Drug Management

59
1. Untuk mengetahui definisi perencanaan dan pengadaan Perencanaan adalah proses pemilihan jenis, jumlah, harga perbekalan farmasi sesuai kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat dengan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan, sedangkan pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui (1) melalui pembelian, produksi ataupun hibah (2). 2. Untuk mengetahui metode perencanaan dan pengadaan Metode perencanaan meliputi: a. Metode konsumsi; perhitungan kebutuhan didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi (2,3,4). b. Metode epidemiologi/ morbiditas; perhitungan kebtuhan didasarkan pada pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu/ lead time (2,3,4) c. Metode kombinasi konsumsi dan morbiditas; yaitu menggabungkan keduanya dengan melihat anggaran yang tersedia (2,3,4) Metode pengadaan melalui pembelian, hibah, produksi (1,2) Pembelian ada 4 metode: a. Tender terbuka; berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. b. Tender terbatas/ lelang tertutup; hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik. c. Negosiasi/ tawar menawar; dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu. d. Pembelian langsung; pembelian jumlah kecil yang perlu segera tersedia (2, 3, 4) 3. Kelebihan dan kekurangan dari metode pengadaan dan perencanaan Metode perencanaan:

description

drug management

Transcript of Drug Management

Page 1: Drug Management

1.    Untuk mengetahui definisi perencanaan dan pengadaan

Perencanaan adalah proses pemilihan jenis, jumlah, harga perbekalan farmasi

sesuai kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat dengan

metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan,

sedangkan pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui (1) melalui pembelian, produksi ataupun hibah (2).

2.    Untuk mengetahui metode perencanaan dan pengadaan

Metode perencanaan meliputi:

a.         Metode konsumsi; perhitungan kebutuhan didasarkan pada data riel konsumsi

perbekalan farmasi periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi (2,3,4).

b.        Metode epidemiologi/ morbiditas; perhitungan kebtuhan didasarkan pada pola

penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu/ lead time (2,3,4)

c.         Metode kombinasi konsumsi dan morbiditas; yaitu menggabungkan keduanya

dengan melihat anggaran yang tersedia (2,3,4)

Metode pengadaan melalui pembelian, hibah, produksi (1,2)

Pembelian ada 4 metode:

a.         Tender terbuka; berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan.

b.        Tender terbatas/ lelang tertutup; hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang

sudah terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik.

c.         Negosiasi/ tawar menawar; dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.

d.        Pembelian langsung; pembelian jumlah kecil yang perlu segera tersedia (2, 3, 4)

3.    Kelebihan dan kekurangan dari metode pengadaan dan perencanaan

Metode perencanaan:

Konsumsi

Kelebihan Kekurangan

data yang diperoleh akurat, metode

paling mudah, tidak memerlukan data

penyakit maupun standar pengobatan,

jika data konsumsi lengkap pola

penulisan tidak berubah dan kebutuhan

relatif konstan maka kemungkinan

kekurangan atau kelebihan obat sangat

tidak dapat untuk mengkaji penggunaan

obat dalam perbaikan penulisan resep,

kekurangan dan kelebihan obat sulit

diandalkan, tidak memerlukan

pencatatan data morbiditas yang

baik (3)

Page 2: Drug Management

kecil (3)

Morbiditas

Kelebihan Kekurangan

Perkiraan kebutuhan mendekati

kebenaran, standar pengobatan

mendukung usaha memperbaiki pola

penggunaan obat (3)

Membutuhkan waktu dan tenaga yang

terampil, data penyakit sulit diperoleh

secara pasti, diperlukan pencatatan dan

pelaporan yang baik (3)

Kombinasi

Kelebihan Kekurangan

Dapat untuk obat & alat kesehatan

yang terkadang fluktuatif maka dapat

menggunakan metode konsumsi

dengan koreksi pola penyakit,

perubahan, jenis/jumlah tindakan,

perubahan pola peresepan, perubahan

kebijakan pelayanan kesehatan (5).

Farmasis harus mengikuti

perkembangan perubahan pola

penyakit, dan perubahan-perubahan

terkait dan secara terus menerus

melakukan analisa data sehingga

pekerjaan farmasis bertambah (5).

Metode pengadaan;

a.         Tender terbuka, butuh waktu namun harga lebih menguntungkan.

b.        Tender terbatas, waktu relatif namun harga masih dapat dikendalikan.

c.         Negosiasi, waktu dan harga berfariasi tergantung kesepakatan.

d.        Pembelian langsung, proses cepat namun harga lebih mahal (2, 3, 4).

4.    Untuk mengetahui tahap-tahap pengadaan

Tahapan pengadaan dimulai dari mereview daftar perbekalan farmasi yang akan

diadakan, menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli, menyesuaikan

dengan situasi keuangan, memilih metode pengadaan, memilih rekanan, membuat

syarat kntrak kerja, memonitor pengiriman barang, menerima barang, melakukan

pembayaran serta menyimpan kemuian mendistribusikan (2)

5.    Untuk mengetahui analisis dan ketentuan prioritas

Analisis prioritas meliputi;

a.         Analisis ABC (Always Better Control), disebut juga sebagai analisis Pareto atau

hukum Pareto merupakan salah satu metode yang digunakan dalam manajemen

logistik untuk membagi kelompok barang menjadi tiga yaitu A, B dan C. Kelompok A

merupakan barang dengan jumlah item sekitar 20% tapi mempunyai nilai investasi

Page 3: Drug Management

sekitar 80% dari nilai investasi total, kelompok B merupakan barang dengan jumlah

item sekitar 30% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 15% dari nilai investasi total,

sedangkan kelompok C merupakan barang dengan jumlah item sekitar 50% tapi

mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari nilai investasi total (2,3).

b.        VEN (Vital, Esensial, Non esensial), adalah suatu cara untuk mengelompokkan

obat yang berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan (tesis).

Kelompok V (vital) adalah obat yang harus ada dan diperlukan untuk

menyelamatkan kehidupan, kekosongan obat kelompok ini dapat ditolerir kurang dari

48 jam; kelompok E (esensial) adalah obat yang terbukti efektif untuk

menyembuhkan penyakit atau mengurangi penderitaan pasien, kelompok N (non

esensial) adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri

atau yang diragukan manfaatnya dibandingkan obat lain yang sejenis (2,3).

c.         PUT (Prioritas, Utama, Tambahan), digunakan untuk menetapkan proiritas

pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan dengan

cara menggabungan analisa ABC dan VEN yang kan diklasifikasikan menjadi obat-

obat yang prioritas (AV, BV, CV), utama (AE, BE, CE), dan tambahan (AN, BN, CN)

(2).

Ketentuan prioritas

a.         Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas utama untuk dikurangi atau

dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori NB

menjadi prioritas selanjutnya dan obat NA selanjutnya (2).

Literatur lain mengatakan;

a.         Buang kategori  N, terutama NA

b.        Seleksi E yang termasuk slow atau fast moving.

c.         Ubah obat bermerek menjadi generic

d.        Ubah obat bermerk dengan merk lain yang lebih murah

e.        Komunikasikan dengan dokter dan direktur (5)

6.    Untuk mengetahui definisi dan rumus dari EOQ

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah pembelian yang paling

ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian karena merupakan

kesetimbangan antara holding cost dan ordering cost (4)

EOQ dihitung berdasarkan rumus       (6)

EOQ adalah jumlah pembelian optimal yang ekonimis, D penggunaan per periode

waktu, S adalah biaya pemesanan, H adalah biaya pemeliharaan per tahun, dan C

adalah biaya perunit (6).

Page 4: Drug Management

7.    Untuk mengetahui evaluasi procurement

Evaluasi procurement meliputi;

a.         Prosentase kesesuaian pembelian dg perencanaan awal tahunan

b.        Prosentase kesesuaian  dana pembelian dg perencanaan anggaran

c.         Prosentase kesesuaian perencanaan terhadap formularium (5).

d.        Kesesuaian dana pengadaan obat; jumlah dana anggaran pengadaan obat yang

disediakan RS dibanding jumlah kebutuhan dana.

e.        Biaya obat per kunjungan kasus; besaran dana yang tersedia untuk setiap

kunjungan kasus.

f.          Biaya obat per resep; dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran

dana yang tersedia untuk setiap resep

g.         Ketepatan perencanaan; perencanaan kebutuhan nyata obat untuk RS dibagi

pemakaian obat per tahun.

h.        Persentase dan nilai obat rusak; jumlah jenis obat yang rusak dibagi total jenis

obat (2)

DAFTAR PUSTAKA

(1)    Anonim, 2004, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, Jakarta

(2)    Arman, F., Lesilolo, M.S., dkk, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi

di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

(3)    Maimun, A., 2008, Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode

Konsumsi dengan Analisis ABC dan Recorder Point Terhadap Nilai Persediaan dan

Turn Of Ratio di Instalasi Farmasi RS Daru Istiqomah Kaliwungu Kendal, Tesis,

Universitas Diponegoro, Semarang.

(4)    Abert, C., Banneberg, W., Bates, J., Battersby, A., Beracochea, E., 2012,

Managing Access to Medicines and Health Technologies, Management Science for

Health Inc.,

(5)    Pradhana, D., 2013, Procurement, Bahan Ajar, Program Studi Profesi Apoteker

Universitas Islam Indonesia.

