DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUM · • Distribusi power yang tidak merata TUJUAN & METODOLOGI...

2
STUDI POLA RELASI KUASA ( POWER RELATION ) DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUM Tubagus Furqon Sofhani, Ir., MA, Ph.D. Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB Djoko Santoso Abi Suroso, Ir., Ph.D. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB Aryani Chandramidi, ST., MSc. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB Aria Muhammadsyah, ST. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB Ivanie Destila Sari, ST. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB Amelia Sakinah, ST. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB LATAR BELAKANG STUDI Studi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada umumnya kurang mengkaji aspek interaksi antar aktor, baik secara formal maupun informal. Akibatnya, studi kurang dapat memotret realita pengaruh antar aktor dalam pengelolaan DAS: Tidak mampu mendeteksi gejala informalitas pengelolaan (keberadaan aktor-aktor informal) Tidak mampu mendeteksi pola komunikasi di lapangan Distribusi power yang tidak merata TUJUAN & METODOLOGI STUDI Studi analisis Pola Relasi Kuasa (Power Relation) bertujuan untuk mengidentifikasi pola interaksi antar aktor dalam pengelolaan DAS yang mempengaruhi proses tata kelola yang terjadi. Untuk itu, digunakan pendekatan analisis jejaring dengan metode social network analysis (SNA). SNA mengidentifikasi struktur jaringan yang terbentuk dari pola interaksi antar aktor, serta adanya peran tertentu yang dilakukan aktor secara informal. Indikator penilaian menggunakan standar centrality Wasserman (1994) serta analisis deskriptif hasil penggalian informasi terhadap aktor yang terlibat dalam studi. DESKRIPSI WILAYAH STUDI Studi dilakukan dengan pendekatan case-study terhadap wilayah Hulu DAS Citarum yang dapat menggambarkan kondisi dan permasalahan dalam tata kelola DAS di Indonesia pada umumnya. Kasus studi difokuskan pada wilayah Hulu Inti (mulai dari sumber aliran di Gunung Wayang hingga menjelang kawasan perkotaan Dayeuhkolot) yang sebagian besar merupakan kawasan lindung namun mengalami kerusakan lingkungan yang parah akibat perkembangan kegiatan budidaya. Dampaknya antara lain banjir di kawasan permukiman dan penurunan kualitas air baku. Peta Zona Citarum Hulu dan Fokus Studi pada Wilayah Hulu Inti 1974 2009 1930 1936 2004 2015 2006 2013 UU No. 11 Tahun 1974 tentang Irigasi ditetapkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ditetapkan Kembali mengacu pada UU No. 11 Tahun 1974 TKPSDA WS Citarum dibentuk BBWS Citarum dibentuk dibawah Ditjen SDA – Kementerian PU UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dibatalkan 1925 Burgerlijke Openbare Werken (Pekerjaan Umum Sipil) dibentuk dan bertanggung jawab membuat peraturan irigasi Peraturan pengelolaan irigasi dilaksanakan di Jawa dan Madura 1945 Algemeen Water Reglement (Peraturan Air Umum) disetujui Dewan Rakyat (Volksraad) Belum ada undang-undang dan peraturan mengenai tata kelola sungai. Sumber daya air dikembangkan dalam rencana pembangunan infrastruktur Beberapa provinsi memperbaharui peraturan irigasi melalui Pekerjaan Umum Provinsi 1964 Pasca otonomi daerah, pendanaan pengelolaan