Post on 03-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan keluarganya. Untuk itu
rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya.Rumah sakit sebagai salah satu unit
tempat pelayanan kesehatan, bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan dengan konsep
one step quality service artinya seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan dan
pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh rumah
sakit secara mudah, cepat, akurat, bermutu, dan biaya terjangkau (Ilyas,2004).
Rumah sakit saat ini dituntut untuk dapat terus mengembangkan diri dan
meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan, dengan melakukan
perubahan, perbaikan dan pengembangan dari semua aspek dan bidang yang terkait,
baik dari segi sarana dan prasarana, finansial, perlengkapan alat-alat medis maupun
sumber daya manusia. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standard dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Manajemen pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari
manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit yang mendukung peningkatan kinerja
pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan sebagai salah satu pelayanan yang
profesional dituntut untuk dapat menghasilkan pelayanan yang bermutu dan sesuai
dengan harapan masyarakat. Kondisi ini mengharuskan manajemen keperawatan
mampu memberikan kontribusi besar dalam menata pelayanan keperawatan kearah
yang lebih baik serta perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan kemasa
depan. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang terbesar di rumah sakit, perawat
harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat yang merupakan fokus utama pelayanan keperawatan dalam proses
profesionalisme. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang dominan dirumah sakit
baik dari segi jumlah maupun keberadaannya dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat (Praptianingsih, 2006). Oleh karena
itu diperlukan kemampuan seorang manajer keperawatan yang memiliki wawasan
dan menguasai kaidah pelayanan keperawatan profesional dan memiliki akuntabilitas
dalam pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan.
Seiring dengan perkembangan tuntutan manajerial keperawatan yang semakin
meningkat, maka institusi pendidikan Universitas Hasanuddin membuka program
magister manajamen keperawatan yang didalamnya terdiri atas program kuliah
reguler selama 2 semester dan satu semester yang diisi dengan program residensi di
Rumah Sakit sebagai aplikasi dari ilmu manajerial yang telah didapatkan dibangku
kuliah.
Program residensi di Rumah Sakit ini mengambil lahan Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin. Rumah Sakit Universitas merupakan Rumah Sakit baru yang
direncanakan akan menjadi Rumah Sakit Pendidikan, di bawah naungan
Kementerian Pendidikan Nasional. Rumah Sakit Universitas Hasanuddin merupakan
rumah sakit yang berfokus pada pelayanan kesehatan yang dipadukan dengan
pendidikan dan penelitian, sehingga rumah sakit ini masih sangat terbuka dengan
perubahan-perubahan yang inovatif dan konstruktif terhadap kemajuan Rumah Sakit.
Dari data awal yang didapatkan selama program preresidensi terdapat beberapa
masalah yang didapatkan, yang ditempatkan pada prioritas utama, diantaranya belum
disahkannya visi misi keperawatan dan visi misi ruangan, belum optimalnya
pelaksanaan supervisi keperawatan,serta belum adanya komite keperawatan dan
gugus kendali mutu. Hasil residensi ini tentunya masih memerlukan analisis lebih
dalam, terutama masih kurangnya analisis masalah di tingkat top manager (Kepala
bidang keperawatan) dan masih perlu pula analisis mendalam di masing-masing
ruangan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Hal inilah yang
melatarbelakangi sehingga masih diperlukannya analisis mendalam di tingkat
manajerial bidang keperawatan dan di tingkat ruangan
B. TUJUAN
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan teori kepemimpinan dan
manajemen keperawatan secara nyata pada tingkat top manajer dan dapat
menganalisis manajemen keperawatan di ruang rawat inap (Ruang Perawatan
Kelas I) Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
b) Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait
dengan kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis
situasi nyata di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin di tingkat lower
manager (kepala ruangan) dan top manager (Kepala Bidang Keperawatan)
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama pihak Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif penyelesaian masalah di tingkat
lower manager (kepala ruangan) dan top manager (Kepala Bidang
Keperawatan).
d. Menyusun jadwal & ganchart kegiatan yang akan dilakukan
e. Melaksanakan rencana kegiatan yang telah dibuat dengan menjalin
kerjasama dengan pihak Rumah Sakit
C. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa program studi Magister Ilmu keperawatan, kegiatan residensi
dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman dalam
mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara nyata di
rumah sakit
2. Bagi Rumah Sakit tempat residensi (Rumah Sakit Universitas Hasanuddin),
kegiatan residensi yang meliputi pengkajian sampai dengan pelaksanaan
dibidang manajerial keperawatan diharapkan dapat berkontribusi besar bagi
pihak rumah sakit terutama dalam peningkatan kualitas manajerial
keperawatan yang pada akhirnya akan berkontribusi dalam peningkatan
kualitas layanan keperawatan di Rumah Sakit
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut
mencakup kegiatan planning, organizing, actuating controlling (POAC)
terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan
untuk menghasilkan suatu keuntungan (Gillies, 1999).
Menurut Gillies, manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya
maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.
Proses Manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional,
sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Sebagaimana proses
keperawatan, manajemen keperawatan terdiri atas : pengumpulan data,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena
manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga
dari seorang pegawai, maka setiap tahapan dalam proses manajemen lebih
rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan (Panjaitan & Sitorus,
2011).
B. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN
a. Pengkajian dan Pengumpulan Data
Seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulka informasi tentang
keadaan pasien pada tahap ini, melainkan juga mengenai institusi (rumah
sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan
yang mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan
(Panjaitan & Sitorus, 2011).
Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain. Saat
memimpin staf, manajer harus bertindak secara terencana dan efektif, mampu
menjalankan pekerjaan bersama dengan para perawat dari beberapa level
hierarki. Manajer bekerja berdasarkan informasi penuh dan akurat tentang apa
yang perlu dan harus diselesaikan, dengan cara apa, untuk alasan apa,
tujuannya apa, dan sumber daya apa yang tersedia untuk melaksanakan
rencana itu. Selanjutnya, manajer yang efektif harus mampu mempertahankan
tingkat efisiensi yang tinggi pada salah satu bagian dengan mengggunakan
ukuran pengawasan untuk mengidentifikasi masalah dengan segera. Setelah
masalah teridentifikasi, manajer mengevaluasi apakah rencana tersebut perlu
diubah atau prestasi karyawan yang perlu dikoreksi (Panjaitan & Sitorus,
2011).
Proses adalah rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan.
Tujuan akhir proses keperawatan mungkin berupa sebuah pembebasan dari
gejala, eliminasi risiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan
atau keterampilan kesehatan, dan kemudahan dari kebebasan maksimal.
Seementara itu, tujuan akhir proses manajemen keperawatan adalah perawatan
yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien (Panjaitan & Sitorus,
2011).
b. Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka
tahap pada pelaksanaan terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi
lagi dalam komponen fungsi, yaitu kepemimpinan, komunikasi dan motivasi
(Wijono, 1997).
c. Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi di sini adalah untuk menilai seberapa jauh staf
mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan.
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem
terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem
maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan
mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara
lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen
keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah
asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan
dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian
keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit
keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat (Wijono,
1997).
C. PEMBAGIAN MANAJEMEN
Secara umum jenis atau bidang manajemen dapat dibagi menurut bidang
tugas, lapangan kerja dan tingkatannya. Pembagian tersebut adalah sebagai
berikut (Sitorus & Panjaitan, 2011) :
1. Bidang Tugas
Pembagian bidang tugas dalam pelaksanaannya dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu bagian personalia, bagian keuangan, bagian peralatan, bagian
produksi dan bagian pemasaran.
2. Lapangan Kerja
Lapangan kerja secara garis besar terbagi menjadi beberapa pilihan,
diantaranya pendidikan tinggi, rumah sakit, bank, lembaga pemerintahan,
dan lain-lain.
3. Tingkat Manajemen
Berikut ini akan ditampilkan melalui bagan, hubungan antara keterampilan
manajemen dan keterampilan teknis.
Keterampilan Manajemen (Managerial Skill)
Manajer puncak (top manager)
Manajer Menengah (middle manager)
Manajer supervisor (supervisory manager
Keterampilan Teknis (Technical Skill)
C. Fungsi Manajemen
Dalam manajemen diperlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan
adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Berikut deskripsi
fungsi manajemen dari beberapa pakar (Marquis & Houston, 2000) :
G.R Terry L. Gullick S.P.Siagian H.Fayol
Planning
Organizing
Actuating
Controlling
Planning
Organizing
Staffing
Directing
Coordinating
Reporting
Budgeting
Planning
Organizing
Motivating
Controlling
Planning
Organizing
Commanding
Coordinating
Controlling
Terdapat empat fungsi manajemen yang harus diperhatikan, yaitu
perencanaan, organisasi, penggerakan dan pengawasan. Untuk lebih jelasnya,
di bawah ini akan dijelaskan keempat fungsi tersebut (Marquis & Houston,
2002) :
1) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan datang artinya :
apa, siapa, kapan, dimana, berapa dan bagaimana yang akan dan harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. . Perncanaan adalah pemikiran atau
konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi yang
penting di dalam mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan,
pemecahan masalah dan efek-efek dan perubahan.
Unsur-unsur perencanaan
Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah :
1) Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecendrunga masa depan
(peluang dan tantangan)
2) Menetapkan tujuan (establishing objectives) misalnya menyusun acara yang
urutan kegiatannya berdasarkan skala prioritas
3) Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling) misalnya
menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat
4) Menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan sumber yang
tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu dengan tepat
5) Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang paling tepat
6) Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and establishing policy),
misalnya menafsirkan kebijakan atasan dan menetapkan kebijakan
operasional.
Sifat-sifat perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatikan agar dapat dihasilkan
rencana yang baik, yaitu melihat jauh ke depan, sederhana dan jelas/lugas,
fleksibel, stabil, ada dalam keseimbangan, tersedianya sumber-sumber untuk
pelaksanaan.
Tipe rencana
1. Sasaran (goal)
Setiap pimpinan harus mempunyai sasaran yang jelas dan bawahannya juga
harus mengetahuinya. Sasaran ini akan memberikan arah kegiatan.
Perencanaan berdasarkan sasaran pada intinya terdiri atas tujuan (objective),
anggaran dan batas waktu, serta sasaran kegiatan (operating goal)
2. Rencana Tunggal (single use plan)
Rencana tunggal digunakan untuk menentukan langkah-lamgkah suatu
kegiatan. Lalu apabila tujuan sudah tercapai, selesailah rencana itu. Rencana
tunggal pada intinya terdiri atas empat bagian, yaitu:
- Program utama yaitu tugas utama organisasi
- Proyek, yaitu bagian dari program tersusun yang dilaksanakan secara
berdiri sendiri dan ada titik akhirnya
- Program khusus, yyaitu rencana yang mendapat perhatian secara
khusus karena sifat masalahnya yang juga khusus
- Rencana rinci, yaitu penjabaran secara rinci dari suatu program agar
penggunaan sumber dan lain-lainnya menjadi jelas dan terarah.
