Post on 03-Dec-2015
description
1. Untuk mengetahui definisi perencanaan dan pengadaan
Perencanaan adalah proses pemilihan jenis, jumlah, harga perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat dengan
metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan,
sedangkan pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui (1) melalui pembelian, produksi ataupun hibah (2).
2. Untuk mengetahui metode perencanaan dan pengadaan
Metode perencanaan meliputi:
a. Metode konsumsi; perhitungan kebutuhan didasarkan pada data riel konsumsi
perbekalan farmasi periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi (2,3,4).
b. Metode epidemiologi/ morbiditas; perhitungan kebtuhan didasarkan pada pola
penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu/ lead time (2,3,4)
c. Metode kombinasi konsumsi dan morbiditas; yaitu menggabungkan keduanya
dengan melihat anggaran yang tersedia (2,3,4)
Metode pengadaan melalui pembelian, hibah, produksi (1,2)
Pembelian ada 4 metode:
a. Tender terbuka; berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
b. Tender terbatas/ lelang tertutup; hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang
sudah terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik.
c. Negosiasi/ tawar menawar; dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.
d. Pembelian langsung; pembelian jumlah kecil yang perlu segera tersedia (2, 3, 4)
3. Kelebihan dan kekurangan dari metode pengadaan dan perencanaan
Metode perencanaan:
Konsumsi
Kelebihan Kekurangan
data yang diperoleh akurat, metode
paling mudah, tidak memerlukan data
penyakit maupun standar pengobatan,
jika data konsumsi lengkap pola
penulisan tidak berubah dan kebutuhan
relatif konstan maka kemungkinan
kekurangan atau kelebihan obat sangat
tidak dapat untuk mengkaji penggunaan
obat dalam perbaikan penulisan resep,
kekurangan dan kelebihan obat sulit
diandalkan, tidak memerlukan
pencatatan data morbiditas yang
baik (3)
kecil (3)
Morbiditas
Kelebihan Kekurangan
Perkiraan kebutuhan mendekati
kebenaran, standar pengobatan
mendukung usaha memperbaiki pola
penggunaan obat (3)
Membutuhkan waktu dan tenaga yang
terampil, data penyakit sulit diperoleh
secara pasti, diperlukan pencatatan dan
pelaporan yang baik (3)
Kombinasi
Kelebihan Kekurangan
Dapat untuk obat & alat kesehatan
yang terkadang fluktuatif maka dapat
menggunakan metode konsumsi
dengan koreksi pola penyakit,
perubahan, jenis/jumlah tindakan,
perubahan pola peresepan, perubahan
kebijakan pelayanan kesehatan (5).
Farmasis harus mengikuti
perkembangan perubahan pola
penyakit, dan perubahan-perubahan
terkait dan secara terus menerus
melakukan analisa data sehingga
pekerjaan farmasis bertambah (5).
Metode pengadaan;
a. Tender terbuka, butuh waktu namun harga lebih menguntungkan.
b. Tender terbatas, waktu relatif namun harga masih dapat dikendalikan.
c. Negosiasi, waktu dan harga berfariasi tergantung kesepakatan.
d. Pembelian langsung, proses cepat namun harga lebih mahal (2, 3, 4).
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pengadaan
Tahapan pengadaan dimulai dari mereview daftar perbekalan farmasi yang akan
diadakan, menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli, menyesuaikan
dengan situasi keuangan, memilih metode pengadaan, memilih rekanan, membuat
syarat kntrak kerja, memonitor pengiriman barang, menerima barang, melakukan
pembayaran serta menyimpan kemuian mendistribusikan (2)
5. Untuk mengetahui analisis dan ketentuan prioritas
Analisis prioritas meliputi;
a. Analisis ABC (Always Better Control), disebut juga sebagai analisis Pareto atau
hukum Pareto merupakan salah satu metode yang digunakan dalam manajemen
logistik untuk membagi kelompok barang menjadi tiga yaitu A, B dan C. Kelompok A
merupakan barang dengan jumlah item sekitar 20% tapi mempunyai nilai investasi
sekitar 80% dari nilai investasi total, kelompok B merupakan barang dengan jumlah
item sekitar 30% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 15% dari nilai investasi total,
sedangkan kelompok C merupakan barang dengan jumlah item sekitar 50% tapi
mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari nilai investasi total (2,3).
b. VEN (Vital, Esensial, Non esensial), adalah suatu cara untuk mengelompokkan
obat yang berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan (tesis).
Kelompok V (vital) adalah obat yang harus ada dan diperlukan untuk
menyelamatkan kehidupan, kekosongan obat kelompok ini dapat ditolerir kurang dari
48 jam; kelompok E (esensial) adalah obat yang terbukti efektif untuk
menyembuhkan penyakit atau mengurangi penderitaan pasien, kelompok N (non
esensial) adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri
atau yang diragukan manfaatnya dibandingkan obat lain yang sejenis (2,3).
c. PUT (Prioritas, Utama, Tambahan), digunakan untuk menetapkan proiritas
pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan dengan
cara menggabungan analisa ABC dan VEN yang kan diklasifikasikan menjadi obat-
obat yang prioritas (AV, BV, CV), utama (AE, BE, CE), dan tambahan (AN, BN, CN)
(2).
Ketentuan prioritas
a. Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas utama untuk dikurangi atau
dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori NB
menjadi prioritas selanjutnya dan obat NA selanjutnya (2).
Literatur lain mengatakan;
a. Buang kategori N, terutama NA
b. Seleksi E yang termasuk slow atau fast moving.
c. Ubah obat bermerek menjadi generic
d. Ubah obat bermerk dengan merk lain yang lebih murah
e. Komunikasikan dengan dokter dan direktur (5)
6. Untuk mengetahui definisi dan rumus dari EOQ
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah pembelian yang paling
ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian karena merupakan
kesetimbangan antara holding cost dan ordering cost (4)
EOQ dihitung berdasarkan rumus (6)
EOQ adalah jumlah pembelian optimal yang ekonimis, D penggunaan per periode
waktu, S adalah biaya pemesanan, H adalah biaya pemeliharaan per tahun, dan C
adalah biaya perunit (6).
7. Untuk mengetahui evaluasi procurement
Evaluasi procurement meliputi;
a. Prosentase kesesuaian pembelian dg perencanaan awal tahunan
b. Prosentase kesesuaian dana pembelian dg perencanaan anggaran
c. Prosentase kesesuaian perencanaan terhadap formularium (5).
d. Kesesuaian dana pengadaan obat; jumlah dana anggaran pengadaan obat yang
disediakan RS dibanding jumlah kebutuhan dana.
e. Biaya obat per kunjungan kasus; besaran dana yang tersedia untuk setiap
kunjungan kasus.
f. Biaya obat per resep; dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran
dana yang tersedia untuk setiap resep
g. Ketepatan perencanaan; perencanaan kebutuhan nyata obat untuk RS dibagi
pemakaian obat per tahun.
h. Persentase dan nilai obat rusak; jumlah jenis obat yang rusak dibagi total jenis
obat (2)
DAFTAR PUSTAKA
(1) Anonim, 2004, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, Jakarta
(2) Arman, F., Lesilolo, M.S., dkk, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi
di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
(3) Maimun, A., 2008, Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode
Konsumsi dengan Analisis ABC dan Recorder Point Terhadap Nilai Persediaan dan
Turn Of Ratio di Instalasi Farmasi RS Daru Istiqomah Kaliwungu Kendal, Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang.
(4) Abert, C., Banneberg, W., Bates, J., Battersby, A., Beracochea, E., 2012,
Managing Access to Medicines and Health Technologies, Management Science for
Health Inc.,
(5) Pradhana, D., 2013, Procurement, Bahan Ajar, Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia.
(6) Gonzalez, J.L., Gonzalez, D., 2010, Analysis of an Economic Order Quantity and
Recorder Point Inventory Control Model for Company XYZ, A Senior Project
Submitting, Degree of Bachelors of Science In Industrial Engineering, California
Polytechnic State University, San Luis Obispo, available at:
http:digitalcommons.calpoly.edu/cgi/, diakses tanggal 8 oktober 2013
1. PERENCANAAN
Menurut G.R.Terry unsur manajemen ada 4: POAC. Perencanaan pengawasan merupakan
unsur manajemen. Perencanaan adalah : Keputusan untuk waktu yang akan datang, apa yang akan
dilakukan, kapan dilakukan dan siapa yang akan melakuakan. Unsur administrasi ada 7 yaitu:
Organisasi adalah : Kumpulan orang yang saling kerjasama dan mempunyai tujuan yang sama.
Manajemen adalah : Pengaturan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keuangan.
Kepimpinan adalah :Kemampuan seseorang untuk mengerakkan orang lain untuk berkerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Humas.
Perbekalan.
Tata usaha.
Organisasi terbagi atas:
Statis
Dinamis.