sungai berasal dari APBN, BLN, DAK, DAU, APBD dan BUMN Kerangka hukum pengelolaan sungai menggunakan model prasasti Citarum Roadmap: (ICWRMIP atau “Cita Citarum”) 2023 Visualisasi Keterhubungan dan Degree of Centrality DISKUSI & HASIL STUDI Hasil pengolahan data dengan bantuan program UCINET dalam indikator degree of centrality memperlihatkan peran sentral dimainkan oleh BPLHD Provinsi Jawa Barat dan Komunitas Lokal dalam pengelolaan Hulu DAS Citarum. Hal ini terjadi karena keduanya memiliki keterhubungan lintas kelompok aktor yang membuka kesempatan untuk berperan lebih besar dari kewenangan struktural yang membatasi. Diskusi dan deep interview memperlihatkan bahwa aktor yang selama ini menjadi context setter (fungsi koordinasi dan perencanaan) menjalankan fungsinya sesuai aturan dalam Tugas Pokok dan Fungsi. Hal ini justru menyebabkan keterbatasan untuk berkomunikasi dan bertindak secara vertical ke level yang lebih lokal, termasuk dalam berkomunikasi dengan aktor yang berasal dari kelompok lain di luar Pemerintahan. Pola relasi berdasarkan hasil clique analysismemperlihatkan kecenderungan terbentuknya kelompok informal berdasarkan alur informasi dan komunikasi yang dimiliki masing-masing aktor. Terlihat adanya kelompok aktor ‘Pusat’ (Pemerintah Pusat dan Provinsi) serta aktor ‘Lokal’ (Pemerintah Daerah, Kelompok Masyarakat, dan Kelompok Dunia Usaha). Terdapat missing link dalam perencanaan dan implementasi kebijakan akibat terbatasnya interaksi antara aktor perencana dengan aktor lapangan; Tingginya pengaruh aspek structure: aturan kewenangan instansi membatasi komunikasi antar kelompok; Kebutuhan implementasi kebijakan dan program kurang memperhatikan aspek informal yang diperlukan dalam menangani permasalahan di DAS. TATA KELOLA HULU DAS CITARUM AKTOR / STAKEHOLDERS PERAN FORMAL POWER (KUASA) ANALISIS SNA: INTERAKSI ANTAR AKTOR POLA RELASI KUASA (POWER RELATION) YANG MEMPENGARUHI TATA KELOLA HULU DAS CITARUM Peraturan / Perundangan Tupoksi & Program Survey Primer (wawancara, diskusi) KESIMPULAN & REKOMENDASI STUDI Structural approach Agency approach Kerangka Pikir Studi KESIMPULAN STUDI PENGHARGAAN Studi ini merupakan bagian dari program riset unggulan pada Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan yang dibiayai melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM – ITB), 2016. Studi pengembangan kelembagaan yang dapat: menginternalisasi aktor informal kedalam struktur tata kelola formal; mendudukan aktor formal dalam peran yang tepat; membentuk sistem tata kelola DAS yang mempertimbangkan pola relasi kuasa yang nyata. PELUANG STUDI LEBIH LANJUT Petani Besar PTPN Perum Perhutani KLH & Hut BPDAS Citarum Ciliwung BBWS Citarum Dishut Jabar Bappenas PSDA Jabar Bappeda Jabar Diskimrum Jabar LSM Komunitas Lokal Dishutbun Kab. Bdg Ditjen SDA Kem.PUPERA BPLHD Jabar Disciptarsih Kab. Bdg Bappeda Kab. Bdg KLH Kab. Bandung Disperta Jabar Kecenderungan Pengelompokan Informal dalam Pengelolaan Hulu DAS Citarum Petani Besar PTPN Perum Perhutani KLH & Hut BPDAS Citarum Ciliwung BBWS Citarum Dishut Jabar Bappenas PSDA Jabar Bappeda Jabar Diskimrum Jabar LSM Dishutbun Kab. Bdg Ditjen SDA Kem.PUPERA BPLHD Jabar Disciptarsih Kab. Bdg Bappeda Kab. Bdg BPLH Kab. Bdg Disperta Jabar Komunitas Lokal

