DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUM · • Distribusi power yang tidak merata TUJUAN & METODOLOGI...

Post on 11-Mar-2019

221 views 1 download

Transcript of DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUM · • Distribusi power yang tidak merata TUJUAN & METODOLOGI...

STUDI POLA RELASI KUASA (POWER RELATION)DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUMTubagus Furqon Sofhani, Ir., MA, Ph.D.Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Djoko Santoso Abi Suroso, Ir., Ph.D.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Aryani Chandramidi, ST., MSc.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Aria Muhammadsyah, ST. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Ivanie Destila Sari, ST.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Amelia Sakinah, ST.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

LATAR BELAKANG STUDI

Studi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) padaumumnya kurang mengkaji aspek interaksi antaraktor, baik secara formal maupun informal.Akibatnya, studi kurang dapat memotret realitapengaruh antar aktor dalam pengelolaan DAS:• Tidak mampu mendeteksi gejala informalitas

pengelolaan (keberadaan aktor-aktor informal)

• Tidak mampu mendeteksi pola komunikasi dilapangan

• Distribusi power yang tidak merata

TUJUAN & METODOLOGI STUDI

Studi analisis Pola Relasi Kuasa (Power Relation)

bertujuan untuk mengidentifikasi pola interaksi antaraktor dalam pengelolaan DAS yang mempengaruhiproses tata kelola yang terjadi. Untuk itu, digunakanpendekatan analisis jejaring dengan metode socialnetwork analysis (SNA).

SNA mengidentifikasi struktur jaringan yang

terbentuk dari pola interaksi antar aktor, sertaadanya peran tertentu yang dilakukan aktor secarainformal. Indikator penilaian menggunakan standarcentrality Wasserman (1994) serta analisis deskriptifhasil penggalian informasi terhadap aktor yangterlibat dalam studi.

DESKRIPSI WILAYAH STUDI

Studi dilakukan dengan pendekatan case-study

terhadap wilayah Hulu DAS Citarum yang dapatmenggambarkan kondisi dan permasalahan dalam tatakelola DAS di Indonesia pada umumnya.

Kasus studi difokuskan pada wilayah Hulu Inti (mulaidari sumber aliran di Gunung Wayang hingga menjelangkawasan perkotaan Dayeuhkolot) yang sebagian besarmerupakan kawasan lindung namun mengalamikerusakan lingkungan yang parah akibat perkembangankegiatan budidaya. Dampaknya antara lain banjir dikawasan permukiman dan penurunan kualitas air baku.

Peta Zona Citarum Hulu dan Fokus Studi pada Wilayah Hulu Inti

1974 20091930 1936 2004 20152006 2013

UU No. 11 Tahun 1974 tentang Irigasi ditetapkan

UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air ditetapkan

Kembali mengacu padaUU No. 11 Tahun 1974TKPSDA

WS Citarum dibentuk

BBWS Citarum dibentukdibawah Ditjen SDA –

Kementerian PU

UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air dibatalkan

1925

Burgerlijke Openbare Werken(Pekerjaan Umum Sipil) dibentuk dan bertanggungjawab membuat peraturanirigasi

Peraturan pengelolaanirigasi dilaksanakan di

Jawa dan Madura

1945

Algemeen Water Reglement (Peraturan Air Umum) disetujui

Dewan Rakyat (Volksraad)

Belum ada undang-undang dan peraturan mengenai tata kelola sungai. Sumber daya air dikembangkan dalam rencana pembangunan

infrastruktur

Beberapa provinsi memperbaharuiperaturan irigasi melalui

Pekerjaan Umum Provinsi

1964

Pasca otonomi daerah, pendanaan pengelolaan sungai berasal dari APBN, BLN, DAK, DAU, APBD dan BUMN

Kerangka hukumpengelolaan sungaimenggunakan model prasasti

Citarum Roadmap: (ICWRMIP atau “Cita Citarum”)

2023

Visualisasi Keterhubungan dan Degree of Centrality

DISKUSI & HASIL STUDI

Hasil pengolahan data dengan bantuan program

UCINET dalam indikator degree of centralitymemperlihatkan peran sentral dimainkan oleh BPLHDProvinsi Jawa Barat dan Komunitas Lokal dalampengelolaan Hulu DAS Citarum. Hal ini terjadi karenakeduanya memiliki keterhubungan lintas kelompokaktor yang membuka kesempatan untuk berperan lebihbesar dari kewenangan struktural yang membatasi.

