Post on 20-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu
dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat
kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria
untuk menilai kepemimpinannya. Bass (1990) menyatakan
bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai
faktor terpenting yang menentukan keberhasilan atau
kegagalan organisasi. Sehingga menurut menurut Kouzes dan
Posner (1995), kualitas seorang pemimpin yang unggul yaitu;
(1) pemimpin yang menantang proses, (2) memberikan inspirasi
wawasan bersama, (3) memungkinkan orang lain dapat bertindak
dan berpartisipasi, (4) mampu menjadi penunjuk jalan, dan (5)
memotivasi bawahan.
Hughes (2006) menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan fenomena kompleks yang melibatkan tiga hal
utama, yakni pemimpin, pengikut dan situasi. Locke (1991)
2
menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai proses mengajak
orang lain untuk berperilaku demi mencapai tujuan bersama.
Burwash (1996) berpendapat bahwa, pemimpin
yang berkualitas tidak puas dengan " status quo" dan memiliki
keinginan untuk terus mengembangkan dirinya. Beberapa kriteria
kualitas kepemimpinan yang baik antara lain, memiliki
komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin diri
yang tinggi, antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi
yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan,
mampu sebagai pendidik bagi bawahannya, empati, berpikir
positif, memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap
melayani.
Tidak hanya kepemimpinan yang menjadi salah satu
kunci kesuksesan sebuah organisasi. Dalam dunia kerja,
komitmen seseorang terhadap organisasi atau perusahaan
seringkali menjadi isu yang sangat penting. Komitmen yang
merupakan salah satu satu karakter dari kepmipinan ini
adalah hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi dan
bahkan beberapa organisasi berani memasukan unsur
3
komitmen sebagai salah satu syarat untuk memegang suatu
jabatan atau posisi tertentu (http://www.slideshare.net).
Van Scooter (2000) menyatakan bahwa pekerja dengan
komitmen yang tinggi akan lebih berorientasi pada kerja.
Disebutkan pula bahwa pekerja yang memiliki komitmen
organisasi tinggi akan cenderung senang membantu dan
dapat bekerja sama.
Berbicara mengenai kepemimpinan dan komitmen seorang
pemimpin maka tidak terlepas dengan yang disebut karakter
pemimpin itu sendiri. Klann (2007) mengatakan bahwa secara
tradisional karakter didefinisikan sebagai kombinasi
emosional, intelektual dan moral yang membedakan kualitas
seseorang. Dengan kata lain, karakter berarti kualitas yang
internal terukir pada orang tersebut, menjadi bagian internal.
Kualitas ini kemudian tercermin dalam pola perilaku
seseorang. Karakter kepemimpinan adalah semua tentang
perilaku. Perilaku seorang pemimpin adalah kombinasi dari
beberapa atribut antara lain sifat, kualitas, dan ketrampilan.
Kepemimpinan karakter didefinisikan sebagai perilaku yang
memiliki pengaruh positif pada orang lain.
4
Seperti dalam jurnal Hoffman, Robyns, dkk (2011) mengenai
Great man or great myth? Jurnal ini menyajikan tentang meta-
analisis dimana perbedaan dalam diri individu ini berkaitan
atau berhubungan erat dengan efektifitasnya sebuah
kepemimpinan. Penelitian ini mengatakan juga bahwa
perbedaan kepribadian ,kecerdasan, kamampuan komunikasi,
pengambilan keputusan dan lain sebagainya mempengaruhi
efektivitas kepemimpinan dalam organisasi.
Melihat dari penjelasan di atas maka, perilaku seorang
pemimpin sangat penting dan menjadi kunci kesuksesan
dalam organisasi. Sehingga, dalam organisasi profit hal ini
menjadi perhatian yang serius dan banyak sekali penelitian
yang dilakukan untuk meneliti perilaku seorang pemimpin
atau karyawan dalam sebuah organisasi atau perusahaan
untuk meningkatkan kinerja dalam organisasi tersebut.
Berbeda dengan organisasi non profit salah satunya
adalah gereja. Tujuan organisasi dalam gereja pada dasarnya
adalah melayani jemaat dan memberikan kepuasan bagi
jemaat dengan berdasarkan kebutuhan rohani jemaat yang
berpedoman pada kehendak Tuhan. Namun Namun, dengan
5
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan
dan perkembangan zaman yang semakin mengancam
keberadan gereja maka gereja merasa perlu untuk mengukur
kinerja para pekerja gereja dalam hal ini pendeta yang menjadi
kunci utama kesuksesan dalam organisasi gereja. Seperti
dalam jurnal teologi Pebelum (2011) dengan judul
kepemimpinan dalam gereja mengatakan bahwa Ketika kita
berbicara tentang pemimpin, maka tak dapat dihindari untuk
berbicara tentang kualitasnya. Maju dan mundurnya sebuah
organisasi, seperti gereja banyak ditentukan oleh
pemimpinnya. Kualitas pemimpin dapat dilihat dari
kecerdasannya dalam melayani dan dalam mengelolah
organisasi gereja. Oleh karena itu, peran seorang pendeta
sebagai pemimpin dalam organisasi gereja sangat penting dan
hal ini akan diwujudkan melalui kalitas karakter pemimpin
(pendeta) itu sendiri.