Transcript of DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUM · • Distribusi power yang tidak merata TUJUAN & METODOLOGI...

Page 1: DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUM · • Distribusi power yang tidak merata TUJUAN & METODOLOGI STUDI S tudi analisis Pola Relasi Kuasa (Power Relation) bertujuan untuk mengidentifikasi

STUDI POLA RELASI KUASA (POWER RELATION)DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUMTubagus Furqon Sofhani, Ir., MA, Ph.D.Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Djoko Santoso Abi Suroso, Ir., Ph.D.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Aryani Chandramidi, ST., MSc.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Aria Muhammadsyah, ST. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Ivanie Destila Sari, ST.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Amelia Sakinah, ST.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

LATAR BELAKANG STUDI

Studi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) padaumumnya kurang mengkaji aspek interaksi antaraktor, baik secara formal maupun informal.Akibatnya, studi kurang dapat memotret realitapengaruh antar aktor dalam pengelolaan DAS:• Tidak mampu mendeteksi gejala informalitas

pengelolaan (keberadaan aktor-aktor informal)

• Tidak mampu mendeteksi pola komunikasi dilapangan

• Distribusi power yang tidak merata

TUJUAN & METODOLOGI STUDI

Studi analisis Pola Relasi Kuasa (Power Relation)

bertujuan untuk mengidentifikasi pola interaksi antaraktor dalam pengelolaan DAS yang mempengaruhiproses tata kelola yang terjadi. Untuk itu, digunakanpendekatan analisis jejaring dengan metode socialnetwork analysis (SNA).

SNA mengidentifikasi struktur jaringan yang

terbentuk dari pola interaksi antar aktor, sertaadanya peran tertentu yang dilakukan aktor secarainformal. Indikator penilaian menggunakan standarcentrality Wasserman (1994) serta analisis deskriptifhasil penggalian informasi terhadap aktor yangterlibat dalam studi.

DESKRIPSI WILAYAH STUDI

Studi dilakukan dengan pendekatan case-study

terhadap wilayah Hulu DAS Citarum yang dapatmenggambarkan kondisi dan permasalahan dalam tatakelola DAS di Indonesia pada umumnya.

Kasus studi difokuskan pada wilayah Hulu Inti (mulaidari sumber aliran di Gunung Wayang hingga menjelangkawasan perkotaan Dayeuhkolot) yang sebagian besarmerupakan kawasan lindung namun mengalamikerusakan lingkungan yang parah akibat perkembangankegiatan budidaya. Dampaknya antara lain banjir dikawasan permukiman dan penurunan kualitas air baku.

Peta Zona Citarum Hulu dan Fokus Studi pada Wilayah Hulu Inti

1974 20091930 1936 2004 20152006 2013

UU No. 11 Tahun 1974 tentang Irigasi ditetapkan

UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air ditetapkan

Kembali mengacu padaUU No. 11 Tahun 1974TKPSDA

WS Citarum dibentuk

BBWS Citarum dibentukdibawah Ditjen SDA –

Kementerian PU

UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air dibatalkan

1925

Burgerlijke Openbare Werken(Pekerjaan Umum Sipil) dibentuk dan bertanggungjawab membuat peraturanirigasi

Peraturan pengelolaanirigasi dilaksanakan di

Jawa dan Madura

1945

Algemeen Water Reglement (Peraturan Air Umum) disetujui

Dewan Rakyat (Volksraad)

Belum ada undang-undang dan peraturan mengenai tata kelola sungai. Sumber daya air dikembangkan dalam rencana pembangunan

infrastruktur

Beberapa provinsi memperbaharuiperaturan irigasi melalui

Pekerjaan Umum Provinsi

1964

Pasca otonomi daerah, pendanaan pengelolaan sungai berasal dari APBN, BLN, DAK, DAU, APBD dan BUMN

Kerangka hukumpengelolaan sungaimenggunakan model prasasti

Citarum Roadmap: (ICWRMIP atau “Cita Citarum”)

2023

Visualisasi Keterhubungan dan Degree of Centrality

DISKUSI & HASIL STUDI

Hasil pengolahan data dengan bantuan program

UCINET dalam indikator degree of centralitymemperlihatkan peran sentral dimainkan oleh BPLHDProvinsi Jawa Barat dan Komunitas Lokal dalampengelolaan Hulu DAS Citarum. Hal ini terjadi karenakeduanya memiliki keterhubungan lintas kelompokaktor yang membuka kesempatan untuk berperan lebihbesar dari kewenangan struktural yang membatasi.

