fungsi hidung

Post on 31-Dec-2015

86 views 2 download

description

fungsi hidung

Transcript of fungsi hidung

1. Fungsi hidung2. Mekanisme fungsi hidung sebagai pengatur suhu dan kelembaban3. Mekanisme fungsi hidung sebagai pembersih udara dari debu dan bakteri4. Terapi rhinitis alergiantara lain dengan antihistamin, namun memerlukan terapi lainnya.

Apa dan mengapa?5. Beda anti histamine klasik dan baru, serta dosisnya6. Beda rhinitis alergi dan rhinitis vasomotor7. Pembagian rhinitis alergi menurut criteria lama dan aria8. Jelaskan reborn fenomena pada rhinitis alergi9. Pengertia waktu paruh suatu obat10. Sebutkan bakteri penghasil beta laktam, dan terapina selain dengan clovolanat11. Pengertian OSSA12. Alat untuk mengukur OSSA13. Kriteria Ringan AHI14. Kriteria Sedang AHI15. Kriteria Berat AHI16. Prognosis Ca Nasofaring dilihat selain dari stadium adalah dari…., dan …..17. T-yun 18. Tate19. Mengapa tidak di anjurkan penggunaan NSAID pada post TE20. Laringitis Sub glottis akut pada anak lebih bahaya daripada dewasa, mengapa?

JAWABAN

1. Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka

fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah :

a) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal

b) fungsi penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu

c) fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang

d) fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas;

e) refleks nasal.

2. Mekanisme fungsi hidung sebagai pengatur suhu dan kelembaban

Rongga hidung dapat dipandang sebagai “air conditioning” dari paru-paru, yang mengatur aliran udara, temperatur, kelembaban dan pembersihan udara sebelum masuk ke paru-paru, agar pertukaran O2 dan CO2 dapat berlangsung dengan aman didalam alveoli paru-paru.a) Aliran udara

Aliran udara yang masuk dalam hidung dalam bentuk parabolik yang naik setinggi conchae media kemudian turun ke nasopharynx. Pada umumnya udara yang mengalir itu melalui bidang vertikal dari hidung dan sebagian melalui meatus nasi. Aliran udara ini amat halus dengan putaran dan gesekan yang minimal.Sedangkan udara yang diexpirasi, sebagian kecil terpecah dalam bentuk putaran, kemudian keluar melalui vestibulum. Arah udara yang keluar dan masuk ke dalam sinus paranasalis, arahnya terbalik dengan aliran udara dan mengalir dalam cavum nasi.

b) Pengaturan kelembabanUdara dalam cavum nasi itu diproses sedemikian rupa, sehingga kelembaban sesuai

dengan kebutuhan tubuh. Perjalanan udara dalam cavum nasi hanya 1 detik, pada waktu yang singkat ini kelembaban relatif dari udara setibanya di nasopharynx kurang lebih75% - 80% dikatakan bahwa jumlah air yang diuapkan dalam cavum nasi kuranglebih 1.000 cc per 24 jam; ini berarti sekitar 1/25 ccc per satu kali respirasi. Tentusaja jumlah udara yang diuapkan berbanding terbalik dengan kelembaban udara diluar. Misalnya pada waktu musim panas dengan udara yang basah dan lembab,maka udara yang menguap dalam cavum nasi relatif kecil, bila dibandingkandengan musim dingin dengan udara yang sangat kering, dimana terjadi penguapanyang lebih besar. Penguapan ini terjadi pada permukaan musoca blanket yangmelapisi seluruh cavum nasi.

c) Pengaturan temperaturPengaturan temperatur terjadi bersamaan dengan pengaturan kelembaban. Panas 

yang dibutuhkan bersumber dari penyebaran alirandarah yang cepat dari  jaringan sub epithelial pada conchae dan septum nasi.Temperatur pada conchae inferior kurang lebih 32 0C, dibanding dengan 360 sampai370C pada nasopharynx. 