(6)    Gonzalez, J.L., Gonzalez, D., 2010, Analysis of an Economic Order Quantity and

Recorder Point Inventory Control Model for Company XYZ, A Senior Project

Submitting, Degree of Bachelors of Science In Industrial Engineering, California

Page 5: Drug Management

Polytechnic State University, San Luis Obispo, available at:

http:digitalcommons.calpoly.edu/cgi/, diakses tanggal 8 oktober 2013

1. PERENCANAAN

Menurut G.R.Terry unsur manajemen ada 4: POAC. Perencanaan pengawasan merupakan

unsur manajemen. Perencanaan adalah : Keputusan untuk waktu yang akan datang, apa yang akan

dilakukan, kapan dilakukan dan siapa yang akan melakuakan. Unsur administrasi ada 7 yaitu:

 Organisasi adalah : Kumpulan orang yang saling kerjasama dan mempunyai tujuan yang sama.

 Manajemen adalah : Pengaturan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 Keuangan.

 Kepimpinan adalah :Kemampuan seseorang untuk mengerakkan orang lain untuk berkerjasama

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

 Humas.

 Perbekalan.

 Tata usaha.

Organisasi terbagi atas:

 Statis

 Dinamis.

Ada suatu target yang akan dicapai yaitu program. Di dalam suatu perencanaana ada 5 W dan

1H yaitu:- What, where, who, when. why. 3 kegiatan yang dilakukan didalam perencanaan yaitu:

Kegiatan pokok apa yang akan dilakuakn secara langsung dikerjakan pada pencapaian tujuan

yang akan dicapai.

Kegiatan yang menunjang aktivitas yang mendukung tujuan teersebut.

Kegiatan Veterial : kegiatan yang tidak menunjang tetapi tidak sering dihindarkan yaitu: ppl dan

pkl.

1. What :

Apa yang akan dilakukan atau dikerjakan.

Page 6: Drug Management

Dana sumber yang didapat.

Dana apa yang akan dihubungkan.

Sdm.

Sarana dan prasarana agar tercapai.

2. Where:

Dimana kita melakukan kegiatan.

Berpegang kepada aspekbilitas ( kemampuan untuk menyelesaiakan diri ).

Tersedianya tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan guna menjamin kelancaran

tugas.

3. When:

Kapan kita melakukan tugas.

Kemampuan untuk mengelola waktu.

Memilih waktu yang tepat untuk mengisi waktu yang luang.

4. Who

Menganalisis kebutuhan tenaga kerja baik kuantitatif maupun kwlalitatif.

Pola pembinaan karier.

Kebijaksanaan didalam pengolahan dan pengajian.

Metode dan teknik tentang pengadaan tenaga kerja yang akan dilaksanakan.

5. Why:

Rencana itu harus mempermudah suatu pekerjaan sehingga mudah dilaksanakan.

Rencana itu harus mempunyai rincian yang cermat.

Perencanan bukan merupakan suatu tindakan melainkan suatu proses. Suatu proses yang masih

mempuyai suatu tindakan –tindakan untuk menuju suatu tujuan. Tidak dibatasi atas startegi yang akan

dilakukan sebelum diambil suatu keputusan karena bisa saja terjadi perubahan. Contoh: GBHN.

Kebijakasanan untuk mencapai tujuan. Ada dua komponen dalam perencanaan :

1. Perencanan pesimis. Perencanaan yang tidak dapat dilaksankan.

2. Perencanan optimis. Terlaksana.

Definisi dan unsur-unsur perencanaan:

Page 7: Drug Management

1. Garth N. Jone. Perencanaan adalah : Suatu proses pemilihan dan pengembangan dari pada

tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas.

2. M. Farland. Perencanan adalah : Suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan menggunakan

sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya.

Bagian atau unsur –unsur dari perencanaan:

1. Hasil akhir (The ends). Spesifikasi dari tujuan atau sasaran yang akan dicapai dan bilamana kit akan

mencapai.

2. Alat-alat yaitu : Pemilihan dari kebijaksaan,startegi, prosedur, dan prakteknya.

3. Sumber yaitu: Meliputi kwantitas mendapatakn dan mengalokasiakn bermacam macam sumber

antara lain tenaga kerja keuangan.

4. Pelakasanan

5. Pengawasan.

Didalam perencanan ada beberapa tipe:

 Rencana –rencana strategi plans yaitu: perencanan yang dirancang untuk mrmenuhi tujuan

organisasi yang mengimplemasikan misi yang memberikan alasan yang khas pada orang.

 Perencanan operasional yaitu: perencanan yang menguraiakan secara lebih terperinci bagaimana

rencana startegi akan tercapai.

Langkah –langkah dalam penyusunan perencanaan:

 Menentukan misi dan tujuan. Perumusan misi dipengaruhi oleh nilai-nilai.

 Pengembangan profil perusahan dan biasanyan mencerminkan keadaan internal dan kemampaun

seseorang atau perusahan.

 Analisa lingkungan external.Mengidentifikasi cara-cara dalam hal perubahan internal, politik,

ekonomi, sosbud, dan teknologi secara tidak langsung mempengaruhi organisasi.Identifikasi dan

analisis lingkungan ekternal dapat dilakuakn dengan berbagai metode permulaan

Proses perencanan stategi formal:

1. Pemahaman dan perumusan masalah. Untuk mempermudah manager untuk mengidenfikasi maka

pertama kali :

Page 8: Drug Management

Adakan dulu uji coba secara sistematis hubungan sebab akibat.

Carilah penyimpangan dan perubahan dari yang normal.

Konsultasi atau tanya jawab pada perusahan .

2. Pengumpulan dan analisa data yang relevan.

Pertama sekali manager harus mengumpulkan data apa yang diperlukan untuk memutuskan

keputusan apa yang tepat untuk mendapatkan informasi yang tepat.

a. Pengembangan alternatif.

b. Kecendrungan untuk menerima alternatif keputusan yang pertma kali flexible sering

mengidarkan pencapaian yang terbaik untuk masalah lainya. Pengembangan sejumalh

alternatif memungkinkan manager menolak kecendrungan utuk membuat keputusanyang

efektif.

c. Evaluasi alternatif.

Untuk menilai efektifitas ada 2 kriteria :

 Apakah alternatif realistik bila dihubungkan dengan tujuan dan sdm organisasi seberapa baik

alternatif akan membantu pemecahan masalah.

 Apakah alternatif yang diberikan sudah merupakan alternatif terbaik.

Rencana – rencana operasional ada 2 Yaitu:

1. Rencana tunggal (Single use plan), adalah menentukan langkah kegiatan yang disesuaikan dengan

situasi dan kondisi setempat dan selesai apa bila sasaran sudah tercapai (hanya satu kali pakai)

Tipe – tipe rencana tunggal ada 3 yaitu:

a. Program yaitu : Serangkaian kegiatan yang mencakup luas yang dapat lihat didalamnya seperti

langkah –langkah pokok untuk mencapai tujuan. Satuan program organisasi yang

bertanggungjawab terhadap kegiatan urutan waktu dan untuk setiap tahap.

b. Proyek adalah: Rencana yang sekali pakai yang merupakan bagian terpisah dari program.

Proyek merupakan alat dari proyek yang efektif yang mempunyai ruang lingup terbatas.

c. Anggaran adalah: Laporan sumber daya keuangan yang disusun untuk kegiatan –kegiatan

tertentu dalam jangka waktu tertentu..

Page 9: Drug Management

2. Rencana – rencana tetap, yaitu pendekatan –pendekatan yang standart untuk penangaan situasi –

situasi yang dapat dppikirkan dan terjadi secara berulang-ulang.Wujud dari rencana tetap adalah:

a. Kebijaksanan adalah: Pedoman untuk mengambil keputusan. Kebijakasanan batas dari

penganbilan keputusan membuat keputusan apa yang diambil oleh seorang manajer.

b. Prosedur adalah: Proses untuk diketahui apa yang akan dilakukan dengan demikian langkah –

langkah itu menjadi suatu yang rutin dan tugas dari pada adm yang bertujuan untuk

menyerderhanakan supaya tidak berbelit-belit.

c. Aturan atau rulls adalah: Pernyataan atau ketetentuan bahwa suatu kegiatan tertentu tidak boleh

dilakukan dalam melaksanakan aturan para anggota organisasi tidak mempunyai pilihan

melainkan aturan tersendiri.

Kebaikan rencana-rancana dari startegi:

1. Memberikan pedoman yang konsisten bagi kegiatan organisasi.

2. Membantu para manajer dlam pengambilan keputusan.

3. Meminumkan kesalan karena sasaran dan tujuan dengan cepat dan tepat.

Kelemahan dari rencana Stategi:

1. Memerlukan investasi waktu yang cukup lama dan biaya serta orang yang cukup besar.

2. Cendrung membatasi organisasi hanya terdapat pilihan yang paling rasioanaldan bebas resiko.

Hambatan-hambatan dalam pembuatan rencana –rencana yang efektif:

1. Kurangnya pengetahuan dalam berorganisasi.

2. Kurangnya peb\getahuan lingkungan.

3. Ketidakmampuan terhadap peramalan efektif.

4. Kesulitan dari biaya.

5. Takut gagal.

6. Pengunaan dari SDM.

2. PENGAWASAN.

Pengawasan adalah proses pengamatan dari berbagai organisasi bahwa semua kegiatan yang

dicapai dengan rencan selanjutnya. Sasaran pengawasan itu adalah untuk menunjukan kelemahan

Page 10: Drug Management

dan kesalahan dengan maksud untuk memperbaikinya dan mencegah agar tidak terulang kembali.