Diskusi dan deep interview memperlihatkan bahwa

aktor yang selama ini menjadi context setter (fungsikoordinasi dan perencanaan) menjalankan fungsinyasesuai aturan dalam Tugas Pokok dan Fungsi. Hal inijustru menyebabkan keterbatasan untuk berkomunikasidan bertindak secara vertical ke level yang lebih lokal,termasuk dalam berkomunikasi dengan aktor yangberasal dari kelompok lain di luar Pemerintahan.

Pola relasi berdasarkan hasil ‘clique analysis’

memperlihatkan kecenderungan terbentuknyakelompok informal berdasarkan alur informasi dankomunikasi yang dimiliki masing-masing aktor. Terlihatadanya kelompok aktor ‘Pusat’ (Pemerintah Pusat danProvinsi) serta aktor ‘Lokal’ (Pemerintah Daerah,Kelompok Masyarakat, dan Kelompok Dunia Usaha).

• Terdapat missing link dalam perencanaan dan

implementasi kebijakan akibat terbatasnya interaksiantara aktor perencana dengan aktor lapangan;

• Tingginya pengaruh aspek structure: aturan

kewenangan instansi membatasi komunikasi antarkelompok;

• Kebutuhan implementasi kebijakan dan program

kurang memperhatikan aspek informal yangdiperlukan dalam menangani permasalahan di DAS.

TATA KELOLAHULU DAS CITARUM

AKTOR / STAKEHOLDERS

PERAN FORMAL POWER (KUASA)

ANALISIS SNA: INTERAKSI ANTAR AKTOR

POLA RELASI KUASA (POWER RELATION) YANG MEMPENGARUHI TATA KELOLA HULU DAS CITARUM

Peraturan / Perundangan

Tupoksi & Program

Survey Primer(wawancara,

diskusi)

KESIMPULAN & REKOMENDASI STUDI

Structural approach

Agency approach

Kerangka Pikir Studi

KESIMPULAN STUDI

PENGHARGAANStudi ini merupakan bagian dari program riset

unggulan pada Pusat Penelitian Infrastruktur danKewilayahan yang dibiayai melalui Lembaga Penelitiandan Pengabdian Kepada Masyarakat – InstitutTeknologi Bandung (LPPM – ITB), 2016.

Studi pengembangan kelembagaan yang dapat:

menginternalisasi aktor informal kedalam struktur tatakelola formal; mendudukan aktor formal dalam peranyang tepat; membentuk sistem tata kelola DAS yangmempertimbangkan pola relasi kuasa yang nyata.

PELUANG STUDI LEBIH LANJUT

Petani Besar

PTPN

Perum Perhutani

KLH & Hut

BPDAS Citarum Ciliwung

BBWS Citarum

Dishut Jabar

Bappenas

PSDA Jabar

Bappeda Jabar

Diskimrum Jabar

LSM

Komunitas

Lokal

Dishutbun

Kab. Bdg

Ditjen SDA –

Kem.PUPERA

BPLHD Jabar

Disciptarsih

Kab. Bdg

Bappeda

Kab. Bdg

KLH Kab.

Bandung

Disperta

Jabar

Kecenderungan Pengelompokan Informal dalam Pengelolaan Hulu DAS Citarum

Petani Besar

PTPN

Perum Perhutani

KLH & Hut

BPDAS Citarum Ciliwung

BBWS Citarum

Dishut Jabar

Bappenas

PSDA Jabar

Bappeda Jabar

Diskimrum Jabar

LSM

Dishutbun

Kab. Bdg

Ditjen SDA –

Kem.PUPERA

BPLHD Jabar

Disciptarsih

Kab. Bdg

Bappeda

Kab. Bdg

BPLH

Kab. Bdg

Disperta

Jabar

Komunitas

Lokal

Page 2: DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUM · • Distribusi power yang tidak merata TUJUAN & METODOLOGI STUDI S tudi analisis Pola Relasi Kuasa (Power Relation) bertujuan untuk mengidentifikasi