3. Rencana Induk (standing plan, master plan)
Rencana induk adalah rencana yang bersifat luas dan menyeluruh serta
digunakan terus menerus. Selain itu, rencana yang lain dalam hal ini harus
sinkron dan sesuai dengan rencana induk. Hal yang dapat membedakan
rencana induk dengan rencana lain yaitu :
- Kebijakan, yaitu pedoman organisasi dalam menjalankan tugas
pekerjaan yang berupa pola organisasi
- Prosedur, yaitu proses yang harus diketahui mengenai apa dan
bagaimana melaksanakan kegiatan yang disusun, agar efisien dan
efektif
- Metode, yaitu cara terbaik untuk melaksanakan kegiatan. Umumnya,
prosedur yang digunakan berganti-ganti
2. Organisasi
Secara statis adalah wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu. Secara dinamis adalah suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang
teratur dan sistematis untuk tujuan tertentu.
Adapun ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut :
Terdiri atas sekelompok orang
Ada kegiatan-kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan
Tiap anggota mempunyai sumbangan usaha
Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan
Adanya suatu tujuan
Prinsip-prinsip organisasi
Tujuan yang jelas (clear objective)
Skala hierarki(the scalar principle)
Kesatuan komando/perintah(unity of command)
Pelimpahan wewenang (delegation of authority)
Pertanggungjawaban (responsibility)
Pembagian kerja(division of works)
Rentang kendali(span of control)
Fungsionalisasi(fungcionalization)
Fleksibilitas/kelenturan(flexibility)
Keseimbangan(balance)
Kepemimpian(leadership)
Pemisah tugas(task separation)
Proses pengorganisasian
a. Analisis tujuan organisasi . Analisis tujuan organisasi dijelaskan seperti
piramida terbalik. Artinya analisis ini dimulai dari tujuan, kemudian tugas
pokok di jabarkan menjadi tugas-tugas pokok. Kemudian tugas pokok
dijabarkan menjadi funsi-fungsi. Setelah itu fungsi di jabarkan menjadi
uraian pekerjaan dan terakhir uraian pekerjaan di analisis beban kerjanya.
b. Analisis jabatan (persyaratan –persyaratan untuk jabatan). Analisis jabatan
terdiri atas pengelompokan jabatan, pengelompokan fungsi, pengelompokan
tugas, penentuan bentuk organisasi, penetapan organisasi, dan
penyempurnaan organisasi).
Bentuk dan tipe organisasi
Ada tiga bahasan yang terkait dengan bentuk dan tipe organisasi yaitu dasar
pengorganisasian serta bentuk organisasian tipe organiasi itu sendiri. Berikut ini
penjelasannya:
Dasar pengorganisasian
Terbagi menjadi lima kelompok yaitu:
· Pengelompokka kerja atas dasra fungsi
· Pengelompokkan kerja atas dasra proses
· Pengelompokkan kerja atas dasra pelanggan/klien
· Pengelompokkan kerja atas dasar produk
· Pengelompokkan kerja atas dasar daerah/wilayah
Bentuk organisasi
Bentuk organisasi terbagi menjadi empat kelompok, yaitu organisasi lini
(line organization), organisasi lini dan staf (line and staff organization),
organisasi fungsi (fungsion orgaanization), dan kepanitiaan (committee).
3) Penggerakan
Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengatuhi orang lain agar
mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya
tujuan bersama. Ada tiga tipe penggerakan:
a. Kepemimpinan
Ada tiga pengertian kepemimpinan yang menjadi acuan:
- Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu;
- Seni yang berdasar dari kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain agar mau berperilaku seperti apa yang dikehendakinya;
- The process of influencing people to accomplish goals(Huber D)
b. Motivasi Kerja
- Dorongan yang menyebabkan seseorang mau melaksanakan suatu
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggu jawabnya. Motivasi kerja
terbagi menjadi 3 yaitu : jenis motivasi, factor motivator, dan factor
demotivator.
c. KISS dan Komunikasi
KISS adalah sebuah akronim yang berarti Koordinasi, Integrasi,
Sinkronisasi, dan Simplifikasi.
4) Pengawasan
a. Arti pengawasan
Adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan
kegiatan/pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan,
tujuan, sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.
b. Maksud dan tujuan Pengawasan
Pengawasan sangat penting dalam mencegah atau memperbaiki
kesalahan , penyimpangan, dan ketidaksesuaian yang dapat
mengakibatkan tujuan/sasaran organisasi tidak tercapai dengan baik,
karena pelaksanaan pekerjaan / kegiatan tidak efisien dan tidak efektif..
Pengawasan juga bermanfaat dalam :
- Mencegah penyelewengan, penyalahgunaan wewenang, pemborosan,
dan kerugian dalam organisasi.
- Meningkatkan rasa tanggung jawab orang yang melakukan pekerjaan
- Memperbaiki kesalahan penyelewengan dan penyalah gunuaan
wewenang yang telah terjadi
- Mendidik setiap orang agar bekerja sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku.
c. Macam dan tipe pengawasan
Macam dan tipe pengawasan terbagi menjadi 3 yaitu :
- Jika dilihat dari kedudukan unit pengawasan terdiri atas pengawasan
dari dalam ( internal control ), dan pengawasan dari luar ( eksternal
control ),
- Jika dilihat dari sasarannya terdiri atas pengawasan preventif
( pencegahan ) yang dilakukan sebelum pelaksanaan dan pengawasan
represif yang dilakukan pada saat atau sesudah pelaksanaan,
- Jika dilihat dari sifat tugas (perana) pengawasan, terdiri atas
pengawasan politis/ pengawasan masyarakat, misalnya yang dilakukan
oelah DPR, dan pengawasan fungsional, misalnya yang dilakukan oelh
aparatur/ lembaga yang tugas pokoknya melaksanakan pengawasan.
