Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

147
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan sebaik- baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2000) menunjukkan bahwa gambaran mutu pelayanan keperawatan di berbagai Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia belum memuaskan, dan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien. ( Sitorus;2006) Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 1

description

laporan residen 1 magister keperawatan

Transcript of Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Page 1: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan

di Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan

sebaik-baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap

dapat menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Sitorus (2000) menunjukkan bahwa gambaran mutu

pelayanan keperawatan di berbagai Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia belum

memuaskan, dan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya mutu

asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek struktur dan proses (sistem)

pemberian asuhan keperawatan. Sistem pemberian asuhan keperawatan (care

delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam memberikan

pelayanan keperawatan kepada klien. (Sitorus;2006)

Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang

berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab

perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi

tanggung jawab manajer. Kepala Ruang adalah manajer operasional yang

merupakan pimpinan yang secara langsung mengelola seluruh sumber daya di

unit perawatan dan ikut bertanggungjawab dalam menghasilkan pelayanan yang

bermutu. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan

sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor

eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi,

sistem penugasan dan pembinaan (Depkes RI. 2004). Sistem atau metode yang

dirancang harus merefleksikan falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan dan

populasi klien. Strategi yang dapat diterapkan dalam mencapai kualitas pelayanan

keperawatan antara lain : Total Quality Management sebagai filosofi dan proses,

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 1

Page 2: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

adanya dukungan kualitas manajemen dan informasi, dan bencmarking.

(Nursalam,2011).

Secara operasional manajemen keperawatan merupakan bentuk

kepemimpinan dan pengelolaan oleh departemen/ divisi/ bidang/ seksi

keperawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak,

manajemen menengah dan manajemen bawah. Dalam pelaksanaannya manajer

keperawatan harus memiliki beberapa faktor yaitu: 1) kemampuan menjalankan

peran sebagai pemimpin (keterampilan kepemimpinan), 2) kemampuan

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen (pengorganisasian dan pengawasan), dan

3) kemampuan menerapkan pengetahuan. (Swansburg ; 2000).

Menurut Nurachmah (2000), bagi seorang manajer keperawatan harus

memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil

yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan,

(kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin) dan kemampuan

melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan keperawatan di

suatu ruang rawat dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya : visi, misi

dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat. struktur

organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di ruang

rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas maupun

kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang

mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan

motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan

dari pimpinan rumah sakit. (Annonymous).

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan menurunnya minat

masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan di rumah sakit diantaranya adalah: 1)

faktor pasien, 2) faktor organisasi unit penyedia pelayanan kesehatan (dalam hal

ini rumah sakit), 3) faktor pelayanan klinis terkait kemampuan dokter dan

perawat, 4) faktor pelayanan administrasi atau manajemen rumah sakit, dan 5)

faktor lingkungan. (Azwar;1996). Untuk itu diperlukan pengembangan yang

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 2

Page 3: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dirumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada. Apabila

rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya peningkatan

mutu pelayanan, maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan masyarakat

akan mencari sarana kesehatan alternatif. Setiap rumah sakit harus meningkatkan

penampilannya secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat agar dapat terus berkembang. Upaya penyelenggaraan menjaga

kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari peran penting

pelayanan keperawatan. Di unit rawat inap tenaga keperawatan berada di tatanan

pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien,

yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu karenanya perawat memegang

posisi kunci dalam membangun citra rumah sakit. (Nursalam; 2011)

Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa adalah rumah sakit tipe D milik

pemerintah kabupaten Luwu dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 109 buah

dan 233 karyawan. Meskipun kabupaten Luwu merupakan kabupaten induk, hasil

pemekaran menjadi 4 (empat) kabupaten/kota, rumah sakit ini yang memiliki usia

paling muda dikawasan Luwu Raya baru mulai didayagunakan pada tahun 2005,

dan saat ini terus melakukan pembenahan sarana dan prasarana untuk mendukung

pencapaian visinya. (SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret

2012).

Berdasarkan data yang diperoleh dari SDM & Rekam Medik tentang

indikator mutu pelayanan secara umum diperoleh informasi pencapai BOR (Bed

Occupancy Rate) tahun 2010 sebesar 66,2 % dan tahun 2011 sebesar 45,3 %

terjadi penurunan 23,9 % . Nilai rata-rata lama perawatan pasien di rumah sakit

ALOS (Avarage Length of Stay) pada tahun 2010 mencapai 8,53 hari (di luar

target standar), pada tahun 2011 mencapai 3 hari (sesuai standar). Begitupun

angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-rata tempat tidur tidak

terisi, pada tahun 2010 sebesar 23,76 hari (tidak memenuhi target standar), pada

tahun 2011 mencapai angka 4 hari (tidak memenuhi target standar). Jika diamati

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 3

Page 4: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

dari angka pencapaian BTO (Bed Turn Over) yaitu keluar masuknya pasien

perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur, pada tahun 2011 sebesar 45,2 (tidak

memenuhi target standar) artinya intensitas keluar masuk pasien RSUD Batara

Guru Belopa Belopa tergolong rendah. Jumlah pasien meninggal Jumlah pasien

meninggal ≥ 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun 2010 sebesar 2,47 terjadi

penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,005 sedangkan jumlah pasien meninggal

seluruhnya Gross Death Rate (GDR) pada tahun 2010 sebesar 16,71 mengalami

penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,015. (SDM & Rekam Medik, RSUD

Batara Guru Belopa, Maret 2012).

Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Batara Guru Belopa masih

memerlukan pembenahan manajemen pelayanan khususnya manajemen

pelayanan keperawatan. Rumah sait ini berpeluang untuk berkembang dalam

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan Visi

“Terwujudnya Rumah Sakit Yang Maju, Mandiri Dan Berdaya Saing Melalui

Pelayanan Bermutu” serta memiliki Misi : memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, melaksanakan prinsip pelayanan

prima dengan mengutamakan kepuasan pelanggan, meningkatkan profesionalisme

SDM, menerapkan konsep manajemen mutu (TQM), menyediakan infrastruktur

yang memadai, membentuk budaya organisasi, meningkatkan kesejahteraan

pegawai rumah sakit. (SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa Maret

2012).

Dari kondisi-kondisi diatas jelas bahwa RSUD Batara Guru Belopa

merupakan tempat belajar yang baik dalam program akademik residensi

mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin jurusan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.

Kegiatan residensi ditujukan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam

mengaplikasikan teori dan konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan

dalam membantu rumah sakit untuk menyelesaikan masalah melalui upaya

mengidentifikasi permasalahan pelayanan keperawatan dengan pendekatan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 4

Page 5: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Problem Solving for Better Nursing Service (PSBNS) atau Fish Bone Analysis dan

diharapkan mampu berperan sebagai change agent dengan menerapkan suatu

teori berubah.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu menerapkan

konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan pada unit

pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya manajemen pelayanan

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait

dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di

rumah sakit tempat residensi.

b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan

bersama pihak rumah sakit tempat residensi.

c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan

penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.

d. Mengusulkan dan menetapkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan

penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi rumah sakit.

e. Menyusun perencanaan pemecahan masalah dengan melibatkan pihak

rumah sakit.

f. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan

masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan

Rumah Sakit.

g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil

dan dampak pada manajemen keperawatan.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 5

Page 6: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

h. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai untuk

mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit

terkait di Rumah Sakit.

C. Manfaat

1. Bagi program studi Magister Ilmu Keperawatan peminatan Kepemimpinan

dan Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

manfaat residensi adalah peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang

melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan

manajemen secara nyata di rumah sakit.

2. Bagi Rumah Batara Guru Belopa, diharapkan dapat membantu rumah sakit

untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional yaitu

pembuatan instrument sekaligus uji coba penghitungan beban kerja pada

perawat, sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diantaranya mutu pelayanan

keperawatan.

3. Bagi mahasiswa program studi Magister Ilmu keperawatan, kegiatan residensi

dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman dalam

mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara nyata di

rumah sakit.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 6

Page 7: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan dalam keperawatan

Kepemimpinan merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan

keluaran melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus mampu

memastikan bahwa bawahan melaksanakan pekerjaannya berdasarkan

keterampilan yang dimiliki dan komitmen terhadap pekerjaan untuk

menghasilkan keluaran yang terbaik. Oleh karena itu, kepemimpinan timbul

sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administrative

(perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan), keterampilan

teknis (pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural), dan keterampilan

interpersonal. (Nurahmah; 2005).

Robbins menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk

mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan, yang dapat bersumber dari

formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam

ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu : 1) ambisi dan energi, 2) hasrat

untuk memimpin, 3) kejujuran dan integritas, 4) kepercayaan diri, 5) kecerdasan,

dan 6) pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya. (Robbins; 2001)

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan

keterampilan seorang manajer keperawatan dalam mempengaruhi perawat lain

dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam

memberikan pelayanan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.

Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan

melibatkan berbagai individu.

Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal,

selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang manajer

keperawatan mampu memperlihatkan keterampilan dalam menghadapi orang lain

dengan efektif. Keterampilan tersebut yaitu : 1) kepiawaian dalam menggunakan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 7

Page 8: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

posisi, 2) kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif, 3) ketegasan

sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, 4) mampu menjadi media

dalam penyelesaian konflik kinerja, dan 5) mempunyai keterampilan dalam

komunikasi dan advokasi. (Gillies, 1996).

Pada hakekatnya pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk

menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan senang

hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut. Kepemimpinan manajerial

ditandai dengan sifat manajerial dan keterampilan manajerial yang mengarah ke

pemberdayaan. Pembuatan keputusan pemimpian dalam sebuah organisasi

tergantung pada gaya kepemimpinan. Ada 4 gaya kepemimpin menurut Malayu

S.P Hasibuan yaitu :

1. Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang mutlak

pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan

sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan

saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.

2. Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimipinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinan dilakukan

dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan

loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar

merasa ikut memiliki perusahaan. Pengambilan keputusan tetap dilakukan

pada pemimpin dengan mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan

bawahannya.

3. Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan delegatif apabila seseorang pemimpin mendelegasikan

ewenang kepada bawahannya secara lengkap, dengan demikian bawahan

dapat mengambil keutusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 8

Page 9: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

dalam melaksanankan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada

bawahannya.

4. Kepemimpinan Situasional

Teori kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap

kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya

sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya

kepemimpinan tertentu. Pemikiran dasarnya adalah seorang pemimpin yang

efekif harus cukup fleksibel untuk menyesuaikan terhadap perbedaan-

perbedaan diantara bawahan dan situasi. (Hasibuan ; 2005)

Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan

keterampilan kepemimpinan. (Nurahmah; 2005). Kegiatan tersebut meliputi : 1)

perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk mampu

membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik

keperawatan, 2) penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung

jawab dalam hal ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan

keperawatan pasien, 3) pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu

menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan

keperawatan, 4) mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan

dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim 5) koordinasi, diperlukan

sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan, 6)

evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian

terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya.

(Monica ;1998).

Kepemimpinan yang efektif didasarkan pada pemikiran yang metodis,

yang pertama-tama di ambil dari teori (apa yang terbukti efektif melalui sejumlah

besar penelitian) dan kemudian intuisi (apa yang terbukti efektif melalui

penelitian tentang pengalaman diri (Monica, 1998). Penggunaan metode ilmiah

dalam manajemen adalah untuk membantu pemimpin dalam mengkaji beberapa

kebutuhan dari sistem lain dan dalam memilih prioritas, mengidentifikasi elemen

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 9

Page 10: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

orang dan situasi yang penting dalam mengemban tujuan-tujuan khusus, mengkaji

secara kritis kekuatan dari orang-orang tersebut dan mengembangkan strategi

yang melibatkan kekuatan-kekuatan tersebut dalam pekerjaan (Monica, 1998).

Tujuan prioritas dari seorang pemimpin adalah mencapai tujuan-tujuan

dengan cara mengaktivasi sebuah sistem. Segala sesuatu yang dilakukan oleh

pemimpin untuk mencapai tujuan harus didasarkan pada strategi yang memiliki

tingkat keberhasilan yang tinggi, untuk itulah digunakan metode ilmiah sebagai

metode penyelesaian masalah (Monica, 1998). Metode penyelesaian masalah

terdiri dari :

1. Pengenalan masalah

Suatu masalah diidentifikasi melalui perbedaan antar apa yang sedang

terjadi secara nyata (actual) dalam suatu situasi dan apa yang seseorang

inginkan untuk terjadi (optimal) (Monica, 1998).

2. Defenisi masalah

Setelah suatu situasi dikaji untuk menentukan area prioritas kebutuhan,

untuk mengidentifikasi apakah kelompoknya sejalan dengan kebutuhan ini

(actual), dan untuk mengidentifikasi apakah keinginan seseorang relatif sesuai

dengan kebutuhan ini (optimal), maka kemudian dapat ditetapkan suatu

masalah (Monica, 1998).

3. Analisa masalah

Setelah masalah diidentifikasi, maka masalah haruslah di analisa.

Analisis akan menghasilkan tiga tujuan: 1) mengapa masalah terjadi; 2)

menganalisa kemampuan kelompok untuk mencapai tujuan (tingkat

kematangan); 3) menspesifikasi perilaku kepemimpinan yang tepat, yang

diindikasikan oleh tingkat kematangan kelompok, yang dibutuhkan dalam

rangka memenuhi kebutuhan kelompok untuk mencapai tujuan. Keputusan

perilaku kepemimpinan yang tepat akan didasarkan pada apa yang bisa

berhasil menurut penelitian. (Monica, 1998).

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 10

Page 11: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

B. Pilar-Pilar Nilai Professional Pelayanan Keperawatan

1. Pilar I : Manajemen keperawatan (management approach)

a. Pengertian

Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain (Gillies,1996). Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen

sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya

secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan

yang dilakukan oleh banyak orang sehingga perlu menerapkan manajemen

yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan

merupakan koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan

menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas

asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Keberhasilan pelayanan

keperawatan sangat dipengaruhi oleh bagaimana manajer keperawatan

melaksanakan peran dan fungsinya.