STUDI POLA RELASI KUASA (POWER RELATION)DALAM PENGELOLAAN HULU SUNGAI CITARUMTubagus Furqon Sofhani, Ir., MA, Ph.D.Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Djoko Santoso Abi Suroso, Ir., Ph.D.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Aryani Chandramidi, ST., MSc.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Aria Muhammadsyah, ST. Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Ivanie Destila Sari, ST.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

Amelia Sakinah, ST.Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan – LPPM ITB

LATAR BELAKANG STUDI

Studi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) padaumumnya kurang mengkaji aspek interaksi antaraktor, baik secara formal maupun informal.Akibatnya, studi kurang dapat memotret realitapengaruh antar aktor dalam pengelolaan DAS:• Tidak mampu mendeteksi gejala informalitas

pengelolaan (keberadaan aktor-aktor informal)

• Tidak mampu mendeteksi pola komunikasi dilapangan

• Distribusi power yang tidak merata

TUJUAN & METODOLOGI STUDI

Studi analisis Pola Relasi Kuasa (Power Relation)

bertujuan untuk mengidentifikasi pola interaksi antaraktor dalam pengelolaan DAS yang mempengaruhiproses tata kelola yang terjadi. Untuk itu, digunakanpendekatan analisis jejaring dengan metode socialnetwork analysis (SNA).

SNA mengidentifikasi struktur jaringan yang

terbentuk dari pola interaksi antar aktor, sertaadanya peran tertentu yang dilakukan aktor secarainformal. Indikator penilaian menggunakan standarcentrality Wasserman (1994) serta analisis deskriptifhasil penggalian informasi terhadap aktor yangterlibat dalam studi.

DESKRIPSI WILAYAH STUDI

Studi dilakukan dengan pendekatan case-study

terhadap wilayah Hulu DAS Citarum yang dapatmenggambarkan kondisi dan permasalahan dalam tatakelola DAS di Indonesia pada umumnya.

Kasus studi difokuskan pada wilayah Hulu Inti (mulaidari sumber aliran di Gunung Wayang hingga menjelangkawasan perkotaan Dayeuhkolot) yang sebagian besarmerupakan kawasan lindung namun mengalamikerusakan lingkungan yang parah akibat perkembangankegiatan budidaya. Dampaknya antara lain banjir dikawasan permukiman dan penurunan kualitas air baku.

Peta Zona Citarum Hulu dan Fokus Studi pada Wilayah Hulu Inti

Kecenderungan Pengelompokan Informal dalam Pengelolaan Hulu DAS Citarum

DISKUSI & HASIL STUDI

Hasil pengolahan data dengan bantuan program

UCINET dalam indikator degree of centralitymemperlihatkan peran sentral dimainkan oleh BPLHDProvinsi Jawa Barat dan Komunitas Lokal dalampengelolaan Hulu DAS Citarum. Hal ini terjadi karenakeduanya memiliki keterhubungan lintas kelompokaktor yang membuka kesempatan untuk berperan lebihbesar dari kewenangan struktural yang membatasi.

Diskusi dan deep interview memperlihatkan bahwa

aktor yang selama ini menjadi context setter (fungsikoordinasi dan perencanaan) menjalankan fungsinyasesuai aturan dalam Tugas Pokok dan Fungsi. Hal inijustru menyebabkan keterbatasan untuk berkomunikasidan bertindak secara vertical ke level yang lebih lokal,termasuk dalam berkomunikasi dengan aktor yangberasal dari kelompok lain di luar Pemerintahan.

Pola relasi berdasarkan hasil ‘clique analysis’

memperlihatkan kecenderungan terbentuknyakelompok informal berdasarkan alur informasi dankomunikasi yang dimiliki masing-masing aktor. Terlihatadanya kelompok aktor ‘Pusat’ (Pemerintah Pusat danProvinsi) serta aktor ‘Lokal’ (Pemerintah Daerah,Kelompok Masyarakat, dan Kelompok Dunia Usaha).