Ada suatu target yang akan dicapai yaitu program. Di dalam suatu perencanaana ada 5 W dan
1H yaitu:- What, where, who, when. why. 3 kegiatan yang dilakukan didalam perencanaan yaitu:
Kegiatan pokok apa yang akan dilakuakn secara langsung dikerjakan pada pencapaian tujuan
yang akan dicapai.
Kegiatan yang menunjang aktivitas yang mendukung tujuan teersebut.
Kegiatan Veterial : kegiatan yang tidak menunjang tetapi tidak sering dihindarkan yaitu: ppl dan
pkl.
1. What :
Apa yang akan dilakukan atau dikerjakan.
Dana sumber yang didapat.
Dana apa yang akan dihubungkan.
Sdm.
Sarana dan prasarana agar tercapai.
2. Where:
Dimana kita melakukan kegiatan.
Berpegang kepada aspekbilitas ( kemampuan untuk menyelesaiakan diri ).
Tersedianya tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan guna menjamin kelancaran
tugas.
3. When:
Kapan kita melakukan tugas.
Kemampuan untuk mengelola waktu.
Memilih waktu yang tepat untuk mengisi waktu yang luang.
4. Who
Menganalisis kebutuhan tenaga kerja baik kuantitatif maupun kwlalitatif.
Pola pembinaan karier.
Kebijaksanaan didalam pengolahan dan pengajian.
Metode dan teknik tentang pengadaan tenaga kerja yang akan dilaksanakan.
5. Why:
Rencana itu harus mempermudah suatu pekerjaan sehingga mudah dilaksanakan.
Rencana itu harus mempunyai rincian yang cermat.
Perencanan bukan merupakan suatu tindakan melainkan suatu proses. Suatu proses yang masih
mempuyai suatu tindakan –tindakan untuk menuju suatu tujuan. Tidak dibatasi atas startegi yang akan
dilakukan sebelum diambil suatu keputusan karena bisa saja terjadi perubahan. Contoh: GBHN.
Kebijakasanan untuk mencapai tujuan. Ada dua komponen dalam perencanaan :
1. Perencanan pesimis. Perencanaan yang tidak dapat dilaksankan.
2. Perencanan optimis. Terlaksana.
Definisi dan unsur-unsur perencanaan:
1. Garth N. Jone. Perencanaan adalah : Suatu proses pemilihan dan pengembangan dari pada
tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas.
2. M. Farland. Perencanan adalah : Suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan menggunakan
sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya.
Bagian atau unsur –unsur dari perencanaan:
1. Hasil akhir (The ends). Spesifikasi dari tujuan atau sasaran yang akan dicapai dan bilamana kit akan
mencapai.
2. Alat-alat yaitu : Pemilihan dari kebijaksaan,startegi, prosedur, dan prakteknya.
3. Sumber yaitu: Meliputi kwantitas mendapatakn dan mengalokasiakn bermacam macam sumber
antara lain tenaga kerja keuangan.
4. Pelakasanan
5. Pengawasan.
Didalam perencanan ada beberapa tipe:
Rencana –rencana strategi plans yaitu: perencanan yang dirancang untuk mrmenuhi tujuan
organisasi yang mengimplemasikan misi yang memberikan alasan yang khas pada orang.
Perencanan operasional yaitu: perencanan yang menguraiakan secara lebih terperinci bagaimana
rencana startegi akan tercapai.
Langkah –langkah dalam penyusunan perencanaan:
Menentukan misi dan tujuan. Perumusan misi dipengaruhi oleh nilai-nilai.
Pengembangan profil perusahan dan biasanyan mencerminkan keadaan internal dan kemampaun
seseorang atau perusahan.
Analisa lingkungan external.Mengidentifikasi cara-cara dalam hal perubahan internal, politik,
ekonomi, sosbud, dan teknologi secara tidak langsung mempengaruhi organisasi.Identifikasi dan
analisis lingkungan ekternal dapat dilakuakn dengan berbagai metode permulaan
Proses perencanan stategi formal:
1. Pemahaman dan perumusan masalah. Untuk mempermudah manager untuk mengidenfikasi maka
pertama kali :
Adakan dulu uji coba secara sistematis hubungan sebab akibat.
Carilah penyimpangan dan perubahan dari yang normal.
Konsultasi atau tanya jawab pada perusahan .
2. Pengumpulan dan analisa data yang relevan.
Pertama sekali manager harus mengumpulkan data apa yang diperlukan untuk memutuskan
keputusan apa yang tepat untuk mendapatkan informasi yang tepat.
a. Pengembangan alternatif.
b. Kecendrungan untuk menerima alternatif keputusan yang pertma kali flexible sering
mengidarkan pencapaian yang terbaik untuk masalah lainya. Pengembangan sejumalh
alternatif memungkinkan manager menolak kecendrungan utuk membuat keputusanyang
efektif.
c. Evaluasi alternatif.
Untuk menilai efektifitas ada 2 kriteria :
Apakah alternatif realistik bila dihubungkan dengan tujuan dan sdm organisasi seberapa baik
alternatif akan membantu pemecahan masalah.
Apakah alternatif yang diberikan sudah merupakan alternatif terbaik.
Rencana – rencana operasional ada 2 Yaitu:
1. Rencana tunggal (Single use plan), adalah menentukan langkah kegiatan yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat dan selesai apa bila sasaran sudah tercapai (hanya satu kali pakai)
Tipe – tipe rencana tunggal ada 3 yaitu:
a. Program yaitu : Serangkaian kegiatan yang mencakup luas yang dapat lihat didalamnya seperti
langkah –langkah pokok untuk mencapai tujuan. Satuan program organisasi yang
bertanggungjawab terhadap kegiatan urutan waktu dan untuk setiap tahap.
b. Proyek adalah: Rencana yang sekali pakai yang merupakan bagian terpisah dari program.
Proyek merupakan alat dari proyek yang efektif yang mempunyai ruang lingup terbatas.
c. Anggaran adalah: Laporan sumber daya keuangan yang disusun untuk kegiatan –kegiatan
tertentu dalam jangka waktu tertentu..
2. Rencana – rencana tetap, yaitu pendekatan –pendekatan yang standart untuk penangaan situasi –
situasi yang dapat dppikirkan dan terjadi secara berulang-ulang.Wujud dari rencana tetap adalah:
a. Kebijaksanan adalah: Pedoman untuk mengambil keputusan. Kebijakasanan batas dari
penganbilan keputusan membuat keputusan apa yang diambil oleh seorang manajer.
b. Prosedur adalah: Proses untuk diketahui apa yang akan dilakukan dengan demikian langkah –
langkah itu menjadi suatu yang rutin dan tugas dari pada adm yang bertujuan untuk
menyerderhanakan supaya tidak berbelit-belit.
c. Aturan atau rulls adalah: Pernyataan atau ketetentuan bahwa suatu kegiatan tertentu tidak boleh
dilakukan dalam melaksanakan aturan para anggota organisasi tidak mempunyai pilihan
melainkan aturan tersendiri.
Kebaikan rencana-rancana dari startegi:
1. Memberikan pedoman yang konsisten bagi kegiatan organisasi.
2. Membantu para manajer dlam pengambilan keputusan.
3. Meminumkan kesalan karena sasaran dan tujuan dengan cepat dan tepat.
Kelemahan dari rencana Stategi:
1. Memerlukan investasi waktu yang cukup lama dan biaya serta orang yang cukup besar.
2. Cendrung membatasi organisasi hanya terdapat pilihan yang paling rasioanaldan bebas resiko.
Hambatan-hambatan dalam pembuatan rencana –rencana yang efektif:
1. Kurangnya pengetahuan dalam berorganisasi.
2. Kurangnya peb\getahuan lingkungan.
3. Ketidakmampuan terhadap peramalan efektif.
4. Kesulitan dari biaya.
5. Takut gagal.
6. Pengunaan dari SDM.
2. PENGAWASAN.
Pengawasan adalah proses pengamatan dari berbagai organisasi bahwa semua kegiatan yang
dicapai dengan rencan selanjutnya. Sasaran pengawasan itu adalah untuk menunjukan kelemahan
dan kesalahan dengan maksud untuk memperbaikinya dan mencegah agar tidak terulang kembali.
Dalam pengawasan pendekatan tidak hanya dilakuakan secara taknik dan mekanistik tetapi
digabungkan dengan pendekatan kepribadian dan pendekatan keprilakuan agar terjadi proses
pengawasan yang mendapatkan hasil sesuai dengan harapan setiap organisasi. Ada beberapa hak
yang bersipat fundamental supay pengawasan sesuai dengan rencana yaitu:
1. Berorientasi kepada Efisensi.
2. Berorientasi kepada Efektifitas.
3. Berorientasi kepada Produktifitas.
4. Pengawasan dilakukan pada saat kegiatan berlangsung.
5. Pengawasan dilakukan karena sikap manusia yang tidak terlepas dari kesalahan.
6. Pengawasan dilakukan sesuai dengan proses dasar pengawasan yang harus diketahui dan ditaati.
Jenis-jenis pengawasan.
