Bab II Ria Residensi

68
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan keluarganya. Untuk itu rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya.Rumah sakit sebagai salah satu unit tempat pelayanan kesehatan, bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan dengan konsep one step quality service artinya seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan dan pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh rumah sakit secara mudah, cepat, akurat, bermutu, dan biaya terjangkau (Ilyas,2004). Rumah sakit saat ini dituntut untuk dapat terus mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan, dengan melakukan perubahan, perbaikan dan pengembangan dari semua aspek dan bidang

description

nklop

Transcript of Bab II Ria Residensi

Page 1: Bab II Ria Residensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan keluarganya. Untuk itu

rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas untuk

memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya.Rumah sakit sebagai salah satu unit

tempat pelayanan kesehatan, bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang

bermutu sesuai dengan standar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan dengan konsep

one step quality service artinya seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan dan

pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh rumah

sakit secara mudah, cepat, akurat, bermutu, dan biaya terjangkau (Ilyas,2004).

Rumah sakit saat ini dituntut untuk dapat terus mengembangkan diri dan

meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan, dengan melakukan

perubahan, perbaikan dan pengembangan dari semua aspek dan bidang yang terkait,

baik dari segi sarana dan prasarana, finansial, perlengkapan alat-alat medis maupun

sumber daya manusia. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan

kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan

standard dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

Manajemen pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari

manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit yang mendukung peningkatan kinerja

pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan sebagai salah satu pelayanan yang

profesional dituntut untuk dapat menghasilkan pelayanan yang bermutu dan sesuai

Page 2: Bab II Ria Residensi

dengan harapan masyarakat. Kondisi ini mengharuskan manajemen keperawatan

mampu memberikan kontribusi besar dalam menata pelayanan keperawatan kearah

yang lebih baik serta perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan kemasa

depan. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang terbesar di rumah sakit, perawat

harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan

masyarakat yang merupakan fokus utama pelayanan keperawatan dalam proses

profesionalisme. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang dominan dirumah sakit

baik dari segi jumlah maupun keberadaannya dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat (Praptianingsih, 2006). Oleh karena

itu diperlukan kemampuan seorang manajer keperawatan yang memiliki wawasan

dan menguasai kaidah pelayanan keperawatan profesional dan memiliki akuntabilitas

dalam pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan.

Seiring dengan perkembangan tuntutan manajerial keperawatan yang semakin

meningkat, maka institusi pendidikan Universitas Hasanuddin membuka program

magister manajamen keperawatan yang didalamnya terdiri atas program kuliah

reguler selama 2 semester dan satu semester yang diisi dengan program residensi di

Rumah Sakit sebagai aplikasi dari ilmu manajerial yang telah didapatkan dibangku

kuliah.

Program residensi di Rumah Sakit ini mengambil lahan Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin. Rumah Sakit Universitas merupakan Rumah Sakit baru yang

direncanakan akan menjadi Rumah Sakit Pendidikan, di bawah naungan

Kementerian Pendidikan Nasional. Rumah Sakit Universitas Hasanuddin merupakan

rumah sakit yang berfokus pada pelayanan kesehatan yang dipadukan dengan

pendidikan dan penelitian, sehingga rumah sakit ini masih sangat terbuka dengan

perubahan-perubahan yang inovatif dan konstruktif terhadap kemajuan Rumah Sakit.

Dari data awal yang didapatkan selama program preresidensi terdapat beberapa

masalah yang didapatkan, yang ditempatkan pada prioritas utama, diantaranya belum

disahkannya visi misi keperawatan dan visi misi ruangan, belum optimalnya

Page 3: Bab II Ria Residensi

pelaksanaan supervisi keperawatan,serta belum adanya komite keperawatan dan

gugus kendali mutu. Hasil residensi ini tentunya masih memerlukan analisis lebih

dalam, terutama masih kurangnya analisis masalah di tingkat top manager (Kepala

bidang keperawatan) dan masih perlu pula analisis mendalam di masing-masing

ruangan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Hal inilah yang

melatarbelakangi sehingga masih diperlukannya analisis mendalam di tingkat

manajerial bidang keperawatan dan di tingkat ruangan

B. TUJUAN

a) Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan teori kepemimpinan dan

manajemen keperawatan secara nyata pada tingkat top manajer dan dapat

menganalisis manajemen keperawatan di ruang rawat inap (Ruang Perawatan

Kelas I) Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

b) Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait

dengan kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis

situasi nyata di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin di tingkat lower

manager (kepala ruangan) dan top manager (Kepala Bidang Keperawatan)

b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan

bersama pihak Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.

c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif penyelesaian masalah di tingkat

lower manager (kepala ruangan) dan top manager (Kepala Bidang

Keperawatan).

d. Menyusun jadwal & ganchart kegiatan yang akan dilakukan

Page 4: Bab II Ria Residensi

e. Melaksanakan rencana kegiatan yang telah dibuat dengan menjalin

kerjasama dengan pihak Rumah Sakit

C. MANFAAT

1. Bagi mahasiswa program studi Magister Ilmu keperawatan, kegiatan residensi

dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman dalam

mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara nyata di

rumah sakit

2. Bagi Rumah Sakit tempat residensi (Rumah Sakit Universitas Hasanuddin),

kegiatan residensi yang meliputi pengkajian sampai dengan pelaksanaan

dibidang manajerial keperawatan diharapkan dapat berkontribusi besar bagi

pihak rumah sakit terutama dalam peningkatan kualitas manajerial

keperawatan yang pada akhirnya akan berkontribusi dalam peningkatan

kualitas layanan keperawatan di Rumah Sakit

Page 5: Bab II Ria Residensi

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut

mencakup kegiatan planning, organizing, actuating controlling (POAC)

terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi

Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan

untuk menghasilkan suatu keuntungan (Gillies, 1999).

Menurut Gillies, manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen

keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan

untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajemen

keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh

pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,

mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya

maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang

efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.