Diskusi dan deep interview memperlihatkan bahwa

aktor yang selama ini menjadi context setter (fungsikoordinasi dan perencanaan) menjalankan fungsinyasesuai aturan dalam Tugas Pokok dan Fungsi. Hal inijustru menyebabkan keterbatasan untuk berkomunikasidan bertindak secara vertical ke level yang lebih lokal,termasuk dalam berkomunikasi dengan aktor yangberasal dari kelompok lain di luar Pemerintahan.

Pola relasi berdasarkan hasil ‘clique analysis’

memperlihatkan kecenderungan terbentuknyakelompok informal berdasarkan alur informasi dankomunikasi yang dimiliki masing-masing aktor. Terlihatadanya kelompok aktor ‘Pusat’ (Pemerintah Pusat danProvinsi) serta aktor ‘Lokal’ (Pemerintah Daerah,Kelompok Masyarakat, dan Kelompok Dunia Usaha).

• Terdapat missing link dalam perencanaan dan

implementasi kebijakan akibat terbatasnya interaksiantara aktor perencana dengan aktor lapangan;

• Tingginya pengaruh aspek structure: aturan

kewenangan instansi membatasi komunikasi antarkelompok;

• Kebutuhan implementasi kebijakan dan program

kurang memperhatikan aspek informal yangdiperlukan dalam menangani permasalahan di DAS.

TATA KELOLAHULU DAS CITARUM

AKTOR / STAKEHOLDERS

PERAN FORMAL POWER (KUASA)

ANALISIS SNA: INTERAKSI ANTAR AKTOR

POLA RELASI KUASA (POWER RELATION) YANG MEMPENGARUHI TATA KELOLA HULU DAS CITARUM

Peraturan / Perundangan

Tupoksi & Program

Survey Primer(wawancara,

diskusi)

KESIMPULAN & REKOMENDASI STUDI

Structural approach

Agency approach

Kerangka Pikir Studi

KESIMPULAN STUDI

PENGHARGAANStudi ini merupakan bagian dari program riset

unggulan pada Pusat Penelitian Infrastruktur danKewilayahan yang dibiayai melalui Lembaga Penelitiandan Pengabdian Kepada Masyarakat – InstitutTeknologi Bandung (LPPM – ITB), 2016.

Studi pengembangan kelembagaan yang dapat:

menginternalisasi aktor informal kedalam struktur tatakelola formal; mendudukan aktor formal dalam peranyang tepat; membentuk sistem tata kelola DAS yangmempertimbangkan pola relasi kuasa yang nyata.

PELUANG STUDI LEBIH LANJUT

Petani Besar

PTPN

Perum Perhutani

KLH & Hut

BPDAS Citarum Ciliwung

BBWS Citarum

Dishut Jabar

Bappenas

PSDA Jabar

Bappeda Jabar

Diskimrum Jabar

LSM

Komunitas

Lokal

Dishutbun

Kab. Bdg

Ditjen SDA –

Kem.PUPERA

BPLHD Jabar

Disciptarsih

Kab. Bdg

Bappeda

Kab. Bdg

KLH Kab.