Dalam pengawasan pendekatan tidak hanya dilakuakan secara taknik dan mekanistik tetapi

digabungkan dengan pendekatan kepribadian dan pendekatan keprilakuan agar terjadi proses

pengawasan yang mendapatkan hasil sesuai dengan harapan setiap organisasi. Ada beberapa hak

yang bersipat fundamental supay pengawasan sesuai dengan rencana yaitu:

1. Berorientasi kepada Efisensi.

2. Berorientasi kepada Efektifitas.

3. Berorientasi kepada Produktifitas.

4. Pengawasan dilakukan pada saat kegiatan berlangsung.

5. Pengawasan dilakukan karena sikap manusia yang tidak terlepas dari kesalahan.

6. Pengawasan dilakukan sesuai dengan proses dasar pengawasan yang harus diketahui dan ditaati.

Jenis-jenis pengawasan.

1. Pengawasan dari dalam adalah: Pengawasan yang dilakuakan oleh aparat atau unit dari organisasi

itu sendiri yang dibertundak atas nama pimpinan atau organisasi.

2. Pengawasan dari ektern adalah: Pengawasan yang dilakukan oleh organisasi yang dibentuk dari

luar organisasi dan bertindak untuk organisasi itu sendiri atau pimpinan dan biasanya permintaan

oleh perusahaan.

3. Pengawasan prepentif adalah: Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan atau

dikerjakan yang bertujuan untuk mencegah kesalan yang terjadi.

4. Pengawasan represif adalah: Pengawasan yang dilakuakan pad saat kegiatan itu sudah

berlangsung yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan pekrejaan.

Beberapa kegiatan sistem dalam pelaksanan Represif.

1. Sistem Komperatif.

a. Mempelajari laporan kemajuan dari pelaksanan pekerjaan dan dibandingkan jadwal rencana

pelaksanaan.

b. Membandingkan laporan –laporan hasil pelaksanan pekerjaan dengan rencana yang telah

diputuskan sebelumnya.

c. Adakah analisa terhadap perbedaan tersebut factor yang mempengaruhi.

Page 11: Drug Management

d. Buatlah penilaian.

e. Buatlah keputusan terhadap usulan perbaikakannya maupun penyermpurnaan.

2. Sistem Preivikatif:

a. Tentukan ketentuan yang berhubungan dengan prosedur pemeriksaan.

b. Buatlah pemerikasaan secara priodik.

c. Pelajari laporan perkembangan dari hasil pelaksanaan.

d. Mengadakan penilaian.

e. Putuskan tindakan untuk membuat suatu keputusan.

3. Sistem Insepktif adalah: Mengecek kebenaran dari suatu laporan yang dibuat dari pihak petugas

pelaksanaan.

4. Sistem Investikatif adalah: Sistem yang dilakuakan dengan menitiberatkan terhadap penyelidikan

atau penelitian yang lebih dalam terhadap masalah yang bersifat negatif dan mengambil

keputusan.

CONTOH KASUS YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN

1. Penurunan kualitas pelayanan publik (teridentifikasi dari adanya keluhan pelanggan / masyarakat)

seperti misalnya :

 Beredarnya produk-produk makanan yang kurang memperhatikan standar kesehatan.

 Banyak beredarnya obat-obat palsu, pemalsuan produk-produk kosmetik, pemalsuan alat

kesehatan dsb.

2. Terjadi penurunan pendapatan atau profit suatu perusahaan, namun tidak begitu jelas faktor

penyebabnya. Serta berkurangnya kas perusahaan, biaya yang melebihi anggaran dan adanya

penghamburan maupun inefisiensi dalam suatu perusahaan atau organisasi.

3. Ketidakpuasan pegawai (seperti misalnya adanya keluhan pegawai, produktifitas kerja yang

menurun, dan lain sebagainya), Banyaknya pegawai atau pekerja yang menganggur dan tidak

terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik, dsb.

Masalah ini sudah seharusnya menjadi tugas kita bersaman tidak hanya Pemerintah saja kita

sebagai masyarakat juga harus peka terhadap lingkungan sekitar, untuk masalah kesehatan

sebaiknya kita harus berhati-hati dalam membili produk-produk makanan, kosmetik, kesehatan

dsb, agar lebih amannya kita dapat membelinya di tempat-tempat yang sudah terpercaya hindari

Page 12: Drug Management

belanja di took-toko atau warung-warung kecil usahakan membeli obat di apotk. Dan tugas

pemerintah adalah mengatur , membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan.

Diantara upaya kesehatan itu antara lain adalah pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,

pengamanan zat adiktif dan pengamanan makanan dan minuman. Pengamanan sediaan farmasi

dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan

oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu,

kemanan dan kemanfaatan. Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang

berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan disamping Pemerintah yang memberikan izin

terselenggaranya sarana kesehatan. Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap semua

kegiatan yang berkaitan dengan penyeleggaraan upaya kesehatan dan atau sarana kesehatan

baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah berwenang mengambil

tindakan administrative terhadap tenaga kesehatan dan atau sarana kesehatan yang melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang Kesehatan ini.

4. Berkurangnya kas perusahaan, biaya yang melebihi anggaran dan adanya penghamburan maupun

inefisiensi dalam suatu perusahaan atau organisasi serta terjadi penurunan pendapatan atau profit

suatu perusahaan.

Hendaknya suatu perusahaan melakukan analisa laporan keuangan dengan benar karena analisis

keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi

posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan

untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja

perusahaan pada masa mendatang. Agar biaya yang keluar tidak memenuhi anggaran dan lebih

afektif dan efisian maka suatu perusahaan atau organisasi harus menerapkan fungsi perencanaan

dan pengawasan dengan sebaik-baiknya. Dengan menetapkan pekerjaan yang sudah dilakukan,

menilai dan mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula.

5. Ketidakpuasan pegawai (seperti misalnya adanya keluhan pegawai, produktifitas kerja yang

menurun, dan lain sebagainya), tidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik, dsb.

Usahakan hubungan antara manager dan bawahan harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin

ada hubungan dua (2) arah antara manager dan bawahan, bukan hubungan searah dimana manager

terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan

Page 13: Drug Management

bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu perusahaan maka akan

tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam menjalankan perusahaan. Jika kebanyakan anggota

organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi

kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan

memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana, sehingga pelaksanaan rencana akan baik jika

pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak

setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan

baik buruknya pelaksanaan suatu rencana dan pegawaipun bisa bekerja dengan baik dan memuaskan.

KESIMPULAN

Dalam melakukan sesuatu harus dengan perrencanaan dan pengawasan yang sangat matang

karena dengan adanya perencanaan maka suatu yang direncanakan akan terkordinir dengan baik

kedepannya dan juga harus adanya pengawasan dari pihak-pihak yang menyusun perencanaan

karena keduanya sangat perperan penting.

Mengapa POAC ? Karena POAC merupakan fungsi manajemen yang bersifat umum dan

meliputi keseluruan proses manajerial. Banyak para ahli menambah banyak pengertian dari

fungsi manajemen, namun diantara banyak tambahan tersebut, didalamnya sudah termasuk

keempat fungsi yang diperkenalkan oleh George R Terry, yakni Perencanaan,

Pengorganisasian, Penggerak dan Pengawasan.

Page 14: Drug Management

Keempat fungsi manajemen tersebut dalam manajemen modern tidak berjalan linear, namun

spiral. Hal ini memungkinkan organisasi akan bergerak terus menerus dan tidak berhenti pada

Page 15: Drug Management

satu tahap. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa siklus manajemen yang dilakukan oleh

suatu organisasi adalah merencanakan, mengorganisasi staf dan sumber daya yang ada,

melaksanakan program kerja, dan mengendalikan (pengawasan) jalannya pekerjaan. Di

dalam tahapan pengendalian dilakukan evaluasi untuk memperoleh umpan balik (feed

back) untuk dasar perencanaan selanjutnya,  atau untuk perencanaan

kembali (replanning). Demikian seterusnya sehingga kegiatan fungsi-fungsi manajemen

tersebut merupakan suatu siklus spiral.

(Bentuk jalan proses fungsi manajerial)

PLANNING (PERENCANAAN)

Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk

mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan

sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala

keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan

langkah awal dalam proses manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas organisasi

kedepan, maka segala sumber daya dalam organisasi difokuskan pada pencapaian tujuan

organisasi.

Dalam melaksanakan perencanaan ada kegiatan yang harus dilakukan, yaitu

melakukan prakiraan (rencana) kegiatan organisasi dan penganggaran (budgeting). Prakiraan

berfungsi untuk menentukan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan kedepan oleh

organisasi sebagai upaya mencapai tujuan organisasi. Dalam melakukan prakiraan, haruslah

selalu memperhatikan tujuan organisasi, sumber daya organisasi dan juga melakukan suatu

analisis organisasi (bisa menggunakan SWOT) untuk mengetahui potensi internal dan

eksternal.

Page 16: Drug Management

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan perencanaan, yakni

harus  SMART. SMART yaitu Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun

ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis. Measurable artinya program

kerja organisasi atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya

dapat dicapai. Jadi bukan hanya sekedar angan-angan dalam merencanakan dan tidak dapat

dilaksanakan. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak

terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan,

bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.

            Setelah merencanakan aktivitas organisasi secara sistematis dan terukur, maka perlu

juga melakukan perencanaan penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan. Prinsip dalam

melakukan perencanaan penganggaran,adalah mengunakan segala sumber daya keuangan

secara efesien dan se-efektif mungkin. Hal ini perlu direncanakan secara serius, agar

organisasi tidak melakukan pemborosan, keuangan, selain itu sekaligus juga melihat sumber-

sumber daya keuangan yang bisa diperoleh dari luar organisasi.