Proses Manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan

sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional,

sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Sebagaimana proses

keperawatan, manajemen keperawatan terdiri atas : pengumpulan data,

identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena

manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga

dari seorang pegawai, maka setiap tahapan dalam proses manajemen lebih

Page 6: Bab II Ria Residensi

rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan (Panjaitan & Sitorus,

2011).

B. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN

a. Pengkajian dan Pengumpulan Data

Seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulka informasi tentang

keadaan pasien pada tahap ini, melainkan juga mengenai institusi (rumah

sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan

yang mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan

(Panjaitan & Sitorus, 2011).

Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses

manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain. Saat

memimpin staf, manajer harus bertindak secara terencana dan efektif, mampu

menjalankan pekerjaan bersama dengan para perawat dari beberapa level

hierarki. Manajer bekerja berdasarkan informasi penuh dan akurat tentang apa

yang perlu dan harus diselesaikan, dengan cara apa, untuk alasan apa,

tujuannya apa, dan sumber daya apa yang tersedia untuk melaksanakan

rencana itu. Selanjutnya, manajer yang efektif harus mampu mempertahankan

tingkat efisiensi yang tinggi pada salah satu bagian dengan mengggunakan

ukuran pengawasan untuk mengidentifikasi masalah dengan segera. Setelah

masalah teridentifikasi, manajer mengevaluasi apakah rencana tersebut perlu

diubah atau prestasi karyawan yang perlu dikoreksi (Panjaitan & Sitorus,

2011).

Proses adalah rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan.

Tujuan akhir proses keperawatan mungkin berupa sebuah pembebasan dari

gejala, eliminasi risiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan

atau keterampilan kesehatan, dan kemudahan dari kebebasan maksimal.

Seementara itu, tujuan akhir proses manajemen keperawatan adalah perawatan

Page 7: Bab II Ria Residensi

yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien (Panjaitan & Sitorus,

2011).

b. Pelaksanaan

Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka

tahap pada pelaksanaan terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk

menjalankan tindakan yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi

lagi dalam komponen fungsi, yaitu kepemimpinan, komunikasi dan motivasi

(Wijono, 1997).

c. Evaluasi

Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang

telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi di sini adalah untuk menilai seberapa jauh staf

mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah

ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung

dalam pelaksanaan.

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem

terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan

berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem

maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan

mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara

lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen

keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan

tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang

untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah

asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan

dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian

keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan

Page 8: Bab II Ria Residensi

akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit

keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat (Wijono,

1997).

C. PEMBAGIAN MANAJEMEN

Secara umum jenis atau bidang manajemen dapat dibagi menurut bidang

tugas, lapangan kerja dan tingkatannya. Pembagian tersebut adalah sebagai

berikut (Sitorus & Panjaitan, 2011) :

1. Bidang Tugas

Pembagian bidang tugas dalam pelaksanaannya dibagi menjadi beberapa

bagian, yaitu bagian personalia, bagian keuangan, bagian peralatan, bagian

produksi dan bagian pemasaran.

2. Lapangan Kerja

Lapangan kerja secara garis besar terbagi menjadi beberapa pilihan,

diantaranya pendidikan tinggi, rumah sakit, bank, lembaga pemerintahan,

dan lain-lain.

3. Tingkat Manajemen

Berikut ini akan ditampilkan melalui bagan, hubungan antara keterampilan

manajemen dan keterampilan teknis.

Keterampilan Manajemen (Managerial Skill)

Manajer puncak (top manager)

Manajer Menengah (middle manager)

Manajer supervisor (supervisory manager

Keterampilan Teknis (Technical Skill)

Page 9: Bab II Ria Residensi

C. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen diperlukan peran tiap orang yang terlibat di

dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan

adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Berikut deskripsi

fungsi manajemen dari beberapa pakar (Marquis & Houston, 2000) :

G.R Terry L. Gullick S.P.Siagian H.Fayol

Planning

Organizing

Actuating

Controlling

Planning

Organizing

Staffing

Directing

Coordinating

Reporting

Budgeting

Planning

Organizing

Motivating

Controlling

Planning

Organizing

Commanding

Coordinating

Controlling

Terdapat empat fungsi manajemen yang harus diperhatikan, yaitu

perencanaan, organisasi, penggerakan dan pengawasan. Untuk lebih jelasnya,

di bawah ini akan dijelaskan keempat fungsi tersebut (Marquis & Houston,

2002) :

1) Perencanaan

Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan datang artinya :

apa, siapa, kapan, dimana, berapa dan bagaimana yang akan dan harus

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. . Perncanaan adalah pemikiran atau

konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi yang

Page 10: Bab II Ria Residensi

penting di dalam mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan,

pemecahan masalah dan efek-efek dan perubahan.

Unsur-unsur perencanaan

Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah :

1) Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecendrunga masa depan

(peluang dan tantangan)

2) Menetapkan tujuan (establishing objectives) misalnya menyusun acara yang

urutan kegiatannya berdasarkan skala prioritas

3) Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling) misalnya

menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat

4) Menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan sumber yang

tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu dengan tepat

5) Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang paling tepat

6) Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and establishing policy),

misalnya menafsirkan kebijakan atasan dan menetapkan kebijakan

operasional.

Sifat-sifat perencanaan

Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatikan agar dapat dihasilkan

rencana yang baik, yaitu melihat jauh ke depan, sederhana dan jelas/lugas,

fleksibel, stabil, ada dalam keseimbangan, tersedianya sumber-sumber untuk

pelaksanaan.

Tipe rencana

1. Sasaran (goal)

Setiap pimpinan harus mempunyai sasaran yang jelas dan bawahannya juga

harus mengetahuinya. Sasaran ini akan memberikan arah kegiatan.

Page 11: Bab II Ria Residensi

Perencanaan berdasarkan sasaran pada intinya terdiri atas tujuan (objective),

anggaran dan batas waktu, serta sasaran kegiatan (operating goal)

2. Rencana Tunggal (single use plan)

Rencana tunggal digunakan untuk menentukan langkah-lamgkah suatu

kegiatan. Lalu apabila tujuan sudah tercapai, selesailah rencana itu. Rencana

tunggal pada intinya terdiri atas empat bagian, yaitu:

- Program utama yaitu tugas utama organisasi

- Proyek, yaitu bagian dari program tersusun yang dilaksanakan secara

berdiri sendiri dan ada titik akhirnya

- Program khusus, yyaitu rencana yang mendapat perhatian secara

khusus karena sifat masalahnya yang juga khusus

- Rencana rinci, yaitu penjabaran secara rinci dari suatu program agar

penggunaan sumber dan lain-lainnya menjadi jelas dan terarah.