Bandung

Disperta

Jabar

Kecenderungan Pengelompokan Informal dalam Pengelolaan Hulu DAS Citarum

Petani Besar

PTPN

Perum Perhutani

KLH & Hut

BPDAS Citarum Ciliwung

BBWS Citarum

Dishut Jabar

Bappenas

PSDA Jabar

Bappeda Jabar

Diskimrum Jabar

LSM

Dishutbun

Kab. Bdg

Ditjen SDA –

Kem.PUPERA

BPLHD Jabar

Disciptarsih

Kab. Bdg

Bappeda

Kab. Bdg

BPLH

Kab. Bdg

Disperta

Jabar

Komunitas

Lokal

STUDI POLA RELASI KUASA (POWER RELATION)DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUMTubagus Furqon Sofhani, Ir., MA, Ph.D.Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Djoko Santoso Abi Suroso, Ir., Ph.D.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Aryani Chandramidi, ST., MSc.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Aria Muhammadsyah, ST. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Ivanie Destila Sari, ST.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Amelia Sakinah, ST.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

LATAR BELAKANG STUDI

Studi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) padaumumnya kurang mengkaji aspek interaksi antaraktor, baik secara formal maupun informal.Akibatnya, studi kurang dapat memotret realitapengaruh antar aktor dalam pengelolaan DAS:• Tidak mampu mendeteksi gejala informalitas

pengelolaan (keberadaan aktor-aktor informal)

• Tidak mampu mendeteksi pola komunikasi dilapangan

• Distribusi power yang tidak merata

TUJUAN & METODOLOGI STUDI

Studi analisis Pola Relasi Kuasa (Power Relation)

bertujuan untuk mengidentifikasi pola interaksi antaraktor dalam pengelolaan DAS yang mempengaruhiproses tata kelola yang terjadi. Untuk itu, digunakanpendekatan analisis jejaring dengan metode socialnetwork analysis (SNA).

SNA mengidentifikasi struktur jaringan yang

terbentuk dari pola interaksi antar aktor, sertaadanya peran tertentu yang dilakukan aktor secarainformal. Indikator penilaian menggunakan standarcentrality Wasserman (1994) serta analisis deskriptifhasil penggalian informasi terhadap aktor yangterlibat dalam studi.

DESKRIPSI WILAYAH STUDI

Studi dilakukan dengan pendekatan case-study

terhadap wilayah Hulu DAS Citarum yang dapatmenggambarkan kondisi dan permasalahan dalam tatakelola DAS di Indonesia pada umumnya.

Kasus studi difokuskan pada wilayah Hulu Inti (mulaidari sumber aliran di Gunung Wayang hingga menjelangkawasan perkotaan Dayeuhkolot) yang sebagian besarmerupakan kawasan lindung namun mengalamikerusakan lingkungan yang parah akibat perkembangankegiatan budidaya. Dampaknya antara lain banjir dikawasan permukiman dan penurunan kualitas air baku.

Peta Zona Citarum Hulu dan Fokus Studi pada Wilayah Hulu Inti

Kecenderungan Pengelompokan Informal dalam Pengelolaan Hulu DAS Citarum

DISKUSI & HASIL STUDI

Hasil pengolahan data dengan bantuan program

UCINET dalam indikator degree of centralitymemperlihatkan peran sentral dimainkan oleh BPLHDProvinsi Jawa Barat dan Komunitas Lokal dalampengelolaan Hulu DAS Citarum. Hal ini terjadi karenakeduanya memiliki keterhubungan lintas kelompokaktor yang membuka kesempatan untuk berperan lebihbesar dari kewenangan struktural yang membatasi.

Diskusi dan deep interview memperlihatkan bahwa

aktor yang selama ini menjadi context setter (fungsikoordinasi dan perencanaan) menjalankan fungsinyasesuai aturan dalam Tugas Pokok dan Fungsi. Hal inijustru menyebabkan keterbatasan untuk berkomunikasidan bertindak secara vertical ke level yang lebih lokal,termasuk dalam berkomunikasi dengan aktor yangberasal dari kelompok lain di luar Pemerintahan.

Pola relasi berdasarkan hasil ‘clique analysis’

memperlihatkan kecenderungan terbentuknyakelompok informal berdasarkan alur informasi dankomunikasi yang dimiliki masing-masing aktor. Terlihatadanya kelompok aktor ‘Pusat’ (Pemerintah Pusat danProvinsi) serta aktor ‘Lokal’ (Pemerintah Daerah,Kelompok Masyarakat, dan Kelompok Dunia Usaha).