Menurut Gillies (1996) proses manajemen adalah merupakan

rangkaian kegiatan input, proses, dan output. Marquis & Huston (2010)

menyatakan proses manajemen dibagi lima tahap yaitu planning,

organizing, staffing, directing, controling yang merupakan satu siklus

yang saling berkaitan satu sama lain. Manajemen keperawatan adalah

keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk

memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja,

koordinasi dan evaluasi. Manajemen keperawatan terdiri dari manajemen

operasional dan manajemen asuhan keperawatan.

Model praktek keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen

(management approach) sebagai pilar praktek profesional yang pertama.

Oleh karena itu proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin

untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga

merupakan praktek yang professional. Dalam manajemen asuhan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 11

Page 12: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

keperawatan ada tiga komponen penting yaitu manajemen sumber daya

manusia dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan

perawat, sistem klasifikasi kebutuhan klien dan metode proses

keperawatan.

b. Fungsi-fungsi manajemen

1) Perencanaan kegiatan keperawatan

Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang

rawat inap yang dilaksanakan oleh kepala ruang sebagai pemikiran

atau konsep-konsep tindakan tertulis seorang manajer. Perencanaan :

dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan

peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan

jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,

menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan

dan pengelola rencana perubahan.

Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan

dikaji sistem, strategi organisasi dan tujuan organisasi, sumber-sumber

organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan prioritasnya.

Perencanaan diartikan sebagai rincian kegiatan tentang apa yang harus

dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu

berlangsung. (Nursalam ;2011)

Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan profesional

merupakan upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan

keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan

tapi bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi

bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan

itu sendiri. Dengan demikian sangat dibutuhkan perencanaan yang

profesional juga.

Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang,

rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencanaan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 12

Page 13: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk

3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku

1 sampai 5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat satu

jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari

perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur

(Marquis & Houston, 2010). Kegiatan perencanaan yang dipakai di

ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.

Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah

perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian,

bulanan dan tahunan.

Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi

perencanaan kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga, pengembangan

tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program kendali mutu yang akan

disusun untuk pencapaian tujuan jangka pendek, menengah dan

panjang. Disamping itu kepala ruang merencanakan kegiatan di

ruangan seperti pertemuan dengan staf pada permulaan dan akhir

minggu. Tujuan pertemuan adalah untuk menilai atau mengevalkuasi

kegiatan perawat sudah sesuai dengan standar atau belum, sehingga

dapat dilakukan perubahan-perubahan atau pengembangan dari

kegiatan tersebut.

Adapun langkah-langkah perencanaan kebutuhan tenaga

keperawatan menurut Gillies (1996) meliputi :

a) Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan dan asuhan

keperawatan yang akan diberikan.

b) Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk

melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan

c) Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang

dibutuhkan.

d) Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 13

Page 14: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

e) Melakukan seleksi calon-calon yang ada.

f) Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiff.

g) Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan

dan asuhan keperawatan.

2) Pengorganisasian kegiatan keperawatan

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-

orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab

sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu

kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada

tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi : pola struktur

organisasi, penataan kegiatan, dan struktur kerja organisasi. Prinsip-

prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatauan komando,

rentang kendali, pendelegasian, koordinasi. Pengorganisasian

bermanfaat untuk : penjabaran terinci semua pekerjaan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai

dengan kemampuan perorangan/ kelompok, dan mengatur mekanisme

kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan

koordinasi. (Sitorus;2006).

Kepala ruang bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan

pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap meliputi :

a) Struktur organisasi

Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur,

bentuk dan bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit

dapat ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk

menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik

vertikal maupun horizontal. Juga dapat dilihat posisi tiap bagian,

wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk

organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau

sistem penugasan.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 14

Page 15: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

b) Pengelompokan kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan

yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu

dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan

kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada

perawat sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka

miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan klien. Ini yang disebut

dengan metoda penugasan keperawatan. Metoda penugasan

tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi

klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode

keperawatan primer, dan metode moduler. (Sitorus;2006)

c) Koordinasi kegiatan

Kepala ruang sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan

kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk

menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya

pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat pelaksana

dalam asuhan keperawatan di ruang rawat inap.

d) Evaluasi kegiatan

Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk

menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang

berkewajiban untuk member arahan yang jelas tentang kegiatan

yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan uraian tugas dengan

jelas untuk masing-masing staf dan standar penampilan kerja.

e) Kelompok kerja

Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf

dan kebersamaan dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan

motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok untuk

meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan dan

asuhan keperawatan.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 15

Page 16: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

3) Pengarahan kegiatan keperawatan

Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan

kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan

perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Fungsi pengarahan adalah agar membuat perawat atau staf melakukan

apa yang diinginkan dan yang harus mereka lakukan. Kepala ruang

dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi

motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian,

menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan

koordinasi.

Kegiatan saling memberi motivasi merupakan unsur yang

penting dalam pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan

di ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh kepala ruang

adalah selalu memberikan reinforcement terhadap hal-hal yang positif,

memberikan umpan balik, memanggil perawat yang kurang

termotivasi, mungkin prestasi yang dicapai perlu diberikan

penghargaan. Di ruang rawat inap terdiri dari personil berbagai latar

belakang yang dapat menjadikan masalah/konflik. Masalah/konflik

yang terjadi tidak dibiarkan berkepanjangan dan harus diselesaikan

secara konstruktif. Pendekatan yang digunakan kepala ruang dalam

menyelesaikan masalah adalah :

a) Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan

melakukan klarifikasi pada pihak-pihak yang berkonflik

b) Mengidentifikasi penyebab-penyebab timbulnya konflik tersebut

c) Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin

diterapkan

d) Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan

e) Menerapkan alternatif terpilih

f) Melakukan evaluasi peredaan konflik

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 16

Page 17: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Pendelegasian tugas merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari pengelolaan ruangan Pendelegasian digolongkan menjadi 2 jenis

yaitu terencana dan insidentil. Pendelegasian terencana adalah

pendelegasian yang memang otomatis terjadi sebagai konsekuensi

sistem penugasan yang diterapkan di ruang rawat inap, bentuknya

dapat pendelegasian tugas kepala ruang kepada ketua tim, kepada

penanggung jawab shift. Pendelegasian insidentil terjadi bila salah satu

personil ruang rawat inap berhalangan hadir, maka pendelegasian

tugas harus dilakukan.

Komunikasi yang efektif dapat dilakukan baik lisan maupun

tertulis. Komunikasi lisan diselenggarakan melalui proses : operan,

konferens, konsultasi, dan informal antar staf. Komunikasi tertulis

diselenggarakan melalui media yaitu papan tulis, buku laporan

ruangan, atau pesan-pesan khusus tertulis. Kolaborasi dan koordinasi

dilakukan oleh kepala ruang dengan semangat kemitraan dengan tim

keswa, seperti konsultasi dengan tim medis terkait dengan program

pengobatan, psikolog, pekerja sosial, tim penunjang pelayanan di

ruang rawat inap. Selain itu perlu dilakukan koordinasi dengan unit

atau bidang lain seperti : instalasi gizi, instalasi farmasi, instalasi

IPRS, bidang pelayanan medik, bidang penunjang medik, bidang

kesekretariatan, serta unit rawat jalan dan rawat darurat.

4) Pengawasan kegiatan keperawatan

Pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan

keluarganya. Untuk itu rumah sakit diharapkan dapat memberikan

pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dan

keluarganya. Pelayanan yang berkualitas perlu didukung oleh sumber-

sumber yang memadai yaitu sumber daya manusia, standar pelayanan

(Standar Asuhan Keperawatan), dan fasilitas. Sumber-sumber tersebut

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 17

Page 18: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna, sehingga

tercapai kualitas yang tinggi dengan biaya yang seminimal mungkin.

Untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit tersebut, khususnya

pelayanan keperawatan diperlukan supervisi keperawatan.

Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber

yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka

pencapaian tujuan. Adapun tujuan dari supervisi keperawatan tersebut

adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien

dan keluarganya. Jadi supervisi difokuskan pada kebutuhan,

ketrampilan, dan kemampuan perawat untuk melakukan tugasnya.

Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang

harus dilaksanakan oleh pengelola (manajer) dari yang terendah,

menengah dan atas. Manajer yang melakukan fungsi supervisi disebut

supervisor. Di rumah sakit manajer keperawatan yang melakukan

fungsi supervisi adalah kepala ruang, pengawas keperawatan, kepala

seksi, kepala bidang dan wakil direktur keperawatan. Maka semua

manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan

peran dan fungsinya sebagai supervisor.

Tanggung jawab supervisor dalam manajemen pelayanan

keperawatan adalah :

a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan

b) Menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan

c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan,bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang

terkait.

d) Memantapkan kemampuan perawat.

e) Pastikan praktek keperawatan profesional dijalankan.

Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat

terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 18

Page 19: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

agar peran dan fungsi supervisi dapat dijalankan dengan tepat.

Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam

pelayanan keperawatan, akibatnya perawat pelaksana mengambil

keputusan tentang tindakan keperawatan tanpa penilaian dan

pengalaman yang matang sehingga kualitas asuhan keperawatan tidak

dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya dapat terjadi kecelakaan,

kegagalan terapi, salah pengertian atau malpraktek.

Proses supervisi praktek keperawatan meliputi tiga elemen yaitu:

a) Standar praktek keperawatan, sebagai acuan

b) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan, sebagai pembanding

untuk menetapkan pencapaian atau kesenjangan.

c) Tindak lanjut, baik berupa upaya mempertahankan kualitas

maupun upaya memperbaiki.

Adapun area yang disupervisi adalah :

a) Pengetahuan dan pengertian tentang pasien dan diri sendiri

b) Ketrampilan yang dilakukan sesuai dengan standar

c) Sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan.

Cara supervisi yang dilakukan dapat secara langsung dan tidak

langsung. Supervisi langsung dapat dilaksanakan pada saat kegiatan

sedang berlangsung, dimana supervisor terlibat langsung dalam

kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan

sebagai perintah. Supervisi tidak langsung dapat dilaksanakan dengan

melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Disini ada kesenjangan

fakta dimana supervisor tidak terlibat langsung dilapangan.

5) Pengendalian kegiatan keperawatan

Adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat

dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses dan hasil pelayanan

dan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk

mencapai dan mempertahankan kualitas.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 19

Page 20: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan

bahwa aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan

dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian

penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam

pengendalian / pengontrolan meliputi :

a) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi

kerja

b) Melakukan pengukuran prestasi kerja

c) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar

d) Mengambil tindakan korektif

Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan

untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit

merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga

kategori audit keperawatan yaitu :

a) Audit strukturb) Audit prosesc) Audit hasil

Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia,

lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi,

kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik, pelanggan

(internal maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan

menggunakan cek list.

Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan

keperawatan untuk menemukan apakah standar keperawatan tercapai.

Pemeriksaan dapat bersifat restrospektif, concurrent, atau peer review.

Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan

asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan

keperawatan. Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 20

Page 21: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik

sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.

Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi

pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat

berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa

efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum

dapat berupa BOR, ALOS, TOI, Angka infeksi nosokomial (NI),

angka dekubitus dan sebagainya.

2. Pilar II : Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)

Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga

keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat

tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan

paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di

rumah sakit.

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan

professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian

kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang

MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.

Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan

keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja

diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam

menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang

digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang

dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai

dengan setting tertentu.

Fungsi manajemen SDM meliputi : analisis pekerjaan, pengembangan

organisasi. staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi (Frank, 1998 dalam

Huber, 2000). Jernigan (1998. dalam Huber. 2000) mengidentifikasi ada

delapan proses yang berhubungan dengan manajemen SDM, yaitu:

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 21

Page 22: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

rekruitmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan

coaching. retensi dan produktifitas, pengembangan staf, dan hubungan

pekerja (labor relations). Fungsi dan proses manajemen sumber daya

manusia secara bersama-sama akan membentuk suatu elemen yang

dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talen/bakat dan potensi

seseorang dalam organisasi.

Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu

dipertahankan, dikembangkan. dan ditingkatkan melalui manajemen SDM

perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pengembangan SDM di rumah sakit adalah unluk

menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan memberikan kepuasan bagi

staf dan pasien. Pengembangan SDM digambarkan sebagai suatu proses

pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja secara produktif. Hal ini

juga merupakan penghargaan bagi profesi keperawatan karena melalui

manajemen SDM yang baik maka perawat mendapatkan kompensasi berupa

penghargaan (compensatory-reward) sesuai dengan apa yang telah dikerjakan.

Manajemen SDM di ruang Model Praktik Keperawatan Profesional

(MPKP) berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi,

penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan

sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.

3. Pilar III: Hubungan Profesional (Professional Relationship)

Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan

merupakan standar dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan (tim

kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga)

(Cameron, 1997 dalam Elizabeth & Kathleen. 2003, Hal 29).

Pada pelaksanaan hubungan profesional bisa saja terjadi secara internal

artinya hubungan yanu terjadi antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya

antara perawat dengan perawat antara perawat dengan tim kesehatan dan lain-

lain. Sedangkan hubungan profesional secara ekstemal adalah hubungan yang

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 22

Page 23: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

terjadi antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan

tersebut merupakan suatu siklus yang tidak terpisahkan dalam pemberian

pelayanan kesehatan. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak terlepas dari

komunikasi secara profesional di dalam bekerjasama secara tim. Menurut

Gillies (1994) hubungan profesional yang terjadi di antara tim tergantung

pada kemampuan memimpin.

Bentuk jaringan dalam komunikasi hubungan profesional ada beberapa

cara yaitu:

a) Horisontal yaitu komunikasi yang terjadi antara sesama manajer.b) Vertikal yaitu komunikasi yang lerjadi antara pimpinan atas dengan

bawahan. c) Diagonal yaitu komunikasi yam: terjadi antara berbagai jenjang dan masih

dalam lingkungan yang sama (Cameron. 1997 dalam Elizabeth & Kathleen. 2003).

Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim,

antar perawat pelaksana. Sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala

Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan

Perawat Pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan

profesi lain. Kegiatan hubungan profesional yang terjadi di ruang Model

Praktek Keperawatan Profesional yaitu :

a) Rapat perawat ruanganb) Case conference c) Rapat tim kesehatand) Visit dokter

4. Pilar IV Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient Care Delivery System)

Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan

keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system tertentu.