3. Rencana Induk (standing plan, master plan)

Rencana induk adalah rencana yang bersifat luas dan menyeluruh serta

digunakan terus menerus. Selain itu, rencana yang lain dalam hal ini harus

sinkron dan sesuai dengan rencana induk. Hal yang dapat membedakan

rencana induk dengan rencana lain yaitu :

- Kebijakan, yaitu pedoman organisasi dalam menjalankan tugas

pekerjaan yang berupa pola organisasi

- Prosedur, yaitu proses yang harus diketahui mengenai apa dan

bagaimana melaksanakan kegiatan yang disusun, agar efisien dan

efektif

- Metode, yaitu cara terbaik untuk melaksanakan kegiatan. Umumnya,

prosedur yang digunakan berganti-ganti

Page 12: Bab II Ria Residensi

2. Organisasi

Secara statis adalah wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan

tertentu. Secara dinamis adalah suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang

teratur dan sistematis untuk tujuan tertentu.

Adapun ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut :

Terdiri atas sekelompok orang

Ada kegiatan-kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan

Tiap anggota mempunyai sumbangan usaha

Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan

Adanya suatu tujuan

Prinsip-prinsip organisasi

Tujuan yang jelas (clear objective)

Skala hierarki(the scalar principle)

  Kesatuan komando/perintah(unity of command)

Pelimpahan wewenang (delegation of authority)

Pertanggungjawaban (responsibility)

Pembagian kerja(division  of works)

Rentang kendali(span of control)

Fungsionalisasi(fungcionalization)

Fleksibilitas/kelenturan(flexibility)

Keseimbangan(balance)

Kepemimpian(leadership)

Pemisah tugas(task separation)

Proses pengorganisasian

a. Analisis tujuan organisasi . Analisis tujuan organisasi dijelaskan seperti

piramida terbalik. Artinya analisis ini dimulai dari tujuan, kemudian tugas

pokok di jabarkan menjadi tugas-tugas pokok. Kemudian tugas pokok

Page 13: Bab II Ria Residensi

dijabarkan menjadi funsi-fungsi. Setelah itu fungsi di jabarkan menjadi

uraian pekerjaan dan terakhir uraian pekerjaan di analisis beban kerjanya.

b. Analisis jabatan (persyaratan –persyaratan untuk jabatan). Analisis jabatan

terdiri atas pengelompokan jabatan, pengelompokan fungsi, pengelompokan

tugas, penentuan bentuk organisasi, penetapan organisasi, dan

penyempurnaan organisasi).

Bentuk dan tipe organisasi

Ada tiga bahasan yang terkait dengan bentuk dan tipe organisasi yaitu dasar

pengorganisasian serta bentuk organisasian tipe organiasi itu sendiri. Berikut ini

penjelasannya:

Dasar pengorganisasian

Terbagi menjadi lima kelompok yaitu:

·         Pengelompokka kerja atas dasra fungsi

·         Pengelompokkan kerja atas dasra proses

·         Pengelompokkan kerja atas dasra pelanggan/klien

·         Pengelompokkan kerja atas dasar produk

·         Pengelompokkan kerja atas dasar daerah/wilayah

Bentuk organisasi

Bentuk organisasi terbagi menjadi empat kelompok, yaitu organisasi lini

(line organization), organisasi lini dan staf (line and staff organization),

organisasi fungsi (fungsion orgaanization), dan kepanitiaan (committee). 

3) Penggerakan

Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengatuhi orang lain agar

mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya

tujuan bersama. Ada tiga tipe penggerakan:

a. Kepemimpinan

Ada tiga pengertian kepemimpinan yang menjadi acuan:

- Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar mau

bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu;

Page 14: Bab II Ria Residensi

- Seni yang berdasar dari kemampuan seseorang untuk mempengaruhi

orang lain agar mau berperilaku seperti apa yang dikehendakinya;

- The process of influencing people to accomplish goals(Huber D)

b. Motivasi Kerja

- Dorongan yang menyebabkan seseorang mau melaksanakan suatu

pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggu jawabnya. Motivasi kerja

terbagi menjadi 3 yaitu : jenis motivasi, factor motivator, dan factor

demotivator.

c. KISS dan Komunikasi

KISS adalah sebuah akronim yang berarti Koordinasi, Integrasi,

Sinkronisasi, dan Simplifikasi.

4) Pengawasan

a. Arti pengawasan

Adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan

kegiatan/pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan,

tujuan, sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

b. Maksud dan tujuan Pengawasan

Pengawasan sangat penting dalam mencegah atau memperbaiki

kesalahan , penyimpangan, dan ketidaksesuaian yang dapat

mengakibatkan tujuan/sasaran organisasi tidak tercapai dengan baik,

karena pelaksanaan pekerjaan / kegiatan tidak efisien dan tidak efektif..

Pengawasan juga bermanfaat dalam :

- Mencegah penyelewengan, penyalahgunaan wewenang, pemborosan,

dan kerugian dalam organisasi.

- Meningkatkan rasa tanggung jawab orang yang melakukan pekerjaan

- Memperbaiki kesalahan penyelewengan dan penyalah gunuaan

wewenang yang telah terjadi

- Mendidik setiap orang agar bekerja sesuai dengan prosedur dan

peraturan yang berlaku.