B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
I. Dasar - dasar perencanaan di ruang rawat
Perencanaan kepala ruangan di ruang rawat didasarkan pada misi, filosofi dari
rumah sakit/bidang keperawatan. Perencanaan merupakan fungsi dasar dari
manajemen dan merupakan tugas utama setiap manajer. Perencanaan harus
sistematik, dapat diukur, dapat dicapai, realistic dan berorientasi pada waktu.
Kepala ruangan perlu membuat perencanaan (Sitorus, 2006) karena dapat :
1. Meningkatkan Keberhasilan pencapaian tujuan
2. Meningkatkan analisis kepala ruangan tentang kondisi yang ada
3. Membuat kerangka kerja berdasarkan misi rumah sakit
4. Mempersiapkan staf untuk melakukan kegiatan
5. Mencegah terjadinya situasi kritis
6. Menjadi pedoman manajemen tentang penampilan kerja individu
7. Meningkatkan keterlibatan staf dan meningkatkan komunikasi
8. Membuat pembiayaan efektif
Dasar-dasar perencanaan meliputi penetapan visi, mis, filosofi, sasaran, tujuan,
kebijakan (policies), prosedur dan peraturan rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut,
setiap kepala ruangan akan menetapkan visi, misi, filosofi, sasaran, tujuan ,
kebijakan, prosedur dan peraturan yang sesuai dengan kebutuhan ruang rawat
(Marquis, 2000)
1. Visi. Visi adalah suatu hal yang terlihat dalam mimpi. Suatu visi memberikan
informasi tentang bentuk dan gambaran suatu hal pada masa yang akan
datang yang bermanfaat bagi organisasi dan orang yang bekerja di dalamnya
2. Misi. Pernyataan misi suatu organisasi mengggambarkan manfaat keberadaan
organisasi tersebut. Misi ini bagi organisasi merupakan suatu alat/cara untuk
mengarahkan setiap individu dalam organisasi tersebut untuk berperan secara
produktif.
Contoh misi bidang keperawatan (Panjaitan & Sitorus, 2011);
a. Memberikan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan biaya yang
dapat dijangkau dan dapat diukur serta dapat dievaluasi
b. Memfasilitasi lingkungan untuk dapat melakukan pendidikan dan riset
keperawatan dan memanfaatkannya untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan
c. Menciptakan iklim kerja yang mendorong pertumbuhan profesionalisme
d. Memelihara dan membina (to foster) image keperawatan yang positif dan
professional kepada masyarakat melalui pengembangan hubungan perawat
pasien yang baik dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat
Contoh misi suatu ruang rawat
Misi unit/ruang rawat konsisten dengan misi divisi keperawatan yaitu (Panjaitan &
Sitorus, 2011); :
a. Mengkaji kebutuhan biopsikososial dan spiritual pasien dan keluarga dalam
rangka memberikan asuhan keperawatan yang optimal
b. Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuahn secara
individual sesuai kebutuhan mereka, dengan biaya yang dapat dijangkau
pasien dan rumah sakit
c. Berperan sebagai pembela bagi pasien dan keluarga untuk menjamin asuhan
keperawatan yang sesuai kebutuhan mereka
d. Memberikan dan meningkatkan pendidikan yang berkesinambungan melalui
kegiatan pelatihan, riset dan diskusi/konferens kasus dalam rangka
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
e. Melibatkan semua disiplin yang terkait dengan asuhan pasien dalam
melakukan evaluasi tentang kebutuhan /masalah pasien
f. Mengkaji dan mengevaluasi mutu asuhan keperawtan secara
berkesinambungan melalui kegiatan program menjaga mutu dan dilakukan
setiap bulan.
3. Filosofi. Pernyataan filosofi mencakup nilai-nilai, konsep, keyakinan yang
dianut suatu organisasi. Pernyataan nilai-nilai konsep dan keyakinan
menggambarkan atau mewarnai bagaimana misi suatu organisasi dicapai.
Contoh filosofi ruang rawat (Panjaitan & Sitorus, 2011); :
a. Kami meyakini bahwa semua pasien mendapat asuhan keperawatan secara
individual dari semua perawat dan asuhan yang diberikan mecakup kebutuhan
biopsikososial spiritual
b. Kami meyakini bahwa sasaran asuhan kesehatan adalah membantu pasien
mencapai tingkat kesehatan yang optimal
c. Kami meyakini bahwa pasien perlu dimotivasi oleh semua perawat untuk
mencapai kemandirian dan tidak tergantung pada orang lain
d. Kami meyakini bahwa perawat bertanggung jawab sebagai pembela pasien
dan keluarga, untuk mendapatkan asuhan yang bermutu sesuai dengan
harapan pasien dan keluarga
e. Kami meyakini bahwa pendidikan berkesinambungan merupakan komponen
penting dalam meningkatkan asuhan kesehatan
f. Kami meyakini, bahwa keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan
kesehatan dan perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang penting
g. Kami meyakini bahwa pasien dan keluarga mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan mereka.