Patient care delivery system yang diterapkan di MPKP adalah asuhan

keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 23

Page 24: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Praktek keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari

dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan

dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktek profesional tersebut adalah

proses keperawatan. Suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian,

menyusun diagnosa keperawatan. perencanaan tindakan, implementasi dan

evaluasi.

Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara sistematis dan

terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber

daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda

proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan

masalah pasien (Keliat. 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen

asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan

menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan

keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian

asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.

C. Peran manajer keperawatan

Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi

faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya

bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer

dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan

staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis,

dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam

memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar

diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk

melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya.

Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugas

professional sebagaimana dibahas sebelumnya: (1) komunikasi, (2) potensial

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 24

Page 25: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

perkembangan, (3) kebijaksanaan, (4) gaji dan upah, dan (5) kondisi kerja.

(Nursalam, 2011).

1. Peran dan fungsi bidang keperawatan

Adapun peran dan fungsi bidang pelayanan keperawatan di rumah sakit

(Depkes RI;2004)

a. Mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan di unit-unit pelayanan

keperawatan.

b. Mengkoordinasikan tenaga keperawatan khususnya yang ditugaskan

dalam bidang pelayanan keperawatan.

c. Menetapkan dan menerapkan filosofi, tujuan dan standar keperawatan

pasien dalam pelayanan keperawatan.

d. Menyususn perencanaan pelayanan keperawatan, sesuai dengan lingkup

kewenangannya dan perencanaan implementasi untuk setiap tingkat

tenaga keperawatan.

e. Mengkoordinasikan fungsi-fungsi bidang pelayanan keperawatan dengan

fungsi bidang pelayanan yang lain agar dapat memberikan pelayanan

terpadu,

f. Estimasi tuntutan kebutuhan bidang pelayanan keperawatan dan

mengusulkan kebijakan serta prosedur untuk menjaga kestabilan

kemampuan staf yang adekuat.

g. Mengembangkan metoda kerja bagi staf keperawatan sehingga dapat

bekerja sama dengan staf lain di rumah sakit.

h. Partisipasi dalam penyusunan kebijakan personalia rumah sakit,

menerapkan kebijakan yang telah ditentukan serta mengevaluasi hasilnya.

i. Mengembangkan sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporan baik

perawatan pasien maupun pelayanan keperawatan.

j. Estimasi kebutuhan tenaga keperawatan, menetapkan standar ketenagaan,

baik kuantitas maupun kualitas untuk memelihara pelayan keperawatan

yang bermutu.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 25

Page 26: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

k. Estimasi kebutuhan fasilitas keperawatan, pengadaan perlengkapan

maupun perlatan serta sistem dan prosedur pengawasan dan evaluasinya.

l. Partisipasi dalam perencanaan anggaran pendapatan dan biaya tahunan

rumah sakit, terutama yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan.

m. Mengambil inisiatif dan partisipasi dalam penelitian bidang keperawatan

untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit.

n. Menyelenggarakan program pembinaan dan latihan yang

berkesinambungan bagi tenaga keperawatan di rumah sakit.

o. Partisipasi dalam program bimbingan siswa/mahasiswa tenaga kesehatan

untuk pengalaman praktek

p. Menciptakan dan melaksanakan sistem dan prosedur evaluasi pelayanan

keperawatan pada unit-unit keperawatan

2. Peran kepala ruangan

Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut

Depkes (2004), adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:

1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain

sesuai kebutuhan.

2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.

3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan

yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:

1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang

rawat.

2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain

sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku

(bulanan, mingguan, harian).

3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau

tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 26

Page 27: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk

melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.

5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja

sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.

6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan

pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan

optimal.

7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan

lain yang diperlukan di ruang rawat.

8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu

dalam keadaan siap pakai.

9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.

10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya

meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas

yang ada dan cara penggunaannya.

11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa

pasien dan mencatat program.

12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat

untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah

pemberian asuhan keperawatan.

13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk

mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu

memecahkan masalah berlangsung.

14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama

pelaksanaan pelayanan berlangsung

15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam

batas wewenangnya

16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama

pelaksanaan pelayanan berlangsung

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 27

Page 28: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan

asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat

dan benar

18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap

lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala

UPF di Rumah Sakit

19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,

pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan

20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara

kebersihan ruangan dan lingkungan

21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan

22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan

berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa /

meneliti ulang saat pengkajiannya

23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis

24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan

keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat

c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:

1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah

ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.

2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan

dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya

untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan

sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan

perawatan serta obat – obatan secara efektif dan efisien.

3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan

asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 28

Page 29: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

3. Peran Perawat Pelaksana

Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu

peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung

maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana

perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat

menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi

masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

secara langsung atau tidak langsung.

Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak

sebagai:

a. Comferter

Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien. Menurut

Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu

memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja,

maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali

memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam

memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan

dengan klien.

b. Protector dan Advocat

Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya

hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan. Menurut Potter &

Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan

lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan

efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau

pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat

melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta

membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan. Perawat

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 29

Page 30: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

juga melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan

penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan

klien atau menetang hak - hak klien.

c. Communication

Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan,

hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien

selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka

upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Potter & Perry

(2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran

perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan

klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya,

sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif,

pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan

perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya,

mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lain–lain tidak

mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.

d. Rehabilitator

Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan

fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.

Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi

maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan

ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif

mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu

berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang

berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005)

D. Kompetensi dan penilaian kinerja manajemen

Menurut Nurachmah (2005), bagi seorang manajer keperawatan, maka harus

memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil

yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan,

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 30

Page 31: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

(kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin) dan kemampuan

melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan keperawatan di

suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya :

visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat,

struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di

ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas

maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas

yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan

motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan

dari pimpinan Rumah Sakit.

Kegiatan penilaian kompetensi biasanya dilakukan dengan menggunakan

wawancara yang terstruktur atau dengan pendekatan workshop dan dapat juga

dilakukan dengan cara sejumlah ahli manajemen berkumpul untuk menganalisis

suatu pekerjaan atau jenis pekerjaan. Ada tiga teknik yang dapat dilakukan dalam

melakukan analisis atau pengukuran kompetensi, yaitu:

1. Teknik insiden kritis

Teknik ini adalah suatu cara untuk mengumpulkan data tentang perilaku yang

efektif dan kurang efektif yang dihubungkan dengan contoh kejadian yang

sesungguhnya.

2. Analisis Repertory Grid

Teknik ini didasarkan pada teori gagasan personal, yang dapat

mengidentifikasi dimensi yang membedakan antara standar kinerja yang baik

dan buruk, merupakan cara bagaimana kita memandang dunia dan perilaku

orang lain.

3. Penilaian kompetensi kerja

Mengacu pada penelitian Mc Clelland tentang variabel kompetensi yang dapat

memperkirakan tingkat kinerja suatu pekerjaan. Penilaian kompetensi

menggunakan 20 indikator kompetensi yang paling sering dipakai untuk

memperkirakan keberhasilan yang dikelompokkan dalam enam kluster, yaitu :

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 31

Page 32: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

a. Kluster prestasi yang terdiri dari : orientasi pencapaian, kepedulian akan

kualitas dan keteraturan serta inisiatif.

b. Kluster pelayanan yang terdiri dari : pemahaman interpersonal, orientasi

pelayanan konsumen.

c. Kluster pengaruh yang terdiri dari : dampak dan pengaruh, kesadaran

organisasional dan membangun hubungan / jejaring.

d. Kluster Manajerial yang terdiri dari : pengarahan, kerjasama kelompok

dan rasa kerjasama, mengembangkan orang lain, dan kepemimpinan tim.

e. Kluster pemikiran kognitif / pemecahan masalah yang terdiri dari

kepiawaian teknis, pencarian informasi, berpikir analiltis, dan berpikir

konseptual.

f. Kluster efektifitas pribadi yang terdiri dari pengendalian diri, daya tahan

terhadap stres, rasa percaya diri, komitmen terhadap organisasi dan

fleksibilitas. (Dharma,S. 2005).

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 32

Page 33: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI RESIDENSI

A. Gambaran lokasi

Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa merupakan rumah sakit

tipe C milik pemerintah Kabupaten Luwu terletak di JL. Tomakaka Belopa.

B. Sejarah Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu diresmikan

Gubernur Sulawesi Selatan pada tanggal 4 Agustus 2005 dan telah dibuka secara

resmi dan diaktifkan pada tanggal 28 September 2005. Struktur Organisasinya

terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2005 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Luwu. Dalam rangka pencapaian visi misi, pengelola rumah sakit

terus melakukan pengembangan sarana dan prasarana termasuk penyelesaiaan

gedung IRD sebagai program unggulan rumah sakit.

C. Visi & Misi Rumah Sakit Batara Guru Belopa

1. Visi

“Terwujudnya Rumah Sakit yang maju, mandiri dan berdaya saing melalui

pelayanan kesehatan bermutu”

2. Misi

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk

masyarakat .

b. Melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan prima dengan mengutamakan

kepuasan pelanggan.

c. Meningkatkan profesionalisme SDM.

d. Menerapkan konsep manajemen mutu (TQM).

e. Menyediakan infrastruktur yang memadai.

f. Membentuk budaya organisasi.

a. Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 33

Page 34: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

3. Tujuan

a. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana

b. Mewujudkan pelayanan yang proaktif

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan

d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia

4. Nilai dasar

a. Jujur

b. Kekeluargaan

c. Kerjasama tim

d. Religius

e. Ulet

f. Ramah

D. Misi, Falsafah dan Tujuan Bidang Keperawatan Rumah Sakit Batara Guru

Belopa

1. Misi

a. Melaksanakan model praktek keperawatan profesional dalam rangka

sesuai Standar Asuhan Keperawatan dalam rangka peningkatan mutu

asuhan keperawatan kepada pasien

b. Peningkatan kualitas perawat profesional yang bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa

c. Melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif yang

didukung sarana dan prasarana yang memadai dengan pembelajaran yang

memadai

d. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim

kesehatan dan bagian yang terkait dilingkungan RSUD Batara Guru

Belopa

e. Meningkatkan kesejahteraan perawat.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 34

Page 35: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

2. Falsafah

a. Manusia adalah individu yang holistik memiliki kebutuhan bio-psiko-

sosial-spritual yang unik. Kebutuhan ini harus selalu menjadi

pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan

b. Keperawatan adalah bantuan kepada manusia untuk meningkatkan derajat

kesehatan secara optimal dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama

dan status sosialnya disetiap tempat pelayanan kesehatan

c. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari

seluruh anggota tim, pasien dan keluarganya

d. Perawat bertanggungjawab dan bertanggung gugat, serta memiliki

wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan

standar asuhan keperawatan

e. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan

3. Tujuan

a. Tujuan umum

Memberikan pelayanan keperawatan yang paripurna, bermutu,

komunikatif, cepat dan tepat bagi pasien, keluarga dan masyarakat.

b. Tujuan khusus

1) Memberikan asuhan keperawatan yang profesional sesuai standar

asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat guna

meningkatkan derajat kesehatan serta meningkatkan kemampuan

pasien dalam upaya pemeliharaan kesehatan

2) Menciptakan iklim kerja yang harmonis, dinamis dan penuh

kekeluargaan

3) Menciptakan pembelajaran yang terus menerus baik formal dan

informal untuk peningkatan kualitas SDM perawat.

Sumber : SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 35

Page 36: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

DIREKTUR

Kelompok Jabatan Fungsional

Bagian Tata Usaha

Sub Bag. Hukum &

Kepegawaian

Sub Bag Perencanaan &

pelaporan

Sub Bag. Umum & Keuangan

Bid.Pelayanan Medik &

Keperawatan

Bid.Pengembangan SDM & Rekam

Medik

Bid.Pengawasan & Pemeliharaan Sarana

& Prasarana

Seksi Pelayanan & Penunjang

Medik

Seksi Pembinaan & Pengendalian Keperawatan

Seksi Rekam Medik

Seksi Pengembangan

SDM

Seksi Pemeliharaan Sarana & Prasarana

Seksi Pengawasan & Pengendalian

Pelayanan

E. Struktur Organisasi

1. Struktur organisasi rumah sakit

Berdasarkan PERDA Nomor. 4 Tahun 2005, serta PP 41 Tahun 2007

maka RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu mempunyai Struktur

Organisasi dan tata kerja RSUD Batara Guru Belopa sebagai berikut :

Sumber : SDM & Rekam Medik; RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 36

Page 37: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Uraian tugas :

a. Direktur

RSUD Batara Guru Belopa dipimpin oleh seorang Direktur yang

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas pokok

Direktur RSUD Batara Guru Belopa adalah melaksanakan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Dalam

pelaksanaan tugasnya, Direktur RSUD Batara Guru Belopa

menyelenggarakan fungsi :

1) Perumusan Kebijaksanaan tekhnis RSUD Batara Guru Belopa;

2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

RSUD Batara Guru Belopa;

3) Pembinaan dan Pelaksanaan tugas Rumah Sakit Umum Daerah Batara

Guru Belopa; dan

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

b. Bagian Tata Usaha/Sekretaris

Sekretaris berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.

Bagian Tata Usaha ini terdiri atas :

1) Sub Bagian Umum dan Keuangan, yang melaksanakan pengelolaan

keuangan rumah sakit;

2) Sub bagian Hukum dan Kepegawaian, yang melaksanakan

pengawasan dan tugas lainnya di bidang hukum dan kepegawaian;

3) Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan, yang melaksanakan

pelayanan teknis dan admimistrasi di bidang perencanaan dan

pelaporan.

c. Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan

Bidang pelayanan medik dan keperawatan dipimpin oleh seorang

kepala bidang yang bertanggungjawab kepada direktur dan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 37

Page 38: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

mengkoordinasikan tugas-tugas pelayanan medik dan keperawatan.