d) Pembersihan udaraPembersihan udara dalam hidung dilakukan oleh vibrisae mucous blanket cilia dan

enzyme lyzozym. Benda benda  asing  akan  bersentuhan  dengan  sekret  dan  melekat pada mucous blanket, dan terjadi reaksi. Kemungkinan ada suatu  potensial elektris pada  permukaan dari mukosa hidung, menyebabkan adsobsi dari kuman-kuman dan benda asing lainnya. Pada pokoknya semua benda-benda asing akan diubah dalammucous blanket. Bila sesuatu benda terlalu merangsang, maka akan dilemparkankeluar melalui reflex bersin.

3. Mekanisme fungsi hidung sebagai pembersih udara dari debu dan bakteri

Hidung juga berfungsi sebagai pemberi perlindungan, untuk mempersiapkan udara sebelum masuk ke dalam paru-paru, harus bebas dari segala kotoran yang tertimbun pada permukaan  mukosa  hidung,  bakteri-bakteri,  virus-virus  dan  bahan-bahan  patologik lainnya. Pada pokoknya udara inspirasi harus dipersiapkan dulu secara aman sebelum masuk  dalam  paru-paru.  Yang  memegang  peranan  dalam  mekanisme  pembersihan ini adalah selimut lendir (mucous blanket), cilia dan enzym lysozym. Mucous  blanket  adalah  suatu  zat  yang  terdapat  pada  permukaan  mukosa hidung, yang membentuk satu lapisan yang menyeluruh pada setiap ruangan hidung, sinus paranasalis, tuba auditivae, pharynx dan seluruh cabang-cabang bronchus. Mucous  blanket  ini  terus  bergerak  didorong  oleh  cilia dan amat lengket, sehingga partikel-partikel dengan sentuhan yang ringan saja dapat melekat dengan baik.  pH dari mucous blanket kurang lebih 7 atau netral, dan dijaga selalu konstant. Hal  ini  penting,  karena  cilia  tak  dapat  berfungsi  baik  dalam  pH  terlalu  banyak  menyimpang dari 7.

Di  dalam  mucous  blanket  ini  juga  terdapat  lysozym  sejenis  enzym  yang pertama kali ditemukan oleh Flemming, penemu penicillin, yang mempunyai sifat bakterialitis, artinya dapat membunuh bakteri dan menghancurkannya. Mucous blanket dalam hidung dan sinus paranasalis didorong ke nasopharynxoleh cilia, dan diperbaharui oleh kelenjar-kelenjar sekurang-kurangnya 2 sampai 3 kali setiap jam. Pergerakan cilia adalah fungsi primitif, pergerakan ini adalah p ergerakan otomatis, artinya tak bergantung dari impuls syaraf. Beberapa peneliti mengemukakan, bahwa acetylcholine mungkin berperanan mengontrol pergerakan cilia.

4. Terapi medikamentosa rhinitis alergi tidak hanya dengan antihistamin, namun memerlukan obat lainnya. Sebutkan dan jelaskan?

Pada rinitis alergi dikenal beberapa macam obat yang sering digunakan yaitu H-1 antihistamin, dekongestan, dan kortikosteroid. Antihistamin yang beredar saat ini ada dua jenis yaitu generasi pertama dan generasi

kedua. Penggunaan antihistamin generasi pertama perlu dipertimbangkan karena efek perbaikannya minimal serta menimbulkan efek sedasi dan antikolinergik. Mekanismenya adalah dengan cara memblok reseptor H1. Baik generasi pertama maupun kedua  kurang efektif terhadap kongesti (sumbatan) nasal.

Dekongestan termasuk ke dalam kelompok obat simpatomimetik, efektif terhadap kongesti nasal bila dibandingkan dengan antihistamin. Namun penggabungan dengan obat anti histamin lebih efektif dibanding dekongestan sendiri.