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan :

1.      Analisis situasi & identifikasi masalah

Melakukan analisa dan identifikasi terhadap situasi organisasi dengan memperhatikan tujuan

organisasi. dalam melakukan analisa situasi dapat menggunakan teknik analisis SWOT

2.      Menentukan skala prioritas

Setelah dianalisa dan mengidentifikasi masalah, maka perlu dilakukan penentuan skala

prioritas terhadap pelaksanaan kegiatan. Hal ini agar kebutuhan organisasi yang mendesak

didahulukan untuk menjamin keberlangsungan organisasi

3.      Menentukan tujuan program

Agar pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi akan mengarah pada pencapaian tujuan

organisasi, maka dibutuhkan penentuan tujuan program, sehingga nantinya pelaksanaan

program dapat diukur capaiannya.

4.      Menyusun rencana kerja operasional (termasuk didalamnya menyusun anggaran)

ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)

Page 17: Drug Management

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang

terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang dimiliki. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan keseluruhan proses memilih orang-

orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu

dalam organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian

tujuan program dan tujuan organisasi. Menurut George R. Terry, tugas pengorganisasian

adalah mengharmonisasikan kelompok orang yang berbeda, mempertemukan macam-macam

kepentingan dan  memanfaatkan seluruh kemampuan kesuatu arah tertentu.

Dalam pengorganisasian kegiatan yang dilakukan yakni staffing (penempatan staf)

dan pemaduan segala sumber daya organisasi. Staffing sangat penting dalam

pengorganisasian. Dengan penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat dalam

organisasi, maka kelangsungan aktivitas organisasi tersebut akan terjamin. Fungsi pemimpin

disini adalah mampu menempatkan the right man in the right place. Pemimpin harus mampu

melihat potensi-potensi SDM yang berkualitas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan

aktivitas roda organisasi. Setelah menempatkan orang yang tepat untuk tugas tertentu, maka

perlu juga mengkoordinasikan dan memadukan seluruh potensi SDM tersebut agar bekerja

secara sinergis untuk mencapai tujuan organisasi.

Langkah-langkah Pengorganisasian :

Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. (Menjelaskan keseluruh staff tentang

tujuan organisasi yang harus dicapai)

Mendistribusi pekerjaan ke staff secara jelas. (Mendudukan orang-orang yang

berkompetensi pada posisi tepat. Dan jangan sampai ada posisi strategis yang kosong, karena

akan berpengaruh pada keseluruan pencapaian organisasi)

Menentukan prosedural staf. (Menentukan cara kerja dan evaluasi para staff,

sertapunishment dan reward yang diterima. Selain itu juga menjelaskan tentang garis

koordinasi dan sinergitas dalam organisasi, sehingga seluruh posisi dipadukan untuk menuju

tujuan organisasi)

Mendelegasikan wewenang. (Berani untuk mendelegasikan wewenang sesuai dengan

tugas dan fungsi tiap-tiap staff)

Page 18: Drug Management

ACTUATING (PENGGERAKAN)

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan

pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu maka semua Sumber Daya

Manusia (SDM) yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja

organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Setiap

pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan

kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi

yang telah ditetapkan. Inti dari Actuating adalah menggerakkan semua anggota kelompok

untuk bekerja agar mencapai tujuan organisasi.

Dalam mengimplementasikan aktivitas organisasi, pelaku organisasi harus :

1. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,

2. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka sendiri,

3. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau

mendesak,

4. Tugas yang diberikan cukup relevan,

5. Hubungan harmonis antar rekan kerja.

Actuating (penggerakan) meliputi kepemimpinan dan koordinasi. Kepemimpinan yakni gaya

memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya

organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan program dan organisasi. Sedangkan

koordinasi yakni suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam

suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya pengoordinasian dapat dihindari

kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan kesimpangsiuran di dalam bertindak

antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan. Koordinasi ini mengajak semua

sumber daya manusia yang tersedia untuk bekerjasama menuju ke satu arah yang telah

ditentukan.

Pekerjaan memimpin meliputi lima kegiatan yaitu :

 Mengambil keputusan

Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara pemimpin dan bawahan.

Page 19: Drug Management

Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka

bertindak.

Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya secara tepat

Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam

usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.

Dalam memimpin ada kegiatan direction (perintah) dan motivasi. Perintah adalah petunjuk

atau penjelasan kerja, serta pertimbangan dan bimbingan, terdapat para pelaku organisasi

yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional, agar pelaksanaan tugas dapat

berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya direction (perintah) seringkali dilakukan

bersamaan dengan controlling. Jika perintah yang disampaikan pemimpin sesuai dengan

kemauan dan kemampuan dari staff, maka staff pun akan termotivasi untuk memberdayakan

potensinya dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Sedangkan motivasi dapat dilakukan

dengan cara mejadikan staff sebagai rekan kerja, serta memberikan reward (penghargaan)

apabila staff bekerja secara baik.

Tujuan Actuating (Penggerakan) adalah :

Menciptakan kerjasama yang lebih efisien

Mengembangkan kemampuan & keterampilan staf

Menumbuhkan rasa memiliki & menyukai pekerjaan

Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi & prestasi

kerja staf

Membuat organisasi berkembang secara dinamis.

  

CONTROLLING (PENGENDALIAN/ PENGAWASAN)

Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program dan

aktivitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila perlu dapat mengadakan koreksi.

Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan kejalan yang tepat dengan

Page 20: Drug Management

maksud pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling adalah proses

memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.

Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan tujuan organisasi dan program kerja maka

dibutuhkan pengontrolan, baik dalam bentuk pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata

tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak

dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap

perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat

segera dilakukan antisipasi, koreksi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi,

kondisi dan perkembangan lingkungan sekitar organisasi.

Proses pengawasan sebagai bagian dari pengendalian akan mencatat perkembangan

organisasi kearah tujuan yang diharapkan dan memungkinkan pemimpin mendeteksi

penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif

sebelum terlambat. Melalui pengawasan yang efektif, terhadap aktivitas organisasi, maka

upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Manfaat pengawasan :

Dapat mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan

Dapat mengetahui adanya penyimpangan

Dapat mengetahui apakah waktu & sumber daya mencukup

Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan

Dapat mengetahu staff yang perlu diberikan penghargaan/promosi

Proses controlling meliputi :

1. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,

2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai dengan melaksanakan evaluasi

terhadap kinerja serta kompetensi SDM yang dimiliki,

3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar.

Kembali membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan tujuan awal (rencana) kegiatan

tersebut dilaksanakan, dan mengukur capaian keberhasilannya,

Page 21: Drug Management

4. Melakukan tindakan perbaikan.

Jika ada kesalahan atau penyimpangan, segera melakukan perbaikan,

5. Meninjau dan menganalisis ulang rencana.

Kembali membuat rencana baru jika terjadi penyimpangan. Namun jika hasilnya sesuai

dengan tujuan program, maka perlu dibuatkan rencana lanjutan untuk melanjutkan program

yang berhasil tersebut, sehingga tujuan organisasi semakin dekat untuk dicapai.

Pengawasan dibedakan menurut sifat dan waktunya :

1. Preventive control

Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Pemimpin mengawasi

perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan hingga persiapan yang dilakukan, termasuk

rekruitmen anggota

2. Repressive control 

Pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan berlangsung, dengan mengawasi hasil yang dari

pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi dan laporan yang didapatkan (melakukan pengukuran

capaian hasil)

3. Pengawasan saat proses dilakukan

Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan proses, sehingga langsung mengikuti proses

dan mengadakan korkesi jika ada penyimpangan

4. Pengawasan berkala 

Pengawasan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan (bisa 1

bulan sekali, 2 atau 3 bulan)

5. Pengawasan mendadak (sidak)

Pengawasan yang dilaksanakan mendadak untuk melihat kinerja staff sehari-hari dan

menghindari terjadinya penyimpangan

6. Pengawasan Melekat (waskat)

Pengawasan yang dilakukan secara dekat terhadap staff, hal ini sering dilakukan untuk

tujuan-tujuan yang spesifik dan bersifat khusus, sehingga menghindarkan sekecil-kecilnya

terjadi penyimpangan atau kesalahan

Page 22: Drug Management

Kegiatan-kegiatan yang juga termasuk dalam kegiatan controlling termasuk  adalah

evaluasi dan pelaporan. Evaluasi merupakan suatu penilaian terhadap hasil pelaksanaan

kegiatan atau program. Dalam melakukan evaluasi haruslah menyeluruh, mencakup capaian

tujuan kegiatan, kinerja staff, pengetahuan staff, efektifitas dan efesiensi penganggaran dan

proses kegiatan. Sedangkan pelaporan merupakan penyampaian perkembangan hasil kegiatan

atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi-

fungsi kepada pemimpin yang lebih tinggi.

Controlling akan mengarahkan seluruh potensi organisasi yang terlibat agar tidak

melakukan penyimpangan dalam pencapaian tujuan. Untuk itu controlling haruslah dilakukan

secara bertanggung jawab dan dengan standar organisasi, sehingga pelaku-pelaku organisasi

tetap bekerja secara maksimal dan fokus pada pencapaian tujuan organisasi.