Page 15: Bab II Ria Residensi

c. Macam dan tipe pengawasan

Macam dan tipe pengawasan terbagi menjadi 3 yaitu :

- Jika dilihat dari kedudukan unit pengawasan terdiri atas pengawasan

dari dalam ( internal control ), dan pengawasan dari luar ( eksternal

control ),

- Jika dilihat dari sasarannya terdiri atas pengawasan preventif

( pencegahan ) yang dilakukan sebelum pelaksanaan dan pengawasan

represif yang dilakukan pada saat atau sesudah pelaksanaan,

- Jika dilihat dari sifat tugas (perana) pengawasan, terdiri atas

pengawasan politis/ pengawasan masyarakat, misalnya yang dilakukan

oelah DPR, dan pengawasan fungsional, misalnya yang dilakukan oelh

aparatur/ lembaga yang tugas pokoknya melaksanakan pengawasan.

B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT

I. Dasar - dasar perencanaan di ruang rawat

Perencanaan kepala ruangan di ruang rawat didasarkan pada misi, filosofi dari

rumah sakit/bidang keperawatan. Perencanaan merupakan fungsi dasar dari

manajemen dan merupakan tugas utama setiap manajer. Perencanaan harus

sistematik, dapat diukur, dapat dicapai, realistic dan berorientasi pada waktu.

Kepala ruangan perlu membuat perencanaan (Sitorus, 2006) karena dapat :

1. Meningkatkan Keberhasilan pencapaian tujuan

2. Meningkatkan analisis kepala ruangan tentang kondisi yang ada

3. Membuat kerangka kerja berdasarkan misi rumah sakit

4. Mempersiapkan staf untuk melakukan kegiatan

5. Mencegah terjadinya situasi kritis

6. Menjadi pedoman manajemen tentang penampilan kerja individu

7. Meningkatkan keterlibatan staf dan meningkatkan komunikasi

8. Membuat pembiayaan efektif

Page 16: Bab II Ria Residensi

Dasar-dasar perencanaan meliputi penetapan visi, mis, filosofi, sasaran, tujuan,

kebijakan (policies), prosedur dan peraturan rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut,

setiap kepala ruangan akan menetapkan visi, misi, filosofi, sasaran, tujuan ,

kebijakan, prosedur dan peraturan yang sesuai dengan kebutuhan ruang rawat

(Marquis, 2000)

1. Visi. Visi adalah suatu hal yang terlihat dalam mimpi. Suatu visi memberikan

informasi tentang bentuk dan gambaran suatu hal pada masa yang akan

datang yang bermanfaat bagi organisasi dan orang yang bekerja di dalamnya

2. Misi. Pernyataan misi suatu organisasi mengggambarkan manfaat keberadaan

organisasi tersebut. Misi ini bagi organisasi merupakan suatu alat/cara untuk

mengarahkan setiap individu dalam organisasi tersebut untuk berperan secara

produktif.

Contoh misi bidang keperawatan (Panjaitan & Sitorus, 2011);

a. Memberikan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan biaya yang

dapat dijangkau dan dapat diukur serta dapat dievaluasi

b. Memfasilitasi lingkungan untuk dapat melakukan pendidikan dan riset

keperawatan dan memanfaatkannya untuk meningkatkan mutu asuhan

keperawatan

c. Menciptakan iklim kerja yang mendorong pertumbuhan profesionalisme

d. Memelihara dan membina (to foster) image keperawatan yang positif dan

professional kepada masyarakat melalui pengembangan hubungan perawat

pasien yang baik dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat

Contoh misi suatu ruang rawat

Page 17: Bab II Ria Residensi

Misi unit/ruang rawat konsisten dengan misi divisi keperawatan yaitu (Panjaitan &

Sitorus, 2011); :

a. Mengkaji kebutuhan biopsikososial dan spiritual pasien dan keluarga dalam

rangka memberikan asuhan keperawatan yang optimal

b. Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuahn secara

individual sesuai kebutuhan mereka, dengan biaya yang dapat dijangkau

pasien dan rumah sakit

c. Berperan sebagai pembela bagi pasien dan keluarga untuk menjamin asuhan

keperawatan yang sesuai kebutuhan mereka

d. Memberikan dan meningkatkan pendidikan yang berkesinambungan melalui

kegiatan pelatihan, riset dan diskusi/konferens kasus dalam rangka

meningkatkan mutu asuhan keperawatan

e. Melibatkan semua disiplin yang terkait dengan asuhan pasien dalam

melakukan evaluasi tentang kebutuhan /masalah pasien

f. Mengkaji dan mengevaluasi mutu asuhan keperawtan secara

berkesinambungan melalui kegiatan program menjaga mutu dan dilakukan

setiap bulan.

3. Filosofi. Pernyataan filosofi mencakup nilai-nilai, konsep, keyakinan yang

dianut suatu organisasi. Pernyataan nilai-nilai konsep dan keyakinan

menggambarkan atau mewarnai bagaimana misi suatu organisasi dicapai.

Contoh filosofi ruang rawat (Panjaitan & Sitorus, 2011); :

a. Kami meyakini bahwa semua pasien mendapat asuhan keperawatan secara

individual dari semua perawat dan asuhan yang diberikan mecakup kebutuhan

biopsikososial spiritual

b. Kami meyakini bahwa sasaran asuhan kesehatan adalah membantu pasien

mencapai tingkat kesehatan yang optimal

Page 18: Bab II Ria Residensi

c. Kami meyakini bahwa pasien perlu dimotivasi oleh semua perawat untuk

mencapai kemandirian dan tidak tergantung pada orang lain

d. Kami meyakini bahwa perawat bertanggung jawab sebagai pembela pasien

dan keluarga, untuk mendapatkan asuhan yang bermutu sesuai dengan

harapan pasien dan keluarga

e. Kami meyakini bahwa pendidikan berkesinambungan merupakan komponen

penting dalam meningkatkan asuhan kesehatan

f. Kami meyakini, bahwa keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan

kesehatan dan perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang penting

g. Kami meyakini bahwa pasien dan keluarga mempunyai hak untuk

mendapatkan informasi tentang kesehatan mereka.