Bidang ini terdiri atas :

1) Seksi Pembinaan dan Pengendalian Perawatan, yang membantu kepala

bidang melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi keperawatan;

2) Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik, yang melaksanakan dan

mengkoordinasikan kegiatan penunjang medik;

d. Bidang Pengembangan SDM dan Rekam Medis

Bidang pengembangan SDM dan Rekam Medis dipimpin oleh

kepala bidang yang membantu direktur dalam pelaksanaan

pengembangan SDM dan Rekam Medis. Bidang ini terbagi atas :

1) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengembangan SDM;

2) Seksi Rekam Medik, melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi

di bidang rekam medik.

e. Bidang Pengawasan dan Pemeliharaan sarana dan prasarana

Bidang pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

dipimpin oleh seorang kepala bidang yang melaksanakan fungsi-fungsi

pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Bidang ini terdiri

atas :

1) Seksi Pemeliharaan sarana dan Prasarana, yang melaksanakan tugas-

tugas pemeliharaan sarana dan prasarana;

2) Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan, yang melaksanakan

tugas dan fungsi pengawasan dan pengendalian pelayanan.

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan fungsional terdiri atas tenaga ahli dalam jenjang

fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan

keahliannya.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 38

Page 39: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

DIREKTUR

Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan

Sub Seksi Pembinaan Keperawatan Sub Seksi Etika,Mutu & Diklat Keperawatan

Koor. Rawat Jalan

Kebidanan

Kelas III Anak

Kelas III Anak

IRD

OK

ICU

VIP

Kelas I

Kelas II

Kelas III Bedah

Selain struktur tersebut di atas, terdapat pula struktur lain yang

mendukung pelaksanaan pelayanan di rumah sakit yaitu; Komite Medik dan

Staf Medik Fungsional serta Instalasi-instalasi Penunjang.

2. Struktur organisasi keperawatan

Sumber : Seksi Pembinaan dan Pengendalian Perawatan, Maret 2012

F. Unggulan Rumah Sakit

Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

ada beberapa unggulan pelayanan yakni :

1. Unit Rawat Inap, dengan pelayanan gratis kelas III ( Jamkesmas dan

Kesehatan gratis )

2. Unit Rawat Jalan, dengan Pelayanan Gratis Rawat Jalan tingkat pertama dan

rujukan.

3. Pelayanan Dokter Spesialis ( Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan, Anak )

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 39

Page 40: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

4. Pelayanan Fisioterapi

5. Pelayanan Radiologi

6. Pelayanan Bedah

7. Pelayanan Laboratorium dan administrsai

G. Sumber Daya Manusia

Dalam mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat di RSUD Batara

Guru Belopa Belopa memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga

medis, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lainnya dan non kesehatan dapat

dilihat pada table 2.1

Tabel 3.1. Distribusi Sumber Daya Manusia di RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012.

No. Jenis TenagaJumlah

Orang %A. Tenaga medis 17 7,3

1. Dokter Umum 11 64,72. Dokter Spesialis 3 17,63. Dokter Gigi 3 17,6

B. Tenaga Keperawatan 118 50,61. S1 Keperawatan/Ners 5 4,242. D III Keperawatan 83 70,33. SPK 5 4,244. Kebidanan 19 16,15. Keperawatan gigi 6 5,08

C. Tenaga kesehatan lain 98 42,11. Apoteker 7 7,142. Farmasi 9 9,183. Gizi 6 6,124. Fisioterapi 8 8,165. Radiologi 5 5,16. Analis kesehatan 11 11,27. Kesmas 23 23,58. Rekam medik 5 5,19. Teknik elektromedik 2 2,04D. Tenaga non kesehatan 22 9,44

TOTAL 233 100Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 40

Page 41: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

H. Fasilitas pelayanan kesehatan

Peralatan medis dan keperawatan di Rumah Sakit Umum Batara Guru

Belopa Kabupaten Luwu dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat masih membutuhkan tambahan peralatan yang lebih memadai guna

menunjang pelayanan yang berkualitas. Adapun alat kedokteran yang telah

tersedia adalah sebagai berikut :

1. Peralatan Kamar Operasi

2. Peralatan Kebidanan dan Kandungan

3. Peralatan Penyakit Dalam

4. Peralatan Anak

5. Peralatan UGD

6. Peralatan Gigi dan mulut

7. Peralatan Laboratorium

8. Peralatan Radiologi

9. Peralatan Kamar Jenazah

10. Peralatan Fisioteraphy

Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit kepada masyarakat merupakan

wujud dalam peningkatan mutu / kualitas kesehatan yang dimiliki oleh Rumah

Sakit. Hal tersebut dapat tercermin/terwujud dari mutu pelayanan medis dan

administrasi secara cepat, mudah dan ramah sehingga memberi kepuasan dalam

hal pemberian pelayanan serta penanganan kesehatan kepada pasien yang

ditangani oleh Dokter spesialis. Adapun jenis pelayanan yang diberikan yakni :

1. Pelayanan Administrasi:

1. Kepegawaian

2. Umum dan Perlengkapan

3. Keuangan

4. Medical Record ( Rekam Medik)

2. Pelayanan Rawat Inap

1. Rawat Inap Penyakit Dalam

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 41

Page 42: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

2. Rawat Inap Bedah

3. Rawat Kebidanan dan Kandungan

4. Rawat Inap Anak

3. Pelayanan Rawat Jalan.

1. Pelayanan Umum

2. Penyakit Dalam

3. Bedah

4. Anak

5. Kebidanan dan Kandungan (Obgyn)

6. Gigi dan Mulut

4. Pelayanan Penunjang Medik

1. Laboratorium

2. Farmasi

3. Radiologi

4. Fisiterapy

5. Gizi

6. Loundry

5. Pelayanan IGD

Dari fasilitas serta pelayanan yang diberikan RSU Belopa kepada

masyarakat saat ini belum optimal oleh karena keterbatasan sarana dan

prasarana peralatan serta keterbatasan gedung keperawatan (rawat inap) yang

belum lengkap diantaranya sebagai berikut :

a. Penyelesaian Pembangunan gedung IGD yang belum rampung.

b. Ruang Perawatan Inap .

c. Keterbatasan peralatan Medik.

d. Dana operasional Rumah Sakit masih kurang.

e. RSU Batara Guru Belopa saat ini memiliki spesialis Kebidanan dan

kandungan statusnya belum definitif (MOU).

f. Kurangnya Kendaraan Dinas Operasional

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 42

Page 43: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Tabel 3.2 Kapasitas Tempat Tidur Ruangan Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012

No. Ruangan JumlahTT %

1. Kelas III Bangsal Interna 27 24,82. Kelas III Bangsal Anak 16 14,73. Kelas III Bangsal Bedah 16 14,74. Kelas III Bangsal Kebidanan 11 10,15. Kelas III ICU 3 2,756. Kelas I Anak 1 0,927. Kelas II Anak 4 3,678. Kelas I 11 10,19. Kelas II 12 1110 VIP 8 7,34

TOTAL 109 100Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012

I. Penampilan Kerja RSUD Batara Guru Belopa

Kinerja unit rawat inap RSUD Batara Guru Belopa tahun 2010-2011 dapat

dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Indikator Kinerja Unit Ruangan Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012

No Indikator Tahun Standar Depkes2010 2011

1. Gross Death Rate (GDR) 16,71 0,005 -2. Net Death Rate (NDR) 2,47 0,015 -3. Average Length of Stay (LOS/hari) 8,53 3 6-9 hari4. Bed Occupancy Rate (BOR) 69,2 45,2 60 - 80 %.5. Turn Over Interval (TOI/hari) 23,76 4 1 - 3 hari6. Bed Trurn Over (BTO/hari) 36,4 45,2 40-50 hari

Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012

Dari tabel 2.3 diatas di atas diperoleh informasi bahwa Gross Death Rate

(GDR) dari tahun 2010 ke 2011 terjadi penurunan angka kematian yang cukup

signifikans sebesar 16,705, pasien yang meninggal ≥ 48 jam (Net Death Rate)

juga mengalami penurunan sebesar 2,455. Pencapaian Average Length of Stay

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 43

Page 44: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

(ALOS) atau rata-rata lama rawat seorang pasien mengalami penurunan sebesar

5,53, pencapain BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2010 ke tahun 2011

mengalami penurunan sebesar 24 %. Pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu

lama rata-rata tempat tidur tidak terisi, pada tahun 2010 sebesar 23,76 hari (tidak

memenuhi target standar), pada tahun 2010 mencapai angka 4,0 hari (belum

memenuhi target standar).

Hal ini menggambarkan bahwa mutu pelayanan kesehatanRSUD Batara

Guru Belopa masih perlu ditingkatkan melalui optimalisasi fungsi-fungsi

manajemen keparawatan dalam rangka pencapaian visi dan misinya.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 44

Page 45: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

BAB IV

HASIL PENGKAJIAN

A. Pengkajian Kegiatan Manajemen Keperawatan

Instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengetahui

penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu

management approach, compensatory reward, professional relationship dan

patient care delivery. Metode yang digunakan adalah wawacara, observasi, focus

grup diskusi (FGD) dan penelusuran dokumen terkait.

Sumber diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian

Keperawatan, Ketua Komite Keperawatan ,Kepala Ruang Rawat Inap, Ketua Tim

(Katim), perawat pelaksana dan bagian SDM dan rekam medis. Data yang

diperoleh menjadi gambaran makro untuk dieksplorasi, dianalisis dan divalidasi

sehingga dapat diidentifikasi masalah dan kebutuhan manajemen keperawatan

diruangan.

B. Analisis SWOT Gambaran Umum RSUD Batara Guru Belopa

1. Strenght/ Kekuatan :

a. Mempunyai visi dan misi yang mendukung pencapaian tujuan organisasi

b. Adanya dukungan kuat pemerintah daerah kabupaten Luwu dalam

pengembangan RS

c. Lokasi RSUD Batara Guru Belopa mudah dijangkau dengan berbagai

jenis alat transportasi, lingkungan yang cukup luas, nyaman dan

menyenangkan

d. RS mencanangkan sebagai pusat “Traumatic centre” dikawasan Luwu

Raya

e. Memiliki komite keperawatan

f. Sebagai tempat praktek mahasiswa serta tempat penelitian dari berbagai

perguruan tinggi kesehatan, khususnya keperawatan dan kebidanan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 45

Page 46: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

g. Telah menetapkan metode penugasan tim pelayanan keperawatan

h. Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dengan beberapa unggulan pelayanan yakni Unit Rawat Inap, dengan

pelayanan gratis kelas III ( Jamkesmas dan Kesehatan gratis ) dan Unit

Rawat Jalan dengan Pelayanan Gratis Rawat Jalan tingkat pertama dan

rujukan.

i. RS memiliki komitmen pengembangan SDM dan memberikan

kesempatan kepada perawat untuk meneruskan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi, hal ini dapat dilihat saat terdapat 29 perawat yang

sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan + Ners.

2. Weakness/Kelemahan

a. Sistem administrasi dan pendomentasian askep yang belum

terkomputerisasi

b. Keterbatasan sarana dan prasarana medik dan non medic

c. Secara kuantitas dan kualitatif tenaga perawat di rumah sakit masih

kurang. Hal ini dapat dilihat jumlah perawat tetap 112 orang dengan

kualifikasi tingkat pendidikan yaitu S1 + Ners 5 (4,24 %), D.III

keperawatan 83 (70,3 %) dan SPK 4,24 % dan bidan 19 (16,1 %).

d. Masih kurangnya pelatihan manajemen keperawatan

e. Belum adanya sistem jenjang karir perawat di rumah sakit

f. Belum efektifnya peran komite keperawatan di rumah sakit

g. Belum maksimalnya pemanfaatan proses keperawatan sebagai pendekatan

perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan, hal ini dapat dilihat

dari pendokumentasian yang belum lengkap dan masih banyak yang

bekerja didasarkan pada instruksi medis dan rutinitas kegiatan di ruangan

h. Kualitas asuhan keperawatan diruangan belum optimal hal ini dapat dilihat

dengan belum efektifnya penerapan metode penugasan asuhan

keperawatan di ruangan.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 46

Page 47: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

3. Opportunity/Peluang

a. RSUD Batara Guru Belopa merupakan satuan unit kerja pemerintah

kabupaten Luwu dimana pada tahun 2012 akan ditetapkan sebagai PPK-

BLUD

b. Sumber daya tenaga keperawatan sebagian besar usia produktif, sehingga

memiliki peluang besar dalam pengembangan SDM

c. Pemanfaatan sarana kesehatan akan semakin meningkatan seiring dengan

program pelayanan kesehatan gratis dari pemerintah provinsi Sulawesi

Selatan

d. Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi wilayah kabupaten Luwu

yang berdampak pada peningkatan pendapatan sehingga kemampuan

untuk mengakses sarana kesehatan juga semakin tinggi

e. Semakin berkembangnya pemukiman di wilayah ibu kota Kabupaten

Luwu

f. Adanya kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi kesehatan/

keperawatan dengan demikian turut mempengaruhi perkembangan

pelayanan dan kegiatan penelitian.

4. Threath/ Tantangan

a. Regulasi perumahsakitan yang semakin ketat dalam penerapan standar

ketenagaan dan standar pelayanan

b. Semakin kompetitifnya persaingan rumah sakit dengan mencetuskan

beberapa pelayanan unggulan dengan sarana dan prasarana yang berbasis

teknologi.

c. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang hak-haknya atas

pelayanan kesehatan yang harus berkualitas dan aman.

d. Keterbatasan sumberdaya manusia yang berkualitas subspesialis

e. Liberalisasi dibidang perumahsakitan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 47

Page 48: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

C. Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan

Dari hasil kuesioner dan observasi dokumen penerapan fungsi-fungsi

manajemen keperawatan khususnya di ruang rawat inap RSUD Batara Guru

Belopa didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penampilan Kerja Kepala Ruangan Dalam Penerapan Pilar Nilai Profesional Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa, April 2012

Pilar Nilai ProfesionalPenampilan kinerja

Kurang optimal

Cukup Optimal

Total

Management approach : f % f % f %1. Fungsi Perencanaan2. Fungsi Pengorganisasian3. Fungsi Pengarahan4. Fungsi pengendalian

4444

50505050

4444

50505050

8888

100100100100

Compensatory rewad 4 50 4 50 8 100Profesional relationship 0 0 8 100 8 100Patient Care Devilery 0 0 8 100 8 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 8 kepala ruangan penampilan kerja

penerapan nilai professional pada pilar manajemen keperawatan dari fungsi

perencanaan sampai fungsi pengendalian yang memiliki kinerja kurang optimal

dan cukup optimal masing-masing sebanyak 50 %. Demikian halnya pada pilar

compensatory rewad antara yang memiliki kinerja cukup optimal dan kurang

optimal masing-masing 50 %. Sedangkan pada pilar profesional relationship dan

Patient Care Devilery menunjukkan 100 % dengan kinerja cukup optimal.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penampilan Kerja Ketua Tim Dalam Penerapan Pilar Nilai Profesional Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa, April 2012

Pilar Nilai ProfesionalPenampilan kinerja

Kurang optimal

Cukup Optimal

Total

Management approach : f % f % f %1. Fungsi Perencanaan 5 50 5 50 10 100

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 48

Page 49: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

2. Fungsi Pengorganisasian3. Fungsi Pengarahan4. Fungsi pengendalian

354

305040

756

705060

101010

100100100

Compensatory rewad 0 0 10 100 10 100Profesional relationship 6 60 4 100 10 100Patient Care Devilery 5 50 5 50 10 100

Sumber : data primer

A. Pembahasan

1. Management approach

a. Fungsi perencanaan

1) Visi, misi organisasi

Berdasarkan hasil wawancara menurut Kepala Seksi Pembinaan

dan Pengendalian Keperawatan bahwa penyusunan visi dan misi

rumah sakit dilakukan melalui rapat kerja dengan semua manajemen

rumah sakit dan melibatkan seluruh kepala ruangan dan

disosialisasikan kepada seluruh perawat melalui rapat keperawatan.