Penutup

            Fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian

(pengawasan) merupakan kekuatan para pemimpin dalam melaksanakan fungsi manajerial

organisasi. Jika seorang pemimpin mampu secara baik merencanakan, melaksanakan dan

mengendalikan organisasi serta segala sumber daya yang ada didalamnya, maka tujuan dari

organisasi akan dengan mudah tercapai. Dan pemimpin tersebut akan menjadi pemimpin

yang seutuhnya karena bukan saja hanya mampu menciptakan misi/ visi organisasi, namun

juga berhasil menjalankan aktivitas manajerial dalam kehidupan berorganisasi. Untuk itu

jadilah pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan dan kemampuan melaksanakan

fungsi manajerial, sehingga tujuan organisasi bisa didaratkan dalam pelaksanaan aktivitas,

dan tidak hanya berada diatas kertas program

PENDAHULUAN

Page 23: Drug Management

A.        LATAR BELAKANG

Rumah Sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa

pelayanan sosial di bidang medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah sakit memiliki

keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis , usaha rumah sakit juga

nemiliki misi sosial, disamping pengelolaan rumah sakit juga sangat tergantung pada

status kepemilikan Rumah Sakit. Misi Rumah Sakit tidak terlepas dari misi layanan

sosial. Namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan Rumah Sakit tetap terjadi

konflik kepentingan dari berbagai pihak. Konflik kepentingan berbagai pihak ini dapat

bersumber dari klasifikasi organisasi Rumah Sakit. Klasifikasi organisasi dibedakan

menjadi dua, yaitu organisasi bisnis dan organisasi non bisnis.

Rumah Sakit pemerintah lebih tepat sebagai klasifikasi non bisnis, namun

Rumah Sakit swasta tidak seluruhnya diklasifikasikan dalam kelompok non bisnis.

Beberapa rumah sakit masih memiliki kualitas jasa layanan yang masih sangat

memprihatinkan. Hal ini antara lain disebabkan karena keterbatasan sumber daya

baik sumber daya finansial maupun sumber daya non finansial. Tuntutan

peningkatan kualitas jasa layanan membutuhkan berbagai dana investasi yang tidak

sedikit. Kenaikan tuntutan kualitas jasa layanan rumah sakit harus dibarengi dengan

profesionalisme dalam pengelolaannya. Perkembangan pengelolaan Rumah Sakit,

baik dari aspek manajemen maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai

tuntutan dari lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan internal. Tuntutan eksternal

antara lain adalah dari para stakeholder bahwa Rumah Sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya pelayanan kesehatan

terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan dari pihak

internal antara lain adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan

masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme

pasar,

Page 24: Drug Management

perilaku ekonomis, sumber daya professional dan yang tidak kalah penting adalah

perkembangan teknologi. Rumah sakit kepemerintahan yang terdapat di tingkat

pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut.

Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit

pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah

ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke

atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat,dan rumah sakit dituntut untuk

secara mandiri mengatasi masalah tersebut.

Peningkatan biaya kesehatan ini menyebabkan fenomena tersendiri bagi

rumah sakit pemerintahan karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan

kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah. Akibantnya rumah sakit pemerintah

diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu. Rumah sakit pemerintah

menghadapi dilema antara misi melayani masyarakat kelas menengah ke bawah

dan adanya keterbatasan sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang

harus dihadapi. Kondisi tersebut akan mengakibatkan rumah sakit pemerintah

mengalami kebingungan apakah rumah sakit dijadikan sebagai lembaga birokrasi

dalam sistem kesehatan ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang tidak

birokratis.

B.        PERMASALAHAN

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan pada makalah ini adalah:

A.        Penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta

Page 25: Drug Management

B.        Perbandingan dan Analisis Biaya Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit

Swasta

C.        Sumber pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta

D.        Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Pelayanan Kesehatan

Konsep dan Batasan

  

C.        TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.         Mengetahui Perbedaan Penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah

Sakit Swasta

2.         Mengetahui Perbandingan dan Analisis Biaya Rumah Sakit Pemerintah dan

Rumah Sakit Swasta

3.         Mengetahui Sumber pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit

Swasta

4.         Mengetahui Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Pelayanan Kesehatan

Konsep dan Batasan

BAB II

PEMBAHASAN

A.        Penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta

Page 26: Drug Management

Rumah Sakit  adalah Sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan

pelayanan kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif) dan pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitasi) secara paripurna.

Menurut WHO (World Health Organization) Rumah Sakit adalah organisasi

terpadu dari bidang sosial dan medik yang berfungsi sebagai pusat pemberi

pelayanan kesehatan, baik pencegahan penyembuhan dan pusat latihan dan

penelitian biologi-sosial.

Rumah Sakit adalah suatu fasilitas umum (public facility) yang berfungsi

sebagai pusat pelayanan kesehatan meliputi pencegahan dan penyembuhan

penyakit, serta pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan secara

paripurna.

a.      Berdasarkan Kepemilikan dan Penyelenggaraan

1.    Rumah Sakit Pemerintah

Rumah sakit yang dibiayai, dipelihara, dan diawasi oleh Departemen Kesehatan,

Pemerintah Daerah, ABRI, dan departemen lain, termasuk BUMN. Misalnya Rumah

Sakit Umum Pusat, Provinsi, Kabupaten dan lokal. Usaha ini dijalankan berdasarkan

usaha sosial.

2.     Rumah Sakit Swasta

Rumah sakit yang dijalankan oleh suatu yayasan atau swata lain yang umumnya

juga berdasarkan sosial serta tujuan ekonomi (mencari keuntungan).

b.        Persyaratan Penyelenggaraan Rumah Sakit

Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu

Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.

Pada dasarnya, peraturan yang dilakukan pada kedua jenis rumah sakit tersebut

sama, namun ada beberapa peraturan yang membedakannya. Misalnya

Page 27: Drug Management

penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk memberikan pelayanan

penyembuhan penyakit, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan

pemulihan kesehatan individu yang bermutu, efisien, efektif, dan merata; Rumah

sakit wajib mempunyai ruangan untuk penyelenggaraan rawat jalan, rawat inap

minimal 25 tempat tidur, rawat darurat, penunjang medik dan non-medik; Kelas

pelayanan rumah sakit terdiri dari kelas VIP, kelas I, kelas II, kelas III.

c.         Berikut adalah perbedaan persyaratan penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah

dan Rumah Sakit Swasta.

a)     Pemerintah

                 Rumah sakit pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh:

1.      Departemen Kesehatan

2.      Pemerintah Daerah

3.      ABRI

4.      Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

b)     Swasta   

1.      Rumah sakit swasta diselenggarakan berasaskan kemandirian dengan prinsip

wirausaha dengan tetap melaksanakan fungsi sosial.

2.      Kepemilikan rumah sakit berbentuk yayasan, Perseroan Terbatas (P.T), koperasi

dan atau badan hokum lainnya.

3.      Rumah sakit swasta harus memenuhi persyaratan standar bangunan, prasarana,

dan peralatan sesuai dengan jenis dan klasifikasi rumah sakit, meliputi :

   Lokasi atau letak bangunan prasrana harus sesuai dengan rencana umum tataruang

dan terhindar dari pencemaran.

   Bangunan, prasarana, peralatan, harus dalam kondisi terpelihara dan memenuhi

standar keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan kerja.

   Memenuhi persyaratan teknis bengunan, prasarana, peralatan, dan dampak

lingkungan internal dan eksternal.

   Peralatan medik harus memenuhi persyaratan pengujian/kalibrasi.

Page 28: Drug Management

4.      Rumah sakit swasta dalam memberikan pelayanan harus menjamin hak-hak

pasien.

5.      Rumah sakit swasta wajib menyelenggarakan peningkatan mutu pelayanan yang

diselenggarakan oleh pemerintah.

6.      Rumah sakit swasta wajib mempunyai komite medik dan komite keperawatan.

7.      Rumah sakit swasta wajib merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih mampu

pelayanannya apabila rumah sakit tersebut tidak mampu menangani pasien

tersebut.

8.      Bentuk pelayanan rumah sakit swasta adalah rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus.

9.      Rumah sakit khusus swasta diklasifikasikan menjadi rumah sakit khusus swasta

pratama dan madya.

10.   Setiap rumah sakit swasta wajib melaksanakan fungsi sosial.

11.   Rumah sakit swasta yang dimiliki yayasan, perhimpunan, perkumpulan sosial, dan

rumah sakit BUMN yang melayani pasien umum minimal 25%, dan rumah sakit

swasta yang dimiliki pemilik modal minimal 10 %.

B.        Perbandingan dan Analisis Biaya Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit

Swasta

Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk

menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu

pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapah (target)/output tertentu

a.         Pembagian biaya berdasarkan hubungan dengan volume produksi

1.     Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah

produksi/jasa dan waktu pengeluarannya, biasanya lebih dari satu tahun.

Page 29: Drug Management

2.     Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya tergantung dari jumlah

produksi / jasa. Biaya tidak tetap biasanya berupa biaya oprasional yang habis

dikeluarkan selama satu tahun.

3.     Semi Variabel Cost adalah biaya yang memiliki sifat antara fixed cost dan variabel

cost (Gani,1996)

b.         Biaya berdasarkan biaya satuan (Unit cost)

Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk setiap satu satuan produk pelayanan.