4. Sasaran dan Tujuan. Sasaran dan tujuan merupakan akhir kegiatan suatu

organisasi (rumah sakit). Semua filosofi harus diterjemahkan ke dalam

sasaran dan tujuan yang spesifik sehingga dapat dicapai. Artinya filosofi

dioperasionalkan pada sasaran dan tujuan (Marquis & Huston , 2000). Sasaran

didefinisikan sebagai hasil akhir semua upaya yang dilakukan suatu

organisasi. Contoh Tujuan ruang rawat (Panjaitan & Sitorus, 2011); :

- Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan individual

berdasarkan pengkajian perawat professional dengan memperhatikan

kebutuan biopsikososial dan spiritual pasien dan keluarga

- Proses keperawatan akan menjadi dasar pemberian asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional

- Memberikan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan cara

yang efektif dan efisien

- Mengkoordinasikan informasi dari semua orang yang terlibat dalam

asuhan pasien sehingga dapat memberikan asuhan yang optimal

- Melibatkan keluarga pasien dalam memberikan asuhan keperawatan

Page 19: Bab II Ria Residensi

- Mengisentifikasikan masalah pada pemberian asuhan keperawatan

dengan melakukan audit setiap bulan untuk menjamin mutu asuhan

keperawatan

- Meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan mutu asuhan

keperawatan melalui pelatihan bagi semua tenaga yang terlibat.

5. Kebijakan dan Prosedur

Kebijakan dan standar prosedur perlu ditetapkan di setiap ruang rawat.

Kebijakan antara lain tentang jumlah dan jenis tenaga, metode pemberian

asuhan keperawatan, sarana dan prasarana, dan lain-lain. Standar prosedur

dikembangkan sesuai dengan prosedur yang dilakukan di setiap ruangan.

Sebelum menentukan kebijakan di suatu ruang rawat, perlu diidentifikasi

data-data sebagi berikut (Panjaitan & Sitorus, 2011); :

a. Rata-rata jumlah pasien per hari, berdasarkan derajat

ketergantungan pasien

b. BOR

c. Rata-rata lama hari rawat

d. Jumlah kelahiran

e. Jumlah operasi

f. Kecenderungan populasi pasien : diagnosis, umum

g. Kecenderungan teknologi : prosedur diagnostic, prosedur terapi,

dan prosedur keperawatan

h. Analisis lingkungan : Keadaan jumlah ketenagaan : keperawatan

dan tenaga lainnya, keadaan pendidikan tenaga, kecenderungan

dalam keperawatan, perkembangan keprofesian

Page 20: Bab II Ria Residensi

Jenis-jenis perencanaan di ruang rawat (Panjaitan & Sitorus, 2011);:

1. Perencanaan harian (jangka pendek) antara lain :

- Perencanaan harian terkait dengan pengkajian, penetapan, renpra,

implementasi dan evaluasi yang dilakukan oleh ketua tim/perawat

primer

- Setiap hari kepala ruangan/perawat primer mengevaluasi dokumentasi

pasien, apakah setiap pasien mempunyai renpra, apakah tindakan

keperawatan dilakukan berdasarkan renpra. Kepala ruangan akan

memberikan umpan balik kepada ketua tim.

- Pergantian dinas akibat perubahan kondisi ruang rawat

- Rencana kegiatan dinas pagi, dinas sore dan dinas malam

2. Perencanaan bulanan (menengah)

- Pengaturan jadwal dinas

- Permintaan bahan/material di ruang rawat. Rencana permintaan bahan

dilakukan berdasarkan kebutuhan dengan mengidentifikasi kebutuhan

material dalam satu bulan

- Pertemuan dengan setiap staf setiap bulan/2 bulan secara individual.

Buatlah daftar nama semua tenaga di ruang rawat saudara, dan

rencanakan pertemuan bulanan/2 bulan secara individual. Pada

pertemuan individual, dibahas bagaimana individu memenuhi filosofi

dan objektif rumah sakit, job deskripsi dan penampilan kerja.

Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan staf terkait dengan

penampilan kerja. Memberi penghargaan dan mengidentifikasi

perbaikan. Pertemuan dengan semua staf (kelompok), misalnya pada

diskusi kasus/konferens setiap bulan.

3. Perencanaan tahunan (jangka panjang)

Page 21: Bab II Ria Residensi

Perencanaan jangka panjang meliputi peningkatan mutu asuhan keperawatan,

pengembangan tenaga, penambahan peralatan dan pengembangan

keprofesian.

RENCANA OPERASIONAL DI RUANG RAWAT

Pengembangan rencana operasional di ruang rawat ditetapkan berdasarkan

pengkajian di ruang rawat dengan mengacu pada visi,misi, filosofi, sasaran dan

tujuan ruang rawat. Pengembangan rencana ini dapat dilakukan melalui pertemuan

bulanan di ruang rawat, sehingga tanggung jawab semua perawat di ruang rawat

tersebut ditumbuhkan. Pada rencana ini, berdasarkan tujuan yang ingin dicapai,

ditetapkan kegiatan yang dilakukan, target waktu pencapaian dan penanggung jawab.

Penetapan penanggung jawab pada beberapa orang perawat (staf) akan meningkatkan

keterlibatan mereka pada pencapaian tujuan ruang rawat tersebut. Kepala ruangan

perlu secara konsisten menilai penerapan rencana operasional ini dan hasil yang

dicapai akan digunakan sebagai pendorong bagi semua perawat untuk lebih

berprestasi (Panjaitan & Sitorus, 2011);.

I. Model Praktik Keperawatan Profesional

Model praktik keperawatan professional merupakan penataan struktur dan

proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat

sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan professional.

Pengembangan MPKP merupakan upaya berbagai Negara untuk

meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat.

Pengembangan MPKP berbeda-beda di setiap Negara atau rumah sakit.

Namun, menurut Hoffart & Woods (1996), MPKP terdiri atas lima subsistem,

yaitu nilai-nilai professional yang merupakan inti model, hubungan

antarprofesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan

manajemen terutama dalam pengambilan keputusan dan sistem kompensasi,

dan penghargaaan

Page 22: Bab II Ria Residensi

II. Peran dan Fungsi perawat pada MPKP

Kepala Ruangan

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat

dengan kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP

tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKp/Ners dengan pengalaman.