4. Sasaran dan Tujuan. Sasaran dan tujuan merupakan akhir kegiatan suatu
organisasi (rumah sakit). Semua filosofi harus diterjemahkan ke dalam
sasaran dan tujuan yang spesifik sehingga dapat dicapai. Artinya filosofi
dioperasionalkan pada sasaran dan tujuan (Marquis & Huston , 2000). Sasaran
didefinisikan sebagai hasil akhir semua upaya yang dilakukan suatu
organisasi. Contoh Tujuan ruang rawat (Panjaitan & Sitorus, 2011); :
- Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan individual
berdasarkan pengkajian perawat professional dengan memperhatikan
kebutuan biopsikososial dan spiritual pasien dan keluarga
- Proses keperawatan akan menjadi dasar pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional
- Memberikan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan cara
yang efektif dan efisien
- Mengkoordinasikan informasi dari semua orang yang terlibat dalam
asuhan pasien sehingga dapat memberikan asuhan yang optimal
- Melibatkan keluarga pasien dalam memberikan asuhan keperawatan
- Mengisentifikasikan masalah pada pemberian asuhan keperawatan
dengan melakukan audit setiap bulan untuk menjamin mutu asuhan
keperawatan
- Meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui pelatihan bagi semua tenaga yang terlibat.
5. Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dan standar prosedur perlu ditetapkan di setiap ruang rawat.
Kebijakan antara lain tentang jumlah dan jenis tenaga, metode pemberian
asuhan keperawatan, sarana dan prasarana, dan lain-lain. Standar prosedur
dikembangkan sesuai dengan prosedur yang dilakukan di setiap ruangan.
Sebelum menentukan kebijakan di suatu ruang rawat, perlu diidentifikasi
data-data sebagi berikut (Panjaitan & Sitorus, 2011); :
a. Rata-rata jumlah pasien per hari, berdasarkan derajat
ketergantungan pasien
b. BOR
c. Rata-rata lama hari rawat
d. Jumlah kelahiran
e. Jumlah operasi
f. Kecenderungan populasi pasien : diagnosis, umum
g. Kecenderungan teknologi : prosedur diagnostic, prosedur terapi,
dan prosedur keperawatan
h. Analisis lingkungan : Keadaan jumlah ketenagaan : keperawatan
dan tenaga lainnya, keadaan pendidikan tenaga, kecenderungan
dalam keperawatan, perkembangan keprofesian
Jenis-jenis perencanaan di ruang rawat (Panjaitan & Sitorus, 2011);:
1. Perencanaan harian (jangka pendek) antara lain :
- Perencanaan harian terkait dengan pengkajian, penetapan, renpra,
implementasi dan evaluasi yang dilakukan oleh ketua tim/perawat
primer
- Setiap hari kepala ruangan/perawat primer mengevaluasi dokumentasi
pasien, apakah setiap pasien mempunyai renpra, apakah tindakan
keperawatan dilakukan berdasarkan renpra. Kepala ruangan akan
memberikan umpan balik kepada ketua tim.
- Pergantian dinas akibat perubahan kondisi ruang rawat
- Rencana kegiatan dinas pagi, dinas sore dan dinas malam
2. Perencanaan bulanan (menengah)
- Pengaturan jadwal dinas
- Permintaan bahan/material di ruang rawat. Rencana permintaan bahan
dilakukan berdasarkan kebutuhan dengan mengidentifikasi kebutuhan
material dalam satu bulan
- Pertemuan dengan setiap staf setiap bulan/2 bulan secara individual.
Buatlah daftar nama semua tenaga di ruang rawat saudara, dan
rencanakan pertemuan bulanan/2 bulan secara individual. Pada
pertemuan individual, dibahas bagaimana individu memenuhi filosofi
dan objektif rumah sakit, job deskripsi dan penampilan kerja.
Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan staf terkait dengan
penampilan kerja. Memberi penghargaan dan mengidentifikasi
perbaikan. Pertemuan dengan semua staf (kelompok), misalnya pada
diskusi kasus/konferens setiap bulan.
3. Perencanaan tahunan (jangka panjang)
Perencanaan jangka panjang meliputi peningkatan mutu asuhan keperawatan,
pengembangan tenaga, penambahan peralatan dan pengembangan
keprofesian.
RENCANA OPERASIONAL DI RUANG RAWAT
Pengembangan rencana operasional di ruang rawat ditetapkan berdasarkan
pengkajian di ruang rawat dengan mengacu pada visi,misi, filosofi, sasaran dan
tujuan ruang rawat. Pengembangan rencana ini dapat dilakukan melalui pertemuan
bulanan di ruang rawat, sehingga tanggung jawab semua perawat di ruang rawat
tersebut ditumbuhkan. Pada rencana ini, berdasarkan tujuan yang ingin dicapai,
ditetapkan kegiatan yang dilakukan, target waktu pencapaian dan penanggung jawab.
Penetapan penanggung jawab pada beberapa orang perawat (staf) akan meningkatkan
keterlibatan mereka pada pencapaian tujuan ruang rawat tersebut. Kepala ruangan
perlu secara konsisten menilai penerapan rencana operasional ini dan hasil yang
dicapai akan digunakan sebagai pendorong bagi semua perawat untuk lebih
berprestasi (Panjaitan & Sitorus, 2011);.
I. Model Praktik Keperawatan Profesional
Model praktik keperawatan professional merupakan penataan struktur dan
proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat
sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan professional.
Pengembangan MPKP merupakan upaya berbagai Negara untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat.
Pengembangan MPKP berbeda-beda di setiap Negara atau rumah sakit.