Biaya satuan didapatkan dari pembagian antara biaya total (Total Cost = TC)

dengan jumlah produk (Quantity = Q). Dengan demikian tinggi rendahnya biaya

satuan suatu produksi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya biaya total, tetapi juga

dipengaruhi oleh besarnya biaya produk

c.         Analisis Biaya Rumah Sakit

Analisis biaya rumah sakit adalah suatu kegiatan menghitung biaya rumah sakit

untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan baik secara total maupun per unit

atau perpasien dengan cara menghitung seluruh biaya pada seluruh unit pusat biaya

serta mendistribusikannya ke unit-unit produksi yang kemudian dibayar oleh pasien

(Depkes, 1977).Menurut Gani (1996), analisis biaya dilakukan dalam perencanaan

kesehatan untuk menjawab pertanyaan berapa rupiah satuan program atau proyek

atau unit pelayanan kesehatan agar dapat dihitung total anggaran yang diperlukan

untuk program atau pelayanan kesehatan.Dalam perhitungan tarif dirumah sakit

seluruh biaya dirumah sakit dihitung mulai dari :

1.     Fixed Cost

Fixed cost atau biaya tetap ini terdiri dari :- Biaya Investasi gedung rumah

sakit- Biaya peralatan Medis- Biaya peralatan Medis- Biaya Kendaraan (Ambulance,

Mobil Dinas, Motor, dll)

2.     Semi Variabel cost

Gaji Pegawai- Biaya Pemeliharaan- Insentif- SPPD- Biaya Pakaian Dinas dll

3.     Variabel Cost

Page 30: Drug Management

Biaya BHP Medis / Obat- Biaya BHP Non Medis- Biaya Air- Biaya Listrik Biaya

Makan Minum Pegawai dan pasien- Biaya Telepon- dll

d.         Manfaat analisis biaya

Manfaat utama dari analisis biaya ada empat yaitu (Gani,A.2000).a. PricingInformasi

biaya satuan sangat penting dalam penentuan kebijaksanaan tarif rumah sakit.

Dengan diketahuinya biaya satuan (Unit cost), dapat diketahui apakah tarif sekarang

merugi, break even, atau menguntungkan.

Dan juga dapat diketahui berapa besar subsidi yang dapat diberikan pada unit

pelayanan tersebut misalnya subsidi pada pelayanan kelas III rumah

sakit.b. Budgeting /PlanningInformasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit

produksi dan biaya satuan (Unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit, sangat

penting untuk alokasi anggaran dan untuk perencanaan anggaran.c. Budgetary

controlHasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor dan mengendalikan

kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya mengidentifikasi pusat-pusat biaya (cost

center)yang strategis dalam upaya efisiensi rumah sakitd. Evaluasi dan Pertanggung

Jawaban Analisis biaya bermanfaat untuk menilai performance keuangan RS secara

keseluruhan, sekaligus sebagai pertanggungan jawaban kepada pihak-pihak

berkepentingan.

C.        Sumber-sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan :

Dalam konteks pengembangan sumber pendanaan rumah sakit

perlu   diperhatikan   mengenai  peran   swasta   yang   besar.   Secara

konseptual   peran   swasta   sebagai   sumber   pendanaan  diwujudkan dalam 

berbagai  kegiatan.  Dengan adanya

program  pengembangan  mutu  rumah  sakit pemerintah  diharapkan masyarakat 

atau swasta menggunakan rumah sakit pemerintah untuk mencari pengobatan.  

Pada   sisi   lain,   berbagai   sumber   pendanaan

Page 31: Drug Management

pemerintah mungkin akan dikontrakkan keperusahaan swasta (Kotak2), misalnya 

untuk promosi kesehatan ataupun kebersihan lingkungan. Polakontrak keluar ini pe

rlu diperhatikan karena cara yang baik untuk menghindari  keadaan  over-load 

padalembaga  pelayanan  kesehatan

pemerintah atau Dinas Kesehatan (Dinkes). Akibat keterbatasan subsidipemerintah 

saat ini semakin banyak

  

Pelaksanaan Program

Pemerintah Swasta

Pemerintah

Subsidi untukrumah sakitpemerintah atau bagi orang miskindi rumah sakit pemerintah

1

Kontrak ke perusahaanswasta

2

Swasta Dana dari swasta dipergunakanuntuk pelayanan kesehatan pemerintah

Perusahaan swastamengerjakan pesanan darimasyarakat untuk pelayanankesehatan

4

 

Page 32: Drug Management

Pe            pendanaanProgram

Peran Swasta dalam Pelayanan Kesehatan dana  masyarakat  yang  dilaksanakan  

oleh  rumah  sakit pemerintah. Dengan demikian ada gerakan dari kotak 1 ke kota

k 3. Hal  ini yang menyebabkan semakinbesarnya pengaruh mekanisme pasar di r

umah sakit  pemerintah.  Dana  yang  didapat  dari  masyarakatdiper gunakan

oleh   sistem   manajemen   rumah   sakit   untuk   meningkatkan   mutu

pelayanan  rumah 

sakit  dengan  cara  memperbaiki  mutu  pelayanan, memperluas   bangsal   VIP,   

dan   mengeluarkan  berbagai   produk

pelayanan  baru.  Dengan  cara  ini  diharapkan  akan  semakin  banyak dana 

masyarakatmasuk  ke  rumah sakit  pemerintah sehingga  rumah

sakit  mampu  meningkatkan  motivasi  sumber  dayamanusianya  serta 

meningkatkan mutu pelayanannya.

a.         Pemerintah

1.     Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari :

-    Pendapatan pajak secara umum

-    Deficit Financing (Pinjaman dari luar negeri)

-    Pendapatan Pajak penjual

Page 33: Drug Management

2.     Asuransi Sosial

Berdasarkan alokasi / pengelolaan anggaran, pembiayaan kesehatan berasal dari :

-    Pemerintah pusat :

-    Pemerintah daerah tingkat I

-    Pemerintah daerah Tingkat II

3.     Departemen Kesehatan :

Sumber dana yg ada :

-      APBN – DIP (Daftar Isian Proyek)

-      APBN – DIK(daftar Isian Kegiatan)

-      RKAP

-      OPRS

-      INPRES

4.    Non Departemen Kesehatan

5.    SDO (Departemen Keuangan)

b.         Swasta

Pembiayaan pelayanan kesehatan dilakukan dari berbagai sumber Pembiayaan

pegawai oleh perusahaan

1.     Asuransi kesehatan swasta

2.     Sumbangan social

3.     Pengeluaran Rumah Tangga

4.     Communal Selp-help

D.        Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Pelayanan Kesehatan

Konsep dan Batasan

1.         Defisi swasta di bidnng kesehatan :

Page 34: Drug Management

Semun organisasi dan individu yang dalam melaksakan kegiatannya tidak langsung

dikendalikan oleh Pemerintah. Ini termasuk perusahaan swasta dan individu yang

mencari untung (for-profit) serta organisasi swasta yang tidak . mencari untung (non-

profit) (WHO, Mexico 1991)

a.        Peranan Swasta dan Pemerintah Tujuh item yang menjadi issue:

-    Pemerataan (equity)

-    Efesiensi operasional

-    Efesiensi alokatif

-    Acceptability oleh consumer

-    Acceptability oleh provider

-    Kelayakan administrasi

-    Acceptability secarn politis

b.        Tujuh kemungkinan peran swasta :

-       Kontrak kegiatan tertentu pada swasta

-       Mendorong pengembangnn JPKM

-       Sesuaikan tarif untuk meningkatkan pendapatan.

-       Membayar swasta sesuai dengan mutu di Pemerintah

-       Kembangkan asuransi swasta nasional

-       RS Swadana (Autonomy)

-       Swasta ikut bertanggung jawab atas biaya pendidikan.

c.      Swastanisasi

Swastanisasi atau privatisasi adalah strategi atau kebijakan Pemerintah untuk

mengalihkan pelaksanaan upaya dan pelayanan kesehatan serta pembiayaannya

dari Pemerintah ke swasta. Pengalihan bisa total atau sebagian.

2.      Asumsi dan Ekspektasi

a.      Mobilisasi Sumber Daya

Fakta menunjukan bnhwa dana yang bersumber dari masyarakat dan swasta,

jumlahnya cukup besar (65-35%). Dana yang besar ini diharapkan akan bisa

Page 35: Drug Management

membantu memikul tanggung jawab sosial secara langsung. Kesuksesan sektor

swasta dalam membantu memobilisasi dana tergantung dari beberapa kondisi

-    Jumlnh tenaga kesehatan Dengn berkembangnya swasta, tenaga terampi) yang

jumlahnyn terbatas di sektor pemerintah akan berkurang (terjadi di Meksiko dan

Malaysia)\

-    Intervensi Pemerintah Kalau tidak ada intervensi, bisa terjadi kenaikan total biaya

kesehatan, tetapi volume pelayanan akan tetap atau bahkan menurun

b.        Kompetisi dan Efesiensi

Dalam mekanisme pasar bebas, persaingan akan mendorong efesiensi. Ini akan

terjadi dalam sistem pasar yang berfungsi baik, yang memenuhi syarat-syarat

tertentu :

-      Mekanisme harga di pasar memerlukan informasi biaya produksi secara tepat dan

cepat. Di negara maju, kebanyakan informasi ini sudah tersedia, tetapi di sebagian

negara berkembang, informasi ini masih sangat terbatas.

-      Persyaratan dimana supplier dalam jumlah yang banyak dan dapat masuk dan

keluar dengan mudah. Dalam kenyataan, sulit untuk masuk dan keluar dari sistem di

sektor kesehatan, sehingga yang terjndi bukan “free competition”, tetapi oligopoli,

bahkan monopoli di daerah tertentu.

-      Consumer choices. Kondisi pasar sempurna memungkinkan konsumer untuk

memilih yang terbaik dari banyak Iayanan kesehatan, dam konsumer jugn

mengetnhui kualitas barang yang dibelinya.