Kepala ruangan bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi (Panjaitan &

Sitorus, 2011.Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah :

a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)

b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan

c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan

d. Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan

e. Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan

mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan,

anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP

f. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat

g. Bekerjasama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing

siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan,

dengan mengikuti sistem MPKP

h. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan

pasien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain karu bersama

CCM dan PP mengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang

perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang

bersangkutan

i. Mengecek kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima

set setiap hari

j. Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam

hal penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku professional

k. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh

Karu/CCM, dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil PP

Page 23: Bab II Ria Residensi

pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan kepala

ruangan

l. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang

dibutuhkan diruangan

m. Bersama CCM memonitor dan mengevaluasi penamilan kerja semua

tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikan

pangkat

n. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk

membahas kebutuhan di ruangan

o. Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan

keperawatan

Clinical Care Manager

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula , CCM adalah SKP/Ners dengan

pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners Spesialis. Pada MPKP

tingkat II, jumlah Ners spesialis lebih dari satu orang tetapi disesuaikan dengan

kekhususan sesuai kasus yang ada. CCM bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi.

Tugas dan tanggung Jawab CCM adalah (Panjaitan & Sitorus, 2011);:

1. Melakukan bimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP (ronde

keperawatan).

Pada saat CCM melakukan ronde keperawatan, kegiatan diawali dengan

menetapkan secara acak minimal 2 (dua) status yang akan dievaluasi untuk

setiap tim. Bersama dengan PP mengevaluasi status meliputi :

a. Apakah diagnosa yang ditetapkan sesuai dengan kondisi pasien,

apakah diperlukan pengkajian lanjut ? CCM melakukan pengkajian

sesuai kebutuhan

b. Apakah diagnosa yang ditetapkan masih menjadi masalah pasien atau

sudah teratasi. Bila sudah teratasi,pakah sudah didokumentasikan ?

Page 24: Bab II Ria Residensi

c. Apakaah semua tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada renpra

sudah dilakukan dan disokumentasikan pada format implementasi

tindakan keperawatan

d. Apakah masalah psikososial sudah diidentifikasi ?masalah psikososial

diidentifikasi bila pasien sudah dirawat lebih dari 4 hari atau sesuai

kondisi pasien ?

e. Apakah masalah kurangnya pengetahuan sudah diidentifikasi ?

Masalah kurangnya pengetahuan diidentifikasi minimal 4 hari sebelum

pasien pulang

f. Apakah pengisian hal-hal istimewa sudah dilakukan sesuai panduan ?

g. APakah laporan pergantian dinas diisi sesuai panduan ?

h. Apakah laporan perkembangan pasien diisi sesuai panduan ?

i. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh PP dan tim

2. Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan oleh PP dan PA

3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan

4. Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian

5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan

penelitian

6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam member asuhan keperawatan

7. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan member masukan

untuk perbaikan

8. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian

tentang asuhan keperawatan

Perawat Primer

Tugas dan Tanggung Jawab PP adalah sebagai berikut (Panjaitan & Sitorus, 2011);:

1. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan

Page 25: Bab II Ria Residensi

2. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian yang

sudah dilakukan PP pada sore, malam atau hari libur

3. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra

sesuai dengan hasil pengkajian

4. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung

jawabnya sesuai pasien yang dirawat (preconference)

5. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap

giliran jaga/shift, sesuai kondisi yang ada.

6. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi tindakan

keperawatan, apakah sesuai dengan SOP

7. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA

8. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA

9. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan

tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA

10. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium

11. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan PA

12. Mendampingi dokter visite pasien dibawah tanggung jawabnya didampingi

oleh PA sesuai timnya

13. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan

pasien

14. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2 hari untuk

membahas kondisi keperawatan pasien

15. Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan pada PA yang telah ditunjuk

sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan

16. Memberi pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

17. Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasien dirawat

18. Bekerjasama dengan CCM

19. Mengidentifkasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence

based practice (EBP)

Page 26: Bab II Ria Residensi

Perawat Asosiet

Tugas dan tanggung jawab PA adalah sebagai berikut (Panjaitan & Sitorus, 2011);

1. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan kepada

PP, bila ada hal yang belum jelas

2. Membina hubungan teraupetik dengan pasien dan keluarga, sebagai lanjutan

kontrak yang dilakukan PP

3. Menerima pasien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan

format orientasi pasien dan keluarga jika PP tidak ada di tempat

4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasarkan renpra

5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan

mendokumentasikannya pada format yang tersedia

6. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat

7. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan

8. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai di paraf

9. Mengkomunikasi kan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang

perlu diselesaikan

10. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengoabatn

dan tindakan

11. Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan PP

12. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya

13. Membantu tim lain yang membutuhkan

14. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang menjadi

tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan PP

Page 27: Bab II Ria Residensi

SUPERVISI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Pengertian Supervisi .

Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah

berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi

adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan

terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila

ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat

langsung guna mengatasinya (Swansburg, 2000).

Supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi

pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (2000) melihat

dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang

diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan

pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan

pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan

pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang

terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan,

observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan

atau tugas sehari-hari (Swansburg, 2000).

B. Manfaat dan Tujuan Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak

manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Nursalam,

2011) :

Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas

kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan

Page 28: Bab II Ria Residensi

keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja

yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi

kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang

dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan

sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah

tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah

menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara

benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang

telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Nursalam,

2011).

C. Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi

Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang

kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan

jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan

tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi.

Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut

((Nursalam, 2011). :

Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja

bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini

dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,

segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.

Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus

edukatif dan suportif, bukan otoriter.

Page 29: Bab II Ria Residensi

Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang

hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.

Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin

kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat

proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan

kepentingan bawahan.

Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai

dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan

strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan

merupakan supervisi yang baik.

Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan

dengan perkembangan

D. Pelaksana Supervisi

Menurut Loveridge , (1996) yang bertanggung jawab dalam

melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam

organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan

kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal

tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan

supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus

dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud

adalah:

Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang

disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf

khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan

yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.

Page 30: Bab II Ria Residensi

Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan

supervisi artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik

supervisi.

Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan

otoriter.

Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan

selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

perilaku bawahan yang disupervisi.

