa Nasional bagi bangsa Indonesia.

Dari tanggal 28 Oktober-2 November 1954 Kongres

Bahasa Indonesia II diadakan di Medan dan hasilnya

adalah resolusi untuk menyempurnakan ejaan yang

berlaku.

Ejaan Romawi di Semenanjung Malaya, telah

berkembang pesat mengikuti sejarahnya sendiri.

Pada bulan Oktober 1904 sebuah panitia

dibentuk oleh pemerintah persekutuan tanah

Melayu yang diketuai oleh R.J

Wilkinson,menghasilkan ejaan yang dikenal

dengan ejaan Wilkinson. Kemudian lahir Ejaan

Za’ba yang sedikit berbeda dengan ejjan

Wilkinson, di sekolah-sekolah Melayu. Diantara

penlis Melayu tahun 50-an tercipta ejaan yang

semula dikenal dengan Ejaan Fajar

Asia(dikarang selama masa pendudukan

Jepang).

Reaksi baik maupun negatif terhadap ejaan

baru tahun 1966. Beberapa simposium,

konferensi dan pertemuan diadakan sehingga

menghasilkan yaitu Ejaan Yang

Disempunakan (EYD) yang penyebarannya

diketuai oleh ebuah Komisi yang diketuai oleh

I.B Mantra. EYD diresmikan melalui

Peraturan Pemerintah no. 57/1972 dan

diumumkan oleh Presiden Soekarno di depan

Dewan Perwakilan Rakyat.

Beberapa Buah Catatan tentang Ejaan

Ophuysen dan Ejaan Soewandi

Ejaan adalah sebuah ilmu yang

mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang

dilisankan oleh seseorang ditulis dengan

perantara lambang-lambang atau gambar-

gambar bunyi. Dalam ilmu bahasa bunyi

tersebut disebut bahasa atau fonem.

• Ejaan Ophuysen

Contoh : huruf “j” untuk menulis Jang, Pajah, Sajang.

huruf “oe” untuk menulis kata Goroe, Itoe.

• Ejaan Soewandi

Contoh : huruf “oe” diganti dengan hufur “u“, seperti Guru,

Umur.

kata ulang boleh diganti dengan angka 2, misanya

kata anak-anak boleh ditulis anak2.

awalah kata depan “di” , ditulis serangkai,

contohnya dirumah,ditulis.

Beberapa Buah Catatan tentang Ejaan Bahasa

Iindonesia yang Disempurnakan (EYD)

Kebaikan

• Kalau dibandingkan dengan Ejaan Ophuysen dan Ejaan Soewandi, maka EYD jauh lebih memperoleh kemajuan yang dapat dipertanggungjawabkan pula dari sudut ilmu ejaan umum.

• Aturan-aturan penulisan kata serta huruf, pemakaian huruf, dan tanda baca jauh lebih tegas pula diatur dalam pedoman ejaannya sehingga kemudian akan benar-benar tercipta ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia.

• Pikiran yang mengarah bahwa pemerintah Republik Indonesia akan banyak mengeluarkan biaya dengan adanya EYD ini, namun nyatanya tidak demikian. Keputusan Presiden diterima oleh rakyat Indonesia tanpa kegoncangan apapun, walaupumn masyarakat harus belajar dan melatih lagi menulis dalam beberapawaktu lamanya dengan menyesuaikan diri pada pedoman ejaan yang ditetapkan.

• EYD sudah berhasil membedakan “di dan ke” sebagai imbuhan dan kata depan yang lebih dapat dibenarkan menurutilmu tata bahasa.

Kekurangan

• Masih belum berhasil membedakan penulisan k-velar/k-penuh dengan k-hamzah. Akan lebih baik bila k-hamzahyang tertulis dengan fonem k diganti dengan fonem q sehingga fonem q yang diakui ada dalam abjad dapat diberi fungsi yang lebih wajar.

Ketentuan Umum

• Istilah dan Tata Istilah

Istilah adalah kata yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.

• Istilah Umum dan Istilah Khusus

Istilah Umum

misalnya : radio dan takwa.

Istilah Khusus

misalnya : apendektomi dan kurtosis.