Untuk itu konsumer harus mengetahui variasi harga dan kualitas barang yang

tersedin di pasar. Tetapi Karena salah satu ciri jasa kesehatan adalah consumer

ignorance, maka permi ntaan yang terjadi adalah permintaan yang diwakilkan oleh

provider, sehingga terjadi mekanisme pasar tidak sempurna.

c.         Keseimbangan pasar dan pemerataan Keseimbnngan pasar dan pemerataan

adalah tidak berhubungan. Jadi keseimbangan pasar hanya mencerminkan

keseimbangan harga atas harga yang ditawarkan dan diminta konsumen. Pada

Page 36: Drug Management

tingkat harga keseimbangan ini, ada sebagian konsumer yang mempunyai

kemampuan di bawah titik keseimbangan tersebut. Contoh di A5, 35 juta orang tidak

mampu menjangkau hargn premi asuransi kesehatan

d.        Kualitas Fakta : Kualitns di sektor pemerintah sangat rendah. Keluhan terdapat

dalam layanan kesehatan, Iayanan penunjang medik, layanan administrasi, layanan

tranportasi, dll. Ekspektasi : peningkatan kualitas Iayanan kesehatan. Definisi

layanan kesehatan yang berkualitns :

-    Kualitas dari aspek medis harus adekwat (tidak lebih dan tidak kurang) Swasta for

profit : cenderung untuk memberi Iayanan berlebihan (untuk pembayaran fee for

service) atau kurang (kapitasi).

-    Kualitas dari aspek non medis (convenience dan amenities) meliputi waktu tunggu,

administrasi, kebersihan, keramahan, kenyamanan.

-    Kualitas dari aspek aksesibilitas For profit :Target pada pangsa pasar dengan

kemampuan tinggi

3.         Motivasi dan Perilaku Swasta

a.        Non for profit

Tujuannya adalah memaksimalkan benefit sosial dari pelayananya. Ada dua :

-      Yang mendapati subsidi

1.         Yang tidak mendapatkan subsidi

Sumber subisi :

-    Badan atau organisasi internasional

-    Sumber dana domestik (jumlah sedikit)

2.         Subsidi mencnngkup :

-    Seluruh/sebagian komponen biaya (investasi, oprasional, dan pemeliharaan )

-    Ada keterbatasan hanya subisi investnsi

3.         Ciri-ciri :

-    Tarif biasanya di bawah biaya satuan

-    Tnrif di atas biaya sntuan digunakan untk subsidi silang

-    Sasaran pelayanan ke pemukiman kumuh, daerah tertinggal

Page 37: Drug Management

b.        For Profit Tujuan adalah memaksimalkan ospek ” return on investment “, karena itu

sektor for profit selalu memperhatikar : jumlah, jenis dan lokasi layanan kesehatan.

Biasanya sektor ini menawarkan sistem yang eksklusif dalam tenaga, peralatan,

medis, peralatan pendukung, dan juga biayanya. Konsumennya : mampu dan

menginginkan kualitas yang tinggi. Tetapi ada fenomena ” supply induced demand ”

dimana biaya investasi dan oprasional dibiayai dengnn uang pinjamnn bank,

sehinggn menunjang untuk melakukan ” unnecessary procedures”

BAB III

PENUTUP

A.        KESIMPULAN

1.         Rumah Sakit  adalah Sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan

pelayanan kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif) dan pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitasi) secara paripurna.

2.         Rumah Sakit Pemerintah yang dibiayai, dipelihara, dan diawasi oleh Departemen

Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI, dan departemen lain, termasuk BUMN.

Misalnya Rumah Sakit Umum Pusat, Provinsi, Kabupaten dan lokal. Usaha ini

dijalankan berdasarkan usaha sosial.

3.         Rumah Sakit Swasta adalah Rumah Sakit yang dijalankan oleh suatu yayasan

atau swata lain yang umumnya juga berdasarkan sosial serta tujuan ekonomi

(mencari keuntungan).

4.         Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk

menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu

pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapah (target)/output tertentu

Pembagian biaya berdasarkan hubungan dengan volume produksi Biaya tetap

( fixed cost ) Biaya variabel (variable cost) Semi Variabel Cost

Page 38: Drug Management

5.         Rumah Sakit swasta dan individu yang mencari untung (for-profit) serta organisasi

swasta yang tidak . mencari untung (non-profit)

B.     SARAN

Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami  mohon kritik

maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan

kedepan.

OBAT PUBLIK

Pada tanggal 20-23 Mei 2015 telah dilaksanakan Rapat Konsultasi Teknis

Program Oblik dan Perbekalan Kesehatan yang berlangsung di Hotel

Sahid, Solo. Acara ini diikuti oleh perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi

seluruh Indonesia dan peserta lintas program serta menghadirkan

berbagai narasumber antara lain Direktur Bina Oblik dan Perbekes, Pusat

Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK), Kementerian Dalam Negeri,

Sesditjen Bina Gizi dan KIA serta Guardian Y. Sanjaya dari  SIMKES

Fakultas Kedokteran UGM.

Rakontek tersebut mengangkat tema Pemantapan Pelaksanaan Program

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam mendukung ketersediaan

obat di era JKN yang sejalan dengan tema Rapat Konsultasi Nasional yang

telah diadakan Ditjen Binfar beberapa waktu lalu. Materi yang diangkat

pada pertemuan ini antara lain mengenai Tata laksana pemantauan

indikator, kebijakan pemanfaatan dana kapitasi di fasilitas kesehatan

tingkat primer,  Implementasi Undang-undang nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, dukungan obat dan perbekes dalam

rangka penurunan AKI, AKB dan prevalensi gizi buruk di 9 provinsi

prioritas, serta pemantapan penerapan e-logistik.

Page 39: Drug Management

“Kewajiban dalam menjamin ketersediaan obat dan vaksin tidak hanya

menjadi kewajiban Pemerintah Pusat, akan tetapi merupakan kewajiban

semua tingkat Pemerintahan sesuai dengan kewenangannya. Obat dan

vaksin Program Kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Pusat melalui

APBN tidak akan berarti apabila tidak tersedia pada fasilitas kesehatan

pada waktu dibutuhkan. Peningkatan koordinasi yang lebih baik antara

kita semua sangat dibutuhkan untuk menjamin obat dan vaksin tersedia

pada fasilitas kesehatan dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang

dibutuhkan”, demikian disampaikan Dirjen Binfar dan Alkes, Dra.Maura

Linda Sitanggang, PHd, dalam arahannya pada saat Pembukaan acara.

Dipaparkan oleh ibu Dirjen bahwa arah kebijakan Program Kefarmasian

dan Alat Kesehatan adalah: 1) Penguatan pelayanan kefarmasian sebagai

pilar pelayanan kesehatan, 2) Pendekatan rantai suplai untuk menjamin

aksesibilitas, 3) Regulasi dan pembinaan berbasis risiko. Arah kebijakan

tersebut selanjutnya dituangkan dalam berbagai kegiatan, dengan

berfokus pada sasaran strategis untuk mencapai tujuan program, yaitu: 1)

Terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas, 2)

Terwujudnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional, dan alat

kesehatan, serta 3) Terjaminnya alat kesehatan dan PKRT yang

memenuhi syarat di peredaran. Ketiga tujuan ini tidak bisa berdiri sendiri,

saling berkaitan. Namun pada kesempatan ini tujuan yang pertama, yaitu

terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas

tentunya menjadi fokus utama. Ketersediaan obat dan vaksin atau dari

sisi negatifnya, kekosongan obat dan vaksin merupakan issue yang selalu

mengemuka saat berbicara mengenai pelayanan kesehatan. Apalagi jika

dikaitkan dengan sistem pengadaan secara elektronik/e-purchasing yang

saat ini telah memasuki implementasi pada tahun ketiga.

Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Dra.Engko Sosialine,

Apt, menyampaikan bahwa fokus program antara lain menjamin

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, standarisasi harga obat,

Page 40: Drug Management

persiapan dan implementasi one gate policy dalam manajemen tata kelola

obat serta implementasi e-monev katalog dan e-logistik obat. Dalam

Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

dijelaskan bahwa tugas Pusat adalah menyediakan obat, vaksin, alkes dan

suplemen kesehatan program nasional. Sementara melalui Dana DAK sub

bidang pelayanan kefarmasian salah satu yang dapat dibiayai adalah

penyediaan pbat dan perbekkes di daerah. Walaupun penyediaan obat

dapat didanai oleh DAK, namun yang penting adalah bagaimana Daerah

dapat menganggarkan sendiri Dana penyediaan obat pelayanan

kesehatan dasar di daerah.

Puskesmas dapat manfaatkan dana kapitasi

Sementara itu, Kepala P2JK menyampaikan mengenai pemanfaatan dana

kapitasi di Puskesmas di Era JKN.  Sebanyak 143 juta penduduk telah

tercatat menjadi peserta JKN, dengan porsi terbesar adalah kelompok

peserta mandiri. Dalam Pasal 6 Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003

disebutkan bahwa gubernur dan bupati memiliki otoritas dalam

Pengelolaan keuangan daerah. Dalam Perpres nomor 32  tahun 2004 

definisi Kas Daerah diperluas tidak sebatas RKUD tetapi termasuk di

Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP sepanjang ditetapkan oleh

Kepala Daerah, sehingga dalam hal ini dana kapitasi dapat langsung

diterima dan dimanfaatkan oleh FKTP.