E. Teknik Supervisi

Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik

penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data

untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik

pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi,

serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat

dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi

secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa

untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu

diperhatikan (Loveridge, 1996):

1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu

ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas

sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana

supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk

mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung

perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada

sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).

Page 31: Bab II Ria Residensi

Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak

terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah

keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu

dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar

tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa

adanya.

Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan

berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak

senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk

mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan

sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif

tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut

dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan

kekuasaan atau otoritas.

2. Kerja sama

Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana

supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian

masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan.

Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah

harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah

tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.

F. Supervisi Keperawatan

Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat

luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada

perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya

dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini

merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan

perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat . Supervisi terhadap

Page 32: Bab II Ria Residensi

kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan

pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap

proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan

variabel yang harus disupervisi (Nursalam, 2002)

Pelaksana Supervisi Keperawatan

Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-

masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan

keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil

atau bagian yang bertangguung jawab antara lain (Nursalam, 2002):

Kepala ruangan . Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan

keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang

dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam

memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak

langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang

perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan

metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak

langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).

Pengawas perawatan (supervisor) . Ruang perawatan dan unit pelayanan yang

berada di bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang

bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

Kepala bidang keperawatan . Sebagai top manager dalam keperawatan,

kepala bidang keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab

melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para

pengawas keperawatan Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang

aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang

supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama

Page 33: Bab II Ria Residensi

pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan

pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap

peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan

pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan

Sasaran Supervisi Keperawatan

Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati

berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah

pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan.

Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut

supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan

pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk

meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh. Sasaran yang harus dicapai

dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan

alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang,

pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan

dan keuangan (Nursalam, 2002)

Kompetensi Supervisor Keperawatan

Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin

dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor mengkoordinasikan

pekerjaan karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan,

memotivasi, dan mengendalikan. Seorang supervisor keperawatan dalam

menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam (Simamora,

2012)

1) Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti

oleh staf dan pelaksana keperawatan.

Page 34: Bab II Ria Residensi

2) Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan

keperawatan.

3) Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan

pelaksanan keperawatan.

4) Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

5) Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana

keperawatan.

6) Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

7) Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.

Tehnik Supervisi keperawatan

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber

yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer

keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara

komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien.

Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan

menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari

kesalahan atau penyimpangan (Simamora, 2102).

Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.

1. Teknik Supervisi Secara Langsung (direct).

Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang

dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam

kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai

Page 35: Bab II Ria Residensi

perintah. Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus

lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3)

berbicara dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari

banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan yang

diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan

dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat

perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan

keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan

mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses

keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Langkah-

langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Simamora, 2012):

Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa

pendokumentasiannya akan disupervisi.

Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan

pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara

langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.

Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan

keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.

Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang

disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang

menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari

Depkes.

Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi

.

2. Secara Tidak Langsung.

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui

laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung

Page 36: Bab II Ria Residensi

apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan

fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis. Langkah-langkah

Supervisi tak langsung (Simamora, 2102) adalah sebagai berikut :.

Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil

dokumentasi pada buku rekam medik perawat.

Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi

asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari

Depkes.

Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan

memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan

tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.

Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap

atau sesuai standar.

Prinsip Supervisi Keperawatan

Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi

secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip

tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas hubungan professional

dan bukan hubungan pribadi, kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat

edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu

membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam

kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu

terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat

mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat

kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan,

dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan ( Nursalam , 2002).

Page 37: Bab II Ria Residensi

Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan

(Nursalam, 2007) antara lain: 1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur

organisasi, 2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan

kepemimpinan, 3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan

dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard, 4) Supervisi

merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat

pelaksana. 5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang

spesifik, 6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,

kreatifitas dan motivasi, 7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya

guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan

manajer.

Kegiatan Rutin Supervisor

Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para supervisor

harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan supervisi.

Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan

lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan

pekerjaan yang dilkukan orang lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan

supervise. Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Simamora, 2012) :

1. Persiapan. Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi: 1) Menyusun

jadwal supervisi, 2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman

pen dokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat

pelaksana

2. Pelaksanaan supervisi. . Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap

pelaksanaan supervisi meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang

disupervisi, 2) Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian

dilaksanakan. 3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan

Page 38: Bab II Ria Residensi

pendokumentasian untuk masing-masing tahap, 4) Mendiskusikan

pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pedokumentasian asuhan

keperawatan, 4) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada

masing-masing tahap, 5) Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian

asuhan keperawatan, 6) Mencatat hasil supervisi.

3. Evaluasi. Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi:

1) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di

arahkan, 2) Memberikan reinforcement pada perawat, 3) Menyampaikan

rencana tindak lanjut supervisi

Model-model Supervisi Keperawatan

Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan

dalam kegiatan supervisi antara lain (Loveridge, 1996):

1. Model konvensional . Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung

untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan

keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-

matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya

melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat

pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun

keberhasilan yang telah dilakukan

2. Model ilmiah . Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah

direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh

karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik

sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan

prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data

yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.

3. Model klinis . Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat

pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan

Page 39: Bab II Ria Residensi

kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi

dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang

diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar

keperawatan.

4. Model artistic . Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan

personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima

oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta

hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor

akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.

Area Supervisi

1. Pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan keperawatan

kepada klien.

2. Keterampilan yang dilakukan sesuai dengan standar

3. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan

empati

Secara aplikatif area supervisi keperawatan meliputi :

1. Kinerja perawat dalam selakukan asuhan keperawatan kepada klien

2. Pendokumentasian asuhan keperawatan

3. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang

4. Pengelolaan logistik dan obat

5. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan

masalah keperawatan klien

6. Pelaksanaan konfrence, overan .

Page 40: Bab II Ria Residensi

MONITORING DAN EVALUASI MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Terdapat beberapa pengertian mutu (Panjaitan & Sitorus, 2011):

1. Menurut Joint Commission on Accreditation of Health Care Organizations

dalan Wasisto (1994), mutu layanan ialah dipenuhinya standar profesi dalam

layanan dan terwujudnya hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan

2. Mutu layanan berarti suatu tingkat layanan tersebut memuaskan harapan

pelanggan

Monitoring Mutu di Ruang Rawat

Kepala ruangan yang efektif memonitor kemajuan ruang rawat yang

dipimpinnya sehingga dapat meningkatkan mutu. Kepala ruangan bertanggung jawab

untuk memonitor tiga kelompok utama yaitu anggota staf, pasien dan administrasi.