1. Pengawasan dari dalam adalah: Pengawasan yang dilakuakan oleh aparat atau unit dari organisasi
itu sendiri yang dibertundak atas nama pimpinan atau organisasi.
2. Pengawasan dari ektern adalah: Pengawasan yang dilakukan oleh organisasi yang dibentuk dari
luar organisasi dan bertindak untuk organisasi itu sendiri atau pimpinan dan biasanya permintaan
oleh perusahaan.
3. Pengawasan prepentif adalah: Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan atau
dikerjakan yang bertujuan untuk mencegah kesalan yang terjadi.
4. Pengawasan represif adalah: Pengawasan yang dilakuakan pad saat kegiatan itu sudah
berlangsung yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan pekrejaan.
Beberapa kegiatan sistem dalam pelaksanan Represif.
1. Sistem Komperatif.
a. Mempelajari laporan kemajuan dari pelaksanan pekerjaan dan dibandingkan jadwal rencana
pelaksanaan.
b. Membandingkan laporan –laporan hasil pelaksanan pekerjaan dengan rencana yang telah
diputuskan sebelumnya.
c. Adakah analisa terhadap perbedaan tersebut factor yang mempengaruhi.
d. Buatlah penilaian.
e. Buatlah keputusan terhadap usulan perbaikakannya maupun penyermpurnaan.
2. Sistem Preivikatif:
a. Tentukan ketentuan yang berhubungan dengan prosedur pemeriksaan.
b. Buatlah pemerikasaan secara priodik.
c. Pelajari laporan perkembangan dari hasil pelaksanaan.
d. Mengadakan penilaian.
e. Putuskan tindakan untuk membuat suatu keputusan.
3. Sistem Insepktif adalah: Mengecek kebenaran dari suatu laporan yang dibuat dari pihak petugas
pelaksanaan.
4. Sistem Investikatif adalah: Sistem yang dilakuakan dengan menitiberatkan terhadap penyelidikan
atau penelitian yang lebih dalam terhadap masalah yang bersifat negatif dan mengambil
keputusan.
CONTOH KASUS YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
1. Penurunan kualitas pelayanan publik (teridentifikasi dari adanya keluhan pelanggan / masyarakat)
seperti misalnya :
Beredarnya produk-produk makanan yang kurang memperhatikan standar kesehatan.
Banyak beredarnya obat-obat palsu, pemalsuan produk-produk kosmetik, pemalsuan alat
kesehatan dsb.
2. Terjadi penurunan pendapatan atau profit suatu perusahaan, namun tidak begitu jelas faktor
penyebabnya. Serta berkurangnya kas perusahaan, biaya yang melebihi anggaran dan adanya
penghamburan maupun inefisiensi dalam suatu perusahaan atau organisasi.
3. Ketidakpuasan pegawai (seperti misalnya adanya keluhan pegawai, produktifitas kerja yang
menurun, dan lain sebagainya), Banyaknya pegawai atau pekerja yang menganggur dan tidak
terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik, dsb.
Masalah ini sudah seharusnya menjadi tugas kita bersaman tidak hanya Pemerintah saja kita
sebagai masyarakat juga harus peka terhadap lingkungan sekitar, untuk masalah kesehatan
sebaiknya kita harus berhati-hati dalam membili produk-produk makanan, kosmetik, kesehatan
dsb, agar lebih amannya kita dapat membelinya di tempat-tempat yang sudah terpercaya hindari
belanja di took-toko atau warung-warung kecil usahakan membeli obat di apotk. Dan tugas
pemerintah adalah mengatur , membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan.
Diantara upaya kesehatan itu antara lain adalah pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pengamanan zat adiktif dan pengamanan makanan dan minuman. Pengamanan sediaan farmasi
dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan
oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
kemanan dan kemanfaatan. Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan disamping Pemerintah yang memberikan izin
terselenggaranya sarana kesehatan. Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap semua
kegiatan yang berkaitan dengan penyeleggaraan upaya kesehatan dan atau sarana kesehatan
baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah berwenang mengambil
tindakan administrative terhadap tenaga kesehatan dan atau sarana kesehatan yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang Kesehatan ini.
4. Berkurangnya kas perusahaan, biaya yang melebihi anggaran dan adanya penghamburan maupun
inefisiensi dalam suatu perusahaan atau organisasi serta terjadi penurunan pendapatan atau profit
suatu perusahaan.
Hendaknya suatu perusahaan melakukan analisa laporan keuangan dengan benar karena analisis
keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi
posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan
untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang. Agar biaya yang keluar tidak memenuhi anggaran dan lebih
afektif dan efisian maka suatu perusahaan atau organisasi harus menerapkan fungsi perencanaan
dan pengawasan dengan sebaik-baiknya. Dengan menetapkan pekerjaan yang sudah dilakukan,
menilai dan mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula.
5. Ketidakpuasan pegawai (seperti misalnya adanya keluhan pegawai, produktifitas kerja yang
menurun, dan lain sebagainya), tidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik, dsb.
Usahakan hubungan antara manager dan bawahan harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin
ada hubungan dua (2) arah antara manager dan bawahan, bukan hubungan searah dimana manager
terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan
bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu perusahaan maka akan
tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam menjalankan perusahaan. Jika kebanyakan anggota
organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi
kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan
memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana, sehingga pelaksanaan rencana akan baik jika
pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak
setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan
baik buruknya pelaksanaan suatu rencana dan pegawaipun bisa bekerja dengan baik dan memuaskan.
KESIMPULAN
Dalam melakukan sesuatu harus dengan perrencanaan dan pengawasan yang sangat matang
karena dengan adanya perencanaan maka suatu yang direncanakan akan terkordinir dengan baik
kedepannya dan juga harus adanya pengawasan dari pihak-pihak yang menyusun perencanaan
karena keduanya sangat perperan penting.
Mengapa POAC ? Karena POAC merupakan fungsi manajemen yang bersifat umum dan
meliputi keseluruan proses manajerial. Banyak para ahli menambah banyak pengertian dari
fungsi manajemen, namun diantara banyak tambahan tersebut, didalamnya sudah termasuk
keempat fungsi yang diperkenalkan oleh George R Terry, yakni Perencanaan,
Pengorganisasian, Penggerak dan Pengawasan.
Keempat fungsi manajemen tersebut dalam manajemen modern tidak berjalan linear, namun
spiral. Hal ini memungkinkan organisasi akan bergerak terus menerus dan tidak berhenti pada
satu tahap. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa siklus manajemen yang dilakukan oleh
suatu organisasi adalah merencanakan, mengorganisasi staf dan sumber daya yang ada,
melaksanakan program kerja, dan mengendalikan (pengawasan) jalannya pekerjaan. Di
dalam tahapan pengendalian dilakukan evaluasi untuk memperoleh umpan balik (feed
back) untuk dasar perencanaan selanjutnya, atau untuk perencanaan
kembali (replanning). Demikian seterusnya sehingga kegiatan fungsi-fungsi manajemen
tersebut merupakan suatu siklus spiral.
(Bentuk jalan proses fungsi manajerial)
PLANNING (PERENCANAAN)
Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk
mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan
sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala
keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan
langkah awal dalam proses manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas organisasi
kedepan, maka segala sumber daya dalam organisasi difokuskan pada pencapaian tujuan
organisasi.
Dalam melaksanakan perencanaan ada kegiatan yang harus dilakukan, yaitu
melakukan prakiraan (rencana) kegiatan organisasi dan penganggaran (budgeting). Prakiraan
berfungsi untuk menentukan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan kedepan oleh
organisasi sebagai upaya mencapai tujuan organisasi. Dalam melakukan prakiraan, haruslah
selalu memperhatikan tujuan organisasi, sumber daya organisasi dan juga melakukan suatu
analisis organisasi (bisa menggunakan SWOT) untuk mengetahui potensi internal dan
eksternal.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan perencanaan, yakni
harus SMART. SMART yaitu Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun
ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis. Measurable artinya program
kerja organisasi atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya
dapat dicapai. Jadi bukan hanya sekedar angan-angan dalam merencanakan dan tidak dapat
dilaksanakan. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan,
bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
Setelah merencanakan aktivitas organisasi secara sistematis dan terukur, maka perlu
juga melakukan perencanaan penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan. Prinsip dalam
melakukan perencanaan penganggaran,adalah mengunakan segala sumber daya keuangan
secara efesien dan se-efektif mungkin. Hal ini perlu direncanakan secara serius, agar
organisasi tidak melakukan pemborosan, keuangan, selain itu sekaligus juga melihat sumber-
sumber daya keuangan yang bisa diperoleh dari luar organisasi.