Namun, menurut Hoffart & Woods (1996), MPKP terdiri atas lima subsistem,
yaitu nilai-nilai professional yang merupakan inti model, hubungan
antarprofesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan
manajemen terutama dalam pengambilan keputusan dan sistem kompensasi,
dan penghargaaan
II. Peran dan Fungsi perawat pada MPKP
Kepala Ruangan
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat
dengan kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP
tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKp/Ners dengan pengalaman.
Kepala ruangan bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi (Panjaitan &
Sitorus, 2011.Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah :
a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan
d. Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan
e. Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan
mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan,
anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP
f. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
g. Bekerjasama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing
siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan,
dengan mengikuti sistem MPKP
h. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
pasien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain karu bersama
CCM dan PP mengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang
perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang
bersangkutan
i. Mengecek kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima
set setiap hari
j. Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam
hal penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku professional
k. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh
Karu/CCM, dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil PP
pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan kepala
ruangan
l. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang
dibutuhkan diruangan
m. Bersama CCM memonitor dan mengevaluasi penamilan kerja semua
tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikan
pangkat
n. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan
o. Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan
keperawatan
Clinical Care Manager
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula , CCM adalah SKP/Ners dengan
pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners Spesialis. Pada MPKP
tingkat II, jumlah Ners spesialis lebih dari satu orang tetapi disesuaikan dengan
kekhususan sesuai kasus yang ada. CCM bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi.
Tugas dan tanggung Jawab CCM adalah (Panjaitan & Sitorus, 2011);:
1. Melakukan bimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP (ronde
keperawatan).
Pada saat CCM melakukan ronde keperawatan, kegiatan diawali dengan
menetapkan secara acak minimal 2 (dua) status yang akan dievaluasi untuk
setiap tim. Bersama dengan PP mengevaluasi status meliputi :
a. Apakah diagnosa yang ditetapkan sesuai dengan kondisi pasien,
apakah diperlukan pengkajian lanjut ? CCM melakukan pengkajian
sesuai kebutuhan
b. Apakah diagnosa yang ditetapkan masih menjadi masalah pasien atau
sudah teratasi. Bila sudah teratasi,pakah sudah didokumentasikan ?
c. Apakaah semua tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada renpra
sudah dilakukan dan disokumentasikan pada format implementasi
tindakan keperawatan
d. Apakah masalah psikososial sudah diidentifikasi ?masalah psikososial
diidentifikasi bila pasien sudah dirawat lebih dari 4 hari atau sesuai
kondisi pasien ?
e. Apakah masalah kurangnya pengetahuan sudah diidentifikasi ?
Masalah kurangnya pengetahuan diidentifikasi minimal 4 hari sebelum
pasien pulang
f. Apakah pengisian hal-hal istimewa sudah dilakukan sesuai panduan ?
g. APakah laporan pergantian dinas diisi sesuai panduan ?
h. Apakah laporan perkembangan pasien diisi sesuai panduan ?
i. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh PP dan tim
2. Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan oleh PP dan PA
3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan
4. Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan
penelitian
6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam member asuhan keperawatan
7. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan member masukan
untuk perbaikan
8. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian
tentang asuhan keperawatan
Perawat Primer
Tugas dan Tanggung Jawab PP adalah sebagai berikut (Panjaitan & Sitorus, 2011);:
1. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan
2. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian yang
sudah dilakukan PP pada sore, malam atau hari libur
3. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra
sesuai dengan hasil pengkajian
4. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung
jawabnya sesuai pasien yang dirawat (preconference)
5. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap
giliran jaga/shift, sesuai kondisi yang ada.
6. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi tindakan
keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
7. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
8. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
9. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
10. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
11. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan PA
12. Mendampingi dokter visite pasien dibawah tanggung jawabnya didampingi
oleh PA sesuai timnya
13. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan
pasien
14. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2 hari untuk
membahas kondisi keperawatan pasien
15. Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan pada PA yang telah ditunjuk
sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan
16. Memberi pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
17. Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasien dirawat
18. Bekerjasama dengan CCM
19. Mengidentifkasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence
based practice (EBP)
Perawat Asosiet
Tugas dan tanggung jawab PA adalah sebagai berikut (Panjaitan & Sitorus, 2011);
1. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan kepada
PP, bila ada hal yang belum jelas
2. Membina hubungan teraupetik dengan pasien dan keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang dilakukan PP
3. Menerima pasien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi pasien dan keluarga jika PP tidak ada di tempat
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasarkan renpra
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
6. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat
7. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan
8. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai di paraf
9. Mengkomunikasi kan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang
perlu diselesaikan
10. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengoabatn
dan tindakan
11. Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan PP
12. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya
13. Membantu tim lain yang membutuhkan
14. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan PP
SUPERVISI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengertian Supervisi .
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah
berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi
adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Swansburg, 2000).
Supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi
pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (2000) melihat
dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan
pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan
pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan
pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan,
observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan
atau tugas sehari-hari (Swansburg, 2000).
B. Manfaat dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Nursalam,
2011) :
Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas
kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja
yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan
sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah
menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara
benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang
telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Nursalam,
2011).
C. Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan
jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan
tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi.
Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut
((Nursalam, 2011). :
Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja
bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus
edukatif dan suportif, bukan otoriter.
Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang
hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.
Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin
kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat
proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan
kepentingan bawahan.
Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai
dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan
strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan
merupakan supervisi yang baik.
Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan
dengan perkembangan
D. Pelaksana Supervisi
Menurut Loveridge , (1996) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal
tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan
supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus
dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud
adalah:
Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf
khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan
yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan
supervisi artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik
supervisi.
Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan
otoriter.
Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan
selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku bawahan yang disupervisi.
E. Teknik Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik
penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data
untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik
pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi,
serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat
dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi
secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa
untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu
diperhatikan (Loveridge, 1996):
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu
ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas
sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana
supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk
mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung
perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada
sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak
terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah
keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu
dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar
tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa
adanya.
Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan
berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak
senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk
mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif
tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut
dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan
kekuasaan atau otoritas.
2. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian
masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan.
Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah
harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah
tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.
F. Supervisi Keperawatan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat
luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada
perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya
dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini
merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan
perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat . Supervisi terhadap
kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan
pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap
proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan
variabel yang harus disupervisi (Nursalam, 2002)
Pelaksana Supervisi Keperawatan
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil
atau bagian yang bertangguung jawab antara lain (Nursalam, 2002):
Kepala ruangan . Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang
dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan
metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak
langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).
Pengawas perawatan (supervisor) . Ruang perawatan dan unit pelayanan yang
berada di bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang
bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
Kepala bidang keperawatan . Sebagai top manager dalam keperawatan,
kepala bidang keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab
melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para
pengawas keperawatan Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang
supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama
pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan
pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap
peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan
pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan
Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati
berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan.
Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut
supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan
pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh. Sasaran yang harus dicapai
dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan
alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang,
pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan
dan keuangan (Nursalam, 2002)
Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin
dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor mengkoordinasikan
pekerjaan karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan,
memotivasi, dan mengendalikan. Seorang supervisor keperawatan dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam (Simamora,
2012)
1) Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti
oleh staf dan pelaksana keperawatan.
2) Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
3) Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan
pelaksanan keperawatan.
4) Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
5) Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
6) Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
7) Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.
Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara
komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien.
Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan
menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari
kesalahan atau penyimpangan (Simamora, 2102).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
1. Teknik Supervisi Secara Langsung (direct).
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah. Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus
lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3)
berbicara dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari
banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan yang
diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan
dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat
perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan
mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Langkah-
langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Simamora, 2012):
Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara
langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang
menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari
Depkes.
Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi
.
2. Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung
apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis. Langkah-langkah
Supervisi tak langsung (Simamora, 2102) adalah sebagai berikut :.
Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari
Depkes.
Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan
tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.
Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap
atau sesuai standar.
Prinsip Supervisi Keperawatan
Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi
secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip
tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas hubungan professional
dan bukan hubungan pribadi, kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat
edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu
membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam
kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu
terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat
mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat
kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan,
dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan ( Nursalam , 2002).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursalam, 2007) antara lain: 1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi, 2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan, 3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard, 4) Supervisi
merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat
pelaksana. 5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik, 6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi, 7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya
guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.
Kegiatan Rutin Supervisor
Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para supervisor
harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan supervisi.
Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan
lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan
pekerjaan yang dilkukan orang lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan
supervise. Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Simamora, 2012) :
1. Persiapan. Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi: 1) Menyusun
jadwal supervisi, 2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman
pen dokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat
pelaksana
2. Pelaksanaan supervisi. . Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap
pelaksanaan supervisi meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang
disupervisi, 2) Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian
dilaksanakan. 3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan
pendokumentasian untuk masing-masing tahap, 4) Mendiskusikan
pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pedokumentasian asuhan
keperawatan, 4) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada
masing-masing tahap, 5) Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian
asuhan keperawatan, 6) Mencatat hasil supervisi.
3. Evaluasi. Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi:
1) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di
arahkan, 2) Memberikan reinforcement pada perawat, 3) Menyampaikan
rencana tindak lanjut supervisi
Model-model Supervisi Keperawatan
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan
dalam kegiatan supervisi antara lain (Loveridge, 1996):
1. Model konvensional . Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung
untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan
keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-
matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya
melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat
pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun
keberhasilan yang telah dilakukan
2. Model ilmiah . Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah
direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh
karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik
sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan
prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data
yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
3. Model klinis . Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar
keperawatan.
4. Model artistic . Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan
personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima
oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta
hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor
akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
Area Supervisi
1. Pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan keperawatan
kepada klien.
2. Keterampilan yang dilakukan sesuai dengan standar
3. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan
empati
Secara aplikatif area supervisi keperawatan meliputi :
1. Kinerja perawat dalam selakukan asuhan keperawatan kepada klien
2. Pendokumentasian asuhan keperawatan
3. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
4. Pengelolaan logistik dan obat
5. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan
masalah keperawatan klien
6. Pelaksanaan konfrence, overan .
MONITORING DAN EVALUASI MUTU ASUHAN KEPERAWATAN
Terdapat beberapa pengertian mutu (Panjaitan & Sitorus, 2011):
1. Menurut Joint Commission on Accreditation of Health Care Organizations
dalan Wasisto (1994), mutu layanan ialah dipenuhinya standar profesi dalam
layanan dan terwujudnya hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan
2. Mutu layanan berarti suatu tingkat layanan tersebut memuaskan harapan
pelanggan
Monitoring Mutu di Ruang Rawat
Kepala ruangan yang efektif memonitor kemajuan ruang rawat yang
dipimpinnya sehingga dapat meningkatkan mutu. Kepala ruangan bertanggung jawab
untuk memonitor tiga kelompok utama yaitu anggota staf, pasien dan administrasi.