Demikian halnya dengan penyusunan misi, falsafah dan tujuan bidang

keperawatan ditetapkan oleh Tim penyusun yang dibentuk berdasarkan

surat keputusan direktur RS dan ditindaklanjuti dengan SK

pemberlakuannya dan selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh

perawat. Visi misi rumah sakit sejalan dengan misi Bidang

Keperawatan, akan tetapi belum ditetapkan visi Bidang keperawatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa mereka

sudah tahu dan memahami visi dan misi rumah sakit dan misi Bidang

Keperawatan.

Pemahaman visi dan misi rumah sakit dan misi bidang

Keperawatan juga dipahami oleh Ketua tim (Katim) yang didukung

dengan hasil kuesioner 100 % mengatakan telah memahaminya dan

60% menyatakan memahami falsafah dan tujuan perawatan ruangan.

Namun untuk perawat pelaksana yang belum memahami visi dan misi

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 49

Page 50: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

rumah sakit dan misi Bidang Keperawatan sebanyak 25.4 %. Hasil

wawancara dengan kepala ruangan bahwa saat ini belum ditetapkan

visi misi ruangan karena sudah ada misi bidang keperawatan sebagai

pedoman dalam melakukan tugas dan fungsinya dan penetapan visi

misi ruangan merupakan kebijakan rumah sakit.

Masalah : belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi

ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang

keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan

sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan

keperawatan.

2) Program dan Rencana Jangka Pendek

Hasil wawancara proses penyusunan rencana strategik bidang

keperawatan yang berlaku 5 tahun dirumuskan dalam rapat kerja yang

melibatkan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan

bersama dengan kepala ruangan dan komite keperawatan. Hal ini

didukung oleh kuesioner kepala ruangan yang 87.8 menyatakan

diikutkan dalam penyusunannya.

Hasil kuesioner rencana kegiatan kepala ruangan terdapat 50%

belum membuat rencana harian, sebanyak 37.5 % belum membuat

rencana bulanan dan 100 % telah membuat rencana tahunan.

Sedangkan ketua tim terdapat 40 % belum membuat rencana kerja

harian dan 40 % belum membuat rencana bulanan. Hasil wawancara

alasan belum membuat rencana bulanan dan harian karena aktivitas

perawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan rutinitas

tugas, disamping belum dipahaminya pentingnya serta cara pembuatan

rencana kegiatan.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 50

Page 51: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Masalah : Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan

diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana

jangka pendek serta cara penyusunannya.

3) Ketenagaan

a) Kuantitatif

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi

Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dalam proses

ketenagaan dilibatkan oleh rumah sakit mulai dari recruitment,

seleksi, rotasi, dan mutasi. Perencanaan kebutuhan disetiap unit

mengacu pada perencanaan makro dan belum mengacu pada

perhitungan tingkat ketergantungan pasien. Perencanaan meliputi

jumlah dan kualifiaksi tenaga berdasarkan standar ketenagaan.

Analisa kebutuhan tenaga mengacu pada data dan informasi rumah

sakit tentang beban kerja, kapasitas tempat tidur, BOR. Hasil

analisa disampaikan kepada bidang pelayanan sebagai acuan

perencanaan makro. Sistem recruitment mengacu pada pedoman

manajemen SDM recruitment RSUD Batara Guru Belopa.

Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 75 % menyatakan

kekurangan tenaga keperawatan, akan tetapi hanya 12.5 % yang

menyatakan menyusun rencana kebutuhan tenaga. Dari hasil

wawancara dengan kepala ruangan bahwa perencanaan tenaga

merupakan tugas Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian

Keperawatan dan Bidang Pengembangan SDM.

Informasi yang diperoleh dari kuesioner kepala ruangan

sebanyak 62,5 % menyatakan bahwa perencanaan pemenuhan

kebutuhan tenaga belum mempertimbangkan beban kerja dengan

klasifikasi. Menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian

Keperawatan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat

disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pembiyaan rumah

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 51

Page 52: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

sakit, pada saat ini RSUD melakukan rekruitmen tenaga magang

yang nantinya akan diangkat menjadi tenaga honorer.

Masalah : belum efektifnya perbandingan jumlah perawat

dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan.

b) Kualitatif

Dalam upaya peningkatan SDM perawat secara kualitatif

pihak manajemen RS Batara Guru Belopa telah menyusun

perencanaan dan pembinaan karir perawat termasuk perencanaan

promosi. Pola pengembangan karir menurut Kepala Seksi

Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan adalah perencanaan

makro disusun oleh pimpinan keperawatan struktural sedangkan

perencanaan mikro oleh pimpinan keperawatan fungsional, akan

tetapi upaya peningkatan SDM perawat belum optimal hal ini

dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan peraturan kepegawaian

Pemerintah Kabupaten Luwu.

Dari hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi

sebanyak 62,5 % mengatakan belum mengetahui pengembangan

jenjang karir fungsional, demikian halnya dengan ketua Tim yang

belum mengetahui pengembangan karirnya sebanyak 70 %. Dari

hasil wawancana mereka juga belum mengetahui program

pengembangan SDM bagi perawat tetapi pihak rumah sakit

mengizinkan setiap perawat yang akan melanjutkan pendidikan.

Upaya rumah sakit untuk mengoptimalkan kepala ruangan

dan ketua tim menerapkan fungsi-fungsi manajemen belum

maksimal dimana 100 % dari hasil kuesioner mengatakan belum

pernah mengikuti pendidikan dan latihan manajemen pelayanan

keperawatan. Menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian

Keperawatan bahwa sudah ada perencanaan berkaitan dengan

pengembangan kompetensi klinis dan manajemen bagi perawat

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 52

Page 53: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

akan tetapi realisasinya belum optimal disesuaikan dengan

prioritas kebutuhan pelayanan dan ketersediaan dana rumah sakit,

misalnya kemampuan perawat IRD dalam penanganan

kegawatdaruratan dengan mengikutikan pelatihan BTCLS. Untuk

itu dalam upaya peningkatan layanan keperawatan dilakukan

pertemuan secara periodik setiap bulan dengan kepala ruangan dan

Katim.

Masalah : belum optimalnya pengembangan SDM tenaga

tenaga keperawatan.

4) Fasilitas

Dalam perencanaan fasilitas dan sarana penunjang kegiatan

pelayanan keperawatan, menunjukkan bahwa kepala ruangan

dilibatkan dengan mengajukan kebutuhan ke Kepala Seksi Pembinaan

Dan Pengendalian Keperawatan. Hasil wawancara dengan kepala

ruangan diperoleh informasi bahwa mereka sudah membuat

perencanan kebutuhan fasilitas ruangan tetapi kendalanya adalah

keterbatasan dana RS sehingga belum semua dapat terlealisasi. Hal ini

didung oleh hasil kuesioner perawat pelaksanan dimana 93.7%

mengatakan fasilitas pelayanan keperawatan belum memadai.

Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan Dan

Pengendalian Keperawatan bahwa perencanaan kebutuhan fasilitas

dilaksanakan oleh Tim pengadaan yang ditetapkan oleh SK direktur

yang melibatkan kepala ruangan, dengan mengacu pada pedoman

standar peralatan keperawatan Depkes RI akan tetapi karena

disesuaikan dengan anggaran yang disediakan oleh Pemerintah

Kabupaten Luwu sehingga penyediaan fasilitas belum sesuai standar

yang ditetapkan.

Masalah : belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan

disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 53

Page 54: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

b. Pengorganisasian

1) Struktur organisasi

Pada struktur organisasi rumah sakit menunjukkan bahwa

struktur organisasi bidang keperawatan berada di bawah Bidang

Pelayanan Medik dan keperawatan. Dalam menjalankan tugasnya

Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dibantu oleh dua Sub

Seksi yaitu Sub Seksi Pembinaan Askep dan Sub Seksi Etika, Mutu

dan Diklat Keperawatan yang mempunyai tanggung jawab masing-

masing. Secara organisasi struktur ini cukup memudahkan dalam

koordinasi dan komunikasi akan terapi kurang menunjang outonomi

bidang keperawatan. Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi

Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bahwa untuk menunjang

outonomi bidang keperawatan maka dibentuk komite keperawatan.

Struktur organisasi Ruang Rawat Inap menggunakan sistem

penugasan tim-modifikasi keperawatan yang dipimpin oleh kepala

ruangan yang membawahi dua ketua tim. Ketua tim berperan sebagai

perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada

sekelompok pasien. Informasi pada kuesioner kepala ruangan

sebanyak 87.5 % menyatakan struktur organisasi ruangan efektif

dalam dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi sebanyak

37.5 % menyatakan uraian tugas Katim dan perawat pelaksana belum

jelas dan sebanyak 37.5 % menyatakan belum melakukan sosialisasi

uraian tugas Katim dan perawat pelaksana. Hal ini didukung oleh

kuesioner Katim yang menyatakan belum memahami uraian tugasnya

sebanya 30 % dan perawat pelaksana yang belum memahami uraian

tugasnya sebanyak 20.6 %.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 54

Page 55: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan

keperawatan juga belum optimal dimana sebanyak 80 % ketua tim

belum memahami sesuai dengan metode penugasan yang ditetapkan.

Sedangka kepala ruangan yang menyatakan belum ada kejelasan

rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan

sebanyak 25 %.

Masalah : belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan

rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan

asuhan keperawatan.

2) Penyusunan Jadual Dinas/Shif

Dari hasil kuesioner diperoleh informasi bahwa semua kepala

ruangan telah menyusun daftar dinas/shif setiap minggu akan tetapi

belum penetapan jadual shif belum mempertimbangkan tingkat

ketergantungan pasien dan tingkat perawat. Hasil kuesioner ketua tim

menunjukkan bahwa sebanyak 60 % belum memahami penentuan

klasifikasi ketergantungan pasien. Hasil observasi jadual dinas belum

ada pembagian alokasi pasien ke perawat pelaksana dan jadual shif

sore/malam belum mencamtumkan penanggungjawab shif. Hasil

wawancara dengan kepala ruangan bahwa hambatan dalam

penyusunan jadual dinas adalah keterbatasan tenaga dan sebagian

besar berlatar belakang pendidikan vokasional.

Masalah : belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-

hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas.

3) Metode Penugasan/Pengorganisasian Perawatan Pasien

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan

dan Pengendalian Keperawatan bahwa metode penugasan diruang

rawat inap adalah metode kombinasi tim-modifikasi namun belum

berjalan optimal hal ini disebabkan salah satunya adalah belum

pernah dilakukan pelatihan penerapan MPKP. Informasi dari ketua

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 55

Page 56: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Komite Keperawatan bahwa belum ada pedoman penerapan MPKP

menyebabkan Tim yang dibentuk belum memahami tugas dan

tanggungjawabnya serta mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di

ruang MPKP.

Hal ini didukung informasi yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan kepala perawatan dan ketua tim bahwa penerapan metode

penugasan asuhan keperawatan belum berjalan efektif. Pemahaman

MPKP juga masih belum baik dimana hasil kuesioner diperoleh

informasi sebanyak 63.5% pengetahuan perawat tentang MPKP masih

kurang. Penggunaan klasifikasi tingkat ketergantungan pasien dalam

pemberian asuhan keperawatan juga belum berjalan dengan baik. Hal

ini ditunjukkan oleh data dimana 93.7 % perawat pelaksana

mengatakan belum dilakukan dan 87.3 % mengatakan belum

memahami penilaian ketergantungan pasien.

Demikian halnya dengan metode penugasan yang diterapkan

juga masih bervariasi dimana sebanyak 19 % perawat pelaksana

mengatakan metode penugasan yang digunakan adalah metode

fungsional, 36.5 % metode tim, 44.4 % yang menyatakan

menggunakan metode Primary Nurse (PN). Penilaian terhadap

ketepatan penggunaan metode penugasan sebanyak 19 % perawat

pelaksana menyatakan tidak tepat dan 66.7 menyatakan tidak tahu.

Hasil observasi selama melakukan residensi penerapan prinsip-

prinsip dasar dalam MPKP juga belum berlajan sebagai mana

mestinya, seperti belum dilakukan pre dan postconference, belum ada

alokasi pasien yang menjadi tanggungjawab tim, kegiatan operan

belum terstruktur dan belum nampak adanya perbedaan aktifitas

pelayanan antara ketua tim dengan anggota tim.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 56

Page 57: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan

asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya

penerapan MPKP.

c. Pengarahan

1) Supervisi

Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang

dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Fungsi

supervisi kepala ruangan belum berjalan dengan baik hal ini didukung

oleh data kuesioner sebanyak 62.5 % belum melakukan supervise dan

75 % supervisinya belum terjadual dan sebanyak 87.5 % supervisi

belum terstruktur, pada saat melakukan supervise 62.5% mengatakan

belum memperikan umpan balik. Hal ini didukung oleh informasi dari

Katim bahwa 60 % kepala ruangan belum melakukan supervisi dan

belum memberikan bimbingan/ umpan balik saat disupervisi. Hal

yang sama pada fungsi supervisi Katim ke perawat pelaksana dimana

80 % menyatakan belum melakukan supervisi ke perawat yang

menjadi tanggungjawabnya. Sedangkan hasil kuesioner perawat

pelaksana sebanyak 52.4% yang menyakan belum mendapatkan

bimbingan dari Kepala ruangan dan sebanyak 76.2 % Katim belum

memberikan bimbingan ke perawat pelaksana dalam timnya.