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan :
1. Analisis situasi & identifikasi masalah
Melakukan analisa dan identifikasi terhadap situasi organisasi dengan memperhatikan tujuan
organisasi. dalam melakukan analisa situasi dapat menggunakan teknik analisis SWOT
2. Menentukan skala prioritas
Setelah dianalisa dan mengidentifikasi masalah, maka perlu dilakukan penentuan skala
prioritas terhadap pelaksanaan kegiatan. Hal ini agar kebutuhan organisasi yang mendesak
didahulukan untuk menjamin keberlangsungan organisasi
3. Menentukan tujuan program
Agar pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi akan mengarah pada pencapaian tujuan
organisasi, maka dibutuhkan penentuan tujuan program, sehingga nantinya pelaksanaan
program dapat diukur capaiannya.
4. Menyusun rencana kerja operasional (termasuk didalamnya menyusun anggaran)
ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang
terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang dimiliki. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan keseluruhan proses memilih orang-
orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu
dalam organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian
tujuan program dan tujuan organisasi. Menurut George R. Terry, tugas pengorganisasian
adalah mengharmonisasikan kelompok orang yang berbeda, mempertemukan macam-macam
kepentingan dan memanfaatkan seluruh kemampuan kesuatu arah tertentu.
Dalam pengorganisasian kegiatan yang dilakukan yakni staffing (penempatan staf)
dan pemaduan segala sumber daya organisasi. Staffing sangat penting dalam
pengorganisasian. Dengan penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat dalam
organisasi, maka kelangsungan aktivitas organisasi tersebut akan terjamin. Fungsi pemimpin
disini adalah mampu menempatkan the right man in the right place. Pemimpin harus mampu
melihat potensi-potensi SDM yang berkualitas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan
aktivitas roda organisasi. Setelah menempatkan orang yang tepat untuk tugas tertentu, maka
perlu juga mengkoordinasikan dan memadukan seluruh potensi SDM tersebut agar bekerja
secara sinergis untuk mencapai tujuan organisasi.
Langkah-langkah Pengorganisasian :
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. (Menjelaskan keseluruh staff tentang
tujuan organisasi yang harus dicapai)
Mendistribusi pekerjaan ke staff secara jelas. (Mendudukan orang-orang yang
berkompetensi pada posisi tepat. Dan jangan sampai ada posisi strategis yang kosong, karena
akan berpengaruh pada keseluruan pencapaian organisasi)
Menentukan prosedural staf. (Menentukan cara kerja dan evaluasi para staff,
sertapunishment dan reward yang diterima. Selain itu juga menjelaskan tentang garis
koordinasi dan sinergitas dalam organisasi, sehingga seluruh posisi dipadukan untuk menuju
tujuan organisasi)
Mendelegasikan wewenang. (Berani untuk mendelegasikan wewenang sesuai dengan
tugas dan fungsi tiap-tiap staff)
ACTUATING (PENGGERAKAN)
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu maka semua Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Setiap
pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi
yang telah ditetapkan. Inti dari Actuating adalah menggerakkan semua anggota kelompok
untuk bekerja agar mencapai tujuan organisasi.
Dalam mengimplementasikan aktivitas organisasi, pelaku organisasi harus :
1. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
2. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka sendiri,
3. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau
mendesak,
4. Tugas yang diberikan cukup relevan,
5. Hubungan harmonis antar rekan kerja.
Actuating (penggerakan) meliputi kepemimpinan dan koordinasi. Kepemimpinan yakni gaya
memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya
organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan program dan organisasi. Sedangkan
koordinasi yakni suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam
suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya pengoordinasian dapat dihindari
kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan kesimpangsiuran di dalam bertindak
antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan. Koordinasi ini mengajak semua
sumber daya manusia yang tersedia untuk bekerjasama menuju ke satu arah yang telah
ditentukan.
Pekerjaan memimpin meliputi lima kegiatan yaitu :
Mengambil keputusan
Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara pemimpin dan bawahan.
Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka
bertindak.
Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya secara tepat
Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam
usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalam memimpin ada kegiatan direction (perintah) dan motivasi. Perintah adalah petunjuk
atau penjelasan kerja, serta pertimbangan dan bimbingan, terdapat para pelaku organisasi
yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional, agar pelaksanaan tugas dapat
berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya direction (perintah) seringkali dilakukan
bersamaan dengan controlling. Jika perintah yang disampaikan pemimpin sesuai dengan
kemauan dan kemampuan dari staff, maka staff pun akan termotivasi untuk memberdayakan
potensinya dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Sedangkan motivasi dapat dilakukan
dengan cara mejadikan staff sebagai rekan kerja, serta memberikan reward (penghargaan)
apabila staff bekerja secara baik.
Tujuan Actuating (Penggerakan) adalah :
Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
Mengembangkan kemampuan & keterampilan staf
Menumbuhkan rasa memiliki & menyukai pekerjaan
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi & prestasi
kerja staf
Membuat organisasi berkembang secara dinamis.
CONTROLLING (PENGENDALIAN/ PENGAWASAN)
Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program dan
aktivitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila perlu dapat mengadakan koreksi.
Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan kejalan yang tepat dengan
maksud pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling adalah proses
memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan tujuan organisasi dan program kerja maka
dibutuhkan pengontrolan, baik dalam bentuk pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata
tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak
dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat
segera dilakukan antisipasi, koreksi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi,
kondisi dan perkembangan lingkungan sekitar organisasi.
Proses pengawasan sebagai bagian dari pengendalian akan mencatat perkembangan
organisasi kearah tujuan yang diharapkan dan memungkinkan pemimpin mendeteksi
penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif
sebelum terlambat. Melalui pengawasan yang efektif, terhadap aktivitas organisasi, maka
upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Manfaat pengawasan :
Dapat mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan
Dapat mengetahui adanya penyimpangan
Dapat mengetahui apakah waktu & sumber daya mencukup
Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
Dapat mengetahu staff yang perlu diberikan penghargaan/promosi
Proses controlling meliputi :
1. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai dengan melaksanakan evaluasi
terhadap kinerja serta kompetensi SDM yang dimiliki,
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar.
Kembali membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan tujuan awal (rencana) kegiatan
tersebut dilaksanakan, dan mengukur capaian keberhasilannya,
4. Melakukan tindakan perbaikan.
Jika ada kesalahan atau penyimpangan, segera melakukan perbaikan,
5. Meninjau dan menganalisis ulang rencana.
Kembali membuat rencana baru jika terjadi penyimpangan. Namun jika hasilnya sesuai
dengan tujuan program, maka perlu dibuatkan rencana lanjutan untuk melanjutkan program
yang berhasil tersebut, sehingga tujuan organisasi semakin dekat untuk dicapai.
Pengawasan dibedakan menurut sifat dan waktunya :
1. Preventive control
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Pemimpin mengawasi
perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan hingga persiapan yang dilakukan, termasuk
rekruitmen anggota
2. Repressive control
Pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan berlangsung, dengan mengawasi hasil yang dari
pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi dan laporan yang didapatkan (melakukan pengukuran
capaian hasil)
3. Pengawasan saat proses dilakukan
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan proses, sehingga langsung mengikuti proses
dan mengadakan korkesi jika ada penyimpangan
4. Pengawasan berkala
Pengawasan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan (bisa 1
bulan sekali, 2 atau 3 bulan)
5. Pengawasan mendadak (sidak)
Pengawasan yang dilaksanakan mendadak untuk melihat kinerja staff sehari-hari dan
menghindari terjadinya penyimpangan
6. Pengawasan Melekat (waskat)
Pengawasan yang dilakukan secara dekat terhadap staff, hal ini sering dilakukan untuk
tujuan-tujuan yang spesifik dan bersifat khusus, sehingga menghindarkan sekecil-kecilnya
terjadi penyimpangan atau kesalahan
Kegiatan-kegiatan yang juga termasuk dalam kegiatan controlling termasuk adalah
evaluasi dan pelaporan. Evaluasi merupakan suatu penilaian terhadap hasil pelaksanaan
kegiatan atau program. Dalam melakukan evaluasi haruslah menyeluruh, mencakup capaian
tujuan kegiatan, kinerja staff, pengetahuan staff, efektifitas dan efesiensi penganggaran dan
proses kegiatan. Sedangkan pelaporan merupakan penyampaian perkembangan hasil kegiatan
atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi-
fungsi kepada pemimpin yang lebih tinggi.
Controlling akan mengarahkan seluruh potensi organisasi yang terlibat agar tidak
melakukan penyimpangan dalam pencapaian tujuan. Untuk itu controlling haruslah dilakukan
secara bertanggung jawab dan dengan standar organisasi, sehingga pelaku-pelaku organisasi
tetap bekerja secara maksimal dan fokus pada pencapaian tujuan organisasi.