Tidak hanya dalam organisasi profit yang merasa
penting untuk meningkatkan kualitas seorang pemimpin
namun, gereja sebagai sebuah organisasi juga menyadari
bahwa kualitas seorang pekerja gereja perlu ditingkatkan.
6
terkait dengan itu Klann (2007), menyatakan bahwa karakter
dalam hal ini kualitas para pemimpin sangat mempengaruhi
produktivitas dan reputasi organisasi tersebut. Banyak
penelitian menyatakan bahwa terdapat banyak sekali
kegagalan karakter kepemipinan dalam organisasi tidak hanya
di perusahaan atau organisasi profit tetapi juga dalam
organisasi keagamaan dan hal ini sangat berpengaruh
terhadap kesusksesan sebuah organisasi.
Oleh karena itu dalam gereja, pendeta sabagai pemimpin
dalam organisasi gereja harus memiliki kualitas yang mampu
menguatkan aspek-aspek pelayanan. Kualitas karakter
pendeta sangat penting untuk mempengaruhi kesuksesan
pelayanan di gereja. Sebagai pemimpin gereja, pendeta perlu
menunjukan kualitas kepemimpinan yang dapat memberikan
teladan dan kualitas karakter pemimpin yang sesuai dengan
lingkungan jemaat yang dipimpinnya.
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian di
organisasi gereja dan meneliti tentang kualitas seorang
pendeta dalam kepemimpinan dan komitmen. Kualitas ini pun
dilihat dari kualitas akademik dan kualitas karakter
7
pemimpin. Kualitas akademik yaitu kecerdasan (intelligence),
dan tingkat pendidikan,. Kemudian kualitas karakter yaitu
dilihat dari karakter kepemimpinan dan komitmen dari
pemimpin (pendeta).
Berbicara mengenai kualitas seorang pemimpin maka,
salah satu gereja yang telah menyadari bahwa kualitas
karakter seorang pendeta perlu ditingkatkan adalah Sinode
Gereja Masehi Injili di Timor/GMIT. Tercatat dalam MS-GMIT
(24-27 September 2012) sekitar 90% masalah yang
diselesaikan oleh MS-GMIT pada tahun pertama adalah
masalah tentang rendahnya kinerja pendeta.
Beberapa indikator menurunnya kinerja pendeta adalah
pelayanan yang belum memenuhi harapan jemaat. Tugas dan
panggilan pendeta itu sudah dianggap biasa, sehingga pendeta
sekarang ini merasa bahwa pelayanan itu dilakukan
berdasarkan rutinitas tanpa dilakukan atas panggilan yang
Tuhan berikan kepada mereka (MS-GMIT, 2010). Selanjutnya,
karyawan gereja atau pendeta kurang betah di jemaat
pedesaan, hadir apabila pada saat kebaktian minggu
8
kemudian kembali ke kota Kupang, berdasarkan penelitian
(Sarci Mboro,2014).
Sebagai salah satu lembaga gereja yang melayani di Nusa
Tenggara Timur (NTT), Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)
memiliki daerah pelayanan yang luas. GMIT memiliki 44
wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai
1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta (Lap. MS-
GMIT, 2011). Melihat dari luasnya wilayah pelayanan GMIT
dan juga karakteristik warga jemaat yang berbeda, maka
dibutuhkan pendeta yang memiliki kualitas karakteristik yang
kuat dalam hal ini komitmen dan kepemimpinan yang sesuai
dengan harapan atau kebutuhan jemaat.
Berdasarkan data (MS-GMIT, 2010) bahwa wilayah
pelayanan GMIT 80 % berada di pedesaan, dan 20 % berada di
kota. Melihat dari luasnya wilayah pelayanan GMIT dan juga
karakteristik warga jemaat yang berbeda, maka dibutuhkan
pendeta yang memiliki kualitas karakteristik yang kuat dalam
hal ini komitmen dan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
harapan dan kebutuhan jemaat. Pendeta yang tidak hanya
memiliki kualitas akademik saja, tetapi kualitas dalam
9
kepemimpinan dan komitmen yang mampu memimpin jemaat
baik di desa maupun di kota. seperti yang dipaparkan oleh
Klann (2007), bahwa seorang pemimpin harus fleksibel dan
mampu beradaptasi dan menyesuaikan kepemimpinan dan
komitmen di mana dia ditempatkan.
Dalam penelitian ini, penulis tidak melakukan penelitian
diseluruh wilayah GMIT, namun penulis meneliti di Klasis Alor
Tengah Utara karena, klasis ALTAR merupakan salah satu
klasis yang memiliki wilayah pelayanan yang cukup luas
tersebar di desa dan di kota. Berdasarkan hasil penilaian
kinerja tahun 2014 maka, hasilnya adalah kualitas pendeta
dalam melayani sangat perlu ditingkatkan. Menurut Pdt.