Disamping itu, kepala ruangan juga bertanggung jawab kepada unit lain, keluarga

pasien, tenaga kesehatan lainnya dan komunitas. Untuk itu, kepala ruangan perlu

melakukan monitoring pekerjaannya secara individual dan monitoring ruangan secara

keseluruhan (Panjaitan & Sitorus, 2011).

1. Monitoring perawat secara individual meliputi :

Kehadiran

Waktu datang, waktu pulang

Kepatuhan pada SOP

Kepatuhan pada standar perilaku etis

Kepatuhan pada standar praktek

Keunggulan dalam pemberian asuhan keperawatan

Keunggulan dalam dokumentasi asuhan keperawatan

Kemampuan bekerjasama dengan perawat lain

Pertumbuhan professional

Kepemimpinan

Page 41: Bab II Ria Residensi

2. Monitoring ruangan secara keseluruhan meliputi :

Sensus pasien

Kejadian infeksi nosokomial

Kejadian jatuh, dekubitus

Perawat/tenaga lain yang cedera

Hubungan dengan departemen lain

Biaya berlebihan

Kepatuhan perawat pada SOP

Kepatuhan perawat pada standar praktek melalui dokumentasi

keperawatan

Metode monitoring dilakukan dengan mengumpulkan informasi dengan

berbagai cara. Observasi langsung merupakan cara yang paling penting. Salah satu

cara observasi disebut manajemen keliling (management by walking around). Cara ini

sangat efektif karena dengan kehadiran kepala ruangan secara langsung pada sasaran,

mereka merasa bahwa mereka penting dan mutu pekerjaan mereka diperhatikan. Cara

lain adalah dengan bertanya kepada perawat secara individual bagaimana kemajuan

mereka. Cara yang lebih formal adalah melalui prosedur review sejawat (peer

review), audit dokumentasi, penilaian penampilan kerja staf. Monitoring juga

didasarkan atas hasil-hasil pencatatan misalnya IN, jatuh, dll.. Inti monitoring adalah

identifikasi kecenderungan dan masalah secara dini selagi kecil sehingga mencegah

masalah besar (Panjaitan & Sitorus, 2011)..

Indikator Mutu

Page 42: Bab II Ria Residensi

Indikator mutu suatu pelayanan, mempunyai manfaat yang sangat penting bagi

manajer, terutama untuk mengukur kinerja tenaga yang ada. Departemen kesehatan

(1998) telah menetapkan indicator mutu pelayanan rumah sakit yaitu :

1. Indikator pelayanan Non Bedah, terdiri dari :

Angka pasien dengan dekubitus

Angka kejadian jarum infeksi karena jarum infuse

Angka kejadien penyulit/infeksi karena transfuse darah

Angka ketidaklengkapan pengisian catatan medic

Angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat

2. Indikator pelayanan bedah, yang terdiri dari :

Angka infeksi luka operasi

Angka komplikasi pasca bedah

Waktu tunggu sebelum operasi elektif

Indikator mutu menjadi pengukuran hasil asuhan keperawatan yang diberikan.

Menurut ANA (1996) dalam Marquis & Houston (2000) terdapat 10 indikator :

1. Angka infeksi nosokomial

2. Angka kejadian bahaya pada pasien (patient injury)

3. Kepuasan pasien tentang asuhan keperawatan

4. Kepuasan pasien tentang manajemen nyeri

5. Kepuasan pasien tentang pemberian pendidikan kesehatan

6. Kepuasan pasien tentang asuhan kesehatan

7. Pemeliharaan integritas kulit

8. Kepuasan perawat

9. Komposisi RN, LPN dan pembantu keperawatan pada pemberian asuhan

keperawatan

10. Jumlah jam perawatan per hari per pasien

Pencegahan Masalah Mutu dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Page 43: Bab II Ria Residensi

Untuk mencegah terjadinya masalah mutu dalam keperawatan di ruang rawat maka

kepala ruangan perlu memperhatikan hal-hal berikut ini (Panjaitan & Sitorus, 2011). ;

1. Praktek dalam kondisi ruang rawat yang aman. Hal ini berarti :

Kepala ruangan menjamin bahwa jumlah dari jenis tenaga yang ada di

ruang rawat sesuai kebutuhan pasien

Setiap ruangan mempunyai peraturan, standar prosedur dan deksripsi

tugas masing-masing tenaga yang dapat mendukung peningkatan mutu

Menjamin alat-alat yang dipakai dalam kondisi baik

Memberi orientasi pada tenaga yang baru dengan melakukan supervise

bagi semua tenaga

2. Terdapat dokumentasi asuhan keperawatan yang baik

3. Pemberian asuhan sesuai standar asuhan keperawatan

4. Peningkatan hubungan interpersonal yang positif

5. Mengembangkan program manajemen resiko

Adapun program manajemen resiko meliputi :

1. Identifikasi area yang cenderung terjadi resiko

2. Evaluasi akibat yang mungkin terjadi

3. Lakukan tindakan pencegahan

4. Lakukan tindakan untuk mengurangi kerugian akibat kesalahan

tersebut melalui strategi control kesalahan (risk strategy control)

yaitu :

Sistem peringatan dini mencari informasi segera dan analisis

Dokumentasi

Informed consent

Hubungan perawat-pasien

Bila terjadi risiko di ruang rawat, karu harus mempunyai dokumentasi tentang

resiko yang pernah terjadi yang dilakukan perawat di bawah tanggung jawabnya

Page 44: Bab II Ria Residensi

disertai umpan balik yang sudah diberikan. Disamping itu, karu juga perlu membuat

peta resiko di ruang rawat (Panjaitan & Sitorus, 2011).