Penutup
Fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
(pengawasan) merupakan kekuatan para pemimpin dalam melaksanakan fungsi manajerial
organisasi. Jika seorang pemimpin mampu secara baik merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan organisasi serta segala sumber daya yang ada didalamnya, maka tujuan dari
organisasi akan dengan mudah tercapai. Dan pemimpin tersebut akan menjadi pemimpin
yang seutuhnya karena bukan saja hanya mampu menciptakan misi/ visi organisasi, namun
juga berhasil menjalankan aktivitas manajerial dalam kehidupan berorganisasi. Untuk itu
jadilah pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan dan kemampuan melaksanakan
fungsi manajerial, sehingga tujuan organisasi bisa didaratkan dalam pelaksanaan aktivitas,
dan tidak hanya berada diatas kertas program
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa
pelayanan sosial di bidang medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah sakit memiliki
keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis , usaha rumah sakit juga
nemiliki misi sosial, disamping pengelolaan rumah sakit juga sangat tergantung pada
status kepemilikan Rumah Sakit. Misi Rumah Sakit tidak terlepas dari misi layanan
sosial. Namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan Rumah Sakit tetap terjadi
konflik kepentingan dari berbagai pihak. Konflik kepentingan berbagai pihak ini dapat
bersumber dari klasifikasi organisasi Rumah Sakit. Klasifikasi organisasi dibedakan
menjadi dua, yaitu organisasi bisnis dan organisasi non bisnis.
Rumah Sakit pemerintah lebih tepat sebagai klasifikasi non bisnis, namun
Rumah Sakit swasta tidak seluruhnya diklasifikasikan dalam kelompok non bisnis.
Beberapa rumah sakit masih memiliki kualitas jasa layanan yang masih sangat
memprihatinkan. Hal ini antara lain disebabkan karena keterbatasan sumber daya
baik sumber daya finansial maupun sumber daya non finansial. Tuntutan
peningkatan kualitas jasa layanan membutuhkan berbagai dana investasi yang tidak
sedikit. Kenaikan tuntutan kualitas jasa layanan rumah sakit harus dibarengi dengan
profesionalisme dalam pengelolaannya. Perkembangan pengelolaan Rumah Sakit,
baik dari aspek manajemen maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai
tuntutan dari lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan internal. Tuntutan eksternal
antara lain adalah dari para stakeholder bahwa Rumah Sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya pelayanan kesehatan
terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan dari pihak
internal antara lain adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan
masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme
pasar,
perilaku ekonomis, sumber daya professional dan yang tidak kalah penting adalah
perkembangan teknologi. Rumah sakit kepemerintahan yang terdapat di tingkat
pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut.
Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit
pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah
ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke
atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat,dan rumah sakit dituntut untuk
secara mandiri mengatasi masalah tersebut.
Peningkatan biaya kesehatan ini menyebabkan fenomena tersendiri bagi
rumah sakit pemerintahan karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan
kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah. Akibantnya rumah sakit pemerintah
diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu. Rumah sakit pemerintah
menghadapi dilema antara misi melayani masyarakat kelas menengah ke bawah
dan adanya keterbatasan sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang
harus dihadapi. Kondisi tersebut akan mengakibatkan rumah sakit pemerintah
mengalami kebingungan apakah rumah sakit dijadikan sebagai lembaga birokrasi
dalam sistem kesehatan ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang tidak
birokratis.
B. PERMASALAHAN
Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan pada makalah ini adalah:
A. Penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta
B. Perbandingan dan Analisis Biaya Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit
Swasta
C. Sumber pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta
D. Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Pelayanan Kesehatan
Konsep dan Batasan
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Perbedaan Penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah
Sakit Swasta
2. Mengetahui Perbandingan dan Analisis Biaya Rumah Sakit Pemerintah dan
Rumah Sakit Swasta
3. Mengetahui Sumber pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit
Swasta
4. Mengetahui Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Pelayanan Kesehatan
Konsep dan Batasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta
Rumah Sakit adalah Sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif) dan pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitasi) secara paripurna.
Menurut WHO (World Health Organization) Rumah Sakit adalah organisasi
terpadu dari bidang sosial dan medik yang berfungsi sebagai pusat pemberi
pelayanan kesehatan, baik pencegahan penyembuhan dan pusat latihan dan
penelitian biologi-sosial.
Rumah Sakit adalah suatu fasilitas umum (public facility) yang berfungsi
sebagai pusat pelayanan kesehatan meliputi pencegahan dan penyembuhan
penyakit, serta pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan secara
paripurna.
a. Berdasarkan Kepemilikan dan Penyelenggaraan
1. Rumah Sakit Pemerintah
Rumah sakit yang dibiayai, dipelihara, dan diawasi oleh Departemen Kesehatan,
Pemerintah Daerah, ABRI, dan departemen lain, termasuk BUMN. Misalnya Rumah
Sakit Umum Pusat, Provinsi, Kabupaten dan lokal. Usaha ini dijalankan berdasarkan
usaha sosial.
2. Rumah Sakit Swasta
Rumah sakit yang dijalankan oleh suatu yayasan atau swata lain yang umumnya
juga berdasarkan sosial serta tujuan ekonomi (mencari keuntungan).
b. Persyaratan Penyelenggaraan Rumah Sakit
Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.
Pada dasarnya, peraturan yang dilakukan pada kedua jenis rumah sakit tersebut
sama, namun ada beberapa peraturan yang membedakannya. Misalnya
penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk memberikan pelayanan
penyembuhan penyakit, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pemulihan kesehatan individu yang bermutu, efisien, efektif, dan merata; Rumah
sakit wajib mempunyai ruangan untuk penyelenggaraan rawat jalan, rawat inap
minimal 25 tempat tidur, rawat darurat, penunjang medik dan non-medik; Kelas
pelayanan rumah sakit terdiri dari kelas VIP, kelas I, kelas II, kelas III.
c. Berikut adalah perbedaan persyaratan penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah
dan Rumah Sakit Swasta.
a) Pemerintah
Rumah sakit pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh:
1. Departemen Kesehatan
2. Pemerintah Daerah
3. ABRI
4. Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
b) Swasta
1. Rumah sakit swasta diselenggarakan berasaskan kemandirian dengan prinsip
wirausaha dengan tetap melaksanakan fungsi sosial.
2. Kepemilikan rumah sakit berbentuk yayasan, Perseroan Terbatas (P.T), koperasi
dan atau badan hokum lainnya.
3. Rumah sakit swasta harus memenuhi persyaratan standar bangunan, prasarana,
dan peralatan sesuai dengan jenis dan klasifikasi rumah sakit, meliputi :
Lokasi atau letak bangunan prasrana harus sesuai dengan rencana umum tataruang
dan terhindar dari pencemaran.
Bangunan, prasarana, peralatan, harus dalam kondisi terpelihara dan memenuhi
standar keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan kerja.
Memenuhi persyaratan teknis bengunan, prasarana, peralatan, dan dampak
lingkungan internal dan eksternal.
Peralatan medik harus memenuhi persyaratan pengujian/kalibrasi.
4. Rumah sakit swasta dalam memberikan pelayanan harus menjamin hak-hak
pasien.
5. Rumah sakit swasta wajib menyelenggarakan peningkatan mutu pelayanan yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
6. Rumah sakit swasta wajib mempunyai komite medik dan komite keperawatan.
7. Rumah sakit swasta wajib merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih mampu
pelayanannya apabila rumah sakit tersebut tidak mampu menangani pasien
tersebut.
8. Bentuk pelayanan rumah sakit swasta adalah rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus.
9. Rumah sakit khusus swasta diklasifikasikan menjadi rumah sakit khusus swasta
pratama dan madya.
10. Setiap rumah sakit swasta wajib melaksanakan fungsi sosial.
11. Rumah sakit swasta yang dimiliki yayasan, perhimpunan, perkumpulan sosial, dan
rumah sakit BUMN yang melayani pasien umum minimal 25%, dan rumah sakit
swasta yang dimiliki pemilik modal minimal 10 %.
B. Perbandingan dan Analisis Biaya Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit
Swasta
Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk
menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu
pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapah (target)/output tertentu
a. Pembagian biaya berdasarkan hubungan dengan volume produksi
1. Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah
produksi/jasa dan waktu pengeluarannya, biasanya lebih dari satu tahun.
2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya tergantung dari jumlah
produksi / jasa. Biaya tidak tetap biasanya berupa biaya oprasional yang habis
dikeluarkan selama satu tahun.
3. Semi Variabel Cost adalah biaya yang memiliki sifat antara fixed cost dan variabel
cost (Gani,1996)
b. Biaya berdasarkan biaya satuan (Unit cost)
Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk setiap satu satuan produk pelayanan.