Persyaratan Istilah yang Baik • Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang

paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan tidak menyimpang dari makna tersebut

• Istilah yang diplih adalah kata atau frasa yang paling singkat diantara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama

• Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang berkonotasi baik

• Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang enak didengar (eufonik)

• Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia

Proses Pembentukan Istilah

• Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya

Para ilmuwan dan pelajar akan terus menghasilkan konsep ilmiah yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Terdapat istilah yang sudah tetap dan terdapat pula istilah yang masih perlu diciptakan.

• Bahan baku Istilah

Bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni (1) bahasa Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu, (2) bahasa Nusantara yang serumpun, termasuk bahasa Jawa Kuno, dan (3) bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.

• Pemadanan Istilah

a. Penerjemahan

- Penerjemahan Langsung

• Penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna, tetapi bentuknya tidak sepadan, misalnya : supermarket → pasar swalayan

• Penerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna, misalnya : bonded zone → kawasan berikat

- Penerjemahan dengan Perekaan

• Istilah invention, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia terdapat bentuk reka dan cipta, sehingga direka istilah rekacipta sebagai padanan istilah invention.

b. Penyerapan

-Penyerapan Istilah

• Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal

Misalnya : microphone → mikrofon

• Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi penyesuaian lafal

Misalnya : photocopy → fotokopi

• Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal

Misalnya : bias → bias

• Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal

Misalnya : in vitro

golf

internet

-Penyesuaian Ejaan Prefiks

co-, com-, con- menjadi ko-, kom-, kon-

coordination → koordinasi

commission → komisi

concentrate → konsentrat

-Penyesuaian Ejaan Sufiks

-ate (Inggris) menjadi –at

private → privat

-ist (Inggris) menjadi –is

receptionist → resepsionis

-y (Inggris) menjadi –i

c. Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan

subdivision → subbagian

clay colloid → koloid lempung

• Perekaciptaan Istilah

Misalnya rekacipta fondasi cakar ayam, penyangga sosrobahu, dan tebang pilih telah masuk ke dalam khazanah peristilahan.

• Pembakuan dan Kodifikasi Istilah

Istilah yang diseleksi lewat penerjemahan, penyerapan, dan perekaciptaan dibakukan melalui kodifikasi yang mengusahakan keteraturan bentuk sesuai kaiadah pemakaian bahasa. Kodifikasi tersebut tercapai dengan tersusunnya sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang merekam dan menetapkan bentuk bakunya.

Aspek Tata Bahasa Dan Peristilahan

• Istilah Bentuk Dasar

Misalnya :

kaidah rule ( nomina )

keluar out ( verba )

acak random ( adjektiva )

• Istilah Bentuk Berafiks Paradigma Bentuk Berafiks ber-

.

• Paradigma Bentuk Berafiks meng-

Paradigma Bentuk Berkonfiks ke—an

• Paradigma Bentuk Berinfiks -er-, -el-, -em-, -in-

• Istilah Bentuk Ulang

– . Bentuk Ulang Utuh

Misalnya : ubur-ubur paru-paru

– . Bentuk Ulang Suku Awal

Misalnya : laki lelaki , rata rerata

– . Bentuk Ulang Berafiks

Misalnya : daun dedaunan, pohon pepohonan

– . Istilah Ulang Salin Suara

Misalnya : sayur = sayur-mayur

warna = warna-warni

• Istilah Bentuk Majemuk

oGabungan Bentuk Bebas

Gabungan Bentuk Dasar

Gabungan Bentuk Dasar dan Bentuk Berafiks

Gabungan Bentuk Berafiks dan Bentuk Berafiks

Misalnya: kesehatan lingkungan

perawatan kecelakaan

o Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat

Misalnya: adi- adikarya masterpiece

o Gabungan Bentuk Terikat

Misalnya: dasawarsa decade

• Istilah Bentuk Analogi

Misalnya: Pegolf (golfer) peselancar (surfer)

• Istilah Hasil Metanalisis

Misalnya: Kata mupakat (mufakat) diuraikan

menjadi mu + pakat; lalu ada kata sepakat

• Istilah Bentuk Singkatan

Misalnya : cm (sentimeter)

• Istilah Bentuk Akronim

Misalnya: air susu ibu ASI

Aspek Semantik Peristilahan

• Pemberian Makna Baru

Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan

perluasan makna kata yang lazim dan yang tidak

lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah

jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi

lebih sempit atau lebih luas.

a.Penyempitan Makna

Kata gaya yang mempunyai makna ‘kekuatan’

dipersempit’ maknanya menjadi dorongan atau tarikan

yang akan menggerakkan benda bebas (tak terikat)’.

b.Perluasan Makna

Kata garam yang semula bermakna ‘garam dapur’ (NaCl) diperluas maknanya sehingga mencakupi semua jenis senyawaan dalam bidang kimia.