• Terdapat missing link dalam perencanaan dan

implementasi kebijakan akibat terbatasnya interaksiantara aktor perencana dengan aktor lapangan;

• Tingginya pengaruh aspek structure: aturan

kewenangan instansi membatasi komunikasi antarkelompok;

• Kebutuhan implementasi kebijakan dan program

kurang memperhatikan aspek informal yangdiperlukan dalam menangani permasalahan di DAS.

TATA KELOLAHULU DAS CITARUM

AKTOR / STAKEHOLDERS

PERAN FORMAL POWER (KUASA)

ANALISIS SNA: INTERAKSI ANTAR AKTOR

POLA RELASI KUASA (POWER RELATION) YANG MEMPENGARUHI TATA KELOLA HULU DAS CITARUM

Peraturan / Perundangan

Tupoksi & Program

Survey Primer(wawancara,

diskusi)

KESIMPULAN & REKOMENDASI STUDI

Structural approach

Agency approach

Kerangka Pikir Studi

KESIMPULAN STUDI

PENGHARGAANStudi ini merupakan bagian dari program riset

unggulan pada Pusat Penelitian Infrastruktur danKewilayahan yang dibiayai melalui Lembaga Penelitiandan Pengabdian Kepada Masyarakat – InstitutTeknologi Bandung (LPPM – ITB), 2016.

Studi pengembangan kelembagaan yang dapat:

menginternalisasi aktor informal kedalam struktur tatakelola formal; mendudukan aktor formal dalam peranyang tepat; membentuk sistem tata kelola DAS yangmempertimbangkan pola relasi kuasa yang nyata.

PELUANG STUDI LEBIH LANJUT

1974 20091930 1936 2004 20152006 2013

UU No. 11 Tahun 1974 tentang Irigasi ditetapkan

UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air ditetapkan

Kembali mengacu padaUU No. 11 Tahun 1974TKPSDA

WS Citarum dibentuk

BBWS Citarum dibentukdibawah Ditjen SDA –

Kementerian PU

UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air dibatalkan

1925

Burgerlijke Openbare Werken(Pekerjaan Umum Sipil) dibentuk dan bertanggungjawab membuat peraturanirigasi

Peraturan pengelolaanirigasi dilaksanakan di

Jawa dan Madura

1945

Algemeen Water Reglement (Peraturan Air Umum) disetujui

Dewan Rakyat (Volksraad)

Belum ada undang-undang dan peraturan mengenai tata kelola sungai. Sumber daya air dikembangkan dalam rencana pembangunan

infrastruktur

Beberapa provinsi memperbaharuiperaturan irigasi melalui

Pekerjaan Umum Provinsi

1964

Pasca otonomi daerah, pendanaan pengelolaan sungai berasal dari APBN, BLN, DAK, DAU, APBD dan BUMN

Kerangka hukumpengelolaan sungaimenggunakan model prasasti

Citarum Roadmap: (ICWRMIP atau “Cita Citarum”)

2023

Visualisasi Keterhubungan dan Degree of Centrality

Petani Besar

PTPN

Perum Perhutani

KLH & Hut

BPDAS Citarum Ciliwung

BBWS Citarum

Dishut Jabar

Bappenas

PSDA Jabar

Bappeda Jabar

Diskimrum Jabar

LSM

Komunitas

Lokal

Dishutbun

Kab. Bdg

Ditjen SDA –

Kem.PUPERA

BPLHD Jabar

Disciptarsih

Kab. Bdg

Bappeda

Kab. Bdg

KLH Kab.

Bandung

Disperta

Jabar

Petani Besar

PTPN

Perum Perhutani

KLH & Hut

BPDAS Citarum Ciliwung

BBWS Citarum

Dishut Jabar

Bappenas

PSDA Jabar

Bappeda Jabar

Diskimrum Jabar

LSM

Dishutbun

Kab. Bdg

Ditjen SDA –

Kem.PUPERA

BPLHD Jabar

Disciptarsih

Kab. Bdg

Bappeda

Kab. Bdg

BPLH

Kab. Bdg

Disperta

Jabar

Komunitas

Lokal