Dalam Permenkes nomor 19 Tahun 2014 disebutkan bahwa pengaturan

penggunaan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk jasa

pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional ditujukan bagi

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah daerah yang

belum menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum

daerah (BLUD). Dana Kapitasi digunakan seluruhnya untuk jasa pelayanan

kesehatan (Jaspel) meliputi Jaspel perorangan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan, dan Jasa pelayanan kesehatan

(jaspel) meliputi jaspel perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

Page 41: Drug Management

dan tenaga non kesehatan.  Jaspel di FKTP di tetapkan sekurang

kurangnya 60%dari total kapitasi yg diterima dan sisanya untuk

Operasional Pelayanan Kesehatan Lainnya.

Pengadaan obat, alkes dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan

melalui SKPD Dinas Kesehtan dengan mempertimbangkan ketersediaan

obat alat kesehatan dan BMHP yang dialokasikan oleh pemerintah dan

pemerintah daerah. Belanja obat, BHP dan alkes dilaksanakan sesuai

dengan Permenkes 63/2014 serta peraturan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi

FKTP harus dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

Mekanisme penyediaan obat dalam rangka pelayanan JKN sebagai

berikut:

1. SKPD,  FKTP dan FKRTL menyampaikan rencana kebutuhan obat

kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

2. PPK menetapkan Daftar Pengadaan Obat sesuai kebutuhan dan

ketersediaan anggaran

3. Daftar Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue)

4. Daftar Pengadaan Obat diluar Katalog Elektronik (E-Catalogue)

5. PPK selanjutnya meneruskan Daftar Pengadaan Obat berdasarkan

Katalog Elektronik yang telah ditandangani ke Pokja ULP/Pejabat

Pengadaan

6. Pokja ULP/Pejabat Pengadaan akan memproses pengadaan Obat ke

penyedia Obat/Industri Farmasi.

7. Setelah ada persetujuan dari Penyedia Obat/Industri Farmasi,

kemudian diteruskan oleh Pokja ULP/Penjabat Pengadaan kepada PPK

untuk ditindak lanjuti.

8. Pengadaan obat, alkes dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan

melalui SKPD Dinas Kesehtan dengan mempertimbangkan

ketersediaan obat alat kesehatan dan BMHP yang dialokasikan oleh

Page 42: Drug Management

pemerintah dan pemerintah daerah. Belanja obat, BHP dan alkes

dilaksanakan sesuai dengan Permenkes 63/2014 serta peraturan

perUUan yang berlaku. Proses administrasi dilakukan di Dinkes. Kepala

Puskesmas sebagai PPK (Perpres 32) meminta pengadaan obat kepada

Dinkes (Pokja ULP)

Analisis ABC dan VEN

Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien.

Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan

dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam

suatu sistem.

Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu

yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan

pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.

Manajemen obat di rumah sakit merupakan salah satu unsur

penting dalam fungsi manajerial rumah sakit secara keseluruhan, karena

ketidak efisienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit

baik secara medis maupun secara ekonomis. Tujuan manajemen obat di

rumah sakit adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat

dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu yang terjamin dan

harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan yang bermutu.

Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang

merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4

fungsi dasar yaitu, seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi

serta penggunaan.

Tersedianya berbagai macam obat di pasaran, membuat para

dokter tidak mungkin up to datedan membandingkan berbagai macam

obat tersebut. Produk obat yang sangat bervariasi juga menyebabkan

Page 43: Drug Management

tidak konsistennya pola peresepan dalam suatu sarana pelayanan

kesehatan. Hal ini akan menyulitkan dalam proses pengadaan obat.

Disinilah letak peran seleksi dan perencanaan obat.

Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari

meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi

pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan

memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan

memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran

aktif apoteker dalam PFT untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta

jaminan purna transaksi pembelian.

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,

jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan

metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi,

Kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan

anggaran yang tersedia.

Perencanaan yang telah dibuat harus dilakukan koreksi dengan

menggunakan metode analisis nilai ABC untuk koreksi terhadap aspek

ekonomis, karena suatu jenis obat dapat memakan anggaran besar

disebabkan pemakaiannya banyak atau harganya mahal. Dengan analisis

nilai ABC ini, dapat diidentifikasi jenis-jenis obat yang dimulai dari

golongan obat yang membutuhkan biaya terbanyak.

Selain itu, analisis juga dapat dilakukan dengan metode VEN (Vital,

Esensial dan Non Esensial) untuk koreksi terhadap aspek terapi, yaitu

dengan menggolongkan obat kedalam tiga kategori. Kategori V atau vital

yaitu obat yang harus ada yang diperlukan untuk menyelamatkan

Page 44: Drug Management

kehidupan, kategori E atau essensial yaitu obat yang terbukti efektif untuk

menyembuhkan penyakit atau mengurangi pasienan, kategori N atau non

essensial yaitu meliputi berbagai macam obat yang digunakan untuk

penyakit yang dapat sembuh sendiri, obat yang diragukan manfaatnya

dibanding obat lain yang sejenis. Analisis kombinasi metode ABC dan VEN

yaitu dengan melakukan pendekatan mana yang paling bermanfaat

dalam efisiensi atau penyesuaian dana.

Analisis ABC Indeks Kritis digunakan untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan dana dengan pengelompokkan obat atau perbekalan

farmasi, terutama obat-obatan yang digunakan berdasarkan dampaknya

terhadap kesehatan. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1.     Menghitung nilai pakai

         Menghitung total pemakaian obat

         Data pemakaian obat dikelompokkan berdasarkan jumlah pemakaian.

Diurutkan dari pemakaian terbesar sampai yang terkecil

         Kelompok A dengan pemakaian 70% dari keseluruhan pemakaian obat

Kelompok B dengan pemakaian 20% dari keseluruhan pemakaian obat

Kelompok C dengan pemakaian 10% dari keseluruhan pemakaian obat

2.    Menghitung nilai investasi

         Menghitung total investasi setiap jenis obat

         Dikelompokkan berdasarkan nilai investasi obat. Diurutkan dari nilai

investasi terbesar sampai yang terkecil

         Kelompok A dengan nilai investasi 70% dari total investasi obat

Page 45: Drug Management

Kelompok B dengan nilai investasi 20% dari total investasi obat

Kelompok C dengan nilai investasi 10% dari total investasi obat.

3.    Menentukan nilai kritis obat

         Menyusun kriteria nilai kritis obat

         Membagikan kuesioner berupa daftar obat kepada dokter untuk

mendapatkan nilai kritis obat, dengan kriteria yang telah ditentukan.

Dokter yang mengisi kuesioner tersebut adalah dokter yang berpengaruh

terhadap peresepan dan pemakaian obat.

Contoh (dikutip dari penelitian Susi Suciati dan Wiku B.B.

Adisasmito di RS Karya Husada, Cikampek, JaBar, 2006):

Kuesioner yang berisi daftar obat dibagikan kepada dokter untuk

mendapat penilaian mengenai nilai kritis. Dari kuesioner tersebut

dilakukan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.     Lakukan survei tentang kekritisan obat terhadap dokter yang sering

menulis resep.

2.    Buat rata-rata skor dari setiap jenis obat.

3.    Susun tabel obat dari skor tertinggi hingga skor terendah.

4.    Cek persentase (%) kumulatif

Potong % kumulatif menjadi 70% untuk kelompok X, 20% kelompok Y, dan

10% kelompok Z.

Kriteria nilai kritis obat adalah :

Page 46: Drug Management

a.    Kelompok X atau kelompok obat vital, adalah kelompok obat yang

sangat essensial atau vital untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi

penyakit penyebab kematian ataupun untuk pelayanan pokok kesehatan.

Kelompok ini tidak boleh terjadi kekosongan.

b.    Kelompok Y atau kelompok obat essensial adalah obat yang bekerja

kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit, logistik

farmasi yang banyak digunakan dalam pengobatan penyakit terbanyak.

Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolerir kurang dari 48 jam.

c.     Kelompok Z atau kelompok obat nonessensial, adalah obat

penunjang agar tindakan atau pengobatan menjadi lebih baik, untuk

kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan. Kekosongan obat kelompok

ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam.

5.    Menentukan nilai indeks kritis obat Untuk mendapat NIK obat dengan

menggunakan perhitungan sebagai berikut:

NIK = Nilai Pakai + Nilai Investasi + (2 x Nilai Kritis)

 

 

6.    Pengelompokan obat ke dalam kelompok A, B dan C dengan kriteria :

         Kelompok A dengan NIK 9.5 - 12

         Kelompok B dengan NIK 6.5 – 9.4

         Kelompok C dengan NIK 4 – 6.4

Page 47: Drug Management

Kelompok A dengan NIK tertinggi yaitu 12, mempunyai arti bahwa obat

tersebut adalah obat dalam kategori kritis bagi sebagian besar

pemakainya, atau bagi satu atau dua pemakai, tetapi juga mempunyai

nilai investasi dan turn over yang tinggi.

Page 48: Drug Management

Dari hasil perhitungan  didapat hasil sebagai berikut:

         Kelompok A: dengan NIK 9.5 – 12, sebanyak 36 item obat (3,57%) dari

total item obat.

         Kelompok B: dengan NIK 6.5 – 9.4, sebanyak 270 item (26,88%) dari

total item obat.

         Kelompok C: dengan NIK 4 – 6.4, sebanyak 701 item (69,61%) dari

total item obat.

Hasil pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Analisis ABC ini dapat digunakan, apalagi jika telah ada standarisasi

obat (formularium). Untuk itu diperlukan kerja sama dan koordinasi yang

baik dengan unit terkait, misalnya administrator RS, bagian keuangan,

logistik (farmasi RS), dokter, serta unit pelayanan lainnya.

Page 49: Drug Management