• Istilah Sinonim

Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan, disebut sinonim. Di antara istilah sinonim itu salah satunya ditentukan sebagai istilah baku atau yang diutamakan.

Istilah Homonim

Homograf

Misalnya: teras inti

teras ‘lantai datar di muka rumah’

Homofon

Misalnya: bank dengan bang

massa dengan masa

• Istilah Hiponim

Kata mawar melati, cempaka, misalnya,

masing-masing disebut hiponim terhadap kata

bunga yang menjadi hiperonim atau

superordinatnya.

• Istilah Polisem

Misalnya, kata kepala (orang) ‘bagian teratas’

dipakai dalam kepala (jawatan), kepala

(sarung). Bentuk asing yang sifatnya polisem

diterjemahkan sesuai dengan arti dalam

konteksnya.

Istilah Taksonim

Istilah taksonim adalah iponim dalam sistem klasifikasi konsep

bawahan dan konsep atasan yang betingkat-tingkat.

• Istilah Meronim

Istilah meronim ialah istilah yang maujud (entity) yang

ditunjuknya merupakan bagian dari maujud lain yang

menyeluruh.

Masalah Ejaan

• Huruf ‘f’,’v’, dan ‘p’

Kata yang seharusnya ditulis dengan huruf f dan v ditulis dengan p; atau kata yang seharusnya ditulis dengan v ditulis dengan f; kata yang seharusnya ditulis dengan p ditulis dengan f. Jadi bertukar-tukar.

• Kata baru bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing dieja (ditulis) sedapat-dapatnya jangan jauh dari ejaan asalnya. Yang diubah hanya yang betul-betul perlu diubah. Misalnya:

• coordination (Ing.) menjadi koordinasi

• standardization(Ing) menjadi standardisasi

pada huruf f,v,dan p. Dikatakan dalam pedoman ejaan bahwa kata-kata dari bahasa Inggris yang berakhir dengan –ive (Belanda –ief) dalam bahasa Indonesia menjadi kata berakhir –if. Contoh:

Active menjadi aktif

Mana Yang Betul, ‘istri’ atau ‘isteri’

Dari bahasa Sanskerta kita ambil kata stri. Kata inidiberi tambahan I di depannya sehingga menjadi istri. Kemudian, di antara t dan r disisipkan e sehingga menjadi isteri. Kalau dipenggal atas sukunya menjadi is-te-ri. Gugus konsonan str tadi hilang.

Pemanfaatan Unsur Lama Dalam

Penerjemahan Bahasa Asing

• Terdapat banyak unsur lama dalam bahasa Indonesia yang dapat dimanfaatkan dalam menerjemahkan istilah asing yang masuk ke dalam bahsa Indonesia. Unsur tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Unsur alih yang digunakan untuk menerjemahkan awalan bahsa inggris trans-yang berati pindah.

2. Unsur antar- diguanakan menerjemahkan awalan inggris inter- dan intra- yang berarti di antara.

3. Unsur awa- digunakan untuk menerjemahkan awalan bahasa inggris de- dan dis- yang berati menghilangkan.

4. Unsur bawah digunakan untuk menerjemahkan awalan inggris sub- atau under- yang berarti di bawah.

5. Unsur atau bentuk digunakan untuk menerjemahkan akhiran inggris shaped- dan form yang berarti berbentuk

Pemanfaatan Imbuhan Lama Dalam Penerjemahan

Istilah Asing

• Terdapat sejumlah imbuhan lama bahasa Indonesia yang dapat dimanfaatkan dalam menerjemahkan istilah asing yang yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Imbuhan tersebut antara lain, sebagai berikut. 1. Awalan dwi- digunakan untuk menerjemahkan

awalan inggris di-, bi-, re-, atau two- yang berati dua.

2. Awalan pasca- digunakan untuk menerjemahkan awalan inggris post- yang berarti sesudah.

3. Awalan pra- digunakan untuk menerjemahkan awalan inggris ante- dan pre- atau bentuk lain yang berarti di muka.

Terima kasih