Disamping itu, kepala ruangan juga bertanggung jawab kepada unit lain, keluarga
pasien, tenaga kesehatan lainnya dan komunitas. Untuk itu, kepala ruangan perlu
melakukan monitoring pekerjaannya secara individual dan monitoring ruangan secara
keseluruhan (Panjaitan & Sitorus, 2011).
1. Monitoring perawat secara individual meliputi :
Kehadiran
Waktu datang, waktu pulang
Kepatuhan pada SOP
Kepatuhan pada standar perilaku etis
Kepatuhan pada standar praktek
Keunggulan dalam pemberian asuhan keperawatan
Keunggulan dalam dokumentasi asuhan keperawatan
Kemampuan bekerjasama dengan perawat lain
Pertumbuhan professional
Kepemimpinan
2. Monitoring ruangan secara keseluruhan meliputi :
Sensus pasien
Kejadian infeksi nosokomial
Kejadian jatuh, dekubitus
Perawat/tenaga lain yang cedera
Hubungan dengan departemen lain
Biaya berlebihan
Kepatuhan perawat pada SOP
Kepatuhan perawat pada standar praktek melalui dokumentasi
keperawatan
Metode monitoring dilakukan dengan mengumpulkan informasi dengan
berbagai cara. Observasi langsung merupakan cara yang paling penting. Salah satu
cara observasi disebut manajemen keliling (management by walking around). Cara ini
sangat efektif karena dengan kehadiran kepala ruangan secara langsung pada sasaran,
mereka merasa bahwa mereka penting dan mutu pekerjaan mereka diperhatikan. Cara
lain adalah dengan bertanya kepada perawat secara individual bagaimana kemajuan
mereka. Cara yang lebih formal adalah melalui prosedur review sejawat (peer
review), audit dokumentasi, penilaian penampilan kerja staf. Monitoring juga
didasarkan atas hasil-hasil pencatatan misalnya IN, jatuh, dll.. Inti monitoring adalah
identifikasi kecenderungan dan masalah secara dini selagi kecil sehingga mencegah
masalah besar (Panjaitan & Sitorus, 2011)..
Indikator Mutu
Indikator mutu suatu pelayanan, mempunyai manfaat yang sangat penting bagi
manajer, terutama untuk mengukur kinerja tenaga yang ada. Departemen kesehatan
(1998) telah menetapkan indicator mutu pelayanan rumah sakit yaitu :
1. Indikator pelayanan Non Bedah, terdiri dari :
Angka pasien dengan dekubitus
Angka kejadian jarum infeksi karena jarum infuse
Angka kejadien penyulit/infeksi karena transfuse darah
Angka ketidaklengkapan pengisian catatan medic
Angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat
2. Indikator pelayanan bedah, yang terdiri dari :
Angka infeksi luka operasi
Angka komplikasi pasca bedah
Waktu tunggu sebelum operasi elektif
Indikator mutu menjadi pengukuran hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
Menurut ANA (1996) dalam Marquis & Houston (2000) terdapat 10 indikator :
1. Angka infeksi nosokomial
2. Angka kejadian bahaya pada pasien (patient injury)
3. Kepuasan pasien tentang asuhan keperawatan
4. Kepuasan pasien tentang manajemen nyeri
5. Kepuasan pasien tentang pemberian pendidikan kesehatan
6. Kepuasan pasien tentang asuhan kesehatan
7. Pemeliharaan integritas kulit
8. Kepuasan perawat
9. Komposisi RN, LPN dan pembantu keperawatan pada pemberian asuhan
keperawatan
10. Jumlah jam perawatan per hari per pasien
Pencegahan Masalah Mutu dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
Untuk mencegah terjadinya masalah mutu dalam keperawatan di ruang rawat maka
kepala ruangan perlu memperhatikan hal-hal berikut ini (Panjaitan & Sitorus, 2011). ;
1. Praktek dalam kondisi ruang rawat yang aman. Hal ini berarti :
Kepala ruangan menjamin bahwa jumlah dari jenis tenaga yang ada di
ruang rawat sesuai kebutuhan pasien
Setiap ruangan mempunyai peraturan, standar prosedur dan deksripsi
tugas masing-masing tenaga yang dapat mendukung peningkatan mutu
Menjamin alat-alat yang dipakai dalam kondisi baik
Memberi orientasi pada tenaga yang baru dengan melakukan supervise
bagi semua tenaga
2. Terdapat dokumentasi asuhan keperawatan yang baik
3. Pemberian asuhan sesuai standar asuhan keperawatan
4. Peningkatan hubungan interpersonal yang positif
5. Mengembangkan program manajemen resiko
Adapun program manajemen resiko meliputi :
1. Identifikasi area yang cenderung terjadi resiko
2. Evaluasi akibat yang mungkin terjadi
3. Lakukan tindakan pencegahan
4. Lakukan tindakan untuk mengurangi kerugian akibat kesalahan
tersebut melalui strategi control kesalahan (risk strategy control)
yaitu :
Sistem peringatan dini mencari informasi segera dan analisis
Dokumentasi
Informed consent
Hubungan perawat-pasien
Bila terjadi risiko di ruang rawat, karu harus mempunyai dokumentasi tentang
resiko yang pernah terjadi yang dilakukan perawat di bawah tanggung jawabnya
disertai umpan balik yang sudah diberikan. Disamping itu, karu juga perlu membuat
peta resiko di ruang rawat (Panjaitan & Sitorus, 2011).