Hasil wawancara sebagian besar kepala ruangan belum

melakukan supervise karena belum memahami materi dan mekanisme

supervisi dan Selama ini kegiatan supervisi hanya dilakukan pada

pendokumentasian askep dan kedisiplinan staf perawatan.

Masalah : kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik

disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme

supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi

dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan.

2) Pendelegasian

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 57

Page 58: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas

organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil wawancara Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian

Keperawatan bahwa prinsip pendelegasian yang diterapkan mengacu

pada hirarki struktur organisasi, sehingga jika Kepala Seksi

Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan diluar jam kerja atau

sedang melakukan tugas luar maka salah satu kepala ruangan ditunjuk

sebagai pengganti yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur dan

berkewajiban untuk laporan sesuai dengan Juklis laporan. Untuk

tingkat manjemen dibawahnya secara otomatis pendelegasian tugas

kepala ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana

yang berkompeten.

Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan telah melakukan

pendelegasian,, hal ini berbeda dengan hasil kuesioner Katim dimana

70 % menyatakan belum melaukan pendelegasian ke perawat

pelaksana.Prinsip-prinsip pendelegasian kepala ruangan juga belum

berjalan dengan baik dimana kepala ruangan belum

mempertimbangkan kompetensi perawat dalam pemberian tugas dan

42,9 % perawat pelaksana mengatakan pendelegasian yang dilakukan

kepala ruangan dilakukan secara lisan karena belum ada format Surat

Pendelegasian Tugas. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner kepala

ruangan sebanyak 62.5 % menyatakan pendelegasian dilakukan secara

lisan, akan tetapi semuanya telah melakukan evaluasi dan monitoring

hasil peleksanaan tugas pendelegasian.

Masalah : belum optimalnya pemahaman kepala ruangan

tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan

untuk dilaksanakan oleh bawahannya.

d. Pengendalian

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 58

Page 59: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa

aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan

berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan,

langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan

meliputi : menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur

prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah

prestasi kerja sesuai dengan standar, mengambil tindakan korektif.

1) Mutu Pelayanan

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan

Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa pengendalian

mutu keperawatan dibawah koordinasi Komite Keperawatan dalam hal

ini adalah Sub Komite Mutu Pelayanan Keperawatan sebagai

perpanjangan tangan dari Seksi Pembinaan dan Pengendalian

Keperawatan. Hasil wawancara dengan Ketua Komite Keperawatan

bahwa dalam upaya peningkatan mutu ditetapkan Indikator Mutu

Klinik yang meliputi data infeksi karena jarum infus (Flebitis) , data

kejadian infeksi luka operasi (ILO) dan data dekubitus (Decubitus

Ulcer Rate). Data yang dilaporkan masing-masing kepala ruangan

yang kemudian diolah dan dianalisis sebagai acuan dalam mengukur

kualitas pelayanan keperawatan secara nyata di RSUD Batara Guru

Belopa. Akan tetapi penerapan program ini belum berjalan dengan

baik yang salah satu penyebabnya adalah sosialisasi program belum

optimal. Hambatan dalam peningkatan mutu pelayanan adalah belum

optimalnya kegiatan pelatihan klinik bagi perawat dan hambatan

instrumen/ fasilitas perawatan

Hal ini didukung oleh hasil kuesioner sebanyak 50 % Kepala

Ruangan menyatakan kinerja tim pengendali mutu keperawatan belum

optimal karena belum ada pedoman pengendalian mutu keperawatan

di ruangan, sebanyak 62.5. % karu dan 80 % katim menyatakan belum

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 59

Page 60: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

melaksanaan penilaian indikator mutu keperawatan dan tindak lanjut

evaluasi mutu pelayanan keperawatan. Akan tetapi sudah dibudayakan

melaporkan kejadian yang tak diharapkan (KTD) meskipun belum ada

protoko laporan KTD diruangan dan tindak lanjut selama melakukan

tindakan keperawatan.

Kinerja Katim dalam fungsi pengendalian mutu pelayanan

keperawatan cukup optimal dimana sebanyak 70 % telah melakukan

observasi pelaksanaan asuhan keperawatan, akan tetapi capaian masih

rendah pada fungsi melalakukan pengawasan SOP hanya 10 %, dan

belum ada yang melakukan evaluasi secara berkala terhadap SAK dan

SOP berkala.

Untuk menilai mutu pelayanan keperawatan dapat dilakukan

melalui survey kepuasan pasien/keluarga, perawat dan dokter. Akan

tetapi dari hasil kuesioner baru 62.5 % yang pernah melakukan survey

kepuasan pasien/keluarga tetapi belum dilakukan secara berkala, dan

belum pernah dilakukan survey kepuasan perawat dan dokter terhadap

hasil pelayanan keperawatan. Hasil wawancara dengan Ketua Komite

Keperawatan diperoleh informasi bahwa sudah pernah dibuat

instrument pengukuran kepuasan pasien akan tetapi belum berjalan

dengan baik.

Survei masalah keperawatan sangat penting sebagai bahan

informasi dalam perencanaan fasilitas layanan keperawatan dan

pengembangan SDM perawat khususnya melalui pelatihan, akan tetapi

dari hasil kuesioner belum dilakukan survey masalah keperawatan.

Masalah : belum efektifnya kinerja Tim pengendalian dan

pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum

adanya panduang pelaksanaan.

2) Audit Standar Keperawatan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 60

Page 61: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan

Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa setiap ruangan

telah dilengkapi pedoman SAK dan SOP, namun hasil observasi

perawat masih kurang memanfaatkan SAK dan SOP dalam

memberikan asuhan keperawatan. Hal ini didukung oleh kuesioner

perawat pelaksana yang menyatakan belum menggunakan SAK dan

SOP saat melakukan asuhan keperawatan sebanyak 55.6 %. Hasil

kuesioner kepala ruangan sebanyak 50 % belum melakukan audit SAK

dan SOP, dengan alasan belum ada pedoman audit SAK dan SOP dan

belum pernah dilakukan evaluasi SAK dan SOP sesuai dengan

perkembangan Iptek keperawatan.

Penerapan proses keperaewatan sebagai pedoman kerja perawat

juga belum optimal dimana, hasil kuesioner perawat pelaksana

menunjukkan 33.3 % berdasarkan rutinitas dan 66.7 atas instruksi

dokter. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masih mengalami

hambatan dalam penerapan asuhan keperawatan dimana 28.6 %

menyatakan mengalami kendala dalam pengkajian, hambatan

merumuskan diganosa keperawatan sebanyak 44.4 %, hambatan

menyusun rencana 44.4 %, dan hambatan imlementasi hanya 44.4 %.

Kemampuan perawat pelaksana untuk menerapkan standar

proses keperawatan memerlukan bantuan dan bimbingan dari kepala

ruangan dan ketua tim. Hasil kuesioner sebanyak 50 % katim dan

52.4% kepala ruangan belum melakukan bimbingan perawat

pelaksanan dalam pelaksanan asuhan keperawatan.

Dokumentasi asuhan keperawatan memiliki nilai legalitas dan

hokum juga sebagai alat komunikasi antar perawat dan tim kesehatan.

Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah menggunakan

format baku akan tetapi pendokumentasiannya belum dilakukan

dengan baik. Pada saat pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 61

Page 62: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

belum dilakukan pencatatan dengan lengkap dan diagnosa

keperawatan hanya dicatat pada saat pasien masuk ke ruangan saja

tidak dilakukan follow up lagi. Hal ini berbeda dengan hasil kuesioner

dimana hanya 9.5 % perawat pelaksana yang menyatakan tidak

mendokumentasikan asuhan keperawatan setelah melakukan tindakan,

dan informasi dari kuesioner dimana 87.5 % kepala ruangan

menyatakan melakukan audit dokumentasi keperawatan,meskipun

proses audit hanya dengan memeriksa kelengkapan pencatatan karena

belum ada panduan audit dokumentasi keperawatan. Hal ini berbeda

dengan informasi dari perawat pelaksana dimana 46 % menyatakan

audit dokumentasi belum berjalan hal ini didukung oleh data katim

sebanyak 50 % katim menyatakan belum memonitor dokumentasi

asuhan keperawatan dengan rutin.

Masalah: belum optimalnya penerapan standar asuhan

keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan

menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif.

e. Compensatory rewad

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan Dan

Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa sudah ada

instrument penilaian kinerja perawat dan penilaian dilakukan secara

periodik sebagai laporan dari kepala ruangan. Bentuk penilaian kinerja

mempunyai 2 katogori yaitu penilaian beban kerja dan attitude.

Disamping penilaian dengan menggunakan format DP3 yang dilakukan

setiap enam bulan bagi staf perawat berstatus PNS.

Hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi bahwa

penilaian kinerja sudah berjalan dengan baik sebanyak 87.5 % hal ini

berbeda dengan data dan sebaliknya ketua tim 100 % belum melakukan

penilaian kinerja kepada anggota timnya.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 62

Page 63: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan dan

Pengendalian Keperawatan bahwa untuk memotivasi staf perawat

melakukan tugasnya dengan baik dilakukan pengembangan jenjang karir

tertuang dalam program mutasi dan rotasi. Salah satu cara meningkatkan

motivasi adalah meralui reward dan punishment, pola yang dikembagkan

adalah bagi perawat dengan prestasi kerja baik diprioritaskan untuk

mengikuti pendidikan dan pelatihan sedangkan punishment ditetapkan

sesuai dengan peraturan kepegawaian.

Fungsi motivasi kepala ruangan dari hasil kuesioner 100 %

menyatakan memberikan motivasi Katim dalam meningkatan mutu

pelayanan keperawatan, demikian halnya dengan Katim sebanyak 70 %

menyatakan memberikan motivasi ke perawat pelaksana.

Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 50 % mengatakan tidak

memberikan reward kepada staf perawat yang berprestasi dan sebaliknya

sebanyak 100 % mengatakan ada punishment kepada staf dengan kinerja

buruk. Hal ini didukung informasi pada kuesioner dimana sebanyak 50 %

katim dan 92.1 % perawat pelaksana mengatakan tidak ada reward /

penghargaan pada perawat dengan kinerja baik dan sebanyak 54 %

perawat pelaksana menyatakan mendapatkan punishment bagi perawat

dengan kinerja buruk.

Salah satu sumber motivasi kinerja staf adalah adanya kejelasan

pengembangan karir, akan terapi hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak

75 % menyatakan belum melakukan pengembangan karir perawat. Hal ini

didukung oleh data kuesioner sebanyak 70 % katim dan 93.7 % perawat

pelaksana belum mengetahui pengembangan karirnya. Hasil wawancara

dengan kepala ruangan bahwa pengembangan karir perawat merupakan

tanggungjawab dan fungsi dari Kepala Seksi Pembinaan Dan

Pengendalian Keperawatan dan pengembangan SDM.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 63

Page 64: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Masalah : belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan

pengembangan karis perawat

f. Profesional relationshif

Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan

Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa komunikasi divisi

keperawatan dilakukan dalam bentuk pertemuan rutin setiap bulan dengan

kepala ruangan untuk membahas berbagai hambatan sekaligus membahas

kebutuhan setiap ruangan dan pertemuan berkala dengan manajemen

rumah sakit. Diluar jadual pertemuan rutin Kepala Seksi Pembinaan dan

Pengendalian Keperawatan juga senantiasa terbuka untuk menerima

berbagai informasi dari staf perawatan untuk alasan ini sehingga ruangan

Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan berada diruang

perawatan sehingga setiap saat dapat menjalin komunikasi dan

memberikan informasi kepada staf perawatan.

Informasi diatas sesuai hasil wawancara kepala ruangan yang

menyatakan setiap bulan dilakukan pertemuan kepala ruangan yang dan

komunikasi kepala ruangan dengan Katim dan perawat pelaksana sudah

berjalan dengan baik, sudah dilakukan pertemuan rapat setiap bulan untuk

membahas permasalahan yang ada. Hasil kuesioner 100% kepala ruangan

menyatakan memimpin rapat staf diruangan secara periodik dan mengikuti

rapat TIM kesehatan dan manajemen rumah sakit secara berkala.

Komunikasi dengan tim kesehatan lain juga sudah berjalan dengan

baik dimana 100 % kepala ruangan dan ketua tim menyatakan mengikuti

visite dokter dan melakukan kolaborasi. Hal yang sama dengan kegiatan

serah terima antar shif/operan sudah dilakukan akan tetapi belum optimal

karena operan hanya dilakukan di ruang perawat dan hasil obsevasi saat

operan komunikasi yang disampaikan masih terfokus pada tindakan medis

saja untuk tindakan keperawatan masih sangat kurang dilakukan dan

pelaksanaannya belum teroganisir dengan baik. Sedangkan kegiatan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 64

Page 65: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

conference kasus sebanyak 50 % kepala ruangan menyatakan sudah

melakukan akan tetapi hasil wawancara belum dilakukan secara terjadual

dan belum ada prosedur conference kasus.

Masalah : belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan

asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk

dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan.

g. Patient Care Devilery

Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan

keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system tertentu.

Patient care delivery system yang diterapkan di MPKP adalah asuhan

keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

Dari hasil kuesioner dimana ketua tim cukup optimal dalam

melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian

yang sudah dilakukan, tetapi dalam menetapkan diagnose keperawatan

sesuai dengan kebutuhan dan masalah pasien hanya 50 %, menetapkan

rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisa standar renpra 50 % ,

melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan

tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh perawat pelaksana

hanya 30 % dan melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat

catatan perkembangan klien setiap hari sangat optimal dimana 100

menyatakan membuat catatan perkembangan pasien.