Kortikosteroid bisaoral maupun intranasal. Dalam hal mengendalikan kongesti nasal, dan penurunan produksi mukus, kortikosteroid intranasal lebih baik dibandingkan dengan antihistamin, dekongestan, dan kromolin. Penggunaan kortikosteroid intranasal yang lama tidak menyebabkan gangguan pertumbuhan karena diberikan dalam dosis yang sangat kecil.

5. Antihistamin generasi pertama dan kedua Dikenal ada dua generasi obat antihistamin H1, yaitu generasi pertama atau klasik

dan generasi kedua. Generasi pertama tersedia secara luas baik secara terpisah maupun kombinasi dengan dekongestan. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin serta azelastin yang dapat diberikan secara topikal. Antihistamin generasi pertama ini bersifat lipofilik sehingga dapat melewati sawar darah otak, dan tidak hanya berikatan dengan reseptor histamin H1 saja tetapi juga dengan reseptor dopaminergik, serotinergik dankolinergik. Hal ini menyebabkan adanya efek samping dari obat ini, yaitu efek terhadap SSP (seperti sedasi, lelah, pusing, turunnya penampilan), serta efek kolinergik seperti mulut dan mata kering, glaukoma, atau retensi urin. Efek samping ini dapat berimplikasi sebagai penyebab fatal dari kecelakaan lalu lintas, penurunan daya kerja dan produktivitas, berkurangnya konsentrasi belajar anak sehingga pemberiannya perlu diperhatikan sesuai dengan status dan pekerjaan pasien.

Antihistamin generasi kedua berukuran lebih besar dan lebih bersifat lipofobik daripada generasi pertama, sehingga tidak melewati sawar darah otak. Generasi kedua ini berikatan secara spesifik dengan reseptor histamin H1 dan memiliki afinitas yang kecil terhadap reseptor lain. Sehingga generasi kedua ini memiliki efek samping sedasi yang lebih sedikit atau tidak ada, tidak mengganggu penampilan dan tidak memiliki efek antikolinergik. Yang termasuk kelompok ini yaitu loratadin, astemisol, azelastin, terfinadin dan cetirisin. Terfenadin dan astemisol diketahui dapat menyebabkan perpanjangan repolarisasi jantung sehingga memperpanjang intervalQT pada EKG, dan bila dikombinasikan dengan obat lain yang dimetabolisme di hati melalui enzim sitoktrom P450 (seperti antibiotik makrolid, antijamur golongan azol)keduanya dapat menyebabkan torsades de pointes serta aritmia ventrikel. Hal ini menjadikan kedua obat ini tidak lagi direkomendasikan.

6. Perbedaan Rhinitis alergi dan rhinitis vasomotor

7. Pembagian rhinitis alergi menurut kriteria lama dan who-aria

Dahulu klasifikasi rinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu:

a) Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis) b) Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma ) tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :

a) Intermiten (kada ng - kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.

b) Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu.

8. Rebound fenomena pada rhinitis alergi yaitu fenomena kongesti nasal menghilang sebentar saja, namun

kemudian muncul kembali dengan derajat yang lebih berat. Karena efeknya terhadap mukosa hidung dapat mengakibatkan adanya rhinitis medikamentosa.

9. Pengertian waktu paruh suatu obat

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk setengah dari jumlah awal obat dihilangkan dari tubuh, atau bagi obat untuk mengurangi setengah konsentrasi aslinya dalam darah. Hilangnya obat dapat karena berubah menjadi zat lain atau dibuang melalui urin.

10. Sebutkan bakteri penghasil beta laktam, dan terapina selain dengan clovolanat

11. Pengertian OSSA12. Alat untuk mengukur OSSA13. Kriteria Ringan AHI14. Kriteria Sedang AHI15. Kriteria Berat AHI16. Prognosis Ca Nasofaring dilihat selain dari stadium adalah dari…., dan …..17. T-yun 18. Tate19. Mengapa tidak di anjurkan penggunaan NSAID pada post TE20. Laringitis Sub glottis akut pada anak lebih bahaya daripada dewasa, mengapa?