Biaya satuan didapatkan dari pembagian antara biaya total (Total Cost = TC)
dengan jumlah produk (Quantity = Q). Dengan demikian tinggi rendahnya biaya
satuan suatu produksi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya biaya total, tetapi juga
dipengaruhi oleh besarnya biaya produk
c. Analisis Biaya Rumah Sakit
Analisis biaya rumah sakit adalah suatu kegiatan menghitung biaya rumah sakit
untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan baik secara total maupun per unit
atau perpasien dengan cara menghitung seluruh biaya pada seluruh unit pusat biaya
serta mendistribusikannya ke unit-unit produksi yang kemudian dibayar oleh pasien
(Depkes, 1977).Menurut Gani (1996), analisis biaya dilakukan dalam perencanaan
kesehatan untuk menjawab pertanyaan berapa rupiah satuan program atau proyek
atau unit pelayanan kesehatan agar dapat dihitung total anggaran yang diperlukan
untuk program atau pelayanan kesehatan.Dalam perhitungan tarif dirumah sakit
seluruh biaya dirumah sakit dihitung mulai dari :
1. Fixed Cost
Fixed cost atau biaya tetap ini terdiri dari :- Biaya Investasi gedung rumah
sakit- Biaya peralatan Medis- Biaya peralatan Medis- Biaya Kendaraan (Ambulance,
Mobil Dinas, Motor, dll)
2. Semi Variabel cost
Gaji Pegawai- Biaya Pemeliharaan- Insentif- SPPD- Biaya Pakaian Dinas dll
3. Variabel Cost
Biaya BHP Medis / Obat- Biaya BHP Non Medis- Biaya Air- Biaya Listrik Biaya
Makan Minum Pegawai dan pasien- Biaya Telepon- dll
d. Manfaat analisis biaya
Manfaat utama dari analisis biaya ada empat yaitu (Gani,A.2000).a. PricingInformasi
biaya satuan sangat penting dalam penentuan kebijaksanaan tarif rumah sakit.
Dengan diketahuinya biaya satuan (Unit cost), dapat diketahui apakah tarif sekarang
merugi, break even, atau menguntungkan.
Dan juga dapat diketahui berapa besar subsidi yang dapat diberikan pada unit
pelayanan tersebut misalnya subsidi pada pelayanan kelas III rumah
sakit.b. Budgeting /PlanningInformasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit
produksi dan biaya satuan (Unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit, sangat
penting untuk alokasi anggaran dan untuk perencanaan anggaran.c. Budgetary
controlHasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor dan mengendalikan
kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya mengidentifikasi pusat-pusat biaya (cost
center)yang strategis dalam upaya efisiensi rumah sakitd. Evaluasi dan Pertanggung
Jawaban Analisis biaya bermanfaat untuk menilai performance keuangan RS secara
keseluruhan, sekaligus sebagai pertanggungan jawaban kepada pihak-pihak
berkepentingan.
C. Sumber-sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan :
Dalam konteks pengembangan sumber pendanaan rumah sakit
perlu diperhatikan mengenai peran swasta yang besar. Secara
konseptual peran swasta sebagai sumber pendanaan diwujudkan dalam
berbagai kegiatan. Dengan adanya
program pengembangan mutu rumah sakit pemerintah diharapkan masyarakat
atau swasta menggunakan rumah sakit pemerintah untuk mencari pengobatan.
Pada sisi lain, berbagai sumber pendanaan
pemerintah mungkin akan dikontrakkan keperusahaan swasta (Kotak2), misalnya
untuk promosi kesehatan ataupun kebersihan lingkungan. Polakontrak keluar ini pe
rlu diperhatikan karena cara yang baik untuk menghindari keadaan over-load
padalembaga pelayanan kesehatan
pemerintah atau Dinas Kesehatan (Dinkes). Akibat keterbatasan subsidipemerintah
saat ini semakin banyak
Pelaksanaan Program
Pemerintah Swasta
Pemerintah
Subsidi untukrumah sakitpemerintah atau bagi orang miskindi rumah sakit pemerintah
1
Kontrak ke perusahaanswasta
2
Swasta Dana dari swasta dipergunakanuntuk pelayanan kesehatan pemerintah
Perusahaan swastamengerjakan pesanan darimasyarakat untuk pelayanankesehatan
4
Pe pendanaanProgram
Peran Swasta dalam Pelayanan Kesehatan dana masyarakat yang dilaksanakan
oleh rumah sakit pemerintah. Dengan demikian ada gerakan dari kotak 1 ke kota
k 3. Hal ini yang menyebabkan semakinbesarnya pengaruh mekanisme pasar di r
umah sakit pemerintah. Dana yang didapat dari masyarakatdiper gunakan
oleh sistem manajemen rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah
sakit dengan cara memperbaiki mutu pelayanan, memperluas bangsal VIP,
dan mengeluarkan berbagai produk
pelayanan baru. Dengan cara ini diharapkan akan semakin banyak dana
masyarakatmasuk ke rumah sakit pemerintah sehingga rumah
sakit mampu meningkatkan motivasi sumber dayamanusianya serta
meningkatkan mutu pelayanannya.
a. Pemerintah
1. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari :
- Pendapatan pajak secara umum
- Deficit Financing (Pinjaman dari luar negeri)
- Pendapatan Pajak penjual
2. Asuransi Sosial
Berdasarkan alokasi / pengelolaan anggaran, pembiayaan kesehatan berasal dari :
- Pemerintah pusat :
- Pemerintah daerah tingkat I
- Pemerintah daerah Tingkat II
3. Departemen Kesehatan :
Sumber dana yg ada :
- APBN – DIP (Daftar Isian Proyek)
- APBN – DIK(daftar Isian Kegiatan)
- RKAP
- OPRS
- INPRES
4. Non Departemen Kesehatan
5. SDO (Departemen Keuangan)
b. Swasta
Pembiayaan pelayanan kesehatan dilakukan dari berbagai sumber Pembiayaan
pegawai oleh perusahaan
1. Asuransi kesehatan swasta
2. Sumbangan social
3. Pengeluaran Rumah Tangga
4. Communal Selp-help
D. Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Pelayanan Kesehatan
Konsep dan Batasan
1. Defisi swasta di bidnng kesehatan :
Semun organisasi dan individu yang dalam melaksakan kegiatannya tidak langsung
dikendalikan oleh Pemerintah. Ini termasuk perusahaan swasta dan individu yang
mencari untung (for-profit) serta organisasi swasta yang tidak . mencari untung (non-
profit) (WHO, Mexico 1991)
a. Peranan Swasta dan Pemerintah Tujuh item yang menjadi issue:
- Pemerataan (equity)
- Efesiensi operasional
- Efesiensi alokatif
- Acceptability oleh consumer
- Acceptability oleh provider
- Kelayakan administrasi
- Acceptability secarn politis
b. Tujuh kemungkinan peran swasta :
- Kontrak kegiatan tertentu pada swasta
- Mendorong pengembangnn JPKM
- Sesuaikan tarif untuk meningkatkan pendapatan.
- Membayar swasta sesuai dengan mutu di Pemerintah
- Kembangkan asuransi swasta nasional
- RS Swadana (Autonomy)
- Swasta ikut bertanggung jawab atas biaya pendidikan.
c. Swastanisasi
Swastanisasi atau privatisasi adalah strategi atau kebijakan Pemerintah untuk
mengalihkan pelaksanaan upaya dan pelayanan kesehatan serta pembiayaannya
dari Pemerintah ke swasta. Pengalihan bisa total atau sebagian.
2. Asumsi dan Ekspektasi
a. Mobilisasi Sumber Daya
Fakta menunjukan bnhwa dana yang bersumber dari masyarakat dan swasta,
jumlahnya cukup besar (65-35%). Dana yang besar ini diharapkan akan bisa
membantu memikul tanggung jawab sosial secara langsung. Kesuksesan sektor
swasta dalam membantu memobilisasi dana tergantung dari beberapa kondisi
- Jumlnh tenaga kesehatan Dengn berkembangnya swasta, tenaga terampi) yang
jumlahnyn terbatas di sektor pemerintah akan berkurang (terjadi di Meksiko dan
Malaysia)\
- Intervensi Pemerintah Kalau tidak ada intervensi, bisa terjadi kenaikan total biaya
kesehatan, tetapi volume pelayanan akan tetap atau bahkan menurun
b. Kompetisi dan Efesiensi
Dalam mekanisme pasar bebas, persaingan akan mendorong efesiensi. Ini akan
terjadi dalam sistem pasar yang berfungsi baik, yang memenuhi syarat-syarat
tertentu :
- Mekanisme harga di pasar memerlukan informasi biaya produksi secara tepat dan
cepat. Di negara maju, kebanyakan informasi ini sudah tersedia, tetapi di sebagian
negara berkembang, informasi ini masih sangat terbatas.
- Persyaratan dimana supplier dalam jumlah yang banyak dan dapat masuk dan
keluar dengan mudah. Dalam kenyataan, sulit untuk masuk dan keluar dari sistem di
sektor kesehatan, sehingga yang terjndi bukan “free competition”, tetapi oligopoli,
bahkan monopoli di daerah tertentu.
- Consumer choices. Kondisi pasar sempurna memungkinkan konsumer untuk
memilih yang terbaik dari banyak Iayanan kesehatan, dam konsumer jugn
mengetnhui kualitas barang yang dibelinya.