Mauko, selaku ketua klasis ALTAR bahwa, pada tahun
sebelumnya penyebab menurunnya kualitas pendeta dalam
melayani disebabkan karena gaji untuk pendeta yang kurang
dan tidak cukup untuk menunjang kebutuhan pendeta.
Karena hal tersebut menjadi kendala pendeta dalam melayani
maka, dilakukan sentralisasi gaji pendeta yaitu gaji untuk
pendeta yang ada di desa dan dikota sama. Namun, upaya
menaikan gaji ini tidak mempengaruhi kualitas pelayanan.
10
Berdasarkan hasil penilaian kinerja pendeta tahun 2014
(Rapat Kerja Klasis ALTAR, 2014) menyatakan bahwa kualitas
kepemimpinan pendeta dalam melayani sangat perlu
ditingkatkan.
Berbicara mengenai kualitas kepemimpinan maka yang
penting adalah perilaku atau karakter dari pemimpin tersebut.
Terkait dengan itu maka Klann (2007) mengatakan bahwa
secara tradisional karakter didefinisikan sebagai kombinasi
emosional, intelektual dan moral yang membedakan kualitas
seseorang. Dengan kata lain, karakter berarti kualitas yang
internal terukir pada orang, menjadi bagian internal. Kualitas
ini kemudian tercermin dalam pola perilaku seseorang.
Karakter kepemimpinan adalah semua tentang perilaku.
Perilaku seorang pemimpin adalah kombinasi dari beberapa
atribut antara lain sifat, kualitas, dan ketrampilan.
Kepemimpinan karakter didefinisikan sebagai perilaku yang
memiliki pengaruh positif pada orang lain.
Melihat bahwa fenomena yang terjadi di GMIT khususnya
Klasis ALTAR dimana menurunnya kualitas pendeta yang
berasal dari karakter pribadi pendeta itu sendiri serta
11
hilangnya kepercayaan jemaat terhadap kualitas pendeta
dalam gaya kepemimpinan dan komitmen dalam pelayanan
seperti pendapat Klann bahwa karakter kepemimpinan yang
positif akan mempengaruhi kesuksesan sebuah organisasi
maka, dibutuhkan pemimpin dalam hal ini pendeta yang
memiliki kualitas karakter yang membawa dampak positif bagi
gereja dan mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan di
mana dia tempatkan, karena karakter setiap orang yang
dipimpin itu berbeda-beda, dan peran pemimpin untuk
mampu beradaptasi itu penting sekali.
Berdasarkan uraian di atas maka, menjadi seorang pendeta
tidak hanya dilihat dari standar akademik tetapi juga
komitmen pelayanan yang tinggi dan memiliki disiplin hidup
dijemaat. Oleh karena itu, melihat fenomena yang terjadi
maka, untuk meningkatkan kembali kinerja pendeta maka
yang menjadi perhatian penting adalah kualitas pemimpin itu
sendiri dalam mengelolah pelayanan dan organisasi dalam
gereja dan komitmen pendeta dalam mengemban tugas
pelayanan yang sesuai dengan harapan dan karakter jemaat.
Sehingga penulis ingin meneliti tentang: Harapan Jemaat Kota
12
dan Desa Terhadap Kualitas Kepemimpinan dan Komitmen
Pendeta GMIT, di Klasis Alor Tengah Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas secara
khusus bahwa wilayah pelayanan GMTI 80% berada di desa
dan 20% berada di kota, dan berdasarkan luas wilayah
pelayanan GMIT serta karakter warga jemaat yang berbeda,
dan juga menurunnya kinerja pendeta dalam melaksanakan
tugas dan tanggung-jawab pelayanan. Dari fenomena tersebut
maka masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana harapan warga jemaat desa, GMIT-Klasis
Alor Tengah Utara terhadap kualitas kepemimpinan dan
komitmen pendeta?
2. Bagaimana harapan warga jemaat kota, GMIT-Klasis
Alor Tengah Utara terhadap kualitas kepemimpinan dan
komitmen pendeta?
13
3. Apakah ada perbedaan harapan warga jemaat desa dan
kota terhadap kualitas kepemimpinan dan komitmen
pendeta?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
mengetahui perbedaan harapan jemaat desa dan kota
terhadap kualitas kepemimpinan dan komitmen pendeta,
khususnya di GMIT-Klasis Alor Tengah Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Sebagai tambahan referensi mengenai harapan jemaat
desa dan kota terhadap kualitas kepemimpinan dan
komitmen pendeta.
2. Sebagai sumbangan teoritis dalam ilmu teologi
b. Manfaat Praktis
Sabagai bahan pembelajaran dan pedoman bagi pendeta
dan calon pendeta dalam medan pelayanan.