CEDERA HIDUNG

Post on 18-Jan-2016

76 views 4 download

description

CEDERA HIDUNG

Transcript of CEDERA HIDUNG

CEDERA HIDUNG

OLEH:Enty gustina

FerawatiHarry Wahyudhi U

BAB IPENDAHULUAN

• Cedera hidung merupakan cedera yang paling banyak terjadi pada trauma wajah.

• perbandingan antara laki-laki dan wanita adalah 2:1.1

• Angka kejadian meningkat pada penderita yang berusia 15-30 tahun

• Fraktur tulang hidung sendiri sebenarnya bukan kasus gawat darurat .

• Tetapi beberapa kondisi yang ditimbulkannya yang merupakan kegawatdaruratan - kebocoran cairan serebrospinal

- avulsi jaringan lunak hidung

- hematome septal, trauma orbita

- fraktur tulang hidung terbuka

gejala fraktur hidung:

• Deformitas

• Kemerahan

• Perdarahan

• Edema

• ekimosis

• krepitasi.

BAB IIISI

2.1 Anatomi Hidung• Hidung luar dibentuk oleh kerangka

tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil

• Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian kiri.

Perdarahan hidung

Bagian bawah rongga hidung:• cabang a.maksilaris interna, diantaranya ialah

ujung a. Palatina mayor dari a.sfenopalatina Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari

cabang a.fasialis. • Pada bagian depan septum terdapat

anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina, a.ethmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor pleksus Kiesselbach (Little’s area).

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya.

Persarafan hidung

• Bagian depan dan atas n.ethmoidalis anterior (persarafan sensoris)

• Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum (sensoris dan vasomotor)

2.2 Fisiologi Hidung

Fungsi hidung adalah untuk :• Jalan nafas• pengatur kondisi udara • penyaring udara• indra penghidu• resonansi suara• membantu proses bicara• refleks nasal

Mukosa hidung3

Rongga hidung dilapisi oleh :• mukosa pernafasan (mukosa respiratoir)• mukosa penghidu (mukosa olfaktori)• mukosa pernafasan terdapat pada

sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel toraks berlapis semu (pseudo stratified columnar epithelium) yang mempunyai silia dan di antaranya terdapat sel-sel goblet.

2.3 Trauma Hidung

Tulang hidung dan tulang rawan sangat rentan terkena fraktur karena:

• tulang hidung sangat lemah, daerah terlemah yaitu pada jaringan kartilago dan antara kartilago lateral atas dengan os nasal, juga kartilago septum yang berada pada krista maksilaris

• terletak di tengah wajah • tahanannya yang rendah.

2.3.1 Jenis-jenis Trauma Hidung

• Berdasarkan waktu: trauma baru(kalus belum terbentuk sempurna)dan trauma lama(kalus sudah mengeras)

• Berdasarkan hubungan dengan dunia luar: trauma terbuka dan trauma tertutup

2.3.2 Manifestasi Klinis Fraktur Tulang Hidung

• Deformitas• Deviasi• kelainan bentuk• Pada tempat trauma akan tampak edema,

ekimosis, hematom, laserasi, luka robek, atau perdarahan berupa bekuan darah ataupun hematom septum nasi

• palpasi fraktur terdapat krepitasi, deformitas, angulasi, dan nyeri

2.3.3 Komplikasi Fraktur tulang Hidung

• Komplikasi yang paling sering adalah hematom septum abses hancurnya tulang rawan hidung saddle nose deformity.

Komplikasi pada hidung

• Perubahan bentuk hidung• Obstruksi rongga hidung yang disebabkan oleh

fraktur, dislokasi atau hematom pada septum• Gangguan penciuman (hiposmia atau anosmia)• Epistaksis posterior yang hebat yang disebabkan

karena robeknya arteri ethmoidalis

• Kerusakan duktus nasofrontalis dengan menimbulkan sinusitis frontalis atau mukokel.

Komplikasi neurologis:

• Robeknya duramater• Keluarnya cairan serebrospinal dengan

kemungkinan timbulnya meningitis• Pneumosefalus• Laserasi otak• Avulsi dari nervus olfaktorius• Hematom epidural atau subdural• Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak

. Komplikasi pada mata

• Telekantus traumatika

• Hematom pada mata

• Kerusakan nervus optikus yang dapat menyebabkan kebutaan

• Epifora

• Ptosis

• Kerusakan bola mata

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologis:

• Posisi waters

• Foto lateral hidung

CT scan

2.3.5 Penatalaksanaan Fraktur tulang Hidung

• mula-mula jalan napas harus dibebaskan dari semua sumbatan

• Bila syok, segera atasi dengan infus.

• Perdarahan harus segera ditanggulangi

• Untuk mempertahankan fungsi hidung dan mencegah komplikasi, dilakukan reposisi hidung dengan anestesi lokal atau umum

Alat-alat yang dipakai pada tindakan reduksi adalah:

• Elevator tumpul yang lurus (Boies Nasal Fracture Elevator)

• Cunam Ash• Cunam Walsham• Spekulum hidung pendek dan panjang

(Killian)• Pinset hidung yang panjang

• Pada trauma hidung terbuka, perlu dilakukan eksplorasi di tempat luka. Fragmen tulang yang fraktur disusun kembali dan dilakukan fiksasi dengan kawat.

• Pada kasus trauma frontoetmoid, walaupun tertutup, dilakukan eksplorasi supaya dapat menyusun kembali fragrmen tulang yang fraktur, kemudian dilakukan fiksasi antar tulang.

Pada trauma hidung tertutup ada edema dan hematoma yang luas,diagnosis fraktur dan posisi fragmen tulang sulit ditegakkan akhir minggu pertama deformitas akan lebih jelas terlihat. reposisi dilakukan secara tertutup, dalam waktu tidak lebih dari 2 minggu karena jika kalus sudah mengeras akan sukar direposisi.

• Pada keadaan trauma hidung dimana terjadi fraktur nasoethmoid kehilangan kesadaran kerusakan pada susunan saraf otak memerlukan bantuan seorang ahli bedah saraf otak

BAB IIIPENUTUP

• Cedera hidung merupakan cedera yang paling banyak terjadi pada trauma wajah

• Manifestasi klinis yang muncul biasanya beupa deformitas, deviasi, ataupun kelainan bentuk. Pada tempat trauma akan tampak edema, ekimosis, hematom, laserasi, luka robek, atau perdarahan berupa bekuan darah ataupun hematom septum nasi

• Komplikasi yang paling sering terjadi dapat berupa hematom septum

TERIMA KASIH