Untuk itu konsumer harus mengetahui variasi harga dan kualitas barang yang
tersedin di pasar. Tetapi Karena salah satu ciri jasa kesehatan adalah consumer
ignorance, maka permi ntaan yang terjadi adalah permintaan yang diwakilkan oleh
provider, sehingga terjadi mekanisme pasar tidak sempurna.
c. Keseimbangan pasar dan pemerataan Keseimbnngan pasar dan pemerataan
adalah tidak berhubungan. Jadi keseimbangan pasar hanya mencerminkan
keseimbangan harga atas harga yang ditawarkan dan diminta konsumen. Pada
tingkat harga keseimbangan ini, ada sebagian konsumer yang mempunyai
kemampuan di bawah titik keseimbangan tersebut. Contoh di A5, 35 juta orang tidak
mampu menjangkau hargn premi asuransi kesehatan
d. Kualitas Fakta : Kualitns di sektor pemerintah sangat rendah. Keluhan terdapat
dalam layanan kesehatan, Iayanan penunjang medik, layanan administrasi, layanan
tranportasi, dll. Ekspektasi : peningkatan kualitas Iayanan kesehatan. Definisi
layanan kesehatan yang berkualitns :
- Kualitas dari aspek medis harus adekwat (tidak lebih dan tidak kurang) Swasta for
profit : cenderung untuk memberi Iayanan berlebihan (untuk pembayaran fee for
service) atau kurang (kapitasi).
- Kualitas dari aspek non medis (convenience dan amenities) meliputi waktu tunggu,
administrasi, kebersihan, keramahan, kenyamanan.
- Kualitas dari aspek aksesibilitas For profit :Target pada pangsa pasar dengan
kemampuan tinggi
3. Motivasi dan Perilaku Swasta
a. Non for profit
Tujuannya adalah memaksimalkan benefit sosial dari pelayananya. Ada dua :
- Yang mendapati subsidi
1. Yang tidak mendapatkan subsidi
Sumber subisi :
- Badan atau organisasi internasional
- Sumber dana domestik (jumlah sedikit)
2. Subsidi mencnngkup :
- Seluruh/sebagian komponen biaya (investasi, oprasional, dan pemeliharaan )
- Ada keterbatasan hanya subisi investnsi
3. Ciri-ciri :
- Tarif biasanya di bawah biaya satuan
- Tnrif di atas biaya sntuan digunakan untk subsidi silang
- Sasaran pelayanan ke pemukiman kumuh, daerah tertinggal
b. For Profit Tujuan adalah memaksimalkan ospek ” return on investment “, karena itu
sektor for profit selalu memperhatikar : jumlah, jenis dan lokasi layanan kesehatan.
Biasanya sektor ini menawarkan sistem yang eksklusif dalam tenaga, peralatan,
medis, peralatan pendukung, dan juga biayanya. Konsumennya : mampu dan
menginginkan kualitas yang tinggi. Tetapi ada fenomena ” supply induced demand ”
dimana biaya investasi dan oprasional dibiayai dengnn uang pinjamnn bank,
sehinggn menunjang untuk melakukan ” unnecessary procedures”
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Rumah Sakit adalah Sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif) dan pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitasi) secara paripurna.
2. Rumah Sakit Pemerintah yang dibiayai, dipelihara, dan diawasi oleh Departemen
Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI, dan departemen lain, termasuk BUMN.
Misalnya Rumah Sakit Umum Pusat, Provinsi, Kabupaten dan lokal. Usaha ini
dijalankan berdasarkan usaha sosial.
3. Rumah Sakit Swasta adalah Rumah Sakit yang dijalankan oleh suatu yayasan
atau swata lain yang umumnya juga berdasarkan sosial serta tujuan ekonomi
(mencari keuntungan).
4. Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk
menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu
pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapah (target)/output tertentu
Pembagian biaya berdasarkan hubungan dengan volume produksi Biaya tetap
( fixed cost ) Biaya variabel (variable cost) Semi Variabel Cost
5. Rumah Sakit swasta dan individu yang mencari untung (for-profit) serta organisasi
swasta yang tidak . mencari untung (non-profit)
B. SARAN
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik
maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan
kedepan.
OBAT PUBLIK
Pada tanggal 20-23 Mei 2015 telah dilaksanakan Rapat Konsultasi Teknis
Program Oblik dan Perbekalan Kesehatan yang berlangsung di Hotel
Sahid, Solo. Acara ini diikuti oleh perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi
seluruh Indonesia dan peserta lintas program serta menghadirkan
berbagai narasumber antara lain Direktur Bina Oblik dan Perbekes, Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK), Kementerian Dalam Negeri,
Sesditjen Bina Gizi dan KIA serta Guardian Y. Sanjaya dari SIMKES
Fakultas Kedokteran UGM.
Rakontek tersebut mengangkat tema Pemantapan Pelaksanaan Program
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam mendukung ketersediaan
obat di era JKN yang sejalan dengan tema Rapat Konsultasi Nasional yang
telah diadakan Ditjen Binfar beberapa waktu lalu. Materi yang diangkat
pada pertemuan ini antara lain mengenai Tata laksana pemantauan
indikator, kebijakan pemanfaatan dana kapitasi di fasilitas kesehatan
tingkat primer, Implementasi Undang-undang nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, dukungan obat dan perbekes dalam
rangka penurunan AKI, AKB dan prevalensi gizi buruk di 9 provinsi
prioritas, serta pemantapan penerapan e-logistik.
“Kewajiban dalam menjamin ketersediaan obat dan vaksin tidak hanya
menjadi kewajiban Pemerintah Pusat, akan tetapi merupakan kewajiban
semua tingkat Pemerintahan sesuai dengan kewenangannya. Obat dan
vaksin Program Kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Pusat melalui
APBN tidak akan berarti apabila tidak tersedia pada fasilitas kesehatan
pada waktu dibutuhkan. Peningkatan koordinasi yang lebih baik antara
kita semua sangat dibutuhkan untuk menjamin obat dan vaksin tersedia
pada fasilitas kesehatan dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang
dibutuhkan”, demikian disampaikan Dirjen Binfar dan Alkes, Dra.Maura
Linda Sitanggang, PHd, dalam arahannya pada saat Pembukaan acara.
Dipaparkan oleh ibu Dirjen bahwa arah kebijakan Program Kefarmasian
dan Alat Kesehatan adalah: 1) Penguatan pelayanan kefarmasian sebagai
pilar pelayanan kesehatan, 2) Pendekatan rantai suplai untuk menjamin
aksesibilitas, 3) Regulasi dan pembinaan berbasis risiko. Arah kebijakan
tersebut selanjutnya dituangkan dalam berbagai kegiatan, dengan
berfokus pada sasaran strategis untuk mencapai tujuan program, yaitu: 1)
Terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas, 2)
Terwujudnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional, dan alat
kesehatan, serta 3) Terjaminnya alat kesehatan dan PKRT yang
memenuhi syarat di peredaran. Ketiga tujuan ini tidak bisa berdiri sendiri,
saling berkaitan. Namun pada kesempatan ini tujuan yang pertama, yaitu
terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas
tentunya menjadi fokus utama. Ketersediaan obat dan vaksin atau dari
sisi negatifnya, kekosongan obat dan vaksin merupakan issue yang selalu
mengemuka saat berbicara mengenai pelayanan kesehatan. Apalagi jika
dikaitkan dengan sistem pengadaan secara elektronik/e-purchasing yang
saat ini telah memasuki implementasi pada tahun ketiga.
Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Dra.Engko Sosialine,
Apt, menyampaikan bahwa fokus program antara lain menjamin
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, standarisasi harga obat,
persiapan dan implementasi one gate policy dalam manajemen tata kelola
obat serta implementasi e-monev katalog dan e-logistik obat. Dalam
Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
dijelaskan bahwa tugas Pusat adalah menyediakan obat, vaksin, alkes dan
suplemen kesehatan program nasional. Sementara melalui Dana DAK sub
bidang pelayanan kefarmasian salah satu yang dapat dibiayai adalah
penyediaan pbat dan perbekkes di daerah. Walaupun penyediaan obat
dapat didanai oleh DAK, namun yang penting adalah bagaimana Daerah
dapat menganggarkan sendiri Dana penyediaan obat pelayanan
kesehatan dasar di daerah.
Puskesmas dapat manfaatkan dana kapitasi
Sementara itu, Kepala P2JK menyampaikan mengenai pemanfaatan dana
kapitasi di Puskesmas di Era JKN. Sebanyak 143 juta penduduk telah
tercatat menjadi peserta JKN, dengan porsi terbesar adalah kelompok
peserta mandiri. Dalam Pasal 6 Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003
disebutkan bahwa gubernur dan bupati memiliki otoritas dalam
Pengelolaan keuangan daerah. Dalam Perpres nomor 32 tahun 2004
definisi Kas Daerah diperluas tidak sebatas RKUD tetapi termasuk di
Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP sepanjang ditetapkan oleh
Kepala Daerah, sehingga dalam hal ini dana kapitasi dapat langsung
diterima dan dimanfaatkan oleh FKTP.