Hasil kuesioner perawat pelaksana menunjukkan belum

maksimalnya pemanfaatan proses keperawatan dimana 33.3 %

menyatakan melakukan layanan berdasarkan rutinitas dan 66.7

menyatakan atas instruksi dokter. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner

perawat pelaksana menunjukkan 33.3 % berdasarkan rutinitas dan 66.7

atas instruksi dokter. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masih

mengalami hambatan dalam penerapan asuhan keperawatan dimana 28.6

% menyatakan mengalami kendala dalam pengkajian, hambatan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 65

Page 66: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

merumuskan diganosa keperawatan sebanyak 44.4 %, hambatan

menyusun rencana 44.4 %, dan hambatan imlementasi hanya44.4 %

Untuk melaksanan tindakan dengan baik dan benar perawat

pelaksana memerlukan bimbingan dari kepala ruangan dan ketua tim.

Hasil kuesioner ketua tim sebanyak 60 % menyatakan belum

membimbing perawat secara langsung melakukan asuhan keperawatan

khususnya tindakan yang kompleks/rumit. Hal ini didukung oleh

keusioner dari perawat pelaksana sebanyak 50.8 % menyatakan tidak

mendapat bimbingan dari katim saat melakukan tindakan keperawatan.

Akan tetapi berbeda dengan kuesioner kepala ruangan sebanyak 100 %

menyatakan melakukan bimbingan staf perawat melakukan tindakan

keperawatan kompleks. Sedangkan kegiatan pendidikan kesehatan kepada

pasien dan keluarga dan discharge planning sudah berjalan dengan baik.

Masalah : belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang

diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses

asuhan keperawatan.

B. Prioritas Masalah

Dalam rangka memudahkan penentuan urutan masalah yang menjadi

prioritas, maka dilakukan penghitungan dengan pembobotan pada setiap

masalah yang ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan

dengan pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :

1. Magnitude(M) : kecenderungan dan seringnya kejadian

masalah

2. Severity (S) : besarnya kerugian yang ditimbulkan

3. Manageable (Mn) : bisa di pecahkan

4. Nursing consern (Nc) : melibatkan perhatian dan pertimbangan

perawat

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 66

Page 67: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

5. Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya

Aspek – aspek diatas dapat diukur dengan cara yaitu :

1. Magnitude/ Prevalensi Masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak

ditemukan (prevalensinya tinggi)

2. Severity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan

suatu masalah lebih serius

3. Manageable/ Bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini dapat

terpecahkan(menemukan jalan keluar)

4. Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan selalu

melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat

5. Affordability/ ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang

mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan

suatu masalah.

Dengan rentang nilai 1 – 5 yaitu 5= sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup

penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting. Dimana yang menjadi

prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/ skor paling besar. Skor akhir

dirumuskan dengan cara : M x S x Mn xNc x Af

Tabel 4.1 Daftar Masalah Manajemen Pada Residen I di RSUD Batara Guru

Belopa, Maret 2012

No Fungsi Manajemen Masalah1 2 3

1. Perencanaan Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan

Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya

Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 67

Page 68: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan

Belum optimalnya sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat

Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit

1 2 32. Pengorganisasian Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan

rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan.

Belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas

Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP

3. Pengarahan Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan

Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya

4. Pengendalian Belum efektifnya kinerja Tim pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum adanya panduang pelaksanaan

Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif

5. Compensatory rewad Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karis perawat

6. Profesional Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 68

Page 69: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

relationship melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan

7. Patient Care Devilery

Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan

Setelah diidentifikasi 15 masalah selanjutnya dilakukan pembobotan untuk

menentukan prioritas masalah, dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Prioritas masalah manajemen keperawatan di RSUD Batara Guru

Belopa

No MasalahPembobotan

PrioritasMg S

v

Mn NC Af Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9A. Fungsi Perencanaan

1. Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya

3 2 3 3 5 270 8

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 69

Page 70: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan

2. Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya

3 3 3 3 3 243 9

3. Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan

4 2 2 4 2 128 12

1 2 3 4 5 6 7 8 94. Belum optimalnya

sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat

3 2 2 3 2 72 14

5. Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit

3 3 3 2 2 108 13

B. Fungsi Pengorganisasian

6. Belum optimalnya pemahaman uraian tugas

4 3 3 4 2 288 7

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 70

Page 71: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan

7. Belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas efesiensi dan efektifitas dalam pembuatan jadual dinas masing-masing ruangan

3 3 3 5 3 405 5

8. Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP

5 5 5 4 4 2000 1

C. Fungsi Pengarahan

1 2 3 4 5 6 7 8 99. Belum optimalnya

pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya

3 3 3 4 2 216 10

10.

Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan

4 3 4 4 4 768 2

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 71

Page 72: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

D. Fungsi pengendalian

11.

Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan

4 3 2 4 2 192 11

12.

Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan sak dan sop dan pendomentasian belum efektif

4 4 3 3 4 576 3

E. Compensatory rewad

13.

Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir perawat

3 2 2 2 2 48 15

Profesional relationship

14.

Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan

3 3 3 4 3 324 6

Patient Care Devilery

15.

Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan

4 3 3 3 4 432 4

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 72

Page 73: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Berdasarkan pembobotan didapatkan urutan prioritas masalah berdasarkan

skor yang paling besar maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah :

1. Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP (2000)

2. Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan (768)

3. Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan sak dan sop dan pendomentasian belum efektif (576)

4. Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan (432)

5. Belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas efesiensi dan efektifitas dalam pembuatan jadual dinas masing-masing ruangan (405)

6. Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan (324)

7. Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan (288)

8. Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan (270)

9. Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya (243)

10. Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya (216)

11. Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan (192)

12. Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan (128)

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 73

Page 74: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

13. Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit (108)

14. Belum optimalnya sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat (72)15. Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir

perawat (48)

C. Tujuan dan Alternatif Pemecahan Masalah

Tujuan dan alternatif pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan yang mencakup apa,siapa, dimana, berapa lama tujuan dapat dicapai.

Pada residensi pertama ini dilakukan analisis alternatif pemecahan masalah

terhadap 4 (empat) masalah berdasarkan prioritas masalah hasil pembobotan.

Rumusan tujuan dan alternatif pemecahan masalah sesuai masing-masing

permasalahan sebagaimana dibawah ini :

1. Masalah

Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di

ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP

Tujuan dan alternatif pemecahan masalah

a. Apakah dengan pelatihan penerapan MPKP metode penugasan tim selama

5 (lima) hari bersama dengan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian

Keperawatan dan ketua komite keperawatan perawat dapat meningkatkan

pengetahuan dan motivasi perawat mengapalikasikan MPKP diruang

rawat inap?

b. Apakah dengan menetapkan ruangan percontohan MPKP Pemula dengan

metode penugasan tim akan meningkatkan kinerja perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan ?

2. Masalah

Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum

dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya

pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan

keperawatan.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 74

Page 75: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Tujuan dan alternatif pemecahan masalah :

a. Apakah dengan melakukan desiminasi/ penyegaran selama 3 (tiga) hari

kepada kepala ruangan dan ketua tim tentang supervisi akan dapat

meningkatkan kemampuan kepala ruangan dan ketua tim melaksanakan

supervisi dalam dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan?

b. Apakah dengan memberikan informasi kepada perawat pelaksana akan

meningkatkan pemahaman perawat pelaksana akan pentingnya supervisi

dalam memecahkan masalah yang dihadapi?

3. Masalah

Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena

budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan

pendomentasian belum efektif.

Tujuan dan alternatif pemecahan masalah :

a. Apakah dengan melakukan desiminasi selama 1 (satu) hari kepada Kepala

Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan, ketua komite

keperawatan, kepala ruangan dan ketua tim tentang pengawasan

keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian dapat

meningkatan kepatuhan perawat menggunakan SAK dan SOP dan

pendokumentasian asuhan keperawatan ?

b. Apakah dengan memberikan informasi tentang pengawasan kepada

perawat pelaksana akan meningkatan kepatuhan staf keperawatan

menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian?

4. Masalah

Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena

belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara

penyusunannya.

Tujuan dan alternatif pemecahan masalah :

a. Apakah dengan merumuskan ketentuan pendokumentasian rencana

jangka pendeka selama 2 (dua) hari bersama-sama Kepala Seksi

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 75

Page 76: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dan Komite Keperawatan akan

memicu perawat untuk melaksanakan pendokumentasian rencana

kegiatan harian dan bulanan?

b. Apakah dengan memberikan informasi tentang kepada kepala ruangan,

ketuan tima dan perawat pelaksana tentang perencanaan kegiatan

perawatan jangka pendek dapat meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran perawat membuat rencana kegiatan harian dan bulanan?

D. Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah

Seleksi alternatif pemecahan masalah menggunakan pembobotan CARL,

yaitu : C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternatif, A =

Accessability, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif, R = Readiness,

artinya kesiapan dalam melaksanakan alternatif, L = Leverage, artinya daya

ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah, dengan memberikan

rentang nilai 1-5, yaitu : 5 = sangat mampu, 4 = mampu, 3 = cukup mampu, 2 =

kurang mampu dan 1 = tidak mampu.

Alternatif pemecahan masalah yang diprioritaskan adalah yang

memperoleh nilai total tertinggi sebagaimana tabel 4.3.

Tabel 4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Manajemen Keperawatan di RSUD Batara Guru Belopa

No. Alternatif Pemecahan Masalah C A R L Skor

1. Pelatihan MPKP metode penugasan tim

4 4 4 4 256

2 Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula

4 3 4 4 192

3. Desiminasi supervisi bagi kepala ruangan dan ketua Tim

4 3 3 4 144

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 76

Page 77: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

4. Sosialisasi supervisi keperawatan kepada staf perawatan

4 2 3 4 96

5. Desiminasi rumusan pengawasan dan mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta pendokumentasian askep

4 2 4 4 128

6. Sosialisasi mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta pendokumentasian askep kepada staf keperawatan

3 2 2 4 72

7. Menyusun rumusan pendokumentasian rencana harian dan bulanan

3 3 3 3 81

8. Sosialisasi pendokumentasian rencana harian dan bulanan kepada staf keperawatan

3 2 3 3 54

Melalui pembobotan maka dari 4 (empat) masalah diperoleh 8 (delapan)

alternatif pemecahan masalah dengan urutan prioritasnya, sebagai berikut :

1. Pelatihan MPKP metode penugasan tim (256)

2. Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula (192)

3. Desiminasi supervisi bagi kepala ruangan dan ketua Tim (144)

4. Desiminasi rumusan pengawasan dan mekanisme pengawasan penggunaan

SAK dan SOP serta pendokumentasian askep (128)

5. Sosialisasi supervisi keperawatan kepada staf perawatan (96)

6. Menyusun rumusan pendokumentasian rencana harian dan bulanan (81)

7. Sosialisasi mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta

pendokumentasian askep kepada staf keperawatan (72)

8. Sosialisasi pendokumentasian rencana harian dan bulanan kepada staf

keperawatan (54)

Dari hasil pembobotan diatas maka ditetapkan dapat diidentifikasi alternatif

pemecahan masalah dengan urutan prioritasnya, mengingat keterbatasan waktu,

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 77

Page 78: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

sumber daya dan kewenangan maka pada residensi kedua alternatif pemecahan

masalah yang akan dipecahkan adalah prioritas 1 (satu) dan 2 (dua) yaitu :

1. Pelatihan MPKP metode penugasan tim

2. Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula

E. Rencana kegiatan

Adapun rencana kegiatan sebagai alternatif pemecahan masalah yang akan

dipecahkan :

1. Sosialisasi Pedoman Penerapan MPKP

a. Sasaran

Seluruh perawat yang bertugas di ruang perawatan baik rawat inap

maupun rawat intensif (secara bergiliran)

b. Waktu dan Tempat

Sosialisasi penerapan MPKP dilaksanakan satu hari

c. Materi sosialisasi

1) Konsep metoda penugasan primary-team

2) Proses asuhan keperawatan pada ruang MPKP

3) Uraian tugas perawat pada ruang MPKP

4) Protap operan

5) Protap pre dan post conference

2. Pelatihan MPKP

a. Sasaran

1) Kepala Ruangan

2) Ketua Tim

3) Perawat Pelaksana

b. Kriteria Sasaran

1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan

2) Memiliki kemauan untuk berubah

3) Disiplin dan memiliki loyalitas terhadap pekerjaannya

c. Waktu dan Tempat

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 78

Page 79: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Pelatihan diselenggarakan di RSUD Batara Guru Belopa selama 5 (lima)

hari, dari jam 08.00 s/d 14.00 wita (± 30 jam pelajaran)

d. Metoda Pelatihan

1) Ceramah, tanya jawab

2) Diskusi kelompok

3) Role Play

4) Studi Kasus Asuhan Keperawatan

5) Peninjauan Lapangan

e. Materi Pelatihan

1) Manajemen keperawatan

2) Manajemen asuhan keperawatan

3) Kepemimpinan dalam keperawatan

4) Penentuan kebutuhan tenaga keperawatan

5) Penentuan kebutuhan peralatan keperawatan

6) Komunikasi terapeutik

7) Etika keperawatan

8) Nilai-nilai profesional praktik keperawatan

9) Proses keperawatan

10) Pemeriksaan fisik

11) Dokumentasi Keperawatan

12) Konsep metoda penugasan primary-team

13) Proses asuhan keperawatan pada ruang MPKP

14) Uraian tugas perawat pada ruang MPKP

15) Protap operan

16) Protap pre dan post conference

f. Nara Sumber

1) Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan

2) Komite / Divisi Keperawatan

3) Mahasiswa residensi

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 79

Page 80: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

4) Nara sumber luar jika diperlukan

3. Penilaian Kesiapan Penerapan MPKP di Ruang Perawatan

a. Sasaran

1) Ruang rawat inap

2) Ruang rawat intensif

b. Waktu dan Tempat

Penilaian dilakukan selama 1 minggu oleh Tim MPKP di masing-

masing ruang perawatan yang perawatnya telah mengikuti pelatihan

MPKP

c. Metoda Penilaian

1) Wawancara

2) Survey / Observasi

d. Media / Instrumen yang digunakan

1) Pedoman wawancara

2) Pedoman observasi

e. Kriteria evaluasi

Dikatakan siap menerapkan MPKP dan diusulkan sebagai unit

percontohan MPKP, bila :