• Terdapat missing link dalam perencanaan dan

implementasi kebijakan akibat terbatasnya interaksiantara aktor perencana dengan aktor lapangan;

• Tingginya pengaruh aspek structure: aturan

kewenangan instansi membatasi komunikasi antarkelompok;

• Kebutuhan implementasi kebijakan dan program

kurang memperhatikan aspek informal yangdiperlukan dalam menangani permasalahan di DAS.

TATA KELOLAHULU DAS CITARUM

AKTOR / STAKEHOLDERS

PERAN FORMAL POWER (KUASA)

ANALISIS SNA: INTERAKSI ANTAR AKTOR

POLA RELASI KUASA (POWER RELATION) YANG MEMPENGARUHI TATA KELOLA HULU DAS CITARUM

Peraturan / Perundangan

Tupoksi & Program

Survey Primer(wawancara,

diskusi)

KESIMPULAN & REKOMENDASI STUDI

Structural approach

Agency approach

Kerangka Pikir Studi

KESIMPULAN STUDI

PENGHARGAANStudi ini merupakan bagian dari program riset

unggulan pada Pusat Penelitian Infrastruktur danKewilayahan yang dibiayai melalui Lembaga Penelitiandan Pengabdian Kepada Masyarakat – InstitutTeknologi Bandung (LPPM – ITB), 2016.

Studi pengembangan kelembagaan yang dapat:

menginternalisasi aktor informal kedalam struktur tatakelola formal; mendudukan aktor formal dalam peranyang tepat; membentuk sistem tata kelola DAS yangmempertimbangkan pola relasi kuasa yang nyata.

PELUANG STUDI LEBIH LANJUT

1974 20091930 1936 2004 20152006 2013

UU No. 11 Tahun 1974 tentang Irigasi ditetapkan

UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air ditetapkan

Kembali mengacu padaUU No. 11 Tahun 1974TKPSDA

WS Citarum dibentuk

BBWS Citarum dibentukdibawah Ditjen SDA –

Kementerian PU

UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air dibatalkan

1925

Burgerlijke Openbare Werken(Pekerjaan Umum Sipil) dibentuk dan bertanggungjawab membuat peraturanirigasi

Peraturan pengelolaanirigasi dilaksanakan di

Jawa dan Madura

1945

Algemeen Water Reglement (Peraturan Air Umum) disetujui

Dewan Rakyat (Volksraad)

Belum ada undang-undang dan peraturan mengenai tata kelola sungai. Sumber daya air dikembangkan dalam rencana pembangunan

infrastruktur

Beberapa provinsi memperbaharuiperaturan irigasi melalui

Pekerjaan Umum Provinsi

1964

Pasca otonomi daerah, pendanaan pengelolaan sungai berasal dari APBN, BLN, DAK, DAU, APBD dan BUMN

Kerangka hukumpengelolaan sungaimenggunakan model prasasti

Citarum Roadmap: (ICWRMIP atau “Cita Citarum”)

2023

Visualisasi Keterhubungan dan Degree of Centrality

Petani Besar

PTPN

Perum Perhutani

KLH & Hut

BPDAS Citarum Ciliwung

BBWS Citarum

Dishut Jabar

Bappenas

PSDA Jabar

Bappeda Jabar

Diskimrum Jabar

LSM

Komunitas

Lokal

Dishutbun

Kab. Bdg

Ditjen SDA –

Kem.PUPERA

BPLHD Jabar

Disciptarsih

Kab. Bdg

Bappeda

Kab. Bdg

KLH Kab.

Bandung

Disperta

Jabar

Petani Besar

PTPN

Perum Perhutani

KLH & Hut

BPDAS Citarum Ciliwung

BBWS Citarum

Dishut Jabar

Bappenas

PSDA Jabar

Bappeda Jabar

Diskimrum Jabar

LSM

Dishutbun

Kab. Bdg

Ditjen SDA –

Kem.PUPERA

BPLHD Jabar

Disciptarsih

Kab. Bdg

Bappeda

Kab. Bdg

BPLH

Kab. Bdg

Disperta

Jabar

Komunitas

Lokal