Dalam Permenkes nomor 19 Tahun 2014 disebutkan bahwa pengaturan
penggunaan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk jasa
pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional ditujukan bagi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah daerah yang
belum menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum
daerah (BLUD). Dana Kapitasi digunakan seluruhnya untuk jasa pelayanan
kesehatan (Jaspel) meliputi Jaspel perorangan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan, dan Jasa pelayanan kesehatan
(jaspel) meliputi jaspel perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan. Jaspel di FKTP di tetapkan sekurang
kurangnya 60%dari total kapitasi yg diterima dan sisanya untuk
Operasional Pelayanan Kesehatan Lainnya.
Pengadaan obat, alkes dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan
melalui SKPD Dinas Kesehtan dengan mempertimbangkan ketersediaan
obat alat kesehatan dan BMHP yang dialokasikan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah. Belanja obat, BHP dan alkes dilaksanakan sesuai
dengan Permenkes 63/2014 serta peraturan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
FKTP harus dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Mekanisme penyediaan obat dalam rangka pelayanan JKN sebagai
berikut:
1. SKPD, FKTP dan FKRTL menyampaikan rencana kebutuhan obat
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
2. PPK menetapkan Daftar Pengadaan Obat sesuai kebutuhan dan
ketersediaan anggaran
3. Daftar Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue)
4. Daftar Pengadaan Obat diluar Katalog Elektronik (E-Catalogue)
5. PPK selanjutnya meneruskan Daftar Pengadaan Obat berdasarkan
Katalog Elektronik yang telah ditandangani ke Pokja ULP/Pejabat
Pengadaan
6. Pokja ULP/Pejabat Pengadaan akan memproses pengadaan Obat ke
penyedia Obat/Industri Farmasi.
7. Setelah ada persetujuan dari Penyedia Obat/Industri Farmasi,
kemudian diteruskan oleh Pokja ULP/Penjabat Pengadaan kepada PPK
untuk ditindak lanjuti.
8. Pengadaan obat, alkes dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan
melalui SKPD Dinas Kesehtan dengan mempertimbangkan
ketersediaan obat alat kesehatan dan BMHP yang dialokasikan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah. Belanja obat, BHP dan alkes
dilaksanakan sesuai dengan Permenkes 63/2014 serta peraturan
perUUan yang berlaku. Proses administrasi dilakukan di Dinkes. Kepala
Puskesmas sebagai PPK (Perpres 32) meminta pengadaan obat kepada
Dinkes (Pokja ULP)
Analisis ABC dan VEN
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien.
Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan
dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam
suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu
yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan
pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
Manajemen obat di rumah sakit merupakan salah satu unsur
penting dalam fungsi manajerial rumah sakit secara keseluruhan, karena
ketidak efisienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit
baik secara medis maupun secara ekonomis. Tujuan manajemen obat di
rumah sakit adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat
dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu yang terjamin dan
harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan yang bermutu.
Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang
merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4
fungsi dasar yaitu, seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi
serta penggunaan.
Tersedianya berbagai macam obat di pasaran, membuat para
dokter tidak mungkin up to datedan membandingkan berbagai macam
obat tersebut. Produk obat yang sangat bervariasi juga menyebabkan
tidak konsistennya pola peresepan dalam suatu sarana pelayanan
kesehatan. Hal ini akan menyulitkan dalam proses pengadaan obat.
Disinilah letak peran seleksi dan perencanaan obat.
Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari
meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi
pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan
memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran
aktif apoteker dalam PFT untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta
jaminan purna transaksi pembelian.
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi,
Kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
Perencanaan yang telah dibuat harus dilakukan koreksi dengan
menggunakan metode analisis nilai ABC untuk koreksi terhadap aspek
ekonomis, karena suatu jenis obat dapat memakan anggaran besar
disebabkan pemakaiannya banyak atau harganya mahal. Dengan analisis
nilai ABC ini, dapat diidentifikasi jenis-jenis obat yang dimulai dari
golongan obat yang membutuhkan biaya terbanyak.
Selain itu, analisis juga dapat dilakukan dengan metode VEN (Vital,
Esensial dan Non Esensial) untuk koreksi terhadap aspek terapi, yaitu
dengan menggolongkan obat kedalam tiga kategori. Kategori V atau vital
yaitu obat yang harus ada yang diperlukan untuk menyelamatkan
kehidupan, kategori E atau essensial yaitu obat yang terbukti efektif untuk
menyembuhkan penyakit atau mengurangi pasienan, kategori N atau non
essensial yaitu meliputi berbagai macam obat yang digunakan untuk
penyakit yang dapat sembuh sendiri, obat yang diragukan manfaatnya
dibanding obat lain yang sejenis. Analisis kombinasi metode ABC dan VEN
yaitu dengan melakukan pendekatan mana yang paling bermanfaat
dalam efisiensi atau penyesuaian dana.
Analisis ABC Indeks Kritis digunakan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan dana dengan pengelompokkan obat atau perbekalan
farmasi, terutama obat-obatan yang digunakan berdasarkan dampaknya
terhadap kesehatan. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menghitung nilai pakai
Menghitung total pemakaian obat
Data pemakaian obat dikelompokkan berdasarkan jumlah pemakaian.
Diurutkan dari pemakaian terbesar sampai yang terkecil
Kelompok A dengan pemakaian 70% dari keseluruhan pemakaian obat
Kelompok B dengan pemakaian 20% dari keseluruhan pemakaian obat
Kelompok C dengan pemakaian 10% dari keseluruhan pemakaian obat
2. Menghitung nilai investasi
Menghitung total investasi setiap jenis obat
Dikelompokkan berdasarkan nilai investasi obat. Diurutkan dari nilai
investasi terbesar sampai yang terkecil
Kelompok A dengan nilai investasi 70% dari total investasi obat
Kelompok B dengan nilai investasi 20% dari total investasi obat
Kelompok C dengan nilai investasi 10% dari total investasi obat.
3. Menentukan nilai kritis obat
Menyusun kriteria nilai kritis obat
Membagikan kuesioner berupa daftar obat kepada dokter untuk
mendapatkan nilai kritis obat, dengan kriteria yang telah ditentukan.
Dokter yang mengisi kuesioner tersebut adalah dokter yang berpengaruh
terhadap peresepan dan pemakaian obat.
Contoh (dikutip dari penelitian Susi Suciati dan Wiku B.B.
Adisasmito di RS Karya Husada, Cikampek, JaBar, 2006):
Kuesioner yang berisi daftar obat dibagikan kepada dokter untuk
mendapat penilaian mengenai nilai kritis. Dari kuesioner tersebut
dilakukan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Lakukan survei tentang kekritisan obat terhadap dokter yang sering
menulis resep.
2. Buat rata-rata skor dari setiap jenis obat.
3. Susun tabel obat dari skor tertinggi hingga skor terendah.
4. Cek persentase (%) kumulatif
Potong % kumulatif menjadi 70% untuk kelompok X, 20% kelompok Y, dan
10% kelompok Z.
Kriteria nilai kritis obat adalah :
a. Kelompok X atau kelompok obat vital, adalah kelompok obat yang
sangat essensial atau vital untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi
penyakit penyebab kematian ataupun untuk pelayanan pokok kesehatan.
Kelompok ini tidak boleh terjadi kekosongan.
b. Kelompok Y atau kelompok obat essensial adalah obat yang bekerja
kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit, logistik
farmasi yang banyak digunakan dalam pengobatan penyakit terbanyak.
Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolerir kurang dari 48 jam.
c. Kelompok Z atau kelompok obat nonessensial, adalah obat
penunjang agar tindakan atau pengobatan menjadi lebih baik, untuk
kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan. Kekosongan obat kelompok
ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam.
5. Menentukan nilai indeks kritis obat Untuk mendapat NIK obat dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut:
NIK = Nilai Pakai + Nilai Investasi + (2 x Nilai Kritis)
6. Pengelompokan obat ke dalam kelompok A, B dan C dengan kriteria :
Kelompok A dengan NIK 9.5 - 12
Kelompok B dengan NIK 6.5 – 9.4
Kelompok C dengan NIK 4 – 6.4
Kelompok A dengan NIK tertinggi yaitu 12, mempunyai arti bahwa obat
tersebut adalah obat dalam kategori kritis bagi sebagian besar
pemakainya, atau bagi satu atau dua pemakai, tetapi juga mempunyai
nilai investasi dan turn over yang tinggi.
Dari hasil perhitungan didapat hasil sebagai berikut:
Kelompok A: dengan NIK 9.5 – 12, sebanyak 36 item obat (3,57%) dari
total item obat.
Kelompok B: dengan NIK 6.5 – 9.4, sebanyak 270 item (26,88%) dari
total item obat.
Kelompok C: dengan NIK 4 – 6.4, sebanyak 701 item (69,61%) dari
total item obat.
Hasil pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Analisis ABC ini dapat digunakan, apalagi jika telah ada standarisasi
obat (formularium). Untuk itu diperlukan kerja sama dan koordinasi yang
baik dengan unit terkait, misalnya administrator RS, bagian keuangan,
logistik (farmasi RS), dokter, serta unit pelayanan lainnya.