1) Jumlah tenaga sesuai beban kerja / tingkat ketergantungan pasien

berdasarkan hasil perhitungan tim MPKP dan atau telah mendapat

rekomendasi dari pimpinan RS untuk mencukupkan jumlah dan

jenis tenaga keperawatan sesuai standar ketenagaan keperawatan

2) SDM keperawatan seperti Kepala Ruangan, Ketua Tim dan

beberapa pelaksana perawatan minimal 6 orang telah mengikuti

pelatihan MPKP

3) Peralatan di ruang perawatan telah mencukupi dan atau telah

mendapat rekomendasi dari pimpinan RS untuk mencukupkan

jumlah dan jenis peralatan keperawatan sesuai standar kebutuhan

peralatan.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 80

Page 81: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

4. Monitoring dan Evaluasi

a. Sasaran

1) Kepala Ruangan

2) Ketua Tim / Perawat Primer

3) Anggota Tim / Perawat Asosiet

b. Metoda

1) Wawancara

2) Focus group discussions

3) Observasi

4) Analisa surat / kotak saran

5) Kuesioner

c. Waktu

1) Selama melakukan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan secara

kontinyu minimal 1 kali per minggu

2) Bila ditemukan/dilaporkan kejadian luar biasa

d. Indikator (Apa yang akan dimonitor)

1) Kompetensi tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan

2) Pelaksanaan pengelolaan asuhan keperawatan dengan metoda

primary-team

3) Fasilitas dan sarana pendukung lainnya dalam penerapan MPKP

4) Kepuasan pasien

5) Kepuasan perawat

Tabel 4.4 Rencana Kegiatan Pelatihan MPKP di RSUD Batara Guru Belopa

No KegiatanTarget waktu Sasaran

Hasil yang diharapkan

1 2 3 4 51. Penyusunan modul

MPKP23 – 27

April 2012Mahasiswa Residen dan divisi

Tersusunnya modul pelatihan MPKP

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 81

Page 82: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

keperawatan2. Penyusunan instrumen

evaluasi1 s/d 3 Mei

2012Mahasiswa Residen dan divisi keperawatan

Format evaluasi

3. Pre tes 4 Mei 2012 Peserta Diperolehnya informasi awal pengetahuan peserta

4. Pemberian materi 7-9 Mei 2012

Peserta Peserta memahami manajemen MPKP

5. Studi Kasus Asuhan Keperawatan

10 Mei 2012 Peserta Peserta mampu mengaplikasikan pengetahuan MPKP dalam penanganan kasus

6. Presentasi kasus 10 Mei 2012 Peserta Mengetahui kemampuan peserta dalam penanganan kasus dengan pendekatan manajemen keperawatan

7. Praktek klasifikasi pasien

10 Mei 2012

Peserta Peserta mampu mende monstra-sikan perhitungan klasifikasi pasien

1 2 3 4 58. Latihan pembuatan

jadual shift10 Mei 2012 Peserta Peserta mampu

mendemonstrasikan pembuatan jadual shift

9. Praktek operan 11 Mei 2012 Peserta Peserta mampu mendemonstrasikan kegiatan operan

10 Praktik pre-post conference

11 Mei 2012 Peserta Peserta mampu mendemonstrasikan kegiatan pre dan post conference

11. Post tes 11Mei 2012 Peserta Diperolehnya informasi peningkatan

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 82

Page 83: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

kemampuan peserta setelah pelatihn

BAB V

PENUTUP

Demikian hasil pengkajian pada tahap residensi pertama ini kami laporkan

sebagai pedoman pelaksanaan pada tahapan residensi kedua. Penulis menyadari

bahwa hasil pengkajian residensi pertama ini masih memiliki kelemahan olehnya itu

sumbangsih pemikiran khususnya dari pihak manajemen rumah sakit lokasi residen

dan supervisor sangat diharapkan sehingga memungkinkan untuk mendapatkan hasil

yang lebih baik lagi.

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 83

Page 84: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Tahapan residensi pertama ini merupakan langkah awal dalam upaya

pemecahan masalah manajemen keperawatan di RSUD Batara Guru Belopa, sehingga

diharapkan dukungan khususnya dari Direktur RSUD Batara Guru Belopa dan divisi

keperawatan pada tahap implementasi residensi kedua dalam rangka optimalisasi

kinerja perawat dalam menerapkan manajemen keperawatan khususnya di ruang

rawat inap.

Akhirnya dengan mengharap petunjuk dan rahmat Allah SWT, semoga

diberikan jalan keluar dan kemudahan dalam melakukan kegiatan yang telah

direncanakan dalam residensi pertama ini.

Makassar, April 2012

Mahasiswa Residensi

Hairuddin Safaat

DAFTAR PUSTAKA

Annonymous. Manejemen Pelayanan Keperawatan. Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus (PPKC). Modul Pelatihan Manajemen Bidang Keperawtan. Online 1 Mei 2008. Available from: http://www.innappni. or.id/index.php?name=News&file=article&sid=134

Azwar, A., (1996)., Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Dharma,S. Manajemen Kinerja, (2005), Falasafah Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Jogjakarta

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 84

Page 85: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2001)., Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Cetakan : I, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.

SDM dan Rekam Medik RSUD Batara Guru Belopa Belopa. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa; 2011. (tidak dipublikasikan)

Gillies, Dee Ann. (1996). Manajemen Keperawatan, Sebagai Suatu Pendekatan Sistem, penerjemah Dika Sukmana,Rika Widya Sukmana, Yayasan IAPKP., Bandung.

Hasibuan,SP., (2005).,Malayu,H. Manajemen Sumber Daya Manusia., Edisi revisi Cetakan ke tujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Jurnal Keperawatan Indonesia. Persepsi Kepala Ruangan Dan Perawat Pelaksana Tentang Permasalahan Manajemen Dalam Menerapkan Pendokumentasian Proses Keperawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Volume 6 No 2 September 2002. Jakarta : FIK UI

La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998),. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta

Marquis, B.L, dan C.J.Houston.,Alih Bahasa Widyawati,Wilda Eka Handayani, Fruriolina Ariani., (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Teori & Aplikasi Edisi 4, EGC, Jakarta

Nurahmah, E. (2005). Leadership Dalam Keperawatan.,Artikel FK UI, tidak diterbitkan

Nursalam M. Nurs (Honours)., (2011) Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional., Edisi 3,Salemba Medika, Jakarta.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing, Concepts, Proccess And Practise. St.Louis : Mosby Year Book Inc.

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; (2012) Buku Pedoman Kerja Mahasiswa; Residen Manajemen Keperawatan, Semester Ganjil 2012/2013. (tidak dipublikasikan)

Robbins, Stephen, P. (2001) Perilaku Organisasi. Jilid 2 ( Edisi Bahasa Indonesia). Prenhallindo ; Jakarta.

Sitorus. R. (2006) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Rumah Sakit . Penataan Struktur dan Proses Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Panduan Implementasi. EGC. Jakarta

Sub Direktorat Keperawatan. (2004) Jenjang Karir Perawat. Departemen Kesehatan RI.Jakarta

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 85

Page 86: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba. Suharyati. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta

Lampiran 3

JADUAL PELAKSANAAN RESIDENSIDI RSUD BATARA GURU BELOPA BELOPA KABUPATEN LUWU

PERIODE : 29 Maret s/d 31 Mei 2012No Kegiatan Tanggal Keterangan1. Tahap Persiapan :

a. Survei awal lokasi residensib. Penyusunan proposalc. Penyusunan instrumen

12 Maret 201213 s/d 23 Maret 201217 s/d 26 Maret 2012

RSU Batara Guru Belopa Rampung 26 Maret 2012

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 86

Page 87: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

2. Tahap Residensi Ia. Penerimaan/ sosialisasi

program residensib. Pengkajian :

- Sosialisasi instrumen- Pengumpulan data- Verifikasi data

c. Perumusan masalah :- Tabulasi dan analisa data- Identifikasi masalah- Menetapkan prioritas

masalahd. Pengembangan perencanaan

- Penyusunan rencana startegik

- Matrix POAe. Konsultasi f. Presentasi rencana program

29 Maret 2012

3 s/d 7 April 2012

9 s/d 11 April 2012

11 s/d 12 April 2012

13 s/d 16 April 2012 19 April 2012

Residensi I : 29 Maret s/d 19 April 2012

3. Tahap Residensi IIa. Tahap Persiapan

- Preplanning dan mempersiapkan kebutuhan pelaksanaan program

- Konsultasi - Sosisalisasi dan kontrak

implementasi programb. Pelaksanaan kegiatan

- Implementasi c. Evaluasi hasild. Penyusunan laporan akhir/

konsultasie. Presentasi Hasil Pelaksanaan

Program

20 s/d 23 April 2012

24 s/d 25 April 2012 26 April 2012

1 s/d 17 Mei 2012 22 s/d 24 Mei 2012 25 s/d 30 Mei 2012

31 Mei 2012

Residensi II tanggal 20 April s/d 31 Mei 2012

No Kegiatan Tanggal Keterangan4. Penyerahan laporan

residensia. Perbaikan/ konsultasib. Penyerahan laporan

4 s/ 16 Juni 2012 19 Juni 2012

Penyerahan laporan ke pihak RS dan Program Studi

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 87

Page 88: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

Makassar, Maret 2012

Menyetujui Pembimbing Residensi Mahasiswa

Dr. Elly Sjattar, S.Kp. M. Kes Hairuddin Safaat

Supervisor

Hapsah, S.Kep, Ns., M.Kep

Lampiran 5

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

NO URAIAN TUGAS KETA. Supervisor Utama

1.Mengevaluasi Konsep, Teori serta Prinsip Manajemen yang

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 88

Page 89: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

digunakan dalam pengelolaan masalah pelayanan kesehatan2.Mengevaluasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang

diangkat oleh mahasiswa terkait kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah sakit tempat residensi

3.Mengevaluasi prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak rumah sakit tempat residensi

4.Mengevaluasi alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit

5.Mengevaluasi laporan Proposan Awal6.Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian7.Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi

B. Supervisor1. Mengevaluasi Konsep, Teori serta Prinsip Manajemen yang

digunakan dalam pengelolaan masalah pelayanan kesehatan2. Mengevaluasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan

yang diangkat oleh mahasiswa terkait kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah sakit tempat residensi

3. Mengevaluasi prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak rumah sakit tempat residensi

4. Mengevaluasi alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit

5. Mengevaluasi pelaksanaan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan Rumah Sakit

6. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan

7. Mengevaluasi perencanaan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit

8. Mengevaluasi laporan Proposan Awal9. Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian10. Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi

C. Co – Supervisor1. Mengevaluasi pelaksanaan alternatif pemenuhan kebutuhan

dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan Rumah Sakit

2. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan

3. Mengevaluasi perencanaan tindak lanjut dari hasil yang

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 89

Page 90: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

dicapai berupa upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit

4. Mengevaluasi laporan Proposan Awal5. Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian6. Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi

Lampiran 6 FORMAT EVALUASI RESIDENSI

FORM 3. a EVALUASI PRESENTASI DAN DISKUSI

PRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 90

Page 91: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

TANGGAL :

TEMPAT :

PENILAI :

NO ASPEK YANG DI NILAISKOR

1 2 3 4 5 6 7

1. Penyaji Mempersiapkan Presentasi Dengan Baik

2. Penyaji Menerangkan Dengan Jelas

3. Penyaji Mendorong Peserta Untuk Diskusi

4.Kemampuan Menjawab Dan Menganalisa Pertanyaan

Audiensi

5. Penyaji Menggunakan Waktu Dengan Baik

6. Kelompok Saling Berkontribusi Pada Saat Penyajian

7. Kemampuan Menyimpulkan Kesepakatan Bersama

Nama Mahasiswa.

1. …………….. Penilai,

2. ……………..

(

)

Keterangan : Nilai = ( Jumlah Nilai/49) X 100 %

Form 3. b Laporan Rencana Penyelesaian Masalah

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 91

Page 92: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

FORMAT EVALUASI PENYUSUNAN MAKALAHPRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

TANGGAL :TOPIK :TEMPAT :

NO URAIANNILAI

MAKSIMALNILAI YANG DIPEROLEH

KETERANGAN

1. Latar Belakang ditulis secara sistematis dan menjelaskan Fenomena Yang menjadi Topik Pembahasan

20

2. Analisis dituliskan secara tajam dengan membandingkan teori/konsep dan fakta serta menampilkan perasalahan yang menjadi pokok bahasan secara jelas

30

3. Alternative penyelesaian masalah relevan dengan permasalahan dan bersifat operasional

30

4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik

10

5. Cara penulisan makalah mengikuti ketentuan penulisan ilmiah (cara menulis kutipan dan referensi ) atau pedoman skripsi

10

Total Nilai

Nama Mahasiswa : Penilaian,

1. ……….

2. ……….

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 92

Page 93: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

(

)

Form 3.c Kinerja Selama Residensi

FORMAT EVALUASI KINERJA (SIKAP DAN PERILAKU)PRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

HASANUDDINTANGGAL :TEMPAT :PENILAI :

NO ASPEK YANG DI NILAISKOR

1 2 3 4 5 6 71. Penugasan Prinsip Dasar Keilmuan (40

%)a. Mempunyai Rujukanb. Menganalisis Sesuatuc. Menyampaikan Pentingnya

Dibahasd. Merencanakan Usulan

Penyelesaiaan – Pembahasane. Menulis Indikator Keberhasilan

Penyelesaian Butir Diatas2. Komunikasi Tulisan (30 %)

a. Jelas Alur Pikirb. Menggunakan Bahasa Yang Baikc. Menyampaikan Secara Objektifd. Mempunyai Rujukan Dalam

Penulisane. Rujukan Ditulis Mengacu Pada

APA3. Sikap (30 %)

a. Peka Terhadap Masalah Sosial/Budaya

b. Mengedepankan Norma/ Etik Dalam Penyelesaian Masalah

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 93

Page 94: Laporan Residensi Tahap i (Repaired)

c. Menyampaikan Tanggung Jawab Professi

4. Total NilaiNama Mahasiswa.

1. …………….. Penilai,

2. ……………..

(

)

Keterangan : Nilai = ( Jumlah Nilai/49) X 100 %

| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 94